• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Agrowisata Subak Tegenungan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Agrowisata Subak Tegenungan."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI AGROWISATA SUBAK TEGENUNGAN

DESA KEMENUH KECAMATAN SUKAWATI

KABUPATEN GIANYAR

Oleh :

Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, MS.

Ni Putu Vivi Febryyana

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-Nya penelitian ini ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini menekankan untuk melihat potensi dari Subak Tegenungan untuk bisa dikembangkan sebagai daerah Pariwisata.

Subak-subak yang ada di Bali sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah pariwisata karena keunikan kehidupan pertaniannya disamping karena keindahan alamnya. Sangat ironis jika didaerah yang pariwisatanya sangat berkembang dan maju tapi kehidupan petaninya sangat miskin. Padahala petani merupakan pelaku dari kebudayaan di Bali. Subak merupakan asset budaya dan asset pariwisata.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki hasil penelitian ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga hasil penelitian ini ada manfaatnya, khususnya untuk membantu pemikiran untuk mengembangkan subak-subak yang ada di Bali agar bisa menikmati kemajuan pariwisata dan kehidupan petani lebih sejahtera.

Denpasar, Desember 2015

Peneliti

(3)

RINGKASAN

Subak Tegenungan Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar memiliki potensi yang sangat besar dikembangkan sebagai Agrowisata. Agrowisata merupakan kegiatan tersistem antara pariwisata dengan pertanian sehingga kemajuan pariwisata di Bali dapat juga berimbas pada kemajuan pertanian atau peningkatan pendapatan petani. Dengan demikian petani tidak hanya hidup dari penjualan produk pertaniannya saja tapi juga dapat menjual budaya pertaniannya.

Tujuan penelitian adalah untuk menggali potensi yang mungkin dikembangkan untuk menjaring wisatawan berkunjung ke Subak Tegenungan. Disamping itu penelitian ini juga dilakukan untuk menawarkan berbagai inovasi yang mungkin dikembangkan sebagai penunjang atau daya tarik agar wisatawan tertarik mengunjungi Subak Tegenungan.

Hasil penelitian dengan analisis SWOT dapat disimpulkan kekuatan yang sangat menonjol menjadikan Subak Tegenungan sebagai daerah Agrowisata adalah letaknya yang sangat dekat obyek wisata yaitu hanya 1,5 km dari pasar Sukawati yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Peluang penting yang dimiliki oleh petani di Subak Tegenungan adalah banyaknya lahan tidur yang tidak digarap dan sekee gong yang sudah berkembang didaerah ini.

Berbagai jenis paket wisata yang dapat dikembangkan didaerah ini antara lain: bersepeda ditengah sawah (rice field cycling), arung jeram, pembangunan art shop yang dikelola oleh petani, pembangunan restoran ditepi sawah, paket membajak sawah secara tradisional dan modern, menanam padi secara tradisional, panen padi, memancing di kolam pancing, pertunjukan kesenian tradisional, kegiatan upacara pertanian, spesial kegiatan tahun baru ala petani.

Agar paket wisata yang ditawarkan tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dirancang berbagai sarana dan prasarana antara lain:

1. Sarana dan prasarana yang dapat memberi rasa aman kepada para wisatawan, baik keamanan dari segi gangguan kriminalitas, dan keamanan yang mungkin mengancam jiwa dari wisatawan.

2. Kesejukan yaitu suasana yang dapat memberi kepuasan kepada wisatawan antara lain bebas dari polusi, keindahan alam, penataan alamnya, penataan tata letak pasilitas yang dikembangkan untuk member rasa sejuk kepada para wisatawan.

3. Ketertiban, pengaturan para wisatawan maupun para wisatawan, yang mana yang boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Pengaturan pedagang acung perlu ditertibkan agar tidak mengganggu wisatawan.

4. Pelayanan dan keramahan. Perlu diatur pengadaan pemandu wisata yang memiliki kompetensi memadai, serta penyertaan pedagang kaki lima dari kalangan petani. Perlu dibuat pusat informasi untuk mempermudah komunikasi kedalam maupun keluar desa. 5. Perlu terus menerus dipelihara cirri keunikan dan keindahan sehingga menimbulkan daya tarik yang tinggi bagi wisatawan.

6. Memperbanyak variasi paket wisata yang disediakan sehingga memberi pengalaman yang banyak bagi wisatawan sehingga keinginan berkunjung berulangkali dapat terjadi.

(4)
(5)

DAFTAR ISI

2.2 Agrowisata Sebagai Potensi Agribisnis di Bali ……….. 10

2.3 Kendala Melaksanakan Agrowisata ……….. 12

3.4. Instrumen Pengumpulan Data ……… 25

3.5. Analisis Data ……… 25

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subak Tegenungan ……… 26

(6)

4.3.2 Arung Jeram ………. 28

4.3.3. Pembangunan “artshop”……….. 28

4.3.4 Pembangunan Restoran di tepi sawah ……… 30 4.3.5 “ Plowing” (Modern & Traditional) ………. 30

4.3.6 “ Special Rice Planting” (Organic Rice) ……….. 31

4.3.7 Special Rice Harvest” (Modern & Traditional)……… 31

4.3.8 “Pool Fishing” ……….. 33

4.3.9 Balinese Music Performance & Excercise ……… 33

4.3.10 Spiritual Ritual ………. 34

4.6 Format Pengelola Agrowisata Subak Tegenungan ………. 39

(7)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara agraris dan mempunyai kekayaan akan hasil alam yang melimpah,

Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan

pemerintah masih harus mengimpor dari negara lain. "Impor produk-produk pangan

Indonesia setiap tahun makin tidak terbendung dan sudah pada tahap kronis. Hampir 65

persen dari semua kebutuhan pangan di dalam negeri kini dipenuhi dari impor," kata

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Perdagangan,

Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur di Jakarta, Selasa (4/9/2012).

Sektor pangan, menurut Natsir, terus dibanjiri produk impor karena pemenuhan

suplai dalam negeri terus berkurang akibat produksi yang rendah. Faktor inovasi menjadi

salah satu penyebab produktivitas selalu rendah. "Masalah diversifikasi pangan saat ini

hanya slogan saja. Pemerintah hanya mengejar target swasembada pangan di berbagai

bidang seperti swasembada daging, namun hanya dipatok berdasarkan target-target

normatif tanpa proses merealisasikan target yang konkret dan sistematis," paparnya.

Adapun pengamat pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin, mengatakan

kesalahan pemerintah telah berlangsung sejak lama, sehingga ketergantungan pada bahan

pangan impor tidak dapat dihindari. Pertanian merupakan landasan atau pondasi dari

pertumbuhan ekonomi dan pemerintah harus berpikir komprehensif dalam membangun

pertanian. "Pemerintah diharapkan meningkatkan sektor pertanian mulai dari hulu seperti

lahan, input, kredit, infrastruktur, pemberdayaan manusia hingga ke hilir yakni industri

yang menimbulkan nilai tambah dan efisiensi bagi petani. Selain itu, pemerintah tidak

(8)

Bustanul menambahkan, kesejahteraan petani merupakan masalah utama yang

harus menjadi prioritas. Meningkatkan produksi bukan suatu pekerjaan yang sulit,

pengembangan teknologi baru dengan varietas unggul serta membudidayakannya

merupakan salah satu cara meningkatkan produksi. "Jika pemerintah pusat bisa

melaksanakannya, tinggal mendesain sedemikian rupa kebijakan itu agar bisa

dilaksanakan di lapangan (petani) atau pemerintah daerah. Swasembada merupakan target

yang sulit dilakukan, namun yang paling penting adalah menyejahterakan petani, sebab

swasembada hanya ekspor, impor dan masalah produksi," katanya.(Antara/msb)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu Januari hingga

November 2013, pemerintah Indonesia tercatat mengimpor lebih dari 17 miliar kilogram

bahan pokok senilai US$ 8,6 miliar atau setara Rp (kurs: Rp 104,9 triliun). Berikut daftar

lengkap 29 komoditas bahan pangan yang diimpor Indonesia kurun Januari-November

2013

Tabel 1. Import Indonesia terhadap 29 jenis komoditi pertanian

Komoditi Nilai

Beras 226,4 432,8 Vietnam, Thailand, India, Pakistan, Myanmar

Jagung 822,35 2,8 miliar India, Brasil, Argentina, Thailand, Paraguay

Kedelai 1 juta 1,62 miliar Amerika Serikat (AS), Argentina, Malaysia, Paraguay, Uruguay,

gandum 2,26 juta 6,21 miliar Australia, Kanada, AS, India, Ukraina Tepung

terigu

74,9 185,8 :Srilanka, India, Turki, Ukraina, Jepang

(9)

Gula Tebu 1,5 juta 3,01 Thailand, Brasil, Australia, El Salvador, Afrika Selatan

Daging sejenis lembu

185,8 41,5 Australia, Selandia Baru, AS dan Singapura

Jenis lembu 271,2 104,4 Australia Daging

ayam

0,030.259 0,000.010.825 Malaysia

Garam 85,6 1,85 miliar Australia, India, Selandia Baru, Jerman, Denmar

Mentega 93,7 20,8 Selandia Baru, Belgia, Australia, Prancis, Belanda

Minyak goreng

77,4 84,7 Malaysia, India, Vietnam, Thailand, Indonesia

Susu 772,4 194,5 Selandia Baru, AS, Australia, Belgia, Belanda

Bawang merah

38,9 81,3 India, Thailand, Vietnam, Filipina, China

Bawang putih

333,3 404,2 China, India, Vietnam

Kelapa 868.209 835.941 Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam

Kelapa Sawit

2,4 3,25 Malaysia, Papua Nugini, Virgin Island

Lada 3,4 371.002 kg Malaysia, Vietnam, Belanda, AS Teh 27,7 19,5 Vietnam, Kenya, Iran, India, Srilanka Kopi 37,4 15,2 Vietnam, Brasil, AS, Italia

Cengkeh 3,3 309.299 kg Madagaskar, Brasil, Mauritius, Singapura, dan Comoros

Kakao 73,2 29,3 Ghana, Pantai Gading, Papua Nugini, Kamerun dan Ekuador

Cabai US$368.361 293.926 kg Vietnam dan India

Cabe (kering)

20,9 17,1 India, China, Thailand, Jerman, Spanyol

Cabe (awet) 2,7 2,6 Thailand, China, Malaysia dan Turki

Tembakau 571,6 111,8 China, AS, Turki, Brasil, Italia Ubi kayu US$ 38.380 100.798 kg Thailand dan Vietnam

Kentang US$ 27,6 44,6 juta Australia, Kanada, AS, Mesir, Jerman

(10)

Ada yang menyebutkan, lemahnya ekspor pangan Indonesia karena penduduknya

mengkonsumsi pangan yang besar. Namun kenapa AS dengan jumlah penduduk lebih

besar mampu mengekspor pangan sangat besar. Lalu apa yang salah?. Petani sudah

bekerja ekstra keras namun lonjakan hasilnya bergerak pelan. Salah satu penyebabnya

adalah Litbang Pertanian kita terlalu lama terbenam keasyikan mencari varitas benih

padi terbaik. Petugas pertanian kita termasuk PPL tahunya hanya bercocok tanam padi,

dan itulah yang dikerjakan setiap hari dan setiap tahun. Ukuran keberhasilan pejabat

pertanian di daerah termasuk gubernur dan bupatinya terlalu lama menggunakan ukuran

kecukupan beras di masing-masing daerah sehingga menjadi target jabatan dan politik

yang harus diperjuangkan. Akibatnya varitas bidang lain tertinggal. Contohnya kedele,

negara yang terkenal dengan tempe, tapi sayang bahan bakunya harus diimport. Jagung

lebih maju karena memiliki benih unggul yaitu hibrida sehingga ada harapan menyetop

impor, Namun tetap kurang, sehingga jagung import yang mahal inilah yang

menyebabkan harga daging ayam jauh lebih mahal di Indonesia dibandingkan harga

ayam di Australia atau di Amerika.

Jalan keluar masalah ini seharusnya melalui kerja mati-matian melakukan riset.di

sektor pertanian. Riset pertanian perlu anggaran sangat besar. Amerika Serikat, Thailand

dan Malaysia sudah membuktikan manfaat riset tersebut. Lewat riset AS menemukan

varietas terbaik dan pola tanam prima. Seorang petani AS mampu menggarap 200 ha

dengan efisien. AS mampu memadukan hasil riset kelas satu dengan teknologi dan SDM

kelas satu pula. Di indonesia ilmuwan pertanian dari perguruan tinggi tidak banyak

dilibatkan, karena struktur hubungan ilmuwan pertanian dengan birokrat pertanian tidak

(11)

mampu menjangkau petani, sedangkan birokrat di departemen pertanian tidak mau

dianggap bodoh, padahal rutinitas kerjanya lebih banyak bersifat administrasi, sangat

langka kegiatan keilmiahan. Sistem pertanian yang kita gunakan selama ini memang

keliru dan harus ada keberanian untuk berubah. Keharusan untuk berubah dari tahun

ketahun tetap menjadi wacana, tanpa pernah terlaksana. Komitmen para pimpinan

bangsa ini memang hanya sebatas wacana tanpa komitmen untuk melaksanakannya

secara serius.

Di masa yang akan datang pembangunan pertanian harus menggunakan prinsip

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Unsur-unsur penting

Pembangunan Berkelanjutan adalah: (1) Pembangunan dengan memperhatikan

kelestarian lingkungan hidup, (2) pembangunan dengan pemanfaatan sumber daya alam

(SDA) secara bijaksana, (3) pembangunan dengan menyeimbangkan antara produksi dan

kebutuhan konsumsi, (4) pembangunan penanggulangan kemiskinan, (5) pembangunan

dengan perbaikan mutu sumber daya manusia (SDM) dan pemberdayaan yang optimal

SDA dan SDM dan (6) pemanfaatan kemajuan teknologi yang semakin maju. Dalam

persaingan global negara-negara berkembang akan ada di pihak yang lemah

dibandingkan negara maju. Walupun sama-sama mengalami proses kemajuan, namun

kemajuan yang diraih oleh negara-negara maju akan jauh lebih besar dibandingkan

negara-negara berkembang. Jika ingin bersaing sejajar dengan negara-negara maju, maka

ketinggalan teknologi dan mutu sumber daya manusia harus dikejar. Perguruan tinggi

pertanian dan riset akan memiliki peranan yang sangat penting. Sidang UN Commision

(12)

antara lain juga menekankan pentingnya memperhatikan Pembangunan Berkelanjutan

ini. Namun setelah satu dekade aplikasinya tetap saja tidak ada.

Jika benar seperti itu berarti sistem pertanian kita di Indonesia yang kita gunakan

selama ini adalah salah. Lalau salahnya dimana?. Apakah karena kita terlalu banyak

mengikuti seminar, tidak pernah melakukan tindakan nyata?. Atau kita tidak pernah

memiliki persepsi yang sama tentang cara memperlakukan petani dan pertanian di negara

ini?. Atau kita ini adalah robot-robot yang tidak terlatih untuk berinisiatif dan telah

terbiasa dikomando untuk melakukan sesuatu?. Apakah iptek kita sedemikian tertinggal?

Atau karena kita tidak pernah melakukan penelitian yang tepat guna, atau kita sayang

mengeluarkan uang untuk penelitian sehingga honor penelitinya lebih rendah dari

pendapatan pedagang bakso dorongan. Atau kita tidak menghargai penelitian sebagai

pengembangan iptek dan bagian yang penting untuk merencanakan masa depan? Atau

negara ini hanya milik beberapa gelintir orang yang mengatur dan menentukan masa

depan, sementara tongkat komando yang digunakannya bukan tongkat yang lurus

melainkan tongkat butut yang bengkok-bengkok. Apakah karena perencanaan

pembangunan pertanian kita yang salah, sementara kita tahu itu salah tetapi tidak bisa

berbuat banyak untuk memperbaikinya karena kita tidak biasa bekerja terpadu dan

terkoordinasi dalam satu tim? (contoh: sepak bola).

Pariwisata memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan pada era di

Propinsi Bali. Propinsi Bali tidak memiliki sumber daya alam industri atau hasil tambang

yang dapat dipakai untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Sumber daya yang

dimiliki adalah keindahan alam danbudayanya. Oleh karena itu pariwisata merupakan

(13)

ekonomi masyarakat. Sektor pariwisata merupakan penghasil devisa penting bagi Negara

Indonesia. Disamping itu sektor pariwisata juga diharapkan dapat berpeluang untuk dapat

menjadi pendorong pertumbuhan sektor pembangunan lainnya seperti : sektor pertanian,

perkebunan, perdagangan, perindustrian dan lain-lainnnya.

Pariwisata memerlukan inovasi terus menerus sehingga tidak stagnan pada

suguhan yang ada pada saat ini. Pariwisata harus bergerak terus sehingga bisa mendorong

wisatawan dating berulang kali ke Bali. Oleh karena itu potensi-potensi lain yang masih

ada harus digarap dan dikembangkan terus menerus.

Salah satu unggulan yang belum digarap dengan serius saat ini adalah sektor

pertanian. Bali memiliki Sistem Subak yang bersifat tradisional. Subak merupakan

organisasi petani di Bali yang bersifat sosial religious dan tentu juga ekonomis.

Unsur dari sektor pertanian yang belum digarap secara optimal adalah agrowisata

(agro tourism) yang menawarkan keindahan alam pertanian, produksi serta organisasi

kegiatannya yang berupa subak belum tertata dan dimanfaatkan secara optimal.

Agrowisata dibedakan dengan wisata agro. Wisata agro lebih cendrung merupakan

kegiatan dunia pariwisata untuk menyenangkan wisatawan dengan melihat kegiatan

pertanian. Ini bersifat melayani wisatawan agar senang, tanpa memperhatikan apakah

petani dapat diuntungkan dengan kegiatan pariwisata tersebut. Berbeda dengan istilah

Agrowisata yaitu penciptaan system agar antara kegiatan pariwisata dengan pertanian

dapat terintegrasi saling menguntungkan. Kemajuan perkembangan pariwisata harus

diikuti dengan perkembangan atau kemajuan pertanian. Pertanian tidak menjadi obyek

semata, tapi seharusnya pertanian menjadi partner pariwisata. Petani harus ikut menjadi

(14)

menciptakan agar pertanian dapat memanfaatkan kesempatan meraih pendapatan dari

pariwisata.

Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan yang memanfaatkan potensi pertanian

sebagai obyek wisata, baik potensi pemandangan alamnya, kawasan lingkungan, maupun

kekhasan aktifitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya.

Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman

rekreasi dan hubungan usaha dibidang pertanian yang meliputi tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan.

Subak merupakan salah satu warisan budaya dunia yang merupakan tempat bagi

komunitas petani melaksanakan kegiatan pertanian. Subak juga dapat membantu petani

dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Karena dengan pengaturan sistem irigasi

di subak secara adil membuat seluruh krama (anggota) bisa mendapatkan air irigasi

secara merata.

Namun, dewasa ini banyak petani anggota subak tidak merasakan

kesejahteraanbaik dari segi finansial maupun ketahanan pangan. Hal itu dilatarbelakangi

karena pertumbuhan ekonomi yang menuntut setiap individu untuk meningkatkan

kebutuhan hanya secara holistik.

Salah satu yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani tanpa mengubah nilai

sosial dan kultural dari subak adalah merevitalisasi kawasan subak menjadi daerah

agrowisata. Itu merupakan hal yang logis mengingat subak memiliki banyak faktor

pendukung yang dapat membuatnya menjadi kawasan agrowisata. Hal itu dapat diilihat

dari berbagai aspek seperti: keunikan, keindahan, pelayanan, keramahan yang merupakan

(15)

Salah satu subak yang dapat dikembangkan adalah Subak Tegenungan yang

terletak di Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Subak ini berpotensi

dijadikan kawasan agrowisata karena memiliki banyak sumberdaya yang mendukung di

dalamnya. Disamping itu subak ini memang sudah ada dalam lingkungan kegiatan

pariwisata yang sangat maju. Wisatawan sudah ada tinggal menciptakan system agar

wisatawan yang berlimpah itu melirik pertanian dan merasa terhibur dangan adanya

kegiatan pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah potensi yang dimiliki oleh Subak Tegenungan baik kekuatan,

kelemahan, peluang dan tantangan. Dengan kata lain bagaimanakah analisis SWOT

dari Subak Tegenungan ?

2. Bagaimanakah inovasi yang bisa dikembangkan dalam proyek agrowisata yang

mungkin dikembangkan di Subak Tegenungan?

3. Langkah-langkah apa yang harus ditempuh untuk mengembangkan Subak

Tegenungan sebagai kawasan agrowisata

1.3 Tujuan Penelitian

1. Merinci potensi yang dimiliki oleh Subak Tegenungan dengan melakukan analisis

SWOT terhadap Subak Tegenungan.

2. Menciptakan inovasi yang mungkin dikembangkan pada Subak Tegenungan sehingga

Subak Tegenungan dapat menjadi daerah Agrowisata.

3. Menyusun langkah-langkah yang harus diambil untuk mengembangkan Subak

(16)

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Agrowisata

Menurut Asiasi Wisata Agro Indonesia (2004) Agrowisata merupakan suatu

bentuk wisata yang sangat spesifik, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan dan

keunikan alami skaligus menikmati produk agro atau dapat tingggal dilingkungan

pertanian, terlibat dalam proses produksi yang kesemuanya dilakukan untuk dapat

mengalami menikmati , mempelajari dan menghayati bagian dari kehidupan keseharian

yang berlangsung di suatu lingkungan pertanian.

Agrowisata merupakan pemasaran langsung produk pertanian karena para petani

dapat menjual secara langsung hasil pertaniannya tanpa melalui saluran distribusi.

Menurut Harahap (2006) agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah : (1)

wisata daerah perkebunan yang dapat dilakukan mulai kegiatan pra produksi seperti:

pembibitan, pemeliharaan dan pasca produksi seperti : pengelolaan dan pemasaran, (2)

Wisata pertanian di daerah tanaman pangan dan hias paket yang menyediakan kunjungan

tanaman pangan seperti : padi, kebun buah, kebun bunga, dll. (3) Wisata Daerah

perikanan dapat menyaksikan teknologi budidaya ikan dan aktifitas perikanan seperti

memancing dan menjaring. (4) Wisata Daerah Peternakan merupakan kegiatan wisata

yang bertujuan untuk mempelajari cara-cara berternak tradisional maupun secara modern

seperti pada peternakan unggas, sapi perah, dan ternak potong.

2.2. Agrowisata Sebagai Potensi Agribisnis di Bali

Agrowisata memilliki prospek yang sangat cerah untuk diperhatikan. Pariwisata

mempekerjakan 204 juta orang di seluruh dunia, atau satu dari sembilan pekerja, 10,6

(17)

dunia menghasilkan 10,2 persen produk nasional bruto dunia. Disamping itu pariwisata

adalah produsen terkemuka untuk pendapatan pajak sebesar 655 miliar US dolar.

Pariwisata adalah industri terbesar di dunia dalam hal keluaran bruto, mendekati 3,4

triliun US dolar. Pariwisata merupakan 10,9 persen dari semua belanja konsumen, 10,7

persen dari semua investasi modal, dan 6,9 persen dari semua belanja pemerintah. Antara

tahun 1990 - 1993 pekerjaan dalam bidang pariwisata berkembang 50 persen lebih cepat

daripada pekerjaan dunia. Pariwisata akan menghasilkan 144 juta pekerjaan di seluruh

dunia sampai tahun 2005 dimana diantaranya 112 juta pekerja berkembang dengan pesat

di Asia Pasifik. Jika dikelola dengan baik, pariwisata akan mampu menjadi penyumbang

pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia. Oleh karena itu agribisnis-agrowisata menjadi

potensi yang sangat penting dalam menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan

pendapatan petani di Indonesia. Kendala yang dihadapi adalah sumber daya manusia

dalam segala aspeknya yang belum memadai.

Agrowisata tidak sama dengan wisata agro. Wisata agro merupakan kegiatan

wisata yang bertujuan untuk memberi kepuasan kepada wisatawan dengan cara memberi

suguhan keunikan dan keindahan sektor pertanian. Penekanannya adalah pada kepuasan

wisatawan tanpa memperhatikan kepuasan petani. Oleh karena itu petani dan pertanian

hanya dijadikan monumen tontonan wisatawan atau menjadi obyek wisata. Dalam wisata

agro petani hanya menjadi obyek pariwisata bukan sebagai subyek pariwisata.

Kegiatan Wisata agro merupakan bagian dari sistem Agrowisata dan tetap perlu

ada. Agrowisata adalah suatu sistem kegiatan terpadu dan terkoordinasi untuk

mengembangkan sektor pariwisata sekaligus dengan sektor pertanian untuk memelihara

(18)

pariwisata dan pertanian harus diletakkan dalam satu lingkaran sistem yang utuh. Dunia

pariwisata sering mengabaikan ini malahan cendrung mengobyekkan pertanian untuk

kesenangan pariwisata. Pelaku pariwisata sering tidak merasakan hutang budi petani

sebagai basis budaya yang justru menyuburkan pariwisata. Pariwisata mustahil bisa

berkembang jika tanpa petani, karena petanilah yang menjadi pelaku dan

mengembangkan kebudayaan. Tanpa ikut campur pemerintah, maka mustahil sektor

pariwisata memitrakan pertanian dengan sejajar dan mustahil pula pertanian memasuki

sendiri menjadi mitra pariwisata. Oleh karena itu tiga komponen yaitu pemerintah

(regulasi), pertanian (produsen) dan dunia usaha (ekonomi) harus memiliki hubungan

kemitraan yang bolak balik. Dengan demikian dalam agrowisata sekaligus dibahas

masalah agribisnis, agropolitik, agroindustri, agroekosistem dan pertanian berkelanjutan.

Pariwisata harus memiliki dimensi yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

banyak. Dengan demikian pengembangan agrowisata harus diarahkan pada bentuk bisnis

pertanian rakyat, bukan pertanian konglomerasi. Hal ini disebabkan karena dampak

negatif dari pariwisata biasanya paling banyak menyentuh rakyat kecil yaitu petani.

2.3. Kendala Melaksanakan Agrowisata

Secara langsung atau tidak langsung pariwisata dapat memberi keuntungan bagi

sektor pertanian. Namun demikian bukan berarti tanpa kendala dan masalah.

Perkembangan sektor pariwisata seperti juga industri akan mempersempit lahan

pertanian, khususnya lahan sawah. Ini terjadi karena alih fungsi lahan pertanian menjadi

lahan non pertanian. Alih fungsi ini diperkuat lagi karena persaingan pemanfaatan air

yang sering dimenangkan oleh sektor pariwisata yang bermodal kuat dibanding sektor

(19)

Pembangunan pariwisata yang tidak bertanggung jawab akan memberikan

dampak negatif terhadap lingkungan alam fisik dan sikap hidup petani. Agrowisata

memerlukan koordinasi kerja antar sektor. Kenyataanya koordinasi kerja dan hubungan

fungsional antara sektor pertanian, pariwisata dan lingkungan dalam mewujudkan

kesejahteraan petani belum berlangsung optimal, walaupun sistem kerja terkoordinasi ini

sudah pernah berusaha diatur, bahkan sudah diatur dalam peraturan Menteri Dalam

Negeri No. 9 tahun 1982, dua puluh tahun yang lalu. Namun hasilnya sama sekali tidak

nampak saat ini.

Potensi produksi pertanian di daerah pariwisata di Indonesia cukup tinggi, namun

belum dikembangkan secara maksimal kearah yang dapat mendukung sektor pariwisata.

Akibatnya timbul salah tanggap yang mengatakan mutu produksi pertanian yang

diperlukan sektor pariwisata belum memadai baik kuantitas, kualitas maupun

kontinyuitasnya. Padahal sektor pariwisata belum pernah bernegoisasi memecahkan

masalah ini dengan petani.

Penanganan pasca panen produk pertanian dan sistem pemasarannya masih

menghadapi hambatan yang menyebabkan petani tidak menikmati penghargaan yang

layak sebagai produsen hasil-hasil pertanian. Ketimpangan penerimaan pendapatan sektor

pariwisata dibanding sektor pertanian terlalu lebar. Selama ini hubungan antara pertanian

dengan pariwisata telah berlangsung, namun petani berada dalam posisi yang lemah.

Masalah yang sering dihadapi petani kecil dalam memasarkan hasil pertaniannya untuk

pariwisata adalah: (1) Tidak ada lembaga yang melindungi petani, (2) Persaingan tidak

sehat antar petani, (3) Komisi yang harus dibayar terlalu tinggi dan pembayaran sering

(20)

Penawaran yang terlalu murah yang memojokkan posisi petani. Swalayan sering berulah

dalam meneripa produk petani dengan memanfaatkan posisi petani yang lemah.

Salah satu bentuk campur tangan pemerintah dibidang agrowisata adalah buah

import. Di masa lalu buah import pernah dibatasi untuk melindungi petani, namun

akibatnya kualitas buah lokal petani Indonesia tidak mengalami peningkatan karena tanpa

saingan. Namun demikian bisakah petani yang disalahkan?. Apakah sistem pengaturan

yang dilakukan pemerintah yang salah dimana pertanian kita terlalu menekankan pada

pangan dan mengabaikan teknologi hortikultura?. Kesalahan yang ditimpakan kepada

petani yang tidak mampu menghasilkan buah bermutu ini akhirnya membuahkan

peraturan bebas import buah-buahan dengan harapan petani akan mampu bersaing

menyesuaikan mutu buah import. Buah import akhirnya mampu merebut kantong

konsumen di Indonesia dengan mengesampingkan buah lokal. Dalam kondisi SDM

petani yang rendah di Indonesia, maka petani tidak mungkin bersaing mandiri tanpa

bimbingan. Kelemahan pokok adalah menyediakan sarana produksi termasuk penyediaan

bibit dan benih. Justru salah satu titik lemah dalam sistem agribisnis di Indonesia adalah

pembibitan dan pembenihan yang tidak mampu dilakukan oleh petani sendiri dan tidak

menjangkau petani rakyat. Pemerintah sama sekali tidak memfasilitasi dengan dana yang

memadai untuk penellitian. Komitmen tentang penelitian dikesampingkan, komitmen

(21)

2.4. Pertanian, Subak dan Pariwisata

Subak merupakan organisasi sosial, religious dan ekonomis petani yang tidak

hanya bergerak dibidang pengaturan air dan pengaturan pola tanam, memiliki otonomi

penuh. Subak tidak terkait dengan organisasi lain, termasuk dengan pemerintah. Pada

masa lalu otonomi ini sangat mutlak. Organisasi subak mengajarkan pendidikan politik

dan kehidupan demokratis yang sangat efektif kepada masyarakat di pedesaan. Semua

keputusan dilakukan secara musyawarah dengan kesaksian Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Oleh karena itu Sangkepan Subak selalu dilakukan di wantilan atau di Jabaan Pura

Subak. Sangkepan selalu didahului dengan doa bersama menggunakan canang dan dupa.

Oleh karena itu Sangkepan Subak selalu bernuansa magis. Hal ini penting untuk

menghasilkan keputusan yang terbaik dan menghindari konflik intern. Keputusan

Sangkepan Subak sangat mutlak mengikat seluruh petani.

Subak memiliki filosofi Tri Hita Karana dan Tri Mandala yang memberi tatanan

kehidupan sosial dan lingkungan yang terbagi sedemikian rupa sehingga menimbulkan

kehidupan yang harmonis yaitu selaras, serasi dan seimbang. Dalam konsep Tri Hita

Karana atau Tri Mandala, maka Subak dibagi dalam kawasan Parahyangan, Palemahan

dan Pawongan. (1) Parahyangan merupakan kawasan suci yaitu Pura Subak sebagai

tempat para petani untuk mendekatkan dirinya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Semua kegiatan selalu minta petunjuk dan atas ijin Hyang Widhi. (2) Palemahan adalah

kawasan persawahan yang menjadi tempat kegiatan produksi petani. Kawasan ini sangat

ketat dijaga kesuciannya, sehingga setiap petak pemilikan tetap memiliki bedugul. Bagi

petani di Bali, sawah merupakan karunia Tuhan yang diwariskan dari leluhurnya

(22)

Pada masa lalu jual beli sawah waris pantang dilakukan. (3) Kawasan ketiga adalah

kawasan Pawongan yaitu tempat petani melakukan proses sosialisasi. Masing-masing

kawasan ini memiliki tata cara pengaturan hak dan kewajiban anggotanya sehingga

memberi masyarakat petani dimensi kehidupan yang lengkap.

Pada masa lalu Subak memiliki otonomi yang sangat kuat, termasuk dalam

menentukan jual beli tanah sawah yang terjadi di wilayahnya. Jual beli tanah terjadi

melalui keputusan Sangkepan Subak. Jual beli hanya terjadi antar anggota subak. Sangat

sulit sawah petani dapat dipindahtangankan kepada orang luar. Namun semenjak

sertifikat tanah BPPN dijadikan sebagai status hukum kepemilikan tanah yang paling

kuat maka otonomi subak dalam jual beli tanah ini menjadi dikebiri. Akhirnya tanah

berpindah tangan kepada para investor yang jauh sekali sehingga produktivitas sawah

menjadi merosot, munculnya lahan tidur dan lahan ngantuk. Tanah akhirnya menjadi

komoditi dagang para spekulan pemilik uang untuk memperoleh keuntungan.

Penggunaan tanah sawah yang subur dan produktif untuk tempat pemukiman atau untuk

sarana rekreasi dan pariwisata tidak terhindarkan. Penyusutan lahan sawah berlanjut terus

di Bali tanpa pernah ada upaya yang serius untuk menghentikannya.

Sawah dan petani adalah aset pariwisata. Sawah memberi kehidupan setengah

penduduk Bali yang masih mengandalkan hidupnya dari pertanian. Dari kehidupan

pertanian lahir nilai-nilai budaya agraris yang sangat luhur yang dijadikan sebagai aset

kepariwisataan (Pariwisata Budaya). Padahal pariwisata merupakan potensi yang paling

kuat untuk merusak nilai-nilai budaya agraris yang diilhami oleh kehidupan petani.

Pariwisata menggerogoti luas lahan pertanian dan kompetitor yang paling rakus merebut

(23)

pernah secara serius memberi kepedulian terhadap kehidupan petani dan terhadap

kelompok-kelompok tani. Pariwisata tidak mungkin berkembang di Bali jika Subak dan

petani tidak ada. Jauh sekali kesenjangan yang terjadi (antara langit dan bumi) antar

dunianya petani yang kumuh dengan dunianya kepariwisataan yang glamour. Banyak

kasus-kasus dimana pariwisata melecehkan kehidupan petani, misalnya pemerkosaan

para seniman Bali yang diperas untuk menunjukkan hasil cipta karsa berupa seni tari di

hotel-hotel dengan upah seadanya yang diangkut dengan truk untuk memuaskan para

wisatawan dan untuk mengisi pundi-pundi para maklar seni. Untuk itu dibutuhkan

kemauan politik dunia pariwisata untuk ikut memelihara budaya agraris, membantu

meningkatkan mutu dan produktivitas petani.

Pariwisata memiliki hutang yang besar terhadap petani, karena pariwisata budaya

menggunakan petani dan budaya agrarisnya untuk daya tarik pariwisata. Tanpa petani

mustahil pariwisata bisa berkembang di Bali. Namun demikian hutang ini dengan angkuh

dicibirkan oleh pelaku pariwisata. Pariwisata sangat berkeberatan membuka akses bagi

petani untuk melangkah kedalam dapurnya pariwisata. Dapurnya lebih banyak dijejali

dengan berbagai komoditi ekspor. Dalihnya adalah kualitas dan kontinyuitas yang tidak

memenuhi standar, padahal didalamnya ada unsur kolusi, korupsi dan komisi. Bantuan

diperlukan dari pemerintah yang membuat aturan dan kebijakan untuk memberi

perlindungan kepada petani dan membangkitkan itikad baik dunia pariwisata agar mau

(24)

2.5. Variabel Penilai Potensi dan Perkembangan Obyek Wisata

Pengukuran memang sangat penting dalam menentukan sesuatu baik itu berupa barang

yang dapat dilihat secara nyata maupun sesuatu yang hanya bisa kita rasakan. Misalnya

pengukuran secara nyata yaitu mengukur

banyak barang. Pengukuran banyak barang dapat kita lakukan dengan cara

menghitungnya. Sedangkan pengukuran sesuatu dengan menggunakan perasaan yaitu

seperti keindahan suatu objek pariwisata, kenyamanan yang diberikan. Hal tersebut hanya

bisa kita rasakan sendiri karena menyangkut perasaan yang timbul dari dalam diri kita

sendiri. Sehingga, penilaian antar orang berbeda – beda antara satu hal dengan yang

lainnya.

Dalam menentukan kelayakan suatu tempat atau objek pariwisata kita juga harus

mengukurnya supaya objek pariwisata yang dibuka tersebut dapat dikembangkan dan

semua orang dapat menikmatinya. Menurut Sutjipta (2010) dalam mengembangkan

kepariwisataan ada enam variabel penentu kelayakan yang dapat menjadi pertimbangan.

KEAMANAN: kamtibmas, sosial secutity (rumah sakit, pelayanan kesehatan, rasa aman lahir bathin, kebersihan, keselamatan jiwa dan harta, bebas kriminalitas, makanan yang sehat )

KESEJUKAN: penataan lingkungan, taman, penghijauan, keindahan kota, sampah dan limbah, pencemaran, bau busuk, pertanian organik

TERTIB: kepastian hukum(law inforcement), kepastian waktu, aparat jujur dan melindungi, budaya antre dan disiplin,

PELAYANAN DAN KERAMAHAN: keramahan masy, bersahabat, sadar wisata, mutu pelayanan, perolehan informasi akurat

UNIK, INDAH, MENARIK: pemandangan alam, obyek wisata, kebersihan, kebudayaan, pantai, lingkungan, wajah kota, pertamanan hotel, jalur wisata, bengunan bersejarah, atraksi

(25)

1. Variabel Keamanan.

Pada variabel keamanan ini diukur bagaimana keamanan yang terdapat pada suatu

objek pariwisata apakah dapat mendukung dengan baik atau buruk. Subsistem variabel

keamanan ini meliputi bagaimana hubungan antara masyarakat dengan pengadaan objek

pariwisata yang ada disana apakah mereka mendukung atau tidak. Sehingga dengan

adanya dukungan dari masyarakat setempat akan menyebabkan objek pariwisata tersebut

dapat dikembangkan lagi. Yang paling penting lagi yaitu bagaimana pengadaan rumah

sakit atau penyelamatan yang terdapat pada objek pariwisata tersebut. Apabila pada objek

pariwisata terdapat yang terpadu antara keamanan fisik dengan keselamatan kesehatan

jiwa pengunjung akan memberikan nilai lebih pada objek pariwisata tersebut. Sehingga,

wisatawan akan tertarik untuk berkunjung kesana karena keselamatan mereka terjamin

dan jika terjadi apa – apa mereka akan mampu untuk pergi

ke rumah sakit dengan cepat karena terdapat fasilitas kesehatan yang mendukung. Selain

fasilitas tersebut yang tak kalah pentingnya yaitu fasilitas telekomunikasi yang tersedia.

Dengan fasilitas ini akan menambah rasa keyakinan akan keamanan yang diberikan oleh

pengelola objek pariwisata tersebut.

2. Variabel Kesejukan.

Variabel ini memberikan kesan refresh pada otak. Dimana setelah melakukan

banyak kegiatan dan otak menjadi stress dengan berwisata pada tempat yang sejuk ini

akan dapat mengheningkan pikiran dan otak tidak stress lagi. Dari kesan tersebut akan

membangkitakan minat dari pada wisatawan untuk berkunjung dan mengajak orang lain

atau teman dekatnya untuk berkunjung kesana. Sehingga, dari satu atau dua orang

(26)

yang ramai pengunjung. Hal – hal yang perlu dilakukan pada variabel kesejukan ini yaitu

adanya penataan lingkungan yang nyaman dan rapi seperti taman yang hijau dengan

bunga yang berwarna – warni. Dengan adanya hal – hal tersebut akan menjadikan nilai

tambah pada suatu objek wisata.

3. Variabel Ketertiban.

Ketertiban pada objek pariwisata untuk dapat masuk dan menikmati

keindahannya akan dapat menunjang dari pada pengembangan objek pariwisata tersebut.

wisatawan mengidam – idamkan suatu objek pariwisata yang terstruktur dimana untuk

mengunjunginya ada budaya antre sehingga, mengurangi dari pada ketidak nyamanan

untuk berkunjung kesana. Seperti jika tidak ada peraturan yang tegas dalam berkunjung

ke tempat wisata tersebut maka pengunjung akan berebut untuk saling mendahulukan

masuk ketempat pariwisata tersebut dan hal ini akan terlihat jelas ketika terjadi liburan

sekolah. Banyak orang ingin berlibur ketempat yang didambakan tersebut, jika tempat

tersebut tidak diatur ketertibannya maka kenyamanan pengunjung akan terganggu.

Kejadian ini akan menjadi mengurangi kesan nyaman dalam berkunjung. Selain itu juga

adanya aparat yang jujur untuk melindungi kenyamanan pengunjung dari pada berwisata.

4. Variabel Pelayanan dan Keramahan.

Pelayanan dan keramahan sangat penting dalam menentukan kelayakan suatu

objek pariwisata. Karena dari pelayanan yang ramah tersebut dapat kita nilai apakah

objek pariwisata tersebut layak untuk dikembangkan atau tidak. Pelayanan yang ramah

akan membuat wisatawan akan tertarik lagi untuk kembali datang ketempat tersebut dari

keramahan pengelola, wisatawan akan mendapat kesan yang menarik dari tempat wisata

(27)

sehingga semakin baik pelayanan dan ramahnya pelayanan yang diberikan maka,

semakin banyak pula wisatawan yang berkunjung kesana.

5. Variabel Keunikan, Keindahan, dan Menarik.

Semakin unik, indah dan menarik tempat wisata maka, akan semakin banyak pula

pengunjung yang datang kesana. Seperti di Monkey Forest, Ubud banyak wisatawan

datang kesana untuk menikmati keunikan dari pada monyet – monyet yang ada disana.

Keunikan monyet tersebut yaitu mempunyai wilayah – wilayah tertentu untuk di

kuasainya dan tingkah laku mereka yang jinak kepada para wisatawan yang berkunjung

kesana. Hal seperti inilah yang diminati oleh wisatawan untuk berkunjung kesuatu tempat

wisata. Jika tempat tersebut tidak memiliki nilai keunikan, keindahan, dan menarik, akan

jarang ada wisatawan untuk datang berkunjung kesana.

6. Variabel Pengalaman.

Kesana yang menarik akan menimbulkan pengalaman yang tak terlupakan.

Dengan adanya pengalaman yang menarik tersebut membuat wisatawan untuk datang

lagi ketempat tersebut. Dari hal itu akan menyebabkan objek wisata tersebut patut untuk

dikembangkan.

Variabel itulah yang menjadi tolak ukur dalam usaha untuk mengembangkan

objek wisata. Jika semua variabel tersebut menunjukkan nilai rata – rata baik maka

(28)

2.6. Tri Mitra Pembangunan Agrowisata

Pembangunan harus konsekuen berpihak pada rakyat. Visi pembangunan yang

berpihak pada rakyat dapat dicerminkan pada kaitan segitiga: (1) Pemerintah sebagai

Goverment Regulation, (2) Rakyat sebagai subyek dan obyek pembangunan yang

ditingkatkan kesejahteraan lahir dan bathinnya, dan (3) Dunia Usaha yang menggerakkan

perekenomian rakyat. Keterkaitan segitiga itu dilakukan dengan misi keterkaitan segitiga

dari (1) Produksi; yaitu upaya Berbagai perubahan dan perkembangan akan

berlangsung semakin cepat yang akan menentukan bentuk keadaan dunia pada abad 21

ini. Genderang perdagangan bebas sudah dikumandangkan dan sulit untuk dielakkan.

Kesepakatan APEC/WTO akan memberi kesempatan negara-negara maju memasuki

pasar negara-negara berkembang pada tahun 2010. Pada tahun 2020 pintu pasar

Indonesia diharuskan terbuka bagi produk-produk barang dan jasa dari negara-negara

maju. Keunggulan yang dimiliki negara-negara maju adalah teknologi maju dan sumber

daya manusia yang memadai. Di masa yang akan datang persaingan akan dimenangkan

oleh negara-negara yang memiliki keunggulan teknologi dan mutu sumber daya manusia

yang tinggi. Oleh karena itu satu-satunya cara untuk dapat memperkuat daya saing

pertanian di Indonesia menghadapi persaingan pertanian global adalah dengan

melaksanakan prinsip-prinsip pertanian agribisnis.untuk meningkatkan produktivitas

rakyat dan dunia usaha, (2) memaksimalkan konsumtif masyarakat dan pengaturan

(29)

2.7. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi agrowisata yang akan dikembangkan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Dari hasil pengolahan Analisis SWOT maka diperolehlah beberapa strategi. Pengertian strategi

menurut Stephanie K. Marrus, didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai, yang teridir dari :

1. Strengts atau kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh subak tegenungan seperti halnya keunggulan dan potensi yang dapat diandalkan, memiliki

keterampilan yang juga dapat diandalkan serta berbeda dengan subak lain yang mana

(30)

2. Weakness atau kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya yang ada pada Subak baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi

penghalang bagi kinerja organisasi.

3. Opportunity atau peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi suatu subak. Situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan subak,

kecenderungan kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang.

Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan

atau peraturan, perubahan tekhnologi, serta membaiknya hubungan dengan

wisatawan dapat memberikan peluang bagi subak tegenungan.

5. Threats atau Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam subak jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi perkembangan

organisasi subak tegenungan baik masa sekarang maupun yang akan datang.

(31)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitain ini dilakukan di Subak Tegenungan Desa Kemenuh Kecamatan

Sukawati Kabupaten Gianyar. Alasan dipilihnya subak Tegenungan karena subak ini

berada pada wilayah Pariwisata yang sudah berkembang pesat yaitu hanya 1,5 km dari

pasar Sukawati, hanya 8 km dari Kecamatan Ubud yang sudah banyak dikunjungi oleh

wisatawan. Waktu penelitian dilakukan selama Bulan Nopember dan Desember 2015.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan mencari informasi langsung

ke Subak Tegenungan. Data yang dikumpulkan sesuai dengan variable yang

dikembangkan yaitu: (1) sarana dan prasarana yang dapat member rasa aman wisatawan,

(2) kesejukan suasana, (3) Ketertiban dan pengaturan, (4) Pelayanan dan keramahan, (5)

keunikan dan keindahan, (6) Pengalaman paket wisata.

Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh secara langsung kepada

pengurus subak dan anggota Subak Tegenungan DesaKemenuh Kecamatan Sukawati

Kabupaten Gianyar.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan adalah dengan wawancara individual petani dan dengan

wawancara kelompok (group discussion) beberapa orang petani. Instrument yang

(32)

3.4. Variable Penelitian

Variabel penelitian adalah: (1) sarana dan prasarana yang dapat memberi rasa

aman wisatawan, (2) kesejukan suasana, (3) Ketertiban dan pengaturan, (4) Pelayanan

dan keramahan, (5) keunikan dan keindahan, (6) Pengalaman paket wisata.

3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah pedoman wawancara yang dipersiapkan

sebelumnya. Pengumpulan dibantu oleh seorang mahasiswa.

3.5. Analisis Data

(33)

IV. PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subak Tegenungan

Subak Tegenungan terletak di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Batas-batas wilayah nya adalah sebelah utara subak kemenuh, sebelah timur Tukad petanu, sebelah barat subak tumpeng Desa Batuan Kaler, sebelah selatan tukad petanu menuju Desa Sukawati. Keadaan tanahnya termasuk jenis lempung berpasir dan gramosol dengan ketinggian tempat 150- 200 m, memiliki kemiringan 0 s/d 3 % , kedalaman epektif 90 cm, PH 6,9 dan rata-rata curah hujan pada tahun 2012 adalah 2.097 mm3 / tahun dengan jumlah hari 124 hari/ tahun dan pada tahun 2013 1.984 mm3 /tahun dengan jumlah hari 122 hari/tahun memiliki luas 32 Ha dengan jumlah anggota 62 orang dengan pengembangan padi sebagai komoditi utama, palawija seperti jagung manis serta hortikultura seperti kacang panjang dan pandan harum (BPP Sukawati, 2014).

4.2 Analisis SWOT

4.2.1 Strengh (Kekuatan)

Strengh atau kekuatan Subak Tegenungan yang terdiri dari : keindahan & kesejukan subak, keramahan & kuantitas anggota subak, Daerah Aliran Sungai Tukad Petanu beserta satwa keranya, budaya gotong royong (bounding) masih eksis, dekat dengan obyek wisata lainnya seperti pasar seni sukawati berjarak ±1,5 km, Daerah Kecamatan Ubud ±8 km, akses ke kota Gianyar dekat ± 9 km, jalan utama mendukung (hotmik), fasilitas kesehatan memadai disamping puskesmas pembantu juga dekat dengan Rumah sakit seprti Rumah Sakit Mas di Desa Mas ± 4 km, rumah sakit Ganesa Desa Celuk ±10 km, akses ke pasar dekat dan keamanan terjamin seperti pecalang Desa serta dari Instansi keamanan terkait.

4.2.2 Weakness (kelemahan)

(34)

4.2.3 Opportunities (Kesempatan)

Opportunities atau kesempatan Subak Tegenungan terdiri dari : terdapat beberapa lahan tidur yang bisa dimanfaatkan, Tari Joged Pingitan ,sekaa gong, tersedianya inventaris subak ( balai kulkul, balai timbang dan pura ulun suwi) pernah dikunjungi wisatwan asing, ada tempat wisata air terjun beserta satwa kera nya, ada kedai coffe luwak beserta luaknya , potensi buah kelapa.

4.2.4 Threat (Ancaman)

Threat atau ancaman Subak Tegenungan terdiri dari : alih fungsi lahan, menurunnya kesuburan tanah karena cenderung memakai pupuk kimia (an-organik), hama dan penyakit berkembang, cuaca yang tidak menentu (ekstrim), harga saprodi dan saprotan terus meningkat, luas garapan petani yang sempit, petani masih banyak berada pada garis kemiskinan, hasil panen padi sering dipermainkan oleh tengkulak (penebas).

4.3. Paket Wisata yang ditawarkan

Konsep agrowisata yang ditawarkan di kawasan Subak Tegenungan adalah dibagi

menjadi dua bagian yaitu (1) kesejukan, keindahan sawahnya, (2) Daerah Aliran Sungai

Petanu yang memiliki air terjun (waterfall) serta dengan satwa kera yang ada

disekitarnya. Konsep ini terbilang sederhana dan menarik, namun akan memiliki nilai

jual tinggi mengingat keadaan umum Bali yang panas akan membuat orang-orang ingin

menikmati kesejukan udara tanpa harus pergi jauh ke pegunungan. Sedangkan bagi

wisatawan mancanegara, kesejukan dan keindahan yang didapat di areal persawahan dan

Daerah Aliran Sungai akan menambah pengalaman.

4.3.1 “ Rice Field Cycling

Paket wisata ini menawarkan track atau jalur setapak yang bisa digunakan untuk

bersepeda. Selain digunakan untuk bersepeda, jalur ini juga bisa digunakan sebagai

(35)

dinikmati semua target pasar, dari anak-anak hingga manula. Jalur ini juga paling mudah

dan cepat dalam pembuatannya. Jalur sepeda ini direncanakan sepanjang ± 5 km dibuat

melingkar mengelilingi luas subak dan jalur Daerah Aliran Sungai Petanu yang ada

dengan tarif Rp 50.000/orang wisatawan mancanegara dan Rp 30.000,- untuk wisatawan

lokal.

Gambar 1. Rencana jalur “ Rice Field Cycling

4.3.2 Arung Jeram

Dengan memanfaatkan Daerah Aliran Sungai Tukad Petanu dengan ciri debit air yang besar dan deras bisa dikembangkan wisata arung jeram baik secara berkelompok maupun perorangan dengan standar keamanan yang Internasional dengan tarif 200.000/Paket

4.3.3. Pembangunan “artshop”

Pembangunan artshop-artshop diperlukan untuk memudahkan wisatawan membeli cinderamata sebagai oleh-oleh telah berkunjung ke daerah Tegungan dengan menjual ciri khas daerah tersebut, dimana masyarakatnya ada yang berpropesi sebagai

Garis merah merupakan jalur

(36)

pelukis dan pematung serta menjual penghasilan perkebunan seperti buah kelapa muda disamping jenis oleh-oleh khas Bali lainnya.

(37)

Gambar 4. Rencana pengembangan pembangunan artshop

4.3.4 Pembangunan Restoran di tepi sawah

(38)

kelelahan dan lapar, maka dari itu perlu juga di tambahkan restoran-restoran yang nyaman untuk wisatawan. Restoran yang akan di bangun adalah bernuansa hijau yang terdapat di pinggir sawah. Wisata makan siang ini dapat kita nikmati sambil memandangin keindahan panorama yang ditawarkan subak. Subak Tegenungan dapat bekerjasama dengan investor untuk membangun sebuah restoran di tepi sawah tanpa merusak bagian subak. Duduk santai sambil memandangi gunung dan bentangan sawah akan memanjakan indra penglihatan para wisatawan. Ditambah lagi dengan pelayanan yang ramah dari staf restoran akan semakin memanjakan wisatawan dalam liburannya. Di bawah ini merupakan gambar sketsa wisata restoran di tepi sawah.

4.3.5 “ Plowing” (Modern & Traditional)

Paket wisata plowing atau membajak sawah juga bisa diterapkan di Subak Tegenungan. Pada musim tanam padi Bulan April, Agustus dan Desember. Dengan paket ini, dapat memberdayakan petani sebagai pelakunya. Membajak dapat dilakukan dengan cara modern maupun tradisional. Tarif yang direncanakan untuk paket wisata ini adalah Rp 100.000/orang wisatawan mancanegara dan Rp 50.000/orang wisatawan dalam negeri.

(39)

4.3.6 “ Special Rice Planting” (Organic Rice)

Paket wisata ini menawarkan bertanam padi secara manual khas petani di Bali. Target pasar dari program “ Special Rice Planting” (Organic Rice) adalah anak-anak dan remaja. Paket wisata ini hanya dapat dinikmati saat musim tanam, yakni sekitar Bulan April, Agustus dan Desember. Tarifnya berupa karcis masuk yang besarnya bervariasi untuk wisatawan mancanegara Rp 20.000/orang dan wisatawan dalam Negeri Rp 10.000/orang.

4.3.7 Special Rice Harvest” (Modern & Traditional)

Paket wisata ini menawarkan memanen padi bersama petani di Subak Tegenungan dengan memadukan secara tradisional maupun memanen secara modern. Paket wisata ini hanya dapat dinikmati saat musim panen, yakni sekitar Bulan Agustus, Desember dan April. Tarifnya berupa karcis masuk yang besarnya bervariasi untuk wisatawan

mancanegara Rp 20.000/orang dan wisatawan dalam Negeri Rp 10.000/orang.

(40)

Gambar 7. Rencana Paket wisata memanen padi

4.3.8 “Pool Fishing

(41)

Gambar 8 Rencana

lokasi “ Pool Fishing”

4.3.9 Balinese Music Performance & Excercise

( sekaa gong dan tari joged Gandrung atau pingitan)

Masyarakat Tegenungan memiliki kesenian tari joged gandrung atau dikenal dengan joged pingitan yang bertujuan untuk mengusir wabah penyakit, minta hujan dan nunas kesehatan yang dilaksanakan di Pura Desa setempat yang dilaksanakan pada sasih kelima sekitar bulan oktober, nopember,desember dan januari sebanyak delapan kali pementasan setiap hari kajeng kliwon.

Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai objek tontonan bagi wisatawan asing yang berkunjung. Program Balinese Music Performance & Exercise menawarkan tontonan tarian Bali yang sakral.

4.3.10 Spiritual Ritual

(42)

1.Mecaru atau magpag toya yaitu upacara yang dilaksanakan menjelang pengairan sawah yang dilakukan di pura ulun suwi.

2. Upacara Nuasin yaitu upacara mulai menanam padi

3. Mebanten bubuh yaitu upacara yang dilakukan setelah tanaman padi berumur 12 hari yang dilaksanakan pada tempat masuknya air ke sawah masing-masing petani. 4. Upacara Medugul yaitu upacara yang dilakukan setelah padi berumur 42 hari 5. Upacara Nangluk merana yaitu upacara tanaman padi berumur 60 hari stelah

tanam.

6. Upacara biukukung setelah tanaman padi berumur 60-70 hari setelah tanam 7. Upacara nunas ica ring sad kayangan

8. Upacara nyaup atau pembentukan Dewi Sri dimasing-masing pematang petani setelah tanaman padi berumur 80 hari setelah tanam

9. Upacara usaba di pura ulun suwi yaitu upacara yang dilakukan menjelang panen padi yaitu pada saat berumur 100 hari setelah tanam

10. Upacara Ngemping yaitu upacara pembakaran jerami di pura ulun suwi 11. Upacara Ngodalin subak setiap tahun sekali diambil setiap purnama kapat

Apabila kegiatan-kegiatan diatas ditata dengan baik serta dilakukan promosi yang bagus akan dapat menghasilkan pendapatan subak

(43)

4.3.11 Special Event Tahun Baru

Dalam event tahun baru ini, Subak Tegenungan menyuguhkan festival lentera dan kembang api yang diadakan setahun sekali. Dimana ketika tanggal 31 Desember menjelang pergantian tahun festival di mulai dari pukul 6 sore. Pada jam tersebut, wisatawan sudah berkumpul di areal subak. Krama subak akan menjual kupon untuk festival ini 1 bulan sebelum acara, dengan kapasitas 1000 kupon seharga Rp 350.000. Adapun kontribusi yang didapatkan setelah membeli kupon tersebut adalah :

1. Baju kaos polos warna putih lengkap dengan celana putih panjang

2. Terompet tahun baru 3. 1 buah lentera

4. 1 buah kupon makan + minum

(44)

Gambar 10. Sketsa Festival Lentera

4.4. Variabel Kelayakan Yang dirancang

4.4.1 Keamanan

a. Pengadaan petugas patroli di setiap wilayah wisata b. Pengadaan petugas dan bangunan pusat kesehatan c. Pengadaan alat-alat PPPK sebagai antisipasi kecelakaan

d. Pengadaan monitoring secara berkala terhadap kuliner lokal yang disajikan 4.4.2 Kesejukan

a.Udara sejuk dan bebas polusi

b.Penataan Tukad Petanu untuk hutan hijau

c. Pengadaan tempat sampah di wilayah yang strategis sepanjang jalur wisata d. Pengadaan tim bersih-bersih untuk menjaga keindahan tempat wisata

(45)

4.4.3 Ketertiban

a. Pengadaan tata tertib dengan sangsi yang tegas

b. Penjelasan tata tertib sebelum melakukan kunjungan wisata 4.4.4 Pelayanan dan Keramahan

a. Pengadaan pemandu wisata yang berkompeten, penyertaan PKL dan pendampingan masyarakat lokal.

b. Pengadaan tourism informasi untuk mempermudah komonikasi dan kontroling 4.4.5 Keunikan, keindahan, Menarik

a. Terdapat keindahan alam yang berupa Daerah Aliran Sungai dengan ecotorism binatang keranya.

b. Kesan tradisional khas Bali dari masyarakat yang masih kental 4.4.6 Pengalaman

a. Pengalaman belajar dari laboratorium alam berupa hutan dan sungai yang ada b. Pengalaman mengenal flora dan fauna yang endemic.

4.5. Tahapan Pelaksanaan

Program diatas adalah langkah awal yang mutlak harus dilakukan untuk mengembangkan Subak Tegenungan menjadi lebih dikenal. Metode pelaksanaan agrowisata berbasis kerakyatan di Subak Tegenungan digambarkan sebagai berikut:

(46)

4.5.1 Pembangunan

Pembangunan meliputi proses membuat fasilitas fisik untuk mendukung agrowisata. Pembangunan dapat meliputi pembuatan jalur sepeda, pembuatan kolam pancing, perbaikan dan penataan balai subak dan pembangunan toilet.

4.5.2 Training atau pelatihan

Pelatihan meliputi pelatihan sumber daya manusia (SDM) atau petani di Subak Tegenungan. Pariwisata berbasis kerakyatan akan sulit dilakukan apabila SDM didalamnya tidak siap. Untuk itulah pelatihan dibutuhkan. Pelatihan ini nantinya juga akan memudahkan menentukan susunan personalia yang akan terlibat dalam rencana wisata. Pelatihan dapat meliputi : perubahan pola tanam, pelatihan padi System Rice Intentification (SRI), Sistem Jajar Legowo 2:1, organik, pelatihan bahasa asing.

4.5.3 Kerjasama dan Promosi

Kerjasama juga dilakukan dengan SIMANTRI yang berlokasi di Desa Kemenuh dalam rangka memeroleh biourine (pestisida organik) dan pupuk organik untuk merealisasikan pertanian organik.

Promosi bisa terbagi menjadi 2, yaitu promosi oleh pihak penyelenggara dan promosi oleh wisatawan yang merasa puas dengan kunjungannya. Promosi bisa dilakukan oleh rekan kerjasama, yakni travel agen. Travel agen akan membuat kunjungan wisatawan asing akan meningkat.

4.5.4 Pelaksanaan

Setelah tahap pembangunan; training/pelatihan; kerjasama dan promosi dilakukan dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yang meliputi servis langsung terhadap wisatawan yang datang.

4.5.5 Evaluasi

(47)

4.6 Format Pengelola Agrowisata Subak Tegenungan

Agrowisata ini berbasis kerakyatan atau lebih dikenal dengan community tourism. Maksudnya adalah petani yang menjadi subjek utama atau pelaku pelaksana dari pariwisata. Petani yang terlibat langsung dalam melayani wisatawan yang datang. Sehingga seluruh penghasilan atau insentif dari wisatawan yang menikmati sawah bisa dimiliki oleh petani. Untuk itulah agrowisata di subak Tegenungan sudah memiliki Koperasi Tani (KOPTAN) untuk membantu menyimpan seluruh penghasilan dari hasil agrowisata dan membaginya secara merata di akhir tahun bersamaan dengan sisa hasil usaha (SHU).

Berikut susunan personalia agrowisata Tegenungan.

Gambar 2. Susunan personalia agrowisata Subak Tegenungan

4.7. Target Pasar (Market Target)

Target pasar dari agrowisata Subak Tegenungan adalah semua kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa maupun manula. Namun, untuk asal wisatawan mengutamakan wisatawan mancanegara meskipun promosi juga akan tetap dilakukan di ranah domestik. Untuk harga, akan lebih baik apabila disamakan antara wisatawan domestik maupun mancanegara Hanya pengunjung lokal Pulau Bali yang mendapat harga lebih murah mengingat subak adalah kekayaan asli milik Bali. Untuk alasan itulah akan lebih bijaksana menerapkan harga lebih murah untuk pengunjung lokal.

(48)

4.8. Rancangan Anggaran Biaya

Berikut rancangan anggaran biaya revitalisasi kawasan Subak Tegenungan menjadi kawasan agrowisata.

Rancangan Anggaran Biaya yang dibutuhkan untuk

Revitalisasi Kawasan Subak Tegenungan Menjadi Kawasan Agrowisata

NO Kegiatan Keterangan Nominal (Rp)

1

Pelatihan pola tanam, metode SRI, Jajar

Legowo - 10.000.000,00

2 pelatihan mol, biourine, pertanian organik 5.000.000,00

3 Pelatihan budidaya ikan 10.000.000,00

4

Pembangunan rabat beton untuk rice Field

Cycling 5 km 150.000.000,00

5 Pengembangan artshop 1 unit 75.000.000,00

6 Pembuatan kolam ikan + bale bengong 20 are 70.000.000,00

7 Pembuatan gubuk tradisional 15 buah 25.000.000,00

8 Perbaikan balai subak + stage 150.000.000,00 9 Pembuatan areal parkir 10 are 30.000.000,00

10 Pelatihan lelakut bagi anak-anak petani 10.000.000,00

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Subak Tegenungan Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar

memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah Agrowisata. Ini disebabkan karena

Subak Tegenungan berada pada wilayah pariwisata yang sudah berkembang pesat yaitu

1,5 km dari pasar Sukawati dan hanya 8 km dari Kecamatan Ubud. Dalam kenyataannya

walaupun berada pada wilayah pariwisata, namun petaninya sangat miskin dan tidak bisa

hidup dari hasil produk pertanian saja.

Hasil penelitian dengan analisis SWOT dapat disimpulkan kekuatan yang sangat

menonjol menjadikan Subak Tegenungan sebagai daerah Agrowisata adalah letaknya

yang sangat dekat obyek wisata yaitu hanya 1,5 km dari pasar Sukawati yang selalu

ramai dikunjungi oleh wisatawan. Peluang penting yang dimiliki oleh petani di Subak

Tegenungan adalah banyaknya lahan tidur yang tidak digarap dan sekee gong yang sudah

berkembang didaerah ini.

Berbagai jenis paket wisata yang dapat dikembangkan didaerah ini antara lain:

bersepeda ditengah sawah (rice field cycling), arung jeram, pembangunan art shop yang

dikelola oleh petani, pembangunan restoran ditepi sawah, paket membajak sawah secara

tradisional dan modern, menanam padi secara tradisional, panen padi, memancing di

kolam pancing, pertunjukan kesenian tradisional, kegiatan upacara pertanian, spesial

kegiatan tahun baru ala petani.

Agar paket wisata yang ditawarkan tersebut dapat berjalan dengan baik maka

(50)

1. Sarana dan prasarana yang dapat memberi rasa aman kepada para wisatawan, baik

keamanan dari segi gangguan kriminalitas, dan keamanan yang mungkin mengancam

jiwa dari wisatawan.

2. Kesejukan yaitu suasana yang dapat memberi kepuasan kepada wisatawan antara lain

bebas dari polusi, keindahan alam, penataan alamnya, penataan tata letak pasilitas yang

dikembangkan untuk member rasa sejuk kepada para wisatawan.

3. Ketertiban, pengaturan para wisatawan maupun para wisatawan, yang mana yang

boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Pengaturan pedagang acung perlu

ditertibkan agar tidak mengganggu wisatawan.

4. Pelayanan dan keramahan. Perlu diatur pengadaan pemandu wisata yang memiliki

kompetensi memadai, serta penyertaan pedagang kaki lima dari kalangan petani. Perlu

dibuat pusat informasi untuk mempermudah komunikasi kedalam maupun keluar desa.

5. Perlu terus menerus dipelihara cirri keunikan dan keindahan sehingga menimbulkan

daya tarik yang tinggi bagi wisatawan.

6. Memperbanyak variasi paket wisata yang disediakan sehingga memberi pengalaman

yang banyak bagi wisatawan sehingga keinginan berkunjung berulangkali dapat terjadi.

5.2. Saran-saran

Saran-saran yang dapat disampaikan adalah petani tidak mungkin bergerak

sendiri tanpa ada campur tangan dari luar. Oleh karena itu pemerintah Daerah Gianyar

melalui Dinas Pariwisata kabupaten maupun Propinsi diharapkan dapat memfasilitasi

usaha-usaha pengembangan Subak Tegenungan menjadi daerah Agrowisata. Kerjasama

(51)

sebagai subyek dari kegiatan Agrowisata tersebut harus didahulukan. Investor tidak

mengexploitir petani untuk bisnis mencari keuntungan semata. Untuk itu rambu perlu

disusun agar kerjasam trimitra antara pemerintah, pengusaha dan petani dapat sinergis

(52)

DAFTAR PUSTAKA

BPP Sukawati. 2014. Rencana Kerja Penyuluh Pertanian.Dinas Pertanian, Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Gianyar.

Harahap H.2006. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada PT. Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor (Skripsi). Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sutjipta,Nyoman.2010.Agrowisata: Modul Mata Kuliah Agrowisata.Universitas Udayana.

Sutjipta, Nyoman. 1994. Pola Pemasaran Terpadu Hasil Pertanian Tanaman Pangan di Desa. Makalah Seminar Pemasaran Terpadu Hasil-hasil pertanian tanaman pangan dalam rangka RUT II , tanggal 22 Nopember 1994 di Tabanan .

Sutjipta, Nyoman. Swasembada Beras, Permasalahan dan Upaya Mempertahankannya. Denpasar, Harian Bali Post, 18 April 1991.

Sutjipta, Nyoman. 1995. Faktor-faktor Kelembagaan yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Agribisnis. Makalah Seminar Internasional The Role of Agribusiness in Supporting Export of Agricultural Products and Tourism Tanggal. Oleh AusAid 29 Maret 1995 di Denpasar.

Sutjipta, Nyoman. 1995. Masalah Agribisnis dan Swasembada Pangan di Indonesia dan Konsep Mendasar Pemecahannya. Penerbit: Universitas Udayana Denpasar.

Gambar

Tabel 1. Import Indonesia terhadap 29 jenis komoditi pertanian
Gambar 1. Rencana jalur “ Rice Field Cycling”
Gambar 2. Rencana DAS Tukad Petanu sebagai olah raga arung  jeram
Gambar 4. Rencana pengembangan pembangunan artshop
+7

Referensi

Dokumen terkait

Timbang kofein 13 mg lalu dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian gerus. Masukkan dalam botol yang telah dikalibrasi. Uji aktivitas stimulan SSP yaitu : 1) Uji gelantung, yang

Berdasarka Tabel 6, dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Kabupaten Tulang Bawang sudah cukup baik terlihat dari tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang untuk

Segala puji dan syukur yang tulus dan ikhlas haturkan kepada Allah SWT karena berkat dan rahmat serta hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Apakah pihak sekolah mempunyai SIM (Sistem Informasi Manajemen) yang baik dalam memberikan hasil evaluasi anggaran sekolah kepada stakeholders internal (Ketua

Dalam tahap pelaksanaan Peneliti yang di lakukan adalah melaksanakan rancangan tindakan yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan.Agar pelaksanaan tindakan

Dalam Pemberdayaan masyarakat fakir miskin melalui kelompok usaha bersama (KUBE) di Kecamatan Bintan Timur oleh Dinas Sosial Kabupaten Bintan sudah melakukan motivasi dengan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis mengenai status sosial ekonomi dan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri