^-r>—\ • j j i i
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN VCT PPKn
DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA
TESIS
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
IDA HERLINA 999785
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
PROGRAM PASCA SARJANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN
O
L
E
H
KETUA PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
PROF. DR. H. NANA SYAQDIH SUKMADINATA
PROGRAM PASCA SARJANA.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBARAN PENGESAHAN
UNTUK MENGIKUTI TAHAP II
PROF. DR. H. NANA SYAODIH SUKMADINATA
PEMBIWpNG il
{Lrf^Afl?^
PROF. DR. H. KOYO KARTffSURYA. MA.MSn.
PROGRAM PASCA SARJAKfA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pelajaran PPKn adalah
adanya kecenderungan pengelolaan belajar mengajar yang dilakukan
guru hanya bersifat memberikan pengetahuan di samping itu suasana dan
situasi pengajaran kurang mengarah kepada pembentukan sikap dan
perilaku siswa, tetapi iebih berorentasi pada hasil berupa angka.
Akibatnya muncul berbagai masalah yang dihadapi sekarang,
adalah kenyataan bahwa siswa hidup, dalam lingkungan yang sangat
beragam, semuanya ini akan mempengaruhi peritaku siswa. Perubahan kondisi masyarakat khususnya kondisi sosial ekonomi akan berdampak kepada perubahan-perubahan dalam cara berpikir, cara menilai, kesemuanya ini akan berakibat terjadinya kekaburan nilai-nilai yang ada dan kekaburan dimensi nilai yang sebenarnya selalu ada dalam proses
perkembangan dan perubanhan masyarakat, maupun pribadi seseorang.
Dengan menggunakan metoda Research and Development di kelas2 SLTP Kabupaten Sumedang, di mana metoda ini dapat dipandang
sebagai metoda/pendekatan dalam proses belajar mengajar PPKn yang
menekankan kepada pengembangan kemampuan siswa untuk
menemukan dan merefleksikan s'rfat-sifat kehidupan sosiai, meiaiui model
VCT dengan mefokuskan pada masalah pengembangan model,
perencanaan mengajar, penerapan proses belajar mengajar untuk melihat
keberhasilan dan peningkatan kemampuan siswa dalam perilaku yang
baik sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat.
Dengan mempertimbangkan hasil studi pendahuluan (pra survey)
serta memperhatikan kemampuan guru dan siswa setama proses
pengembangan, maka pengembangan model pembelajaran ini terdiri dari tujuan pembelajaran, KBM, alat/sumber dan evaluasi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan
terus menerus setiap kaK implementasi, ditemukan 7 prinsip pokok
pengembangan dalam KBM yaitu pemahaman model,
pengkondisian/orientasi,
penerapan
kemampuan
berpikir/bertanya,
mendorong minat serta motivasi, menghargai/reinforcement, dan analisis
keberhasilan model. Dengan menghasilkan prinsip-prinsip tersebut dalam
proses pengembangan model terjadi kecenderungan aktivitas siswa
semakin meningkat, tumbuhnya keberanian siswa untuk bertanya,
menjawab, dan mengeluarkan pendapat, tumbuhnya sikap siswa menjadilebih toleran dan menghargai pendapat orang lain serta meningkatnya
perilaku yang baik.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING \
PENGESAHAN DARI KETUA PROGRAM STUDI |j
MOTTO DAN PERSEMBAHAN IH
PERNYATAAN ,v
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMA KASIH Viii
DAFTAR ISI Xi
DAFTAR TABEL Xiii
DAFTAR BAGAN Xiv
ABSTRAK Xv
BAB I PENDAHULUAN -,
A. LATAR BELAKANG 1
B. MASALAH 12
1. Identifikasi 12
2. Perumusan Masalah yj
3. Definisi Operasional 21
4. Tujuan Penelitian 24
5. Manfaat Penelitian 25
BAB II PEMBELAJARAN VCT DALAM PPKN 27
A. Konsep Pembelajaran 27
B. Konsep Pendidikan Nilai dalam Mata Pelajaran PPKn 50
C. Konsep PPKn sebagai Pendidikan Nilai Moral, Norma 70
D. Konsep Model VCT Sebagi Salah Satu Strategi Belajar Mengajar
78
dalam Pengajaran Afektif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 90
A. Metode Penelitian go
B. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 94
C. Prosedur Pengembangan Model 9B1
D. Tempat dan Waktu Penelitian 10^6
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 108
Deskripsi Hasil Penelitian 108
1. Hasil Studi Pendahuluan 108
2. PenyusunanModel(drafAwal) 118
3. Ujiooba Model 126
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 144
A. Kesimpulan 136
B. Rekomendasi 149
DAFTAR PUSTAKA 152
LAMPIRAN-LAMPIRAN 156
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1. Kesesuaian Pendapat Antara Rath, Harmin, dan Simon
dengan Khathwohl 36
12. Skema Norma-norma yang ada pada Masyarakat 43
1.3. Jadwal Kegiatan 99
1.4.Kecenderungan Siswa Dalam Memahami Nilai-nilai Budaya 103
2.4. Perbandingan Rata-rata Setiap Aspek Dengan Rata-rata Total. 104
1.5. Harapan Siswa Mengenai Sikap dan Perilaku 105
DAFTAR BAGAN Bagan
1.1 Peta Variabel Teoritis 17
1.2
Peta Faktor-faktor yang teriibat dalam pembelajaran pendidikan
nilai 22
1.3. Alur Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran VCT PPKn.78
BAB!
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan masyarakat baik yang bersifat natural maupun yang
direkayasa, pada hakekatnya merupakan proses perubahan kebudayaan
masyarakat tersebut. Perubahan ini meliputi seluruh unsur kebudayaan baik
fisik maupun non fisik. Demikian juga perubahan yang dialami masyarakat
dunia, termasuk Indonesia. Hasil dari perubahan itu akan memberikan
dampak yang besar, salah satunya berupa perubahan norma budaya
masyarakat.
Pergaulan dunia yang semakin cepat memaksa Indonesia untuk
mencari format-format baru tentang tata nilai yang dianutnya. Hal ini
mengakibatkan nilai-nilai yang sudah ada menjadi mengambang, bahkan
menimbulkan krisis nilai budaya yang cukup rumit.
Kondisi ini tentu tidak dikehendaki oleh masyarakat Indonesia,
sehingga periu diupayakan cara agar masyarakat mampu mengikuti
perkembangan zaman tetapi tetap berpegang pada budaya yang khas dan
bernilai luhur. Artinya tata nilai yang prinsipil
tidak terkikis oleh adanya
perubahan kebudayaan tersebut
Upaya penanaman dan pewarisan nilai luhur budaya masyarakat Indonesia
terhadap program pendidikan yang
menekankan pada penanaman dan
pewarisan nilai-nilai budaya bangsa. Seperti apa yang tercantum dalam
GBHN tahun 1988: 4 (Tap MPR/No.ll/MPR/1988: 6) mengenai pendidikan
Nasional, di mana dinyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasiia, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, bekerja keras, tanggung jawab, mandiri,
cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Bertolak dari rumusan di atas bahwa untuk membangun manusia
Indonesia seutuhnya yang bermoral, berdisiplin tinggi dan mempunyai
keterampilan, dilaksanakan melalui pendidikan.
Berbicara mengenai manusia yang bermoral, berdisiplin dan terampil,
dewasa ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan, terutama masalah moral
mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, baik di negara maju maupun
di negara yang masih berkembang.
Apabila kita kaji lebih jauh mengenai moral ini dari sudut pandang
pendidikan, kita telah ketahui bahwa pendidikan bertujuan untuk mencapai
kedewasaan, yaitu kedewasaan yang berbentuk integrasi kepribadian secara
keseluruhan baik fisik maupun mental. Pendidikan sangat diperlukan dalam
upaya mengembangkan manusia-manusia yang bermoral, disiplin tinggi dan
mempunyai keterampilan tersebut. Sebagaimana kita ketahui pula bahwa
pendidikan
beriangsung
sepanjang
hayat,
meliputi
seluruh
tahap
Dalam setiap tahap perkembangan beriangsung kegiatan belajar yang
tertuju kepada pencapaian pertumbuhan yang optimal, yaitu penyempumaan
perkembangan dalam tahap tersebut, serta persiapan untuk tahap
berikutnya, sehingga tercapai tingkat hidup pribadi dan sosial yang optimal.
Dengan demikian diperlukan adanya kesinambungan antara kegiatan belajar
pada satu tahap dengan tahap berikutnya.
Proses belajar seumur hidup itu beriangsung di dalam lingkungan
rumah, sekolah dan masyarakat, oleh karena itu pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Dalam keluarga, anak mendapatkan pendidikan
pada kesempatan yang
pertama. Usaha pendidikan, baik pendidikan nilai, moral maupun pendidikan
lainnya membutuhkan jalinan kerjasama yang amat erat dari keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan nilai merupakan suatu
wahana untuk mendewasakan anak agar setiap anak menjunjung tinggi nilai
luhur serta moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Pendidikan
moral salah satunya diberikan melalui mata Pelajaran Pendidikan Pancasiia
dan Kewarganegaraan, mata pelajaran ini wajib dipelajari oleh semua siswa
di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Dengan demikian PPKn
mengemban tugas yang tidak ringan dalam rangka turut menghasilkan
dan melestarikan nilai luhur, moral dan etika dalam rangka menciptakan
manusia yang berbudi luhur.
Manusia berbudi luhur diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku
kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu. sebagai anggota masyarakat,
warga negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. (Kurikulum
SLTP, 1994: 8). Di samping itu PPKn juga diharapkan menjadi wahana
membudayakan Pancasiia secara dini, terprogram dan terus menerus bagi
pembentukan sikap dan perilaku yang didasari nilai luhur Pancasiia. Adapun
tujuan PPKn di SLTP adalah:
Untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan
kemampuan, memahami, menghayati, dan meyakini nilai-nilai
Pancasiia Sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih baik. (Kurikulum SLTP, 1994: 8)
Perilaku-perilaku yang dimaksud adalah seperti yang di dalam penjelasan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39
ayat 2, yaitu:
Perilaku yang mencerminkan iman dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adit dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dan masyarakat yang beraneka ragam kepentingan, perilaku yangmendukung
kerakyatan
yang
mengutamakan
kepentingan
Dalam buku Landasan Operational Kurikulum Pendidikan Pancasiia dan
Kewarganegaraan Persekolahan PPKn, A. Kosasih Djahiri (1995: 4),
meng-atakan bahwa misi utama PPKn adalah sebagai berikut:
Pendidikan Kewarganegaraan yang mampu membentuk manusia Indonesia menjadi warga negara yang berkeperibadian Indonesia,
memahami dan meyakini hak, kewajiban dan kewenangan dan kewajiban Pemerintah Negara sehingga tercipta pola kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik dan demokratis sebagaimana diharapkan oleh Pancasiia dan konstitusi.
Menyimak tujuan PPKn di SLTP di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi tuntutannya adalah bagaimana nilai-nilai Pancasiia betul-betul
dihayati, diamalkan serta menjadi pedoman dalam perilaku kehidupan
sehari-hari. Karena itu Pendidikan Pancasiia di persekolahan diharapkan
merupakan program inti yang menjiwai seluruh program persekolahan
dengan tugas membina, mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu martabat manusia dan kehidupan Indonesia dalam rangka mewujudkan
tujuan Nasional. PPKn memiliki arti penting dalam rangka pembiasaan dan
pembentukan manusia Indonesia yang berjiwa Pancasiia, khususnya bagi
pembinaan dan pengembangan generasi muda penerus perjuangan bangsa
yang bertujuan untuk mewujudkan kader penerus perjuangan bangsa dan
pembangunan nasional yang pancasilais.
Sehubungan dengan ini, guru sebagai komponen pelaksana pendidikan
mempunyai tanggung jawab besar dalam pencapaian pendidikan secara
optimal, karena gurulah yang melaksanakan program pendidikan itu. Seperti
Dari
keseluruhan
komponen
Pendidikan
di
sekolah
guru
merupakan faktor yang terpenting. Bagaimana baiknya komponen pendidikan lainnya di sekolah itu kalau guru sebagai tenagapelaksananya tidak baik, maka hasilnyapun tidak akan baik.
Sebaliknya bagaimana kekurangan pendidikan lainnya yang
tersedia, kalau saja gurunya baik, kita masih dapat mengharapkan
hasil yang mendekati baik.
Menyimak pendapat di atas jelas, bahwa guru sebagai tenaga
pelaksana pendidikan sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Dia
merupakan orang yang berpengaruh di kelas. Dengan demikian guru
merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar (PBM)
di kelas. Kualitas pembelajaran yang baik juga tergantung pola guru, di
samping tujuan kurikulum itu sendiri, sebagaimana dikemukakan oleh Anglin
(1982: 43) bahwa: "Yang membedakan antara keberhasilan dan kegagalan
kelas adalah kualitas interaksi antara guru dan siswa" (Dembo, 1977: 114).
Guru tidak hanya berperan menyampaikan pelajaran kepada siswa, tetapi
juga memberikan bimbingan, fasilitas dan motivasi kepada siswa dalam
proses belajamya. Rochman Natawidjaja (1993: 9) mengidentifikasi beberapa
kemampuan yang diharapkan dikuasai seorang guru yaitu: (1) mampu
mengidentifikasi kebutuhan emosional, sosial, jasmaniah dan intelektual
siswa, (2) mengidentifikasikan dan mengkhususkan tujuan pengejaran
berdasarkan kebutuhan siswa, (3) mengatur lingkungan belajar yang
memenuhi kebutuhan siswa yang beragam.
Kemampuan dan keterampilan guru dalam mengolah proses belajar
Guru tersebut mampu melihat, mengkreasikan, membangkitkan motivasi
belajar anak, agar kegiatan belajar mengajar beriangsung bermakna bagi
siswa. Ini erat kaitannya dengan tugas guru sebagai implementor kurikulum
di lapangan. Nana Syaodih Sukamadinata (1988: 218) mengemukakan
"implementasi kurikulum hampir seluruhnya tergantung kepada kreativitas,
kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru".
Dengan kata lain betapapun "bagusnya" suatu kurikulum sebagai
rencana (termasuk kurikulum PPKn) belum menjamin akan menghasilkan
apa yang diharapkan, apabila belum diterapkan. Untuk menerapkannya
diperlukan kemampuan dan upaya guru menterjemahkan apa yang menjadi
tujuan kurikulum tersebut. Selain itu guru sebagai pengajar mempunyai
tugas ganda, selain mengajar ia juga berfungsi sebagai pendidik, mendidik
pengembangan moral serta kepribadian anak-anak didik. Dalam
Undang-undang No. 2 tahun 1989 Pasal 3 dan 4 dinyatakan:
Pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan Nasional.
Pasal 4: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab
Berorientasi dari pernyataan tersebut di atas diharapkan anak didik
keiak akan menjadi anggota masyarakat yang memiliki sejumlah bekal baik
pengetahuan maupun keterampilan untuk hidup di lingkungan masyarakat
yang memilki aturan-aturan yang harus ditaati.
Atas dasar penjelasan di atas, pendidikan moral pada dasarnya
merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan serta
kemampuan dasar dan perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari dengan
perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Pendidikan Agama, merupakan pengajaran tentang keyakinan,
ibadah dan kajian keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan
dalam kehidupannya sebagai upaya pengembangan dirinya.(http//www.ed
gou/Speecher/08-1995/religion:"tfe//g/on Exspression In Public Schools").
Selain itu pendidikan agama sebagai salah satu bentuk untuk
mengembangkan kemampuannya dalam meningkatkan pemahaman
keagamaan, yakni meningkatkan keiman dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Jadi dengan demikian sikap keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa itu merupakan acuan moral Pancasiia dan moral
\\ ^v- .-•••'•.••
Namun kenyataan yang menimpa saat ini terutama anak didik
khususnya siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang merupakan harapan
bangsa, fenomena yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan perilaku yang
menyimpang serta tindakan yang kurang bermoral dari para pelajar, sering
dikenal istilah kenakalan remaja dalam berbagai bentuk seperti perkelahian
antar pelajar yang dikhawatirkan akan menjurus ke arah tindakan kriminal,
sebagimana diungkapkan oleh Sariito Wirawan Sarwono (1994: 12) bahwa "
dalam tawuran pelajar, seringkali mereka merusak benda-benda untuk
pelayanan umum seperti bis kota, halte, telepon dan sebagainya",
mabuk-mabukan. Mereka juga tak jarang mencederai orang lain (Republika, 23
Asgustus 1998: 2). Pada tahun yang sama, banyak pelajar yang melakukan
aborsi (naik 300%), dan akhir-akhir ini banyak pelajar yang teriibat
obat-obatan baik pil maupun narkoba (Republika, 4 Desember 2000: 2). Padahal
kalau dilihat dari hasil ujian (nilai ebtanas murni) untuk mata pelajaran PPKn
secara nasional menduduki ranking tertinggi, waiaupun dalam tahun ini
memang menunjukkan adanya penurunan. Untuk wilayah Kabupaten
Sumedang saja, NEM PPKn SLTP Negeri tahun 1999/2000 adalah rata-rata
6,21, sedangkan SLTP swasta adalah 5,69 (Sumber ; Kanwil Depdikbud
Jawa Barat, 1999/2000)
Sementara itu banyak penelitian yang dilakukan berkenaan dengan
siswa hasilnya menunjukkan apa yang dilakukan guru ataupun hasil yang
dicapai oleh siswa masih kurang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Hal itu terungkap dari peneiitian Puspa Djuwita (1993: 13) bahwa: "pola
mengajar yang dilakukan guru lebih bersifat pemberian pengetahuan tentang
Pancasiia dan lebih berorientasi pada pencapaian hasil berupa angka dari
pada pembinaan moral"
Hasil penelitian Kadarusmadi (1987: 146) berkenaan dengan pendidikan moral menentukan bahwa kecenderungan-kecenderungan
perilaku yang diperlihatkan oleh anak didik, tidak memadai untuk
menyatakan bahwa pendidikan moral telah berhasil mengembangkan
kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik anak didik. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa kecenderungan perilaku anak didik belum mencerminkan
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral.
Selanjutnya Kadarusmadi (1987:109) menyatakan bahwa:
sasaran atau tujuan PPKn belum dapat mencapai hasil yang memuaskan, sebab hanya 2,85% jawaban peserta didik yang memiliki kecenderungan perilaku yang positrf, yaitu kecendungan untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasiia, dan sebanyak 1,78% memiliki kecendungan yang negatif, yaitu kecenderungan untuk berperilaku menyimpang dari tuntutan
nilai-nilai moral Pancasiia.
Selanjutnya dari hasil penelitian Sunarno (1992: 98) menunjukkan
bahwa:
guru belum membina sikap dan tingkah laku siswa secara nyata sehingga siswa belum tergugah hati nuraninya untuk
mengamalkannya.
11
Dari uraian di atas mengindikasikan tentang pentingnya pendidikan
moral bagi kehidupan anak didik. Hal ini dikarenakan pendidikan moral
memiliki fungsi untuk menciptakan keharmonisan hubungan sosial, menjamin
kebahagiaan rohani dan jasmani manusia, memberikan landasan kesabaran
untuk dapat bertahan terhadap naluri dan keinginan nafsu, memberikan daya
tahan dalam menunda dorongan rendah yang mer.gar.cam harkat dan
martabat manusia, memberikan motivasi dalam setiap sikap dan tindakan
manusia untuk berbuat kebaikan dan kebijakan yang berdasarkan moral
( agama, hkum dan falsafah negara), memberikan wawasan masa depan,
baik konsekuensi maupun sanksi social (Soeparno, 1992: 23-24).
Berdasarkan uraian di atas, dapat memberikan gambaran betapa
pentingnya pendidikan moral bagi kehidupan siswa yang didasarkan atas
kurikulum yang ada, tuntutan masyarakat serta berdasarkan teori yang telah
tersedia. Artinya moral individu yang dianut oleh anak didik, masyarakat
akan ditentukan oleh pergeseran nilai budaya yang dianut oleh masyarakat
itu sendiri. Berkenaan dengan itu dalam penelitian ini akan dikembangkan
suatu model pembelajaran pendidikan moral yang didasarkan atas Value
12
8. Masalah
1. Identifikasi
Setiap mata pelajaran dalam kurikulum di Indonesia mengemban misi
pembudayaan nilai-nilai Pancasiia.
Pendidikan PPKn mempunyai peranan yang lebih dibandingkan
dengan mata pelajaran yang lain, sebab mata pelajaran tersebut secara
khusus mengajarkan nilai-nilai dari kelima sila dalam Pancasiia agar para
siswa dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat.
Tiga misi PPKn dikemukakan dalam Buku Rancangan Materi, Metode
dan cara Penilaian pendidikan Pencasila dipersekolahan (1994: 20), yaitu:
a. Sebagai sosok Pendidikan Nilai-Moral dan Norma Pancasiia, ia harus mampu menampilkan perangkat tatanan nilai-moral
dan norma Pancasiia dalam kelima fungsi perannya secara
utuh, bulat dan berkesinambungan; dan dia harus
mempribadi dalam sistem nilai dan keyakinan peserta didik,
menjadi suara hati penuntun sikap berkiprah dalam berbagai
kehidupan kini serta kelak kemudian hari.
b. Sebagai Pendidikan Politik, dia harus mampu membina peserta didik menjadi manusia warganegara Indonesia yang melek politik, yang memikili kesadaran berbangsa dan
bernegara.
c. Sebagai Pendidikan keilmuan, membawa konsep, dalil, teori,
hukum yang termuat dan tersirat serta berlandaskan
Pancasiia yang mampu membekali peserta didik ke arah
belajar/studi lebih lanjut dalam bidang ilmu yang terkait dengan konsep teori, nilai dan moral Pancasiia.
Menyimak tujuan PPKn sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa
dengan nilai-nilai moral Pancasiia. Masalahnya sekarang adalah siswa hidup
dalam lingkungan yang sangat beragam, banyak hal yang senantiasa
berubah dan mempengaruhi perilaku siswa dalam berpikir, menilai,
menghargai hidup. Kesemuanya ini dapat berakibat pada terjadinya
kekaburan nilai-nilai yang ada dan kekaburan dimensi nilai dalam proses
perkembangan dan perubahan masyarakat, maupun dalarn pribadi
seseorang. Pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, sekolah maupun
masyarakat diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut,.
Keselarasan dan kerjasama antara ketiga lingkungan pendidikan
tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi pembinaan perilaku siswa,
sebab seperti dikemukakan oleh Achmad Sanusi (1994: 23) bahwa
"perilaku siswa dipengaruhi oleh kehidupan dalam lingkungan keluarga,
sekolah (diantaranya PPKn) dan Masyarakat'.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan disengaja untuk membimbing
anak didik mengembangkan potensinya menuju kedewasaan. Sasaran
pendidikan tersebut, berupa peningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan
kreatifitas dalam proses belajar mengajar, sebagaimana tercantum dalam
kurikulum PPKn. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah
mengeluarkan keputusan tentang Penyempumaan Kurikulum PPKn
Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 979/102/Kep/1/1999. Dalam
14
kurikulum PPKn sejalan dengan tuntutan kebutuhan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan sosial budaya.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 2 Tahun 1989
pasal 39 ayat 1 dinyatakan: "Pelaksanan pendidikan berdasarkan atas
kurikulum yang berlaku secara nasional yang disesuaikan dengan keadaan
lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan"
Ketentuan ini yang kemungkinan mendorong Pemerintah untuk
melaksanakan peningkatan mutu pendidikan melalui kurikulum, karena
kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturannya mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk
menyelanggarakan kegiatan belajar mengajar (Dipdikbud 1994).
Sesuai dengan pandangan kurikulum di atas, dapat disimpulkan
bahwa kurikulum memiliki dua dimensi pokok: (1) rencana mengenai isi dan
bahan pelajaran, dan (2) pedoman yang mengarahkan bagaimana kurikulum
dilaksanakan atau diimplementasikan (Nana Syaodih S, 1997:199)
Mengacu kepada tujuan kurikulum yang diharapkan , tentu perubahan
nilai moral Pancasiia yang terjadi sekarang ini, akan dapat diantisipasi oleh
pendidikan. Pendidikan memberikan antisipasi kepada perubahan nilai-nilai
moral Pancasiia yang lebih baik yang didasarkan kepada pengetahuan,
identitas diri, sikap, perilaku dan interaksi antara siswa yang berasal dari
15
Maka itu kurikulum sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
belajar mengajar, serta kurikulum hendaknya mampu menggambarkan
tuntutan perkembangan peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik
merupakan elemen penting dari masyarakat. Berdasarkan hal tersebut
Romberg, menyatakan bahwa tujuan "kurikulum sebagai sekumpulan
rencana belajar yang diharapkan dan perencanaan operasional bagi
pencapaian belajar tersebut". Kurikulum merupakan rencana yang lengkap
dengan tujuan-tujuan, metode-metode dan kegiatan-kegiatan.
Tujuan kurikulum seperti ini secara sadar atau tidak memberikan
tuntutan kepada pengelola pendidikan untuk mampu dan sadar akan
pentingnya memperhatikan kebutuhan peserta didik sebagai pengguna
layanan pendidikan dalam penerapan kurikulum yang akan disampaikan
kepada mereka.
Guna mewujudkan harapan tersebut, sekolah hendaknya mampu
merencanakan suatu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi
harapan peserta didik tersebut. Model pembelajaran yang dimaksudkan di
sini adalah model pembelajaran yang mampu memberikan nilai-nilai moral
Pansasila yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan harapan dapat
memperkaya, memperiuas wawasan pengetahuan dan kemampuan serta
mengembangkan nilai, sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan
kemampuan yang telah mereka pelajari dari mata pelajaran PPKn. Hal ini
9£KTTT-16
model akan sangat didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikan serta
kemungkinan pencapai hasil yang optimal, tetapi perlu disesuaikan dengan
sistem pendidikan mana yang digunakan. Artinya bahwa pengembangan
model pembelajaran akan sangat ditentukan oleh adanya sistem pendidikan
yang berlaku.
Pengembangan model pembelajaran yang dimaksudkan dalam
penelitian ini akan bersangkut paut dengan pengembangan model
pembelajaran VCT . Dasar pertimbangan dilaksanakan penelitian ini adalah
berkaitan dengan perubahan nila-nilai Pancasiia dalam budaya masyarakat
yang secara langsung atau tidak memberikan pengaruh kepada nilai, moral
serta perilaku siswa. Di mana dalam perubahan nilai-nilai Pancasiia yang
tidak sesuai dengan budaya akan terjadi hambatan-hambatan yang dapat
mengganggu proses perubahan sikap dan perilaku siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu melalui penelitian model pembelajaran VCT akan
diketahui nilai, moral dan norma yang sesuai dengan moral dan kebudayaan
masyarakat. Untuk lebih mudah memahami alur atau konsep berpikir dalam
pengembangan variabel penelitian, dapat dilihat dalam kerangka berpikir
KONSEP BELAJAR - Humanistik
•Futurrologis
• Era Globalisasi
• Pengalaman GURU • Profesional Keterampilan Kreatif Tanggung Jawab SISWA Intelektual Motivasi Emosional, Usia Kreativitas, Fisik 17
MATA PELAJARAN PPKn Karakteristik:
- Memahami dengan nalar - Pengamalan dan Pembiasaan
- Menanamkan nilai dan norma
- Mengembangkan terhadap kehidupan
1
MODEL PEMBELAJARANFASILITAS
- Sarana Pelajaran
- Prasarana -Ruangan - Alat Peraga
Bagan 1.1
Peta Variabel Teoritis
HASIL BELAJAR LINGKUNGAN Ling. Masyarakat Keharmonisan Keluarga Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial
2. Perumusan Masalah
Secara lebih makro, era globalisasi yang melanda dunia, termasuk
Indonesia, membawa dampak adanya perubahan-perubahan tata nilai
kehidupan masyarakat yang tampak lebih mementingkan diri sendiri serta
berperilaku egois. Dari sinilah muncul permasalah yang menjadi dasar
timbulnya gagasan untuk memberikan pengajaran nilai yaitu bermuara pada
pendidikan nilai melalui mata pelajaran PPKn.
Dengan demikian, pelaksanaan proses belajar mengajar PPKn
18
kembali, tidak hanya menekankan pada nilai-nilai Pancasiia semata, tetapi
lebih menitik beratkan pada pengembangan sikap serta perilaku siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
Upaya untuk mengkaji kembali pelaksanan pengajaran PPKn di
sekolah semakin mendesak apabila dikaitkan dengan adanya krisis-krisis
yang terjadi akibat perubahan-perubahan secara pesat yang menyangkut
seluruh tata kehidupan manusia saat ini, yang ditandai munculnya
konflik-konflik, ketegangan maupun hilangnya keseimbangan dalam kehidupan
manusia, telah pula merubah tidak saja pada kebiasaan dan tingkah laku
manusia, tetapi juga pada moral yang mendasarinya. Melalui pendidikan
moral yang diselenggarakan di sekolah dengan baik, diharapkan para siswa akan mampu menangkal nilai budaya negatif yang terlihat sedang
berkembang saat ini. Budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasiia
ini adalah terjadinya budaya main hakim sendiri, tawuran dan perbuatan
negatif lainnya yang cenderung mengabaikan nilai-moral yang dianut bangsa
Indonesia.
Pendidikan moral sebagai bagian integral dari pendidikan nasional
merupakan : "suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk
mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia berpancasila".
Adapun tujuan pengajaran PPKn kelas 2 SLTP sebagaimana disebutkan di
19
a. mengemukakan tanggapan/penilaian secara nalar tentang
sikap perilaku yang ada dan seharusnya ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Memberikan ktarifikasi nilai-moral daripada sejumlah keadaan dan kejadian yang terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
C. Mengamalkan sejumlah sikap perilaku terpuji dan sesuai dengan nilai moral yang berlaku dalam kehidupan negara Repubilik Indonesia.
Begitu juga Nasution (1989: 141) menyatakan bahwa: Perubahan
kepercayaan (yang akan menimbulkan juga perubahan dalam sikap,
nilai-nilai dan akhirnya kelakuan) terjadi akibat interaksi dengan lingkungan dan
adanya informasi baru. Perubahan tersebut terjadi melalui: kelima
dasar-dasar Pancasiia. Selanjutnya dikatakan:
Tiap guru bertanggung jawab membantu siswa agar ia tumbuh
dan berkembang, agar kelakuannya berubah dalam dimensi-dimensi yang digariskan dalam moral. Tujuan moral sangat essensial bagi hidup setiap individu agar hidup harmonis dalam
masyarakat dan karena itu tujuan tersebut harus mempunyai
tempat yang sentrai dalam kurikulum dan disain instruksional
pada semua tingkatan pendidikan. Hanya dengan cara demikian siswa akan dapat mengubah kelakuannya agar menjadi warga negara yang efektif dan produktif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini akan
dikembangkan suatu model pengajaran pendidikan moral yang didasarkan
pada pengembangan model pembelajaran VCT, gambaran tersebut
memperiihatkan bahwa proses pendidikan dipengaruhi oleh adanya berbagai
kondisi kultural dan kondisi sosial yang menyangkut norma, niali- nilai serta
20
Uraian di atas, memberikan rujukan bahwa pengembangan model
pembelajaran VCT hendaknya mampu mengacu kepada berbagai
permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan fenomena di atas, maka fokus penelitian yang akan
dijadikan masalah dalam penelitian ini berkenaan dengan "pengembangan
model pembelajaran VCT PPKn di kelas 2 SLTP Negeri Kabupaten
Sumedang"
Mengacu kepada rumusan masalah umum tersebut secara
operasional dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran umum kurikulum PPKn yang sarat nilai - moral
dalam pembelajaran pada saat ini ?
2. Model pembelajaran pendidikan moral seperti apa yang sesuai dengan
kebutuhan siswa guna mengantisipasi pergeseran nilai ?
3. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan oleh guru ( sekolah ) dalam
mengimplementasikankan model pembelajaran VCT PPKn yang cocok
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ?
Untuk mempermudah pemahaman dalam menelaah penelitian yang akan
SISWA
GURU
SUMBER BELAJAR
BESAR KELAS JAMPERTEMUAN
Kurikulum -Tujuan -Isi
KLIM SOSIAL&
PSIKOLOGIS LINGKUNGAN
Bagan 1.2
Peta Variabel yang Teriibat Dalam Pembelajaran Pendidikan Moral
3.Definisi Operasional
Penelitian ini dimaksudkan guna pengembangan model pembelajaran
VCT dalam pengembangan nilai-nilai Pancasiia dan Kewarganegaraan.
Berkenaan dengan ini, untuk menghindari kesalahan dalam pengertian, perlu
dijelaskan batasan ruang lingkup penelitian ini yang berkaitan dengan
variabel penelitian, sehingga dapat diperoleh sasaran yang jelas dalam
penelitian ini. Seperti pendapat Tuchman (1975: 79) tentang definisi
operasional yaitu "An operational definition based on observable
characteristics of that which's in being defined ". Sedangkan
pengertian model pembelajaran dalam penelitian ini mengacu pada
pendapat Saripuddin dan Toeti (1994: 78) yang mengemukakan
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
22
secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model VCT menjadi penekanan dalam model pembelajaran yang
akan dikembangkan dalam penelitian ini. Yang dimaksud dengan model VCT
di sini adalah proses belajar mengajar yang dapat menerapkan model
informasi yang tepat, sehingga menghasilkan suatu jenis perbuatan yang
berguna bagi siswa sehingga mampu menentukan diri mereka sendiri secara
lebih berguna. Suwarma Almukhtar, menjelaskan bahwa model merupakan
suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan.
VCT (Value Clarification Technique), menurut Cheppy, (1988: 29)
"Pendekatan ini (klarifikasi nilai) membantu subyek didik menentukan dan
menguasaai nilai-nilai mereka sehingga mampu menentukan diri mereka
sendiri secara lebih berarti dan pasti"
"Essensi diperlukan pendidikan nilai supaya apa yang menjadi milik potensial manusia selalu terbina berkembang, manusia memiliki beliefe dan value system di mana berbagai nilai moral terpadu menjadi organized value berminifestasi menjadi virtual and based of culture society, institusion and person". ( Milton Rokeah, yang dikutip A. Kosasih Djahiri, 1996: 4).
Pendidikan moral menurut Nasution (1989: 132) berkenaan dengan
pertanyaan yang benar dan salah dalam hubungan inter-personal, antara
manusia dengan manusia lainnya, yang meliputi konsep-konsep seperti
e
harkat manusia, harga diri manusia, kepedulian terhadap manusia, sikap
Berdasarkan
pendapat di atas, maka yang dimaksud VCT dalam
penelitian ini adalah suatu metode, teknik atau strategi pengajaran afektif di
mana siswa di tuntut untuk mengungkapkan, menemukan dan menghargai
nilai mereka sendiri maupun nilai-nilai yang diberikan oleh gurunya di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Dengan menggunakan Pola PVCT mampu mendengarkan isi pesan
dan moral serta jiwa semangat yang tersirat dan tersurat dalam suatu kajian
pelajaran, serta mengajak kita (khususnya siswa) bertamasya ke alam
hakekat isi pesan nilai dan moral secara multi dimensional serta mencoba
mencari landasan moral dan tuntutan moral.
Dengan PVCT siswa dibina dan diberi pengalaman belajar serta
ditingkatkan potensi afektualnya sehingga memiliki kepekaan dalam berbagai
landasan dan tuntutan nilai moral kehidupan. (A. Kosasih Djahiri, 1996: 65)
PPKn adalah upaya membina, menanamkan dan meningkatkan
moralitas seseorang atau moralitas masyarakat berdasarkan suatu tuntutan
moral dilingkungan hidupnya, ini berarti bahwa nilai moral pencasila yang
tadinya bersifat moral umum melalui pendidikan PPKn akan menjadi
moralitas, kemudian menjadi sikap, keyakinan, dan akhirnya menjadi nilai
yang menyatu dengan nilai lain yang telah ada dalam dirinya, nilai tersebut
akan menjadi dasar dan arah dalam kehidupannya. ( A. Azis Wahab,
24
Dari pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan PPKn dalam
penelitian ini adalah upaya guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas yang berkaitan dengan mata pelajaran PPKn.
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah model
pembelajaran VCT yang menekankan pada nilai-nilai serta moral budaya
yang lebih baik yang di dasarkan pada perilaku kehidupan sehari-hari, hal ini
dikarenakan pendidikan nilai, moral memberikan bekal kepada siswa untuk
mampu hidup dalam dunia nyata di lingkungan masyarakatnya. Dengan
gambaran tersebut dapat dijadikan untuk memperbaiki arah sistem
pengajaran terutama yang berkenaan dengan pelaksanaan model
pembelajaran VCT di tingkat SLTP. Sehubungan dengan tujuan tersebut
secara spesifik diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:
(1) Untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai terjadinya krisis moral.
Melalui pemahaman tersebut, diharapkan akan memperoleh gambaran
yang dapat dijadikan acuan dasar yang menyangkut nilai-nilai moral yang
tidak sesuai dengan kondisi saat ini
(2) Untuk mengetahui rumusan model pembelajaran VCT yang sesuai
dengan kebutuhan siswa, sehubungan terjadinya pergeseran nilai dalam
25
(3) Untuk mengetahui pemahaman guru mengenai upaya-upaya dalam
mengimplementasikan model pembelajaran serta mengantisipasi
terjadinya pergeseran nilai - nilai budaya yang memungkinkan
memberikan dampak terhadap nilai - moral siswa yang sedang
berkembang pada saat sekarang.
Dari uraian tersebut dapat dideskripsikan dan dianalisis, ini akan
memperoleh gambaran bagaimana pengembangan model pembelajaran VCT
PPKn tersebut, yang pada akhimya berpengaruh terhadap siswa, artinya
siswa dapat memperoleh nilai luhur dan moral yang dapat diwujudkan dalam
perilaku sehari-hari baik di kelas/sekolah, maupun masyarakat.
Berdasarkan hasil dan analisis, kemudian dicoba untuk memberi saran
atau rekomendasi dalam rangka perbaikan pelaksanan pengajaran PPKn
melalui metode VCT dan meningkatkan nilai luhur serta moral yang berakar
pada budaya bangsa dapat diwujudkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
5. Manfaat Penelitian
Melalui pengakajian konseptual maupun temuan-temuan otentik di
lapangan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan bahan
pemikiran yang bermanfaat bagi para pengelola pendidikan, baik itu Kepala
sekolah, guru maupun pengelola pendidikan lainnya yang sedang berjalan
saat ini. Dari hasil penelitian diharapkan dapat diperoleh suatu model
26
menangkal terjadinya krisis moral yang berkaitan dengan terjadinya
kekaburan nilai-nilai yang ada dan kekaburan dimensi nilai yang sebenarnya.
a). Temuan penelitian ini, secara teoritis dapat bermanfaat memberikan
sumbangan
masukan
berupa
prinsip
bagi
peningkatan
kualitas
pelaksanaan model pembelajaran
b). Hasil penelitian ini diharapkan pula, bagi penulis dapat dipergunakan
sebagai dasar pertimbangan pembinaan profesi penulis (guru) dalam
upaya peningkatan pemahaman penulis terhadap
permasalahan-permasalahan yang ada di dalam pengajaran PPKn, serta untuk lebih
memantapkan wawasan dan pengalaman menuju peningkatan kualitas
diri.
c). Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar bagi guru-guru
untuk lebih memahami dalam upaya pembinaan kedisiplinan anak baik
terhadap nilai-moral-norma yang berlaku di lingkungan sekolah, di
lingkungan keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Di samping itu
bagi orang tua, pendidik lainnya dalam upaya membina anak-anak didik
mereka menjadi anak-anak yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi
terhadap nilai moral yang berlaku, sehingga terciptalah diri anak sebagai
90
BAB 111
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan Research and Development yang
bertujuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran guna
menghasilkan suatu produk. Research and Development mempakan model
pembelajaran yang dapat menghasikan atau mengembangkan kemampuan
siswa berpikir kritis sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
mengalami perubahan sangat cepat. Di mana metode ini dapat dipandang
sebagai metode atau pendekatan dalam proses belajar mengajar PPKn yang
menekankan kepada pengembangan kemampuan siswa untuk menemukan
dan merefleksikan sifat-sifat kehidupan sosial, sebagaimana dikemukakan
oleh Borg & Gall (1987: 8) sebagai berikut::" The major purpose of research
and development efforts is not to formulate or test theory but to develop
effective product for use in schools"
Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall
(1979: 624): "Educational research and developmen is a process used to
develop and validate aducational product".
Produk sebagai hasil dari research and development bukan berupa
91
dan proses pembelajaran, sebagaimana dijelaskan oleh Borg dan Gall (1979:
624) sebagi berikut:
Our use of the term "product" includes not only material objects,
such as texbooks, instruksional films, and so forth, but is also intended to refer to estableshed procedures and processes, such as a method of teaching or a method for organizing
instruction;
Melalui research and Development akan memperoleh sebuah produk,
dalam penelitian ini produk yang diharapkan adalah model pembelajaran
VCT PPKn yang menekankan pada nilai-nilai moral Pancasiia yang sesuai
dengan kehidupan masyarakat serta meningkatkan perilaku siswa yang baik
dalam kehidupan sehari-hari pada masa sekarang, dan masalah-masalah
yang aktual.
Metode penelitian dan pengembangan ini memiliki sepuluh langkah
dalam pelaksanaannya. Langkah pengembangan model dengan research
and development menumt Borg dan Gall (1979: 625-636) adalah sebagai
berikut:
(1). Penelitian dan pengembangan informasi, meliputi: deskripsi produk yang
diusulkan, outline sementara, dan tujuan produk.
(2). Perencanaan, dalam perencanan , kegiatan ini dilakukan adalah: (a)
menentukan tujuan yang akan dicapai dari produk yang dihasilkan. (b)
Estimasi biaya yang diperlukan, pimpinan proyek dan waktu yang
diperlukan dalam pengembangan. (c) antisipasi bahan-bahan yang
92
(3). Mengembangkan bentuk produk awal. Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan adalah: (a) mendeskripsikan kegiatan yang berhubungan
dengan nilai-nilai moral yang harus dikuasai guru, (b) Menyusun format
observasi dan interviu akan dipergunakan dalam ujicoba lapangan.
dengan observasi dapat kita peroleh suatu gambaran yang lebih jelas
tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode-metode
lain". (Nasution, S. 1988: 122).
Di samping itu memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi sebenarnya.
Format observasi ini akan dipergunakan sebagai aiat parekam kegiatan
pembelajaran saat model dicobakan, yang bermanfaat untuk memberikan
feedback sesegera mungkin, yang akan dipakai sebagai pedoman
perbaikan/revisi model.
(4). Persiapan ujicoba lapangan (mengadakan tes awal)
(5). Revisi produk ( preliminary field test and product revision). Tahap ini
dimaksudkan untuk penilaian secara kualitatif terhadap model yang
dikembangkan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengujicobakan model
yang akan dikembangkan di sekolah. Hasil ujicoba ini akan dievaluasi,
dari hasil evaluasi dipakai sebagai feedback yang akan dipergunakan
sebagai pedoman perbaikan model. Data hasil preliminary test and
revision ini akan dikompilasi dan dianalisis yang didukung oleh studi
93
berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas, serta sebagai
bahan bandingan utama dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan
serta untuk mengetahui secara obyektif kesiapan model untuk diterapkan.
(6). Main filed testing and product revision, tahap yang ke enam ini
dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan model dalam penerapan
sekolah.
(7). Merevisi produk operasional
(8). Mengadakan tes lapangan
(9). Merevisi hasil akhir
(10).
Implementasi, dalam operasional filed testing and final production,
langkah terakhir ini dimaksudkan untuk menghasilkan suatu
program/produk bam yang benar-benar siap untuk dipakai di lapangan.
(penyebarluasan dan pendistribusian)
Berkenan dengan penelitian yang dilakukan, maka dari kesepuluh
langkah tersebut disederhanakan ke dalam tiga langkah;
1. Studi pendahuluan yang dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah
mengkaji berbagai hal yang terdapat pada literature, baik itu hasil
penelitian. Dari kajian tersebut, diperoleh gambaran teoritis sebagai bahan
kajian dalam pembuatan desain penelitian.
2. Penyusunan model ini dilakukan untuk menyusun rancangan awal, untuk
94
3.Pelaksanan ujicoba ini dilakukan kepada kelas terbatas, setelah
diujicobakan pada kelas terbatas, maka melangkah selanjutnya adalah
melakukan evaluasi dan dari hasil evaluasi tersebut dilakukan revisi atau
penyempumaan, untuk diujicobakan pada kelas yang lebih luas
B. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan diungkapkan dengan
menggunakan teknik utama observasi dan dilengkapi dengan interview serta
studi dokumentasi. Untuk itu akan dikembangkan dari masing-masing teknik
agar dapat mengungkapkan nilai-nilai moral Pancasiia yang ditujukan untuk
pengembangan model kurikulum PPKn yang didasarkan atas sikap dan
perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun tehnik pengumpulan data yang dipergunakan ialah:
(1).Tehnik Observasi.
Untuk lebih jelasnya observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas,
perilaku dan keadaan:
a. Gum PPKn, dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas
baik ucapan maupun tindakkannya dalam mengembangkan nilai-nilai
pada diri siswa, terutama berkaitan dengan model pembelajaran VCT
yang digunakan sesuai dengan kondisi saat ini.
b. Siswa, dalam melaksanakan proses belajar di kelas, aplikasi nilai-nilai
95
berpikir maupun sikap-sikap di dalam kelas, khususnya yang berkaitan
dengan strategi dan teknik penilaian yang digunakan di SLTP.
(2). Tehnik Komunikasi Langsung (Wawancara).
Adapun yang dijadikan informan dalam wawancara ini adalah:
a. Gum PPKn, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan rumusan
tujuan, memilih dan mengembangkan program/bahan, memilih model
pembelajaran VCT dan penilaian proses serta hasil belajar mengajar
yang sesuai dengan kondisi saat ini.
b. Siswa, untuk memperoleh informasi tentang proses belajar PPKn,
perolehan nilai-nilai melalui PBM PPKn, manfaat nilai-nilai tersebut
dalam hal apa nilai-nilai tersebut diterapkan.
c. Kepala sekolah, untuk memperoleh data gum PPKn, pola pembinaan
pelaksanaan tugas gum maupun perilaku siswa.
(3). Dokumentasi.
Dalam pelaksanaannya, pengumpulan data ini dilakukan melalui tahapan:
a. Tahap orientasi, bempa kegiatan survai pendahuluan pada 5 kelas
yang dijadikan obyek penelitian. Dalam tahap orientasi ini dikumpulkan
data awal melalui wawancara dengan Kepala Sekolah dan studi
dokumentasi. Dari hasil eksplorasi ini kemudian dirumuskan
batasan-batasan masalah dan penentuan obyek penelitian.
b. Tahap eksplorasi, sebagai tindak lanjut dari tahap orientasi lapangan
96
batasan masalah yang telah ditetapkan. Dalam tahap eksplorasi ini
peneliti melibatkan diri secara langsung dalam PBM dan berusaha
untuk mengumpulkan data akurat melalui wawancara langsung dengan
responden dikaitkan dengan temuan-temuan yang diperoleh melalui
observasi langsung.
c. Tahap "member check" ,tahap ini dimaksudkan untuk mengecek
kembali kebenaran informasi atau data yang diperoleh melalui metode
observasi dan wawancara pada tahap eksplorasi. Dalam tahap ini, data
yang telah dikumpulkan dideskripsikan dan di analisis untuk kemudian
di komunikasikan kembali guna mendapatkan konfinmasi sehingga
tingkat kebenaran data dapat dipercaya.
C. Prosedur Pengembangan Model
1. Penyusunan Rancangan Model
Di dalam menyusun rancangan model ini, kegiatan yang dilakukan adalah
(a). Analisis model yang ada, yaitu model klarifikasi nilai yang berkenaan
dengan pendidikan nilai yang didasarkan atas Value Clarification
Technique dalam pembelajaran di SLTP dan model yang sesuai
dengan kurikulum PPKn 1994.
(b). Pengkajian model yang relevan dengan pendidikan anak usia SLTP.
(c). Penentuan sistematika model.
2. Penyusunan Draf Rancangan Model
Penyusunan model dikembangkan berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang telah dilakukan di dua sekolah yang ada di Sumedang
dan kajian literatur yang mendukung terhadap pengembangan model ini.
Dalam penyusunan model, langkah-langkah yang dilakukan meliputi: (a),
menetapkan tujuan; (b). materi yang diberikan kepada siswa yaitu mencakup
materi rela berkorban; (c). mengembangkan perencanan pengajaran; (d).
proses pembelajaran; (e) menetapkan metode; (f). menetapkan alokasi
waktu yang disesuaikan dengan topik pembelajaran; (g). mengembangkan
alat evaluasi.
a. Menetapkan tujuan
Tujuan dikembangkannya model pembelajaran VCT PPKn
dimaksudkan untuk memberikan masukan bagi pengembangan model
pembelajaran pendidikan nilai (moral) yang ada.
b. Materi yang diberikan kepada siswa
Materi yang disajikan berkenan dengan pengembangan model ini
adalah berkenaan dengan rela berkorban.
c. Mengembangkan perencanan pengajaran
Perencanan pengajaran dikembangkan berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang materinya berkenaan dengan rela berkorban.
RENCANA PELAJARAN
98
1. Pokok Bahasan : Rela berkorban 2. Kelas/Caturwulan : 2/3
3. Waktu : 2 x (2 x 45 menit)
3. Tujuan Pembelajaran:
- Siswa dapat menjelaskan makna rela berkorban yang berkenaan
dengan kehidupan sehari-hari.
- Siswa dapat mendeskripsikan manfaat rela berkorban bagi kehidupan
masyarakat.
- Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh rela berkorban yang ada
dikehidupan sehari-hari.
d. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan pelaksanan dari perencanaan
pengajaran yang telah dikembangkan. Berkenanan dengan pengembangan
model ini, proses pembelajaran yang dikembangkan mencakup tiga langkah
pembelajaran, yaitu: (1). kegiatan awal, (2). kegiatan inti, (3). kegiatan akhir.
(1). Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal, yang dilakukan oleh gum dan siswa meliputi:
- Gum melakukan apersepsi yang dimaksudkan untuk melihat
kesiapan siswa secara konsep berkenanan dengan materi yang
99
-
Mengadakan perbincangan mengenai kehidupan sehari-hari yang
berkenaan dengan nilai pancasiia yang sesuai dengan moral
bangsa.
-
Mengadakan tanya jawab, dengan tanya jawab ini gum mengetahui
pemahaman siswa akan nilai moral budaya yang berkembang.
(2). Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, gum bisa mengembangkannya dengan berceritra
mengenai materi itu dikaitkan dengan fenomena yang sedang berkembang
pada saat sekarang dengan menberikan contoh-contoh aktual yang bisa
membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
tersebut. Melalui centra tersebut, selanjutnya gum mempersilahkan siswa
untuk menanggapi dan sekaligus mengemukakan pemahamannya akan
materi yang telah diberikan.
(3). Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, siswa mampu membuat suatu kesimpulan yang
dianggap mampu mewakili pemahaman siswa akan nilai- nilai budaya yang
berkembangn di masyarakat Dalam kegiatan akhir ini, gum memberikan tes,
tes ini tidak dalam bentuk hasil saja yang bempa kemampuan kognitif,
melainkan yang hendak ditelaah dari hasil penelitian ini berkenaan dengan
kemampuan siswa dalam aspek afektifnya (target nilai) yang akan diungkap
dengan skala sikap yang berbentuk percontohan (example of the
100
e. Menetapkan metode
Metode yang digunakan dalam pengembangan model ini yaitu metode
Tanya jawab. Diskusi, ceramah dan bermain peran.
f. Menetapkan alokasi waktu yang disesuaikan dengan topik pembelajaran
Menelaah kedalaman dan keluasan materi pada pokok bahasan yang
akan diajarkan, alokasi waktu yang memungkinkan dan sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam GBPP yaitu 2 x 45 menit dalam setiap minggunya.
g. Mengembangkan alat evaluasi
Alat evalusi yang dikembangkan tidak hanya mengukur aspek kognitif
saja, tetapi lebih ditekankan pada aspek afektifnya (target nilai). Oleh karena
itu alat evaluasi tang dikembangkan bukan hanya menekankan kepada
pemyataan yang memeriukan jawaban, melainkan bagaimana siswa mampu
memahami dan mengimplementasikan kemampuannya dalam kehidupan
sehari-hari.. Jadi tes yang diberikan dengan VCT skala sikap yang berbentuk
percontohan (example of the examploritory behavior).
3. Ujicoba Model (terbatas)
Pelaksanan uji coba dilakukan
hanya bersifat terbatas, karena
pelaksanaannya hanya dilakukan pada satu sekolah. Pelaksanaannya
101
hasil studi pendahuluan. Hasil studi pendahuluan merupakan dasar awal
untuk penyusunan model pembelajaran VCT PPKn.
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam ujicoba model adalah :
a. Persiapan ujicoba, dimulai dengan pengenalan model kepada kepala
sekolah dan para guru, melalui informasi dan diskusi. Kemudian
dilanjutkan dengan pembagian tugas semua guru yang akan
dilibatkan secara langsung dalam ujicoba ini.
b. Pelaksanaan ujicoba. Ujicoba dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:
♦ Penyusunan rancangan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
bersama gum.
♦ Implementasi rancangan pembelajaran dalam proses
pembelajaran di kelas, yang akan dilakukan oleh guru.
♦ Evaluasi terhadap rancangan dan implementasi, yang dilakukan
pada saat implementasi dengan tehnik observasi terhadap proses
pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan oleh peneliti
Tahap-tahap ujicoba ini dapat digambarkan dengan bagan 1.3 pada
halaman berikut:
4. Uji coba lebih luas
Rencana Pengajaran
1. Pokok Bahasan : Rela berkorban
Bagan 1.3
Alur Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran
102
3. Tujuan Pembelajaran:
- Siswa dapat menjelaskan makna rela berkorban yang berkenaan
dengan kehidupan sehari-hari.
- Siswa dapat mendeskripsikan manfaat rela berkorban bagi kehidupan
masyarakat.
- Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh rela berkorban yang ada
dikehidupan sehari-hari.
4. Materi Pembelajaran
- Cinta dan rasa iba
- Memahami orang lain
- Rasa berterima kasih
5. Prosedur pembelajaran:
a). Kegiatan Awal
- gum melakukan apersepsi
- mengadakan diskusi mengenai kehidupan sehari-hari
- mengadakan Tanya jawab mengenai materi yang berkenaan dengan
nilai-nilai rela berkorban.
b). Kegiatan Inti
- Menjelaskan materi rela berkorban dikaitkan dengan fenomena yang
103
-
Memberikan penegasan kepada siswa akan pentingnya memahami
materi tersebut, dengan cara Tanya jawab dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi.
c). Kegiatan Akhir, yaitu melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- memberikan ulasan sebagai kesimpuian terhadap materi yang telah
disampaikan
-
memberikan tes, tes yang dilaksanakan hanya melihat kemampuan
siswa dari aspek sikap, tes yang akan diungkap dengan skala sikap
yang berbentuk percontohan
Implementasi
Merupakan langkah inti dari rencana pengajaran yang telah ditetapkan
di atas. Dalam implementasi ini ditelaah berkenaan dengan kegiatan yang
dilaksanakan oleh gum selama PBM beriangsung. Kegiatan implementasi
seperti yang terobsevasi oleh peneliti meliputi kegiatan:
a) Kegiatan Awal
-
Dalam kegiatan awal sebagai pembuka pelajaran, gum memberikan
penjelasan
mengenai
tujuan
yang
hendak
dicapai.
Dalam
penyampaikan tujuan, gum sudah menjelaskan dengan cukup
mendetil.
-
Dalam apersepsi, gum mampu menerapkan dan memberikan
104
siswa mengenai keterkaitan antara materi dengan model yang
dikembangkan.
- Gum sudah mampu menelaah dan sekaligus memberikan klarifikasi
kepada siswa mengenai keterkaitan materi yang akan disampaikan
sesuai dengan model yang dikembangkan.
- Siswa berani mengungkapkan pertanya dan menjawab.
b). Kegiatan Inti
- Di mana guru sudah berusaha untuk menjelaskan materi dimulai dari
pengertian, konsep dasar, keterkaitan antara nilai-nilai budaya
bangsa dengan penerapan model yang dikembangkan.
- Dalam penjelasan ini gum juga selalu mengkaitkan dengan
contoh-contoh aktual dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu
mempermudah pemahaman siswa.
c). Kegiatan Akhir.
- memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah
disampaikannya.
- Memberikan kesempatan bertanya jawab mengenai materi yang telah
disampaikan
- Diberkan tugas bempa laporan yang berkenaan dengan sikap siswa
105
Evaluasi
Evaluasi yang dilaksanakan mempakan pos tes yang berkenaan
dengan uji coba model yang telah diimplementasikan. Kegiatan evaluasi ini
ditekankan pada aspek afektif (target nilai). Sehingga hasil yang diperoleh
berkenaan dengan pemahaman siswa rata-rata sebesar 5,45. Dimana
sebanyak 91,07%, siswa telah memahami konsep rela berkorban dalam
kehidupannya.
5. Ir.terpnatasi Data Hasil Ujicoba
Data hasil ujicoba, divalidasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
interpretasi. Menurut Nasution (1992 :115) untuk mengecek validitas internal
(kredibilitas) data, dapat dipergunakan tehnik trianggulasi. Maksudnya
adalah data yang diperoleh di cek kebenarannya dari sudut pandang bisa
mengakses data yang relevan dengan situasi pembelajaran. Kedua sudut
pandang tersebut adalah gum dan sekolah , sehingga data yang diperoleh
memiliki validitas yang tinggi. Data yang telah di validasi diinterpretasikan
berdasarkan kerangka teoritik, norma norma yang disepakati atau
berdasarkan intuisi guru mengenai situasi pembelajaran yang baik, sehingga
diperoleh kerangka referensi (frame of reference) yang memberikan makna
terhadapnya. Kerangka referensi ini dapat digunakan untuk menentukan
106
7.Analisis Keberhasilan Model
Untuk mengetahui keberhasilan model yang dihasilkan dalam
penelitian ini, akan ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aspek pencapaian
tujuan, aspek siswa dan aspek gum. Adapun indikator keberhasilan
model adalah sebagai berikut:
a. Indikator keberhasilan model dilihat dari aspek gum adalah :
1. Guru mampu menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan
model
2. Gum mampu menerapkan rancangan pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar
b. Indikator keberhasilan mode! ditinjau dari siswa adalah sebagai
berikut
Siswa secara aktif mau melakukan kegiatan berikut
1. Kegiatan belajar yang berfbkus pada pengembangan kemampuan
bersikap yang baik: (a).Mau melakukan perilaku yang sesuai
dengan norma. (b).Berani berbicara atau bertanya
2. Kegiatan belajar yang berfbkus pada pengembangan daya pikir
dan keterampilan:
a. Mau mengikuti kegiatan proses belajar
b. Dapat menyelesaikan tugas dengan benar
107
Model yang dikembangkan dapat membantu perkembangan sikap,
emosi kemampuan berbahasa, kemampuan daya pikir, keterampilan,
kreativitas siswa secara seimbang.
D.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SLTP Negeri yang berada di
Kabupaten Sumedang.
Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan
April sampai akhir cawu 3 yaitu bulan Juni 2001
Rencana Waktu Pelaksanaan Penelitian
Jadwal Kegiatan PenelitianNo. 1. 2. 5. Kegiatan Persiapan a. Penyusunan Instrumen
144
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
^K •/
Bab ini menyajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian yang
telah dilaksanakan didua sekolah lingkungan SLTP Negeri yang ada di
Kabupaten Sumedang.
A. Kesimpulan
Kesimpulan dibagi ke dalam dua bagian,
yaitu (1). Kesimpulan hasil
studi pendahuluan, dan (2) kesimpulan hasii ujicoba.
1. Kesimpulan Hasil Studi Pendahuluan
Implementasi Model pembelajaranum PPKn yang sarat nilai
-
moral
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa secara umum bahan pelajaran PPKn yang sarat nilai-moral telah
tercantum dalam kurikulum PPKn. Hal ini dapat dilihat dari tujuan serta
prinsip kurikulum PPKn yang mengharapkan siswa memiliki kebiasaan untuk
mampu mengamalkan norma dan berperilaku yang baik, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah.
Materi yang ada dalam kurikulum dan sesuai dengan teori
kadang-kadang kurang sesuai dengan kenyataan yang dirasakan dalam kehidupan di
masyarakat. Kekurangan sesuai ini ditunjukkan oleh hasil penilaian yang
145
sikap. Padahal yang paling terasa oleh masyarakat mengenai hal ini
berkenaan dengan sikap siswa.
Metoda yang digunakan cenderung lebih menekankan pada metode
ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Kesulitan yang dirasakan oleh guru
dalam menerapkan metoda lain adalah waktunya yang kurang.
Media yang diperlukan dalam proses pembelajaran kurang tersedia
terutama di sekolah-sekolah yang berlokasi di kecamatan dan pinggiran kota.
Upaya yang dilakukan oleh guru dalam menanggulangi kekurangan
waktu dalam menyampaikan materi adalah dengan cara memberikan
rangkuman.
Kesulitan yang dirasakan oleh guru dalam pembuatan skala penilaian
untuk penilaian aspek sikap, di mana yang ada pada saat sekarang hanya
penilaian aspek kognitif saja.
Kurangnya buku penunjang pelajaran, media pembelajaran, kesiapan
siswa, kesiapan gum dan faktor sarana dan prasarana serta penunjang
lainnya mempakan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pelaksanan
pembelajaran pendidikan nilai.
Kurangnya buku pegangan yang dimiliki gum sehingga mengalami
kesulitan dalam mengembangkan wawasan keilmuannya dalam bidang
146
Dari hasi penelitian dapat disimpukan bahwa siswa-siswa secara
umum telah menunjukkan adanya pemahaman yang cukup baik mengenai
perkembangan nilai-nilai budaya masyarakat.
2.Kesimpulan Hasi! Uji Coba
Dari hasil uji coba yang dilaksanakan diketahui bahwa secara umum
ada peningkatan aktifitas gum dalam mengajar. Baik dalam pembukaan,
pelaksanaan maupun evaluasi.
Dilihat dari metode mengajar walaupun hasilnya sudah sesuai dengan
pokok bahasan yang tercantum dalam GBPP PPKn yaitu berlandasarkan
dengan karakter bahan materi pelajaran, kemampuan belajar siswa serta
lingkungan belajar siswa, namun di lain pihak pemahamannya tentang
metoda mengajar kurang.
Begitu pula dengan penerapannya, sekalipun sebagaian sudah sesuai
dengan tujuan maupun materinya namun dari segi pelaksanannya masih
belum sesuai dengan langkah-langkah yang sebenarnya.
Dalam mengimplementasikan model yang dikembangkan ada
beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan:
Kekurangan pahaman gum dalam menjelaskan materi,
dapat
diketahui dari bagaimana guru mengembangkan materi yang terdapat dalam
pokok bahasan, namun isi dan materi, sudah ada kesesuaian artinya guru
147
atau mengupayakannya sesuai dengan tuntutan dokumen tersebut, temtama
dari segi pengembangan materi.
Dalam mengimplementasikan model yang dikembangkan umumnya di
sampaikan oleh gum sudah cukup baik, gum sudah menerapkan dan mampu
mengklarifikasi ka'rtan antar materi, gum telah melaksanakan tanya jawab.
Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa bervariasi, Dengan
kegiatan belajar yang demikian ini siswa akan memperoleh pengalaman yang
luas. Mereka memperoleh kesempatan untuk mengembangkan daya pikir,
kerjasama
yang akan bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas,
memperoleh pengalaman dari berbagai contoh dan tugas yang diberikan
gum, sehingga mereka akan memperoleh berbagai pengetahuan.
Kegiatan Akhir yang dilaksanakan gum mencakup menyimpulkan
penjelasan secara umum, tes lisan
Model pembelajaran pendidikan nilai yang dikembangkan berdasarkan
hasil studi pendahuluan dan uji coba yang diimplementasikan dalam
reaaMW^ -OH'Kr PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN VCT PPKn Detain
- Tujuan = menganalisis
kehidupan nyata
• Materi := mengacu pada nilaimoral yang ada - Prosedur Pembelajaran =kegiatan awal, inti,akhir - Metode= VCT (values.clarificationdan technique)
- Sumber Belajar = buku pegangan
Implementasi - kegiatanawal
'• menjelaskan tujuan dengan
y meminta pendapat dari siswa
- terlihat adanya klarifikasi mengenai
materf dengan materi lainnya .
..'- metcde yang digunakan cermah dengan Tanya jawab diskiisllWbermain peran v. _
- siswa menunjukan adanya kemauan untuk mengikuti
KBM
- kegiatan inti
- Penjelasan materi sudah cenderung teratur
- Fokus yang dijadikan kajian sudah tidak berkutak kepada satu literatur
•y Argumen yang dituangkan oleh guru sudah
menunjukan keakuraum
. ^udah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir, meskipun beluin sepenuhnya berjalan
efektif
- Vtgiatan akhir
'-Guru sudah memberikan kesimpulan