BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian
Pada proses perencanaan penelitian, hasil kalkulasi ukuran sampel beda proporsi menghasilkan angka sebesar 75 sampel. Sementara itu, jumlah eligible subject tidak jauh berbeda dengan ukuran sampel, yaitu 86. Oleh karena itu, jumlah sampel dibulatkan sehingga sama dengan eligible subjek menjadi 86 sampel.
Namun, pada proses penelitian tiga orang sampel tidak dapat hadir karena sedang sakit, yaitu masing-masing sedang menderita bronchitis, sedang memeriksakan diri ke Pusat Kesehatan Mahasiswa (PKM) dan sedang mengalami nyeri datang bulan yang berat. Oleh karena itu, jumlah responden yang mengikuti proses penelitian menjadi sebanyak 83 orang.
Setelah melakukan penelitian pada 83 responden, penulis mengeluarkan delapan orang dari proses analisis data. Hal tersebut dilakukan karena kondisi- kondisi berikut.
a. Berdasarkan tahun lengkap (completed years), lima orang masih berusia 17 tahun sehingga tidak memenuhi syarat umur untuk mengikuti tes kebugaran, yaitu minimal 18 tahun;
b. satu orang berpuasa satu hari sebelum penelitian sehingga hasil recall 24 jam tidak representatif terhadap pola asupan harian;
c. satu orang memiliki persen lemak tubuh yang sangat rendah (< 5 persen) sehingga tidak terdeteksi oleh instrumen pengukuran; dan
d. satu orang tidak menjalani tes kebugaran dengan prosedur yang sesuai (mengganti kaki untuk melangkah ke atas bangku yang seharusnya selalu kaki kanan menjadi kaki kiri).
Maka, setelah dikurangi delapan orang responden tersebut, jumlah subjek
sebenarnya (actual subject) dari penelitian ini adalah sebanyak 75 orang. Analisis
data dilakukan pada 75 orang responden tersebut sehingga seluruhnya merupakan
umum hasil pengumpulan data pada 75 orang responden yang akan menunjang analisis data pada tahap selanjutnya.
Tabel 5.1 Hasil Pengumpulan Data Usia, Berat dan Tinggi Badan serta Denyut Nadi pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Pada tabel 5.1. terlihat bahwa umur 75 responden berkisar antara 18 hingga 19 tahun. Sementara itu, dalam hal berat badan, responden berkisar pada 36.3 hingga 73.6 kg dengan rata-rata 51.6 kg dan standar deviasi 7.4 kg. Adapun tinggi badan responden berada antara 144.6 hingga 166.2 cm dengan rata-rata 154.9 cm dan standar deviasi 5.0 cm.
Sebelum dan lima menit setelah selesai melakukan tes bangku 3 menit YMCA, denyut nadi pada setiap responden dihitung untuk memantau keadaan kardiorespiratori responden sebelum dan setelah menjalani tes. Sebelum tes, denyut nadi berkisar antara 64 hingga 110 kali/ menit dengan rata-rata responden memiliki denyut nadi 83 kali/ menit dan standar deviasi 10.1 serta nilai median 82 kali/menit. Sementara itu, denyut nadi responden lima menit setelah tes berkisar antara 69 hingga 120 kali/ menit dengan rata-rata 100 kali/ menit, standar deviasi 11.8 dan nilai median 120 kali/ menit.
5.2. Analisis Univariat
5.2.1. Gambaran Distribusi Kebugaran Responden
Berdasarkan perhitungan denyut nadi pada setiap responden setelah tes bangku 3 menit YMCA, terlihat bahwa jumlah denyut nadi sangat bervariasi dengan gambaran statistik pada tabel berikut.
Rata-Rata SD Median Maksimum Minimum
Umur (tahun lengkap) 18.5 0.5 18.0 19.0 18.0 Berat Badan (kg) 51.6 7.4 51.2 73.6 36.3 Tinggi Badan (cm) 154.9 5.0 155.2 166.2 144.6 Denyut Sebelum Tes
(kali/ menit) 83.2 10.1 82.0 110 64.0 Denyut 5 Menit Setelah
Selesai Tes (kali/ menit)
100.2 11.8 101.0 120 69.0
Tabel 5.2 Statistik Denyut Nadi Setelah Tes Bangku 3 Menit YMCA pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Statistik Jumlah Denyut Nadi Setelah Tes (Kali/ Menit) (n = 75)
Rata-Rata 128
Standar Deviasi 14
Median 126 Maksimum 162 Minimum 98
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah denyut nadi rata-rata adalah 128 dengan standar deviasi 14. Rata-rata tersebut sama dengan satu setengah kali rata-rata denyut sebelum tes. Adapun jumlah denyut nadi tertinggi adalah 162 dan terendah adalah 98 dengan median 126.
Denyut nadi pada para responden tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori yang menunjukkan bugar atau tidaknya masing-masing individu. Berikut adalah distribusi status kebugaran berdasarkan jumlah denyut nadi setelah tes bangku 3 menit YMCA.
Grafik 5.1
Distribusi Status Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Tidak Bugar 86.7%
Bugar 13.3%
Grafik 5.1 menunjukkan bahwa dari 75 responden, 86.7 persen (65
orang) tergolong tidak bugar. Sementara itu, responden yang bugar
hanya mencakup 13.3 persen (10 orang).
Perbandingan persentase antara kedua status kebugaran tersebut tergolong cukup jauh dan didominasi oleh kelompok tidak bugar. Oleh karena itu, jumlah denyut nadi setelah tes kebugaran dibagi kembali menurut nilai median (126), yaitu di bawah nilai median (bugar) serta ≥ nilai median (tidak bugar). Distribusi tingkat kebugaran pada responden berdasarkan median denyut nadi ditunjukkan oleh grafik berikut.
Grafik 5.2
Distribusi Status Kebugaran Menurut Median Jumlah Denyut Nadi pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Bugar 45.3%
Tidak Bugar 54.7%
Grafik 5.2 menunjukkan bahwa berdasarkan nilai median, 45.3
persen responden (34 orang) memiliki jumlah denyut nadi di bawah nilai
median sehingga tergolong bugar sementara 54.7 persen (41 orang)
tergolong tidak bugar karena memiliki jumlah denyut nadi yang ≥ nilai
median. Kedua kategori ini merupakan kategori yang akan diuji pada
variabel dependen analisis bivariat untuk meningkatkan kemaknaan
hubungan antara variabel independen dan dependen karena jarak
persentase di antara keduanya tidak terlampau jauh.
5.2.2 Gambaran Distribusi Status Gizi Responden 5.2.2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Untuk menunjukkan status gizi responden, IMT dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu kurang, normal dan lebih.
Berikut adalah distribusi status gizi responden menurut IMT.
Grafik 5.3
Distribusi Status Gizi Menurut Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Kurang 16.0%
Normal 68.0%
Lebih 16.0%
Melalui grafik 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada status IMT normal, yaitu sebanyak 68 persen (51 orang) dari keseluruhan. Sementara itu, responden dengan status IMT lebih dan kurang terbagi seimbang, yaitu masing-masing sebesar 16 persen (12 orang) dari seluruh responden.
5.2.2.2 Persen Lemak Tubuh
Data persen lemak tubuh kemudian dikelompokkan
menjadi dua kategori untuk mengetahui status gizi responden, yaitu
tidak lebih dan lebih. Berikut adalah distribusi status persen lemak
tubuh pada responden.
Grafik 5.4
Distribusi Status Gizi Menurut Persen Lemak Tubuh pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Lebih 34.7%
Tidak Lebih 65.3%
Grafik 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden, yaitu 65.3 persen (49 orang) berada pada kondisi persen lemak tubuh yang tidak lebih. Sementara itu, responden dengan persen lemak tubuh yang lebih mencakup 34.7 persen (26 orang).
5.2.2.3 IMT dan Persen Lemak Tubuh
Status gizi pada responden dapat diketahui lebih lanjut dengan gabungan antara IMT dan persen lemak tubuh. Setelah dilakukan pengamatan lebih lanjut, data antara status gizi menurut IMT dan persen lemak tubuh tidak sebanding. Individu dengan status IMT lebih mencakup 16 persen responden sementara individu dengan status persen lemak tubuh lebih mencapai 34.7 persen responden. Berikut adalah analisis kombinasi dari kedua status gizi tersebut.
Tabel 5.3 Distribusi Persen Lemak Tubuh Menurut IMT pada Mahasiswi FKMUI Tahun 2009
Persen Lemak Tubuh Tidak Lebih
n (%) Lebih
n (%)
Jumlah
Normal 37 (72.5) 14 (27.5) 51
Lebih 0 (0.0) 12 (100) 12
IMT
Kurang 12 (100) 0 (0.0) 12
Jumlah 49 26 75
Grafik 5.5 Distribusi Persen Lemak Tubuh Menurut IMT pada Mahasiswi FKMUI Tahun 2009
30.0 27.0
24.0 21.0
18.0 15.0
IMT
45.0
40.0
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
Persen Lemak Tubuh
Tabel 5.3 dan grafik 5.5 menunjukkan bahwa dari 51 orang individu dengan IMT normal, 14 orang (27.5 persen) di antaranya terdeteksi memiliki persen lemak tubuh yang tergolong lebih. Sementara itu, seluruh individu dengan status gizi lebih, memiliki status persen lemak tubuh yang lebih dan seluruh individu dengan status IMT kurang memiliki persen lemak tubuh yang tidak lebih.
5.2.3 Gambaran Distribusi Aktivitas Fisik Responden
Data aktivitas fisik olah raga dan waktu luang dikelompokkan
menjadi dua kategori berdasarkan nilai median untuk menunjukkan status
aktivitas fisik pada masing-masing responden. Berikut ini adalah distribusi
responden menurut status aktivitas fisik olah raga dan waktu luang.
Grafik 5.6
Distribusi Status Aktivitas Fisik Olah Raga dan Waktu Luang pada Mahasiswi
Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009
57.3 60
42.7 40
0 20 40 60 80 100 120
Olah Raga Waktu Luang
Aktivitas Fisik
Persentase
Aktif Tidak Aktif
Hasil analisis univariat pada grafik 5.6 menunjukkan bahwa indeks aktivitas fisik olah raga pada 57.3 persen responden berada di atas nilai median sehingga tergolong aktif. Sementara itu, indeks aktivitas fisik waktu luang pada 60 persen responden lebih dari nilai median sehingga tergolong aktif.
5.2.4 Gambaran Distribusi Asupan Gizi Responden 5.2.4.1 Asupan Energi
Data mengenai asupan energi yang berupa persen AKG
dikelompokkan menjadi dua kategori untuk menunjukkan status
asupan energi pada masing-masing responden. Grafik 5.7
menunjukkan bahwa asupan energi pada responden tidak jauh
berbeda antara cukup dan kurang. Sebanyak 52 persen (39 orang)
responden tergolong cukup dalam asupan energi sementara 48 persen
(36 orang) tergolong kurang.
Grafik 5.7
Distribusi Status Asupan Energi pada Mahasisw i Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Kurang 48.0%
Cukup 52.0%
5.2.4.2 Asupan Protein
Data asupan protein berupa persen AKG dikelompokkan menjadi dua kategori untuk menunjukkan status asupan protein pada masing-masing responden. Berikut ini adalah distribusi responden menurut status asupan gizi berupa protein.
Grafik 5.8
Distribusi Status Asupan Protein pada Mahasisw i Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Kurang 17.3%
Cukup
82.7%
Grafik 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu 82.7 persen (62 orang) memiliki asupan protein yang tergolong cukup. Sementara itu responden dengan asupan protein yang kurang hanya sebesar 17.3 persen (13 orang).
5.2.4.3 Asupan Vitamin A
Data asupan vitamin A berupa persen AKG dikelompokkan menjadi dua kategori untuk menunjukkan status asupan vitamin A pada masing-masing responden. Berikut ini adalah distribusi responden menurut status asupan gizi berupa vitamin A.
Grafik 5.9
Distribusi Status Asupan Vitamin A pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Kurang 34.7%
Cukup 65.3%
Grafik 5.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki asupan vitamin A yang tergolong cukup, yaitu sebesar 65.3 persen (49 orang) dari seluruh responden. Sementara itu, responden yang tergolong cukup dalam asupan vitamin A mencakup 34.7 persen (26 orang) dari seluruh responden.
5.2.4.4 Asupan Vitamin B
Status asupan vitamin B diperoleh dengan
menggabungkan status asupan seluruh vitamin B dan
mengelompokkannya menjadi dua kategori, yaitu cukup (minimal tiga vitamin B memiliki asupan > 80 persen AKG) dan kurang (kurang dari tiga vitamin B memiliki asupan > 80 persen AKG).
Berikut adalah distribusi responden menurut status asupan vitamin B.
Grafik 5.10
Distribusi Status Asupan Vitamin B pada Mahasisw i Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Kurang 57.3%
Cukup 42.7%
Pada grafik 5.10, terlihat bahwa responden dengan asupan vitamin B yang kurang lebih banyak, yaitu 57.3 persen (43 orang) dari seluruh responden. Sementara itu, responden yang tergolong cukup dalam asupan vitamin B adalah sebanyak 42.7 persen (32 orang) dari seluruh responden.
5.2.4.5 Asupan Zat Besi (Fe)
Data persen AKG asupan Fe dikelompokkan menjadi dua
kategori untuk menunjukkan status asupan Fe pada masing-masing
responden. Berikut ini adalah distribusi responden menurut status
asupan gizi berupa Fe.
Grafik 5.11
Distribusi Asupan Zat Besi (Fe) pada Mahasisw i Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Cukup 5.3%
Kurang 94.7%
Melalui grafik 5.11, dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden memiliki asupan Fe yang kurang, yaitu sebanyak 94.7 persen (71 orang). Adapun yang tergolung cukup hanya mencakup 5.3 persen (4 orang) dari seluruh responden.
5.2.4.6 Asupan Tembaga (Cu)
Data persen AKG asupan tembaga dikelompokkan
menjadi dua kategori untuk menunjukkan status asupan pada
masing-masing responden. Grafik 5.12 menunjukkan bahwa hampir
seluruh responden masih kurang dalam hal asupan Cu, yaitu 96
persen (72 orang) dari 75 responden. Adapun responden dengan
asupan tembaga cukup hanya mencakup 4 persen (3 orang) dari
seluruh responden.
Grafik 5.12
Distribusi Asupan Tembaga (Cu) pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009 Kurang
96.0%
Cukup 4.0%
5.2.4.7 Asupan Magnesium (Mg)
Data persen AKG asupan tembaga dikelompokkan menjadi dua kategori untuk menunjukkan status asupan pada masing-masing responden. Grafik 5.13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih kurang dalam hal asupan Mg, yaitu 61.3 persen (46 orang) dari 75 responden. Adapun responden dengan asupan tembaga cukup mencakup 38.7 persen (29 orang) dari seluruh responden.
Grafik 5.13
Distribusi Asupan Magnesium (Mg) pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
Cukup 38.7%
Kurang
61.3%
5.3 Analisis Bivariat
5.3.1 Hubungan Status IMT dengan Kebugaran
Hubungan antara kedua variabel diketahui melalui analisis bivariat yang dilakukan dengan uji chi kuadrat antar kategori pada masing-masing variabel tersebut. Berikut adalah hasil analisis hubungan antara variabel status IMT dan tingkat kebugaran berdasarkan median denyut nadi.
Grafik 5.14
Distribusi Tingkat Kebugaran Berdasarkan Median Denyut Nadi Menurut IMT pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI
Tahun 2009
47.1
16.7
66.7 52.9
83.3
33.3
0 20 40 60 80 100 120
Normal Lebih Kurang
Status IMT
Persentase
Tidak Bugar Bugar
Tabel 5.4 Analisis Hubungan Status Gizi Menurut IMT dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Status Kebugaran (Menurut Nilai Median
Denyut Nadi) Bugar
n (%)
Tidak Bugar n (%)
Total
(n) nilai-p
Odds Ratio (95%) Kurang/ Lebih Normal 24 (47.1) 27 (52.9) 51
Lebih 2 (16.7) 10 (83.3) 12 IMT
Kurang 8 (66.7) 4 (33.3) 12
0.044 10.00 (1.44 - 69.26)
Grafik 5.14 menunjukkan bahwa pada individu dengan status IMT
normal, status kebugaran hampir seimbang antara yang bugar dengan yang
tidak bugar. Sementara itu, individu dengan status IMT lebih didominasi
dengan kondisi yang tidak bugar. Adapun sebagian besar individu dengan
status IMT kurang berada dalam kondisi yang bugar.
Hasil uji chi kuadrat pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status IMT dengan status kebugaran dengan nilai p = 0.044. Hubungan tersebut memiliki rasio individu dengan IMT kurang 10 kali lebih mungkin untuk menjadi bugar dibanding responden dengan IMT lebih. IMT kurang berkisar pada angka 15.8 – 18.4 kg/m
2sedangkan IMT tertinggi berada pada angka 25.7 – 29.3 kg/m
2.
5.3.2 Hubungan Status Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran Hubungan antara persen lemak tubuh dengan kebugaran dianalisis dengan uji chi kuadrat antara status persen lemak tubuh dan status kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Grafik 5.15 menunjukkan bahwa status bugar terdapat lebih banyak pada individu dengan status persen lemak yang tidak lebih (55.1 persen). Sementara itu, kondisi bugar terlihat hanya mencakup 26.9 persen pada individu dengan status persen lemak lebih.
Sementara itu, hasil analisis pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan persen lemak tubuh dengan status kebugaran menurut median denyut nadi (nilai-p = 0.037). Selain itu, diketahui juga bahwa responden dengan persen lemak yang tidak lebih 3.3 kali lebih mungkin untuk menjadi bugar dibanding responden dengan persen lemak yang lebih.
Grafik 5.15
Distribusi Tingkat Kebugaran Berdasarkan Median Denyut Nadi Menurut Persen Lemak Tubuh pada Mahasiswi
Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009
55.1
26.9 44.9
73.1
0 20 40 60 80 100 120
Persentase
Tidak Bugar Bugar
Tabel 5.5 Analisis Hubungan Status Gizi Menurut Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Status Kebugaran (Menurut Nilai Median
Denyut Nadi) Bugar
n (%) Tidak Bugar n (%)
Total
(n) nilai-p Odds Ratio (95%)
Tidak Lebih 27 (55.1) 22 (44.9) 49 Persen
Lemak
Tubuh Lebih 7 (26.9) 19 (73.1) 26 0.037 3.33 (1.19 – 9.36)
5.3.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran
Hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran dianalisis dengan uji chi kuadrat antara masing-masing tingkat indeks aktivitas oleh raga dan waktu luang karena lebih bermakna dibandingkan dengan analisis antara indeks aktivitas fisik (rata-rata gabungan) dengan status kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Hasil analisis tersebut digambarkan oleh grafik dan tabel berikut.
Grafik 5.16
51.2 48.8
37.5 62.5
48.2 51.8
36.8 63.2
0 20 40 60 80 100
Persentase
AktifTidak Aktif Aktif Tidak Aktif
Olah RagaWaktu Luang
In d e ks
Distribusi Status Kebugaran Berdasarkan Median Denyut Nadi Menurut Status Indeks Olah Raga, Waktu Luang dan Aktivitas
Fisik (Rata-Rata Gabungan) pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009
Bugar Tidak Bugar
Tabel 5.6 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Status Kebugaran (Menurut Nilai Median Denyut
Nadi) Bugar
n (%) Tidak Bugar n (%)
Total
(n) nilai-p
Aktif 22 (51.2) 21 (48.8) 43
Status Aktivitas Olah
Raga Tidak Aktif 12 (37.5) 20 (62.5) 32 0.347
Aktif 27 (48.2) 19 (51.8) 46
Status Aktivitas
Waktu Luang Tidak Aktif 7 (36.8) 12 (63.2) 19 0.553
Grafik 5.16 menunjukkan bahwa dari seluruh indeks, kelompok yang tidak aktif didominasi oleh status tidak bugar. Berbeda dengan kelompok aktif yang status kebugarannya tergolong seimbang.
Sementara itu, tabel 5.6 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik olah raga dan waktu luang dengan status kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai-p pada hasil uji chi kuadrat indeks olah raga dan waktu luang yang masing-masing berada pada angka 0.347 dan 0.553.
5.3.4 Hubungan Asupan Gizi Berupa Energi dengan Kebugaran Hubungan antara asupan gizi berupa energi dengan kebugaran dianalisis dengan uji chi kuadrat antara status asupan energi dengan status kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Grafik 5.17 menunjukkan bahwa status kebugaran antara individu dengan asupan energi yang cukup dan kurang tergolong cukup seimbang. Tidak terdapat perbedaan persentase yang besar pada status kebugaran di antara kedua kategori tersebut.
Sebanyak 46.2 persen individu dengan asupan energi yang cukup tergolong bugar, sementara 44.4 persen individu dengan asupan energi yang kurang pun tergolong bugar.
Sementara itu, tabel 5.7 menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara status asupan energi dengan status
kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Hal tersebut ditunjukkan oleh
Grafik 5.17
Distribusi Status Kebugaran Berdasarkan Median Denyut Nadi Menurut Asupan Energi pada Mahasiswi
Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009
46.2 44.4
53.8 55.6
0 20 40 60 80 100 120
Cukup Kurang
Asupan Energi
Persentase
Tidak bugar Bugar
Tabel 5.7 Analisis Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Status Kebugaran (Menurut Nilai Median
Denyut Nadi) Bugar
n (%) Tidak Bugar n (%)
Total
(n) nilai-p
Cukup 18 (46.2) 21 (53.8) 39
Status Asupan
Energi Kurang 16 (44.4) 20 (55.6) 36 1.00
5.3.5 Hubungan Asupan Gizi Berupa Protein dengan Kebugaran Hubungan antara asupan protein dengan kebugaran dianalisis dengan uji chi kuadrat antara status asupan protein dengan status kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Grafik 5.18 menunjukkan bahwa pada individu dengan asupan protein cukup memiliki kondisi bugar yang lebih banyak dibandingkan individu dengan asupan protein kurang. Terdapat 46.8 persen individu dengan asupan protein cukup yang tergolong bugar sementara pada individu dengan asupan protein yang kurang terdapat 38.5 persen.
Sementara itu, tabel 5.8 menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara status asupan protein dengan status
kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai-p pada hasil uji chi kuadrat yang berada pada angka 0.810.
Grafik 5.18
Distribusi Tingkat Kebugaran Berdasarkan Median Denyut Nadi Menurut Asupan Protein pada Mahasiswi
Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009
46.8 38.5
53.2 61.5
0 20 40 60 80 100 120
Cukup Kurang
Asupan Protein
P er sen ta se
Tidak Bugar Bugar
Tabel 5.8 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Status Kebugaran (Menurut Nilai Median
Denyut Nadi) Bugar
n (%)
Tidak Bugar n (%)
Total
(n) nilai-p
Cukup 29 (46.8) 33 (53.2) 62 Status Asupan
Protein Kurang 5 (38.5) 8 (61.5) 13 0.810
5.3.6 Hubungan Asupan Gizi Berupa Vitamin A dengan Kebugaran
Hubungan antara asupan vitamin A dengan kebugaran dianalisis
dengan uji chi kuadrat antara status asupan vitamin A dengan tingkat
kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Grafik 5.19 menunjukkan bahwa
kondisi bugar pada individu dengan konsumsi vitamin A yang cukup dan
kurang tidak jauh berbeda, yaitu masing-masing 42.9 dan 50 persen.
Sementara itu, tabel 5.9 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status asupan vitamin A dengan status kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai-p pada hasil uji chi kuadrat yang berada pada angka 0.728.
Grafik 5.19
Distribusi Status Kebugaran Berdasarkan Median Denyut Nadi Menurut Asupan Vitamin A pada Mahasiswi
Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009
42.9 50.0
57.1 50.0
0 20 40 60 80 100 120
Cukup Kurang
Status Asupan Vitamin A
Persentase
Tidak Bugar Bugar
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Status Kebugaran (Menurut Nilai Median
Denyut Nadi) Bugar
n (%)
Tidak Bugar n (%)
Total
(n) nilai-p
Cukup 21 (42.9) 28 (57.1) 49
Status Asupan
Vitamin A Kurang 13 (50.0) 13 (50.0) 26 0.728
5.3.7 Hubungan Asupan Gizi Berupa Vitamin B dengan Kebugaran
Hubungan antara asupan vitamin B dengan kebugaran dianalisis
dengan uji chi kuadrat antara status asupan vitamin B dengan tingkat
kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Grafik 5.20 menunjukkan bahwa
status kebugaran antara individu dengan asupan vitamin B yang cukup dan
kurang tergolong hampir seimbang. Sebanyak 46.9 persen individu dengan
asupan vitamin B yang cukup tergolong bugar, sementara pada asupan vitamin
B yang kurang terdapat 44.2 persen.
Grafik 5.20
Distribusi Status Kebugaran Berdasarkan Median Denyut Nadi Menurut Asupan Vitamin B pada Mahasisw i Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009
46.9 44.2
53.1 55.8
0 20 40 60 80 100 120
Cukup Kurang
Asupan Vitamin B
P er sen tas e
Tidak Bugar Bugar
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Asupan Vitamin B dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKMUI Tahun 2009
Status Kebugaran (Menurut Nilai Median
Denyut Nadi) Bugar
n (%) Tidak Bugar n (%)
Total
(n) nilai-p
Cukup 15 (46.9) 17 (53.1) 32
Status Asupan
Vitamin B Kurang 19 (44.2) 24 (55.8) 43 1.00
Sementara itu, tabel 5.10 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status asupan vitamin B dengan status kebugaran berdasarkan median denyut nadi. Hal tersebut terlihat pada nilai-p hasil uji chi kuadrat yang berada pada angka 1.00.
5.3.8 Hubungan Asupan Gizi Berupa Zat Besi (Fe) dengan Kebugaran
Hubungan antara asupan Fe dengan kebugaran dianalisis dengan uji
chi kuadrat antara status asupan Fe dengan status kebugaran berdasarkan
median denyut nadi. Hasil analisis tersebut digambarkan oleh grafik dan tabel
berikut.
Grafik 5.21
Distribusi Status Kebugaran Berdasarkan Median Denyut Nadi Menurut Asupan Zat Besi (Fe) pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009
25 46.5
75 53.5
0 20 40 60 80 100 120
Cukup Kurang
Asupan Zat Besi
Persentase