• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular akibat gaya hidup dan penyakit-penyakit degeneratif. Terjadinya kecederungan peningkatan kasus penyakit tidak menular di masyarakat sendiri dipicu oleh adanya perubahan gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi.

Salah satu penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan prevalensi akibat perubahan gaya hidup ini adalah hipertensi. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah terhadap penduduk berusia ≥ 18 tahun diperoleh prevalensi hipertensi di Indonesia dan Provinsi Riau masing-masing 25,8% dan 20,9%

(Riskesdas, 2013).

Walaupun hampir sebagian besar kasus hipertensi dialami oleh orang dewasa, anak-anak ternyata juga dapat mengalami hipertensi. Anak dengan hipertensi memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hipertensi di usia dewasa, disertai dengan berbagai permasalahan serius lainnya seperti stroke, kerusakan penglihatan, penyakit ginjal, penyakit jantung koroner, dan sebagainya (Freedman et al., 2001). Angka kejadian hipertensi pada dewasa dipengaruhi oleh kenaikan tekanan darah di masa anak-anak (Lauer dan Clarke, 1989). Pola kenaikan tekanan darah secara terus menerus pada masa anak-anak diduga dapat memicu terjadinya hipertensi di masa dewasa (Agyemang, 2005). Kenaikan tekanan darah pada usia anak-anak diikuti dengan kejadian obesitas, resistensi insulin dan dislipidemia, akan meningkatkan risiko hipertensi, penyakit jantung dan hipertrofi ventrikel kiri pada usia dewasa (Berrenson et al., 1998).

Terjadi kecenderungan kenaikan tekanan darah pada anak dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Pada tahun 1989, sebanyak 1% anak didiagnosa hipertensi, jumlah kasus meningkat sebesar 5% tahun 2002 dan 25% tahun 2003, khususnya di wilayah perkotaan (Watkins et al., 2004). Diperkirakan sebesar 2 –

(2)

5% anak – anak dibawah usia 18 tahun menderita hipertensi (Sorof et al., 2004).

Di Indonesia sendiri belum diketahui pasti mengenai prevalensi hipertensi pada anak. Apabila kriteria hipertensi sesuai JNC VII 2003 diterapkan pada penduduk usia 15 – 17 tahun, diperoleh prevalensi hipertensi nasional sebesar 5,3% dengan rincian prevalensi pada laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%, prevalensi di pedesaan 5,6% lebih tinggi dari perkotaan 5,1% (Riskesdas, 2013). Namun, penentuan diagnosa hipertensi pada anak berbeda dengan dewasa. Kriteria hipertensi pada anak mengacu pada The Fourth Report on High Blood Pressure in Children and Adolescent by The National High Blood Pressure Education Program. Anak dikatakan memiliki tekanan darah normal apabila tekanan darah sistolik dan diastolik berada di bawah persentil 90 berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi badan (NHBPEP, 2004).

Peningkatan prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak di masa sekarang ini terjadi seiring dengan peningkatan prevalensi obesitas pada anak dan meningkatnya kepedulian terhadap penyakit hipertensi tersebut (Sorof et al., 2004). Penelitian mengenai tekanan darah dan hipertensi pada anak sudah cukup banyak dilakukan. Namun, penelitian – penelitian tersebut terutama di dalam negeri, pada umumnya masih terbatas pada populasi obesitas atau pada populasi dewasa.

Sejak tahun 1970-an, beberapa penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh sebagai indikator terbaik dalam menentukan tekanan darah tinggi pada populasi anak dan remaja. Namun demikian, belum ada konsensus pada saat ini yang menyatakan indikator antropometri paling tepat untuk menilai risiko kenaikan tekanan darah pada populasi anak. Ada banyak indikator antropometri yang dapat digunakan dan sudah divalidasi dalam memperkirakan risiko tekanan darah tinggi pada populasi anak, berupa indeks massa tubuh, lingkar pinggang, tebal lemak bawah kulit dan rasio lingkar pinggang – pinggul. Hasil penelitian Moser et al. (2012) menunjukkan bahwa indikator antropometri yang berhubungan dengan tekanan darah diatas persentil 90 adalah indeks massa tubuh dan tebal lemak bawah kulit. Penelitian ini menemukan bahwa anak gemuk cenderung tiga kali lebih tinggi mengalami risiko tekanan darah tinggi

(3)

dibandingkan anak normal lainnya. Indeks massa tubuh dan tebal lemak bawah kulit dianggap sebagai indikator antropometri yang lebih sederhana, aman, praktis dan efektif dalam menilai risiko tekanan darah tinggi pada anak dan remaja dibandingkan indikator – indikator antropometri lainnya. Penelitia Ekowati (2013) terhadap populasi anak SD di daerah Pantai Samas Yogyakarta, juga menemukan adanya korelasi positif indeks massa tubuh dengan rata – rata tekanan darah.

Korelasi yang kuat terdapat pada anak dengan berat badan lebih dengan kejadian peningkatan tekanan darah. Pengurangan berat badan telah terbukti efektif pada anak obes yang disertai hipertensi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa penurunan indeks massa tubuh sebesar 10% dapat menurunkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek sebesar 8 – 10 mmHg (Luma, 2006). Oleh karena itu, salah satu terapi non farmakologis dalam penanganan kasus hipertensi pada anak berupa pengendalian berat badan.

Selain pengendalian berat badan, terapi non farmakologis lainnya adalah olahraga yang teratur atau aktivitas fisik (Luma, 2006). Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur selama 30 – 60 menit setiap hari dan membatasi aktivitas sedentari selama < 2 jam per hari dapat membantu mencegah terjadinya obesitas, hipertensi dan gangguan jantung (NHBPEP, 2004). Perilaku aktivitas fisik yang rendah dapat dilihat secara nyata pada masyarakat Indonesia. Proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif pada penduduk berusia ≥ 10 tahun secara umum adalah 26,1% dan Provinsi Riau sendiri memiliki proporsi diatas rata-rata Indonesia yakni 30,6% (Riskesdas, 2013).

Rendahnya perilaku aktivitas fisik ini diikuti dengan tingginya perilaku aktivitas sedentari. Provinsi Riau sendiri memiliki proporsi penduduk kelompok umur ≥ 10 tahun dengan perilaku sedentari ≥ 6 jam sebesar 39,1%, di atas rata- rata nasional yakni 24,1% (Riskesdas, 2013). Salah satu yang termasuk dalam komponen perilaku aktivitas sedentari adalah aktivitas di depan layar (screen time activities), yang akhir-akhir ini semakin sering dilakukan terutama anak-anak.

Mereka lebih cenderung melakukan kegiatan di depan layar seperti menonton televisi dan bermain komputer daripada aktif melakukan kegiatan fisik di luar rumah. Menurut laporan CDC (2007), sebanyak 35% siswa pelajar SMA

(4)

dilaporkan menghabiskan tiga jam waktunya setiap malam untuk menonton televisi sedangkan 25% lainnya menghabiskan paling sedikit 3 jam setiap malam untuk kegiatan komputer (termasuk bermain game komputer). Perilaku aktivitas di depan layar seperti ini (khususnya menonton televisi) berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (Teran-Garcia et al., 2008).

Pemeriksaan tekanan darah merupakan kebutuhan yang penting dilakukan di masa anak – anak, dikarenakan terjadinya penurunan aktivitas fisik dan perubahan berat badan yang berkontribusi terhadap kenaikan tekanan darah (Maximova et al., 2009). Tekanan darah mulai meningkat pada usia remaja.

Mengendalikan berat badan dan melakukan aktivitas fisik secara teratur sangat dianjurkan guna mencegah peningkatan tekanan darah baik pada usia dewasa maupun usia muda. Peningkatan aktivitas fisik jangka pendek (2–12 minggu) menunjukkan hasil terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebesar 1–6 mmHg (Reinehr et al., 2006).

Kejadian hipertensi dan peningkatan tekanan darah pada anak seringkali tidak terdeteksi sejak dini sehingga menetap hingga usia dewasa menyebabkan hipertensi bahkan penyakit jantung koroner. Hal ini dipicu oleh perubahan gaya hidup seperti peningkatan berat badan dan penurunan aktivitas fisik. Apabila tidak diatasi dengan cepat dan tepat, perubahan tersebut dapat menimbulkan obesitas, peningkatan tekanan darah dan risiko metabolik lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melihat hubungan indeks massa tubuh dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada pelajar SMA di Pekanbaru. Alasan dipilihnya anak usia sekolah yakni pelajar SMA sebagai populasi penelitian karena pada usia ini anak dianggap mampu anak pada usia ini sudah mandiri dan memiliki pengetahuan serta sikap positif dalam menjaga kesehatan tubuhnya. Diharapkan penelitian ini sekaligus menjadi upaya promotif dan preventif dalam pencegahan hipertensi di kalangan anak. Alasan lain yang ikut melatar belakangi adalah masih terbatasnya penelitian – penelitian khususnya di dalam negeri baik mengenai hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah maupun hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada populasi anak.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pelajar SMA di Pekanbaru ?

2. Apakah terdapat hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada pelajar SMA di Pekanbaru ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana hubungan indeks massa tubuh dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada pelajar SMA di Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada pelajar SMA di Pekanbaru

b. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada pelajar SMA di Pekanbaru

c. Mengetahui adanya faktor risiko selain indeks massa tubuh dan aktivitas fisik yang berhubungan dengan tekanan darah pada pelajar SMA di Pekanbaru

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya bagi anak dan orang tua mengenai penyakit hipertensi dan upaya pencegahannya melalui penerapan gaya hidup sehat termasuk pengendalian berat badan.

2. Menjadi sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

3. Memberi masukan bagi para pemegang kebijakan di bidang kesehatan dan pendidikan untuk bekerja sama dalam menyediakan layanan pemeriksaan tekanan darah di lingkungan sekolah melalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

(6)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan melalui beberapa publikasi penelitian terdahulu melalui Pubmed, Science Direct, ProQuest, dan Springerlink dengan menggunakan kata kunci “blood pressure in children, elevated blood pressure in children, body mass index and blood pressure serta physical activity and blood pressure”, peneliti dapat menunjukkan keaslian penelitian seperti yang tertera berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ekowati (2013) yakni “Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dan Ukuran Lingkar Pinggang terhadap Nilai Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Anak SD Kelas I-VI yang Tinggal di Daerah Pantai Samas Yogyakarta”. Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi positif antara indeks massa tubuh dan ukuran lingkar pinggang terhadap rata- rata nilai tekanan darah sistolik dan diastolik. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas yang digunakan yaitu indeks massa tubuh. Penelitian Ekowati menggunakan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebagai variabel terikat, sedangkan penelitian ini melihat hubungan secara terpisah antara indeks massa tubuh dengan tekanan sistolik dan indeks massa tubuh dengan tekanan diastolik.

2. Penelitian yang dilakukan Moser et al. (2012) yakni “Anthropometric Measures and Blood Pressure in School Children” di Curitiba, Brazil. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran dengan berbagai indikator antropometri seperti indeks massa tubuh, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang – pinggul dan tebal lemak bawah kulit, untuk menemukan indikator antropometri yang memiliki korelasi kuat dengan tekanan darah. Hasil menunjukkan bahwa tebal lemak bawah kulit dan indeks massa tubuh merupakan indikator antropometri yang berhubungan dengan tekanan darah diatas persentil 90. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menggunakan indeks massa tubuh sebagai indikator antropometri dalam melihat kenaikan tekanan darah. Perbedaan lainnya terletak pada subjek penelitian, subjek penelitian Moser adalah anak SD dan SMP (kelas V-VIII) sedangkan penelitian ini adalah pelajar SMA.

(7)

3. Penelitian Ostchega et al. (2009) yakni “Trends of Elevated Blood Pressure among Children and Adolescents”. Hasil penelitian ini adalah kecenderungan peningkatan tekanan darah yang terjadi pada anak dan dewasa berhubungan kuat dan positif dengan obesitas. Kesamaan dengan penelitian ini adalah desain yang digunakan yakni cross sectional. Perbedaannya adalah Ostchega et al.

menggunakan data sekunder dari National Health and Nutrition Examination Survey 1988-2006 pada anak berusia 8–17 tahun sedangkan penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung terhadap anak usia 15–17 tahun.

4. Penelitian Hosseinni et al. tahun 2002 dan 2004 yaitu “The Relation of Body Mass Index and Blood Pressure in Iranian Children and Adolescents Aged 7- 18 Years Old”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara tekanan darah dan indeks massa tubuh pada anak usia 7 – 18 tahun. Tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan rerata tekanan darah berhubungan dengan kenaikan indeks massa tubuh dan usia. Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada desain penelitian yakni cross sectional. Perbedaannya adalah penelitian Hosseinni et al. menggunakan standar CDC 2000 sebagai standar kurva pertumbuhan untuk penentuan indeks massa tubuh sedangkan penelitian ini menggunakan kurva standar pertumbuhan WHO 2007.

5. Penelitian Julia (2006) yaitu “The Influence of Socioeconomic Status on Blood Pressure of Indonesian Prepubertal Children”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan status sosial ekonomi dengan tekanan darah pada anak-anak usia sekolah dasar di Indonesia (Yogyakarta).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat status sosial ekonomi, dalam hal ini adalah wilayah pedesaan, maka risiko mengalami hipertensi juga semakin tinggi. Hasil ini berkaitan dengan ditemukannya prevalensi stunting yang lebih tinggi di wilayah pedesaan dibandingkan wilayah lainnya. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada disain penelitian yaitu cross sectional dan variabel terikat yaitu tekanan darah. Indikator antropometri yang digunakan dalam penelitian Julia adalah nilai z-score indeks massa tubuh berdasarkan umur dan tinggi badan

(8)

berdasarkan umur sedangkan penelitian yang dilakukan penulis hanya menggunakan indikator antropometri indeks massa tubuh berdasarkan umur.

6. Penelitian yang dilakukan Ekelund et al. tahun 1997 – 2000 berjudul “TV Viewing and Physical Activity Are Independently Associated with Metabolic Risk in Children : The European Youth Heart Study”. Hasilnya menunjukkan hubungan yang positif antara menonton televisi dengan terjadinya penimbunan lemak. Temuan lainnya adalah aktivitas fisik berbanding terbalik dengan tekanan sistolik dan diastolik darah, glukosa puasa, insulin, dan trigliserida dalam darah. Persamaan dengan penelitian ini adalah desain cross sectional.

Ekelund et al. melihat hubungan antara kebiasaan menonton televisi dan aktivitas fisik dengan risiko metabolik pada anak usia 9-10 tahun dan 15-16 tahun. Aktivitas fisik diukur menggunakan accelerometry dan risiko metabolik dilihat dari indikator lemak tubuh, tekanan darah, kadar trigliserida puasa, kadar HDL, glukosa dan insulin sedangkan penulis menggunakan kuesioner sebagai alat ukur aktivitas fisik dikarenakan keterbatasan biaya dan waktu.

7. Penelitian Maximova (2009) yaitu “The Role of Physical Activity, Obesity and Perception of Weight Status in The Prevention of Elevated Blood Pressure in Youth : Biological and Behavioral Investigations”. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perubahan lemak dengan tekanan darah sistolik pada anak usia remaja awal dan akhir. Baik anak perempuan maupun laki-laki yang mengalami kenaikan indeks massa tubuh, lingkar pinggang ataupun tebal lemak bawah kulit akan memiliki tekanan darah sistolik lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak. Kesamaan pada penelitian ini adalah variabel yang digunakan yakni indeks massa tubuh dan tekanan darah. Perbedaannya adalah penelitian Maximova menggunakan disain cohort dan penulis menggunakan disain cross sectional.

Referensi

Dokumen terkait

setelah pemberian jus semangka rata-rata tekanan darah sistolik menjadi. 166,24 mmHg, sedangkan untuk tekanan darah diastolik rata-rata

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar gula darah puasa pada pegawai sekretariat daerah

menggunakan paired sample T-Test didapatkan nilai p- value penurunan tekanan darah sistol sebesar 0,000 dan p-value penurunan tekanan darah diastol sebesar 0,000,

Secara keseluruhan faktor risiko yang akan diteliti adalah jenis kelamin, umur, tekanan darah, Indeks Massa Tubuh (IMT), perilaku merokok, Diebetes Mellitus, aktivitas fisik,

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan

YLL merupakan suatu indikator yang penting untuk memperkirakan kematian dini, yaitu dengan menghitung jumlah tahun produktif suatu populasi yang hilang akibat

a) Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam kadar diatas KHM sangat penting untuk memperkirakan outcome klinik ataupun kesembuhan. Pada kelompok ini

Umumnya foot ulcer mempunyai faktor risiko yaitu gula darah yang tidak terkontrol, lamanya menderita diabetes, neuropati (sensorik, motorik, perifer), kelainan pembuluh