• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI :Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Visioner dan Kinerja Dosen terhadap Mutu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI :Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Visioner dan Kinerja Dosen terhadap Mutu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

x

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ...

UCAPAN TERIMAKSIH ... ABSTRACT ... ABATRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

I v viii

ix x xiv xxiii xxiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Kegunaan Penelitian ... 16

E. Metode Penelitian ... 17

F. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 18

G. Penjelasan Istilah ... 19

H. Sistematika Penulisan ... 25

(2)

xi

C. Konsep Manajemen Mutu ... 1. Mutu menurut Malcolm Baldrige ... 2. ISO 9001:2008 ...

37 44 53

D. Manajemen Mutu Perguruan Tinggi ... 1. Konsep tentang Perguruan Tinggi ... 2. Konsep Manajemen Mutu Perguruan Tinggi ... 3. Mutu Perguruan Tinggi menurut Dikti ... 4. Atribut-atribut Mutu Perguruan Tinggi ...

56 56 59 66 82

E. Konsep tentang Kepemimpinan ... 1. Teori dan Pendekatan Kepemimpinan ... 2. Gaya Kepemimpinan Partisipatif ... 3. Kepemimpinan Transformasional ...

101 107 130 136 F. Kepemimpinan Visioner ...

1. Penentu Arah ... 2. Agen Perubahan ... 3. Juru Bicara ... 4. Pelatih ...

146 151 153 154 155

G. Kinerja Dosen ... 1. Kompetensi Dosen ... 2. Motif Berprestasi ... 3. Lingkungan Kerja ...

156 164 172 175

H. Hasil Penelitian Terdahulu ... 177

I. Kesimpulan Kajian Pustaka ... 192

J. Kerangka Pemikiran ... 197

K. Asumsi Dasar ... 215

L. Hipotesis Penelitian ... 217

BAB III : METODE PENELITIAN ... 220

(3)

xii

B. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 222

C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Peneli-tian ... 226

D. Desain Penelitian ………... 256

E. Instrumen dan Uji Coba Instrumen Penelitian ……….. 257

F. Proses Pengembangan Instrumen…………... 257

G. Teknik Pengumpulan Data ………... 260

H. Prosedur Penelitian ... 261

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 268

A. Hasil Penelitian ... 1. Analisis Deskriptif Ketua Program Studi ... 2. Analisis Deskriptif Dosen... 3. Analisis Data Penelitian Variabel Kontrol terhadap Kinerja Dosen ... 4. Analisis Jalur untuk Mencari Hubungan Kausal / Pengaruh Variabel Penelitian(Kaprodi) ... 5. Analisis Jalur untuk Mencari Hubungan Kausal/

Pengaruh Variabel Penelitian(Dosen) ... 6. Analisis Jalur untuk Mencari Hubungan Kausal /

Pengaruh Variabel Penelitian(Kaprodi dan Dosen)..

268 269 295 318 321 339 357 B. Pembahasan ...

1. Kepemimpinan Visioner Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Kinerja Dosen di PTS Kota Bandung ... 2. Kepemimpinan Visioner Berpengaruh Kuat dan Sig-nifikan terhadap Mutu PTS di Kota Bandung.. 3. Kinerja Dosen Berpengaruh Secara Kuat dan

Sig-nifikan terhadap Mutu PTS di Kota Bandung ... 4. Kepemimpinan Visioner dan Kinerja Dosen Ber-pengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Mutu PTS di Kota Bandung ...

374

374

376

377

(4)

xiii

5. Kepemimpinan Visioner dalam Kapasitasnya se-bagai Penentu Arah Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Kinerja Dosen PTS di Kota Bandung ... 6. Kepemimpinan Visioner dalam Kapasitasnya se-bagai Agen Perubahan Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Kinerja Dosen PTS di Kota Bandung ... 7. Kepemimpinan Visioner dalam Kapasitasnya se-bagai Juru Bicara Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Kinerja Dosen PTS di Kota Bandung ...

8. Kepemimpinan Visioner dalam Kapasitasnya se-bagai Pelatih Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Kinerja Dosen PTS di Kota Bandung ... 9. Kepemimpinan Visioner dalam Kapasitasnya

sebagai Penentu Arah Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Mutu PTS di Kota Bandung .. 10. Kepemimpinan Visioner dalam Kapasitasnya

se-bagai Agen Perubahan Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Mutu PTS di Kota Bandung .. 11. Kepemimpinan Visioner dalam Kapasitasnya se-bagai Juru Bicara Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Mutu PTS di Kota Bandung .. 12. Kepemimpinan Visioner dalam Kapasitasnya

se-bagai Pelatih Berpengaruh Kuat dan Signifikan terhadap Mutu PTS di Kota Bandung ...

381 388 394 395 497 498 401 402 C. Temuan Penelitian ... 410

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... A. Kesimpulan ...

B. Rekomendasi ...

414 414

419

(5)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Universities in Indonesia by 2011 University Web Ranking

khusus untuk wilayah Bandung ... 3

Tabel 1.2 Data Status Akreditasi Program Studi Universitas Swasta di Bandung ………..

4

Tabel 1.3 Daftar Universitas Kota Bandung yang dilakukan Site Verfication serta Technical Assistance (Berdasarkan skor

tertinggi) ……….. 5

Tabel 1.4

Tabel 1.5

Tabel 1.6

Daftar Perguruan Tinggi Terbaik berdasarkan evaluasi implementasi SPMI tahun 2010 ...

Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Kualifikasi Akademik ...

Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Jabatan Akademik ...

5

10

11

Tabel 2.1 Rangkuman Beberapa Pendapat tentang Konsep Mutu

Perguruan Tinggi ………. 84

Tabel 2.2 Perbedeen entere Kepemimpinen Trenseksionel dengen Kepemimpinen Trensformesionel ... 141

Tabel 2.3 Rangkuman tentang Konsep Kepemimpinan Parsisipatif, Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan

Visioner ………... 149

Tabel 2.4 Rangkuman Beberapa Pendapat tentang Konsep Kinerja

Dosen ………... 163

Tabel 2.5 Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Kualifikasi Akademik ... 199

Tabel 2.6 Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Jabatan Akademik ... 199

(6)

xv Tabel 3.2

Tabel 3.3

Daftar Universitas di Kota Bandung yang dilakukan Site verification assistence (berdasarkan skor tertinggi) ...

Operasionalisasi Variabel Bebas dan Variabel Terikat ...

224

242

Tabel 3.4 Penjabaran Konsep Teori ke dalam Konsep-konsep Empiris

dan Analisis ... 245

Tabel 3.5 Skor dan Alternatif Jawaban Kuesioner ... 261

Tabel 3.6 Skala Penafsiran Rata-rata Skor Jawaban ………... 262

Tabel 4.1 Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 269

Tabel 4.2 Frekuensi Berdasarkan Usia ... 271

Tabel 4.3 Frekuensi Berdasarkan Lamanya Menduduki Jabatan ... 272

Tabel 4.4 Frekuensi Berdeserken Jebeten Fungsionel ... 273

Tabel 4.5 Frekuensi Berdeserken Ijezeh Terekhir yeng Dimiliki ... 273

Tabel 4.6 Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Kepemimpinen Visioner .... 274

Tabel 4.7 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Penentu Areh (X1) ... 275

Tabel 4.8 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Agen Perubehen (X2) ... 276

Tabel 4.9 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Juru Bicere (X3) ... 277

Tabel 4.10 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Peletih (X4) ... 277

(7)

xvi

Tabel 4.12 Hesil Rekepitulesi Untuk Veriebel Kepemimpinen Visioner (X) ... 278

Tabel 4.13 Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Kinerje Dosen ... 280

Tabel 4.14 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Kompetensi ... 281

Tabel 4.15 Tabel Standar Nilai Rata-Rata Untuk Sub Variabel Motif Berprestasi ... 282

Tabel 4.16 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Lingkungen Kerje ... 282

Tabel 4.17 Tabel Standar Nilai Rata-Rata Untuk Variabel Kinerja Dosen (Y) ... 283

Tabel 4.18 Hesil Rekepitulesi Untuk Veriebel Kinerje Dosen (Y) ... 283

Tabel 4.19 Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Mutu Universites ... 285

Tabel 4.20 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Relevensi 286

Tabel 4.21 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Efisiensi 287

Tabel 4.22 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Efektivites ... 287

Tabel 4.23 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Akuntebilites

... 288

Tabel 4.24 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Kreetivites ... 288

(8)

xvii

... 289

Tabel 4.26 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Empeti 290

Tabel 4.27 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Ketenggepen ...

290

Tabel 4.28 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Produktivites ...

291

Tabel 4.29 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Mutu Universites (Z) ...

291

Tabel 4.30 Hesil Rekepitulesi Untuk Veriebel Mutu Universites (Z) ... 292

Tabel 4.31 Frekuensi Berdeserken Jenis Kelemin ... 295

Tabel 4.32 Frekuensi Berdeserken Usie ... 295

Tabel 4.33 Frekuensi Berdasarkan Lamanya Bekerja Sebagai Dosen .... 296

Tabel 4.34 Frekuensi Berdeserken Jebeten Fungsionel ... 296

Tabel 4.35 Frekuensi Berdeserken Ijezeh Terekhir yeng Dimiliki ... 297

Tabel 4.36 Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Kepemimpinen Visioner ... 297

Tabel 4.37 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Penentu Areh (X1) ... 299

Tabel 4.38 Tabel Standar Nilai Rata-Rata Untuk Sub Variabel Agen Perubahan (X) ... 299

(9)

xviii

Tabel 4.40 Tabel Standar Nilai Rata-Rata Untuk Sub Variabel Pelatih (X4) ... 300

Tabel 4.41 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Kepemimpinen

Visioner (X) ... 301

Tabel 4.42 Hesil Rekepitulesi Untuk Veriebel Kepemimpinen Visioner (X) ... 301

Tabel 4.43 Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Kinerje Dosen ... 303

Tabel 4.44 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Kompetensi ... 304

Tabel 4.45 Tabel Standar Nilai Rata-Rata Untuk Sub Variabel Motif Berprestasi ... 305

Tabel 4.46 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Lingkungen Kerje ... 306

Tabel 4.47 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Kinerje Dosen (Y)

... 306

Tabel 4.48 Hesil Rekepitulesi Untuk Veriebel Kinerje Dosen (Y) ... 307

Tabel 4.49 Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Mutu Universites ... 308

Tabel 4.50 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Relevensi 310

Tabel 4.51 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Efisiensi 310

Tabel 4.52 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Efektivites ... 311

(10)

xix

... 311

Tabel 4.54 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Kreetivites ... 312

Tabel 4.55 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Penempilen

... 312

Tabel 4.56 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Empeti ... 313

Tabel 4.57 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Ketenggepen ... 313

Tabel 4.58 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Sub Veriebel Produktivites

... 314

Tabel 4.59 Tebel Stender Nilei Rete-Rete Untuk Veriebel Mutu Universites (Z) ... 314

Tabel 4.60 Hesil Rekepitulesi Untuk Veriebel Mutu Universites (Z) ... 315

Tabel 4.61 Tabulasi Silang antara Kinerja Dosen dengan Lama Bekerja Dosen ... 318

Tabel 4.62 Tabulasi Silang antara Kinerja Dosen Dengan Jabatan Fungsional ... 319

Tabel 4.63 Tabulasi Silang antara Kinerja Dosen dengan Ijazah Terakhir ... 320

Tabel 4.64 Matriks Korelasi antar Variabel Sub Struktur Pertama ... 321

(11)

xx

Tabel 4.66 Invers Matriks Korelasi Substruktur Pertama Kaprodi ... 322

Tabel 4.67 Besernye Koefisien Jelur Substruktur Perteme Keprodi ... 323

Tabel 4.68 Pengujien Persiel Sub Struktur Perteme Keprodi ... 323

Tabel 4.69 Matriks Korelasi Antar Variabel Substruktur Kedua Kaprodi 324

Tabel 4.70 Matriks Korelasi Antar Variabel Bebas Sub Struktur Kedua Kaprodi ... 324

Tabel 4.71 Invers Matriks Korelasi Substruktur Kedua Kaprodi ... 324

Tabel 4.72 Besernye Koefisien Jelur Substruktur Kedue Keprodi ... 325

Tabel 4.73 Pengujien Secere Simulten Substruktur Kedue Keprodi ... 326

Tabel 4.74 Pengujien Persiel Substruktur Kedue Keprodi ... 327

Tabel 4.75 Matriks Korelasi Antar Variabel Substruktur Ketiga Kaprodi 328 Tabel 4.76 Matriks Korelasi Antar Variabel Bebas Substruktur Ketiga Kaprodi ... 328

Tabel 4.77 Invers Matriks Korelasi Substruktur Ketiga Kaprodi ... 328

Tabel 4.78 Besarnya Koefisien Jalur Substruktur Ketiga Kaprodi ... 330

Tabel 4.79 Pengujien Secere Simulten Sub Struktur Ketige Keprodi ... 331

Tabel 4.80 Pengujien Persiel Substruktur Ketige Keprodi ... 332

Tabel 4.81 Besernye Koefisien Jelur Substruktur Keempet Keprodi ... 334

(12)

xxi

Tabel 4.83 Pengujien Persiel Sub Struktur Keempet Keprodi ... 336

Tabel 4.84

Pengeruh Kepemimpinen Visioner den Kinerje Dosen terhedep Mutu Universites Sweste di Kote Bendung ...

337

Tabel 4.85 Pengaruh Langsung dan Tak Langsung Kepemimpinan Visioner dan Kinerja Dosen Terhadap Mutu Universitas Swasta Di Kota Bandung ... 338

Tabel 4.86 Matriks Korelasi Antar Variabel Substruktur Pertama Dosen 339

Tabel 4.87 Matriks Korelasi Antar Variabel Bebas Substruktur Pertama Dosen ... 339

Tabel 4.88

Invers Metriks Korelesi Substruktur Perteme Dosen ...

340

Tabel 4.89

Besernye Koefisien Jelur Substruktur Perteme Dosen ...

341

Tabel 4.90 Pengujien Persiel Substruktur Perteme Dosen ... 341

Tabel 4.91 Matriks Korelasi Antar Variabel Substruktur Kedua Dosen .. 342

Tabel 4.92 Matrik Korelasi Antar Variabel Bebas Sub Struktur Kedua Dosen ... 342

Tabel 4.93 Invers Matriks Korelasi Substruktur Kedua Dosen ... 342

Tabel 4.94

Besernye Koefisien Jelur Substruktur Kedue Dosen ...

343

Tabel 4.95 Pengujien Secere Simulten Substruktur Kedue Dosen ... 344

Tabel 4.96 Pengujian Parsial Substruktur Pertama Dosen ... 345

Tabel 4.97 Matriks Korelasi Antar Variabel Substruktur Ketiga Dosen .. 346

(13)

xxii

Dosen ...

Tabel 4.99 Invers Matriks Korelasi Substruktur Ketiga Dosen ... 346

Tabel 4.100 Besernye Koefisien Jelur Substruktur Ketige Dosen ... 348

Tabel 4.101

Tabel 4.102

Pengujien Secere Simulten Substruktur Ketige Dosen ...

Pengujian Secara Parsial Substruktu Ketiga Dosen ...

349

350

Tabel 4.103

Besernye Koefisien Jelur Substruktur Keempet Dosen ... 352

Tabel 4.104

Pengujien Secere Simulten Substruktur Keempet Dosen ...

353

Tabel 4.105 Pengujien Persiel Substruktur Keempet Dosen ... 355

Tabel 4.106

Pengeruh Kepemimpinen Visioner den Kinerje Dosen Terhedep Mutu Universites Sweste di Kote Bendung ...

356

Tabel 4.107

Pengeruh Lengsung den Tek Lengsung Kepemimpinen Visioner den Kinerje Dosen Terhedep Mutu Universites Sweste Di Kote Bendung ...

356

Tabel 4.108

Besernye Koefisien Jelur X terhedep Y (Keprodi den Dosen)

357

Tabel 4.109 Pengujien Secere Persiel X terhedep Y (Keprodi den Dosen) 358 Tabel 4.110 Besernye Koefisien Jelur X terhedep Z (Keprodi den Dosen) 358 Tabel 4.111

Tabel 4.112

Tabel 4.113

Pengujien Secere Persiel X terhedep Y (Keprodi den Dosen)

Beseren Koefisien Jelur X den Y terhedep Z (Keprodi den Dosen

359

(14)

xxiii Tabel 4.114

Tabel 4.115

Tabel 4.116

Tabel 4.117

Tabel 4.118

...

Pengujien Secere Simulten X den Y terhedep Z (Keprodi den Dosen ...

Pengujien Secere Persiel X den Y terhedep Z (Keprodi den Dosen ...

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

Beseren Koefisien Jelur Y den X terhedep Z (Keprodi den Dosen ...

Pengujien Secere Persiel X terhedep Y (Keprodi den Dosen)

360

362

362

363

363

364

Tabel 4.119

Tabel 4.120

Tabel 4.121

Tabel 4.122

Tabel 4.123

Besernye Koefisien Jelur X1, X2, X3, X4 terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

Pengujien Secere Simulten X1, X2, X3, X4 terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

Pengujien Secere Persiel X1, X2, X3, X4 terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

364

365

366

367

(15)

xxiv Tabel 4.124

Tabel 4.125

Tabel 4.126

Tabel 4.127

Tabel 4.128

Tabel 4.129

Tabel 4.130

Tabel 4.131

Tabel 4.132

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X1 terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X2 terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X3 terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X4 terhedep Y (Keprodi den Dosen) ...

Besernye Koefisien Jelur X1, X2, X3, X4 terhedep Z (Keprodi den Dosen) ...

Pengujien Secere Simulten X1, X2, X3, X4 terhedep Z (Keprodi den Dosen) ...

Pengujien Secere Persiel X1, X2, X3, X4 terhedep Z (Keprodi den Dosen) ...

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X1 terhedep Z (Keprodi den Dosen) ...

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X2 terhedep Z (Keprodi den Dosen) ...

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X3 terhedep Z (Keprodi den Dosen) ...

367

367

369

370

371

371

372

373

(16)

xxv

Pengeruh Lengsung den Tidek Lengsung X4 terhedep Z (Keprodi den Dosen) ...

(17)

xxvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penilain Konsumen terhadap Kualitas Jasa ……… 42

Gambar 2.2 Baldrige Education Criteria for Performance Excellence Framwork A System Perspective ... 46

Gambar 2.3 Paradigma Baru Manajemen Perguruan Tinggi ……... 66

Gambar 2.4 The Ohio State Leadership Quadrant ………... 116

Gambar 2.5 The Leadrship Grid ………. 119

Gambar 2.6 The Path – Goal Leadership Process ………. 125

Gambar 2.7 Continum of Follower Reading ………. 127

Gambar 2.8 Situasional Leadership Model ……….... 129

Gambar 2.9 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 217

Gambar 2.10 Model Paradigma Pengujian Hipotesis ... 221

Gambar 3.1 Desain Penelitian ……… 259

Gambar 4.1 Diagram Jalur Kaprodi ... 340

Gambar 4.2 Diagram Jalur Dosen ... 359

Gambar 4.3 Diagram Jalur Gabungan (Kaprodi dan Dosen) ... 377

(18)

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK DOSEN ... 3. 438

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK DOSEN ... 3. 448

LAMPIRAN 3 REKAP UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS .... 3.460

LAMPIRAN 4 REKAP VALIDITAS DAN RELIABILITAS ...

3.464

LAMPIRAN 5 DATA RESPONDEN KETUA PROGRAM STUDI 4. 470

LAMPIRAN 6 DATA RESPONDEN DOSEN ... 4. 502

LAMPIRAN 7 REKAPITULASI DATA KAPRODI YANG

TELAH DITRANSFORMASIKAN ... 4. 533

LAMPIRAN 8 REKAPITULASI DATA DOSEN YANG TELAH

DITRANSFORMASIKAN ... 4. 543

LAMPIRAN 9 TRANSFORMASI DATA ORDINAL KE

INTER-VAL KAPRODI ... 4. 555

LAMPIRAN 10 TRANSFORMASI DATA ORDINAL KE

INTER-VAL DOSEN ... ... 4. 587

LAMPIRAN 11 DATA JALUR KAPRODI ... 4. 619

LAMPIRAN 12 DATA JALUR DOSEN ... 4. 626

LAMPIRAN 13 OUTPUT SPSS ANALISIS JALUR (KAPRODI) .... 4. 633

LAMPIRAN 14 OUTPUT SPSS ANALISIS JALUR (DOSEN) ... 4. 640

LAMPIRAN 15 OUTPUT SPSS ANALISIS JALUR GABUNGAN

(KAPRODI DAN DOSEN) ... 4. 647

LAMPIRAN 16 KEPUTUSAN DIREKTUR SPS UPI TENTANG

(19)

xxviii

LAMPIRAN 17 SURAT PERMIHONAN IJIN MELAKUKAN

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan tinggi mempunyai fungsi strategis yaitu sebagai pusat

kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai

kekuatan moral. Keadaan tersebut dapat terwujud apabila terkelola dengan baik

dan sehat dalam artian mampu memperlihatkan akuntabilitas, tanggung jawab

sosial yang kuat, dan kualitas perguruan tinggi yang semakin bermutu dan

relevan.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi menjadi kian penting dalam

rangka menjawab berbagai kebutuhan masyarakat modern. Mengapa demikian?

Karena perguruan tinggi adalah lembaga pengembangan ilmu yang bertujuan

melahirkan masyarakat berpengetahuan, berkeahlian, kompeten, dan terampil.

Dikemukakan dalam Renstra Kepmendiknas (2010-2014) bahwa :

Program pendidikan tinggi dilakukan untuk mendukung tujuan tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan tinggi bermutu, relevan, berdaya saing internasional, dan berkesataraan di semua provinsi.

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan

penyelenggara pendidikan tinggi. Batasan tersebut sesuai dengan pasal 6 PP N0.

60 tahun 1999 sebagai berikut :

(21)

2

(2) Akademi menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satucabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ataukesenian tertentu.

(3) Politeknik menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

(4) Sekolah Tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/ atau profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu.

(5) Institut menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atauprofesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologidan/atau kesenian yang sejenis.

(6) Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu.

Berdasarkan bentuknya maka peneliti lebih memilih Universitas karena

apabila diperhatikan dari kutipan tersebut universitas mempunyai kriteria yang

lebih luas yaitu mencakup sejumlah disiplin ilmu pengetahuan. Sementara ditinjau

dari jenisnya perguruan tinggi dibagi menjadi dua yaitu, perguruan tinggi negeri

(PTN) adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh

negara dan perguruan tinggi swasta (PTS) adalah perguruan tinggi yang

pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh swasta. Dalam penelitian ini peneliti

lebih memilih PTS khususnya di kota Bandung karena berbagai bermasalahan

antara lain seperti diuraikan brikut ini.

Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Depdiknas, menilai bahwa :

Sebagian besar PerguruanTinggi Swasta (PTS) di Indonesia tidak memenuhi persyaratan sebuah perguruantinggi. Di Pulau Jawa, mencapai 70 %, sedangkan di luar Pulau Jawa mencapai 90 %. Yang memenuhi syarat minimal sebuah perguruantinggi, di Pulau Jawa mencapai 30 %, sedangkan PTS di luar Pulau Jawa yang sudah layak hanya 10%. (Kartiwa, 2009, http://educare.efkipunla.net/indek2.php?option=-comconten&do_pdf=1&-id=42).

Di pihak lain masyarakat beranggapan seolah-olah mutu lulusan PTS tidak sebaik

(22)

3

Informasi lengkap menurut Peringkat Web Universitas tahun2011 yang

dirilis oleh 4ICU meliputi 151 web Universitas se-Indonesia, yang mendapatkan

rangking secara berurutan khususnya di wilayah Bandung adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Universities in Indonesiaby 2011 University Web Ranking Khusus untuk Wilayah Bandung

No. Universitas Peringkat di Indonesia

1. Institut Teknologi Bandung 1

2. Universitas Pendidikan Indonesia 9

3. Universitas Padjadjaran 13

4. Universitas Komputer Indonesia 30

5. Universitas Katolik Parahyangan 34

6. Universitas Kristen Maranatha 58

7. Universitas Pasundan 62

8. Universitas Islam Bandung 70

9. Institut Teknologi Nasional 78

10. Universitas Widyatama 87

11. Universitas Islam Nusantara 95

12. Universitas Adven Indonesia 137

Sumber : http://www.4icu.org/id/

Melihat tabel tersebut ternyata apa yang menjadi anggapan masyarakat

terbukti kebenarannya. Artinya PTS di kotan Bandung masih memiliki mutu di

bawah PTN. Sementara Universitas Komputer Indonesia menduduki posisi teratas

diantara PTS di kota Bandung.

Ditinjau dari data status akreditasi program studi di universitas swasta

kota Bandung keadaan bulan September 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.2.

(23)

4

Tabel 1.2

Data Status Akreditasi Program Studi Universitas Swasta di Kota Bandung

Sumber: Direktori PTS Kopertis Wil.IV Jawa Barat & Banten, Edisi Sepetember 2010

Berdasarkan tabel tersebut dapat dikemukakan bahwa rata-rata program

studi di universitas swasta kota Bandung yang berstatus terakreditasi A 10% , B

34%, C 16%, terakreditasi D 0%, sementara yang belum terakreditasi sebesar

40%. Kenyataan ini tentunya tidak bisa dibiarkan. Artinya perlu ada

langkah-langkah progresif bagi PTS untuk mendongkrak status tersebut sehingga

persentasi status terakreditasi A dapat ditingkatkan. Status akreditasi mempunyai

arti penting bagi perguruan tingi yang bersangkutan karena tujuan akreditasi

adalah untuk :

1. Melindungi masyarakat

2. Membantu PT melakukan penjaminan mutu 3. Pertanggung jawaban publik perguruan tinggi 4. Dasar sertifikasi/lisensi

5. Bahan pertimbangan pemberian dan alokasi dana

No. Perguruan Tinggi Peringkat Akreditasi

A (%) B (%) C (%) D (%) Tdk/ Belum

1. Universitas Islam Bandung - 45 55 - -

2. Universitas Islam Nusantara 25 40 10 - 25

3. Universitas Katolik Parahyangan 43 36 - - 21

4. Universitas Kristen Maranatha 22 41 8 - 29

5. Universitas Pasundan 44 29 9 - 18

6. Universitas Langlang Buana - 94 - - 6

7. Universitas Bandung Raya 45 55 - -

8. Universitas Nurtanio 6 56 31 - 7

9. Universitas Komputer Indonesia 3 61 7 - 29

10. Universitas BSI - 6 13 - 81

11. Universitas Nasional Pasim - 27 18 - 55

12. Universitas Widyatama 8 54 15 - 23

13. Universitas Kebangsaan - 11 33 - 56

14. Universitas Al-Gifari - 14 - - 86

15. Universitas Sangga Buana 15 23 15 - 47

16. Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia

- - - - 100

17. Universitas Wanita Internasional - - - - 100

(24)

5

6. Bahan pertimbangan penerimaan pegawai 7. Pengakuan Internasional ijazah/kompetensi

8. Bahan masukan evaluasi kualitas pendidikan tinggi (Bahan Penataran Akreditasi Perguruan Tinggi, 2010)

Pengukuran mutu berikutnya adalah penjaminan mutu (quality assurance)

yaitu peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan secara internal. Untuk yang

terakhir ini Direktorat Akademik Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (DIKTI)

talah melaksnakan program evaluasi implementasi sistem penjaminan mutu

internal (SPMI).

Berdasarkan hasil evaluasi ditetapkan dan diumumkan perguruan tinggi

yang mengimplementasikan SPMI dengan baik, sehingga dapat memberikan

inspirasi tentang praktek SPMI yang baik bagi perguruan tinggi lainnya. Urutan

skor tertinngi tentang implementasi SPMI tersebut dapat dilihat dari tabel sebegai

berikut :

Tabel 1.3

Daftar Universitas Swasta di Kota Bandung yang Dilakukan Site Verification sertaTechnical Assistance (Berdasarkan Skor Tertinggi)

No. Nama Universitas Peringkat

1. Universitas Katolik Parahyangan 8

2. Universitas Kristen Maranatha 41

3. Universitas Widyatama 48

4. Universitas Pasundan 62

Sumber : DIKTI, 2008

Sementara ditinjau dari site verification serta technical assistance

penjaminan mutu yang dilakukan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) tahu 2010

peringkat perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

Tabel 1.4

Daftar Perguruan Tinggi Terbaik Berdasarkan Evaluasi Implementasi SPMI Tahun 2010

N0. Perguruan Tinggi Kota

1 2 3

1 Akademi Kebidanan Panti Wilasa Semarang Semarang

2 Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta

(25)

6

Lanjutan....

1 2 3

3 Akademi Kebidanan YLP Prada Purwokerto Purwokerto

4 Akademi Kimia Industri Santo Paulus Semarang Semarang

5 Akademi Maritim Indonesia Medan Medan

6 Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta Jakarta

7 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Surabaya

8 Politeknik Batam Batam

9 Politeknik Terpikat Sambas Sambas

10 Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika Jakarta

11 Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta

12 Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu Cepu

13 STIE Kesatuan Bogor Bogor

14 STIE Kesatuan Malang Malang

15 STIE Muhammadiyah Pekalongan Pekalongan

16 STIKES Kuningan Garawangi Kuningan

17 STIKES Muhammadiyah Banjarmasin Banjarmasin

18 Universitas Bunda Mulia Jakarta

19 Universitas Dian Nuswantoro Semarang

20 Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta

21 Universitas Komputer Indonesia Bandung

22 Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta

23 Universitas Pancasila Jakarta

24 Universitas Surabaya Surabaya

Sumber : Dikti, 2010

Memperhatikan tabel tersebut terrnyata perguruan tinggi swasta di kota

Bandung yang masuk ke dalam daftar perguruan tinggi terbaik berdasarkan

evaluasi implementasi SPMI tahun 2010 hanya Universitas Komputer Indonesia

(Unikom).

Apa yang diuraikan di atas tentunya merupakan tantangan bagi PTS.

PTS-PTS yang hanya mengandalkan dana dari masyarakat akan terkendala manakala

dihadapkan pada minimnya jumlah mahasiswa yang berdampak kepada

pendanaan dan fasilitas perkuliahan. Agar tetap sustanable akan lebih baik kalau

PTS menyikapinya dengan kemauan dan kerja keras termasuk sikap mau berubah,

dan mengadakan perbaikan secara terus menerus sehingga dapat mencapai standar

(26)

7

PTS yang berbentuk Universitas di kota Bandung antara lain adalah

Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Islam Nusantara (Uninus),

Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Universitas Kristen Maranatha

(UKM), Universitas Pasundan (Unpas), Universitas Langlangbuana (Unla),

Universitas Bandung Raya (Unbar), Universitas Nurtanio (Unnur), Universitas

Komputer Indonesia (Unikom), Universitas Bina Sarana Informatika (BSI),

Universitas Nasional Pasim, Universitas Widyatama (Utama), Universitas

Kebangsaan (UK), Universitas Al-Ghifari, Universitas Sanggabuana (USB), dan

Universitas Informatika, dan Bisnis Indonesia (Unibi), Universitas Wanita

Internasional.

Jumlah universitas swasta yang tidak sedikit tersebut tentunya

memberikan lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memilih universitas

bermutu yang produknya dapat bersaing baik pada tingkat lokal, nasional,

regional, maupun global. Untuk itu perguruan tinggi dalam hal ini adalah

universitas swasta yang ada di kota Bandung sudah selayaknya menerapkan

penjaminan mutu dan selalu meningkatkan mutu yang berkelanjutan.

PTS yang bermutu tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti

kepemimpinan, rencama strategis, sumber daya manusia (Dosen), mahasiswa,

sarana dan prasarana, fasilitas, sistem informasi manajemen, mahasiswa, hasil

penelitian, hasil pengabdian pada masyarakat, keuangan, proses manajemen dan

sebagainya. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi mutu tersebut penelitian ini

difokuskan pada kepemimpinan dalam hal ini adalah kepemimpinan visioner dan

kinerja dosen. Keputusan ini dilakukan atas pertimbangan bahwa secara

(27)

8

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hradesky (1995 : 194) : ”Leadership is a

crucial component to the success of TQM.” Sallis (1993:86) :“Leadership is essential inngredient in TQM. Leader must have vition and be able it into clear policies and specific goals.“ Tampubolon (2001: 100) mengemukakan lima ciri pokok kepemimpinan PT bermutu yang salah satu cirinya adalah visioner.

Baldrige (2007) menyatakan, kriteria mutu dibangun berdasarkan serangkaian dan

keterpaduan dari berbagai nilai inti dan konsep yang meliputi, Kepemimpinan

Visioner (Leadership Visionary). Visioner mengandunng pengertian mempunyai

wawasan yang luas dan matang sehingga mampu memperkirakan masa depan.

Pengertian ini mengimplikasikan adanya kemampuan merumuskan visi dan misi

perguruan tinggi (PT), serta bertindak dan bersikap proaktif. (Tampubolon, 2001:

101). Sallis (1993:86) : “Leadership is essential inngredient in TQM. Leader must

have vition and be able it into clear policies and specific goals.” Komariah dan Triatna (2006:81-82) menyatakan bahwa : Kepemimpinan yang relevan dengan

tuntutan school based management dan didambakan bagi peningkatan kualitas

pendidikan adalah kepemimpinan yang memiliki visi (visionary leadership), yaitu

kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang

penuh tantangan. Lantas menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi

penentu arah organisasi yang memahami prioritas menjadi pelatih yang

profesional, serta dapat membimbing personel lainnya ke arah profesionalisme

kerja yang diharapkan.

Pierce (1997) dalam sebuah jurnal internasional menyimpulkan hasil

(28)

9

dalam mewujudkan visinya dengan jelas dari yang bersifat abstrak menjadi real

dan bisa dijalankan dalam tataran implementasi.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pimpinan PTS sebagai penentu arah

hampir sebagaian besar atau sekitar 95% dalam menetapkan visi tidak

mencantumkan kurun waktu tertentu tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa

depan. Padahal visi dapat diartikan sebagai gambaran mental tentang sesuatu

yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah cita-cita. Visi adalah wawasan ke

dapan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Visi bersifat kearifan

intuitif yang menyentuh hati dan menggerakkan jiwa untuk berbuat. (Tap. MPR

RI No.VII/MPR/2001 tanggal 9 November 2001).

Beberapa pimpinan PTS sebagai agen perubahan kurang memperhatikan

jangka waktu untuk memangku jabatan struktural akademik dalam artian bahwa

jabatan tertentu dijabat oleh orang tertentu secara terus-menerus tanpa ada

pergantian. Kenyataan ini tentunya kurang menguntungkan karena hasil penelitian

Harsiwi (2001) menyatakan bahwa semakin lama pemimpin bekerja dan menjabat

pada jabatan tertentu maka semakin nyaman pemimpin tersebut menduduki

jabatan/posisinya, sehingga pemimpin lebih bersifat status quo, menolak

perubahan dan tidak transformasional. Pemimpin cenderung mempertahankan

posisinya dengan cara menghambat terjadinya perubahan.

Hanafiah (1994) mengemukakan bahwa : “Tercapai tidaknya mutu

pendidikan tinggi yang diharapkan ditentukan oleh mutu para dosen di setiap

bidang ilmu yang dibinanya”. Hendrajaya (1999) berpendapat bahwa :

“Perguruan tinggi yang inovatif, bermutu dan tanggap terhadap perkembangan

(29)

10

dan pembina penggerak utama pertumbuhan yaitu para dosen perguruan tinggi.”

Dikemukan dalam sebuah jurnal anonim bahwa: “...dosen memiliki posisi

strategis dalam menentukan mutu lulusan maupun mutu kelembagaan secara

umum. ”(http://jurnal-kopertis4.tripod.com/8-02.html).

Sementara kondisi dosen PTS di kota Bandung dilihat dari kompetensinya

masih belum sesuai dengan kualifikasi. Kenyataan tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1.5

Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Kualifikasi Akademik

No. Jenjang pendidikan Persentase (%)

1. Program Sarjana (S1) 51.65

2. Program Magister (S2) 35.85

3. Program Doktor (S3) 12.50

Jumlah 100

Sumber : Data sekunder 2010

Melihat data tersebut yang memiliki jenjang pendidikan program sarjana

mencapai 51.65% sementara untuk program doktor hanya mencapai 12.50%.

Kenyataan tersebut tentunya memerlukan perhatian yang serius dari pimpinan

universitas untuk selalu berupaya mendorong para dosennya melalui berbagai

kebijakan dan fasilitas sehingga mereka termotivasi untuk melanjutkan

pendididkan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan kualifikasinya. Sementara

UU No. 14 tahun 2005 telah mengatur bahwa dosen memiliki kualifikasi

akademik minimum :

a. lulusan program magister untuk progran diploma dan program sarjana; dan

b. lulusan program doktor untuk progran pascasarjana.

(30)
[image:30.595.112.517.132.624.2]

11

Tabel 1.6

Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Jabatan Akademik

No. Jabatan fungsional Persentase (%)

1. Tenaga Pengajar (TP) 51.36

2. Asisiten ahli (AA) 25.60

3. Lektor ( L ) 12.05

4. Lektor Kepala (LK) 7.38

5. Guru besar (GB) 3.61

Jumlah 100

Sumber : Data sekunder 2010

Memperhatikan data tersebut yang belum memiliki jabatan fungsional yaitu

51.36%. Ini adalah jumlah yang cukup besar dan memerlukan kerja keras dari

pimpinan universitas untuk mengupayakan para dosennya memperoleh jabatan

fungsional, sehingga mereka dapat memperoleh sertifikasi pendidikan. Perlu

dipahami bahwa untuk memperoleh sertifikasi pendidikan salah satu syarat yang

harus dipenuhi adalah memiliki jabatan akedemik sekurang-kurangnya asisten

ahli (PP No. 37 Th. 2009 tentang Dosen).

Berdasarkan berbagai masalah tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk

menciptakan mutu yang berkelanjutan di PTS (dalam hal ini adalah universitas

swasta) diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai visi yang lazim disebut

kepemimpinan visioner dan kinerja dosen yang optimal. Kepemimpinan

merupakan kajian administrasi pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hoy

dan Miskel, (2001) bahwa ruang lingkup administrasi pendidikan meliputi

kepemimpinan, individu (dosen) dan mutu sekolah termasuk perguruan tinggi

swasta. Dengan demikian sistem manajemen mutu pergururan tinggi (studi

tentang kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu di kota

(31)

12

B. Rumusan Masalah

Persoalan mutu perguruan tinggi cukup kompleks. Artinya apabila

berbicara tentang mutu perguruan tinggi maka banyak hal yang mempengaruhinya

seperti sarana dan prasarana, dosen, siswa, staf administrasi, kurikulum, sistem

informasi, stakeholders, kepemimpinan dan sebagainya. Atas dasar kenyataan

tersebut maka dalam penelitian ini dibatasai pada pengaruh kepemimpinan

visioner dan kinerja dosen. Dengan demikian masalah pokok dalam penelitian ini

adalah, manajemen mutu perguruan tinggi (studi tentang pengaruh

kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu perguruan tinggi swasta

di kota Bandung).

Memperhatikan masalah pokok tersebut maka dapat dikemukakan bahwa

penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu kepemimpinan visioner, kinerja dosen

dan mutu perguruan tinggi. Konsep kepemimpinan visioner dalam penelitian ini

menggunakan pendapat dari Nanus (1992) yang menyatakan bahwa peran

kepemimpinan visioner adalah sebagi penentu arah, agen perubahan, juru bicara,

dan pelatih. Konsep kinerja dosen mengacu pada pendapat Timpe (1991) yang

menyatakan bahwa : “Prestasi karyawan di bawah standar mungkin disebabkan

sejumlah faktor mulai dari keterampilan kerja yang buruk hingga hingga motivasi

yang tidak cukup dan lingkungan kerja yang buruk.” Sementara itu Michael

(1997:343)) menyatakan dimensi kinerja diistilahkan dengan sebuah area of

(32)

13

untuk mengukur kinerja dosen peneliti menggunakan : 1) Kompetensi, 2) Motif

berprestasi, 3) lingkungan kerja.

Adapun untuk mutu perguruan tinggi didasarkan pada berbagai konsep

dari Lovelock, Jeniver, dan Tampubolon. Lovelock (2002:225) menyatakan

perlunya diperhatikan lima prinsip untuk menyiapkan kualitas jasa terdiri dari :

1. Tangibels. The appearance of physical facilities, equipment, and communication materials.

2. Reliability. The ability to perfom the promised service dependably and accurately.

3. Responsiveness. The willingness to help customers and provide prompt service.

4. Assurance. The knowledge an courtesy of employees and their ability to convey trust and confidence.

5. Empathy. He provision of caring, individ ualized attention to customers.

Jeniver (2008) menyatakan: “Defining Quality in Higer Education The American

Sosiety for Quality identifies four dimentions of quality in education: accountability, curricular aligment, assessment, and student satisfaction. “

Tampubolon (2001; 122-126) mengemukakan atribut-atribut mutu

Perguruan Tinggi sebagai berikut :

1. Relevansi 2. Efisiensi 3. Efektivitas 4. Akuntabilitas 5. Kreativitas 6. Situasi M-M

7. Penampilan (Tangibel) 8. Empati

9. Ketanggapan (Responsiveness) 10. Produktivitas

11. Kemampuan Akademik

Mengacu pada ketiga konstruk tersebut peneliti membuat rekonstruk

(33)

14

berada pada posisi keluaran (output) sehingga menghasilkan sembilan

dimensimutu PTS yaitu, relevansi, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas. Kreativitas,

penampilan, empati, ketanggapan dan produktivitas.

Berdasarkan fokus kajian dan batasan masalah, penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Seberapa kuat dan signifikan

pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota

Bandung .

Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner terhadap

kinerja dosen PTS di kota Bandung?

2. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemiminan visioner terhadap mutu

PTS di Kota Bandung?

3. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kinerja dosen terhadap mutu PTS di

kota Bandung ?

4. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja

dosen secara bersama-sama terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

5. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai penentu arah terhadap kinerja dosen PTS di kota

Bandung ?

6. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai agen perubahan terhadap kinerja dosen PTS di kota

(34)

15

7. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai juru bicara terhadap kinerja dosen PTS di kota

Bandung?

8. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai pelatih terhadap kinerja dosenPTS di kota Bandung?

9. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai penentu arah terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

10.Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai agen perubahan terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

11.Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai juru bicara terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

12.Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai pelatih terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota Bandung.

Sementara itu tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengetahui :

1. Pengaruh kepemimpinan visioner terhadap kinerja dosen PTS di kota

Bandung.

2. Pengaruh kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS di Kota Bandung.

3. Pengaruh kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota Bandung.

4. Pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja dosen secara bersama-sama

(35)

16

5. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah

terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

6. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen

perubahan terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

7. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara

terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

8. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih

terhadap kinerja dosenPTS di kota Bandung.

9. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah

terhadap mutu PTS di kota Bandung.

10. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen

perubahan terhadap mutu PTS di kota Bandung.

11. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara

terhadap mutu PTS di kota Bandung.

12. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih

terhadap mutu PTS di kota Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

berikut :

1. Bagi aspek keilmuan, hasil penelitian ini berguna untuk memperkaya temuan

empirik mengenai isu mutu perguruan tinggi selain itu, melalui penelitian ini

(36)

17

implikasi metodologis bagi studi tentang masalahmutu PTS serta

variabel-variabel yang terkait dengan itu.

2. Bagi keperluan praktis, hasil penelitian ini berguna untuk bahan informasi

sebagai landasan dalam merumuskan kebijakan, khususnya dalam rangka

peningkatan mutu perguruan tinggi melalui kepemimpinan visioner dan kinerja

dosen.

3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini menstimulasi beberapa variabel

yang diduga terkait dengan mutu perguruan tinggi, yang masih terbuka untuk

direplikasi dalam rangka menguji validitas hasil penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang

digunakan adalah explanatory survey karena penelitian ini diarahkan untuk

menguji hipotesis. Sebagai konsekuensinya maka variabel-variabel penelitian

perlu dioperasionalkan ke dalam indikator-indikator yang dapat diukur sehingga

menggambarkan jenis data dan informasi yang diperlukan untuk menguji

hipotesis tersebut. Berdasarkan karakteristik data tersebut selanjutnya dirancang

model uji statistik untuk menguji hipotesis yang dirumuskan.

Populasi dalam penelitian ini adalah PTS yang berbentuk universitas di

kota Bandung. Mengingat ukuran populasi itu cukup besar, maka diambil sampel

untuk mewakili populasi.

Ukuran sampel minimal, ditetapkan berdasarkan atas model hipotesis

yang diuji. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan pengaruh beberapa variabel

(37)

18

Berhubung analisis jalur pada hakekatnya didasarkan atas korelasi, maka ukuran

sampel di dalam penelitian ini menggunakan ukuran sampel untuk uji korelasi

yang ditetapkan secara interaktif.

Data penelitian diungkap dengan menggunakan koesioner sebagai teknik

dalam pengumpulan data yang berbentuk angket tertutup yaitu responden diberi

kesempatan untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

F. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung.

Mencakup universitas swasta yang ada di kota Bandung yaitu : Universitas Islam

Bandung (Unisba), Universitas Islam Nusantara (Uninus), Universitas Katolik

Parahyangan (Unpar), Universitas Kristen Maranatha (UKM), Universitas

Pasundan (Unpas), Universitas Langlangbuana (Unla), Universitas Bandung Raya

(Unbar), Universitas Nurtanio (Unnur), Universitas Komputer Indonesia

(Unikom), Universitas Bina Sarana Informatika (BSI), Universitas Nasional

Pasim, Universitas Widyatama Utama), Universitas Kebangsaan (UK),

Universitas Al-Ghifari, Universitas Sanggabuana (USB), dan Universitas

Informatika dan Bisnis Indonesia (Unibi), Universitas Wanita Internasional.

Subyek dalam penelitian ini adalah dosen yang telah memperoleh jabatan

fungsional minimal Asisten Ahli , dan ketua program studi Universitas swasta

yang ada di kota Bandung. Data yang diperlukan adalah data primer yang

(38)

19

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified

propotioned random sampling sehingga terpilih tiga perguruan tinggi swasta yaitu Unikom, Utama, dan Universitas Nasional Pasim sebagai sampel.

G. Penjelasan Istilah

Tema sentral dalam penelitian ini adalah manajemen mutu perguruan

tinggi yang lebih difokuskan pada studi tentang pengaruh kepemimpinan visioner

dan kinerja dosen terhadap mutu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung.

Manajemen adalah usaha yang dilakuan untuk mencapai tujuan melalui kegiatan

orang lain. Sementara mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan

(stakeholders).Jadi yang dimaksud manajemen mutu perguruan tinggi dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan perguruan tinggi untuk mencapai

tujuan melalui kegiatan orang lain sehinggan menghasilkan produk yang sesuai

dengan kebutuhan pelanggan (stakeholders).

Berikut ini dijelaskan konsep-konsep serta variabel yang digunakan dalam

penelitian :

1. Kepemimpinan visioner.

Kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang

lain yang dilakukan bukan dengan melalui paksaan melainkan persuasi. Demikian

kira-kira salah satu pendapat Stogdil (1974) tentang kepemimpinan. Sementara

Davisdan Newstrom ( 1 9 9 3 : 222) memberi batasan kepemimpinan sebagai berikut:

(39)

20

untuk mencapai tujuan. Dengan demikian kepemimpinan adalah suatu

kemamapuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga yang

bersangkutan bersedia melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi.

Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seorang pemimpin dalam

membangun, menciptakan dan mengkomunikasikan visi serta berfikir startegis

untuk dapat mengarahkan dan merubah organisasi kearah yang lebih baik

sehingga dapat meraih keunggulan dan keberhasilan di masa depan.

Ada empat peran yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin yang

visioner yaitu, peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan

pelatih. Sebagai penentu arah seorang pemimpin menetapkan visi, misi, tujuan

dan strategi untuk mencapai sasaran yang menjadi tujuan organisasi di masa

depan. Artinya sang pemimpin berkomitmen kepada visi besar organisasi dan

bersama dengan seluruh anggota berusaha untuk mewujudkan visi tersebut

melalui misi, tujuan dan strategi pencapainnya.

Sebagai agen perubahan seorang pemimpin dituntut untuk mampu

memposisikan diri dengan lingkungannya baik secara internal maupun eksternal.

Bahkan ukuran kapasitas kepemimpinan seseorang salah satu diantaranya adalah

kemampuannya dalam mengelola perubahan. Kemampuan ini penting sebab pada

masa kini pemimpin akan selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan, sehingga

pemimpin dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan.

Dengan demikian secara eksternal seorang pemimpin sebagai agen perubahan

berusaha untuk mengikuti perkembangan teknologi, membuat kebijakan baru

(40)

21

mengembangkan diri, membuka program studi baru, dan secara internal

mangadakan pergantian jabatan, mengadakan rotasi pegawai dan sebagainya.

Sebagai juru bicara seorang pemimpin yang bervisi adalah juga seseorang

yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna

menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Visi

tersebut kemudian ditindaklanjuti ke dalam misi, tujuan serta strategi yang

kemudian dijabarkan dalam bentuk kebijakan. Kebijakan tersebut kemudian

disosialisasikan secara internal maupun eksternal. Ketika menjadi juru bicara,

sang pemimpin juga harus bertindak sebagai negosiator dalam berhubungan

dengan pihak lain serta membangun kerja sama dan membentuk jaringan

eksternal.

Sebagai pelatih seorang pemimpin menjaga pegawai untuk memusatkan

pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun

kepercayaan di antara orang-orang yang penting bagi organisasi dan visinya untuk

masa depan. Artinya seorang pemimpin yang visioner sikap dan perilakunya akan

menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya, ide-ide atau gagasannya menjadi

inspirasi para bawahannya, keberadaan pemimpin dapat memberikan semangat

bekerja, keberadaan pemimpin dapat memberikan semangat untuk tumbuh, sikap

dan perilaku pemimpin membangun percaya diri, memberi penghargaan atau

promosi ketika bawahannya berprestasi, dan selalu memberi masukan sehingga

para bawahannya dapat meningkatkan diri.

2. Kinerja dosen.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama

(41)

22

teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat. (UU No. 14 th 2005).

George dan Jones (1999 : 144) memberikan batasan tetngan kinerja

(performace) sebagai : “An evaluation of the result of a person behavior. It involves determining how well or poorly aperson has accomplished a taks or done a job.” Kinerja merupakan penilaian atas hasil perilaku pegawai yang menyangkut baik buruknya seseorang melaksanakan tugas atau pekerjaan.

Kinerja Dosen dapat diartikan sebagai perilaku yang menunjukkan hasil

kerja dosen atas pelaksanaan suatu pekerjaan. Ada tiga komponen yang dapat

mengukur kinerja dosen yaitu kompetensi, motif berprestasi, dan lingkungan

kerja.

Kompetensi adalah kemampuan seorang dosen dalam melaksanakan

kewajibannya secara bertanggung jawab. Kompetensi dosen meliputi :

kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan

kompetensi kepribadian.

Kompetensi pedagogik adalah kemamapuan merancang pembelajaran,

kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan menilai proses dan

hasil pembelajaran, dan kemampuan memanfaatkan hasil penelitian untuk

meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.

Kompetensi profesionaladalah suatu kemampuan yang tumbuh secara

terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu,

keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang

(42)

23

berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan melakukan hubungan sosial

dengan mahasiswa, teman sejawat, karyawan dan masyarakat untuk menunjang

pendidikan.

Kompetensi kepribadian adalah sejumlah nilai, komitmen, dan etika

professional yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen terhadap

mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat, serta mempengaruhi

motivasi belajar mahasiswa, termasuk pengembangan diri secara professional.

Motif berprestasi. Menurut McClalland motif berprestasi adalah …”doing

something well or doing something better than in had been done before more efficiently, more quickly with labor, with a better result”. Artinya mengerjakan sesuatu dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih efisien, lebih cepat

dengan hasil yang lebih baik. Lebih lanjut dalam rumusannya McClelland

(1953:111) menyatakan : “… success in competition with some standard of

exellece”. Yaitu bersaing untuk mencapai keberhasilan dengan beberapa standar keunggulan.

Mengacu pada pendapat tentang motif berprestasi tersebut dapat

dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah dorongan untuk melakukan suatu

tindakan atau aktivitas dalam rangka menyelesaikan tugas dengan sempurna

sehingga diperoleh hasil yang unggul atau melebihi standar yang ditentukan.

Lingkungan kerja.“Lingkungan kerja yang menyenangkan akan menjadi

kunci pendorong bagi para karyawan Anda untuk menghasilkan kinerja puncak…

(43)

24

aman dan memungkinkan para dosen untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan

kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika dosen menyenangi lingkungan

kerja ditempat dia bekerja, maka dosen tersebut akan betah di tempat kerjanya

untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan

optimal menuju kinerja yang tinggi.

Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :

Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Lingkungan kerja dosen merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar

dosen pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik, yang dapat

mempengaruhi kinerjanya.

Lingkungan kerja fisik adalah tersedianya fasilitas yang dapat mendukung

kinerja dosen seperti, fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar ( komputer/laptop,

in focus, whitebord dan sebagainya), ruang dosen yang myaman, ruang kelas yang memadai, buku perpustakaan yang memadai, internet, ruang rapat dan seminar

yang representatif, dan sebagainya.

Lingkungan kerja non fisik meliputi terbangunnya suatu iklim dan suasana

organisasi yang bisa membangkitkan kinerja dosen, seperti peluang untuk studi

lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tugas mengajar maksimal 12 sks,

sebagai pembimbing utama atau pendamping, menguji, fasilitas untuk membuat

bahan ajar, peluang untuk melakukan penelitian, tersedia jurnal untuk memuat

(44)

25

masyarakat, peluang untuk mengikuti seminar nasional dan internasional,

kesempatanan untuk menjadi pengurus atau anggota kepanitiaan dan sebagainya.

3. Mutu Perguruan Tinggi Swasta

Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Perguruan tinggi (PT) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi. Perguruan tinggi negeri (PTN) adalah perguruan tinggi yang

pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh negara. Perguruan tinggi swasta

(PTS) adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh

swasta. Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau

profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi

dan/atau kesenian tertentu.

Mutu pergururan tingi swasta dipahami sebagai lembaga pendidikan

swasta yang dikelola berdasarkan peraturan yang berlaku sehingga mampu

menghasilkan jasa pendidikan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan para

pelanggan. Dimensi-dimenai mutu PTS melipuiti relevansi, efisiensi, efektivitas,

akuntabilitas, kreativitas, penampilan, empati, ketanggapan, produktivitas.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika disertasi ini terbagi ke dalam lima bab. Bab I adalah

pendahuluan yang memuat latar belakang masalah. Latar belakang masalah

diawali dengan ungkapan peneliti tentang fenomena yang berkaitan dengan mutu

PTS di kota Bandung dalam hal ini adalah universitas swsata. Seperti diketahui

(45)

26

diharapkan (salah satu contoh, baru 10% dari seluruh universitas di kota Bandung

yang berstatus terakreditasi A). Kenyataan ini patut diteliti untuk memperoleh

solusi dan solusi ini dapat dijadikan pertimbangan bagi PTS yang ingin

meningkatkan mutunya. Berikutnya adalah rumusan masalah yang

mengemukakan konsep serta teori yang dijadikan variabel dalam penelitian ini.

Rumusan maslah ini kemudian ditindaklanjuti dalam tujuan penelitian. Atas dasar

tujuan penelitian dikemukakan kegunaan penelitian. Pada bab ini dikemukakan

juga tentang metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian. Selanjutnya adalah

penjelasan istilah. Penjelasan istilah ini berisi tentang penjelasan konsep

manajemen mutu perguruan tinggi dan penjelasan tentang konsep kepemimpinan

visioner dan kinerja dosen serta mutu PTS di kota Bandung, dan diakhiri dengan

sistematika penulisan.

Bab II adalah kajian pustaka, kerangka pemikiran. Kajian pustaka

dimaksudkan sebagai landasan dalam analisis temuan yang memuat teori-teori

utama yaitu mencakup konsep administrasi pendidikan, manajemen, konsep

manajemen mutu, mutu menurut Malcolm Baldrige, ISO 9001:2008, manajemen

mutu perguruan tinggi, konsep kepemimpinan, teori dan pendekatan

kepemimpinan, gaya kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan transformasional,

kepemimpinan visioner yang mencakup penentu arah, agen perubahan, juru

bicara, dan pelatih, kinerja dosen, dan hasil penelitian terdahulu, serta kesimpulan

kajian pustaka. Pada bab ini dikemukakan juga tentang asumsi dasar, hipotesis,

dan kerangka pemikiran.

Bab III adalah metode penelitian. Dalam bab ini diungkap pendekatan

(46)

27

metode yang digunakan adalah explanatory survey. Lokasi penelitian adalah PTS

dalam hal ini adalah Universitas swasta yang ada di kota Bandung, yang sekaligus

dijadikan populasi dengan sasaran Kaprodi dan Dosen. Sampel dalam penelitian

ini adalah Unikom, Utama, dan Universitas Nasional Pasim dengan menggunakan

stratified propotioned random sampling (sampel acak proporsional berdasarkan strata). Teknik penarikan sampel untuk dosen Proportionate random sampling

(sampel acak secara proporsional). Sementara untuk Ketua Program Studi pada

ketiga Universitas tersebut dijadikan responden semua. Jumlah Ketua program

studi sebanyak 52 orang. Selanjutnya dikemukakan tentang definisi konseptual

dan definisi operasional penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen dan uji

instrumen. Uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Terakhir adalah

prosedur penelitian yang mengupas tentang tahap-tahap penelitian mulai dari

persiapan hingga penyusunan laporan akhir.

Bab IV adalah hasil penilitian dan pembahasan yang memuat pengolahan

data atau analisis data yang berkaitan dengan variabel kepemimpinan visioner,

variabel kinerja dosen dan variabel mutu perguruan tinggi swasta di kota

Bandung. Setelah diolah dan dianalisis kemudian dibahas. Dalam pembahasan ini

dikemukakan tentang temua-temuan yang terkait dengan hipotesis dan berbagai

teori dan konsep yang telah menjadi rujukan untuk memperoleh suatu

kesimpulan.

Bab V menyajikan kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini disajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

Kesimpulan yang dikemukakan selanjutnya dijadikan dasar untuk menetapkan

(47)

28

tinggi swasta atau lembaga lainnya yang berkepantingan, para pengguna hasil

penelitian, dan para peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian.

Setelah bab V diikuti daftar pustaka yang memuat berbagai sumber yang

dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut dikelompokan

berdasarkan buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber lain dari internet

yang telah dikutip dan digunakan dalam karya ilmiah yang berbentuk disertasi ini,

serta berbagai sumber yang tidak dipublikasikan.

Terakhir adalah lampiran-lampiran yang berisi berbagai dokumen yang

(48)

220

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu

suatu penelitian ilmiah yang sistematis mengenai bagian-bagian dan fenomena

serta hubungan-hubungannya. Tujuannya adalah mengembangkan dan

menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang

berkaitan dengan fenomena. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam

penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental

antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan

kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam

maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme.

Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari

pendidikan.

Sementara itu penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam kualifikasi

ilmu non-eksak. Oleh karenanya metoda yang digunakan adalah explanatory

survey. Yaitu memberi gambaran secara cermat dan utuh, serta apa adanya tentang suatu obyek studi. Survei adalah penelitian yang diadakan untuk memproleh fakta

dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual.

Survey penelitian dan kuesioner penelitian bukanlah hal yang sama.

Walaupun sebuah kuesioner sering digunakan didalam survey. Berkaitan dengan

dengan ini McMillan dan Schumacher (2001:304) menyatakan :

(49)

221

on variabels of interest. The data that are gathered are used to describe characteristics of a certain population. Survey are use to learn about people’s attitudes, beliefs, values, demographics, behavior, opinions, habits, desires, ideas, and other types of information.

Batasan tersebut menyiratkan bahwa dalam penelitian survey penyelidik

memilih sebuah sampel responden dan membuat sebuah kuesioner atau

melakukan interviu untuk mengumpulkan informasi mengenai variabel yang

diteliti. Data yang dikumpulkan digunakan untuk menggambarkan karakteristik

populasi tertentu. Survey digunakan untuk mempelajari sikap, keyakinan, nilai

demografik, perilaku, pendapat, kebiasaan, keinginan, gagasan, dan informasi

lainnya yang berkenaan dengan manusia.

Salah satu jenis survei adalah explanatory survey yaitu survey yang

bersifat menjelaskan suatu fenomena yang digambarkan. Seperti :

a. Mengapa lingkungan kerja dosen lebih berpengaruh terhadap mutu PTS di

bandingkan dengan kompetensi dosen?

b. Mengapa pengaruh langsung kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS lebih

kecil dibandingkan pengaruh kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS

melalui kinerja dosen ?

Teori yang ada dalam explanatory survey memerlukan pengujian dan perancangan

survey, sehingga data yang dikumpulkan diperlukan penelitian untuk

mendapatkan penjelasan.

Tujuan explanatory survey adalah untuk menguji pengaruh antara dua

variabel atau lebih. Dalam hal ini adalah pengaruh antara kepemimpinan visioner

sebagai variabel (X) dan kinerja dosen sebagai variabel (Y) terhadap mutu

(50)

222

setiap variabel pen

Gambar

Tabel 4.124
Tabel 1.2 Data Status Akreditasi Program Studi Universitas Swasta di Kota Bandung
Tabel 1.4 Daftar Perguruan Tinggi Terbaik Berdasarkan
tabel berikut :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam akhir–akhir ini terdapat perkembangan yang sangat pesat sekali dalam teknik dan metode analisa, baik analisa ekonomi maupun analisa kegiatan usaha

Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS.

Dampak Pelatihan terhadap Kinerja Pendidik PAUD di Kecamatan Cinambo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu..

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari belanja daerah dan pendapatan perkapita terhadap Pendapatan Asli Daerah; dengan inflasi sebagai variabel moderating

Sahabat MQ/ Fraksi Partai Demokrat telah mendukung bulat/ usulan angket Century// Anggota Fraksi Partai Demokrat- Ruhut Sitompul mengatakan/ lokomotif gerbong

Tabel 4.4 Data dari motor induksi untuk digunakan pada pompa air boiler

lebih mahal dari pada wind tunnel rangkaian terbuka, dan yang kedua adalah.. jika desain tersebut menggunakan motor bakar, maka dibutuhkan

Sahabat MQ/ Banjir di Jeddah- Arab Saudi- telah mengakibatkan 77 orang meninggal dunia/ dan beberapa orang masih belum ditemukan// Banjir yang tidak terduga