• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA KERAJINAN BAMBU : Suatu Kasus Pada Usaha Kerajinan Bambu di Desa Linggajaya Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA KERAJINAN BAMBU : Suatu Kasus Pada Usaha Kerajinan Bambu di Desa Linggajaya Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Nurlaelah Syarofah, 2012

ABSTRAK………..… i

KATA PENGANTAR………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI………...... vii

DAFTAR TABEL………..... x

DAFTAR GAMBAR………. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah……...…………... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…..………... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian………... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian………... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka…….………. 11

2.1.1 Konsep UMKM...………... 11

2.1.2 Konsep Keberhasilan Usaha……….... 13

2.1.3 Teori Laba ……….. 21

2.1.4 Konsep Pasar Persaingan Monopolistik………... 22

2.1.5 Konsep Perilaku Kewirausahaan………... 25

2.1.6 Unsur-unsur Perilaku Kewirausahaan…………... 32

2.2 Penelitian Terdahulu………. 38

2.3 Kerangka Pemikiran………. 39

2.4 Hipotesis……….. 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian………... 46

3.2 Metode Penelitian………. 46

3.3 Populasi dan Sampel ………... 46

(2)

3.3.2 Sampel……… 47

3.4 Operasionalisasi Variabel………. 48

3.5 Sumber Data……. ………... 48

3.6 Teknik Pengumpulan Data………... 50

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian……… 50

3.7.1 Uji Validitas………. 50

3.7.2 Uji Realibilitas……… 52

3.8 Teknik Analisis Data……… 53

3.9 Pengujian Hipotesis……….. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………. 63

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian……… 63

4.1.2 Gambaran Umum Responden………..………… 66

4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian……… 72

4.1.4 Uji Validitas dan Realibilitas……….. 85

4.1.5 Hasil Analisis Data……….. 87

4.1.6 Pengujian Hipotesis...…………... 89

4.1.7 Uji Asumsi Klasik………..………... 93

4.2 Pembahasan……….. 96

4.2.1 Pengaruh Kreativitas Terhadap Keberhasilan Usaha Kerajinan Bambu………... 96

4.2.2 Pengaruh Keberanian Menghadapi Risiko Terhadap Keberhasilan Usaha Kerajinan Bambu………. 98

4.2.3 Pengaruh Kerja Keras Terhadap Keberhasilan Usaha Kerajinan Bambu………. 100

(3)

Nurlaelah Syarofah, 2012

4.3 Implikasi Pendidikan……… 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………. 106

5.2 Saran ……… 107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Unit UMKM dan UB Indonesia ... 2

Tabel 1.2 Jumlah UMKM Kabupaten Sumedang Per Kecamatan Tahun 2011 .... 5

Tabel 1.3 Total Laba Pengrajin Bambu Desa Linggajaya Kabupaten Sumedang ...6

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu...38

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ...48

Tabel 3.2 Uji statistic Durbin-Watson ...62

Tabel 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2010...65

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...67

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Usia ...68

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...69

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ...70

Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ...71

Tabel 4.7 Skor Penilaian dan Penafsiran Data ...73

Tabel 4.8 Keberhasilan Usaha (Laba) Pengrajin Bambu Periode Juni 2012 ...73

Tabel 4.9 Skor Penilaian dan Penafsiran Data ...75

Tabel 4.10 Perilaku Kewirausahaan Pengusaha Kerajinan Bambu ...75

Tabel 4.11 Perilaku Kewirausahaan Dalan hal Kreativitas ...77

Tabel 4.12 Skor Penilaian dan Penafsiran Data ...78

Tabel 4.13 Tafsiran Perilaku Kewirausahaan dalam Hal Kreativitas ...78

Tabel 4.14 Perilaku Kewirausahaan dalam Keberanian Menghadapi Risiko ...79

Tabel 4.15 Skor Penilaian dan Penafsiran Data ...80

Tabel 4.16 Tafsiran Perilaku Kewirausahaan dalam keberanian Menghadapi Risiko ...80

(5)

Nurlaelah Syarofah, 2012

Tabel 4.18 Skor Penilaian dan Penafsiran Data ...82

Tabel 4.19 Tafsiran Perilaku Kewirausahaan dalam Hal Kerja Keras ...82

Tabel 4.20 Perilaku Kewirausahaan dalam Hal Opportunity Obsession ...83

Tabel 4.21 Skor Penilaian dan Penafsiran Data ...84

Tabel 4.22 Tafsiran Perilaku Kewirausahaan dalam Hal Opportunity Obsession 84 Tabel 4.23 Uji Validitas Variabel Perilaku Kewirausahaan (Kreativitas, Keberanian Menghadapi risiko, Kerja Keras, dan Opportunity Obsession) ...85

Tabel 4.24 Uji Realibilitas Variabel Kreativitas,, Keberanian Menghadapi Risiko, Kerja Keras, dan Opportunity Obsession ...86

Tabel 4.25 Uji t Variabel Penelitian ...91

Tabel 4.26 Uji f Variabel Penelitian ...92

Tabel 4.27 Uji Multikolinearitas ...93

Tabel 4.28 Uji Heteroskedastis ...95

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Total Laba Pengusaha Kerajinan Bambu ... 7

Gambar 2.1 Langkah Menuju Keberhasilan Berwirausaha ...17

Gambar 2.2 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik Jangka Pendek yang mengalami keuntungan ...22

Gambar 2.3 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik Jangka Pendek yang mengalami kerugian ...23

Gambar 2.4 Keseimbangan Pasar Persaingan Monopolistik DalamJangka Panjang ...24

Gambar 2.5 Model Analisis Diri Kewirausahaan ...31

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran ...44

Gambar 4.1 Peta Administratif Kabupaten Sumedang ...64

Gambar 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...67

Gambar 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ...68

Gambar 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...70

Gambar 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ...71

Gambar 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ...72

Gambar 4.7 Keberhasilan Usaha (Laba) Pengrajin Bambu Periode Juni 2012...74

Gambar 4.8 Pengujian Autolorelasi ...95

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998,

perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Hal ini tentu berdampak pula pada

hilangnya kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia. Kesenjangan antara

kesempatan kerja dengan pencari kerja memotivasi para pencari kerja untuk

mendirikan sebuah usaha yang bisa membantu mereka untuk bertahan dari

serangan krisis moneter.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu

sektor yang mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional,

karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja,

juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis

ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana

banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti

aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis

tersebut.

Pada tahun 2006-2009 pasca krisis ekonomi, perkembangan UMKM di

Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang positif. Berikut ini adalah tabel

(8)

2

Tabel 1.1

Perkembangan Unit UMKM dan UB Indonesia Skala

usaha

2006 2007 2008 2009

Unit % Unit % Unit % Unit %

UMKM 49.021.803 99,9 50.145.800 99,9 51.409.612 99,9 52.764.603 99,9

UB 4.577 0,01 4.463 0,01 4.650 0,01 4.677 0.01

Jumlah 49.026.380 50.150.263 51.414.262 52.769.280

Sumber : menegkop dan UMKM

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa unit UMKM terus mengalami

peningkatan dan unit UB cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006

jumlah unit usaha UMKM mencapai 49.021.803 unit atau sebesar 99,9 %,

sedangkan unit UB hanya sebanyak 4.577 atau sebesar 0,01 %. Dan sampai pada

tahun 2009 unit UMKM mencapai 52.764.603 unit, sedangkan unit UB sebesar

4.677 unit.

Melihat kondisi tersebut, maka tidak salah apabila keberadaan UMKM

harus tetap di pertahankan. Karakteristik UMKM yang berbeda dengan Usaha

Besar (UB) merupakan salah satu hal yang menjadikan jumlah UMKM lebih

besar daripada UB. Tulus Tambunan (2009: 2-4), mengemukakan bahwa UMKM

sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang berbeda

dengan UB, sebagai berikut :

1. Jumlah UMKM sangat banyak jauh melebihi UB

2. Mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar

3. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” terhadap proporsi

-proporsi dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara

(9)

3

berpendidikan rendah yang berlimpah tetapi modal serta Sumber Daya

Manusia (SDM) atau tenaga kerja berpendidikan tinggi yang sangat terbatas.

4. Tingkat fleksibilitas UMKM tinggi

Terlepas dari berbagai kontribusinya dalam perekonomian nasional,

UMKM sering kali dihadapkan dengan berbagai permasalahan klasik yang

menghambat keberhasilan usaha yang bersifat internal dan eksternal.

Permasalahan internal tersebut diantaranya : (1) terbatasnya penguasaan dan

pemilikan aset produksi, terutama permodalan; (2) rendahnya kemampuan

SDM; (3) ditinjau dari konsentrasi pekerjaan sumber dayanya,

pengembangannya terhambat oleh konsentrasi rakyat di pedesaan yang bergerak

pada sektor pertanian; (4) kelembagaan usaha belum berkembang secara optimal

dalam penyediaan fasilitas bagi kegiatan ekonomi. Sedangkan permasalahan

eksternal yang dimaksud adalah : (1) terbatasnya pengakuan dan jaminan

keberadaan UKM; (2) kesulitan mendapatkan data yang jelas dan pasti tentang

jumlah dan penyebaran UKM; (3) alokasi kredit sebagai aspek pembiayaan masih

sangat timpang, baik antar golongan, antar wilayah, dan antar desa-kota; (4)

sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakterisitik sebagai

produk-produk fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek ; (5)

rendahnya nilai tukar komoditi yang dihasilkan; (6) terbatasnya akses pasar; (7)

(10)

4

Kabupaten Sumedang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat yang memiliki banyak UMKM yang potensial, namun pengelolaannya

belum begitu optimal. Berdasarkan data yang dipublikasikan Dinas Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Barat sebagai hasil analisis dari tim Lembaga Afiliasi

Penelitian dan Industri (LAPI) ITB tahun 2010 terhadap sentra UMKM di Jawa

Barat, sebesar 17 % sentra UMKM di wilayah Priangan Barat terkonsentrasi di

Kabupaten Sumedang, masih jauh di bawah Kota Bandung yaitu sebesar 44 %.

(diskukm.jabarprov.go.id)

Selain itu, walaupun jumlah UMKM di Kabupaten Sumedang sudah

banyak tersebar di berbagai pelosok, namun pada kenyataannya UMKM tersebut

belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap nilai tambah

ekonomi daerah. (LKPJ Bupati Sumedang Tahun Anggaran 2010)

Dari kedua hal tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja UMKM di

Kabupaten Sumedang harus lebih ditingkatkan lagi dengan cara menggali dan

mengoptimalkan potensi UMKM yang ada, agar perekonomian daerah menjadi

lebih baik.

Pada tahun 2011 jumlah UMKM di Kabupaten Sumedang adalah

sebanyak 4.466 unit. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan data Jumlah UMKM

(11)

5

Tabel 1.2

Jumlah UMKM Kabupaten Sumedang Per Kecamatan Tahun 2011

Sumber : Dinas KUKM Kabupaten Sumedang

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah UMKM terbanyak

adalah di Kecamatan Cibugel dengan jumlah 1.151 unit, sedangkan jumlah

UMKM yang paling sedikit adalah di Kecamatan Surian yaitu 9 unit UMKM.

Berbagai jenis UMKM berkembang di Kabupaten Sumedang, mulai dari

industri makanan, minuman, pakaian dan kerajinan. Desa Linggajaya, Kecamatan

Cisitu Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah penghasil kerajinan

No. Kecamatan Jumlah UMKM

1. Sumedang Utara 196

2. Sumedang Selatan 121

3. Ganeas 19

10. Tanjungsari 118

11. Rancakalong 126

12. Tanjungmedar 14

13. Tanjungkerta 72

14. Surian 9

21. Jatinunggal 34

(12)

6

bambu. Penduduk Desa ini memanfaatkan bambu sebagai lahan usaha dengan

mengolahnya menjadi kerajinan bambu yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Menurut keterangan ketua kelompok pengusaha kerajinan bambu

Linggajaya, sampai saat ini jumlah anggota pengusaha kerajinan bambu di Desa

Linggajaya sudah mencapai 150 orang. Produk yang dihasilkan oleh para

pengrajin cukup beragam. Mulai dari peralatan rumah tangga, hiasan dinding

sampai alat musik.

Sebagai salah satu unit usaha, kegiatan usaha kerajinan bambu ini tentu

tidak lepas dari munculnya berbagai hambatan. Berdasarkan hasil wawancara pra

penelitian kepada sejumlah pengusaha kerajinan bambu, di peroleh informasi

bahwa salah satu hambatan yang ada adalah jumlah laba yang diterima cenderung

menurun. Berikut ini adalah tabel total laba 10 orang pengrajin bambu selama 6

bulan yang terdiri dari tiga bulan awal tahun 2011, dua bulan akhir tahun 2011

dan satu bulan awal tahun 2012.

Tabel 1.3

Total Laba Pengrajin Bambu Desa Linggajaya Kabupaten Sumedang

Sumber: wawancara, pra penelitian

Bulan Laba

(Rupiah)

Pertumbuhan (Persen)

Februari 2.645.000 - Maret 1.862.000 -0.29 April 1.540.000 -0.17

(13)

7

Adapun perkembangan total laba pengusaha kerajinan bambu dapat

dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 1.1

Total Laba Pengusaha Kerajinan Bambu

Berdasarkan data tabel 1.3 dapat dilihat bahwa laba pengusaha kerajinan

bambu selama 6 bulan cenderung menurun. Pada bulan Maret dan April 2011

jumlah laba menurun sebesar Rp.783.000 dan Rp. 322.000 , pertumbuhannya

sebesar -0,29 dan -0,17 sedangkan pada bulan Desember 2011 dan Januari 2012

jumlah laba menurun sebesar Rp. 1.620.000 dan Rp.1.185.000, pertumbuhannya

adalah - 0,39 dan -0,48. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan laba selama

6 bulan adalah negatif. Adanya pertumbuhan laba yang negatif ini tentu akan

menghambat keberhasilan usaha pengusaha kerajinan bambu Desa Linggajaya.

Menurut Albert Widjaja (Suryana, 2006 : 168) „laba perusahaan masih

merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan usaha‟. Jadi, dapat

diketahui bahwa indikator keberhasilan usaha suatu perusahaan adalah laba.

Menurut keterangan beberapa ahli di jelaskan bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan usaha adalah persaingan. kekuatan modal,

penguasaan teknologi, manajemen dan perilaku kewirausahaan. Sedangkan,

0 2000000 4000000

6000000

Laba

(14)

8

berdasarkan informasi yang didapat dilapangan diduga faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan usaha para pengusaha kerajinan bambu adalah sikap

para pengusaha yang kurang berani menghadapi risiko dan kurang bisa

memanfaatkan peluang. Sebagian besar pengusaha tidak menyadari bahwa hal

mendasar untuk mencapai keberhasilan usaha adalah berasal dari diri pengusaha

itu sendiri yaitu dalam bentuk perilaku kewirausahaan. Kurang pedulinya para

pengusaha terhadap perilaku kewirausahaan tersebut, akan berakibat pada bisnis

yang kurang berkembang atau bahkan mengalami kebangkrutan. Selain itu,

masalah keberhasilan usaha ini tentu sangat penting untuk di teliti, karena tidak

hanya berkaitan dengan pengusaha itu sendiri, melainkan juga dengan para tenaga

kerja dan masyarakat yang tingkat kesejahteraan hidupnya bergantung pada usaha

ini, dimana tingkat kesejahteraan akan menurun apabila laba yang diterima

mengalami penurunan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berminat untuk mengadakan

penelitian berjudul “Pengaruh Perilaku Kewirausahaan terhadap

Keberhasilan Usaha Kerajinan Bambu (Suatu Kasus pada Usaha Kerajinan

Bambu di Desa Linggajaya Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran mengenai perilaku kewirausahaan dan keberhasilan

usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya ?

2. Bagaimana pengaruh kreativitas terhadap keberhasilan usaha kerajinan

(15)

9

3. Bagaimana pengaruh keberanian menghadapi risiko terhadap keberhasilan

usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya ?

4. Bagaimana pengaruh kerja keras terhadap keberhasilan usaha kerajinan

bambu di Desa Linggajaya?

5. Bagaimana pengaruh opportunity obsession (ambisi mendapatkan peluang)

terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran mengenai perilaku kewirausahaan dan keberhasilan

usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya.

2. Mengetahui pengaruh kreativitas terhadap keberhasilan usaha kerajinan

bambu di Desa Linggajaya.

3. Mengetahui pengaruh keberanian menghadapi risiko terhadap keberhasilan

usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya.

4. Mengetahui pengaruh kerja keras terhadap keberhasilan usaha kerajinan

bambu di Desa Linggajaya.

5. Mengetahui pengaruh opportunity obsession (ambisi mendapatkan peluang)

(16)

10

1.3.1 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

penelitian di bidang ekonomi yang dapat memperkaya khasanah ilmu

ekonomi.

2. Secara Praktis penelitian ini dapat berguna bagi pengrajin usaha bambu

(17)

46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah keberhasilan usaha sebagai variabel

terikat (dependen) dan variabel perilaku kewirausahaan yang terdiri dari

kreativitas, keberanian menghadapi resiko, kerja keras dan opportunity obsession

sebagai variabel bebas (independen).

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik

yaitu metode penelitian yang menekankan kepada usaha untuk memperoleh

informasi mengenai status atau gejala pada saat penelitian, memberikan

gambaran-gambaran terhadap fenomena-fenomena, juga lebih jauh menerangkan

hubungan, pengujian hipotesis serta mendapatkan makna dari implikasi suatu

masalah yang diinginkan.

Adapun ciri-ciri dari metode penelitian deskriptif analitik adalah tidak

hanya memberikan gambaran saja terhadap suatu fenomena tetapi juga

menerangkan hubungan-hubungan, menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi

serta mandapatkan makna dan implikasi dari suatu permasalahan yang ingin

dipecahkan.

3.3 Populasi dan sampel

(18)

47

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, maka populasi dalam penelitian

ini adalah pengusaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya Kecamatan Cisitu

Kabupaten Sumedang yang berjumlah 150 pengusaha kerajinan bambu..

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti.Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penarikan sampel acak atau random sampling.

Penentuan ukuran sampel diambil berdasarkan rumus dari Taro Yamane tentang

besarnya sampel yang ditentukan menurut rumus berikut:

=

(

)

2

+ 1

(Riduwan, 2010 : 65)

Dimana : N : populasi penelitian

n : sampel yang diambil dari populasi penelitian

d : prosentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih bisa ditolelir

=

(

)

2

+ 1

� = 150

150(0,05)2+ 1

� = 150

(19)

48

� = 150 1,375

n = 109,09

Jadi, jumlah sampel untuk penelitian ini adalah sebanyak 109

pengusaha kerajinan bambu.

3.4 Operasionalisasi Variabel

Dalam rangka pengumpulan data diperlukan penjabaran konsep atau

operasionalisasi variabel. Adapun bentuk operasionalisasinya adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1

(20)

49

Nurlaelah Syarofah, 2012

Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data

adanya peningkatan kegiatan usaha yang dicapai oleh para pengusaha industri kecil, baik dari segi peningkatan laba

Keberhasilan Usaha Keberhasilan usaha yang terjadi dilihat dari jumlah laba yang di terima pada satu bulan terakhir (Dalam

(21)

50

3.5Sumber Data

Sumber data dalam penelitian yaitu sumber data primer yang diperoleh

melalui penyebaran angket kepada pengusaha yang menjadi sampel dalam

penelitian. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari laporan Badan Pusat

Statistik (BPS), Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) dan artikel

dalam internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Kerja Keras Dilihat dari perilaku wirausaha sebagai

(22)

51

1. Studi dokumentasi, merupakan teknik mengumpulkan data dengan mencatat

data-data yang sudah ada. Studi ini digunakan untuk mencari atau

memperoleh hal-hal atau variabel-variabel berupa catatan, laporan serta

dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Angket, yaitu terdiri dari sejumlah pernyataan yang semuanya menunjukkan

terhadap suatu objek yang akan di ukur yang disebarkan kepada responden.

3. Wawancara, yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi dengan cara

mengajukan pertanyaan lisan. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada

pemilik usaha kerajinan bambu.

3.7 Pengujian Instrumen Penellitian

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas yang tinggi. Dalam uji validitas ini digunakan teknik

korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus sebagai

(23)

52

ΣY = Jumlah skor total seluruh item dari keseluruhan responden penelitian

N = Jumlah responden penelitian

Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga

kriterianya adalah :

0,00 - 0,199 : validitas sangat rendah

0,20 – 0,399 : validitas rendah

0,40 – 0,699 : validitas sedang/cukup

0,70 – 0,899 : validitas tinggi

0,90 – 1,00 : validitas sangat tinggi

Setelah dicari rxy, maka cari t hitung dengan rumus sebagai berikut :

t

hitung

=

� �−

2

1−�2

(Riduwan, 2010 : 112)

Keterangan :

t hitung = nilai t statistik

r = Koefisen korelasi antara variabel X dan Y

n = jumlah responden

Pada taraf signifikansi α = 0,05 t hitung yang diperoleh melalui perhitungan

dibandingkan dengan nilai dari t tabel. Nilai ttabel dengan derajat kebebasan (n-4)

dimana ini merupakan banyaknya responden jika t hitung > t tabel berarti data

valid,dan jika t hitung < t tabel berarti tidak valid

3.7.2 Uji Realibilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan dalam penelitian untuk

(24)

53

ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan, dan konsistensi dalam mengungkapkan

gejala dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang

berbeda.

Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus

alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:

2

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal

n2 = Jumlah varians butir

t2 = varians total

Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan

taraf signifikansi pada

= 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel,

sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.

3.8 Teknik Analisis Data

Agar hipotesis yang telah dirumuskan dapat diuji maka diperlukan

pembuktian melalui pengolahan data yang telah terkumpul. Jenis data yang

terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal dan rasio. Dengan adanya data

berjenis ordinal maka data tersebut harus diubah menjadi data interval melalui

(25)

54

Succesive Interval (MSI) dalam pengukuran sikap adalah untuk menaikkan

pengukuran dari ordinal ke interval.

Langkah kerja Methods of Succesive (MSI) adalah sebagai berikut:

1. Perhatikan tiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.

2. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan

(menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

Proporsi (P).

4. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi

yang ada dengan proporsi sebelumnya.

5. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk

setiap kategori.

6. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan

mengunakan tabel ordinat distribusi normal baku.

7. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:

)

8. Menghitung skor hasil tranformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan

(26)

55

Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel

bebas terhadap variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan

digunakan model persamaan regresi log-log sebagai berikut :

LnY = βo + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 +β4LnX4 +ei

Dimana:

LnY = Keberhasilan Usaha

βo = Konstanta

β1,β2,,β3,β4 = Koefisien regresi

LnX1 = Kreativitas

LnX2 = Keberanian menghadapi Risiko

LnX3 = Kerja keras

LnX4 = Opportunity Obsession

ei = standar error

3.9 Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis Regresi Secara Parsial (Uji t):

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial pada variabel

bebas terhadap variabel terikat dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Hipotesis

Ho : secara parsial tidak terdapat pengaruh X terhadap Y

Ha : secara parsial terdapat pengaruh X terhadap Y

b. Ketentuan

Jika t hitung < t tabel ( Ho diterima, Ha ditolak)

(27)

56

Pengujian hiotesis secara individu dengan uji t bertujuan untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas X terhadap variabel

terikat Y Pengujian hipotesis secara individu dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus:

(Gujarati, 2003:249)

derajat keyakinan diukur dengan rumus:

Kriteria uji t adalah:

1. Jika thitung >ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (variabel bebas X

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y),

2. Jika thitung <ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (variabel bebas X tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y). Dalam penelitian ini

tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada taraf signifikasi

95%.

2. Pengujian Hipotesis Regresi Secara Keseluruhan (Uji f)

Formulasi uji f:

Fk-1, n-k = �

/(�−�)

/(�−�) =

1 R

n k

) 1 (k R

2 2

 

(28)

57

1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha)

Ho : β1 = β2 = ... = βK = 0

Ha : β1 ≠ β2 ≠ ... ≠ βK≠ 0

2. Mencari nilai f hitung, nilai kritis f didasarkan besarnya  dan df untuk

numerator (k-1) dan df untuk denumerator (n-k)

3. Keputusan menolak Ho/menerima Ho sebagai berikut:

Jika f hitung > f tabel (kritis), maka kita menolak Ho, dan sebaliknya

jika f hitung < f tabel maka menerima Ho.

3. Koefisien Determinasi Majemuk R2

Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan (goodness of fit) dari

persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam

variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. Koefisien

determinasi majemuk (multiple coefficient of determination) dinyatakan dengan

R2. Koefisien determinasi dapat dicari dengan menggunakan rumus:

(Gujarati, 2003:13)

Besarnya nilai R2berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0 <R2 < 1.

Jika nilai R2 semakin mendekati 1 (satu) maka model tersebut baik dan pengaruh

antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y semakin kuat (erat

berhubungannya).

(29)

58

Uji Multikolinieritas.

Multikolinieritas diartikan adanya hubungan linier yang sempurna atau

pasti diantara beberapa variabel atau semua variabel yang menjelaskan dari model

regresi. Multikolinieritas merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap

asumsi model regresi linier klasik karena bisa mengakibatkan estimator OLS

memiliki :

1. Kesalahan baku sehingga sulit mendapatkan estimasi yang tepat

2. Akibat poin satu, maka interval estimasi akan cenderung lebih lebar dan nilai

hitung statistik uji t akan kecil sehingga membuat variabel indevenden secara

statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel independent.

3. Walaupun secara individu variabel independent tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen melalui uji statistik t, namun nilai koefisien determinasi

masih relatif tinggi.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model

OLS, maka menurut Gujarati (2001:166) dapat dilakukan beberapa cara berikut

ini :

a. Kolienaritas diduga ketika R2 tinggi yaitu antara 0,7-1,00 tetapi hanya sedikit

variabel independent yang signifikan mempengaruhi variabel dependen

melalui uji t namun berdasarkan uji F secara statistik signifikan yang berarti

semua variable independent secara bersama-sama mempengaruhi variable

dependen. Dalam hal ini menjadi kontradiktif dimana berdasarkan uji t secara

(30)

59

dependen, namun secara bersama-sama variabel independent berpengaruh

terhadap variabel dependen.

b. Dengan koefisien korelasi sederhana (zero coefficient of correlation), jika

nilainya tinggi menimbulkan dugaan terjadi multikolinier tetapi belum tentu

dugaan itu benar.

c. Dengan melihat hubungan tidak hanya satu variabel akan tetapi multikolinier

bisa terjadi karena kombinasi linier dengan variable independent lain.

Keputusan ada tidaknya unsur multikolinier dalam model ini biasanya dengan

membandingkan nilai hitung F dengan nilai kritis F, jika nilai hitung F lebih

besar dari nilai kritis F dengan tingkat signifikansi dan derajat kebebasan

tertentu maka dapat disimpulkan model mengandung unsur multikolinier.

Apabila terjadi multikolinieritas menurut Agus Widarjono

(2005:139-141), disarankan untuk mangatasinya dengan cara :

a. Mengilangkan variabel independent

Menghilangkan variabel yang memiliki multikolinier yang memiliki

hubungan linier kuat.

b. Mentransformasi data

c. Penambahan data

Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok lain dalam model regresi linier klasik ialah

bahwa varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu

(31)

60

dengan 2. Inilah yang disebut sebagai asumsi homoskeditas, (Gujarati,

2001:177).

Konsekuensi logis dari adanya heteroskedastis adalah menjadi tidak

efisiennya estimator OLS akibat variansnya tidak lagi minimum.Pada akhirnya

dapat menyesatkan kesimpulan, apalagi bila dilanjutkan untuk meramalkan.

Heteroskedastisitas dapat dideteksi melalui beberapa cara antara lain :

1. Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan

lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada

model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan

keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran

variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut

korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi

heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

(32)

61

Dimana :

d1 = perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi

residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian

variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2

hitung dan χ2tabel,

apabila χ2

hitung> χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi

heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel maka

hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam

metode White selain menggunakan nilai χ2

hitung, untuk memutuskan apakah

data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas Chi Squares

yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi Squares

<α, berarti Ho ditolakjika probabilitas Chi Squares >α, berarti Ho diterima.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan

bantuan SoftwareEviews. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White

Heteroscedasticity Test yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan

variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

Uji Autokorelasi

Asumsi penting lainnya yang akan diuji dalam penelitian ini adalah

uji autokorelasi atau serial korelasi. Autokorelasi menggambarkan suatu keadaan

(33)

62

(Gujarati, 2001:201) Adanya gejala autokorelasi dalam model regresi OLS dapat

menimbulkan :

a) Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar

b) Variance populasi 2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians

residual taksiran ( ^2).

c) Akibat butir b, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimated)

d) Jika 2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS ( ^i).

e) Pengujian signifikansi (t dan F) menjadi lemah.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi pada model regresi

antara lain dengan metode Grafik, uji loncatan (Runs Test) atau uji Geary (Geary

Test), uji Durbion Watson (Durbin Watson d test), uji Breusch-Godfrey

(Breusch-Godfrey test).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin Watson (DW)

untuk mendeteksi autokorelasi, yaitu dengan cara membandingkan DW statistik

dengan DW tabel. Adapun langkah uji Durbin Watson adalah sebagai berikut :

a. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual e1.

b. Hitung nilai d (Durbin-Watson).

c. Dapatkan nilai kritis dl-du.

d. Pengambilan keputusan, dengan aturan sebagai berikut :

Tabel 3.2

Uji statistic Durbin-Watson

0 < d < dl , menolak hipotesis nul; ada autokorelasi positif

(34)

63

du <d< 4 – dl, menerima hipotesis nul; tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

(35)

106

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

kreativitas, keberanian menghadpi risiko, kerja keras dan opportunity obsession

terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya, maka dapat

disumpulkan sebagai berikut :

1. Perilaku Kewirausahaan para pengusaha kerajinan bambu di Desa

Linggajaya yang terdiri dari kreativitas, keberanian menghadapi risiko, kerja

keras dan opportunity obsession tergolong sedang. Sedangkan keberhasilan

usaha para pengusaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya yang dilihat dari

indikator laba tergolong rendah.

2. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek kreativitas memiliki pengaruh

positif terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya

Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Kreativitas merupakan salah satu

faktor penting dalam menentukan keberhasilan usaha karena dengan adanya

kreativitas pengusaha akan mampu menghasilkan ide-ide baru dalam

menciptakan produk, mampu memanfaatkan sarana-sarana dan

sumber-sumber yang ada secara efektif serta mampu menemukan solusi dari

berbagai permasalahan usaha.

3. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek keberanian menghadapi risiko

(36)

107

Desa Linggajaya Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang, Kehidupan

wirausaha tidak akan lepas dari suatu risiko. Oleh karena itu, seorang

pengusaha harus berani menghadapi risiko. Semakin besar risiko yang di

hadapi oleh seorang pengusaha maka semakin besar pula kesempatan untuk

meraih keuntungan.

4. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek kerja keras memiliki pengaruh

positif terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa Linggajaya

Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang, Bekerja keras tidak hanya

dilakukan pada saat memulai usaha saja, akan tetapi harus terus dilakukan

walaupun sudah berhasil yang bertujuan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup suatu usaha.

5. Perilaku kewirausahaan dilihat dari aspek opportunity obsession memiliki

pengaruh positif terhadap keberhasilan usaha kerajinan bambu di Desa

Linggajaya Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang, Peluang adalah hal

yang sangat berharga bagi seorang pengusaha. Pengusaha yang mampu

mengenal peluang yang ada dan mampu meraihnya ketika ada kesempatan

akan mendapatkan keberhasilan usaha.

5.2Saran

1. Para pengusaha kerajinan bambu harus bisa mengembangkan perilaku

kewirausahaan secara maksimal baik dari aspek kreativitas, keberanian

menghadapi risiko, kerja keras maupun opportunity obsession, karena pada

(37)

108

2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas, pengusaha dapat mencari

berbagai informasi mengenai desain-desain terbaru suatu produk baik

melalui buku bacaan, internet atau sumber lainnya. Selain itu, para

pengusaha juga perlu mengikuti pendidikan informal baik diklat, pelatihan

maupun seminar-seminar yang diadakan oleh berbagai pihak mulai dari

pemerintah, pihak swasta maupun LSM untuk menambah pengetahuan yang

berguna untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Pemerintah

melalui instansi terkait yaitu Dinas KUKM meningkatkan pembinaan

terhadap pengusaha-pengusaha terutama bagi pengusaha yang tinggal

dipelosok untuk meningkatkan kreativitas.

3. Untuk meningkatkan keberanian menghadapi risiko, pengusaha harus

bekerjasama dengan berbagai pihak terkait seperti bank, konsumen, investor

dan lain-lain. Dengan adanya kerjasama tersebut, risiko yang ada dapat di

transfer atau dikelola bersama sehingga para pengusaha dapat

meminimalisir risiko. Selain itu, para pengusaha juga harus bisa menghitung

keuntungan dan kerugian yang mungkin akan didapat agar lebih percaya diri

dalam menghadapi risiko.

4. Untuk meningkatkan kerja keras, para pengusaha harus melatih diri untuk

tidak pernah mudah putus asa ketika mengalami kegagalan usaha. Selain itu,

salah satu ciri dari orang yang suka bekerja keras adalah memiliki tingkat

disiplin tinggi. Oleh karena itu, pengusaha harus meningkatkan kedisiplinan

dalam bekerja dan mengatur jam kerja dengan baik untuk meningkatkan

(38)

109

5. Untuk meningkatkan opportunity obsession pengusaha harus mencari

berbagai informasi mengenai produk yang sedang diminati oleh konsumen.

Selain itu, pengusaha juga perlu bekerjasama dengan berbagai pihak baik

dengan pemerintah, pedagang souvenir , supermarket atau pihak lainnya

untuk memasarkan produk sehingga akan lebih mudah dalam mencapai

keberhasilan usaha.

6. Bagi lembaga yang terkait, seperti Dinas KUMKM agar meningkatkan

perhatiannya melalui kegiatan pemberian bantuan modal serta pelatihan

yang lebih internsif sehingga para pelaku industri yang terpuruk bisa

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku dan karya ilmiah

Agus Widarjono,(2005). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan

Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA FE UII.

Bahtiar Hasan dan Setiadji.(2010). Cara Praktis Membangun Wirausaha. Bandung : Pustaka Ramadhan.

Benedicta Riyanti P.D.(2003).Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi

Kepribadian.Jakarta: Grasindo.

Buchari Alma. (2009) . Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum.Bandung : Alfabeta.

Chamdan Purnama dan Suyanto.(2010).Motivasi dan Lemampuan dalam

Meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri Kecil.Jurnal Manjemen dan

Kewirausahaan.12.(2),177-184.

Djati Sutomo.(2007).Menjadi Entrepreneur Jempolan.Jakarta :Republika.

Eeng Ahman dan Yana Rohmana.(2007).Pengantar Teori Ekonmi Mikro.Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi UPI.

Elsa Novianti.(2007). Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan dan Pengalaman

Terhadap Perkembangan Usaha (Studi Kasus Pengusaha Makanan Ranginang Di Desa Cikoneng Kabupaten Bandung. Skripsi Sarjana Pada

Pendidikan Ekonomi UPI . Tidak Diterbitkan.

Farida Hadi. (2011). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan

Usaha (Studi pada Usaha Pengelasan Besi di Jalan Bogor Kecamatan Batununggal Kota Bandung). Skripsi Sarjana Pada Pendidikan Ekonomi

UPI . Tidak Diterbitkan.

Gujarati, Damodar.(2003). Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.

J. Winardi.(2004).Manajemen Perilaku Organisasi.Jakarta : Kencana Prenada Media Goup.

Kartika Hendra Titisari dan Trimurti.(2005).Pengaruh Aspek Kewirausahaan

terhadap Keberhasilan Usaha pada Industri Makanan Berskala Kecil di Surakarta. Gema, th.XVIII/33/2005, 62-77.

(40)

Miftah Thoha.(2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Jakara :Rajagrafindo Persada.

Ressa Andari.(2011).Pengaruh Kompetensi Pengusaha, Skala Usaha dan Saluran

Pemasaran Terhadap Keberhasilan Usaha.Skripsi Sarjana Pada Pendidikan

Ekonomi UPI.Tidak Diterbitkan.

Sadono Sukirno.(2005).Makro Ekonomi Teori Pengantar.Jakarta : Rajagravindo Persada.

Sudjana.(2005).Metode Statistika.Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suharsimi Arikunto.(2010) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Suryana. (2006).Kewirausahaan.Jakarta : Salemba Empat.

Wiedy Nurtini.(2009).Kewirausahaan Pendekatan Succes Story.Surakarta : LPP UNS dan UNS Press.

Riduwan.(2010).Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung :alfabeta.

Tulus T.H Tambunan .(2009).UMKM di Indonesia.Bogor :Ghalia Indonesia.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008.Tentang UMKM

Universitas Pendidikan Indonesia.(2011).Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah.Bandung :UPI.

Wahana Komputer.(2007). Panduan Praktis Pengolahan Data Statistik dengan

SPSS 15.0.Yogyakarta :Andi.

Yana Rohmana.(2010).Ekoometrika Teori dan Aplikasi. Bandung :Laborarorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.

Zimmerer, T.W dan Norman M.S.(2008).Kewirausahaan dan Manajemen Usaha

Kecil.Jakarta : Salemba Empat.

Sumber dari internet

Bappeda Kabupaten Sumedang.(2012). Sambutan Bupati Kabupaten

Sumedang.[Online].Tersedia:http://mcapsumedang.files.wordpress.com/201

(41)

Diskukm.(2011).Strategi Penguatan Sentra UMKM di Jawa Barat.[0nline].Tersedia : http:// localhost/H:/jurnal/index.php.htm [19 April 2012].

Samsul, A.(2011).Tinjauan Umum Tentang Konsep Perilaku.[Online].Tersedia : http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2106940-tinjauan-umum-tentang-konsep-perilaku.[20 Juli 2012.]

.(2012).Kabupaten Sumedang.[Online].

Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sumedang.[12 Juli

2012].

.(2012).SimpayWargi.[Online].Tersedia:http://simpaywargi.blogspot.com/ p/profil.html..[12 Juli 2012].

.Andrew Carnegie: Kerja Keras dan Pandangan Moralnya.[Online]. Tersedia : http://perilakuorganisasi.com/andrew-carnegie-kerja-keras-dan-pandangan-moral-tanpa-komprominya.html.[12 Juli 2012].

.(2011).Dasar-Dasar Kewirausahaan.[Online].

Tersedia:http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan Unit UMKM dan UB Indonesia
Tabel 1.2 Jumlah UMKM Kabupaten Sumedang
Tabel 1.3 Total Laba Pengrajin Bambu
Grafik 1.1 Total Laba  Pengusaha Kerajinan Bambu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran VII Tabel Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum Penerapan IFRS.

Dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas mengenai pembuatan website PT.CATUR ELANG PERKASA dengan harapan dapat mempromosikan dan memperkenalkan layanan produk jasa yang

Batasan masalah pada penelitian ini yaitu mengunakan material baja tahan karat SS 304, pengelasan dilakukan menggunakan metode SMAW dan TIG, arus listrik yang digunakan saat

Jenis pertanggungan yang dapat diperjanjikan dalam kontrak kerja konstruksi mencakup jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan atas mutu hasil pekerjaan, jaminan

” Analisis Nilai-Nilai Pendidikan pada Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”.. e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa

Potensi Bakteri Kitinolitik Dalam Pengendalian Aspergillus niger Penyebab Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Akar pada Tanaman Kacang Tanah.. Fakultas MIPA Universitas Sumatera

[r]

Aplikasi Informasi Desain Visual Pada Perusahaan Berbasiskan Web Interaktif ini merupakan sebuah aplikasi web multimedia yang berisi informasi mengenai Perusahaan Polaris