• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN: Studi Persepsional Siswa SMK Se-Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN: Studi Persepsional Siswa SMK Se-Kota Bandung."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

ABSTRAK

Kata Pengantar ………..……. i

Ucapan Tarima Kasih ……….…… iii

Daftar Isi ………... v

Daftar Tabel ……… viii

Daftar Bagan ……… ix

BAB 1. PENDAHULUAN ………..……. 1

A. Latar Belakang Penelitian ……… 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ……….…… 6

D. Kegunaan Penelitian ………..…… 6

1. Kegunaan Teoritis ……… 6

2. Kegunaan Praktis ……….…… 6

BAB II KAJIAN TEORITIS ……… 6

A. Arti Sekolah Kejuruan dalam Mempersiapkan Calon-Calon Wirausaha ………....… 8

B. Pendidikan Kewirausahaan di Persekolahan ... 11

C. Pembelajaran Kewirausahaan di SMK ……….….. 14

1. Azas dalam Pengajaran Kewirausahaan …………..…... 21

2. Peran Guru ………..……… 30

3. Sikap positif dan disiplin Wirausaha di lingkungan sekola ……… 31

4. Menerapkan pola positif ……….…… 35

D. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Sekolah Menengah Kejuruan ……… 39

(2)

ii F. Pelatihan Kerja Di Dunia Industri Pada Siswa Sekolah

Menengah Kejuruan ……….…… 56

1. Proses Pembelajaran ……….…… 58

2. Instruktur Pelatihan Kerja ……… 62

3. Lingkungan Industri ……… 64

G. Pengenalan dan Pengembangan Pribadi Wiraswasta ………... 68

1. Karakteristik Wiraswastawan ………..… 68

2. Penentuan Potensi Kewiraswastaan ……….… 70

3. Pengenalan Diri Dan Motif Berprestasi ………..… 72

4. Proses Pembentukan Sikap Kewirausahaan ……… 74

H. Sikap Wiraswasta ……….… 76

I. Unsur-unsur Wirausaha ……….… 83

J. Sifat-sifat Kewirausahaan ………..……… 87

K Kerangka Berpikir ……….……… 95

L. Hipotesis ……….……… 99

BAB III METODE PENELITIAN ... 100

A. Metode Penelitian ……….…… 100

B. Operasionalisasi Variabel ……….…… 101

C. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 105

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ………….…… 108

1. Teknik Pengumpulan Data ……… 108

2. Teknik pengolahan dan Analisis Data …………..…… 108

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………..…… 121

A. Hasil Penelitian ………..…… 121

1. Analisis Data ……… 121

2. Hasil Analisis Data ………..…… 123

B. Pengujian Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja Industri dan Terhadap Sikap Wirausaha ... 134

1. Hasil Uji Korelasi ……….…… 134

2. Hasil Uji Regresi Berganda ……….…… 135

3. Uji Hipotesis ……… 137

(3)

iii

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ………...…… 150

A. Kesimpulan ………..………..……… 150

B. Implikasi ……….………..……… 150

C. Saran ………….……….………..……….. 151

DFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-Kisi Instrumen

Lampiran 2 : Instrumen Penelitian

Lampiran 3 : Tabulasi Jawaban Instrumen Pembelajaaran Kewirausahaan

Lampiran 4 : Tabulasi Jawaban Instrumen Pelatihan Kerja

Lampiran 5 : Tabulasi Jawaban Instrumen Sikap Kewirasuhaan

Lampiran 6 : Tabel Input Pembelajaran Kewirausahaan, Pelatihan Kerja dan Sikap Kewirausahaan

Lampiran 7 : Tabel t Student.

(4)

iv DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1. Kriteria nilai praktik kerja industry Interval Nilai Kriteria ……... 53

3.1. Operasionalilasi Variabel Pembelajaran Kewirausaha ... 101

3.2. Operasionalilasi Variabel Pelatihan Kerja Industri (Magang) ... 102

3.3. Operasionalilasi Variabel Sikap Wirausaha ………..… 104

3.4. Distribusi Frekuensi ……….………...……….. 110

3.5. Tabel Penolong Uji Normalitas ………... 111

3.6. Tabel Penolong untuk Menghitung Regresi Tunggal …..………… 112

3.7. Analysis of Varians …...………...…… 113

3.8. Tabel penolong untuk penghitungan regresi ganda ..………...… 115

4.1. Hasil Sleksi Data ………...………... 122

4.2. Distribusi Frekuensi Pembelajaran Kewirausahaan ..…………..…… 124

4.4. Kriteria Ketercapaian Pembelajaran Kewirausahaan ….…………... 126

4.5. Distribusi Frekuensi Pelatihan Kerja …..……...……...……….. 127

4.7. Kriteria Ketercapaian Pelatihan Kerja ………..………...………….. 128

4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Wirausaha ………..…………..… 130

4.10. Kriteria Ketercapaian Skor Sikap Wirausaha ………...….… 131

4.11. Hasil Uji Normality ……….……… 132

4.12. Hasil Pengujian Normalitas Data …...……….… 133

4.13. Hasil Uji Korelasi ... 134

4.14. Hasil Uji Regresi ... 135

4.15. Hasil Uji t (Parsial) ……….. 138

4.16. Hasil Uji t (Parsial) ……….. 138

(5)

v DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

2.1. Skema Orientasi Calon Wirausaha Di Lingkungan Persekolahan …. 20

2.3. Kerangka Pemikiran …….……….…… 98

3.9. Korelasi Ganda ... 118

4.3. Pembelajaran Kewirausahaan ….………...… 125

4.6. Pelatihan Kerja Industri ……….……… 128

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

dalam jumlah dan mutu tertentu sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor,

khususnya sektor industri dan jasa. Pada era globalisasi yang serba kompetitif di

berbagai bidang kehidupan ini tampaknya pendidikan kejuruan menjadi sangat

penting, mengingat tuntutan sumber daya manusia di pasaran tenaga kerja yang

makin tinggi. Untuk menyiapkan lulusan SMK yang memenuhi kualifikasi pasar

kerja, maka kompetensi lulusan. SMK perlu terus diperbaiki atau ditingkatkan.

Pendidikan dan pelatihan pada Sekolah Menengah Kejuruan merupakan

salah satu pendidikan formal yang memiliki kemampuan untuk mengatasi

permasalahan ketenagakerjaan. Pendidikan kejuruan pada dasarnya bertujuan

mengembangkan keterampilan, kemampuan, sikap kebiasaan kerja dan

pengetahuan bagi calon pekerja guna memenuhi dan mengembangkan

keterampilan kerja agar mampu menjadi pekerja yang betul-betul berguna dan

produktif.

Pelaksanaan pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu

proses pembelajaran dan bimbingan di sekolah dan ditambah proses pelatihan

kerja di dunia usaha yang sesungguhnya. Proses pembelajaran di sekolah terutama

bertujuan untuk membekali siswa dalam mengembangkan kepribadian, potensi

akademik, dan dasar-dasar keahlian yang kuat dan benar melalui pembelajaran

(7)

2 watak dan kepribadian siswa sebagai warga Negara Indonesia, dan adaptif

mengenai pembekalan kemampuan untuk mengembangkan diri secara

berkelanjutan, sedangkan produktif menyangkut dasar keahlian tertentu untuk

bekal kerja. Proses pelatihan kerja di dunia usaha bertujuan untuk membekali

siswa menguasai kompetensi keahlian produktif terstandar, menginternalisasi

sikap, nilai dan budaya dunia usaha yang berorientasi pada standar mutu,

nilai-nilai ekonomi, kritis, produktif dan kompetitif serta sikap kewirausahaan.

Kemampuan kompetensi di atas dapat menumbuh-kembangkan

kewirausahaan pada siswa yang melakukan pelatihan, seperti yang diungkapkan

Djatmiko :

“…..bahwa perlakuan untuk mendidik wirausaha pada masa remaja adalah dengan pelatihan kecakapan kerja, sehingga siswa mampu memahami lingkungan kerja yang sesungguhnya dan kompetensi apa saja yang harus dimiliki untuk menjalankan perusahaan. Dari aspek pengetahuan siswa memahami teknik bidang usaha yang dimasuki, peran dan tanggung jawab manajemen dan organisasi bisnis, kepribadian dan kemampuan mandiri, sedangkan aspek keterampilan pada pelatihan meliputi mengatur teknik bidang usaha, keterampilan berkomunikasi, dan berinteraksi. Keterampilan ini memberikan arahan bahwa masalah sulitnya memperoleh pekerjaan dan timbulnya pengangguran tidak hanya diselesaikan dengan satu cara saja tetapi harus dihadapi dengan berbagai pendekatan disiplin keilmuan”. (Djatmiko, 1988:69)

Kewirausahaan merupakan salah satu alternative dalam memecahkan

masalah pengangguran, seperti yang diungkap oleh Lupiyoadi (1998:14) bahwa

“dengan adanya perusahaan yang dibangun oleh pewirausaha merupakan katup

pengaman dalam masalah pengangguran”. Untuk menjadi wirausahawan yang

baik diperlukan adanya sikap wirausaha. Sikap wirausaha, menurut Soemanto

adalah : (a) bekerja keras; (b) keyakinan yang kuat atas kekuatan pribadi; (c)

(8)

3 keuletan untuk bekerja keras; (f) pemikiran yang konstruktif dan kreatif.

(Soemanto, 1993:48)

Pendidikan kejuruan pada gilirannya harus mampu berperan dalam

mempersiapkan siswa yang mampu bertindak, belajar dan mengatur masa

depannya secara aktif dan mandiri. Masalah yang muncul ternyata meskipun para

pengambil keputusan pendidikan sudah banyak mengetahui kekurangan yang ada,

namun tidak mudah untuk melakukan perubahan pendidikan secara cepat. Tidak

mengherankan jika institusi pendidikan kita sepertinya kurang begitu responsif

terhadap perkembangan. Sekolah masih berjalan dengan sekedarnya saja

mengikuti rutinitas yang ada, tanpa usaha kreatif untuk keluar dari kebiasaan.

Berkaitan dengan masalah pendidikan (SMK) dan adanya permasalahan

tingginya jumlah pengangguran dan rendahnya tingkat kompetensi di Indonesia

hasil penelitian Sunaryo yang menunjukan bahwa:

Tanggapan dunia industri dalam rangka program link and match pada indikator penyusunan program, penyusunan kurikulum, dan pelaksanaan pendidikan cukup positif dan cenderung bersedia terlibat langsung. Namun, kesediaan industri dalam evalusi dan pemasaran lulusan cenderung rendah. hal ini karena mereka merasa kurang kompeten pada bidang evalusi, sedangkan pemasaran lulusan merupakan suatu masalah rumit karena terjadi ketidakseimbangan antara besarnya lulusan dengan daya tampung dunia industri untuk tenaga kerja. (Sunaryo, 2002:6)

Selama ini, praktek kerja memang sudah menjadi salah satu persyaratan

kompetensi yang harus dilalui siswa SMK .sayangnya tidak banyak dunia usaha

di dalam negeri yang mau menerima siswa untuk melakukan praktek kerja.

Kalaupun ada, praktek kerja yang disediakan sering kali kurang sesuai dengan

kompetensi yang dicapai oleh siswa SMK. Padahal dunia usaha dapat menyerap

(9)

4 untuk memberikan pelatihan. Kalaupun ada biaya atau upah tenaga kerja yang

harus dikeluarkan, maka besarnya pun tidak sebesar jika mempekerjakan pekerja.

Berikut ini merupakan masalah yang membuat peningkatan mutu

pendidikan tidak berjalan:

1. Akuntabilitas sekolah dalam penyelenggara pendidikan kepada masyarakat masih sangat rendah;

2. Penggunaan sumber daya tidak optimal; 3. Partisipasi masyarakat masih rendah; dan

4. Sekolah tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi dilingkungannya.

(Sidi. 2001:31-33).

Dari keempat hal diatas, dapat kita lihat bahwa pendidikan di negara kita

belum melakukan upaya secara optimal. Sudah saatnya mengoptimalkan keempat

hal tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sehubungan dengan

SMK, maka mutu pendidikan dalam hubungan dengan apa yang dihasilkan dan

siapa pemakainya. Hal tersebut merujuk pada nilai tambah yang diberikan oleh

pendidikan, dan pihak-pihak yang memproses serta menikmati hasil-hasil

pendidikan (Anwar, 2004;51). Upaya menuju terbentuknya lulusan yang memiliki

kompetensi dengan mutu yang baik, dalam upayanya adalah dengan memberikan

suatu program yang dinamakan dengan Praktek Kerja. Sehingga pendidikan,

khususnya pendidikan kewirausahaan, ditunjang dengan pelatihan menuju kepada

terbentuknya siswa yang memiliki sikap mandiri, yang tidak hanya mampu

memasuki dunia kerja (sektor usaha) formal, tetapi juga mau bahkan mampu

menciptakan lapangan kerjanya sendiri.

Upaya membekali dan membentuk siswa yang memiliki sikap

kewirausahaan melalui pembelajaran kewirausahaan di sekolah dan pelatihan

(10)

5 salah satunya adalah masyarakat dunia usaha. Dalam memahami tujuan

pendidikan kewirausahaan, optimalisasi dan praktek kerja dalam upaya

menumbuhkan sikap kewirausahaan, maka proses pendidikan dan pelatihan

tersebut, tidak terlepas dari adanya proses pembelajaran, baik di sekolah maupun

di dunia usaha.

Berdasarkan data tersebut diatas, menunjukan sebahagian besar siswa

belum memiliki sikap kewirausahaan. Untuk meningkatkan pembentukan sikap

kewirausahan diperlukan kerjasama antara pihak sekolah dengan perusahaan

(dunia usaha). Penelitian ini dilakukan untuk melihat sampai sejauhmana

pengaruh keduanya dalam membentuk sikap kewirausahaan siswa. Dari berbagai

pemikiran tersebut di atas, maka penulis mencoba meneliti dengan judul :

”Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja Terhadap

Sikap Kewirausahaan Siswa (Studi Persepsional Siswa SMK Se-Kota Bandung)”.

B. Perumusan Masalah

Karena luasnya ruang lingkup yang berkaitan dengan penelitian, dan agar

penelitian ini memperoleh sasaran dan tujuan yang jelas, maka dibuat rumusan

masalah dalam bentuk uraian pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap sikap

kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung?

2. Seberapa besar pengaruh pelatihan kerja terhadap sikap kewirausahaan siswa

(11)

6 3. Apakah pembelajaran kewirausahaan dan pelatihan kerja berpengaruh secara

signifikan terhadap sikap kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota

Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan

yang telah dikemukakan di atas. Tujuannya terperinci sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap sikap

kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung

2. Mengetahui pengaruh pelatihan kerja terhadap sikap kewirausahaan siswa

kelas 3 SMK se-Kota Bandung

3. Mengetahui pengaruh pembelajaran kewirausahaan dan pelatihan kerja

terhadap sikap kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat menghasilkan konsep

pembentukan sikap Kewirausahaan melalui pembejaran kewirausahaan

dan pelatihan kerja

2. Kegunaan Praktis

a. Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman penulis, baik

(12)

7 Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja terhadap sikap kewirausahaan

siswa di SMK.

b. Dapat dijadikan masukan bagi lembaga terkait guna pengambilan

keputusan dan kebijakan sehubungan dengan peningkatan

(13)

100

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Suharsimi Arikunto (2009:160) . Adapun

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah didasarkan pada tiga hal.

Pertama, berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, kedua, berdasarkan jenis

metode penelitian, dan ketiga, berdasarkan kurun waktu penelitian.

Berdasarkan variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:11) menjelaskan bahwa:

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Tujuan dari

penelitian deskripsi adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki.

Penelitian verifikatif diterangkan oleh Suharsimi Arikunto (2004:7)

sebagai berikut: “Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran

melalui pengumpulan data di lapangan.”

Berdasarkan jenis penelitiannya, yakni deskriptif dan verifikatif yang

dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian

(14)

101 sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian

secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi

terhadap objek yang sedang diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Nana Syaodih

(2008:82) bahwa: “Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi

tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil”.

Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka

metode pengembangan yang digunakan adalah cross-sectional. Menurut Uma

Sekaran (2006: 315), “Penelitian cross-sectional adalah penelitian dimana data

dikumpulkan hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu, atau

bulan) untuk menjawab pertanyaan penelitian.”

B. Operasionalisasi Variabel

Kerlinger (1990:57) yang dimaksudkan dengan variabel adalah “sesuatu

sifat yang memiliki bermacam nilai”. Berikut ini dijelaskan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini mencakup:

Tabel 3.1

Operasionalilasi Variabel Pembelajaran Kewirausahaan

Varia

bel Konsep Indikator Ukuran Skala

Pemb

Tingkat pemahaman materi pelajaran wiraswasta

Ordinal

Tingkat kemampuan materi pelajaran wiraswasta memberikan inspirasi

kepada siswa untuk mau berwiraswasta Ordinal Tingkat kemampuan materi pelajaran

wiraswasta dapat membekali, menggambarkan kepada siswa tentang manfaat pelajaran kepada masa depan siswa

(15)

102 Varia

bel Konsep Indikator Ukuran Skala

Tingkat kemampuan materi pelajaran wiraswasta menumbuhkan sikap keriwausahaan siswa

Tingkat kemampuan metode pembelajaran wiraswasta dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran wiraswasta

Ordinal

Tingkat kemampuan metode pembelajaran wiraswasta sangat menarik sehingga dapat menumbuhkan minat siswa terhadap wiraswasta

Ordinal

Tingkat kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran kewirausahaan

Ordinal

Tingkat kesesuaian pengalaman Guru berwirausaha (atau masih berwirausaha

sebagai kerja sampingan) Ordinal Tingkat kemampuan cara pembelajaran

Guru yang dapat mengaspirasi siswa

dalam membentuk sikap kewirausahaan Ordinal

Tabel 3.2

Operasionalilasi Variabel Pelatihan Kerja (Magang)

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Pelatihan

Tingkat kejelasan tujuan magang.

Ordinal

Tingkat ketepatan tujuan magang dengan pelaksanaan.

Ordinal

Tingkat ketercapaian tujuan magang pada akhir pelaksanaan magang

Ordinal

Materi dan sumber magang

Tingkat kesesuian materi

magang dengan tujuan magang Ordinal Tingkat kelayakan materi

magang

Ordinal

Tingkat perorganisasian Materi magang dengan sistemetis yang jelas

Ordinal

Tingkat kemenarikan Materi magang

(16)

103

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Tingkat ketersedian sumber belajar sesuai dengan standar magang

Ordinal

Tingkat kelayakan sumber materi magang

Ordinal

Fasilitas dan sarana

magang

Tingkat ketersediaan sarana dan prasaran magang

Ordinal

Tingkat kelayakan sarana dan prasaran magang

Ordinal

Tingkat kesusaian sarana dan

prasarana dengan tujuan magang Ordinal Tingkat kesesuaian sarana dan

prasarana dengan perkembangan iptek

Ordinal

Metode magang

Tingkat kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan magang

Ordinal

Tingkat variatif metode yang digunakan pada magang

Ordinal

Evaluasi magang

Tingkat kesesuaian evaluasi

magang dengan tujuan Magang Ordinal Tingkat ketepatan alat evaluasi

Magang

Ordinal

Waktu magang

Tingkat ketersedian waktu magang

Ordinal

Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan magang (tidak mengganggu kegiatan belajar peserta magang)

Tingkat kessuaian latar belakang pendidikan Instruktur dengan materi magang

Ordinal

Tingkat kesesuaian pengalaman lapangan pekerjaan Instruktur sesuai dengan materi magang

Ordinal

Pemahaman tujuan pembelajara n

Tingkat pemahaman Instruktur

terhadap tujuan Magang Ordinal Tingkat kemampuan Instruktur

menguasai materi Magang Ordinal Tingkat kemampuan Instruktur

(17)

104

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Penguasaan materi

Tingkat kemampuan Instruktur mengelola magang

Ordinal

Tingkat ketenunan Instruktur dalam membimbing peserta magang

Ordinal

Tingkat kemampuan Instruktur

menjelaskan materi Magang Ordinal

Penguasaan

menggunakan metode magang Ordinal Tingkat kemampuan Instruktur

menggunakan metode magang secara bervariasi

Ordinal

Tingkat kemampuan Instruktur

menggunakan media magang Ordinal Tingkat kemampuan hubungan

Instruktur dengan siswa (peserta magang) secara personal melaksanakan cara-cara evaluasi magang

Ordinal

Tingkat kemampuan Instruktur menggunakan alat-alat evaluasi Magang

Ordinal

Tingkat kejujuran Instruktur dalam melaksanakan evaluasi magang

Ordinal

Tingkat obyektivitas Instruktur dalam melaksanakan evaluasi magang

Ordinal

Tabel 3.3

Operasionalilasi Variabel Sikap Wirausaha Variab

el

Konsep Indikator Ukuran Skala

Sikap

Tingkat keyakinan Siswa berhasil dengan baik setelah selesai pembelajaran

Ordinal

(18)

105 terhadap

kewirausahaa n

dapat belajar secara mandiri

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Berorientasi tugas dan hasil

Tingkat tekad Siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi

Ordinal

Tingkat keyakinan Siswa akan bermanfaat pembelajaran bagi kehidupan di masa yang akan datang

Ordinal

Pengambila n resiko

Tingkat keyakinan Siswa Berani melakukan sesuatu dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang

Ordinal

Tingkat kemampuan Siswa menanggulangi setiap ada permasalahan

Ordinal

Kepemimpi nan

Tingkat kemauan Siswa belajar dengan baik

Ordinal

Tingkat kemampuan Siswa

berinteraksi dengan pihak lain Ordinal Tingkat kesedian Siswa

menerima masukan dan kritik dari pihak lain

Ordinal

Keorsinilan

Tingkat kemampuan Siswa

menghadapi setiap perubahan Ordinal Tingkat penerimaan Siswa setiap

ada permasalahan yang kreatif Ordinal

Berorientasi kemasa depan

Tingkat keyakinan Siswa belajar dengan keras akan memiliki masa depan yang lebih baik

Ordinal

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian yang dijadikan objek penelitian adalah tanggapan

responden tentang pembelajaran kewirausahaan, pelatihan kerja dan sikap

(19)

106 swasta = 107 jadi SMK se-Kota Bandung berjumlah 122 SMK dengan

jumlah siswa kelas 3 adalah sebanyak 45.711 orang (populasi). Sedangkan

sampel pengambilan sampel penelitan ini digunakan cara pengambilan dengan

sampel acak (randem sampling) yang artinya `penelitian satuan-satuan dan

populasi sehingga setiap satuan mempunyai kesempatan (probabilitas) yang

tepat sama untuk dimasukan ke dalam sampel` (Chadwick, Bahr, Albrecht,

1991:66).

Untuk melakukan penarikan sampel menggunakan teknik area sampling

(sampling daerah atau wilayah) yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan cara

mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada (Sudjana, 1992:173).

Sempel yang diambil adalah siswa kelas 3 tersebar di 122 SMK, maka penarikan

sampel dapat dilakukan melalui pentahapan sebagai berikut :

a) Mendata semua SMK se-Kota Bandung yang melaksanakan pelatihan kerja.

Semua siswa kelas 3 di 122 SMK tersebut memiliki probabilitas yang sama

untuk menjadi anggota sampel.

b) Membuat daftar nomor urut berdasarkan daftar SMK se-Kota Bandung yang

ada pada lampiran 1, sebanyak 122 sekolah.

c) Membuat guntingan kertas kecil sebanyak 122, dan selanjutnya diberi nomor

1 sampai 122, masing-masing potongan kertas yang sudah diberi nomor

(20)

107 d) Gulungan kertas tadi di acak dan diambil satu persatu sampai mencapai

jumlah yang ditetapkan berdasarkan teori pengambilan sampel yang

digunakan.

e) SMK diharapkan untuk dijadikan sampel adalah 40 SMK.

f) Selanjutnya dari 40 SMK ditentukan masing-masing SMK sebanyak 10

siswa, yang ditentukan dengan cara acak yaitu setiap siswa kelas 3 yang dapat

ditemui peneliti di sekolah tersebut yang terpilih menjadi sampel.

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik random sampling, anggota

populasi yang dibutuhkan secara acak tanpa menggunakan stata yang ada dalam

anggota populsai dengan kata lain populasi dianggap homogen. Sample yang

diambil oleh penulis dalam penelitian ini berdasarkan rumus Slavin (1994).

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan dalam meraih anggota sample yang ditolerir (tingkat kesalahan yang diambil dalam sampling ini sebesar 5 %).

Populasinya ada 45.711orang, maka jumlah sampel :

N =

,

n=396,53 dibulatkan menjadi 397

(21)

108 D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data.

1. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu (1)

pembelajaran kewirausahaan; (2) pelatihan kerja di dunia usaha; (3) sikap

kewirausahaan siswa kelas 3 SMK se-Kota Bandung.

Untuk menunjang analisis dan pembahasan dalam pengujian hipotesis

dilakukan penyebaran angket sebagai pengumpul data pada penelitian ini. Angket

dapat berfungsi untuk mengetahui informasi mengenai sikap, perilaku, perasaan

obyek.subyek yang diteliti serta mengetahui keterhubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

2. Teknik pengolahan dan Analisis Data

Pengelolaan data pada penelitian ini didasarkan pada pendekatan deskriptif

analitik. Statistik deskriptif berfungsi untuk memberi gambaran terhadap obyek

yang diteliti melalui data sampel atau populasi, dengan cara penyajian melalui

modus, mean, dan simpangan baku serta mendeskriptifkan dalam bentuk tabel

(Sugiyono, 2000:21). Sedangkan analitik dimaksudkan pada penelitian ini adalah

untuk menguji hipotesis penelitian dan membuat generalisasi dalam hal ini

(22)

109 Dalam melakukan pengolahan data dan analisis data dari instrument yang

sudah terkumpul dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Statistik Deskriptif

Untuk memberikan gambaran dari data yang sudah terkumpul, maka

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

• Mentabulasikan data yang sudah terkumpul ke dalam tabel, dan

menjumlahkannya. Menggunakan bantuan tabel dalam Microsoft exel

2007.

• Kemudian menghitung rata-rata dari setiap variabel dari data yang

terkumpul dari data yang tidak bergolong, yaitu dengan

menggunakan rumus.

=

∑ Furqon (1997:36)

angan

x = rata-rata (mean) ∑X = jumlah seluruh data

n = jumlah responden (sampel)

• Selanjutnya untuk menghitung simpanan baku (standar deviasi) ialah

suatu nilai yang menunjukan tingkat variasi (homogenitas) suatu

kelompok data, dengan menggunakan rumus:

=

∑( )

(varian sampel)

(23)

110

=

∑( )

( simpangan baku) Sugiyono (2000:50)

b. Analitik Statistik

Pungujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis regresi

dan korelasi. Namun sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu

dilakukan uji distribusi data. Pengujian normalitas distribusi data untuk

mengetahui sebaran data, apakah data tersebut berdistribusi normal atau

tidak.

1). Pengujian distribusi data

Pengujian ini diperlukan untuk pertimbangan penggunaan stastistik

parametric atau non parametric. Jika data yang didapat berdistribusi

normal maka statistic yang digunakan adalah statistic parametric

(sugiyono, 2000:14). Metode yang digunakan dalam uji normalitas ini

adalah dengan menggunakan Chi kuadrat. Adapun langkah-langkah uji

normalitas sebagai berikut :

Menentukan rentang kelas

R = skor tertinggi – skor terendah

Menentukan banyak kelas interval

Banyak kelas = 1 + (3,3) log n

Menentukan panjang kelas interval

Panjang kelas = R/ Banyaknya kelas

Menyusun tabel distribusi frekuensi.

(24)

111 Interval fi Xi Fi,Xi (Xi-X) (Xi-X)^2 Fi(Xi-X)^2

(Natawidjaja, 1988:25)

Tabel penolong untuk pengujian normalitas data dengan Chi kuadrat

Tabel 3.5

Tabel Penolong Uji Normalitas Bata

Kelas Nilai - Z

% dari O-Z

Luas

Kelas Ei Oi

(Oi-Ei) (Oi-Ei) ^2 (Oi-Ei) )^2/Ei

(Natawidjaja, 1988:40)

1. (Oi-Ei)2/Et dan menjumlahkannya dan hasilnya merupakan harga Chi

kuadrat (λ2) hitung

2. Membandingkan harga Chi kuadrat (λ2) hitung dengan Chi kuadrat

(λ2) tabel. Bila harga Chi kuadrat (λ2) hitung lebih kecil dari pada Chi

kuadrat (λ2) tabel, maka distribusi data dinyatakan normal.

2) Uji hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis asosiatif yang

merupakan suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang hubungan

antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 1999:86). Untuk mencari

hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung

korelasi antar hubungan antara variabel independen (X1, X2) dan variabel

dependen (Y). Untuk menentukan arah hubungan fungsional positif atau

negatif dilakukan dengan analisis regresi dan untuk mengetahui kuatnya

(25)

112 korelasi, sedangkan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas

(independen) terhadap variabel terikat (dependen) dilakukan dengan uji

koefesien determinasi.

Penelitian ini memiliki tiga hipotesis seperti diungkapkan tersebut

di atas Secara umum pengujian dari ketiga hipotesis tersebut penulis

membagi ke dalam dua pengujian hipotesis yaitu melalui uji hipotesis

yang hanya memiliki dua variabel. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam pengujian hipotesis itu adalah sebagai berikut:

1. Pengujian hipotesis yang memiliki hubungan dua variabel, yaitu

pengujian hipotesis : (1) Pembelajaran Kewirausahaan berpengaruh

secara positif terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK se-Kota

Bandung. (2) Pelatihan Kerja berpengaruh secara positif terhadap sikap

kewirausahaan siswa SMK se-Kota Bandung. (3) Pembelajaran

Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja berpengaruh secara positif

terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK se-Kota Bandung.

2. Untuk melakukan pengujian hipotesis ini dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Menentukan hubungan fungsional antara variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y) dengan menggunakan analisis regresi

tunggal. Tahapan perhitungan adalah :

1. Buat tabel penolong untuk menghitung regresi tunggal

Tabel 3,6

Tabel Penolong untuk Menghitung Regresi Tunggal

No Resp Xi Yi XiYi X2i Y2i

(26)

113

3. Buat persamaan regresi dengan memasukan a dan b ke dalam rumus : Y = a + bx Sugiyono, (2000:244)

4. Uji signifikasi dan linearitas persamaan regresi dengan menggunakan

tabel penolong yang disebut tabel Analysis of Varians (ANOVA) yaitu :

Tabel 3.7

5. Untuk menguji signifikansi (keberatian) model regresi dilakukan

dengan membandingkan Fhitung dengan F tabel dengan rumus seprti

dalam tabel (3.5) ANOVA.

Cari F sign hitung dengan rumus :

F hitung = RJK (b/a) / RJK (res)

(27)

114 Fsigntabel = (taraf signifikansi 0,05)

Kriteria pengujian

Tolak Ho, Jika F sign hitung lebih kecil F sign tabel

terima Ha, jika F sign hitung lebih besar F sign tabel

6. Untuk pengujian linearitas model regresi kelakukan dengan

membandingkan F hitung dengan F tabel dengan rumus seperti tabel (3.5)

ANOVA

Cari F Iin hitung dengan rumus :

F Iin hitung = RJK(TC) / RJK(E)

• F sign tabel = F (1-α)dk(TC),dk(E) dan dengan melihat F didapat nilai F In tabel

(taraf siginifikasi 0,05)

• Criteria pengujian

Tolak Ho, jika F Iin hitung lebih besar F Iin tabel

Terima Ha, jika F Iin hitung lebih kecil F Iin tabel

b) Menentukan kuatnya hubungan antara variabel independen (X)

tehadap variabel dependen (Y) dengan menggunakan analisis korelasi

produk moment. Tahapan perhitungn adalah :

1. Buatlah tabel penolong unuk menghitung korelasi (r)

2. Cari r hitung dengan menggunakan rumus :

= n(∑ XY) − (∑ X)(∑ Y)

&n(∑ X )(∑ X) '&n(∑ Y )(∑ Y) ' ( Singarimbun, 1989 ∶ 137)

3. Untuk menguji derajat signifikansi korelasi yaitu dilakukan dengan

(28)

115

Cari t hitung dengan menggunakan rumus :

7 89 : = √√1 −− 2

• Cari t tabel, tentukan dk dengan menggunakna rumus : dk = n-2, dan

dengan melihat tabel t didapat t tabel (taraf signikansi 0,05).

• Kriteria pengujian

• Tolak Ho, jika t hitung lebih besar t tabel

• Terima Ha, jika t hitung lebih kecil t tabel

c) Menentukan besarnya kontribusi antara variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y) dilakukan uji koefesien determinasi.

Koefesien determinasi adalah merupakan koefesien kerelasi kuadrat

(r2). Dalam penelitian ini besarnya kontribusi variabel digunakan

dalam bentuk prosentase (%), dengan rumus:

KD = r2 x 100%

Keterangan

KD = koefisien determinasi r2 = koefisien korelasi kuadrat 100% = prosentase

Supranto (2000:205)

1. Tabel penolong untuk penghitungan regresi ganda

Tabel 3.8

Tabel penolong untuk penghitungan regresi ganda

No X1 X2 X3 Y X21 X22 X23 Y2 X1Y X2Y X3Y X1X2 X1X3 X2X3

(29)

116 Tahapan perhitungan dalam pengisian tabel

= = = −(∑ )

= = = −(∑ )

= > = = > −(∑ )

= = = −(∑ )

= = = −(∑ )(∑ )

= > = = >−(∑ )(∑ >)

= > = = >−(∑ )(∑ >)

= ? = = ? −(∑ )(∑ )

= ? = = ? −(∑ )(∑ )

= >? = = >? −(∑ >)(∑ )

Sugiyono, (2000:243) dan Usman (1995:243)

2. Persamaan regresi 3 prediktor

(30)

117 3. Cari nilia a, b1, b2, dan b3 dengan menggunakan persamaan di atas yaitu

dengan menurunkannya secara simultas, yaitu :

= = = + = = + >= = >

= = = = + = + = = >

= > = >= = + = = >+ >= >

a = Y - b

1

X

1

- b

2

X

2

- b

3

X

3

Sugiyono, (2000:257) dan Usman (1995:244)

4. Cari R hitung dengan rumus :

AB( , ,>)= C ∑ ? + ∑ ? + ∑ ? >∑ >?

5. Uji signifikansi regresi ganda dengan membandingkan F hitung dengan

Ftabel yaitu :

• Cari F hitung dengan menggunakan rumus :

D =A ( − E − 1)E(1 − A )

Keterangan

n = banyak anggota sampel (responden)

m = banyak predktor

• Cari F tabel dengan menggunakan rumus :

F tabel = F (1-α)(dk pembilang)(dk penyebut)

dk pembilang = m

dk penyebut = n-m-1 (Usman, 1995:245)

(31)

118 Tolak Ho, jika FIinhitung lebih kecil FIintabel

Terima Ha, jika FIin hitung lebih kecil FIintabel

a) Untuk melakukan perhitungan analisis korelasi ganda, lebih dahulu

dilakukan perhitungan korelasi tunggal (r) seperti pada analisis di atas,

kalau digambarkan perhitungan korelasi tunggal (r) yang harus

dilakukan adalah sebagai berikut :

Bagan 3.9 Korelasi Ganda

ry1 r

ry2

ry3

Ry1,2

keterangan

X1 = Pembelajaran Kewirausahaan X2 = Pelatihan Kerja

Y = Sikap Kewirausahaan

Langkah-langkah perhitungan rumus:

1. Cari R dengan menggunakan rumus :

A

B, , ,F

C

B

+

B

+

1 −

B >

− 3

B B

(Usman, 1995:233)

Hasil perhitungan di atas, R yang dikuadratkan (R2) merupakan koefisien

determinasi dari analisis korelasi ganda (Sugiyono, 2000:258)

X2

Y

(32)

119 2. Uji seignifikansi regresi ganda dengan membandingkan Fhigung dengan

Ftabel yaitu :

Cari Fhitung dengan menggunakan rumus :

F = R² (n – m – 1) m (1 - R²)

(Sugiyono, 2000:259) Keterangan

n = banyaknya anggota sampel (responden) m =banyak prediktor

• Cari F tabel dengan menggunakan rumus :

F tabel = F (1-α)(dk pembilang)(dk penyebut)

dk pembilang = m

dk penyebut = n-m-1

(Usman, 1995:233)

• Kriteria pengujian :

Tolak Ho, jika FIinhitung lebih kecil FIintabel

Terima Ha, jika FIin hitung lebih kecil FIintabel

b) Menentukan besarnya kontribusi antara variabel-variabel independen

yaitu variabel (X1), (X2), (X3), (X4) dan (X5) variabel (Y) uji

koefesien determinasi. Koefisien diterminasi adalah merupakan

koefisien korelasi kuadrat (R2). Dalam penelitian ini besarnya

kontribusi variabel digunakan dalam bentuk prosentase (%), dengan

rumus : KD = R2 X 100%

Keterangan

(33)

120 100% = prosentase

Supranto (2000:205)

c) Uji Korelasi Persial

Uji korelasi persial pada penelitian ini digunakan untuk

menentukan nilai hubungan murni antara variabel bebas (X) dengan

variabel terikat (Y) yang terlepas dari pengaruh-pengaruh variabel lainnya

yang dikonstankan (Usman, 1995:258). Pengujian korelasi persial pada

penelitian ini adalah:

1. Uji korelasi persial antara proses Pembelajaran Kewirausahaan (X1)

dengan sikap kewirausahaan (Y), dan Pelatihan kerja (X2) konstan.

B . >F HI . HIJ HI J.

K HIJ LK HI J. L (Sujana, 1996:377)

2. Uji korelasi persil antara proses Pelatihan Kerja (X2) dengan sikap

kewirausahaan (Y), di mana proses pembelajaran (X.1) konstan.

B . >F HI . HIJ HI J.

K HIJ LK HI J. L (Arikunto, 2000:478)

Untuk uji signifikan kedua korelasi persil di atas digunakan uji t yaitu :

(34)

150

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa Pelatihan Kerja telah dilaksanakan dengan kategori tinggi, demikian juga

pembelajaran kewirausahaan. Sedangkan sikap kewirausahaan siswa SMK

se-Kota Bandung dikategorikan sangat tinggi. Secara rinci adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran kewirausahaan berpengaruh terhadap sikap kewirausahaan pada

siswa SMK se-Kota Bandung. Semakin tinggi persepsi pelaksanaan

pembelajaran kewirausahaan dilaksanakan, maka cenderung semakin tinggi

sikap kewirausahaan siswa.

2. Pelatihan kerja berpengaruh terhadap sikap kewirausahaan pada siswa SMK

se-Kota Bandung. Semakin tinggi persepsi pelaksanaan pelatihan kerja, maka

cenderung semakin tinggi sikap kewirausahaan siswa.

3. pembelajaran kewirausahaan dan Pelatihan kerja berpengaruh terhadap sikap

kewirausahaan pada siswa SMK se-Kota Bandung.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini secara uemum menyimpulkan bahwa hubungan antara

pembelajaran kewirausahaan dan pelatihan kerja dan terhadap sikap

kewirausahaan terdapat hubungan fungsional linear positif searah. Hal ini

membawa implikasi bahwa untuk memprediksikan pembentukan sikap

(35)

151

variabel-variabel tersebut secara sendiri-sendiri (tunggal) maupun bersama-sama

(ganda).

C. Saran

1. Dalam pembelajaran kewirausahaan berdasarkan tabulasi data responden

(lampiran 4) didapatkan bahwa responden lebih banyak menyatakan

ragu-ragu dan tidak setuju dibandingkan menyatakan setuju pada penyataan

“metode pembelajaran kewirausahaan sangat menarik sehingga dapat

menumbuhkan minat saudara terhadap wiraswasta” Untuk dapat

meningkatkan pembentukan sikap kewirausahaan maka metode

pembelajaran disarankan untuk lebih bervariatif dan menarik siswa.

2. Dalam pelatihan kerja berdasarkan tabulasi data responden (lampiran 3)

didapatkan bahwa responden lebih banyak menyatakan ragu-ragu dan

tidak setuju dibandingkan menyatakan setuju pada penyataan “sumber

materi magang memadai dalam pendalaman dan memperluas wawasan”.

Untuk dapat meningkatkan pembentukan sikap kewirausahaan maka

disarankan sumber materi dalam pelatihan kerja perlu ditambah dengan

materi terkini. Selain itu juga terdapat pada pernyataan “Instruktur jujur

dalam melaksanakan evaluasi magang” Untuk meningkatkan pembentukan

sikap kewirausahaan, maka instruktur lebih obyektif dalam menilai. Dalam

membuat evaluasi yang obyektif maka perlu dibuatkan kisi-kisi penilaian

sehingga instruktur dapat menilai dengan berpedoman pada kisi-kisi

tersebut.

3. Berkaitan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Nilai

(36)

151

koefisien regresi untuk variabel pelatihan kerja, artinya pembelajaran

kewirausahaan lebih menentukan (pengaruh) lebih tinggi terhadap sikap

kewirausahaan dibandingkan variabel pelatihan kerja. Maka disarankan

bahwa dunia usaha diharapkan lebih progresif dan sepenuh hati dalam

menerima dan memperlakukan peserta magang dalam perusahaannya,

sehingga tercapai tujuan semua pihak, baik tujuan pembelajaran maupun

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu H & Nur Uhbiyati. (2001) Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta,.

Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup Konsep dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta

Arikunto, Suharsini. (1992). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsini. (2000). Manajemen Peneltian, Jakarta : Rineka Cipta

Astamoen,M.P. (2005). Entrepreneurship dalam perspektif kondisi bangsa Indonesia. Bandung:Alfabeta

Azwar, Saifuddin. (1995) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Chardiwich, Bruch. A, Hormard M Bahr, Stan L Albrecht. (1991). Sosial Science Research Mehtod. New Jersey. Englewood Cliffts.

Danuhadimedjo, Djatmiko. (1998). Kewirausahaan dan Pembangunan. Bandung : Alfabeta

Depdikbud, (1994). Konsep Sistem Ganda Pada SMK di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Dit. Dikmenjur,

Depdikbud, (1997). Keterampilan Menjelang 2020 Untuk Era Global. Jakarta: Dit.. Dikmenjur,

Depdikbud,(2002) Pokok-Pokok Pikiran Pengembangan Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta: Dit. Dikmenjur.

Dewey, John, (2002). Pengalaman dan Pendidikan. Terjemahan John de Santo. Yogyakarta: Kepel Pres,

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djatmiko Danuhadimodjo, (1988). Kewiraswastaan dan Pembangunan : Bandung : Alfabeta, CV.

Djauharis, R. (1997) Perbaikan Sistem Pendidikan Sekolah Kejuruan dalam melaksanakan PSG. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th. III No. 010, September.

Mapa (1994). Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: PT Balai Pustaka,.

Furqon. (1997). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

(38)

Hadi, Suhartono. (1989). Statistik 1. Yogyakarta: Andi Offset

Hamalik, Oemar. (2004) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Karsa,.

Hamali, (2000), Pendidikan Tenaga Kerja Nasional : Bandung : PT. Citra Aditya.

Hartini, Sri. (2002) Evaluasi Program Madrasah Aliyah Keagamaan di Madrasah Alyah Negeri 1, Yogyakarta: Tesis, PPs Universitas Negeri Yogyakarta,.

Kasan, Thalib. (2003) Administrasi Pendidikan Teori dan Aplikasi, Jakarta: Studio Pres,.

Kerlinger. (1990). Asas–asas Penelitian Behavior (Alih Bahasa) Semarang. IKIP Semarang

Komarudin dan Yooke Tjuparmah. (2000). Kamus Istilah : Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara.

Lupiyoadi, Rambat dan Jero Wacik (1998), Wawasan Kewirausahaan: Cara Mudah Menjadi Wirausaha. Jakarta : FE.UI.

Malik, Oemar H. (1990). Pendidikan tenaga kerja nasional, kejuruan, kewiraswastaan, dan manajemen. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.

Mar’at (1984). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta Galia Indonesia.

Meredith, Geoffrey G., Et. Al., 2000, Kewirausahaan; Teori dan Praktek, terjm. Andre Asparsayogi, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Mulyadi, Hari (2010) Pengaruh Pendidikan Dan Latihan, Magang Terhadap Sikap Dan Motivasi Kewirausahaan Serta Implikasinya Pada Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa. Desertasi UPI. Bandung.

Mulyasa,(2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Offset – Bandung.

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990.

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990

Pidarta, Made. (1988). Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Sidi, Djati Indra. (2001) Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina, Logos Wacana Ilmu,

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. (1989). Media Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Slamet. (1990). Pondasi pendidikan kejuruan. Lembaran perkuliahan. Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Yogyakarta.

Slavin, R. E. (1994). Educational Psychology Theory Into Practices. 4th ed. Boston:

Ally and Bacon Publishers.

Soedijarto (1998).Pendidikan Sebagai Sarana Reformasi Mental dalam Upaya Pembangunan Bangsa. Jakarta: Balai Pustaka,

(39)

Soemanto, Wasty, (1984), Pendidikan Wirausaha (Sekuncup Ide Profesional) , Bina Aksara, Malang.

Natawidjaja, (1988). Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha. Bandung : Bumi Aksaara

Sugiono. (2006). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo, et al. (2002) Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dit. Dikmenjur): Jakarta:.

Sumahamijaya, Suparman, 1980. Membina Sikap Mental Wiraswasta, Gunung Jati, Jakarta.

.Sujana, H.D. (1996). Penelitian Luar Sekolah : Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung : Nusantara Press

Sudjana, N. (2001). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algessindo.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (Bagi Para Peneliti).

Sudjana. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung : Fala Production.

Sugiyono, (2000) Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta,

Suhadi Sigit, (1980) Mengembangkan Kewiraswastaan, Yogyakarta : UGM,

Sumanto. (1995). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta : Andi Ofset.

Supranto, J. (2000). Statistic Teori dan Alikasi. Jakarta : Erlangga

Suryana (2003), Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba empat

Sutikno, M.Sobry, (2004) Menuju Pendidikan Bermutu. Mataram: NTP Press,

Tarmudji, Tarsis. (2000). Prinsip-prinsip Wirausaha. Yogyakarta : Liberty

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Usman, Husaini dan R. Purnomo Setiady Akbar (1995). Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara

Usman, Husein. (1988), Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Penerbit Buku Aksara, Jakarta.

Wena, Made. (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung : Tarsito

(40)

Jurnal :

Brotosiswoyo, Suprapto. (1991, Agustus). Pendidikan menengah. Makalah Pengantar Diskusi Kelompok Rapat Kerja Nasional. Jakarta: Depdikbud.

Hadi, Winanto Dwi. “Menengok Pendidikan Kejuruan di Republik Federasi German (FRG)”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Th.IV No. 13, Juni 1998

Samani, Muchlas. (1992). Keefektifan program pendidikan STM: Studi penelitian pelacakan terhadap lulusan STM rumpun mesin tenaga dan teknologi pengerjaan logam di Kotamadya Surabaya tahun 1986 dan 1987. Disertasi doktor IKIP Jakarta, 1992.

Semiawan, Cony R. (1991, Januari). Pengembangan kirikulum untuk SMKTA menyongsong era tinggal landas. Makalah pada seminar pengembangan kurikulum PMK. Jakarta: Balitbang Dikbud.

Slamet, Mamiek. “Hasil Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Ganda”, Jurnal Pendidikan Nasional, edisi khusus, 2004., Hasil Studi Kasus Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Di Tiga Sekolah Model Standar: STM Negeri 4 Medan, STM Pembangunan Surabaya, dan STM Karawang Dengan Analisis Kualitatif, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th IV, No. 013, Juni 1998.

Suherman. (1998). Pengaruh Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja Pamong Belajar. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan

Tilaar, H.A.R. (1991, September). Sistem pendidikan yang modern bagi pembangunan masyarakat industri modern berdasarkan Pancasila. Makalah pada KIPNAS V, Jakarta.

Wena, Made. (1997). “Pemanfaatan Industri Sebagai Sumber Belajar dalam Pendidikan Sistem Ganda””, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Th. III, No. 010 September,

Winardi, (2003). Gagasan Pokok Pendidikan Sistem Ganda di Lima Sekolah Menengah Kejuruan, (PSG-5 SMK). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th. IV, No. 013, Juni 1998.

Yuyun Wirasasmita, (2000).“Tenaga Kerja Pengangguran Bertambah”. Jakarta: Kompas,

Internet :

Engel, James F., David T. Kollat, and Roger D. Blackwell, (2001). Consumer Behavior (http://crm,hct,ac,ae,2010)

Joesoef, (1976) enterpreunership (http://cntpr,doht,ac,ae,2010)

Gambar

Tabel 3.1  Operasionalilasi Variabel Pembelajaran Kewirausahaan
Tabel 3.2  Operasionalilasi Variabel Pelatihan Kerja (Magang)
Tabel 3.4  Distribusi Frekuensi
Tabel 3.5  Tabel Penolong Uji Normalitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

• ANGKA KODE INSTITUSI untuk Sekolah yang tercetak pada Surat Aktivasi Akun yang dibagikan Kemdikbud ke sekolah-sekolah melalui LPMP dan Dinas Pendidikan Kab/Kota di program

Dimunculkan form isian seperti gambar dibawah ini untuk pembukuan Penerimaan dana dan silakan lakukan pengisian kemudian klik tombol Simpan.. Untuk pembukuan Pengeluaran silakan

beberapa faktor risiko terhadap terjadinya kasus penyakit hepatitis C. - Bagi pihak rumah sakit: Diharapkan dapat menjadi bahan

Format Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (IPKG 2) ... Format Observasi Aktivitas Siswa ... Format Observasi Tes Hasil Belajar Siswa ... Format Observasi Catatan Lapangan

Negatif Positif Infeksi HCV akut awal; HCV kronik pada pasien dengan status imunosupresi; pemeriksaan HCV RNA positif palsu. Negatif Negatif Tidak adanya infeksi HCV

Floyd jumlah node diatas 20, maka hasil running time akan tertera, sedangkan pada algoritma L-Queue dibutuhkan lebih dari 50 node untuk menampilkan hasil

Masalah rendahnya kinerja karyawan bagian food and beverage department di The Premiere Hotel Kota Pekanbaru selain dapat dilihat dari tingkat turnover , kehadiran dan

Penggunaan Representasi Momentum Impuls Melalui Diagram Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMK. Universitas Pendidikan Indonesia |