• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN VCT PPKn DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN VCT PPKn DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

^-r>—\ • j j i i

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN VCT PPKn

DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA

TESIS

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Pengembangan Kurikulum

Oleh:

IDA HERLINA 999785

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

O

L

E

H

KETUA PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

PROF. DR. H. NANA SYAQDIH SUKMADINATA

PROGRAM PASCA SARJANA.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

UNTUK MENGIKUTI TAHAP II

PROF. DR. H. NANA SYAODIH SUKMADINATA

PEMBIWpNG il

{Lrf^Afl?^

PROF. DR. H. KOYO KARTffSURYA. MA.MSn.

PROGRAM PASCA SARJAKfA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(4)

ABSTRAK

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pelajaran PPKn adalah

adanya kecenderungan pengelolaan belajar mengajar yang dilakukan

guru hanya bersifat memberikan pengetahuan di samping itu suasana dan

situasi pengajaran kurang mengarah kepada pembentukan sikap dan

perilaku siswa, tetapi iebih berorentasi pada hasil berupa angka.

Akibatnya muncul berbagai masalah yang dihadapi sekarang,

adalah kenyataan bahwa siswa hidup, dalam lingkungan yang sangat

beragam, semuanya ini akan mempengaruhi peritaku siswa. Perubahan kondisi masyarakat khususnya kondisi sosial ekonomi akan berdampak kepada perubahan-perubahan dalam cara berpikir, cara menilai, kesemuanya ini akan berakibat terjadinya kekaburan nilai-nilai yang ada dan kekaburan dimensi nilai yang sebenarnya selalu ada dalam proses

perkembangan dan perubanhan masyarakat, maupun pribadi seseorang.

Dengan menggunakan metoda Research and Development di kelas2 SLTP Kabupaten Sumedang, di mana metoda ini dapat dipandang

sebagai metoda/pendekatan dalam proses belajar mengajar PPKn yang

menekankan kepada pengembangan kemampuan siswa untuk

menemukan dan merefleksikan s'rfat-sifat kehidupan sosiai, meiaiui model

VCT dengan mefokuskan pada masalah pengembangan model,

perencanaan mengajar, penerapan proses belajar mengajar untuk melihat

keberhasilan dan peningkatan kemampuan siswa dalam perilaku yang

baik sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat.

Dengan mempertimbangkan hasil studi pendahuluan (pra survey)

serta memperhatikan kemampuan guru dan siswa setama proses

pengembangan, maka pengembangan model pembelajaran ini terdiri dari tujuan pembelajaran, KBM, alat/sumber dan evaluasi.

(5)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan

terus menerus setiap kaK implementasi, ditemukan 7 prinsip pokok

pengembangan dalam KBM yaitu pemahaman model,

pengkondisian/orientasi,

penerapan

kemampuan

berpikir/bertanya,

mendorong minat serta motivasi, menghargai/reinforcement, dan analisis

keberhasilan model. Dengan menghasilkan prinsip-prinsip tersebut dalam

proses pengembangan model terjadi kecenderungan aktivitas siswa

semakin meningkat, tumbuhnya keberanian siswa untuk bertanya,

menjawab, dan mengeluarkan pendapat, tumbuhnya sikap siswa menjadi

lebih toleran dan menghargai pendapat orang lain serta meningkatnya

perilaku yang baik.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING \

PENGESAHAN DARI KETUA PROGRAM STUDI |j

MOTTO DAN PERSEMBAHAN IH

PERNYATAAN ,v

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMA KASIH Viii

DAFTAR ISI Xi

DAFTAR TABEL Xiii

DAFTAR BAGAN Xiv

ABSTRAK Xv

BAB I PENDAHULUAN -,

A. LATAR BELAKANG 1

B. MASALAH 12

1. Identifikasi 12

2. Perumusan Masalah yj

3. Definisi Operasional 21

4. Tujuan Penelitian 24

5. Manfaat Penelitian 25

BAB II PEMBELAJARAN VCT DALAM PPKN 27

A. Konsep Pembelajaran 27

B. Konsep Pendidikan Nilai dalam Mata Pelajaran PPKn 50

C. Konsep PPKn sebagai Pendidikan Nilai Moral, Norma 70

D. Konsep Model VCT Sebagi Salah Satu Strategi Belajar Mengajar

78

dalam Pengajaran Afektif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 90

A. Metode Penelitian go

B. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 94

(7)

C. Prosedur Pengembangan Model 9B1

D. Tempat dan Waktu Penelitian 10^6

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 108

Deskripsi Hasil Penelitian 108

1. Hasil Studi Pendahuluan 108

2. PenyusunanModel(drafAwal) 118

3. Ujiooba Model 126

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 144

A. Kesimpulan 136

B. Rekomendasi 149

DAFTAR PUSTAKA 152

LAMPIRAN-LAMPIRAN 156

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1. Kesesuaian Pendapat Antara Rath, Harmin, dan Simon

dengan Khathwohl 36

12. Skema Norma-norma yang ada pada Masyarakat 43

1.3. Jadwal Kegiatan 99

1.4.Kecenderungan Siswa Dalam Memahami Nilai-nilai Budaya 103

2.4. Perbandingan Rata-rata Setiap Aspek Dengan Rata-rata Total. 104

1.5. Harapan Siswa Mengenai Sikap dan Perilaku 105

(9)

DAFTAR BAGAN Bagan

1.1 Peta Variabel Teoritis 17

1.2

Peta Faktor-faktor yang teriibat dalam pembelajaran pendidikan

nilai 22

1.3. Alur Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran VCT PPKn.78

(10)

BAB!

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan masyarakat baik yang bersifat natural maupun yang

direkayasa, pada hakekatnya merupakan proses perubahan kebudayaan

masyarakat tersebut. Perubahan ini meliputi seluruh unsur kebudayaan baik

fisik maupun non fisik. Demikian juga perubahan yang dialami masyarakat

dunia, termasuk Indonesia. Hasil dari perubahan itu akan memberikan

dampak yang besar, salah satunya berupa perubahan norma budaya

masyarakat.

Pergaulan dunia yang semakin cepat memaksa Indonesia untuk

mencari format-format baru tentang tata nilai yang dianutnya. Hal ini

mengakibatkan nilai-nilai yang sudah ada menjadi mengambang, bahkan

menimbulkan krisis nilai budaya yang cukup rumit.

Kondisi ini tentu tidak dikehendaki oleh masyarakat Indonesia,

sehingga periu diupayakan cara agar masyarakat mampu mengikuti

perkembangan zaman tetapi tetap berpegang pada budaya yang khas dan

bernilai luhur. Artinya tata nilai yang prinsipil

tidak terkikis oleh adanya

perubahan kebudayaan tersebut

Upaya penanaman dan pewarisan nilai luhur budaya masyarakat Indonesia

(11)

terhadap program pendidikan yang

menekankan pada penanaman dan

pewarisan nilai-nilai budaya bangsa. Seperti apa yang tercantum dalam

GBHN tahun 1988: 4 (Tap MPR/No.ll/MPR/1988: 6) mengenai pendidikan

Nasional, di mana dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasiia, bertujuan untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang

beriman dan taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

luhur, berkepribadian, bekerja keras, tanggung jawab, mandiri,

cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Bertolak dari rumusan di atas bahwa untuk membangun manusia

Indonesia seutuhnya yang bermoral, berdisiplin tinggi dan mempunyai

keterampilan, dilaksanakan melalui pendidikan.

Berbicara mengenai manusia yang bermoral, berdisiplin dan terampil,

dewasa ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan, terutama masalah moral

mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, baik di negara maju maupun

di negara yang masih berkembang.

Apabila kita kaji lebih jauh mengenai moral ini dari sudut pandang

pendidikan, kita telah ketahui bahwa pendidikan bertujuan untuk mencapai

kedewasaan, yaitu kedewasaan yang berbentuk integrasi kepribadian secara

keseluruhan baik fisik maupun mental. Pendidikan sangat diperlukan dalam

upaya mengembangkan manusia-manusia yang bermoral, disiplin tinggi dan

mempunyai keterampilan tersebut. Sebagaimana kita ketahui pula bahwa

pendidikan

beriangsung

sepanjang

hayat,

meliputi

seluruh

tahap

(12)

Dalam setiap tahap perkembangan beriangsung kegiatan belajar yang

tertuju kepada pencapaian pertumbuhan yang optimal, yaitu penyempumaan

perkembangan dalam tahap tersebut, serta persiapan untuk tahap

berikutnya, sehingga tercapai tingkat hidup pribadi dan sosial yang optimal.

Dengan demikian diperlukan adanya kesinambungan antara kegiatan belajar

pada satu tahap dengan tahap berikutnya.

Proses belajar seumur hidup itu beriangsung di dalam lingkungan

rumah, sekolah dan masyarakat, oleh karena itu pendidikan merupakan

tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Dalam keluarga, anak mendapatkan pendidikan

pada kesempatan yang

pertama. Usaha pendidikan, baik pendidikan nilai, moral maupun pendidikan

lainnya membutuhkan jalinan kerjasama yang amat erat dari keluarga,

sekolah dan masyarakat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan nilai merupakan suatu

wahana untuk mendewasakan anak agar setiap anak menjunjung tinggi nilai

luhur serta moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Pendidikan

moral salah satunya diberikan melalui mata Pelajaran Pendidikan Pancasiia

dan Kewarganegaraan, mata pelajaran ini wajib dipelajari oleh semua siswa

di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Dengan demikian PPKn

mengemban tugas yang tidak ringan dalam rangka turut menghasilkan

(13)

dan melestarikan nilai luhur, moral dan etika dalam rangka menciptakan

manusia yang berbudi luhur.

Manusia berbudi luhur diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku

kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu. sebagai anggota masyarakat,

warga negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. (Kurikulum

SLTP, 1994: 8). Di samping itu PPKn juga diharapkan menjadi wahana

membudayakan Pancasiia secara dini, terprogram dan terus menerus bagi

pembentukan sikap dan perilaku yang didasari nilai luhur Pancasiia. Adapun

tujuan PPKn di SLTP adalah:

Untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan

kemampuan, memahami, menghayati, dan meyakini nilai-nilai

Pancasiia Sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih baik. (Kurikulum SLTP, 1994: 8)

Perilaku-perilaku yang dimaksud adalah seperti yang di dalam penjelasan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39

ayat 2, yaitu:

Perilaku yang mencerminkan iman dan takwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai

golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adit dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dan masyarakat yang beraneka ragam kepentingan, perilaku yang

mendukung

kerakyatan

yang

mengutamakan

kepentingan

(14)

Dalam buku Landasan Operational Kurikulum Pendidikan Pancasiia dan

Kewarganegaraan Persekolahan PPKn, A. Kosasih Djahiri (1995: 4),

meng-atakan bahwa misi utama PPKn adalah sebagai berikut:

Pendidikan Kewarganegaraan yang mampu membentuk manusia Indonesia menjadi warga negara yang berkeperibadian Indonesia,

memahami dan meyakini hak, kewajiban dan kewenangan dan kewajiban Pemerintah Negara sehingga tercipta pola kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik dan demokratis sebagaimana diharapkan oleh Pancasiia dan konstitusi.

Menyimak tujuan PPKn di SLTP di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi tuntutannya adalah bagaimana nilai-nilai Pancasiia betul-betul

dihayati, diamalkan serta menjadi pedoman dalam perilaku kehidupan

sehari-hari. Karena itu Pendidikan Pancasiia di persekolahan diharapkan

merupakan program inti yang menjiwai seluruh program persekolahan

dengan tugas membina, mengembangkan kemampuan serta meningkatkan

mutu martabat manusia dan kehidupan Indonesia dalam rangka mewujudkan

tujuan Nasional. PPKn memiliki arti penting dalam rangka pembiasaan dan

pembentukan manusia Indonesia yang berjiwa Pancasiia, khususnya bagi

pembinaan dan pengembangan generasi muda penerus perjuangan bangsa

yang bertujuan untuk mewujudkan kader penerus perjuangan bangsa dan

pembangunan nasional yang pancasilais.

Sehubungan dengan ini, guru sebagai komponen pelaksana pendidikan

mempunyai tanggung jawab besar dalam pencapaian pendidikan secara

optimal, karena gurulah yang melaksanakan program pendidikan itu. Seperti

(15)

Dari

keseluruhan

komponen

Pendidikan

di

sekolah

guru

merupakan faktor yang terpenting. Bagaimana baiknya komponen pendidikan lainnya di sekolah itu kalau guru sebagai tenaga

pelaksananya tidak baik, maka hasilnyapun tidak akan baik.

Sebaliknya bagaimana kekurangan pendidikan lainnya yang

tersedia, kalau saja gurunya baik, kita masih dapat mengharapkan

hasil yang mendekati baik.

Menyimak pendapat di atas jelas, bahwa guru sebagai tenaga

pelaksana pendidikan sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Dia

merupakan orang yang berpengaruh di kelas. Dengan demikian guru

merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar (PBM)

di kelas. Kualitas pembelajaran yang baik juga tergantung pola guru, di

samping tujuan kurikulum itu sendiri, sebagaimana dikemukakan oleh Anglin

(1982: 43) bahwa: "Yang membedakan antara keberhasilan dan kegagalan

kelas adalah kualitas interaksi antara guru dan siswa" (Dembo, 1977: 114).

Guru tidak hanya berperan menyampaikan pelajaran kepada siswa, tetapi

juga memberikan bimbingan, fasilitas dan motivasi kepada siswa dalam

proses belajamya. Rochman Natawidjaja (1993: 9) mengidentifikasi beberapa

kemampuan yang diharapkan dikuasai seorang guru yaitu: (1) mampu

mengidentifikasi kebutuhan emosional, sosial, jasmaniah dan intelektual

siswa, (2) mengidentifikasikan dan mengkhususkan tujuan pengejaran

berdasarkan kebutuhan siswa, (3) mengatur lingkungan belajar yang

memenuhi kebutuhan siswa yang beragam.

Kemampuan dan keterampilan guru dalam mengolah proses belajar

(16)

Guru tersebut mampu melihat, mengkreasikan, membangkitkan motivasi

belajar anak, agar kegiatan belajar mengajar beriangsung bermakna bagi

siswa. Ini erat kaitannya dengan tugas guru sebagai implementor kurikulum

di lapangan. Nana Syaodih Sukamadinata (1988: 218) mengemukakan

"implementasi kurikulum hampir seluruhnya tergantung kepada kreativitas,

kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru".

Dengan kata lain betapapun "bagusnya" suatu kurikulum sebagai

rencana (termasuk kurikulum PPKn) belum menjamin akan menghasilkan

apa yang diharapkan, apabila belum diterapkan. Untuk menerapkannya

diperlukan kemampuan dan upaya guru menterjemahkan apa yang menjadi

tujuan kurikulum tersebut. Selain itu guru sebagai pengajar mempunyai

tugas ganda, selain mengajar ia juga berfungsi sebagai pendidik, mendidik

pengembangan moral serta kepribadian anak-anak didik. Dalam

Undang-undang No. 2 tahun 1989 Pasal 3 dan 4 dinyatakan:

Pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan

martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya

mewujudkan tujuan Nasional.

Pasal 4: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta tanggung jawab

(17)

Berorientasi dari pernyataan tersebut di atas diharapkan anak didik

keiak akan menjadi anggota masyarakat yang memiliki sejumlah bekal baik

pengetahuan maupun keterampilan untuk hidup di lingkungan masyarakat

yang memilki aturan-aturan yang harus ditaati.

Atas dasar penjelasan di atas, pendidikan moral pada dasarnya

merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan serta

kemampuan dasar dan perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari dengan

perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

Pendidikan Agama, merupakan pengajaran tentang keyakinan,

ibadah dan kajian keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan

dalam kehidupannya sebagai upaya pengembangan dirinya.(http//www.ed

gou/Speecher/08-1995/religion:"tfe//g/on Exspression In Public Schools").

Selain itu pendidikan agama sebagai salah satu bentuk untuk

mengembangkan kemampuannya dalam meningkatkan pemahaman

keagamaan, yakni meningkatkan keiman dan taqwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

Jadi dengan demikian sikap keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa itu merupakan acuan moral Pancasiia dan moral

(18)

\\ ^v- .-•••'•.••

Namun kenyataan yang menimpa saat ini terutama anak didik

khususnya siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang merupakan harapan

bangsa, fenomena yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan perilaku yang

menyimpang serta tindakan yang kurang bermoral dari para pelajar, sering

dikenal istilah kenakalan remaja dalam berbagai bentuk seperti perkelahian

antar pelajar yang dikhawatirkan akan menjurus ke arah tindakan kriminal,

sebagimana diungkapkan oleh Sariito Wirawan Sarwono (1994: 12) bahwa "

dalam tawuran pelajar, seringkali mereka merusak benda-benda untuk

pelayanan umum seperti bis kota, halte, telepon dan sebagainya",

mabuk-mabukan. Mereka juga tak jarang mencederai orang lain (Republika, 23

Asgustus 1998: 2). Pada tahun yang sama, banyak pelajar yang melakukan

aborsi (naik 300%), dan akhir-akhir ini banyak pelajar yang teriibat

obat-obatan baik pil maupun narkoba (Republika, 4 Desember 2000: 2). Padahal

kalau dilihat dari hasil ujian (nilai ebtanas murni) untuk mata pelajaran PPKn

secara nasional menduduki ranking tertinggi, waiaupun dalam tahun ini

memang menunjukkan adanya penurunan. Untuk wilayah Kabupaten

Sumedang saja, NEM PPKn SLTP Negeri tahun 1999/2000 adalah rata-rata

6,21, sedangkan SLTP swasta adalah 5,69 (Sumber ; Kanwil Depdikbud

Jawa Barat, 1999/2000)

Sementara itu banyak penelitian yang dilakukan berkenaan dengan

(19)

siswa hasilnya menunjukkan apa yang dilakukan guru ataupun hasil yang

dicapai oleh siswa masih kurang sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Hal itu terungkap dari peneiitian Puspa Djuwita (1993: 13) bahwa: "pola

mengajar yang dilakukan guru lebih bersifat pemberian pengetahuan tentang

Pancasiia dan lebih berorientasi pada pencapaian hasil berupa angka dari

pada pembinaan moral"

Hasil penelitian Kadarusmadi (1987: 146) berkenaan dengan pendidikan moral menentukan bahwa kecenderungan-kecenderungan

perilaku yang diperlihatkan oleh anak didik, tidak memadai untuk

menyatakan bahwa pendidikan moral telah berhasil mengembangkan

kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik anak didik. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa kecenderungan perilaku anak didik belum mencerminkan

penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral.

Selanjutnya Kadarusmadi (1987:109) menyatakan bahwa:

sasaran atau tujuan PPKn belum dapat mencapai hasil yang memuaskan, sebab hanya 2,85% jawaban peserta didik yang memiliki kecenderungan perilaku yang positrf, yaitu kecendungan untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasiia, dan sebanyak 1,78% memiliki kecendungan yang negatif, yaitu kecenderungan untuk berperilaku menyimpang dari tuntutan

nilai-nilai moral Pancasiia.

Selanjutnya dari hasil penelitian Sunarno (1992: 98) menunjukkan

bahwa:

(20)

guru belum membina sikap dan tingkah laku siswa secara nyata sehingga siswa belum tergugah hati nuraninya untuk

mengamalkannya.

11

Dari uraian di atas mengindikasikan tentang pentingnya pendidikan

moral bagi kehidupan anak didik. Hal ini dikarenakan pendidikan moral

memiliki fungsi untuk menciptakan keharmonisan hubungan sosial, menjamin

kebahagiaan rohani dan jasmani manusia, memberikan landasan kesabaran

untuk dapat bertahan terhadap naluri dan keinginan nafsu, memberikan daya

tahan dalam menunda dorongan rendah yang mer.gar.cam harkat dan

martabat manusia, memberikan motivasi dalam setiap sikap dan tindakan

manusia untuk berbuat kebaikan dan kebijakan yang berdasarkan moral

( agama, hkum dan falsafah negara), memberikan wawasan masa depan,

baik konsekuensi maupun sanksi social (Soeparno, 1992: 23-24).

Berdasarkan uraian di atas, dapat memberikan gambaran betapa

pentingnya pendidikan moral bagi kehidupan siswa yang didasarkan atas

kurikulum yang ada, tuntutan masyarakat serta berdasarkan teori yang telah

tersedia. Artinya moral individu yang dianut oleh anak didik, masyarakat

akan ditentukan oleh pergeseran nilai budaya yang dianut oleh masyarakat

itu sendiri. Berkenaan dengan itu dalam penelitian ini akan dikembangkan

suatu model pembelajaran pendidikan moral yang didasarkan atas Value

(21)

12

8. Masalah

1. Identifikasi

Setiap mata pelajaran dalam kurikulum di Indonesia mengemban misi

pembudayaan nilai-nilai Pancasiia.

Pendidikan PPKn mempunyai peranan yang lebih dibandingkan

dengan mata pelajaran yang lain, sebab mata pelajaran tersebut secara

khusus mengajarkan nilai-nilai dari kelima sila dalam Pancasiia agar para

siswa dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari,

baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat.

Tiga misi PPKn dikemukakan dalam Buku Rancangan Materi, Metode

dan cara Penilaian pendidikan Pencasila dipersekolahan (1994: 20), yaitu:

a. Sebagai sosok Pendidikan Nilai-Moral dan Norma Pancasiia, ia harus mampu menampilkan perangkat tatanan nilai-moral

dan norma Pancasiia dalam kelima fungsi perannya secara

utuh, bulat dan berkesinambungan; dan dia harus

mempribadi dalam sistem nilai dan keyakinan peserta didik,

menjadi suara hati penuntun sikap berkiprah dalam berbagai

kehidupan kini serta kelak kemudian hari.

b. Sebagai Pendidikan Politik, dia harus mampu membina peserta didik menjadi manusia warganegara Indonesia yang melek politik, yang memikili kesadaran berbangsa dan

bernegara.

c. Sebagai Pendidikan keilmuan, membawa konsep, dalil, teori,

hukum yang termuat dan tersirat serta berlandaskan

Pancasiia yang mampu membekali peserta didik ke arah

belajar/studi lebih lanjut dalam bidang ilmu yang terkait dengan konsep teori, nilai dan moral Pancasiia.

Menyimak tujuan PPKn sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa

(22)

dengan nilai-nilai moral Pancasiia. Masalahnya sekarang adalah siswa hidup

dalam lingkungan yang sangat beragam, banyak hal yang senantiasa

berubah dan mempengaruhi perilaku siswa dalam berpikir, menilai,

menghargai hidup. Kesemuanya ini dapat berakibat pada terjadinya

kekaburan nilai-nilai yang ada dan kekaburan dimensi nilai dalam proses

perkembangan dan perubahan masyarakat, maupun dalarn pribadi

seseorang. Pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, sekolah maupun

masyarakat diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan

tersebut,.

Keselarasan dan kerjasama antara ketiga lingkungan pendidikan

tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi pembinaan perilaku siswa,

sebab seperti dikemukakan oleh Achmad Sanusi (1994: 23) bahwa

"perilaku siswa dipengaruhi oleh kehidupan dalam lingkungan keluarga,

sekolah (diantaranya PPKn) dan Masyarakat'.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan disengaja untuk membimbing

anak didik mengembangkan potensinya menuju kedewasaan. Sasaran

pendidikan tersebut, berupa peningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan

kreatifitas dalam proses belajar mengajar, sebagaimana tercantum dalam

kurikulum PPKn. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah

mengeluarkan keputusan tentang Penyempumaan Kurikulum PPKn

Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 979/102/Kep/1/1999. Dalam

(23)

14

kurikulum PPKn sejalan dengan tuntutan kebutuhan, perkembangan ilmu

pengetahuan dan sosial budaya.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 2 Tahun 1989

pasal 39 ayat 1 dinyatakan: "Pelaksanan pendidikan berdasarkan atas

kurikulum yang berlaku secara nasional yang disesuaikan dengan keadaan

lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan"

Ketentuan ini yang kemungkinan mendorong Pemerintah untuk

melaksanakan peningkatan mutu pendidikan melalui kurikulum, karena

kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturannya mengenai isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk

menyelanggarakan kegiatan belajar mengajar (Dipdikbud 1994).

Sesuai dengan pandangan kurikulum di atas, dapat disimpulkan

bahwa kurikulum memiliki dua dimensi pokok: (1) rencana mengenai isi dan

bahan pelajaran, dan (2) pedoman yang mengarahkan bagaimana kurikulum

dilaksanakan atau diimplementasikan (Nana Syaodih S, 1997:199)

Mengacu kepada tujuan kurikulum yang diharapkan , tentu perubahan

nilai moral Pancasiia yang terjadi sekarang ini, akan dapat diantisipasi oleh

pendidikan. Pendidikan memberikan antisipasi kepada perubahan nilai-nilai

moral Pancasiia yang lebih baik yang didasarkan kepada pengetahuan,

identitas diri, sikap, perilaku dan interaksi antara siswa yang berasal dari

(24)

15

Maka itu kurikulum sebagai pedoman dalam melaksanakan proses

belajar mengajar, serta kurikulum hendaknya mampu menggambarkan

tuntutan perkembangan peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik

merupakan elemen penting dari masyarakat. Berdasarkan hal tersebut

Romberg, menyatakan bahwa tujuan "kurikulum sebagai sekumpulan

rencana belajar yang diharapkan dan perencanaan operasional bagi

pencapaian belajar tersebut". Kurikulum merupakan rencana yang lengkap

dengan tujuan-tujuan, metode-metode dan kegiatan-kegiatan.

Tujuan kurikulum seperti ini secara sadar atau tidak memberikan

tuntutan kepada pengelola pendidikan untuk mampu dan sadar akan

pentingnya memperhatikan kebutuhan peserta didik sebagai pengguna

layanan pendidikan dalam penerapan kurikulum yang akan disampaikan

kepada mereka.

Guna mewujudkan harapan tersebut, sekolah hendaknya mampu

merencanakan suatu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi

harapan peserta didik tersebut. Model pembelajaran yang dimaksudkan di

sini adalah model pembelajaran yang mampu memberikan nilai-nilai moral

Pansasila yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan harapan dapat

memperkaya, memperiuas wawasan pengetahuan dan kemampuan serta

mengembangkan nilai, sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan

kemampuan yang telah mereka pelajari dari mata pelajaran PPKn. Hal ini

(25)

9£KTTT-16

model akan sangat didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikan serta

kemungkinan pencapai hasil yang optimal, tetapi perlu disesuaikan dengan

sistem pendidikan mana yang digunakan. Artinya bahwa pengembangan

model pembelajaran akan sangat ditentukan oleh adanya sistem pendidikan

yang berlaku.

Pengembangan model pembelajaran yang dimaksudkan dalam

penelitian ini akan bersangkut paut dengan pengembangan model

pembelajaran VCT . Dasar pertimbangan dilaksanakan penelitian ini adalah

berkaitan dengan perubahan nila-nilai Pancasiia dalam budaya masyarakat

yang secara langsung atau tidak memberikan pengaruh kepada nilai, moral

serta perilaku siswa. Di mana dalam perubahan nilai-nilai Pancasiia yang

tidak sesuai dengan budaya akan terjadi hambatan-hambatan yang dapat

mengganggu proses perubahan sikap dan perilaku siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu melalui penelitian model pembelajaran VCT akan

diketahui nilai, moral dan norma yang sesuai dengan moral dan kebudayaan

masyarakat. Untuk lebih mudah memahami alur atau konsep berpikir dalam

pengembangan variabel penelitian, dapat dilihat dalam kerangka berpikir

(26)

KONSEP BELAJAR - Humanistik

•Futurrologis

• Era Globalisasi

• Pengalaman GURU • Profesional Keterampilan Kreatif Tanggung Jawab SISWA Intelektual Motivasi Emosional, Usia Kreativitas, Fisik 17

MATA PELAJARAN PPKn Karakteristik:

- Memahami dengan nalar - Pengamalan dan Pembiasaan

- Menanamkan nilai dan norma

- Mengembangkan terhadap kehidupan

1

MODEL PEMBELAJARAN

FASILITAS

- Sarana Pelajaran

- Prasarana -Ruangan - Alat Peraga

Bagan 1.1

Peta Variabel Teoritis

HASIL BELAJAR LINGKUNGAN Ling. Masyarakat Keharmonisan Keluarga Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial

2. Perumusan Masalah

Secara lebih makro, era globalisasi yang melanda dunia, termasuk

Indonesia, membawa dampak adanya perubahan-perubahan tata nilai

kehidupan masyarakat yang tampak lebih mementingkan diri sendiri serta

berperilaku egois. Dari sinilah muncul permasalah yang menjadi dasar

timbulnya gagasan untuk memberikan pengajaran nilai yaitu bermuara pada

pendidikan nilai melalui mata pelajaran PPKn.

Dengan demikian, pelaksanaan proses belajar mengajar PPKn

(27)

18

kembali, tidak hanya menekankan pada nilai-nilai Pancasiia semata, tetapi

lebih menitik beratkan pada pengembangan sikap serta perilaku siswa dalam

kehidupan sehari-hari.

Upaya untuk mengkaji kembali pelaksanan pengajaran PPKn di

sekolah semakin mendesak apabila dikaitkan dengan adanya krisis-krisis

yang terjadi akibat perubahan-perubahan secara pesat yang menyangkut

seluruh tata kehidupan manusia saat ini, yang ditandai munculnya

konflik-konflik, ketegangan maupun hilangnya keseimbangan dalam kehidupan

manusia, telah pula merubah tidak saja pada kebiasaan dan tingkah laku

manusia, tetapi juga pada moral yang mendasarinya. Melalui pendidikan

moral yang diselenggarakan di sekolah dengan baik, diharapkan para siswa akan mampu menangkal nilai budaya negatif yang terlihat sedang

berkembang saat ini. Budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasiia

ini adalah terjadinya budaya main hakim sendiri, tawuran dan perbuatan

negatif lainnya yang cenderung mengabaikan nilai-moral yang dianut bangsa

Indonesia.

Pendidikan moral sebagai bagian integral dari pendidikan nasional

merupakan : "suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk

mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia berpancasila".

Adapun tujuan pengajaran PPKn kelas 2 SLTP sebagaimana disebutkan di

(28)

19

a. mengemukakan tanggapan/penilaian secara nalar tentang

sikap perilaku yang ada dan seharusnya ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Memberikan ktarifikasi nilai-moral daripada sejumlah keadaan dan kejadian yang terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

C. Mengamalkan sejumlah sikap perilaku terpuji dan sesuai dengan nilai moral yang berlaku dalam kehidupan negara Repubilik Indonesia.

Begitu juga Nasution (1989: 141) menyatakan bahwa: Perubahan

kepercayaan (yang akan menimbulkan juga perubahan dalam sikap,

nilai-nilai dan akhirnya kelakuan) terjadi akibat interaksi dengan lingkungan dan

adanya informasi baru. Perubahan tersebut terjadi melalui: kelima

dasar-dasar Pancasiia. Selanjutnya dikatakan:

Tiap guru bertanggung jawab membantu siswa agar ia tumbuh

dan berkembang, agar kelakuannya berubah dalam dimensi-dimensi yang digariskan dalam moral. Tujuan moral sangat essensial bagi hidup setiap individu agar hidup harmonis dalam

masyarakat dan karena itu tujuan tersebut harus mempunyai

tempat yang sentrai dalam kurikulum dan disain instruksional

pada semua tingkatan pendidikan. Hanya dengan cara demikian siswa akan dapat mengubah kelakuannya agar menjadi warga negara yang efektif dan produktif.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini akan

dikembangkan suatu model pengajaran pendidikan moral yang didasarkan

pada pengembangan model pembelajaran VCT, gambaran tersebut

memperiihatkan bahwa proses pendidikan dipengaruhi oleh adanya berbagai

kondisi kultural dan kondisi sosial yang menyangkut norma, niali- nilai serta

(29)

20

Uraian di atas, memberikan rujukan bahwa pengembangan model

pembelajaran VCT hendaknya mampu mengacu kepada berbagai

permasalahan yang dihadapi.

Berdasarkan fenomena di atas, maka fokus penelitian yang akan

dijadikan masalah dalam penelitian ini berkenaan dengan "pengembangan

model pembelajaran VCT PPKn di kelas 2 SLTP Negeri Kabupaten

Sumedang"

Mengacu kepada rumusan masalah umum tersebut secara

operasional dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana gambaran umum kurikulum PPKn yang sarat nilai - moral

dalam pembelajaran pada saat ini ?

2. Model pembelajaran pendidikan moral seperti apa yang sesuai dengan

kebutuhan siswa guna mengantisipasi pergeseran nilai ?

3. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan oleh guru ( sekolah ) dalam

mengimplementasikankan model pembelajaran VCT PPKn yang cocok

di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ?

Untuk mempermudah pemahaman dalam menelaah penelitian yang akan

(30)

SISWA

GURU

SUMBER BELAJAR

BESAR KELAS JAMPERTEMUAN

Kurikulum -Tujuan -Isi

KLIM SOSIAL&

PSIKOLOGIS LINGKUNGAN

Bagan 1.2

Peta Variabel yang Teriibat Dalam Pembelajaran Pendidikan Moral

3.Definisi Operasional

Penelitian ini dimaksudkan guna pengembangan model pembelajaran

VCT dalam pengembangan nilai-nilai Pancasiia dan Kewarganegaraan.

Berkenaan dengan ini, untuk menghindari kesalahan dalam pengertian, perlu

dijelaskan batasan ruang lingkup penelitian ini yang berkaitan dengan

variabel penelitian, sehingga dapat diperoleh sasaran yang jelas dalam

penelitian ini. Seperti pendapat Tuchman (1975: 79) tentang definisi

operasional yaitu "An operational definition based on observable

characteristics of that which's in being defined ". Sedangkan

pengertian model pembelajaran dalam penelitian ini mengacu pada

pendapat Saripuddin dan Toeti (1994: 78) yang mengemukakan

bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

(31)

22

secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Model VCT menjadi penekanan dalam model pembelajaran yang

akan dikembangkan dalam penelitian ini. Yang dimaksud dengan model VCT

di sini adalah proses belajar mengajar yang dapat menerapkan model

informasi yang tepat, sehingga menghasilkan suatu jenis perbuatan yang

berguna bagi siswa sehingga mampu menentukan diri mereka sendiri secara

lebih berguna. Suwarma Almukhtar, menjelaskan bahwa model merupakan

suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan suatu kegiatan.

VCT (Value Clarification Technique), menurut Cheppy, (1988: 29)

"Pendekatan ini (klarifikasi nilai) membantu subyek didik menentukan dan

menguasaai nilai-nilai mereka sehingga mampu menentukan diri mereka

sendiri secara lebih berarti dan pasti"

"Essensi diperlukan pendidikan nilai supaya apa yang menjadi milik potensial manusia selalu terbina berkembang, manusia memiliki beliefe dan value system di mana berbagai nilai moral terpadu menjadi organized value berminifestasi menjadi virtual and based of culture society, institusion and person". ( Milton Rokeah, yang dikutip A. Kosasih Djahiri, 1996: 4).

Pendidikan moral menurut Nasution (1989: 132) berkenaan dengan

pertanyaan yang benar dan salah dalam hubungan inter-personal, antara

manusia dengan manusia lainnya, yang meliputi konsep-konsep seperti

e

harkat manusia, harga diri manusia, kepedulian terhadap manusia, sikap

(32)

Berdasarkan

pendapat di atas, maka yang dimaksud VCT dalam

penelitian ini adalah suatu metode, teknik atau strategi pengajaran afektif di

mana siswa di tuntut untuk mengungkapkan, menemukan dan menghargai

nilai mereka sendiri maupun nilai-nilai yang diberikan oleh gurunya di dalam

kelas maupun di luar kelas.

Dengan menggunakan Pola PVCT mampu mendengarkan isi pesan

dan moral serta jiwa semangat yang tersirat dan tersurat dalam suatu kajian

pelajaran, serta mengajak kita (khususnya siswa) bertamasya ke alam

hakekat isi pesan nilai dan moral secara multi dimensional serta mencoba

mencari landasan moral dan tuntutan moral.

Dengan PVCT siswa dibina dan diberi pengalaman belajar serta

ditingkatkan potensi afektualnya sehingga memiliki kepekaan dalam berbagai

landasan dan tuntutan nilai moral kehidupan. (A. Kosasih Djahiri, 1996: 65)

PPKn adalah upaya membina, menanamkan dan meningkatkan

moralitas seseorang atau moralitas masyarakat berdasarkan suatu tuntutan

moral dilingkungan hidupnya, ini berarti bahwa nilai moral pencasila yang

tadinya bersifat moral umum melalui pendidikan PPKn akan menjadi

moralitas, kemudian menjadi sikap, keyakinan, dan akhirnya menjadi nilai

yang menyatu dengan nilai lain yang telah ada dalam dirinya, nilai tersebut

akan menjadi dasar dan arah dalam kehidupannya. ( A. Azis Wahab,

(33)

24

Dari pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan PPKn dalam

penelitian ini adalah upaya guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas

maupun di luar kelas yang berkaitan dengan mata pelajaran PPKn.

4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah model

pembelajaran VCT yang menekankan pada nilai-nilai serta moral budaya

yang lebih baik yang di dasarkan pada perilaku kehidupan sehari-hari, hal ini

dikarenakan pendidikan nilai, moral memberikan bekal kepada siswa untuk

mampu hidup dalam dunia nyata di lingkungan masyarakatnya. Dengan

gambaran tersebut dapat dijadikan untuk memperbaiki arah sistem

pengajaran terutama yang berkenaan dengan pelaksanaan model

pembelajaran VCT di tingkat SLTP. Sehubungan dengan tujuan tersebut

secara spesifik diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:

(1) Untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai terjadinya krisis moral.

Melalui pemahaman tersebut, diharapkan akan memperoleh gambaran

yang dapat dijadikan acuan dasar yang menyangkut nilai-nilai moral yang

tidak sesuai dengan kondisi saat ini

(2) Untuk mengetahui rumusan model pembelajaran VCT yang sesuai

dengan kebutuhan siswa, sehubungan terjadinya pergeseran nilai dalam

(34)

25

(3) Untuk mengetahui pemahaman guru mengenai upaya-upaya dalam

mengimplementasikan model pembelajaran serta mengantisipasi

terjadinya pergeseran nilai - nilai budaya yang memungkinkan

memberikan dampak terhadap nilai - moral siswa yang sedang

berkembang pada saat sekarang.

Dari uraian tersebut dapat dideskripsikan dan dianalisis, ini akan

memperoleh gambaran bagaimana pengembangan model pembelajaran VCT

PPKn tersebut, yang pada akhimya berpengaruh terhadap siswa, artinya

siswa dapat memperoleh nilai luhur dan moral yang dapat diwujudkan dalam

perilaku sehari-hari baik di kelas/sekolah, maupun masyarakat.

Berdasarkan hasil dan analisis, kemudian dicoba untuk memberi saran

atau rekomendasi dalam rangka perbaikan pelaksanan pengajaran PPKn

melalui metode VCT dan meningkatkan nilai luhur serta moral yang berakar

pada budaya bangsa dapat diwujudkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

5. Manfaat Penelitian

Melalui pengakajian konseptual maupun temuan-temuan otentik di

lapangan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan bahan

pemikiran yang bermanfaat bagi para pengelola pendidikan, baik itu Kepala

sekolah, guru maupun pengelola pendidikan lainnya yang sedang berjalan

saat ini. Dari hasil penelitian diharapkan dapat diperoleh suatu model

(35)

26

menangkal terjadinya krisis moral yang berkaitan dengan terjadinya

kekaburan nilai-nilai yang ada dan kekaburan dimensi nilai yang sebenarnya.

a). Temuan penelitian ini, secara teoritis dapat bermanfaat memberikan

sumbangan

masukan

berupa

prinsip

bagi

peningkatan

kualitas

pelaksanaan model pembelajaran

b). Hasil penelitian ini diharapkan pula, bagi penulis dapat dipergunakan

sebagai dasar pertimbangan pembinaan profesi penulis (guru) dalam

upaya peningkatan pemahaman penulis terhadap

permasalahan-permasalahan yang ada di dalam pengajaran PPKn, serta untuk lebih

memantapkan wawasan dan pengalaman menuju peningkatan kualitas

diri.

c). Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar bagi guru-guru

untuk lebih memahami dalam upaya pembinaan kedisiplinan anak baik

terhadap nilai-moral-norma yang berlaku di lingkungan sekolah, di

lingkungan keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Di samping itu

bagi orang tua, pendidik lainnya dalam upaya membina anak-anak didik

mereka menjadi anak-anak yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi

terhadap nilai moral yang berlaku, sehingga terciptalah diri anak sebagai

(36)
(37)

90

BAB 111

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan Research and Development yang

bertujuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran guna

menghasilkan suatu produk. Research and Development mempakan model

pembelajaran yang dapat menghasikan atau mengembangkan kemampuan

siswa berpikir kritis sesuai dengan perkembangan masyarakat yang

mengalami perubahan sangat cepat. Di mana metode ini dapat dipandang

sebagai metode atau pendekatan dalam proses belajar mengajar PPKn yang

menekankan kepada pengembangan kemampuan siswa untuk menemukan

dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial, sebagaimana dikemukakan

oleh Borg & Gall (1987: 8) sebagai berikut::" The major purpose of research

and development efforts is not to formulate or test theory but to develop

effective product for use in schools"

Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall

(1979: 624): "Educational research and developmen is a process used to

develop and validate aducational product".

Produk sebagai hasil dari research and development bukan berupa

(38)

91

dan proses pembelajaran, sebagaimana dijelaskan oleh Borg dan Gall (1979:

624) sebagi berikut:

Our use of the term "product" includes not only material objects,

such as texbooks, instruksional films, and so forth, but is also intended to refer to estableshed procedures and processes, such as a method of teaching or a method for organizing

instruction;

Melalui research and Development akan memperoleh sebuah produk,

dalam penelitian ini produk yang diharapkan adalah model pembelajaran

VCT PPKn yang menekankan pada nilai-nilai moral Pancasiia yang sesuai

dengan kehidupan masyarakat serta meningkatkan perilaku siswa yang baik

dalam kehidupan sehari-hari pada masa sekarang, dan masalah-masalah

yang aktual.

Metode penelitian dan pengembangan ini memiliki sepuluh langkah

dalam pelaksanaannya. Langkah pengembangan model dengan research

and development menumt Borg dan Gall (1979: 625-636) adalah sebagai

berikut:

(1). Penelitian dan pengembangan informasi, meliputi: deskripsi produk yang

diusulkan, outline sementara, dan tujuan produk.

(2). Perencanaan, dalam perencanan , kegiatan ini dilakukan adalah: (a)

menentukan tujuan yang akan dicapai dari produk yang dihasilkan. (b)

Estimasi biaya yang diperlukan, pimpinan proyek dan waktu yang

diperlukan dalam pengembangan. (c) antisipasi bahan-bahan yang

(39)

92

(3). Mengembangkan bentuk produk awal. Pada tahap ini kegiatan yang

dilakukan adalah: (a) mendeskripsikan kegiatan yang berhubungan

dengan nilai-nilai moral yang harus dikuasai guru, (b) Menyusun format

observasi dan interviu akan dipergunakan dalam ujicoba lapangan.

dengan observasi dapat kita peroleh suatu gambaran yang lebih jelas

tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode-metode

lain". (Nasution, S. 1988: 122).

Di samping itu memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian

mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi sebenarnya.

Format observasi ini akan dipergunakan sebagai aiat parekam kegiatan

pembelajaran saat model dicobakan, yang bermanfaat untuk memberikan

feedback sesegera mungkin, yang akan dipakai sebagai pedoman

perbaikan/revisi model.

(4). Persiapan ujicoba lapangan (mengadakan tes awal)

(5). Revisi produk ( preliminary field test and product revision). Tahap ini

dimaksudkan untuk penilaian secara kualitatif terhadap model yang

dikembangkan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengujicobakan model

yang akan dikembangkan di sekolah. Hasil ujicoba ini akan dievaluasi,

dari hasil evaluasi dipakai sebagai feedback yang akan dipergunakan

sebagai pedoman perbaikan model. Data hasil preliminary test and

revision ini akan dikompilasi dan dianalisis yang didukung oleh studi

(40)

93

berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas, serta sebagai

bahan bandingan utama dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan

serta untuk mengetahui secara obyektif kesiapan model untuk diterapkan.

(6). Main filed testing and product revision, tahap yang ke enam ini

dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan model dalam penerapan

sekolah.

(7). Merevisi produk operasional

(8). Mengadakan tes lapangan

(9). Merevisi hasil akhir

(10).

Implementasi, dalam operasional filed testing and final production,

langkah terakhir ini dimaksudkan untuk menghasilkan suatu

program/produk bam yang benar-benar siap untuk dipakai di lapangan.

(penyebarluasan dan pendistribusian)

Berkenan dengan penelitian yang dilakukan, maka dari kesepuluh

langkah tersebut disederhanakan ke dalam tiga langkah;

1. Studi pendahuluan yang dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah

mengkaji berbagai hal yang terdapat pada literature, baik itu hasil

penelitian. Dari kajian tersebut, diperoleh gambaran teoritis sebagai bahan

kajian dalam pembuatan desain penelitian.

2. Penyusunan model ini dilakukan untuk menyusun rancangan awal, untuk

(41)

94

3.Pelaksanan ujicoba ini dilakukan kepada kelas terbatas, setelah

diujicobakan pada kelas terbatas, maka melangkah selanjutnya adalah

melakukan evaluasi dan dari hasil evaluasi tersebut dilakukan revisi atau

penyempumaan, untuk diujicobakan pada kelas yang lebih luas

B. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan diungkapkan dengan

menggunakan teknik utama observasi dan dilengkapi dengan interview serta

studi dokumentasi. Untuk itu akan dikembangkan dari masing-masing teknik

agar dapat mengungkapkan nilai-nilai moral Pancasiia yang ditujukan untuk

pengembangan model kurikulum PPKn yang didasarkan atas sikap dan

perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun tehnik pengumpulan data yang dipergunakan ialah:

(1).Tehnik Observasi.

Untuk lebih jelasnya observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas,

perilaku dan keadaan:

a. Gum PPKn, dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas

baik ucapan maupun tindakkannya dalam mengembangkan nilai-nilai

pada diri siswa, terutama berkaitan dengan model pembelajaran VCT

yang digunakan sesuai dengan kondisi saat ini.

b. Siswa, dalam melaksanakan proses belajar di kelas, aplikasi nilai-nilai

(42)

95

berpikir maupun sikap-sikap di dalam kelas, khususnya yang berkaitan

dengan strategi dan teknik penilaian yang digunakan di SLTP.

(2). Tehnik Komunikasi Langsung (Wawancara).

Adapun yang dijadikan informan dalam wawancara ini adalah:

a. Gum PPKn, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan rumusan

tujuan, memilih dan mengembangkan program/bahan, memilih model

pembelajaran VCT dan penilaian proses serta hasil belajar mengajar

yang sesuai dengan kondisi saat ini.

b. Siswa, untuk memperoleh informasi tentang proses belajar PPKn,

perolehan nilai-nilai melalui PBM PPKn, manfaat nilai-nilai tersebut

dalam hal apa nilai-nilai tersebut diterapkan.

c. Kepala sekolah, untuk memperoleh data gum PPKn, pola pembinaan

pelaksanaan tugas gum maupun perilaku siswa.

(3). Dokumentasi.

Dalam pelaksanaannya, pengumpulan data ini dilakukan melalui tahapan:

a. Tahap orientasi, bempa kegiatan survai pendahuluan pada 5 kelas

yang dijadikan obyek penelitian. Dalam tahap orientasi ini dikumpulkan

data awal melalui wawancara dengan Kepala Sekolah dan studi

dokumentasi. Dari hasil eksplorasi ini kemudian dirumuskan

batasan-batasan masalah dan penentuan obyek penelitian.

b. Tahap eksplorasi, sebagai tindak lanjut dari tahap orientasi lapangan

(43)

96

batasan masalah yang telah ditetapkan. Dalam tahap eksplorasi ini

peneliti melibatkan diri secara langsung dalam PBM dan berusaha

untuk mengumpulkan data akurat melalui wawancara langsung dengan

responden dikaitkan dengan temuan-temuan yang diperoleh melalui

observasi langsung.

c. Tahap "member check" ,tahap ini dimaksudkan untuk mengecek

kembali kebenaran informasi atau data yang diperoleh melalui metode

observasi dan wawancara pada tahap eksplorasi. Dalam tahap ini, data

yang telah dikumpulkan dideskripsikan dan di analisis untuk kemudian

di komunikasikan kembali guna mendapatkan konfinmasi sehingga

tingkat kebenaran data dapat dipercaya.

C. Prosedur Pengembangan Model

1. Penyusunan Rancangan Model

Di dalam menyusun rancangan model ini, kegiatan yang dilakukan adalah

(a). Analisis model yang ada, yaitu model klarifikasi nilai yang berkenaan

dengan pendidikan nilai yang didasarkan atas Value Clarification

Technique dalam pembelajaran di SLTP dan model yang sesuai

dengan kurikulum PPKn 1994.

(b). Pengkajian model yang relevan dengan pendidikan anak usia SLTP.

(c). Penentuan sistematika model.

(44)

2. Penyusunan Draf Rancangan Model

Penyusunan model dikembangkan berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang telah dilakukan di dua sekolah yang ada di Sumedang

dan kajian literatur yang mendukung terhadap pengembangan model ini.

Dalam penyusunan model, langkah-langkah yang dilakukan meliputi: (a),

menetapkan tujuan; (b). materi yang diberikan kepada siswa yaitu mencakup

materi rela berkorban; (c). mengembangkan perencanan pengajaran; (d).

proses pembelajaran; (e) menetapkan metode; (f). menetapkan alokasi

waktu yang disesuaikan dengan topik pembelajaran; (g). mengembangkan

alat evaluasi.

a. Menetapkan tujuan

Tujuan dikembangkannya model pembelajaran VCT PPKn

dimaksudkan untuk memberikan masukan bagi pengembangan model

pembelajaran pendidikan nilai (moral) yang ada.

b. Materi yang diberikan kepada siswa

Materi yang disajikan berkenan dengan pengembangan model ini

adalah berkenaan dengan rela berkorban.

c. Mengembangkan perencanan pengajaran

Perencanan pengajaran dikembangkan berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang materinya berkenaan dengan rela berkorban.

RENCANA PELAJARAN

(45)

98

1. Pokok Bahasan : Rela berkorban 2. Kelas/Caturwulan : 2/3

3. Waktu : 2 x (2 x 45 menit)

3. Tujuan Pembelajaran:

- Siswa dapat menjelaskan makna rela berkorban yang berkenaan

dengan kehidupan sehari-hari.

- Siswa dapat mendeskripsikan manfaat rela berkorban bagi kehidupan

masyarakat.

- Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh rela berkorban yang ada

dikehidupan sehari-hari.

d. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan pelaksanan dari perencanaan

pengajaran yang telah dikembangkan. Berkenanan dengan pengembangan

model ini, proses pembelajaran yang dikembangkan mencakup tiga langkah

pembelajaran, yaitu: (1). kegiatan awal, (2). kegiatan inti, (3). kegiatan akhir.

(1). Kegiatan Awal

Dalam kegiatan awal, yang dilakukan oleh gum dan siswa meliputi:

- Gum melakukan apersepsi yang dimaksudkan untuk melihat

kesiapan siswa secara konsep berkenanan dengan materi yang

(46)

99

-

Mengadakan perbincangan mengenai kehidupan sehari-hari yang

berkenaan dengan nilai pancasiia yang sesuai dengan moral

bangsa.

-

Mengadakan tanya jawab, dengan tanya jawab ini gum mengetahui

pemahaman siswa akan nilai moral budaya yang berkembang.

(2). Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, gum bisa mengembangkannya dengan berceritra

mengenai materi itu dikaitkan dengan fenomena yang sedang berkembang

pada saat sekarang dengan menberikan contoh-contoh aktual yang bisa

membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

tersebut. Melalui centra tersebut, selanjutnya gum mempersilahkan siswa

untuk menanggapi dan sekaligus mengemukakan pemahamannya akan

materi yang telah diberikan.

(3). Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir, siswa mampu membuat suatu kesimpulan yang

dianggap mampu mewakili pemahaman siswa akan nilai- nilai budaya yang

berkembangn di masyarakat Dalam kegiatan akhir ini, gum memberikan tes,

tes ini tidak dalam bentuk hasil saja yang bempa kemampuan kognitif,

melainkan yang hendak ditelaah dari hasil penelitian ini berkenaan dengan

kemampuan siswa dalam aspek afektifnya (target nilai) yang akan diungkap

dengan skala sikap yang berbentuk percontohan (example of the

(47)

100

e. Menetapkan metode

Metode yang digunakan dalam pengembangan model ini yaitu metode

Tanya jawab. Diskusi, ceramah dan bermain peran.

f. Menetapkan alokasi waktu yang disesuaikan dengan topik pembelajaran

Menelaah kedalaman dan keluasan materi pada pokok bahasan yang

akan diajarkan, alokasi waktu yang memungkinkan dan sesuai dengan yang

telah ditetapkan dalam GBPP yaitu 2 x 45 menit dalam setiap minggunya.

g. Mengembangkan alat evaluasi

Alat evalusi yang dikembangkan tidak hanya mengukur aspek kognitif

saja, tetapi lebih ditekankan pada aspek afektifnya (target nilai). Oleh karena

itu alat evaluasi tang dikembangkan bukan hanya menekankan kepada

pemyataan yang memeriukan jawaban, melainkan bagaimana siswa mampu

memahami dan mengimplementasikan kemampuannya dalam kehidupan

sehari-hari.. Jadi tes yang diberikan dengan VCT skala sikap yang berbentuk

percontohan (example of the examploritory behavior).

3. Ujicoba Model (terbatas)

Pelaksanan uji coba dilakukan

hanya bersifat terbatas, karena

pelaksanaannya hanya dilakukan pada satu sekolah. Pelaksanaannya

(48)

101

hasil studi pendahuluan. Hasil studi pendahuluan merupakan dasar awal

untuk penyusunan model pembelajaran VCT PPKn.

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam ujicoba model adalah :

a. Persiapan ujicoba, dimulai dengan pengenalan model kepada kepala

sekolah dan para guru, melalui informasi dan diskusi. Kemudian

dilanjutkan dengan pembagian tugas semua guru yang akan

dilibatkan secara langsung dalam ujicoba ini.

b. Pelaksanaan ujicoba. Ujicoba dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:

♦ Penyusunan rancangan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti

bersama gum.

♦ Implementasi rancangan pembelajaran dalam proses

pembelajaran di kelas, yang akan dilakukan oleh guru.

♦ Evaluasi terhadap rancangan dan implementasi, yang dilakukan

pada saat implementasi dengan tehnik observasi terhadap proses

pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan oleh peneliti

Tahap-tahap ujicoba ini dapat digambarkan dengan bagan 1.3 pada

halaman berikut:

4. Uji coba lebih luas

Rencana Pengajaran

1. Pokok Bahasan : Rela berkorban

(49)

Bagan 1.3

Alur Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran

(50)

102

3. Tujuan Pembelajaran:

- Siswa dapat menjelaskan makna rela berkorban yang berkenaan

dengan kehidupan sehari-hari.

- Siswa dapat mendeskripsikan manfaat rela berkorban bagi kehidupan

masyarakat.

- Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh rela berkorban yang ada

dikehidupan sehari-hari.

4. Materi Pembelajaran

- Cinta dan rasa iba

- Memahami orang lain

- Rasa berterima kasih

5. Prosedur pembelajaran:

a). Kegiatan Awal

- gum melakukan apersepsi

- mengadakan diskusi mengenai kehidupan sehari-hari

- mengadakan Tanya jawab mengenai materi yang berkenaan dengan

nilai-nilai rela berkorban.

b). Kegiatan Inti

- Menjelaskan materi rela berkorban dikaitkan dengan fenomena yang

(51)

103

-

Memberikan penegasan kepada siswa akan pentingnya memahami

materi tersebut, dengan cara Tanya jawab dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi.

c). Kegiatan Akhir, yaitu melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

- memberikan ulasan sebagai kesimpuian terhadap materi yang telah

disampaikan

-

memberikan tes, tes yang dilaksanakan hanya melihat kemampuan

siswa dari aspek sikap, tes yang akan diungkap dengan skala sikap

yang berbentuk percontohan

Implementasi

Merupakan langkah inti dari rencana pengajaran yang telah ditetapkan

di atas. Dalam implementasi ini ditelaah berkenaan dengan kegiatan yang

dilaksanakan oleh gum selama PBM beriangsung. Kegiatan implementasi

seperti yang terobsevasi oleh peneliti meliputi kegiatan:

a) Kegiatan Awal

-

Dalam kegiatan awal sebagai pembuka pelajaran, gum memberikan

penjelasan

mengenai

tujuan

yang

hendak

dicapai.

Dalam

penyampaikan tujuan, gum sudah menjelaskan dengan cukup

mendetil.

-

Dalam apersepsi, gum mampu menerapkan dan memberikan

(52)

104

siswa mengenai keterkaitan antara materi dengan model yang

dikembangkan.

- Gum sudah mampu menelaah dan sekaligus memberikan klarifikasi

kepada siswa mengenai keterkaitan materi yang akan disampaikan

sesuai dengan model yang dikembangkan.

- Siswa berani mengungkapkan pertanya dan menjawab.

b). Kegiatan Inti

- Di mana guru sudah berusaha untuk menjelaskan materi dimulai dari

pengertian, konsep dasar, keterkaitan antara nilai-nilai budaya

bangsa dengan penerapan model yang dikembangkan.

- Dalam penjelasan ini gum juga selalu mengkaitkan dengan

contoh-contoh aktual dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu

mempermudah pemahaman siswa.

c). Kegiatan Akhir.

- memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah

disampaikannya.

- Memberikan kesempatan bertanya jawab mengenai materi yang telah

disampaikan

- Diberkan tugas bempa laporan yang berkenaan dengan sikap siswa

(53)

105

Evaluasi

Evaluasi yang dilaksanakan mempakan pos tes yang berkenaan

dengan uji coba model yang telah diimplementasikan. Kegiatan evaluasi ini

ditekankan pada aspek afektif (target nilai). Sehingga hasil yang diperoleh

berkenaan dengan pemahaman siswa rata-rata sebesar 5,45. Dimana

sebanyak 91,07%, siswa telah memahami konsep rela berkorban dalam

kehidupannya.

5. Ir.terpnatasi Data Hasil Ujicoba

Data hasil ujicoba, divalidasi terlebih dahulu sebelum dilakukan

interpretasi. Menurut Nasution (1992 :115) untuk mengecek validitas internal

(kredibilitas) data, dapat dipergunakan tehnik trianggulasi. Maksudnya

adalah data yang diperoleh di cek kebenarannya dari sudut pandang bisa

mengakses data yang relevan dengan situasi pembelajaran. Kedua sudut

pandang tersebut adalah gum dan sekolah , sehingga data yang diperoleh

memiliki validitas yang tinggi. Data yang telah di validasi diinterpretasikan

berdasarkan kerangka teoritik, norma norma yang disepakati atau

berdasarkan intuisi guru mengenai situasi pembelajaran yang baik, sehingga

diperoleh kerangka referensi (frame of reference) yang memberikan makna

terhadapnya. Kerangka referensi ini dapat digunakan untuk menentukan

(54)

106

7.Analisis Keberhasilan Model

Untuk mengetahui keberhasilan model yang dihasilkan dalam

penelitian ini, akan ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aspek pencapaian

tujuan, aspek siswa dan aspek gum. Adapun indikator keberhasilan

model adalah sebagai berikut:

a. Indikator keberhasilan model dilihat dari aspek gum adalah :

1. Guru mampu menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan

model

2. Gum mampu menerapkan rancangan pembelajaran dalam

kegiatan belajar mengajar

b. Indikator keberhasilan mode! ditinjau dari siswa adalah sebagai

berikut

Siswa secara aktif mau melakukan kegiatan berikut

1. Kegiatan belajar yang berfbkus pada pengembangan kemampuan

bersikap yang baik: (a).Mau melakukan perilaku yang sesuai

dengan norma. (b).Berani berbicara atau bertanya

2. Kegiatan belajar yang berfbkus pada pengembangan daya pikir

dan keterampilan:

a. Mau mengikuti kegiatan proses belajar

b. Dapat menyelesaikan tugas dengan benar

(55)

107

Model yang dikembangkan dapat membantu perkembangan sikap,

emosi kemampuan berbahasa, kemampuan daya pikir, keterampilan,

kreativitas siswa secara seimbang.

D.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SLTP Negeri yang berada di

Kabupaten Sumedang.

Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan

April sampai akhir cawu 3 yaitu bulan Juni 2001

Rencana Waktu Pelaksanaan Penelitian

Jadwal Kegiatan Penelitian

No. 1. 2. 5. Kegiatan Persiapan a. Penyusunan Instrumen

(56)
(57)

144

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

^K •/

Bab ini menyajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian yang

telah dilaksanakan didua sekolah lingkungan SLTP Negeri yang ada di

Kabupaten Sumedang.

A. Kesimpulan

Kesimpulan dibagi ke dalam dua bagian,

yaitu (1). Kesimpulan hasil

studi pendahuluan, dan (2) kesimpulan hasii ujicoba.

1. Kesimpulan Hasil Studi Pendahuluan

Implementasi Model pembelajaranum PPKn yang sarat nilai

-

moral

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa secara umum bahan pelajaran PPKn yang sarat nilai-moral telah

tercantum dalam kurikulum PPKn. Hal ini dapat dilihat dari tujuan serta

prinsip kurikulum PPKn yang mengharapkan siswa memiliki kebiasaan untuk

mampu mengamalkan norma dan berperilaku yang baik, baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah.

Materi yang ada dalam kurikulum dan sesuai dengan teori

kadang-kadang kurang sesuai dengan kenyataan yang dirasakan dalam kehidupan di

masyarakat. Kekurangan sesuai ini ditunjukkan oleh hasil penilaian yang

(58)

145

sikap. Padahal yang paling terasa oleh masyarakat mengenai hal ini

berkenaan dengan sikap siswa.

Metoda yang digunakan cenderung lebih menekankan pada metode

ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Kesulitan yang dirasakan oleh guru

dalam menerapkan metoda lain adalah waktunya yang kurang.

Media yang diperlukan dalam proses pembelajaran kurang tersedia

terutama di sekolah-sekolah yang berlokasi di kecamatan dan pinggiran kota.

Upaya yang dilakukan oleh guru dalam menanggulangi kekurangan

waktu dalam menyampaikan materi adalah dengan cara memberikan

rangkuman.

Kesulitan yang dirasakan oleh guru dalam pembuatan skala penilaian

untuk penilaian aspek sikap, di mana yang ada pada saat sekarang hanya

penilaian aspek kognitif saja.

Kurangnya buku penunjang pelajaran, media pembelajaran, kesiapan

siswa, kesiapan gum dan faktor sarana dan prasarana serta penunjang

lainnya mempakan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pelaksanan

pembelajaran pendidikan nilai.

Kurangnya buku pegangan yang dimiliki gum sehingga mengalami

kesulitan dalam mengembangkan wawasan keilmuannya dalam bidang

(59)

146

Dari hasi penelitian dapat disimpukan bahwa siswa-siswa secara

umum telah menunjukkan adanya pemahaman yang cukup baik mengenai

perkembangan nilai-nilai budaya masyarakat.

2.Kesimpulan Hasi! Uji Coba

Dari hasil uji coba yang dilaksanakan diketahui bahwa secara umum

ada peningkatan aktifitas gum dalam mengajar. Baik dalam pembukaan,

pelaksanaan maupun evaluasi.

Dilihat dari metode mengajar walaupun hasilnya sudah sesuai dengan

pokok bahasan yang tercantum dalam GBPP PPKn yaitu berlandasarkan

dengan karakter bahan materi pelajaran, kemampuan belajar siswa serta

lingkungan belajar siswa, namun di lain pihak pemahamannya tentang

metoda mengajar kurang.

Begitu pula dengan penerapannya, sekalipun sebagaian sudah sesuai

dengan tujuan maupun materinya namun dari segi pelaksanannya masih

belum sesuai dengan langkah-langkah yang sebenarnya.

Dalam mengimplementasikan model yang dikembangkan ada

beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan:

Kekurangan pahaman gum dalam menjelaskan materi,

dapat

diketahui dari bagaimana guru mengembangkan materi yang terdapat dalam

pokok bahasan, namun isi dan materi, sudah ada kesesuaian artinya guru

(60)

147

atau mengupayakannya sesuai dengan tuntutan dokumen tersebut, temtama

dari segi pengembangan materi.

Dalam mengimplementasikan model yang dikembangkan umumnya di

sampaikan oleh gum sudah cukup baik, gum sudah menerapkan dan mampu

mengklarifikasi ka'rtan antar materi, gum telah melaksanakan tanya jawab.

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa bervariasi, Dengan

kegiatan belajar yang demikian ini siswa akan memperoleh pengalaman yang

luas. Mereka memperoleh kesempatan untuk mengembangkan daya pikir,

kerjasama

yang akan bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas,

memperoleh pengalaman dari berbagai contoh dan tugas yang diberikan

gum, sehingga mereka akan memperoleh berbagai pengetahuan.

Kegiatan Akhir yang dilaksanakan gum mencakup menyimpulkan

penjelasan secara umum, tes lisan

Model pembelajaran pendidikan nilai yang dikembangkan berdasarkan

hasil studi pendahuluan dan uji coba yang diimplementasikan dalam

(61)

reaaMW^ -OH'Kr PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN VCT PPKn Detain

- Tujuan = menganalisis

kehidupan nyata

• Materi := mengacu pada nilaimoral yang ada - Prosedur Pembelajaran =kegiatan awal, inti,akhir - Metode= VCT (values.clarificationdan technique)

- Sumber Belajar = buku pegangan

Implementasi - kegiatanawal

'• menjelaskan tujuan dengan

y meminta pendapat dari siswa

- terlihat adanya klarifikasi mengenai

materf dengan materi lainnya .

..'- metcde yang digunakan cermah dengan Tanya jawab diskiisllWbermain peran v. _

- siswa menunjukan adanya kemauan untuk mengikuti

KBM

- kegiatan inti

- Penjelasan materi sudah cenderung teratur

- Fokus yang dijadikan kajian sudah tidak berkutak kepada satu literatur

•y Argumen yang dituangkan oleh guru sudah

menunjukan keakuraum

. ^udah memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berpikir, meskipun beluin sepenuhnya berjalan

efektif

- Vtgiatan akhir

'-Guru sudah memberikan kesimpulan

Gambar

gambaran para siswa menghapapkan atau mampu mengembangkan potensi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari analisis data terhadap data-data hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden memilki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 23 responden

Banyak kebijakan digulirkan pemerintah terkait dengan upaya pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, di antaranya melalui uji kompetensi awal (UKA),

Kesimpulan yang didapat adalah jika hasil yang mendominasi tersebut mengarah ke sikap positif maka dapat dikatakan sikap Endar Prasasti sebagai seorang bisu tuli dapat

Meskipun leon transport merupk,m dasar utama dalam perhitung(m reaktor, akan tetapi leon difusi dengan beberapa syarat yang dipenuhi cukup dapat dipercaya untuk banyak

Untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman dan langkah oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penguatan kemitraan keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat

Apabila seorang sejarawan telah berhasil mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang akan menjadi bahan dari cerita sejarahnya, maka langkah berikutnya yang

Landasan dasar pelaksanaan syariah adalah aqidah (keimanan). Dengan aqidah yang kuat maka syariah dapat dilaksanakan dengan baik sesuai. dengan ketentuan Allah SWT. Representasi

menampilkan beberapa tanda dan kode yang muncul dalam adegan tewasnya Jessica melalui unsur sinematik film. Ditemukan beberapa elemen penting yang dapat membangun