DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………. 8
1.3 Perumusan Masalah ………. 8
1.4 Tujuan Penelitian ………. 9
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis ………... 10
1.5.2 Manfaat Praktis ………. 10
1.6 Anggapan Dasar ………... 11
1.7 Hipotesis ……….. 11
1.8 Definisi Operasional ……… 12
BAB 2 MODEL PENGAJARAN ADVANCE ORGANIZER, FILM EKRANISASI DAN APRESIASI CERITA PENDEK 2.1 Model Pembelajaran ……… 14
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran ………... 14
2.1.2 Unsur-unsur Model Pembelajaran ……… 17
2.1.4.1 Definisi Advance Organizer ………... 19
2.1.4.2 Jenis Model Advance Organizer ………... 22
2.1.4.3 Fungsi dan Tujuan Advance Organizer ………. 24
2.1.4.4 Unsur-unsur Model Advance Organizer ……… 25
2.1.4.5 Dukungan Teoretis terhadap Model Advance Organizer …... 38
2.1.4.6 Model Pengajaran Advance Organizer dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ………... 42
2.1.5 Model Pembelajaran Group Investigation ……… 43
2.2 Cerita Pendek ………... 46
2.2.1 Pengertian Cerita Pendek ……….. 46
2.2.2 Unsur-unsur Cerita Pendek ………... 47
2.3 Apresiasi Cerita Pendek ………... 58
2.3.1 Pengertian Apresiasi Cerpen ………... 58
2.3.2 Tingkatan Apresiasi Cerita Pendek ………... 59
2.4 Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek ……… 62
Bahan Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek ………... 62
2.5 Film ……….. 64
Pengertian Film ………... 64
2.6 Ekranisasi ………. 65
2.6.1 Pengertian Ekranisasi ……… 65
2.6.2 Perkembangan Ekranisasi di Indonesia ……… 68
2.6.3 Pengurangan, Penambahan dan Variasi Ekranisasi ………... 69
2.7 Cara Pengukuran Apresiasi ……….. 70
Tes Kesastraan Kategori Moody ……… 73
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ……… 76
3.2 Sumber Data ………. 77
3.2.1 Populasi ………... 77
3.2.2 Sampel ………... 78
3.3.1 Tes ………... 79
3.3.2 Pedoman Observasi ………... 97
3.3.3 Angket ………... 98
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………... 100
3.5 Teknik Pengolahan Data ……….. 101
3.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 104
3.7 Prosedur Penelitian ……….. 104
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pelaksanaan Model Pengajaran Advance Organizer di Kelas Eksperimen ……….. 106
4.2 Analisis Data Kemampuan Apresiasi Cerpen Siswa ………... 122
4.2.1 Analisis Hasil Tes Awal dan Tes Akhir ………... 122
4.3 Hasil Penelitian ……… 310
4.4 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Apresiasi Cerpen dengan Menggunakan Model Pengajaran Advance Organizer ……… 326
4.5 Hasil Angket Pendapat Siswa terhadap Penerapan Model Pengajaran Advance Organizer ……….. 339
4.6 Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 345
4.6.1 Analisis Data Hasil Penelitian Berdasarkan Statistik ………... 345
4.6.1.1 Analisis Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol …………... 345
4.6.1.2 Analisis Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …... 349
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 352
5.2 Saran ………... 356
DAFTAR PUSTAKA ... 359
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 364
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Pengajaran Model Pelaksanaan Handal ... 30
Tabel 2.2 Sintaksis Model Presentasi ... 33
Tabel 2.3 Sintaksis Advance Organizer ... 34
Tabel 3.1 The Matching Only Pretest-Posttest Control Group... 76
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Awal dan Tes Akhir pada Pembelajaran Apresiasi Cerpen dengan Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer... 80
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerpen ... 81
Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Validitas Butir Soal ... 93
Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 94
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ... 95
Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 96
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen ... 98
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Angket ... 99
Tabel 4.1 Analisis Hasil Tes Awal dan Tes akhir Kelas Eksperimen ... 123
Tabel 4.2 Data Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen Penilai 1 ... 310
Tabel 4.3 Data Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen Penilai 2 ... 312
Tabel 4.4 Data Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen Penilai 1 ... 313
Tabel 4.5 Data Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen Penilai 2 ... 315
Tabel 4.6 Hasil Rerata Tes Awal Dua Penilai Kelas Eksperimen ... 316
Tabel 4.7 Data Hasil Tes Awal Kelas Kontrol Penilai 1 ... 318
Tabel 4.8 Data Hasil Tes Awal Kelas Kontrol Penilai 2 ... 319
Tabel 4.9 Data Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol Penilai 1 ... 321
Tabel 4.10 Data Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol Penilai 2 ... 322
Tabel 4.11 Hasil Rerata Dua Penilai Di Kelas Kontrol ... 324
Tabel 4.13 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 330 Tabel 4.14 Pendapat Siswa terhadap Penerapan Model Pengajaran Advance
Organizer ... 340
Tabel 4.15 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Mengapresiasi
Cerpen ... 347 Tabel 4.16 Uji Homogenitas Data Pretest ... 348 Tabel 4.17 Uji Independent Samples T-Test ... 348 Tabel 4.18 Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Mengapresiasi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di Kelas
Eksperimen (Menggunakan Model Advance Organizer) ... 363 Lampiran 2 Soal Tes ... 397 Lampiran 3 Pedoman observasi aktivitas guru dalam pembelajaran
apresiasi cerita pendek dengan menggunakan model
pengajaran advance organizer ... 398 Lampiran 4 Angket pendapat siswa terhadap kegiatan pembelajaran
apresiasi cerpen dengan menggunakan model pengajaran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra seyogianya sangat berperan dalam membangun karakter bangsa sebagaimana yang diungkapkan oleh Herfanda (2008:131), sastra memiliki potensi yang besar untuk membawa masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan karakter. Selain itu, menurut Suryaman (2010:114), sebagai ekspresi seni bahasa yang bersifat reflektif sekaligus interaktif, sastra dapat menjadi spirit bagi munculnya gerakan perubahan masyarakat, bahkan kebangkitan suatu bangsa ke arah yang lebih baik, penguatan rasa cinta tanah air, serta sumber inspirasi dan motivasi kekuatan moral bagi perubahan sosial budaya dari keadaan yang terpuruk dan “terjajah” ke keadaan yang mandiri dan merdeka. Oleh karena itu, nilai-nilai karakter di antaranya nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, cinta tanah air, menghargai perbedaan, toleransi, dan sebagainya harus ditanamkan sejak dini dan diinternalisasikan dalam sistem pendidikan secara terpadu, salah satunya melalui pembelajaran sastra.
karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Namun, dalam kenyataannya hakikat pembelajaran sastra tidak ditemukan pada pembelajaran sastra hari ini. Noor (2011:75) menyatakan bahwa pembelajaran sastra yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para siswa ini disajikan hanya sekadar memenuhi tuntutan kurikulum. Dia menambahkan bahwa tak heran jika pelajaran sastra menjadi kering, kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati siswa. Padahal apabila dikaji lebih dalam, tujuan pembelajaran sastra di sekolah dimaksudkan untuk menumbuhkan keterampilan, rasa cinta, dan penghargaan para siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia sebagai bagian dari warisan leluhur. Dengan demikian, tugas guru sastra tidak hanya memberikan pengetahuan (aspek kognitif), tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan menamkan rasa cinta (aspek afektif), baik melalui kegiatan di dalam kelas ataupun di luar kelas.
pendidikan yang sebenarnya sehingga tidak urung memaksa guru bahasa menomorduakan sastra. Yang timbul kemudian adalah pragmatisme pendidikan sehingga terjadi distorsi tujuan dan fungsi fundamental pendidikan.
Padahal, pembelajaran sastra di sekolah sangat bermanfaat bagi siswa. Nurgiyantoro (2005:35) mengungkapkan ada dua nilai yang dapat diambil dari pembelajaran sastra, yaitu nilai personal dan nilai pendidikan. Nilai personal ini meliputi perkembangan emosional, intelektual, imajinasi, pertumbuhan rasa sosial, dan pertumbuhan rasa etis dan relijius.
Permasalahan pembelajaran sastra di sekolah-sekolah formal sebenarnya sudah menjadi perhatian berbagai pihak dari dulu, baik para sastrawan dan akademisi maupun guru. Perhatian tersebut diekspresikan dalam bentuk kekecewaan dan di antaranya diungkapkan oleh Rusyana (1977/1978 dan 1992), Ismail (1990-an – 2000-an), Sayuti (1980-an), Nasution dkk. (1981), Rahman dkk. (1981), Alwasilah (1999), Sardjono (2000), Sudaryono (2000), Kuswinarto (2001), Harras (2003:314), Nestapa (2005), Alpansyah (2005), Herfanda (2007), Wijaya (2007), Mahayana (2007), Wahyudi (2007), Gaspar (2007), dan Rudy (2008).
Berbagai permasalahan pembelajaran sastra yang diungkapkan di atas hingga saat ini belum sepenuhnya mencapai harapan dan tujuan pembelajaran sastra. Pergantian kurikulum oleh pemerintah dan pencarian serta penelitan berbagai model pembelajaran yang tepat dan efisien yang telah banyak dilakukan oleh para akademisi, peneliti, dan guru sastra menurut penulis merupakan upaya alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dalam penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu mencoba untuk menerapkan model advance organizer dalam pembelajaran apresiasi cerpen.
Model pengajaran advance organizer adalah model presentasi yang awalnya digagas oleh seorang psikolog, David Ausubel, dan merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Meskipun begitu, model pengajaran advance organizer apabila diterapkan secara tepat dan terarah akan mengoptimalkan hasil pembelajaran karena meskipun model ini menekankan peran aktif guru, tetapi tidak lantas meniadakan peran siswa.
Joyce dkk.(2009:31) mengklasifikasikan model pengajaran advance organizer ke dalam model pengajaran yang memproses informasi (the
information-processing family). Ausubel dalam Santrock (2008:474) mengemukakan bahwa advance organizer adalah aktivitas dan teknik pengajaran dengan membuat kerangka pelajaran dan mengorientasikan siswa pada materi sebelum materi itu diajarkan. Kita dapat menggunakan advance organizer saat memulai satu pelajaran untuk membantu siswa melihat “gambaran besar” dari apa
Arends (2008:275) mengingatkan bahwa advance organizer dapat menjadi hook (kail/cantelan), jangkar, scaffolding (perancah/kerangka pendukung) intelektual bagi materi-materi belajar selanjutnya.
Penyajian advance organizer dapat dibantu dengan media penambat, seperti sinopsis cerita, analogi, ilustrasi, atau penayangan slide atau film yang relevan (Sumiyadi, 2010:108–109). Dalam penelitian ini, media penambat yang digunakan dalam menyajikan advance organizer adalah media penambat film ekranisasi atau film yang diangkat dari novel atau cerpen.
Film ekranisasi sebagai upaya estetis dan inovatif dalam memperkaya karya sastra menjadi sangat penting karena film ekranisasi (di luar kekurangan teknisnya) merupakan upaya mendekatkan karya sastra dengan pembaca sehingga tergambar secara konkret visual nilai-nilai lokal yang termanifestasikan pada unsur-unsur sastra yang kemudian diadaptasi menjadi film.
Pembelajaran apresiasi cerpen melalui model advance organizer dengan media penambat film ekranisasi diharapkan akan menstimulasi motivasi intrinsik siswa agar lebih mengapresiasi sastra. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2005:52) bahwa karya sastra dapat direspons secara nonverbal dan verbal. Lanjut Rudy (2005:52), secara nonverbal penggunaan media noncetak (visual) merupakan upaya memperluas interpretasi respons siswa dan pengetahuan yang diperoleh dari karya sastra. Hal ini diperkuat dengan pendapat Cole dan Keysser dalamPurves,dkk.(1990:85)berikut.
Menggunakan media noncetak (visual) menunjukkan upaya untuk memperluas dan memperkaya penafsiran dan respon pembacaan karya sastra siswa kita, untuk melakukannya kita memperluas berbagai perspektif individu siswa yang mungkin memiliki pengetahuan yang mereka hadapi dalam membaca sastra. Purves, dkk. (1990:88) membagi empat dimensi visual yang dapat digunakan untuk merespons karya sastra yakni: grafik, ilustrasi, film/video, dan seni pertunjukan. Berdasarkan pendapat tersebut, film ekranisasi sebagai salah satu media noncetak (visual) merupakan salah satu upaya untuk memperluas dan memperkaya penafsiran, respons, dan apresiasi siswa terhadap karya sastra.
Film ekranisasi di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1940-an yaitu Siti Nurbaya (versi film pertama). Bahkan cerita rakyat yang diangkat menjadi film telah ada sebelumnya, yaitu Lutung Kasarung tahun 1926, tetapi dibuat oleh orang asing. Adapun cerita rakyat yang pernah diangkat menjadi film dan dibuat oleh orang Indonesia adalah Ciung Wanara (tahun 1941), Lutung Kasarung (versi film kedua tahun 1952), Bawang Merah Bawang Putih (tahun 1953), Roro Mendut, dsb. Sederet film maupun sinetron yang juga transformasi dari karya sastra (novel) antara lain Sengsara Membawa Nikmat, Atheis, Si Doel Anak Betawi, Darah dan Mahkota Ronggeng, Salah Asuhan, Anak Perawan di Sarang Penyamun, Siti Nurbaya (versi film kedua), Di Bawah Lindungan Kabah
(film versi pertama), Lupus, dan seterusnya hingga ke Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Perempuan Berkalung Sorban, Si Anak Kampoeng, Sang
Paruk karya Ahmad Thohari. Selain cerita rakyat dan novel, karya sastra yang pernah diangkat menjadi film adalah cerita pendek, seperti film Doa yang Mengancam diadaptasi dari cerpen Doa yang Mengancam karya Jujur Prananto, film Mereka Bilang Saya Monyet yang diadaptasi dari dua cerpen yaitu cerpen Lintah dan Melukis Jendela karya Djenar Maesa Ayu, film Emak Ingin Naik Haji diadaptasi dari cerpen Emak Ingin Naik Haji karya Asma Nadia dan film Rumah Tanpa Jendela yang diadaptasi pula dari cerpen Jendela Rara karya Asma Nadia
Film ekranisasi sebagai media penambat dalam penyajian advance organizer dalam penelitian ini digunakan untuk mencapai tujuan sebagaimana
diungkapkan oleh Ausubel (Joyce, dkk. 2008:286), yaitu untuk menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pembelajar membedakan materi baru dari materi yang telah dipelajari sebelumnya). Dalam penelitian ini, sebelum siswa menonton film ekranisasi, siswa terlebih dahulu membaca cerpennya, kemudian siswa mengaitkan bahan pembelajaran cerpen dan media pembelajaran film ekranisasi tersebut berdasarkan unsur-unsur cerita.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis
mengajukan judul penelitian “Model Pengajaran Advance Organizer dalam
bahwa model pembelajaran yang relevan dengan konsep sastra bandingan adalah advance organizer. Bukti tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa
dalam menganalisis kajian drama setelah penerapan model advance organizer mengalami peningkatan yang berarti, sesuai dengan kriteria penilaian yang ditetapkan. Selain itu, hasil observasi dan angket dalam penelitian tersebut memperkuat pula bahwa pengajaran Kajian Drama Indonesia dengan model advance organizer dapat menggairahkan dosen dalam mengajar dan dapat
memotivasi siswa dalam belajar.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1) Pembelajaran apresiasi sastra (dalam hal ini cerpen) belum mampu menstimulasi motivasi instrinsik siswa dalam mengapresiasi karya sastra. 2) Pembelajaran sastra belum menyentuh substansi dan belum mengusung misi
utamanya yaitu memberikan pengalaman bersastra kepada peserta didik. 3) Penerapan model pembelajaran apresiasi sastra (cerpen) dan variasi model
pembelajaran belum optimal.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1) Bagaimana pelaksanaan model pengajaran advance organizer dalam pembelajaran apresiasi cerpen di kelas X SMA Negeri 9 Bandung?
2) Apakah terdapat peningkatan kemampuan mengapresiasi cerpen pada kelas yang menggunakan model pengajaran advance organizer dan kelas yang menggunakan model pembelajaran group investigation dalam pembelajaran apresiasi cerpen di kelas X SMA Negeri 9 Bandung?
3) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan mengapresiasi cerpen pada kelas yang menggunakan model pengajaran advance organizer dan kelas yang menggunakan model pembelajaran group investigation dalam pembelajaran apresiasi cerpen di kelas X SMA Negeri 9 Bandung?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan keefektifan model pengajaran advance organizer dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra (cerpen) siswa. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Memperoleh deskripsi tentang pelaksanaan model pengajaran advance organizer dalam pembelajaran apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 9
2) Memperoleh deskripsi tentang adanya peningkatan kemampuan mengapresiasi cerpen di kelas yang menggunakan model pengajaran advance organizer dan kelas yang menggunakan model pembelajaran group investigation dalam pembelajaran apresiasi cerpen di kelas X SMA Negeri 9 Bandung.
3) Memperoleh deskripsi tentang perbedaan peningkatan kemampuan mengapresiasi cerpen pada kelas yang menggunakan model pengajaran advance organizer dan kelas yang menggunakan model pembelajaran group
investigation dalam pembelajaran apresiasi cerpen di kelas X SMA Negeri 9 Bandung.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki banyak manfaat di antaranya manfaat teoretis dan praktis. Berikut manfaat hasil penelitian ini.
1.5.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini menggunakan model pengajaran advance organizer dalam pembelajaran apresiasi sastra (cerpen) untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra siswa. Oleh karena itu, penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan dalil-dalil atau prinsip-prinsip keilmuan yang didasarkan pada efektivitas implementasi model pengajaran advance organizer yang dikembangkan dalam pembelajaran apresiasi sastra (cerpen).
1.5.2 Manfaat Praktis
pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan apresiasi sastra siswa melalui model pengajaran advance organizer. Selain itu, penelitian ini menawarkan model pembelajaran yang lebih efektif yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra siswa. Adapun bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menstimulasi motivasi intrinsik siswa dalam mengapresiasi karya sastra dan membantu dalam meningkatkan kemampuan apresiasi sastra siswa.
1.6 Anggapan Dasar
Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa anggapan dasar sebagai berikut. 1) Penggunaan model pembelajaran apresiasi sastra yang tepat dan efektif dapat
mengoptimalkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra.
2) Model pembelajaran, baik yang berpusat pada siswa maupun guru, jika diterapkan secara tepat dan terarah akan mencapai keberhasilan proses belajar mengajar yang maksimal.
3) Pemilihan bahan pengajaran yang tepat dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan siswa akan berpengaruh positif terhadap hasil pembelajaran sastra.
1.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara mengenai suatu masalah yang perlu
X SMA Negeri 9 Bandung yang diberi model pengajaran advance organizer dengan model pembelajaran investigation group.
1.8 Definisi Operasional
1) Model pengajaran advance organizer adalah kerangka konseptual pengajaran yang dibuat oleh guru untuk memberikan pengetahuan baru kepada siswa yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran. Penggunaan model pengajaran advance organizer dalam penelitian ini adalah pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan melalui empat tahapan. Tahap pertama adalah menjelaskan tujuan dan establishing set, yaitu guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk belajar. Tahap kedua adalah menyajikan advance organizer, yaitu dengan menyajikan fim ekranisasi (film yang diangkat dari cerpen). Tahap ketiga adalah menyajikan materi pembelajaran, yaitu penjelasan materi pembelajaran dan pemberian contoh secara konkret dan bervariasi. Tahap keempat adalah memperkuat pengolahan kognitif atau memantau dan memeriksa pemahaman dan kemampuan berpikir siswa, yaitu dengan berdiskusi kelompok dan presentasi. 2) Kemampuan apresiasi cerpen adalah kemampuan mengeksplorasi karya sastra dalam bentuk cerpen secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pemahaman, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan perasaan yang baik terhadap sastra.
sendiri (membuat sinopsis), kemampuan siswa dalam mengungkapkan hal-hal menarik dari cerpen, kemampuan siswa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai cerpen, kemampuan siswa dalam mengaitkan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari, dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan manfaat cerpen, serta kemampuan siswa dalam memberikan penilaian terhadap cerpen.
3) Cerita pendek adalah salah satu genre sastra yang berupa prosa fiksi dan memiliki ciri-ciri padat dari segi isi cerita dan pengembangan unsur-unsur cerita seperti alur dan tokoh yang tidak kompleks dan tidak beragam.
Cerita pendek dalam penelitian ini adalah cerpen-cerpen yang dipilih berdasarkan aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya seperti yang kemukakan oleh Rahmanto(1988:26). Cerpen yang dipilih tersebut adalah cerpen Emak Ingin Naik Haji dan Jendela Rara karya Asma Nadia, cerpen Doa yang Mengancam karya Jujur Prananto, dan cerpen Babi karya Putu
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah salah satu prosedur yang ditempuh dalam mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kuasieksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Matching Only Pretest-Posttest Control Group (MOPPCG) sebagaimana yang digambarkan oleh Fraenkel dan Wallen (1993:243) dalam tabel berikut.
Tabel 3.1
The Matching Only Pretest-Posttest Control Group (MOPPCG)
Treatment Group 0 M XA 0
Control Group 0 M XB 0
Keterangan:
M = matching subject (pencocokan kelompok) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
O = tes awal dan tes akhir yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kontrol
XA = perlakuan pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas eksperimen dengan menggunakan model pengajaran advance organizer
XB = perlakuan pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas kontrol dengan menggunakan model pengajaran group investigation
cara mencocokkan subjek yang berada dalam kelompok eksperimen dan kontrol pada variabel tertentu.
3.2 Sumber Data
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010:89). Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 9 Bandung tahun Ajaran 2011/2012. Kelas X di SMA Negeri 9 Bandung terdiri atas sepuluh kelas.
Alasan pemilihan siswa SMA khususnya kelas X sebagai populasi dalam
penelitian ini karena pertimbangan adanya relevansi model pengajaran dengan
perkembangan siswa, baik secara kognitif maupun afektif sebagaimana diungkapkan
oleh Nurgiyantoro (2001: 323) bahwa pada usia ini tugas-tugas yang diberikan
hendaklah sudah lebih ditekankan pada tugas yang menuntut aktivitas mental yang
lebih tinggi, sikap kritis dalam menganalisis karya sastra. Proses pembelajaran di
antaranya seperti membaca, menonton, menganalisis, mengkaji, dan
mendiskusikan karya sastra dan film yang dilakukan oleh siswa akan jauh lebih
bermakna daripada proses pembelajaran yang hanya menekankan hafalan saja.
Oleh karena itu, penerapan model pengajaran advance organizer diterapkan pada
3.2.2 Sampel
Penentuan dan pengelompokkan kelas X di SMAN 9 Bandung berdasarkan kriteria yang homogen, baik dari segi prestasi siswa, jumlah siswa, maupun keadaan siswa karena di sekolah ini tidak ada kelas unggulan. Hal ini sesuai dengan desain penelitian, yaitu adanya the matching subject (pencocokkan subjek). Subjek yang dicocokkan untuk dikategorikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol diambil berdasarkan homogenitas kelas yang ada dan berdasarkan hasil tes awal yang menunjukkan kemampuan mengapresiasi cerpen yang hampir sama di antara dua kelas.
Selain itu, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2005:54). Sampel yang diambil pada penelitian ini berdasarkan pertimbangan guru bahasa Indonesia di tempat penelitian yang menyatakan bahwa kedua kelas, yaitu kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol, adalah kelas yang memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang hampir sama.
3.3 Instrumen Penelitian
variabel yang diteliti. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes dan nontes. Instrumen jenis tes adalah instrumen kemampuan mengapresiasi cerita pendek, sedangkan instrumen jenis nontes adalah lembar observasi dan angket pendapat siswa. Masing-masing jenis instrumen tersebut diuraikan sebagai berikut:
3.3.1 Tes
Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengapresiasi cerita pendek ini diujikan kepada siswa sebelum diberi perlakuan (tes awal) dan sesudah diberi perlakuan (tes akhir) terhadap dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan bentuk soal dalam penelitian ini berupa tes uraian yang bentuk soalnya memuat analisis apresiasi cerpen (di antaranya mengungkapkan kembali isi cerita/sinopsis, mengungkapkan hal-hal menarik dari sebuah cerpen, analisis unsur-unsur instrinsik dan nilai-nilai cerpen yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, serta memberikan penilaian dan pendapat terhadap cerpen beserta alasan/argumen yang mendukung jawaban).
Penyusunan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang memuat kemampuan mengapresiasi dan aspek yang akan diukur. Kemampuan mengapresiasi
yang digunakan mengacu pada tes kesastraan kategori Moody, yaitu tes kesastraan
tingkat informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi (Nurgiyantoro, 2001:309). Aspek
yang diukur meliputi: membuat sinopsis, mengungkapkan hal-hal menarik dari sebuah cerpen, analisis unsur-unsur instrinsik dan nilai-nilai cerpen yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, serta memberikan penilaian dan pendapat terhadap cerpen beserta alasan/argumen yang mendukung jawaban. Berikut kisi-kisi instrumen tes dan rubrik penilaian yang digunakan.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Tes Awal dan Tes Akhir pada Pembelajaran Apresiasi Cerpen dengan Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer
No Kompetensi Dasar Indikator Aspek Kemampuan penuh percaya diri. Mendiskusikan
Menemukan
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerpen
1) Siswa Membuat Sinopsis Cerita Pendek
No. Aspek Penilaian Skor
1. Penyajian Fakta Cerita
a. Penyajian fakta cerita secara lengkap yang meliputi tiga unsur dominan dalam cerita yaitu alur, tokoh, dan latar
b. Penyajian fakta cerita kurang lengkap (hanya memuat dua dari tiga unsur)
c. Penyajian fakta cerita tidak lengkap (hanya memuat satu dari tiga unsur)
3 2 1 2. Kesesuaian sinopsis dengan isi cerita/tema cerita
a. Sinopsis sesuai dengan isi cerita/tema cerita (perjuangan Zein dalam mewujudkan mimpi dan keinginan ibunya untuk naik haji)
b. Sinopsis kurang sesuai dengan isi cerita/tema cerita (kurang menggambarkan isi cerita/tema cerita)
c. Sinopsis tidak sesuai dengan isi cerita/tema cerita (tidak menggambarkan isi cerita/tema cerita)
3
2 1 3. Penggunaan bahasa Indonesia
a. Menggunakan bahasa baku, kalimat efektif, diksi variatif, tepat, dan menarik serta tidak ada kesalahan ejaan.
b. Bahasa kurang baku, ada kalimat yang kurang efektif, diksi kurang variatif, kurang tepat , dan kurang menarik, serta masih terdapat beberapa kesalahan ejaan.
c. Bahasa tidak baku, banyak kalimat yang tidak efektif, tidak berdiksi, dan banyak kesalahan ejaan.
3 2
1 Jumlah Skor Maksimal 9 2) Siswa Mengungkapkan Hal Menarik/Mengesankan dari Cerita Pendek
Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
No. Aspek Penilaian Skor
1. Mengungkapkan Hal Menarik/Mengesankan dari Cerpen Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
a. Mengungkapkan hal menarik/mengesankan secara tepat dan menyertakan alasan yang mendukung jawaban.
b. Mengungkapkan hal menarik/mengesankan secara tepat, tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung jawaban
c. Mengungkapkan hal menarik/mengesankan secara tepat, tetapi tidak menyertakan alasan.
3 2
3) Siswa Mengungkapkan Latar Tempat Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban serta Menentukan Kemungkinan Terjadinya Cerita dalam Cerpen di Tempat Lain dan Alasan yang Mendukung Jawaban
No. Aspek Penilaian Skor
1. Mengungkapkan Latar Tempat Beserta Alasannya
a. Menentukan latar tempat dengan tepat dan mengungkapkan alasan dengan menunjukkan kalimat dalam cerpen yang mendukung jawaban serta mengaitkan relevansi antara latar tempat dengan penggunaan bahasa yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam cerita.
b. Menentukan latar tempat dengan tepat dan mengungkapkan alasan dengan menunjukkan kalimat dalam cerpen yang mendukung jawaban, tetapi kurang mengaitkan relevansi latar tempat dengan penggunaan bahasa yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam cerita.
c. Menentukan latar tempat dengan tepat, tetapi tidak menunjukkan kalimat dalam cerpen yang mendukung jawaban dan tidak mengaitkan relevansi latar tempat dengan penggunaan bahasa yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam cerita.
3
2
1
2. Menentukan Kemungkinan Terjadinya Cerita/Peristiwa dalam Cerpen Emak Ingin Naik Haji di Tempat Lain dan Menyertakan Alasan yang Mendukung Jawaban
a. Menentukan kemungkinan terjadinya cerita/peristiwa dalam cerpen Emak Ingin Naik Haji di tempat lain dan menyertakan alasan yang mendukung jawaban.
b. Menentukan kemungkinan terjadinya cerita/peristiwa dalam cerpen Emak Ingin Naik Haji di tempat lain, tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung jawaban.
c. Menentukan kemungkinan terjadinya cerita/peristiwa dalam cerpen Emak Ingin Naik Haji di tempat lain, tetapi alasan yang dikemukakan tidak mendukung jawaban.
3
2
1
Jumlah Skor Maksimal 6
4) Siswa Menjelaskan Cerpen Sesuai Tahapan Alur
No. Aspek Penilaian Skor
1. Menjelaskan Bagian Eksposisi (Pengenalan Cerita)
a. Menjelaskan bagian eksposisi secara lengkap (meliputi pengenalan latar dan tokoh)
2. Menjelaskan Bagian Intrik (Pemunculan Masalah)
a. Menjelaskan intrik dengan tepat (mengungkapkan pemunculan masalah, yaitu ketika tokoh Emak sangat menginginkan untuk naik haji dengan kondisi yang tidak memungkinkan dari segi finansial)
b. Menjelaskan intrik dengan kurang tepat (kurang mengungkapkan pemunculan masalah)
c. Menjelaskan intrik dengan tidak tepat (tidak mengungkapkan pemunculan masalah dalam cerpen tersebut)
3
2 1 3. Menjelaskan Bagian Konflik
a. Menjelaskan konflik dengan tepat (mengungkapkan akar masalah dalam cerpen, yaitu ketika keinginan tokoh Emak yang ingin naik haji belum juga terwujud dan kerja keras Zein yang tidak pernah ada hasilnya)
b. Menjelaskan konflik dengan kurang tepat (kurang mengungkapkan akar masalah dalam cerpen)
c. Menjelaskan konflik dengan tidak tepat (tidak mengungkapkan akar masalah dalam cerpen)
3
2 1 4. Menjelaskan Bagian Klimaks
a. Menjelaskan klimaks dengan tepat (mengungkapkan puncak masalah dalam cerpen, yaitu ketika Zein hendak menyatroni rumah Juragan Haji)
b. Menjelaskan klimaks dengan kurang tepat (kurang mengungkapkan puncak masalah dalam cerpen)
c. Menjelaskan klimaks dengan tidak tepat (tidak mengungkapkan puncak masalah dalam cerpen)
3
2 1 5. Menjelaskan Bagian Antiklimaks
a. Menjelaskan antiklimaks dengan tepat (mengungkapkan penurunan/redanya masalah, yaitu ketika Zein membatalkan niatnya dalam menyatroni rumah Juragan Haji).
b. Menjelaskan antiklimaks dengan kurang tepat (kurang mengungkapkan penurunan/redanya masalah).
c. Menjelaskan antiklimaks dengan tidak tepat (tidak mengungkapkan penurunan/redanya masalah).
3
2 1
6. Menjelaskan Bagian Resolusi/Peleraian
a. Menjelaskan resolusi/peleraian dengan tepat (mengungkapkan akhir cerita, yaitu ketika Zein merasa sangat bahagia karena memenangkan undian berhadiah paket haji untuk dia dan ibunya, namun di tengah kebahagiannya itu, dia tertabrak sebuah mobil).
b. Menjelaskan resolusi dengan kurang tepat (kurang mengungkapkan akhir cerita)
c. Menjelaskan resolusi tidak tepat (tidak mengungkapkan akhir cerita)
3
5) a. Siswa Mengungkapkan Karakter Tokoh Zein dan Menunjukkan Kalimat-Kalimat dalam Cerpen yang Menunjukkan Jawaban Siswa
No. Aspek Penilaian Skor
1. Mengungkapkan Karakter Tokoh Zein dan Menunjukkan Kalimat-Kalimat dalam Cerpen yang Menunjukkan Jawaban Siswa
a. Mengungkapkan karakter tokoh Zein dan menunjukkan kalimat-kalimat dalam cerpen yang membuktikan karakter tokoh tersebut dengan tepat (bukti teks dalam cerpen mendukung karakter tokoh Zein)
b. Mengungkapkan karakter tokoh Zein dan menunjukkan kalimat-kalimat dalam cerpen yang membuktikan karakter tokoh tersebut dengan kurang tepat (bukti teks dalam cerpen kurang mendukung karakter tokoh Zein)
c. Mengungkapkan karakter tokoh Zein dan menunjukkan kalimat-kalimat dalam cerpen yang membuktikan karakter tokoh tersebut tidak tepat (bukti teks dalam cerpen tidak mendukung karakter tokoh Zein)
3
2
1
Jumlah Skor Maksimal 3
b. Siswa Mengungkapkan Seandainya menjadi tokoh Zein dalam berencana menyatroni rumah Juragan Haji beserta alasan
No. Aspek Penilaian Skor
1. Mengungkapkan Seandainya Siswa Menjadi Tokoh Zein Beserta Alasannya (Keterlibatan Jiwa Siswa)
a. Merasakan apa yang dialami tokoh dalam cerita (tokoh Zein) dengan menyertai alasan yang mendukung.
b. Merasakan apa yang dialami tokoh dalam cerita (tokoh Zein), tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung jawaban. c. Merasakan apa yang dialami tokoh dalam cerita (tokoh Zein),
tetapi tidak menyertakan alasan yang mendukung.
c. Apakah karakter-karakter tokoh dalam cerpen tersebut banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari? Berikan alasan atas jawabanmu!
No. Aspek Penilaian Skor
1. Mengungkapkan Hubungan Karakter-karakter Tokoh dalam Cerita dengan Karakter dalam Kehidupan Sehari-hari Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban Siswa.
a. Mengaitkan karakter-karakter tokoh dalam cerita dengan karakter dalam kehidupan sehari-hari dengan menyertakan alasan yang mendukung.
b. Mengaitkan karakter-karakter tokoh dalam cerita dengan karakter dalam kehidupan sehari-hari, tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung jawaban.
c. Mengaitkan karakter-karakter tokoh dalam cerita dengan karakter dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak menyertakan alasan.
3
2
1
Jumlah Skor Maksimal 3
6) Siswa Menyimpulkan Tema Cerita Pendek dan Mengaitkannya dengan Permasalahan yang Sering Terjadi dalam Kehidupan Sehari-hari Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
No. Aspek Penilaian Skor
1. Menyimpulkan Tema
a. Menyimpulkan tema secara tepat (sesuai dengan makna penting/gagasan utama cerita)
b. Mengungkapkan tema secara kurang tepat (kurang mengungkapkan makna/gagasan utama cerita)
c. Mengungkapkan tema secara tidak tepat (tidak mengungkapkan makna/gagasan utama cerita), tetapi masih berkaitan dengan isi cerita
3 2 1
2. Mengaitkan Tema dengan Permasalahan Kehidupan Sehari-hari Beserta Alasannya
a. Mengaitkan tema dengan permasalahan kehidupan sehari-hari secara tepat dengan mengungkapkan alasan yang mendukung jawaban.
b. Mengaitkan tema dengan permasalahan kehidupan sehari-hari secara tepat, tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung jawaban.
c. Mengaitkan tema dengan permasalahan kehidupan sehari-hari secara tepat, tetapi tidak mengemukakan alasan.
3
2
7) Siswa Mengungkapkan Pendapat tentang Penggunaan Gaya Bahasa dalam Cerita Pendek Beserta Alasan dan Contoh yang Mendukung Jawaban
No. Aspek Penilaian Skor
1. Siswa Mengungkapkan Pendapat tentang Penggunaan Gaya Bahasa yang Mendukung Unsur-unsur Cerita yang Lain (tokoh dan latar) Beserta Alasan:
a. Mengungkapkan pendapat tentang penggunaan gaya bahasa yang mendukung unsur-unsur cerita yang lain beserta alasan yang mendukung jawaban.
b. Mengungkapkan pendapat tentang penggunaan gaya bahasa yang mendukung unsur-unsur cerita yang lain, tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung jawaban.
c. Mengungkapkan pendapat tentang penggunaan gaya bahasa yang mendukung unsur-unsur cerita yang lain, tetapi tidak menyertakan alasan.
3
2
1
Jumlah Skor Maksimal 3
8) Siswa Mengungkapkan Amanat/Pesan yang Hendak Disampaikan Pengarang Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
No. Aspek Penilaian Skor
1. Mengungkapkan Amanat Pengarang Beserta Alasannya
a. Menjelaskan amanat pengarang dalam cerpen disertai alasan yang mendukung jawaban.
b. Menjelaskan amanat pengarang dalam cerpen, tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung jawaban.
c. Menjelaskan amanat pengarang dalam cerpen, tetapi tidak disertai alasan.
3 2 1 Jumlah Skor Maksimal 3
9) Siswa Memberikan Penilaian Berdasarkan Kelebihan dan Kekurangan Beserta Alasannya
No. Aspek Penilaian Skor
1. Memaparkan Keunggulan dan Kelemahan Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
a. Memaparkan kedalaman penilaian (pengungkapan keunggulan dan kelemahan) terhadap keseluruhan cerpen baik dari segi struktur (pengemasan cerpen, bahasa, penulisan ejaan, dan cetakan), maupun dari segi isi (unsur-unsur cerita dan hubungan antarunsurnya) dengan menyertakan alasan yang
(hanya mengungkapkan keunggulan/kelemahan dari satu segi saja), tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung jawaban. Meskipun begitu, memiliki kedalaman dalam penilaian.
c. Memaparkan penilaian terhadap cerpen tidak menyeluruh (hanya mengungkapkan keunggulan/kelemahan dari satu segi saja) dan tidak memiliki kedalaman dalam penilaian serta tidak menyertakan alasan.
1
Jumlah Skor Maksimal 3
10) a. Siswa Menyebutkan Nilai-nilai Kehidupan yang Terdapat dalam Cerpen dan Menyertakan Alasan yang Mendukung Jawaban Siswa
No. Aspek Penilaian Skor
1. Menyebutkan Nilai-nilai Kehidupan yang Terdapat dalam Cerpen Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
a. Menyebutkan tiga nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen dengan tepat dan menyertakan alasan yang mendukung jawaban.
b. Menyebutkan dua nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen dengan tepat dan menyertakan alasan yang mendukung jawaban.
c. Menyebutkan satu nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen dengan tepat dan menyertakan alasan yang mendukung jawaban.
3
2
1
Jumlah Skor Maksimal 3
11)Siswa Memberikan Pendapat tentang Kebermanfaatan Cerpen dan Menyertakan Alasan yang Mendukung Jawaban
No. Aspek Penilaian Skor
1. Memberikan Pendapat tentang Kebermanfaatan Cerpen Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
a. Memberikan pendapat tentang kebermanfaatan cerpen dengan menyertakan alasan yang mendukung pendapat.
b. Memberikan pendapat tentang kebermanfaatan cerpen, tetapi alasan yang dikemukakan kurang mendukung pendapat.
c. Memberikan pendapat tentang kebermanfaatan cerpen, tetapi tidak menyertakan alasan yang mendukung pendapat.
3
2
1
12) Penggunaan Bahasa Siswa secara Keseluruhan
No. Aspek Penilaian Skor
1. Penggunaan bahasa Indonesia
a. Menggunakan bahasa baku, kalimat efektif, diksi variatif, tepat, dan menarik serta tidak ada kesalahan ejaan.
b. Bahasa kurang baku, ada kalimat yang kurang efektif, diksi kurang variatif, kurang tepat , dan kurang menarik, serta masih terdapat beberapa kesalahan ejaan.
c. Bahasa tidak baku, banyak kalimat yang tidak efektif, tidak berdiksi, dan banyak kesalahan ejaan.
3
2
1 Jumlah Skor Maksimal 3
Format Penilaian
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Nomor Soal
Indikator Skor
Maksimal
1 Siswa Membuat Sinopsis Cerita Pendek 9
2 Siswa Mengungkapkan Hal Menarik/Mengesankan dari Cerita Pendek dan Menyertakan Alasan yang Mendukung Jawaban
6
3 Siswa Mengungkapkan Tema Cerita Pendek dan Mengaitkannya dengan Permasalahan yang Sering Terjadi dalam Kehidupan Sehari-hari Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
6
4 Siswa Mengungkapkan Latar Tempat dan Menyertakan Alasan yang Mendukung Jawaban serta Menentukan Kemungkinan Terjadinya Cerita dalam Cerpen di Tempat Lain dan Alasan yang Mendukung Jawaban
6
5 Siswa Menjelaskan Tahapan Alur Cerpen 18
6 a. Siswa Mengungkapkan Karakter Tokoh Zein dan Menyertakan Alasan yang Mendukung Jawaban. b. Siswa Mengungkapkan Pengandaian Tokoh Zein dan
Menyertakan Alasan yang Mendukung Jawaban. c. Siswa Mengungkapkan Hubungan Karakter-Karakter
Tokoh dalam Cerpen dengan Karakter dalam Kehidupan Sehari-hari Beserta Alasannya.
9
7 Siswa Mengungkapkan Pendapat tentang Gaya Bahasa yang mendukung Unsur-unsur Cerita yang Lain (Tokoh
Jawaban
9 Siswa Memberikan Penilaian Berdasarkan Kelebihan dan Kekurangan Beserta Alasan yang Mendukung Jawaban
3 10 Siswa Menyebutkan Nilai-nilai yang Terdapat dalam
Cerpen Beserta Alasannya dan Memberikan Pendapat tentang Kebermanfaatan Cerpen Beserta Alasannya
3
Penggunaan bahasa secara keseluruhan 3
Jumlah Total Skor Maksimal 69
Nilai siswa = Skor yang diperoleh x 100 Total skor maksimal
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk soal esai sebanyak 10 soal dengan terlebih dahulu siswa membaca cerita pendek. Cerpen yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir adalah cerpen yang sama, yaitu cerpen Emak Ingin Naik Haji karya Asma Nadia, sedangkan pada perlakuan digunakan cerpen Doa yang Mengancam karya Jujur Prananto, Jendela Rara karya Asma Nadia, dan cerpen Babi karya Putu Wijaya.
Karena penelitian ini menggunakan film ekranisasi sebagai media penambat dalam menerapkan model pengajaran advance organizer, perlakuan yang diberikan kepada siswa selain menggunakan cerpen, juga menggunakan film ekranisasi dari cerpen yang dipilih tersebut, seperti film Doa yang Mengancam yang diangkat dari cerpen Doa yang Mengancam karya Jujur Prananto, film Rumah Tanpa Jendela yang diangkat dari cerpen Jendela Rara karya Asma Nadia, dan film Babi yang diangkat dari cerpen Babi karya Putu Wijaya.
kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga dari sudut latar belakang kebudayaan para
siswa. (Rahmanto, 1988:26).
Dari sudut bahasa, seperti kosa kata, struktur kata dan kalimat, idiom, citraan,
konteks dan isi wacana, dan sebagainya, keempat cerpen tersebut mudah dipahami
oleh siswa SMA/MA, hanya saja ada beberapa siswa yang masih kesuliatan
memahami satu di antara empat cerpen, yaitu cerpen Babi karya Putu Wijaya. Akan
tetapi, dengan penjelasan yang disampaikan oleh guru, pada akhirnya siswa mampu
memahami cerpen tersebut. Secara umum, siswa memahami maksud kata atau
kalimat yang digunakan oleh pengarang dalam kalimat. Dengan demikian, dari sudut
bahasa, pemilihan keempat cerpen tersebut sesuai dengan kemampuan siswa dalam
memahami bahasa.
Berdasarkan segi/aspek kematangan jiwa (psikologis) sudah sesuai dengan
Dilihat dari sudut latar belakang kebudayaan para siswa, dua dari keempat cerpen tersebut mengandung latar budaya yang tidak terlalu jauh dengan latar budaya yang dimiliki dan dikenal oleh siswa, seperti cerpen Emak Ingin Naik Haji dan Jendela Rara, yang kental dengan realitas budaya dan kehidupan masyarakat Betawi/Jakarta sebagai ibu kota. Adapun cerpen Doa yang Mengancam, meskipun latar budaya yang digambarkan bukan di Indonesia, tetapi substansi cerpen tersebut menggambarkan latar belakang budaya yang mudah dipahami siswa. Latar belakang budaya yang terdapat pada cerpen Babi lebih dipahami secara tersirat karena penuh dengan simbol-simbol sosial dan budaya tertentu dan dalam hal ini simbol tersebut mengacu pada sistem sosial dan budaya masyarakat Indonesia sehingga akan lebih dipahami oleh siswa.
Adapun berkaitan dengan pengujian instrumen, peneliti melakukan expert judgment dan uji empiris sebelum instrumen tes digunakan. Instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu di sekolah tempat penelitian, selain di kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, uji daya beda soal, tingkat kesukaran, pengujian ini dilakukan dengan bantuan komputer yaitu program Anates. Hal ini untuk memudahkan dalam perhitungan statistik dan keakuratan data.
a. Analisis Validitas Butir Soal
dikorelasikan. Berikut adalah rumus matematis dalam mencari validitas soal (valilditas item):
� = � −( )( )
(� 2−( )2)(� 2−( )2)
rxy = koefisien korelasi
X = skor tiap butir soal Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa
Untuk mengetahui kriteria validitas soal digunakan tabel berikut. Tabel 3.4
Kriteria Koefisien Validitas Butir Soal
Koefisien Validitas Interpretasi 0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < rxy 0,80 Tinggi
0,40 < rxy 0,60 Cukup
0,20 < rxy 0,40 Rendah
rxy 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2008:75) b. Analisis Reliabilitas soal
Reliabilitas sering dikatakan taraf keajegan suatu soal atau menurut Arikunto (1999) reliabilitas merupakan taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Sesuai dengan bentuk soal tesnya yaitu tes bentuk uraian, maka untuk menghitung koefisien reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha (Russefendi, 2005). Rumusnya adalah :
�
11=
�−�1(1
−
�� 2r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir soal ∑
�
b2
= jumlah variansi butir soal
�
t 2= varians skor total
Tingkat reliabilitas dari soal uji coba kemampuan pemahaman dan penalaran didasarkan pada klasifikasi Guilford (Ruseffendi, 1991) sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Besarnya r Tingkat Reliabilitas 0,00 r11 0,20 Kecil
0,20 r11 0,40 Rendah 0,40 r11 0,60 Sedang 0,60 r11 0,80 Tinggi 0,80 r11 1,00 Sangat tinggi
c. Daya Pembeda
“Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan
rendah” (Arikunto S. 2002: 211).
Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal maka kita harus mencari indeks daya pembeda satu butir soal melalui rumus berikut.
� =� − � × 100%
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
SB = Jumlah skor kelompok bawah yang pada butir soal yang diolah
IA = Jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal yang
diolah
Tabel 3.6
Kriteria Daya Pembeda Indeks Daya
Pembeda Kriteria Daya Pembeda
DP < 0.20 Jelek
0,20 <DP< 0,40 Cukup 0,40 <DP< 0,70 Baik
0,70 <DP<1,00 Baik sekali
Arikunto (2008:218) d. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang sukar dapat menyebabkan siswa putus asa dalam mengerjakannya (Arikunto, 2002:207).
Bilangan yang menunjukan susah atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Arikunto, 2002: 207). Untuk mencari tingkat kesukaran suatu butir soal maka kita harus mencari indeks kesukaran dari butir soal tersebut melalui rumus berikut.
� =
�
P = Indeks kesukaran
Tabel 3.7
Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nilai P Kriteria
0,00 Terlalu Sukar
0,00 < P 0,30 Sukar 0,31 P 0,70 Sedang
0,71 P < 1,00 Mudah
1,00 Terlalu Mudah
e. Uji Kelayakan Instrumen Tes
1) Expert Judgment (Uji Ahli)
Tes yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengujian soal dengan pertimbangan aspek berikut: a) kesesuaian isi soal, 2) keterpahaman soal, 3) kelogisan soal, dan 4) keterwakilan soal (Fraenkel dan Wallen,1990:128).
Pada uji ahli ini, penulis selain berkonsultasi kepada pembimbing, juga kepada dosen lain yang berkompeten sebanyak tiga orang. Berdasarkan pertimbangan ahli, validitas isi tes tentang kemampuan mengapresiasi cerita pendek dalam pembelajaran cerpen ada beberapa yang direvisi. Selain itu, deskriptor pada rubrik penilaian banyak yang diubah dengan pertimbangan deskriptor penilaian sebelumnya kurang jelas. Selain itu, penulis melampirkan hasil uji ahli dan surat pernyataan expert judgment.
2) Uji Empiris
kelas eksperimen dan kontrol, tepatnya di kelas X-10 SMAN 9 Bandung. Dalam pengolahan hasil uji instrumen ini, penulis menggunakan program anates uraian. Hal ini untuk memudahkan dalam perhitungan statistik dan keakuratan data. Hasil uji empiris anates uraian ini penulis lampirkan dalam penelitian ini.
3.3.2 Pedoman Observasi
Pedoman obervasi digunakan untuk menilai proses pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita pendek, baik dengan menggunakan model pengajaran advance organizer maupun dengan yang menggunakan model pembelajaran investigation group dilihat dari aktivitas guru dan siswa. Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Adapun observasi ini bertujuan untuk menilai peran serta guru dan siswa dalam proses pembelajaran apresiasi cerpen, baik dengan menggunakan model pengajaran advance organizer maupun dengan menggunakan model pembelajaran
investigation group maupun. Penilaian didasarkan atas nilai: 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = kurang baik, 1 = tidak baik.
Berikut kisi-kisi lembar pedoman observasi yang digunakan selama proses pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan model pengajaran advance organizer dan model pembelajaran group investigation yang dapat dilihat pada
Tabel 3.8
Kisi-Kisi Pedoman Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam
Pembelajaran Apresiasi Cerpen
Masalah Tujuan Indikator Aspek yang Diobservasi
Angket merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Penggunaan angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberterimaan siswa terhadap penerapan model pengajaran advance organizer dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Angket
5.Pendapat
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mengadakan Pretest
konsep yang akan diajarkan. Soal ini sebelumnya telah melalui tahap konsultasi dengan dosen pembimbing dan uji kelayakan serta uji coba instrumen.
b. Mengadakan Posttest
Posttest ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan
apresiasi cerpen yang dimiliki siswa setelah dilakukan treatment. Soal posttest adalah soal yang sama yang dikerjakan siswa pada saat pretest. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi pengaruh perbedaan instrumen terhadap perubahan pemahaman konsep siswa. Pretest dan posttest akan dilakukan di awal dan di akhir pertemuan. Pretest dan posttest ini direncanakan dilakukan masing-masing sebanyak satu kali.
c. Melaksanakan Observasi
Observasi dilaksanakan bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan model pengajaran advance organizer melalui film ekranisasi. Pengamatan dalam penelitian ini melibatkan dua observer yang merupakan guru bahasa dan sastra Indonesia.
d. Menyebarkan Angket
Penggunaan angket dalam penelitian ini untuk mengetahui sejauhmana keberterimaan siswa dalam pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan model pengajaran advance organizer.
3.5 Teknik Pengolahan Data
dapat diterima atau tidak. Berikut adalah langkah-langkah dalam mengolah data hasil penelitian.
1) Membaca seluruh hasil tes.
2) Memeriksa dan menganalisis hasil tes satu per satu oleh penilai 1 dan 2. 3) Memberikan skor untuk setiap nomor soal dan memberikan nilai. 4) Menyusun deskripsi data hasil tes.
5) Menganalisis data melalui perhitungan statistik. Untuk memudahkan perhitungan data kuantitatif yang akan diolah, penulis menggunakan teknik statistik dengan SPSS 18. Berikut perhitungan untuk menguji normalitas, homogenitas, dan uji t data dengan menggunakan rumus.
a. Uji Normalitas. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang tersaring berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan menurut Arikunto (2002:290) adalah rumus Chi kuadrat sebagai berikut.
X2 = (f0 –fh)2
fh
Apabila diperoleh dari perhitungan bahwa ternyata harga X2 sama atau lebih besar dari harga titik X2 yang tertera dalam tabel, sesuai dengan taraf signifikansi yang telah ditetapkan, kesimpulannya adalah ada perbedaan yang
Keterangan: X2 = chi kuadrat
f0 = frekuensi observasi sampel
meyakinkan antara f0 dan fh. Akan tetapi, apabila perhitungannya lebih kecil maka
tidak ada perbedaan yang meyakinkan antara f0 dan fh.
b. Uji homogenitas dengan menggunakan uji variansi. Uji ini ditujukan untuk mengetahui keseragaman variansi sampel yang diambil dari polulasi yang sama. Rumus yang diujikannya itu uji F. Menurut Sugiyono (1999:160), rumus uji F yaitu:
F = S12
S22
Kriteria pengujian yaitu jika Fh<Ft, varians kedua sampel homogen. c. Uji beda dan rata-rata (uji-t). Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan
hasil kemampuan mengapresiasi sastra cerpen antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rumus yang digunakan menurut Nurgiyantoro (2001:101) adalah sebagai berikut.
t =
1− 2�12
�1+
�22
�2 Keterangan:
F : koefisien F tes
S12 : varians kelompok 1 (tersebar)
S22 : varians kelompok 2 (terkecil
Keterangan:
t = koefisien yang dicari �22 = varians kelompok 2
1= mean kelompok 1 n = jumlah subjek 2 = mean kelompok 2
� 2
3.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sebelum menerapkan model pengajaran advance organizer, telah disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model tersebut yang mengacu pada silabus bahasa Indonesia kelas X. RPP merupakan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP membuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu kompetensi dasar (Depdiknas, 2006:17). Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun per tiap pertemuan, penulis lampirkan dalam penelitian ini.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini tergambar dalam alur penelitian sebagai berikut.
Studi kepustakaan tentang model pembelajaran advance organizer dan
group investigation
Penyusunan RPP model pengajaran
advance organizer dan group investigation
Pembuatan instrumen penelitian (instrumen tes dan nontes)
Experts judgment (Uji ahli)
Uji empiris (uji coba instrumen penelitian)
Penentuan sample
Tes awal (pretest)
Perlakuan model pengajaran
advance organizer
Tes akhir (posttest)
Angket pendapat siswa tentang pelaksanaan model pengajaran advance organizer
Pengolahan data
Analisis data dan pembahasan hasil penelitian
Kesimpulan dan saran
Perlakuan model pembelajaran group
investigation Observasi
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan, analisis data, dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut.
Pembelajaran apresiasi cerita pendek pada penelitian ini menerapkan dua model pembelajaran, yaitu model pengajaran advance organizer di kelas eksperimen dan model pembelajaran group investigation di kelas kontrol. Model pengajaran advance organizer ini diterapkan sebanyak tiga kali perlakuan. Proses pelaksanaan model pengajaran advance organizer dalam penelitian ini melalui empat tahap/fase, yaitu tahap/fase pertama: menjelaskan dan establishing set, tahap/fase kedua: menyajikan advance organizer, tahap/fase ketiga: menyajikan materi pembelajaran, dan tahap/fase keempat: memperkuat pengolahan kognitif atau memantau dan memeriksa pemahaman dan kemampuan berpikir siswa.
Tahap ketiga meliputi penyampaian materi apresiasi cerpen, memberikan contoh secara konkret dan bervariasi, serta mengaitkan materi pembelajaran apresiasi cerpen dengan realitas kehidupan siswa sehari-hari, sedangkan tahap keempat atau tahap terakhir siswa membentuk kelompok, mengisi worksheet, mendiskusikan dan membahas cerita pendek dan film kemudian presentasi kelompok dan diskusi.
Proses pelaksanaan model pengajaran advance organizer secara umum dan keseluruhan berjalan dengan baik. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan dua observer yang mengamati secara langsung aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan model pengajaran advance organizer telah dilakukan guru dengan baik. Berdasarkan aspek-aspek yang diobservasi, guru telah melaksanakan aktivitas pembelajarannya secara optimal. Dengan kata lain, kualitas peran guru dalam melaksanakan model pengajaran advance organizer berjalan dengan baik. Guru mampu menerapkan model pengajaran advance organizer dengan baik sehingga proses pembelajaran apresiasi cerpen dapat
berlangsung sesuai harapan.
Berdasarkan hasil angket pendapat siswa terhadap perlakuan yang diberikan dengan menggunakan model pengajaran advance organizer, keberterimaan siswa cenderung baik. Hal ini berdasarkan angket pendapat yang telah diisi oleh siswa yang mengikuti proses pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan model pengajaran advance organizer.
Adapun selama penulis mengikuti proses pelaksanaan model pengajaran advance organizer yang diimplementasikan oleh guru model, penulis menemukan
hal baru berkenaan dengan film ekranisasi sebagai media penambat yang telah mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa berkaitan dengan moral dan kepekaan emosional serta sosial. Hal ini tampak dari antusiasme siswa yang serius dan terfokus dalam menyaksikan penayangan film ekranisasi yang tergugah oleh nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen tersebut. Selain itu, tampak juga dari hasil diskusi dan presentasi siswa yang tertarik dan berempati terhadap tokoh-tokoh dalam cerita. Oleh karena itu, penulis sepakat bahwa pembelajaran sastra seharusnya menekankan hal-hal yang mampu menyentuh kepekaan emosional dan sosial sehingga siswa merasakan pengalaman bersastra. Dengan begitu, kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra pun akan meningkat.
advance organizer memperoleh rata-rata skor tes akhir sebesar 45,3. Begitu pun dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran investigation group mengalami peningkatan hasil belajar, yaitu dari rata-rata skor tes awal sebelum diberi perlakuan model pembelajaran investigation group sebesar 33,5 menjadi 38,1 setelah diberi perlakuan. Peningkatan hasil tes kemampuan mengapresiasi cerpen di kelas eksperimen yang menggunakan model pengajaran advance organizer lebih tinggi dibanding peningkatan hasil tes kemampuan mengapresiasi
cerpen di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran investigation group. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan kelas eksperimen sebesar 13,4,
sedangkan kelas kontrol sebesar 4,6.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diperoleh kesimpulan bahwa data pretes kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal karena nilai signifikansi uji Shapiro-Wilk skor pretes pada kelas eksperimen 0,383, lebih besar dari � = 0,05 dan pada kelas kontrol 0,121 lebih besar dari � = 0,05. Dengan demikian, nilai signifikansi kedua kelas tersebut lebih besar dari 0,05 dan artinya data kedua kelas berdistribusi normal, sedangkan uji homogenitas nilai tes awal kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa data pretest kelas eksperimen maupun kelas kontrol bersifat homogen atau memiliki varians yang sama karena diperoleh angka signifikansi = 0,090, yang artinya angka signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga data pretest kelas eksperimen maupun kelas kontrol bersifat homogen atau memiliki varians yang sama.
besar dari 0,05, maka H0 diterima. Dengan kata lain, kemampuan awal siswa
dalam mengapresiasi cerita pendek pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol) adalah sama.
Selain itu, dari hasil uji normalitas data tes akhir di kelas aksperimen dan kontrol menunjukkan berdistribusi normal karena nilai signifikansi untuk kelas eksperimen dan kontrol lebih besar dari 0,05, yaitu 0,052 untuk kelas eksperimen dan 0,988 untuk kelas kontrol, sedangkan uji homogenitas data tes akhir kelas eksperimen dan kontrol juga menunjukkan homogen atau memiliki varians yang sama seperti halnya data tes awal. Hal ini karena angka signifikansi data tes akhir di kelas eksperimen dan kontrol adalah sebesar = 0,421, yang artinya angka signifikansi lebih besar dari 0,05.
Adapun uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji independent sample t-test pada SPSS 18 untuk data tes akhir di kelas eksperimen dan kontrol
diperoleh signifikansi sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari � = 0,05 sehingga H0 ditolak, artinya terdapat peningkatan kemampuan mengapresiasi
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan saran sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, model pengajaran advance organizer dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa (mengapresiasi cerita pendek) dan model pengajaran advance organizer ini lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran group investigation. Dengan pertimbangan tersebut, penulis menyarankan sebaiknya model pengajaran advance organizer digunakan dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek agar
dapat meningkatkan hasil belajar (kemampuan mengapresiasi cerpen) siswa secara signifikan.