i DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
ABSTRAK
Kata Pengantar ………..……. i
Ucapan Tarima Kasih ……….…… iii
Daftar Isi ………... v
Daftar Tabel ……… viii
Daftar Bagan ……… ix
BAB 1. PENDAHULUAN ………..……. 1
A. Latar Belakang Penelitian ……… 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ……….…… 6
D. Kegunaan Penelitian ………..…… 6
1. Kegunaan Teoritis ……… 6
2. Kegunaan Praktis ……….…… 6
BAB II KAJIAN TEORITIS ……… 6
A. Arti Sekolah Kejuruan dalam Mempersiapkan Calon-Calon Wirausaha ………....… 8
B. Pendidikan Kewirausahaan di Persekolahan ... 11
C. Pembelajaran Kewirausahaan di SMK ……….….. 14
1. Azas dalam Pengajaran Kewirausahaan …………..…... 21
2. Peran Guru ………..……… 30
3. Sikap positif dan disiplin Wirausaha di lingkungan sekola ……… 31
4. Menerapkan pola positif ……….…… 35
D. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Sekolah Menengah Kejuruan ……… 39
ii F. Pelatihan Kerja Di Dunia Industri Pada Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan ……….…… 56
1. Proses Pembelajaran ……….…… 58
2. Instruktur Pelatihan Kerja ……… 62
3. Lingkungan Industri ……… 64
G. Pengenalan dan Pengembangan Pribadi Wiraswasta ………... 68
1. Karakteristik Wiraswastawan ………..… 68
2. Penentuan Potensi Kewiraswastaan ……….… 70
3. Pengenalan Diri Dan Motif Berprestasi ………..… 72
4. Proses Pembentukan Sikap Kewirausahaan ……… 74
H. Sikap Wiraswasta ……….… 76
I. Unsur-unsur Wirausaha ……….… 83
J. Sifat-sifat Kewirausahaan ………..……… 87
K Kerangka Berpikir ……….……… 95
L. Hipotesis ……….……… 99
BAB III METODE PENELITIAN ... 100
A. Metode Penelitian ……….…… 100
B. Operasionalisasi Variabel ……….…… 101
C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 105
D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ………….…… 108
1. Teknik Pengumpulan Data ……… 108
2. Teknik pengolahan dan Analisis Data …………..…… 108
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………..…… 121
A. Hasil Penelitian ………..…… 121
1. Analisis Data ……… 121
2. Hasil Analisis Data ………..…… 123
B. Pengujian Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja Industri dan Terhadap Sikap Wirausaha ... 134
1. Hasil Uji Korelasi ……….…… 134
2. Hasil Uji Regresi Berganda ……….…… 135
3. Uji Hipotesis ……… 137
iii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ………...…… 150
A. Kesimpulan ………..………..……… 150
B. Implikasi ……….………..……… 150
C. Saran ………….……….………..……….. 151
DFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-Kisi Instrumen
Lampiran 2 : Instrumen Penelitian
Lampiran 3 : Tabulasi Jawaban Instrumen Pembelajaaran Kewirausahaan
Lampiran 4 : Tabulasi Jawaban Instrumen Pelatihan Kerja
Lampiran 5 : Tabulasi Jawaban Instrumen Sikap Kewirasuhaan
Lampiran 6 : Tabel Input Pembelajaran Kewirausahaan, Pelatihan Kerja dan Sikap Kewirausahaan
Lampiran 7 : Tabel t Student.
iv DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.1. Kriteria nilai praktik kerja industry Interval Nilai Kriteria ……... 53
3.1. Operasionalilasi Variabel Pembelajaran Kewirausaha ... 101
3.2. Operasionalilasi Variabel Pelatihan Kerja Industri (Magang) ... 102
3.3. Operasionalilasi Variabel Sikap Wirausaha ………..… 104
3.4. Distribusi Frekuensi ……….………...……….. 110
3.5. Tabel Penolong Uji Normalitas ………... 111
3.6. Tabel Penolong untuk Menghitung Regresi Tunggal …..………… 112
3.7. Analysis of Varians …...………...…… 113
3.8. Tabel penolong untuk penghitungan regresi ganda ..………...… 115
4.1. Hasil Sleksi Data ………...………... 122
4.2. Distribusi Frekuensi Pembelajaran Kewirausahaan ..…………..…… 124
4.4. Kriteria Ketercapaian Pembelajaran Kewirausahaan ….…………... 126
4.5. Distribusi Frekuensi Pelatihan Kerja …..……...……...……….. 127
4.7. Kriteria Ketercapaian Pelatihan Kerja ………..………...………….. 128
4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Wirausaha ………..…………..… 130
4.10. Kriteria Ketercapaian Skor Sikap Wirausaha ………...….… 131
4.11. Hasil Uji Normality ……….……… 132
4.12. Hasil Pengujian Normalitas Data …...……….… 133
4.13. Hasil Uji Korelasi ... 134
4.14. Hasil Uji Regresi ... 135
4.15. Hasil Uji t (Parsial) ……….. 138
4.16. Hasil Uji t (Parsial) ……….. 138
v DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
2.1. Skema Orientasi Calon Wirausaha Di Lingkungan Persekolahan …. 20
2.3. Kerangka Pemikiran …….……….…… 98
3.9. Korelasi Ganda ... 118
4.3. Pembelajaran Kewirausahaan ….………...… 125
4.6. Pelatihan Kerja Industri ……….……… 128
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja
dalam jumlah dan mutu tertentu sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor,
khususnya sektor industri dan jasa. Pada era globalisasi yang serba kompetitif di
berbagai bidang kehidupan ini tampaknya pendidikan kejuruan menjadi sangat
penting, mengingat tuntutan sumber daya manusia di pasaran tenaga kerja yang
makin tinggi. Untuk menyiapkan lulusan SMK yang memenuhi kualifikasi pasar
kerja, maka kompetensi lulusan. SMK perlu terus diperbaiki atau ditingkatkan.
Pendidikan dan pelatihan pada Sekolah Menengah Kejuruan merupakan
salah satu pendidikan formal yang memiliki kemampuan untuk mengatasi
permasalahan ketenagakerjaan. Pendidikan kejuruan pada dasarnya bertujuan
mengembangkan keterampilan, kemampuan, sikap kebiasaan kerja dan
pengetahuan bagi calon pekerja guna memenuhi dan mengembangkan
keterampilan kerja agar mampu menjadi pekerja yang betul-betul berguna dan
produktif.
Pelaksanaan pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu
proses pembelajaran dan bimbingan di sekolah dan ditambah proses pelatihan
kerja di dunia usaha yang sesungguhnya. Proses pembelajaran di sekolah terutama
bertujuan untuk membekali siswa dalam mengembangkan kepribadian, potensi
akademik, dan dasar-dasar keahlian yang kuat dan benar melalui pembelajaran
2 watak dan kepribadian siswa sebagai warga Negara Indonesia, dan adaptif
mengenai pembekalan kemampuan untuk mengembangkan diri secara
berkelanjutan, sedangkan produktif menyangkut dasar keahlian tertentu untuk
bekal kerja. Proses pelatihan kerja di dunia usaha bertujuan untuk membekali
siswa menguasai kompetensi keahlian produktif terstandar, menginternalisasi
sikap, nilai dan budaya dunia usaha yang berorientasi pada standar mutu,
nilai-nilai ekonomi, kritis, produktif dan kompetitif serta sikap kewirausahaan.
Kemampuan kompetensi di atas dapat menumbuh-kembangkan
kewirausahaan pada siswa yang melakukan pelatihan, seperti yang diungkapkan
Djatmiko :
“…..bahwa perlakuan untuk mendidik wirausaha pada masa remaja adalah dengan pelatihan kecakapan kerja, sehingga siswa mampu memahami lingkungan kerja yang sesungguhnya dan kompetensi apa saja yang harus dimiliki untuk menjalankan perusahaan. Dari aspek pengetahuan siswa memahami teknik bidang usaha yang dimasuki, peran dan tanggung jawab manajemen dan organisasi bisnis, kepribadian dan kemampuan mandiri, sedangkan aspek keterampilan pada pelatihan meliputi mengatur teknik bidang usaha, keterampilan berkomunikasi, dan berinteraksi. Keterampilan ini memberikan arahan bahwa masalah sulitnya memperoleh pekerjaan dan timbulnya pengangguran tidak hanya diselesaikan dengan satu cara saja tetapi harus dihadapi dengan berbagai pendekatan disiplin keilmuan”. (Djatmiko, 1988:69)
Kewirausahaan merupakan salah satu alternative dalam memecahkan
masalah pengangguran, seperti yang diungkap oleh Lupiyoadi (1998:14) bahwa
“dengan adanya perusahaan yang dibangun oleh pewirausaha merupakan katup
pengaman dalam masalah pengangguran”. Untuk menjadi wirausahawan yang
baik diperlukan adanya sikap wirausaha. Sikap wirausaha, menurut Soemanto
adalah : (a) bekerja keras; (b) keyakinan yang kuat atas kekuatan pribadi; (c)
3 keuletan untuk bekerja keras; (f) pemikiran yang konstruktif dan kreatif.
(Soemanto, 1993:48)
Pendidikan kejuruan pada gilirannya harus mampu berperan dalam
mempersiapkan siswa yang mampu bertindak, belajar dan mengatur masa
depannya secara aktif dan mandiri. Masalah yang muncul ternyata meskipun para
pengambil keputusan pendidikan sudah banyak mengetahui kekurangan yang ada,
namun tidak mudah untuk melakukan perubahan pendidikan secara cepat. Tidak
mengherankan jika institusi pendidikan kita sepertinya kurang begitu responsif
terhadap perkembangan. Sekolah masih berjalan dengan sekedarnya saja
mengikuti rutinitas yang ada, tanpa usaha kreatif untuk keluar dari kebiasaan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan (SMK) dan adanya permasalahan
tingginya jumlah pengangguran dan rendahnya tingkat kompetensi di Indonesia
hasil penelitian Sunaryo yang menunjukan bahwa:
Tanggapan dunia industri dalam rangka program link and match pada indikator penyusunan program, penyusunan kurikulum, dan pelaksanaan pendidikan cukup positif dan cenderung bersedia terlibat langsung. Namun, kesediaan industri dalam evalusi dan pemasaran lulusan cenderung rendah. hal ini karena mereka merasa kurang kompeten pada bidang evalusi, sedangkan pemasaran lulusan merupakan suatu masalah rumit karena terjadi ketidakseimbangan antara besarnya lulusan dengan daya tampung dunia industri untuk tenaga kerja. (Sunaryo, 2002:6)
Selama ini, praktek kerja memang sudah menjadi salah satu persyaratan
kompetensi yang harus dilalui siswa SMK .sayangnya tidak banyak dunia usaha
di dalam negeri yang mau menerima siswa untuk melakukan praktek kerja.
Kalaupun ada, praktek kerja yang disediakan sering kali kurang sesuai dengan
kompetensi yang dicapai oleh siswa SMK. Padahal dunia usaha dapat menyerap
4 untuk memberikan pelatihan. Kalaupun ada biaya atau upah tenaga kerja yang
harus dikeluarkan, maka besarnya pun tidak sebesar jika mempekerjakan pekerja.
Berikut ini merupakan masalah yang membuat peningkatan mutu
pendidikan tidak berjalan:
1. Akuntabilitas sekolah dalam penyelenggara pendidikan kepada masyarakat masih sangat rendah;
2. Penggunaan sumber daya tidak optimal; 3. Partisipasi masyarakat masih rendah; dan
4. Sekolah tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi dilingkungannya.
(Sidi. 2001:31-33).
Dari keempat hal diatas, dapat kita lihat bahwa pendidikan di negara kita
belum melakukan upaya secara optimal. Sudah saatnya mengoptimalkan keempat
hal tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sehubungan dengan
SMK, maka mutu pendidikan dalam hubungan dengan apa yang dihasilkan dan
siapa pemakainya. Hal tersebut merujuk pada nilai tambah yang diberikan oleh
pendidikan, dan pihak-pihak yang memproses serta menikmati hasil-hasil
pendidikan (Anwar, 2004;51). Upaya menuju terbentuknya lulusan yang memiliki
kompetensi dengan mutu yang baik, dalam upayanya adalah dengan memberikan
suatu program yang dinamakan dengan Praktek Kerja. Sehingga pendidikan,
khususnya pendidikan kewirausahaan, ditunjang dengan pelatihan menuju kepada
terbentuknya siswa yang memiliki sikap mandiri, yang tidak hanya mampu
memasuki dunia kerja (sektor usaha) formal, tetapi juga mau bahkan mampu
menciptakan lapangan kerjanya sendiri.
Upaya membekali dan membentuk siswa yang memiliki sikap
kewirausahaan melalui pembelajaran kewirausahaan di sekolah dan pelatihan
5 salah satunya adalah masyarakat dunia usaha. Dalam memahami tujuan
pendidikan kewirausahaan, optimalisasi dan praktek kerja dalam upaya
menumbuhkan sikap kewirausahaan, maka proses pendidikan dan pelatihan
tersebut, tidak terlepas dari adanya proses pembelajaran, baik di sekolah maupun
di dunia usaha.
Berdasarkan data tersebut diatas, menunjukan sebahagian besar siswa
belum memiliki sikap kewirausahaan. Untuk meningkatkan pembentukan sikap
kewirausahan diperlukan kerjasama antara pihak sekolah dengan perusahaan
(dunia usaha). Penelitian ini dilakukan untuk melihat sampai sejauhmana
pengaruh keduanya dalam membentuk sikap kewirausahaan siswa. Dari berbagai
pemikiran tersebut di atas, maka penulis mencoba meneliti dengan judul :
”Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja Terhadap
Sikap Kewirausahaan Siswa (Studi Persepsional Siswa SMK Se-Kota Bandung)”.
B. Perumusan Masalah
Karena luasnya ruang lingkup yang berkaitan dengan penelitian, dan agar
penelitian ini memperoleh sasaran dan tujuan yang jelas, maka dibuat rumusan
masalah dalam bentuk uraian pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap sikap
kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung?
2. Seberapa besar pengaruh pelatihan kerja terhadap sikap kewirausahaan siswa
6 3. Apakah pembelajaran kewirausahaan dan pelatihan kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap sikap kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
yang telah dikemukakan di atas. Tujuannya terperinci sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap sikap
kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung
2. Mengetahui pengaruh pelatihan kerja terhadap sikap kewirausahaan siswa
kelas 3 SMK se-Kota Bandung
3. Mengetahui pengaruh pembelajaran kewirausahaan dan pelatihan kerja
terhadap sikap kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung
D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat menghasilkan konsep
pembentukan sikap Kewirausahaan melalui pembejaran kewirausahaan
dan pelatihan kerja
2. Kegunaan Praktis
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman penulis, baik
7 Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja terhadap sikap kewirausahaan
siswa di SMK.
b. Dapat dijadikan masukan bagi lembaga terkait guna pengambilan
keputusan dan kebijakan sehubungan dengan peningkatan
100
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Suharsimi Arikunto (2009:160) . Adapun
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah didasarkan pada tiga hal.
Pertama, berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, kedua, berdasarkan jenis
metode penelitian, dan ketiga, berdasarkan kurun waktu penelitian.
Berdasarkan variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:11) menjelaskan bahwa:
“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Tujuan dari
penelitian deskripsi adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian verifikatif diterangkan oleh Suharsimi Arikunto (2004:7)
sebagai berikut: “Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran
melalui pengumpulan data di lapangan.”
Berdasarkan jenis penelitiannya, yakni deskriptif dan verifikatif yang
dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian
101 sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian
secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi
terhadap objek yang sedang diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Nana Syaodih
(2008:82) bahwa: “Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil”.
Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka
metode pengembangan yang digunakan adalah cross-sectional. Menurut Uma
Sekaran (2006: 315), “Penelitian cross-sectional adalah penelitian dimana data
dikumpulkan hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu, atau
bulan) untuk menjawab pertanyaan penelitian.”
B. Operasionalisasi Variabel
Kerlinger (1990:57) yang dimaksudkan dengan variabel adalah “sesuatu
sifat yang memiliki bermacam nilai”. Berikut ini dijelaskan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini mencakup:
Tabel 3.1
Operasionalilasi Variabel Pembelajaran Kewirausahaan
Varia
bel Konsep Indikator Ukuran Skala
Pemb
Tingkat pemahaman materi pelajaran wiraswasta
Ordinal
Tingkat kemampuan materi pelajaran wiraswasta memberikan inspirasi
kepada siswa untuk mau berwiraswasta Ordinal Tingkat kemampuan materi pelajaran
wiraswasta dapat membekali, menggambarkan kepada siswa tentang manfaat pelajaran kepada masa depan siswa
102 Varia
bel Konsep Indikator Ukuran Skala
Tingkat kemampuan materi pelajaran wiraswasta menumbuhkan sikap keriwausahaan siswa
Tingkat kemampuan metode pembelajaran wiraswasta dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran wiraswasta
Ordinal
Tingkat kemampuan metode pembelajaran wiraswasta sangat menarik sehingga dapat menumbuhkan minat siswa terhadap wiraswasta
Ordinal
Tingkat kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran kewirausahaan
Ordinal
Tingkat kesesuaian pengalaman Guru berwirausaha (atau masih berwirausaha
sebagai kerja sampingan) Ordinal Tingkat kemampuan cara pembelajaran
Guru yang dapat mengaspirasi siswa
dalam membentuk sikap kewirausahaan Ordinal
Tabel 3.2
Operasionalilasi Variabel Pelatihan Kerja (Magang)
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
Pelatihan
Tingkat kejelasan tujuan magang.
Ordinal
Tingkat ketepatan tujuan magang dengan pelaksanaan.
Ordinal
Tingkat ketercapaian tujuan magang pada akhir pelaksanaan magang
Ordinal
Materi dan sumber magang
Tingkat kesesuian materi
magang dengan tujuan magang Ordinal Tingkat kelayakan materi
magang
Ordinal
Tingkat perorganisasian Materi magang dengan sistemetis yang jelas
Ordinal
Tingkat kemenarikan Materi magang
103
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
Tingkat ketersedian sumber belajar sesuai dengan standar magang
Ordinal
Tingkat kelayakan sumber materi magang
Ordinal
Fasilitas dan sarana
magang
Tingkat ketersediaan sarana dan prasaran magang
Ordinal
Tingkat kelayakan sarana dan prasaran magang
Ordinal
Tingkat kesusaian sarana dan
prasarana dengan tujuan magang Ordinal Tingkat kesesuaian sarana dan
prasarana dengan perkembangan iptek
Ordinal
Metode magang
Tingkat kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan magang
Ordinal
Tingkat variatif metode yang digunakan pada magang
Ordinal
Evaluasi magang
Tingkat kesesuaian evaluasi
magang dengan tujuan Magang Ordinal Tingkat ketepatan alat evaluasi
Magang
Ordinal
Waktu magang
Tingkat ketersedian waktu magang
Ordinal
Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan magang (tidak mengganggu kegiatan belajar peserta magang)
Tingkat kessuaian latar belakang pendidikan Instruktur dengan materi magang
Ordinal
Tingkat kesesuaian pengalaman lapangan pekerjaan Instruktur sesuai dengan materi magang
Ordinal
Pemahaman tujuan pembelajara n
Tingkat pemahaman Instruktur
terhadap tujuan Magang Ordinal Tingkat kemampuan Instruktur
menguasai materi Magang Ordinal Tingkat kemampuan Instruktur
104
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
Penguasaan materi
Tingkat kemampuan Instruktur mengelola magang
Ordinal
Tingkat ketenunan Instruktur dalam membimbing peserta magang
Ordinal
Tingkat kemampuan Instruktur
menjelaskan materi Magang Ordinal
Penguasaan
menggunakan metode magang Ordinal Tingkat kemampuan Instruktur
menggunakan metode magang secara bervariasi
Ordinal
Tingkat kemampuan Instruktur
menggunakan media magang Ordinal Tingkat kemampuan hubungan
Instruktur dengan siswa (peserta magang) secara personal melaksanakan cara-cara evaluasi magang
Ordinal
Tingkat kemampuan Instruktur menggunakan alat-alat evaluasi Magang
Ordinal
Tingkat kejujuran Instruktur dalam melaksanakan evaluasi magang
Ordinal
Tingkat obyektivitas Instruktur dalam melaksanakan evaluasi magang
Ordinal
Tabel 3.3
Operasionalilasi Variabel Sikap Wirausaha Variab
el
Konsep Indikator Ukuran Skala
Sikap
Tingkat keyakinan Siswa berhasil dengan baik setelah selesai pembelajaran
Ordinal
105 terhadap
kewirausahaa n
dapat belajar secara mandiri
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
Berorientasi tugas dan hasil
Tingkat tekad Siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi
Ordinal
Tingkat keyakinan Siswa akan bermanfaat pembelajaran bagi kehidupan di masa yang akan datang
Ordinal
Pengambila n resiko
Tingkat keyakinan Siswa Berani melakukan sesuatu dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang
Ordinal
Tingkat kemampuan Siswa menanggulangi setiap ada permasalahan
Ordinal
Kepemimpi nan
Tingkat kemauan Siswa belajar dengan baik
Ordinal
Tingkat kemampuan Siswa
berinteraksi dengan pihak lain Ordinal Tingkat kesedian Siswa
menerima masukan dan kritik dari pihak lain
Ordinal
Keorsinilan
Tingkat kemampuan Siswa
menghadapi setiap perubahan Ordinal Tingkat penerimaan Siswa setiap
ada permasalahan yang kreatif Ordinal
Berorientasi kemasa depan
Tingkat keyakinan Siswa belajar dengan keras akan memiliki masa depan yang lebih baik
Ordinal
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian yang dijadikan objek penelitian adalah tanggapan
responden tentang pembelajaran kewirausahaan, pelatihan kerja dan sikap
106 swasta = 107 jadi SMK se-Kota Bandung berjumlah 122 SMK dengan
jumlah siswa kelas 3 adalah sebanyak 45.711 orang (populasi). Sedangkan
sampel pengambilan sampel penelitan ini digunakan cara pengambilan dengan
sampel acak (randem sampling) yang artinya `penelitian satuan-satuan dan
populasi sehingga setiap satuan mempunyai kesempatan (probabilitas) yang
tepat sama untuk dimasukan ke dalam sampel` (Chadwick, Bahr, Albrecht,
1991:66).
Untuk melakukan penarikan sampel menggunakan teknik area sampling
(sampling daerah atau wilayah) yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan cara
mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada (Sudjana, 1992:173).
Sempel yang diambil adalah siswa kelas 3 tersebar di 122 SMK, maka penarikan
sampel dapat dilakukan melalui pentahapan sebagai berikut :
a) Mendata semua SMK se-Kota Bandung yang melaksanakan pelatihan kerja.
Semua siswa kelas 3 di 122 SMK tersebut memiliki probabilitas yang sama
untuk menjadi anggota sampel.
b) Membuat daftar nomor urut berdasarkan daftar SMK se-Kota Bandung yang
ada pada lampiran 1, sebanyak 122 sekolah.
c) Membuat guntingan kertas kecil sebanyak 122, dan selanjutnya diberi nomor
1 sampai 122, masing-masing potongan kertas yang sudah diberi nomor
107 d) Gulungan kertas tadi di acak dan diambil satu persatu sampai mencapai
jumlah yang ditetapkan berdasarkan teori pengambilan sampel yang
digunakan.
e) SMK diharapkan untuk dijadikan sampel adalah 40 SMK.
f) Selanjutnya dari 40 SMK ditentukan masing-masing SMK sebanyak 10
siswa, yang ditentukan dengan cara acak yaitu setiap siswa kelas 3 yang dapat
ditemui peneliti di sekolah tersebut yang terpilih menjadi sampel.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik random sampling, anggota
populasi yang dibutuhkan secara acak tanpa menggunakan stata yang ada dalam
anggota populsai dengan kata lain populasi dianggap homogen. Sample yang
diambil oleh penulis dalam penelitian ini berdasarkan rumus Slavin (1994).
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Tingkat kesalahan dalam meraih anggota sample yang ditolerir (tingkat kesalahan yang diambil dalam sampling ini sebesar 5 %).
Populasinya ada 45.711orang, maka jumlah sampel :
N =
,
n=396,53 dibulatkan menjadi 397
108 D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data.
1. Teknik Pengumpulan Data
Ada tiga jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu (1)
pembelajaran kewirausahaan; (2) pelatihan kerja di dunia usaha; (3) sikap
kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung.
Untuk menunjang analisis dan pembahasan dalam pengujian hipotesis
dilakukan penyebaran angket sebagai pengumpul data pada penelitian ini. Angket
dapat berfungsi untuk mengetahui informasi mengenai sikap, perilaku, perasaan
obyek.subyek yang diteliti serta mengetahui keterhubungan antara
variabel-variabel yang diteliti.
2. Teknik pengolahan dan Analisis Data
Pengelolaan data pada penelitian ini didasarkan pada pendekatan deskriptif
analitik. Statistik deskriptif berfungsi untuk memberi gambaran terhadap obyek
yang diteliti melalui data sampel atau populasi, dengan cara penyajian melalui
modus, mean, dan simpangan baku serta mendeskriptifkan dalam bentuk tabel
(Sugiyono, 2000:21). Sedangkan analitik dimaksudkan pada penelitian ini adalah
untuk menguji hipotesis penelitian dan membuat generalisasi dalam hal ini
109 Dalam melakukan pengolahan data dan analisis data dari instrument yang
sudah terkumpul dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran dari data yang sudah terkumpul, maka
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
• Mentabulasikan data yang sudah terkumpul ke dalam tabel, dan
menjumlahkannya. Menggunakan bantuan tabel dalam Microsoft exel
2007.
• Kemudian menghitung rata-rata dari setiap variabel dari data yang
terkumpul dari data yang tidak bergolong, yaitu dengan
menggunakan rumus.
=
∑ Furqon (1997:36)angan
x = rata-rata (mean) ∑X = jumlah seluruh data
n = jumlah responden (sampel)
• Selanjutnya untuk menghitung simpanan baku (standar deviasi) ialah
suatu nilai yang menunjukan tingkat variasi (homogenitas) suatu
kelompok data, dengan menggunakan rumus:
=
∑( )(varian sampel)
110
=
∑( )( simpangan baku) Sugiyono (2000:50)
b. Analitik Statistik
Pungujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis regresi
dan korelasi. Namun sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu
dilakukan uji distribusi data. Pengujian normalitas distribusi data untuk
mengetahui sebaran data, apakah data tersebut berdistribusi normal atau
tidak.
1). Pengujian distribusi data
Pengujian ini diperlukan untuk pertimbangan penggunaan stastistik
parametric atau non parametric. Jika data yang didapat berdistribusi
normal maka statistic yang digunakan adalah statistic parametric
(sugiyono, 2000:14). Metode yang digunakan dalam uji normalitas ini
adalah dengan menggunakan Chi kuadrat. Adapun langkah-langkah uji
normalitas sebagai berikut :
Menentukan rentang kelas
R = skor tertinggi – skor terendah
Menentukan banyak kelas interval
Banyak kelas = 1 + (3,3) log n
Menentukan panjang kelas interval
Panjang kelas = R/ Banyaknya kelas
Menyusun tabel distribusi frekuensi.
111 Interval fi Xi Fi,Xi (Xi-X) (Xi-X)^2 Fi(Xi-X)^2
(Natawidjaja, 1988:25)
Tabel penolong untuk pengujian normalitas data dengan Chi kuadrat
Tabel 3.5
Tabel Penolong Uji Normalitas Bata
Kelas Nilai - Z
% dari O-Z
Luas
Kelas Ei Oi
(Oi-Ei) (Oi-Ei) ^2 (Oi-Ei) )^2/Ei
(Natawidjaja, 1988:40)
1. (Oi-Ei)2/Et dan menjumlahkannya dan hasilnya merupakan harga Chi
kuadrat (λ2) hitung
2. Membandingkan harga Chi kuadrat (λ2) hitung dengan Chi kuadrat
(λ2) tabel. Bila harga Chi kuadrat (λ2) hitung lebih kecil dari pada Chi
kuadrat (λ2) tabel, maka distribusi data dinyatakan normal.
2) Uji hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis asosiatif yang
merupakan suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 1999:86). Untuk mencari
hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung
korelasi antar hubungan antara variabel independen (X1, X2) dan variabel
dependen (Y). Untuk menentukan arah hubungan fungsional positif atau
negatif dilakukan dengan analisis regresi dan untuk mengetahui kuatnya
112 korelasi, sedangkan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas
(independen) terhadap variabel terikat (dependen) dilakukan dengan uji
koefesien determinasi.
Penelitian ini memiliki tiga hipotesis seperti diungkapkan tersebut
di atas Secara umum pengujian dari ketiga hipotesis tersebut penulis
membagi ke dalam dua pengujian hipotesis yaitu melalui uji hipotesis
yang hanya memiliki dua variabel. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengujian hipotesis itu adalah sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis yang memiliki hubungan dua variabel, yaitu
pengujian hipotesis : (1) Pembelajaran Kewirausahaan berpengaruh
secara positif terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK se-Kota
Bandung. (2) Pelatihan Kerja berpengaruh secara positif terhadap sikap
kewirausahaan siswa SMK se-Kota Bandung. (3) Pembelajaran
Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja berpengaruh secara positif
terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK se-Kota Bandung.
2. Untuk melakukan pengujian hipotesis ini dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Menentukan hubungan fungsional antara variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y) dengan menggunakan analisis regresi
tunggal. Tahapan perhitungan adalah :
1. Buat tabel penolong untuk menghitung regresi tunggal
Tabel 3,6
Tabel Penolong untuk Menghitung Regresi Tunggal
No Resp Xi Yi XiYi X2i Y2i
113
3. Buat persamaan regresi dengan memasukan a dan b ke dalam rumus : Y = a + bx Sugiyono, (2000:244)
4. Uji signifikasi dan linearitas persamaan regresi dengan menggunakan
tabel penolong yang disebut tabel Analysis of Varians (ANOVA) yaitu :
Tabel 3.7
5. Untuk menguji signifikansi (keberatian) model regresi dilakukan
dengan membandingkan Fhitung dengan F tabel dengan rumus seprti
dalam tabel (3.5) ANOVA.
Cari F sign hitung dengan rumus :
F hitung = RJK (b/a) / RJK (res)
114 Fsigntabel = (taraf signifikansi 0,05)
Kriteria pengujian
Tolak Ho, Jika F sign hitung lebih kecil F sign tabel
terima Ha, jika F sign hitung lebih besar F sign tabel
6. Untuk pengujian linearitas model regresi kelakukan dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel dengan rumus seperti tabel (3.5)
ANOVA
• Cari F Iin hitung dengan rumus :
F Iin hitung = RJK(TC) / RJK(E)
• F sign tabel = F (1-α)dk(TC),dk(E) dan dengan melihat F didapat nilai F In tabel
(taraf siginifikasi 0,05)
• Criteria pengujian
Tolak Ho, jika F Iin hitung lebih besar F Iin tabel
Terima Ha, jika F Iin hitung lebih kecil F Iin tabel
b) Menentukan kuatnya hubungan antara variabel independen (X)
tehadap variabel dependen (Y) dengan menggunakan analisis korelasi
produk moment. Tahapan perhitungn adalah :
1. Buatlah tabel penolong unuk menghitung korelasi (r)
2. Cari r hitung dengan menggunakan rumus :
= n(∑ XY) − (∑ X)(∑ Y)
&n(∑ X )(∑ X) '&n(∑ Y )(∑ Y) ' ( Singarimbun, 1989 ∶ 137)
3. Untuk menguji derajat signifikansi korelasi yaitu dilakukan dengan
115
• Cari t hitung dengan menggunakan rumus :
7 89 : = √√1 −− 2
• Cari t tabel, tentukan dk dengan menggunakna rumus : dk = n-2, dan
dengan melihat tabel t didapat t tabel (taraf signikansi 0,05).
• Kriteria pengujian
• Tolak Ho, jika t hitung lebih besar t tabel
• Terima Ha, jika t hitung lebih kecil t tabel
c) Menentukan besarnya kontribusi antara variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y) dilakukan uji koefesien determinasi.
Koefesien determinasi adalah merupakan koefesien kerelasi kuadrat
(r2). Dalam penelitian ini besarnya kontribusi variabel digunakan
dalam bentuk prosentase (%), dengan rumus:
KD = r2 x 100%
Keterangan
KD = koefisien determinasi r2 = koefisien korelasi kuadrat 100% = prosentase
Supranto (2000:205)
1. Tabel penolong untuk penghitungan regresi ganda
Tabel 3.8
Tabel penolong untuk penghitungan regresi ganda
No X1 X2 X3 Y X21 X22 X23 Y2 X1Y X2Y X3Y X1X2 X1X3 X2X3
∑
116 Tahapan perhitungan dalam pengisian tabel
= = = −(∑ )
= = = −(∑ )
= > = = > −(∑ )
= = = −(∑ )
= = = −(∑ )(∑ )
= > = = >−(∑ )(∑ >)
= > = = >−(∑ )(∑ >)
= ? = = ? −(∑ )(∑ )
= ? = = ? −(∑ )(∑ )
= >? = = >? −(∑ >)(∑ )
Sugiyono, (2000:243) dan Usman (1995:243)
2. Persamaan regresi 3 prediktor
117 3. Cari nilia a, b1, b2, dan b3 dengan menggunakan persamaan di atas yaitu
dengan menurunkannya secara simultas, yaitu :
= = = + = = + >= = >
= = = = + = + = = >
= > = >= = + = = >+ >= >
a = Y - b
1X
1- b
2X
2- b
3X
3Sugiyono, (2000:257) dan Usman (1995:244)
4. Cari R hitung dengan rumus :
AB( , ,>)= C ∑ ? + ∑ ? + ∑ ? >∑ >?
5. Uji signifikansi regresi ganda dengan membandingkan F hitung dengan
Ftabel yaitu :
• Cari F hitung dengan menggunakan rumus :
D =A ( − E − 1)E(1 − A )
Keterangan
n = banyak anggota sampel (responden)
m = banyak predktor
• Cari F tabel dengan menggunakan rumus :
F tabel = F (1-α)(dk pembilang)(dk penyebut)
dk pembilang = m
dk penyebut = n-m-1 (Usman, 1995:245)
118 Tolak Ho, jika FIinhitung lebih kecil FIintabel
Terima Ha, jika FIin hitung lebih kecil FIintabel
a) Untuk melakukan perhitungan analisis korelasi ganda, lebih dahulu
dilakukan perhitungan korelasi tunggal (r) seperti pada analisis di atas,
kalau digambarkan perhitungan korelasi tunggal (r) yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
Bagan 3.9 Korelasi Ganda
ry1 r
ry2
ry3
Ry1,2
keterangan
X1 = Pembelajaran Kewirausahaan X2 = Pelatihan Kerja
Y = Sikap Kewirausahaan
Langkah-langkah perhitungan rumus:
1. Cari R dengan menggunakan rumus :
A
B, , ,FC
B+
B+
1 −
B >− 3
B B(Usman, 1995:233)
Hasil perhitungan di atas, R yang dikuadratkan (R2) merupakan koefisien
determinasi dari analisis korelasi ganda (Sugiyono, 2000:258)
X2
Y
119 2. Uji seignifikansi regresi ganda dengan membandingkan Fhigung dengan
Ftabel yaitu :
Cari Fhitung dengan menggunakan rumus :
F = R² (n – m – 1) m (1 - R²)
(Sugiyono, 2000:259) Keterangan
n = banyaknya anggota sampel (responden) m =banyak prediktor
• Cari F tabel dengan menggunakan rumus :
F tabel = F (1-α)(dk pembilang)(dk penyebut)
dk pembilang = m
dk penyebut = n-m-1
(Usman, 1995:233)
• Kriteria pengujian :
Tolak Ho, jika FIinhitung lebih kecil FIintabel
Terima Ha, jika FIin hitung lebih kecil FIintabel
b) Menentukan besarnya kontribusi antara variabel-variabel independen
yaitu variabel (X1), (X2), (X3), (X4) dan (X5) variabel (Y) uji
koefesien determinasi. Koefisien diterminasi adalah merupakan
koefisien korelasi kuadrat (R2). Dalam penelitian ini besarnya
kontribusi variabel digunakan dalam bentuk prosentase (%), dengan
rumus : KD = R2 X 100%
Keterangan
120 100% = prosentase
Supranto (2000:205)
c) Uji Korelasi Persial
Uji korelasi persial pada penelitian ini digunakan untuk
menentukan nilai hubungan murni antara variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y) yang terlepas dari pengaruh-pengaruh variabel lainnya
yang dikonstankan (Usman, 1995:258). Pengujian korelasi persial pada
penelitian ini adalah:
1. Uji korelasi persial antara proses Pembelajaran Kewirausahaan (X1)
dengan sikap kewirausahaan (Y), dan Pelatihan kerja (X2) konstan.
B . >F HI . HIJ HI J.
K HIJ LK HI J. L (Sujana, 1996:377)
2. Uji korelasi persil antara proses Pelatihan Kerja (X2) dengan sikap
kewirausahaan (Y), di mana proses pembelajaran (X.1) konstan.
B . >F HI . HIJ HI J.
K HIJ LK HI J. L (Arikunto, 2000:478)
Untuk uji signifikan kedua korelasi persil di atas digunakan uji t yaitu :
150
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pelatihan Kerja telah dilaksanakan dengan kategori tinggi, demikian juga
pembelajaran kewirausahaan. Sedangkan sikap kewirausahaan siswa SMK
se-Kota Bandung dikategorikan sangat tinggi. Secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran kewirausahaan berpengaruh terhadap sikap kewirausahaan pada
siswa SMK se-Kota Bandung. Semakin tinggi persepsi pelaksanaan
pembelajaran kewirausahaan dilaksanakan, maka cenderung semakin tinggi
sikap kewirausahaan siswa.
2. Pelatihan kerja berpengaruh terhadap sikap kewirausahaan pada siswa SMK
se-Kota Bandung. Semakin tinggi persepsi pelaksanaan pelatihan kerja, maka
cenderung semakin tinggi sikap kewirausahaan siswa.
3. pembelajaran kewirausahaan dan Pelatihan kerja berpengaruh terhadap sikap
kewirausahaan pada siswa SMK se-Kota Bandung.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini secara uemum menyimpulkan bahwa hubungan antara
pembelajaran kewirausahaan dan pelatihan kerja dan terhadap sikap
kewirausahaan terdapat hubungan fungsional linear positif searah. Hal ini
membawa implikasi bahwa untuk memprediksikan pembentukan sikap
151
variabel-variabel tersebut secara sendiri-sendiri (tunggal) maupun bersama-sama
(ganda).
C. Saran
1. Dalam pembelajaran kewirausahaan berdasarkan tabulasi data responden
(lampiran 4) didapatkan bahwa responden lebih banyak menyatakan
ragu-ragu dan tidak setuju dibandingkan menyatakan setuju pada penyataan
“metode pembelajaran kewirausahaan sangat menarik sehingga dapat
menumbuhkan minat saudara terhadap wiraswasta” Untuk dapat
meningkatkan pembentukan sikap kewirausahaan maka metode
pembelajaran disarankan untuk lebih bervariatif dan menarik siswa.
2. Dalam pelatihan kerja berdasarkan tabulasi data responden (lampiran 3)
didapatkan bahwa responden lebih banyak menyatakan ragu-ragu dan
tidak setuju dibandingkan menyatakan setuju pada penyataan “sumber
materi magang memadai dalam pendalaman dan memperluas wawasan”.
Untuk dapat meningkatkan pembentukan sikap kewirausahaan maka
disarankan sumber materi dalam pelatihan kerja perlu ditambah dengan
materi terkini. Selain itu juga terdapat pada pernyataan “Instruktur jujur
dalam melaksanakan evaluasi magang” Untuk meningkatkan pembentukan
sikap kewirausahaan, maka instruktur lebih obyektif dalam menilai. Dalam
membuat evaluasi yang obyektif maka perlu dibuatkan kisi-kisi penilaian
sehingga instruktur dapat menilai dengan berpedoman pada kisi-kisi
tersebut.
3. Berkaitan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Nilai
151
koefisien regresi untuk variabel pelatihan kerja, artinya pembelajaran
kewirausahaan lebih menentukan (pengaruh) lebih tinggi terhadap sikap
kewirausahaan dibandingkan variabel pelatihan kerja. Maka disarankan
bahwa dunia usaha diharapkan lebih progresif dan sepenuh hati dalam
menerima dan memperlakukan peserta magang dalam perusahaannya,
sehingga tercapai tujuan semua pihak, baik tujuan pembelajaran maupun
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu H & Nur Uhbiyati. (2001) Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta,.
Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup Konsep dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta
Arikunto, Suharsini. (1992). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsini. (2000). Manajemen Peneltian, Jakarta : Rineka Cipta
Astamoen,M.P. (2005). Entrepreneurship dalam perspektif kondisi bangsa Indonesia. Bandung:Alfabeta
Azwar, Saifuddin. (1995) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Chardiwich, Bruch. A, Hormard M Bahr, Stan L Albrecht. (1991). Sosial Science Research Mehtod. New Jersey. Englewood Cliffts.
Danuhadimedjo, Djatmiko. (1998). Kewirausahaan dan Pembangunan. Bandung : Alfabeta
Depdikbud, (1994). Konsep Sistem Ganda Pada SMK di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Dit. Dikmenjur,
Depdikbud, (1997). Keterampilan Menjelang 2020 Untuk Era Global. Jakarta: Dit.. Dikmenjur,
Depdikbud,(2002) Pokok-Pokok Pikiran Pengembangan Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta: Dit. Dikmenjur.
Dewey, John, (2002). Pengalaman dan Pendidikan. Terjemahan John de Santo. Yogyakarta: Kepel Pres,
Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djatmiko Danuhadimodjo, (1988). Kewiraswastaan dan Pembangunan : Bandung : Alfabeta, CV.
Djauharis, R. (1997) Perbaikan Sistem Pendidikan Sekolah Kejuruan dalam melaksanakan PSG. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th. III No. 010, September.
Mapa (1994). Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: PT Balai Pustaka,.
Furqon. (1997). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadi, Suhartono. (1989). Statistik 1. Yogyakarta: Andi Offset
Hamalik, Oemar. (2004) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Karsa,.
Hamali, (2000), Pendidikan Tenaga Kerja Nasional : Bandung : PT. Citra Aditya.
Hartini, Sri. (2002) Evaluasi Program Madrasah Aliyah Keagamaan di Madrasah Alyah Negeri 1, Yogyakarta: Tesis, PPs Universitas Negeri Yogyakarta,.
Kasan, Thalib. (2003) Administrasi Pendidikan Teori dan Aplikasi, Jakarta: Studio Pres,.
Kerlinger. (1990). Asas–asas Penelitian Behavior (Alih Bahasa) Semarang. IKIP Semarang
Komarudin dan Yooke Tjuparmah. (2000). Kamus Istilah : Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara.
Lupiyoadi, Rambat dan Jero Wacik (1998), Wawasan Kewirausahaan: Cara Mudah Menjadi Wirausaha. Jakarta : FE.UI.
Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.
Mar’at (1984). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta Galia Indonesia.
Meredith, Geoffrey G., Et. Al., 2000, Kewirausahaan; Teori dan Praktek, terjm. Andre Asparsayogi, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Mulyadi, Hari (2010) Pengaruh Pendidikan Dan Latihan, Magang Terhadap Sikap Dan Motivasi Kewirausahaan Serta Implikasinya Pada Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa. Desertasi UPI. Bandung.
Mulyasa,(2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Offset – Bandung.
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990.
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990
Pidarta, Made. (1988). Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Sidi, Djati Indra. (2001) Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina, Logos Wacana Ilmu,
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. (1989). Media Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES
Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran perkuliahan. Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta.
Slavin, R. E. (1994). Educational Psychology Theory Into Practices. 4th ed. Boston:
Ally and Bacon Publishers.
Soedijarto (1998).Pendidikan Sebagai Sarana Reformasi Mental dalam Upaya Pembangunan Bangsa. Jakarta: Balai Pustaka,
Soemanto, Wasty, (1984), Pendidikan Wirausaha (Sekuncup Ide Profesional) , Bina Aksara, Malang.
Natawidjaja, (1988). Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha. Bandung : Bumi Aksaara
Sugiono. (2006). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo, et al. (2002) Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dit. Dikmenjur): Jakarta:.
Sumahamijaya, Suparman, 1980. Membina Sikap Mental Wiraswasta, Gunung Jati, Jakarta.
.Sujana, H.D. (1996). Penelitian Luar Sekolah : Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung : Nusantara Press
Sudjana, N. (2001). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algessindo.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (Bagi Para Peneliti).
Sudjana. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung : Fala Production.
Sugiyono, (2000) Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta,
Suhadi Sigit, (1980) Mengembangkan Kewiraswastaan, Yogyakarta : UGM,
Sumanto. (1995). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta : Andi Ofset.
Supranto, J. (2000). Statistic Teori dan Alikasi. Jakarta : Erlangga
Suryana (2003), Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba empat
Sutikno, M.Sobry, (2004) Menuju Pendidikan Bermutu. Mataram: NTP Press,
Tarmudji, Tarsis. (2000). Prinsip-prinsip Wirausaha. Yogyakarta : Liberty
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Usman, Husaini dan R. Purnomo Setiady Akbar (1995). Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara
Usman, Husein. (1988), Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Penerbit Buku Aksara, Jakarta.
Wena, Made. (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung : Tarsito
Jurnal :
Brotosiswoyo, Suprapto. (1991, Agustus). Pendidikan menengah. Makalah Pengantar Diskusi Kelompok Rapat Kerja Nasional. Jakarta: Depdikbud.
Hadi, Winanto Dwi. “Menengok Pendidikan Kejuruan di Republik Federasi German (FRG)”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Th.IV No. 13, Juni 1998
Samani, Muchlas. (1992). Keefektifan program pendidikan STM: Studi penelitian pelacakan terhadap lulusan STM rumpun mesin tenaga dan teknologi pengerjaan logam di Kotamadya Surabaya tahun 1986 dan 1987. Disertasi doktor IKIP Jakarta, 1992.
Semiawan, Cony R. (1991, Januari). Pengembangan kirikulum untuk SMKTA menyongsong era tinggal landas. Makalah pada seminar pengembangan kurikulum PMK. Jakarta: Balitbang Dikbud.
Slamet, Mamiek. “Hasil Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Ganda”, Jurnal Pendidikan Nasional, edisi khusus, 2004., Hasil Studi Kasus Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Di Tiga Sekolah Model Standar: STM Negeri 4 Medan, STM Pembangunan Surabaya, dan STM Karawang Dengan Analisis Kualitatif, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th IV, No. 013, Juni 1998.
Suherman. (1998). Pengaruh Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja Pamong Belajar. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan
Tilaar, H.A.R. (1991, September). Sistem pendidikan yang modern bagi pembangunan masyarakat industri modern berdasarkan Pancasila. Makalah pada KIPNAS V, Jakarta.
Wena, Made. (1997). “Pemanfaatan Industri Sebagai Sumber Belajar dalam Pendidikan Sistem Ganda””, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Th. III, No. 010 September,
Winardi, (2003). Gagasan Pokok Pendidikan Sistem Ganda di Lima Sekolah Menengah Kejuruan, (PSG-5 SMK). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th. IV, No. 013, Juni 1998.
Yuyun Wirasasmita, (2000).“Tenaga Kerja Pengangguran Bertambah”. Jakarta: Kompas,
Internet :
Engel, James F., David T. Kollat, and Roger D. Blackwell, (2001). Consumer Behavior (http://crm,hct,ac,ae,2010)
Joesoef, (1976) enterpreunership (http://cntpr,doht,ac,ae,2010)