• Tidak ada hasil yang ditemukan

WALIKOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WALIKOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BOGOR

NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN DAN TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

KOTA BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

Menimbang : a. bahwa sesuai Peraturan Walikota Nomor 1 tahun 2016 tentang Pelimpahan Kewenangan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan di Kota Bogor, terdapat beberapa perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) Kota Bogor;

b. bahwa untuk melaksanakan Pelayanan Perizinan dan Non perizinan sebagaimana dimaksud pada huruf a

perlu diatur Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan di Kota Bogor;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan

Walikota tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bogor;

Mengingat : 1. Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonnantie) staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 yang telah diubah dan

ditambah dengan Staatsblad Tahun 1940 Nomor 14 dan 450;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279);

6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

7. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

11. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

12. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

14. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

15. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

16. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

(3)

17. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

18. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

19. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492);

20. Undang-Undang 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512);

21. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66

(4)

Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);

28. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Pendidikan Dasar dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

29. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221);

30. Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 222);

31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1992 tentang Rencana Tapak Tanah dan Tata Tertib Perusahaan Kawasan Industri serta Prosedur Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Undang-Undang Gangguan (HO) bagi Perusahaan yang berlokasi di dalam Kawasan Industri;

32. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 205 Menkes/PER/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA);

33. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/IV/2008 tentang Penempatan Tenaga

Kerja;

34. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan;

35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Sertifikat Laik Fungsi;

36. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung;

37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

38. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/IV/2008 tentang Penempatan Tenaga

Kerja;

39. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M- IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan, dan Tanda Daftar Industri;

40. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah;

41. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 441/

Menkes/PER/X/2010 tentang Laboratorium Klinik;

42. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.36 Tahun 2011 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain;

(5)

43. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Ijin Lingkungan;

44. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M.DAG /PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan, dan Toko Modern;

45. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77/M.DAG /PER/12/2013 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan secara Simultan bagi Perusahaan Perdagangan;

46. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2013 tentang Satuan Pendidikan Non Formal;

47. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;

48. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221);

49. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini;

50. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 90 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Kursus dan Pelatihan;

51. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

52. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal;

53. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal;

54. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal;

55. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2005 Nomor 1 Seri E) sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 19 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2011 Nomor 1 Seri E);

56. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2006 Nomor 2 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2015 Nomor 5 Seri E);

(6)

57. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2008 Nomor 2 Seri E);

58. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2009 tentang

Perizinan dan Pendaftaran di Bidang Perindustrian dan Perdagangan (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2009 Nomor 1 Seri E);

59. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Penyerahan Prasarana, Sarana Utilitas Perumahan, dan Permukiman (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2009 Nomor 7 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Bogor Nomor 14 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan

Penyerahan Prasarana, Sarana Utilitas Perumahan, dan Permukiman (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2011 Nomor 7 Seri E);

60. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 1 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2014 Nomor 2 Seri D);

61. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan ( Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2011 Nomor 1 Seri E);

62. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-

2031 (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2011 Nomor 2 Seri E);

63. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 6 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2012 Nomor 3 Seri C) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 6 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2015 Nomor 1 Seri C);

64. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 12 Tahun 2012 tentang Izin Usaha Jasa Kontruksi (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2012 Nomor 2 Seri E);

65. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2013 Nomor 2 Seri E);

66. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2014 Nomor 1 Seri E);

(7)

67. Peraturan Walikota Bogor Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penertiban Bangunan

Gedung (Berita Daerah Kota Bogor yahun 2007 nomor 6 seri E);

68. Peraturan Walikota Bogor Nomor 9 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk teknis

Pengesahan Rencana Tapak/Siteplan (Berita Daerah Kota Bogor Nomor 7 Seri E);

69. Peraturan Walikota Bogor Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Kewenangan Pelayanan Perizinan dan Non

Perizinan di Lingkungan Pemerintah Kota Bogor (Berita Daerah Kota Bogor Tahun 2016 Nomor 1 Seri E);

70. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.101/MEN/VI/2004 tentang Tata Cara Perizinan

Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh;

71. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.07/Men/IV/2005 tentang Standar Tempat

Penampungan Calon Tenaga Kerja Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Bogor.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Walikota adalah Walikota Bogor.

4. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal yang selanjutnya disingkat BPPTPM adalah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal di Lingkungan Pemerintah Kota Bogor.

5. Kepala BPPTPM adalah Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal di Lingkungan Pemerintah Kota Bogor.

6. Pelimpahan Wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban, dan pertanggungjawaban Perizinan dan Nonperizinan, termasuk penandatanganannya atas nama penerima wewenang.

7. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan kegiatan pembangunan fisik dan atau melakukan kegiatan usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Nonperizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan nonfiskal, serta informasi mengenai penanaman modal, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8)

9. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Penanam Modal Dalam Negeri dengan menggunakan modal Dalam Negeri.

10. Izin Mendirikan Bangunan gedung yang selanjutnya disingkat IMB adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk membangun dalam rangka pemanfaatan ruang sesuai pemanfaatan ruang dan sesuai peruntukannya.

11. Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

12. Surat Izin Usaha Perdagangan, yang selanjutnya disingkat SIUP adalah surat izin yang diberikan untuk dapat melaksanakan kegiatan

usaha perdagangan.

13. Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disingkat TDP adalah tanda daftar yang diberikan kepada perusahaan yang telah disahkan pendaftarannya.

14. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional yang selanjutnya disingkat (IU2PT) adalah izin untuk dapat melaksanakan usaha

pengelolaan Pasat Tradisional.

15. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan yang selanjutnya disingkat (IUPP) adalah izin untuk dapat melaksanakan usaha pengelolaan Pusat Pembelanjaan.

16. Izin Usaha Toko Modern yang salanjutnya disingkat IUTM adalah izin untuk dapat melaksanakan usaha pengelolaan Toko Modern.

17. Tanda Daftar Gudang yang selanjutnya disingkat TDG adalah surat tanda daftar yang berlaku sebagai bukti bahwa gudang tersebut telah didaftar untuk dapat melakukan kegiatan sarana distribusi.

18. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba yang selanjutnya disingkat STPW adalah bukti pendaftaran yang diperoleh penerima waralaba setelah yang bersangkutan mengajukan permohonan STPW dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.

19. Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang selanjutnya disingkat TDUP adalah tanda daftar yang diberikan kepada perusahaan pariwisata yang telah disahkan pendaftarannya.

20. Izin Usaha Angkutan Dalam Trayek yang selanjutnya disingkat IUADT adalah surat izin yang diberikan untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha angkutan dalam trayek.

21. Izin Usaha Industri yang selanjutnya disingkat IUI adalah izin yang diberikan untuk setiap pendirian perusahaan industri dengan nilai investasi di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) diluar tanah dan bangunan.

(9)

22. Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disingkat TDI adalah tanda daftar

yang diberikan untuk setiap pendirian perusahaan industri dan diberlakukan sebagai IUI dengan nilai investasi sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) diluar tanah dan bangunan.

23. Izin Perluasan Industri yang selanjutnya disingkat IPI adalah izin yang diberikan kepada Pemilik IUI untuk melakukan penambahan

kapasitas yang melebihi di atas 30 % (tiga puluh perseratus) dari kapasitas produksi yang telah dizinkan.

24. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah kerja Negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba.

25. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

26. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

27. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan, dan gawat darurat.

28. Izin mendirikan Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk mendirikan Rumah Sakit setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan.

29. Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar.

30. Surat Izin Apotek atau SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat tertentu.

31. Laboratorium kesehatan swasta adalah sarana kesehatan swasta yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.

32. Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

(10)

33. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.

34. Laboratorium kesehatan masyarakat adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan dibidang mikrobiologi, fisika, kimia atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

35. Refraksionis Optisien adalah seseorang yang telah lulus pendidikan refraksionis optisien minimal program pendidikan diploma, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundanganyang berlaku.

36. Optikal adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi serta pelayanan kacamata koreksi dan/atau lensakontak.

37. Laboratorium optik adalah tempat yang khusus melakukan pembuatan lensa koreksi dan/atau pemasangan lensa pada bingkai kacamata, sesuai dengan ukuran yang ditentukan dalam resep.

38. Pedagang Eceran Obat dalam Peraturan ini adalah Orang atau Badan Hukum Indonesia yang memilih ijin untuk menyimpan Obat-obat Bebas dan Obat-obat Bebas Terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat ijin.

39. Salon Kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan kecantikan khususnya memelihara dan merawat kesehatan kulit, wajah, badan, tangan dan kaki serta rambut, dengan menggunakan kosmetik secara manual, preparatif, aparatif dan dekoratif yang dilakukan oleh ahli kecantikan sesuai keahlian dan kewenangannya.

40. SPA adalah upaya kesehatan tradisional yang menggunakan pendekatan holistik, melalui perawatan menyeluruh dengan menggunakan metode kombinasi ketrampilan hidroterapi, pijat (massage) yang diselenggarakan secara terpadu untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran dan perasaan (body, mind, and spirit).

41. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,dan pendidikan tinggi.

42. Penempatan tenaga kerja adalah proses pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan dan pemberi kerja dalam pengisian lowongan kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan.

43. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta yang selanjutnya disingkat LPTKS adalah lembaga swasta berbadan hukum yang telah memperoleh ijin tertulis untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan tenaga kerja.

44. Perusahaan penyedia jasa adalah perusahaan berbadan hukum yang dalam kegiatan usahanya menyediakan jasa pekerja/buruh untuk dipekerjakan di perusahaan pemberi pekerjaan.

45. Tempat penampungan calon TKI adalah tempat menampung calon TKI dalam rangka penyiapan dan pemberangkatan calon TKI ke luar negeri

(11)

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

Maksud ditetapkannya Peraturan Walikota ini adalah sebagai pedoman dan tata cara pelaksanaan pelayanan perizinan dan non perizinan terkait prosedur pengajuan dan persyaratan permohonan perizinan dan non perizinan.

Pasal 3 Tujuan Pelayanan Perijinan adalah:

a. terwujudnya kejelasan prosedur pengajuan dan persyaratan tata cara perizinan dan nonperizinan;

b. memberikan informasi kepastian waktu penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan;

c. tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, akurat, transparan, dan akuntabel.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 4 Ruang lingkup Peraturan Walikota ini adalah:

a. ketentuan-ketentuan dalam tiap jenis perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan kepada BPPTPM;

b. persyaratan tiap jenis perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan kepada BPPTPM.

Pasal 5

Jenis pelayanan perizinan dan non perizinan berdasarkan urusan pemerintahan di daerah yang dilimpahkan kepada BPPTPM adalah sebagai berikut:

a. Bidang Penanaman Modal terdiri dari:

1. Izin Prinsip PMDN;

2. Izin Prinsip Perluasan PMDN;

3. Izin Prinsip Perubahan PMDN;

4. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan PMDN;

5. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA).

b. Bidang Pembangunan Fisik terdiri dari:

1. Izin Prinsip (IP);

2. Izin Lokasi (IL);

3. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT);

4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

5. Izin Penyelenggaraan Reklame (IPR);

6. Persetujuan Pemakaian Tanah untuk Reklame (PPTR);

(12)

7. Pengesahan Rencana Tapak/Site Plan;

8. Izin Usaha Jasa Kontruksi (IUJK);

9. Tanda Daftar Tenaga Teknis IUJK;

10. Izin Galian Utilitas;

11. Izin Jalan Masuk;

12. Izin Penyelenggaraan Tempat Parkir (IPPT);

13. Akta Izin Pesawat Uap;

14. Izin Operasi Lift;

15. Izin Operasional Menara.

c. Bidang Perekonomian terdiri dari:

1. Izin Gangguan;

2. Izin Usaha Industri (IUI);

3. Izin Usaha Industri Kecil;

4. Izin Perluasan Industri (IPI);

5. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

6. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

7. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional(IUP2T)/Izin Usaha Pasar Rakyat (IUPR);

8. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP);

9. Izin Usaha Toko Modern/Swalayan (IUTM);

10. Tanda Daftar Gudang (TDG);

11. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW);

12. Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP);

13. Izin Usaha Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi (IUP4);

14. Izin Usaha Penyelenggaraan Bengkel Umum Kendaraan Bermotor (IUPBUKB).

d. Bidang Kesejahteraan Rakyat terdiri dari:

1. Izin Mendirikan Rumah Sakit Tipe C dan Tipe D;

2. Izin Operasional Rumah Sakit Tipe C dan Tipe D;

3. Izin Mendirikan Klinik;

4. Izin Operasional Klinik;

5. Izin Apotek;

6. Izin Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan;

7. Izin Penyelenggaraan Optikal;

8. Izin Pedagang Eceran Obat;

9. Izin Penyelenggaraan Salon Kecantikan;

10. Izin Penyelenggaraan Sehat Pakai Air (SPA);

11. Izin Operasional Pendirian Pendidikan Formal Swasta meliputi:

a) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Formal atau Taman Kanak- kanak (TK);

b) Sekolah Dasar (SD);

c) Sekolah Menengah Pertama (SMP).

(13)

12. Izin Operasional Pendirian Pendidikan Non Formal meliputi:

a) Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP);

b) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sejenis;

c) Tempat Penitipan Anak (TPA);

d) Kelompok Bermain (KOBER);

e) Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM);

f) Taman Bacaan Masyarakat (TBM);

13. Penerbitan dan Pengendalian Izin Pendirian Lembaga Bursa Kerja (LBK)/Lembaga Penempatan Kerja Swasta (LPTKS);

14. Izin Tempat Penampungan Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI);

15. Izin operasional Puskesmas;

16. IzinPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup meliputi:

a) Izin Pembuangan Air Limbah ke Air dan Sumber Air;

b) Izin Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi pada Tanah;

c) Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada Skala Kota kecuali Minyak Pelumas/Oli Bekas;

d) Izin Pengelolaan Limbah B3;

e) Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 di Industri atau Usaha Suatu Kegiatan.

Pasal 6

Pedoman dan tata cara jenis perizinan dan non perizinan yang dilimpahkan kepada BPPTPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 7

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku:

a. Peraturan Walikota Bogor Nomor 4 Tahun 2007 tentan Petunjuk Pelaksanaan Mendirikan Bangunan (IMB) (Berita Daerah Kota Bogor Tahun 2007 Nomor 4 seri E) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Walikota Bogor Nomor 17 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2007 tentan Petunjuk Pelaksanaan Mendirikan Bangunan (IMB) (Berita Daerah Kota Bogor Tahun 2010 Nomor 4 seri E);

b. Peraturan Walikota Bogor Nomor 28 Tahun 2011 tentang Izin Pemanfaatan Ruang (Berita Daerah Kota Bogor Tahun 2018 Nomor 14 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Bogor Nomor 75 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Bogor Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Izin Pemanfaatan Ruang (Berita Daerah Kota Bogor Tahun 2011 Nomor 14 Seri E);

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(14)

Pasal 8

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bogor.

Ditetapkan di Bogor pada tanggal

WALIKOTA BOGOR,

BIMA ARYA Diundangkan di Bogor

pada tanggal 28 Desember 2012

SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR,

ADE SARIP HIDAYAT

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN NOMOR SERI

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran menulis melalui media kartu bergambar adalah model pemprosesan informasi yang menggunakan kartu bergambar sebagai media (information Processing

Sesuai Peraturan Walikota Semarang Nomor 105 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan walikota Semarang Nomor 92 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi Tugas

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Bogor Nomor 30 Tahun 2014 tentang Pelimpahan Kewenangan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di

Maksud dari kegiatan ini adalah sebagai upaya ekstensifikasi pajak untuk mencari informasi terkait objek dan subyek pajak yang telah memenuhi syarat namun belum terdaftar

Peraturan Walikota Palu Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Di Bidang Perizinan Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Palu (Berita Daerah Kota Palu Tahun 2013

Berdasarkan Peraturan Walikota Palangka Raya Nomor 22 Tahun 2013 Tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Walikota Palangka Raya di Bidang Perizinan kepada Badan

Pengelolaan Retribusi terminal dalam meningkatkan Realisasi penerimaan Retribusi Terminal Callaccu Kabupaten Wajo 109 Dan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi

Hasil hidrorengkah parafin dengan menggunakan katalis Mo/ZAA menunjukkan adanya penurunan aktivitas katalis pada proses hidrorengkah bila dibandingkan dengan hasil