• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi tinjauan psikologi sastra - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi tinjauan psikologi sastra - USD Repository"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Disusun oleh : Bangun Budi Mulyawan NIM : 024114019

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTO

Janganlah Kuatir Akan Hidupmu

akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir

pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah

hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting

dari pada pakaian

(5)

v

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Yesus Kristus, Sang Juru Selamat Manusia

Ayah, Ibu, Emak yang selalu mendoakanku

(6)
(7)

vii

TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

Bangun Budi Mulyawan Universitas Sanata Dharma

2009

Penelitian ini mengkaji sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi. Tujuan penelitian ini sebagai berikut. (1) Mendiskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi. (2) Menganalisis dan mendeskripsikan sikap tokoh Endar Prasasti dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi.

Dalam Penelitian ini digunakan pendekatan psikologi sastra yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis tokoh dan penokohan, serta menganilisis sikap tokoh Endar Prasasti berdasarkan teori dari Kiesler, Collins dan Miller, yang semuanya ditinjau dari aspek psikologisnya.

(8)

viii ABSTRACT

THE PERSONALITY OF ENDAR PRASASTI A DEAF AND DUMB WOMAN AS REFLECTED IN LANGIT KRESNA HARIADI’S KIAMAT PARA DUKUN

LITERARY PSYCHOLOGICAL RESEARCH

Bangun Budi Mulyawan Universitas Sanata Dharma

2009

The title of this research is The Personality of Endar Prasasti a deef and dumb woman as reflected in Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun. This research examines the personality of Endar Prasasti, a deef and dumb woman. (1) The objectives of this research are to describecharacter and characterization as reflected in Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun. (2) Analyze and describe the personality of Endar Prasasti in Langit Kresna Hariadi’s Kiamat Para Dukun.

This research uses psychological literary approach that focus on literary text as research material. The research method that used in this research is descriptive method analysis. The descriptive method analysis can be used to analyze character and characterization and also to analyze the personality of Endar Prasasti based Kiesler’s, Collin’s and Miller’s theory that observed from Psychological aspect.

(9)

ix

limpahan karunianya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akhir dalam menempuh ujian mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini, yaitu :

1. Drs, B. Rahmanto, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan pengetahuan yang membangun hingga tersusunnya skripsi ini;

2. S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak sekali masukan, saran, bimbingan, semangat untuk maju dan sabar;

3. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. sebagai dekan sastra yang sudah banyak membantu dan mempermudah penyelesaian studi;

(10)

x

5. Drs. A. Hery Antono, M.Hum. dan para dosen yang sudah membantu terlaksananya skripsi ini;

6. Bapak, Ibu Widodo serta keluarga besar yang telah banyak membantu baik material maupun immaterial;

7. Mbah Putri Mijilan dan adikku Wahjoe terimakasih atas kesabaran dan kasih sayangnya selama ini;

8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2002, Ayo segera nyusul nanti ndak segera digusur;

9. Keluarga Monjali yang mendukung jalannya skripsi;

10.Ibu Tegalrejo (Emak tersayang), terimakasih atas kasih sayang dan ajarannya untuk bersabar dan memaknai hidup;

11.Keluarga besar Tegalrejo, yang mau mengerti keadaanku selama ini dan mendukung sepenuh hati;

12.Istriku tercinta Lia, terimakasih atas segalanya;

13.Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN MOTTO……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……… v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……… vi

ABSTRAKSI……….. vii

ABSTARCT…….………... viii

KATA PENGANTAR……… ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. xi

DAFTAR ISI……….. xii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Rumusan Masalah………. 4

1.3 Tujuan Penelitian……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian……… 5

1.5 Landasan Teori………. 5

1.5.1 Tokoh……… 5

1.5.2 Penokohan………. 7

(13)

xiii

1.6.1 Pendekatan………. 14

1.6.2 Metode Penelitian……….. 14

1.6.2.1 Metode Pengumpulan Data……… 15

1.6.2.2 Metode Analisis Data………. 15

1.7 Sumber Data………. 15

1.8 Sistematika Penyajian……….. 16

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL KIAMAT PARA DUKUN 2.1 Tokoh……… 17

2.1.1 Endar Prasasti……… 18

2.1.2 Kik Darman………... 22

2.1.3 Wuryanti……… 25

2.1.4 Barkah……… 27

2.1.5 Man Suwoto……….. 29

2.1.6 Unique Daniar Tumanan………... 31

2.1.7 Dokter Naimah……….. 32

2.2 Penokohan……… 34

(14)

xiv

2.2.1.2 Idealis……….. 38

2.2.1.3 Gadis Berani……… 40

2.2.1.4 Lugu………... 41

2.2.1.5 Mempunyai Rasa Takut……… 43

2.2.1.6 Inovatif………... 45

2.2.1.7 Rasa Sedih ….………... 46

2.2.1.8 Kerinduan dan Kesetiaannya Terhadap Agung Tamba……… 47

2.2.1.9 Percaya diri……… 49

2.2.1.10 Dapat Menerima Kenyataan……… 50

2.2.2 Kik Darman (Tokoh Antagonis)……… 50

2.2.2.1 Kasar/ Beringas (Suka Kekerasan)………. 51

2.2.2.2 Suka Mencibir……… 52

2.2.2.3 Mata Duitan………... 54

BAB III ANALISIS SIKAP TOKOH ENDAR PRASASTI SEORANG BISU TULI 3.1 Withdrawl ( Menarik Diri )………. 58

3.2 Self Appraisal ( Penilaian Diri )………. 61

3.3 Depression ( Depresi )……… 65

3.4 Over Optimism ( Optimis yang Berlebihan )………. 68

3.5 Tension ( Ketegangan )……….. 72

3.6 Reaction to Rehabilitation ( Reaksi Terhadap Rehabilitasi )………. 75

(15)

xv BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……….. 93

4.2 Saran……… 96

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karya sastra merupakan produk dari masyarakat, ia tidak lahir dari kekosongan (social vacum). Daya khayal pengarang dalam karyanya secara langsung dipengaruhi oleh pengaruh manusia yang berada dalam masyarakat, persoalan-persoalan lingkungannya, serta keadaan dan tempat hidupnya menjadikan karya sastra yang dihasilkan mengandung informasi tentang masyarakat tersebut (Hardjana, 1985:21).

Menurut LaPierre (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap adalah sebagai “suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasi, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”.

Menurut Secord & Backman (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap adalah sebagai “keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.

(17)

sosial. Keluarga atau orang lain di sekitar merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap seorang individu. Kondisi internal dan keluarga juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi serta membentuk sikap seorang individu.

Sikap yang akan diangkat di dalam penelitian ini adalah sikap seorang bisu tuli bernama Endar Prasasti dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi. Kehidupan gadis bisu tuli yang digambarkan dalam novel Kiamat Para Dukun memberikan gambaran mengenai sikap seorang gadis bisu tuli yang tercermin dalam sikap, pemikiran, ucapan serta tingkah laku dalam kehidupannya. Sikap Endar tersebut terbentuk karena didominasi oleh faktor luar dan lingkungan sosial sekitar. Sehingga sangat mempengaruhi sikap Endar dalam kesehari-harian.

(18)

3

Sikap Endar Prasasti seorang bisu tuli sewaktu kecil tidak terbentuk dengan baik, itu dikarenakan lingkungan internalnya yaitu keluarga tidak mendukung. Tokoh tidak mendapat perhatian dan kasih sayang serta pelajaran yang baik dari ayah angkatnya. Ketika mulai beranjak dewasa tokoh tidak mendapatkan pendidikan formal yang memadai untuk perkembangan cacat yang dideritanya, justru malah banyak tekanan hidup yang dialaminya. Sebaliknya, dengan adanya interaksi Endar terhadap lingkungan eksternalnya, sikapnya mulai tertata dan terbentuk cukup baik. Endar mulai belajar mengerti bahasa tubuh dan bahasa gerak bibir sehingga sedikit demi sedikit Endar mulai mengerti apa yang diucapkan lawan bicaranya dan mulai belajar bicara serta belajar bahasa tubuh. Dapat dilihat jelas bahwa sikap Endar Prasasti terbentuk karena dipengaruhi oleh faktor eksternalnya. Sebenarnya jarang sekali terjadi seorang bisu tuli dapat terbentuk dengan baik sikapnya dalam sehari-hari. Apalagi ketika banyak kesulitan yang dihadapinya. Namun, Endar Prasasti dengan kemampuan yang dimilikinya serta lingkungan yang mendukung dan menjadikannya sebagai gadis bisu tuli yang mempunyai sikap baik.

Sikap sangat berkaitan dengan masalah psikologis. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra. Untuk mengungkapkan sikap Endar, terlebih dahulu akan diteliti unsur intrinsik berupa tokoh dan penokohan. Unsur ini dikaji karena paling intensif mencerminkan sikap tokoh Endar.

(19)

karya sastra. Di samping itu, karena sebagai seorang bisu tuli dengan kondisi lingkungan internal yang tidak mendukung, tokoh Endar Prasasti dapat hidup normal layaknya gadis biasa. Dengan kemampuan serta hasrat yang dimilikinya Endar berusaha berjuang untuk hidupnya dan untuk menghadapi masalah yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi?

1.2.2 Bagaimanakah sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel Kiamat Para Dukun karya Langit Kresna Hariadi?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah : 1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Kiamat Para Dukun

karya Langit Kresna Hariadi.

(20)

5

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau sumbangan sebagai berikut :

1.4.1 Menambah kajian sastra, khususnya Sastra Indonesia dengan pendekatan psikologi sastra.

1.4.2 Menambah wawasan serta pengetahuan mengenai bisu tuli atau gangguan pendengaran serta penyakitnya dan kiat-kiat bagaimana menghadapinya.

1.4.3 Mengembangkan apresiasi sastra karya Langit Kresna Hariadi khususnya novel Kiamat Para Dukun.

1.5 Landasan Teori 1.5.1 Tokoh

(21)

a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan.

Tokoh utama dan tokoh tambahan adalah tokoh yang dilihat dari segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh tersebut dalam suatu cerita. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2007:177). Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, karena paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang cukup pendek (Nurgiyantoro, 2007:176). Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama.

b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

(22)

7

demikian pula ketika menyikapinya. Tokoh antagonis merupakan tokoh perlawanan dalam suatu cerita. Tokoh antagonis lah yang menyebabkan timbulnya suatu konflik dalam suatu cerita, namun tidak semua disebabkan oleh tokoh antagonis.

1.5.2 Penokohan

Penokohan merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur yang lain membentuk suatu totalitas dalam sebuah karya fiksi. Ia merupakan salah satu fakta di samping kedua fakta cerita yang lain. Dengan demikian, penokohan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keutuhan dan keartistikan sebuah fiksi (Nurgiyantoro, 2007:172). Penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Dengan demikian, istilah “penokohan“ lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007:166). Jadi intinya adalah penokohan merupakan tehnik perwujudan dan pengembangan dari tokoh.

1.5.3 Psikologi Sastra

(23)

diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri. Psikologi dapat memperjelas proses kreatif pengarang. Untuk beberapa kasus tertentu suatu psikologi sastra dapat menambah nilai artistik atau sebagai penunjang pada suatu karya sastra. Mengenai pemikiran psikologis dalam suatu karya sastra tidak harus dicapai melalui pemikiran psikologis saja.

1.5.4 Sikap

Menurut Barkowitz (dalam Saifuddin Azwar, 1995:5) sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap seseorang secara lebih spesifik akan mempunyai efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis. Dalam teori sikap dipandang sebagai suatu kombinasi reaksi afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Ketiga komponen sikap tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu.

(24)

9

memberikan pesan persuasi yang berisi informasi yang relevan bagi fungsi sikap yang bersangkutan.

Menurut Kiesler, Collins dan Miller (dalam Widiyanto, 2008:124) Sikap dideskripsikan sebagai: “a learned predispotition to respons in a consistently favorable or unfavorable manner with respect to a given object.” Dari definisi tersebut tampak bahwa sikap itu mengandung unsur predisposisi, dipelajari dan konsisten. Sikap selalu memiliki objek sikap.

Berikut ke-10 objek sikap menurut Kiesler, Collins dan Miller (dalam Widiyanto, 2008:127-131) pada seorang bisu tuli :

1. Withdrawl (Menarik Diri)

Withdrawl adalah sikap menarik diri ketika menghadapi masalah.

Jika ditemukan hasil penelitian mengarah pada positif maka sikap seorang bisu tuli dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya, cenderung melakukan hal yang wajar, tidak melakukan tindakan destruktif dalam wujud menarik diri (withdrawl). Jika hasil penelitian mengarah ke negatif maka sikap yang ditemukan adalah sebaliknya.

2. Self Appraisal (Penilaian Diri)

(25)

komunitas masyarakat yang berpendengaran normal. Jika hasil penelitian mengarah ke negatif maka sikap yang ditemukan adalah sebaliknya.

3. Depression (Depresi)

Depression adalah sikap yang menjurus ke depresi, jika ditemukan

hasil penelitian mengarah pada tindakan positif, hal itu menunjukan bahwa seorang bisu tuli merupakan orang-orang yang bisa mengelola diri secara wajar, sebagaimana orang berpendengaran normal ketika menghadapi berbagai permasalahan hidup.

4. Over Optimism (Optimisme Berlebihan)

Over optimism adalah sikap optimisme yang berlebihan, jika hasil penelitian mengarah pada tindakan negatif yaitu mengarah ke tindakan over optimism, hal itu menunjukan bahwa seorang bisu tuli memiliki optimisme yang berlebihan ketika memandang berbagai tantangan hidup. Optimisme berlebihan di satu sisi memang positif, tetapi di sisi lain merupakan indikasi bahwa seorang bisu tuli kurang mampu memahami diri.

5. Tension (Ketegangan)

(26)

11

6. Reaction to rehabilitation (Reaksi Terhadap Rehabilitasi)

Reaction to rehabilitation adalah sikap atau reaksi terhadap rehabilitasi. Jika hasil mengarah ke positif, maka sikap yang ditunjukan seorang bisu tuli adalah mereka terbuka terhadap program rehabilitasi, atau penyembuhan termasuk program-program belajar/pelatihan yang akan bermanfaat bagi perbaikan kehidupan mereka.

7. Job Worry (Kecemasan Kerja)

Job Worry adalah sikap kecemasan yang tinggi terhadap kerja atau pekerjaan. Jika hasil penelitian mengarah ke positif, maka sikap yang ditunjukan seorang bisu tuli adalah tidak begitu khawatir terhadap pekerjaan yang akan dilakukan.

8. Sensitivity (Mudah Tersinggung)

Sensitivity adalah sikap mudah tersinggung. Jika hasil yang ditemukan tidak berbeda jauh antara positif dan negatif, maka kesimpulannya adalah pada saat berkomunikasi dengan seorang bisu tuli relatif mudah, ditemukan beberapa penyandang bisu tuli yang gampang tersinggung ketika bercakap-cakap.

9. Cover up (Menutupi)

Cover up adalah sikap suka menutup-nutupi, dalam hal ini adalah

(27)

menjurus ke cover up, mereka berusaha menutupi kelemahan-kelemahan yang ada dalam dirinya.

10.Eccentric reaction (Reaksi Aneh)

Eccentric reaction adalah sikap memiliki reaksi-reaksi yang aneh.

Jika ditemukan hasil penelitian mengarah pada tindakan positif, hal itu menunjukan bahwa sebagian dari seorang bisu tuli mampu mengelola diri dengan baik, sehingga mendapatkan berbagai stimulus yang tidak menyenangkan ataupun yang menyenangkan. Cenderung memberikan respon atau reaksi secara wajar, tidak berlebihan.

1.5.4 Pengertian Bisu Tuli atau Gangguan Pendengaran

Bisu tuli adalah tidak dapat mendengar sekaligus tidak dapat menghasilkan pembicaraan yang dapat dimengerti (KBBI, 1990:967).

Manusia normal ditandai dengan berfungsinya secara optimal seluruh fungsi indera. Menurut Aristotle (dalam Widyanto, 2008:122) manusia memiliki lima indera, yaitu: earing (pendengaran), sight (penglihatan), smell (penciuman), taste (pengecapan), dan touch (peraba). Penyandang gangguan pendengaran

mengalami gangguan atau kerusakan pada hearing sense atau indera pendengarannya.

(28)

13

yang mengalami gangguan pendengaran berat sekali sampai total akan mengalami kesulitan bicara karena mereka tidak bisa mendengar suara orang lain sehingga tidak mampu meniru. Kemampuan meniru ini merupakan hal yang sangat penting untuk belajar bicara. Di samping itu, mereka juga tidak mampu mendengarkan suaranya sendiri ketika mencoba bicara.

(29)

1.6. Metodologi Penelitian 1.6.1 Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi merupakan penelaahan yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat pada suatu karya sastra, karena psikologi mempelajari proses-proses kejiwaan (Sukada, 1987:105). Dalam penelitian ini sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli diteliti dengan memanfaatkan teori sepuluh objek sikap dari Kiesler, Collins, dan Miller dengan pendekatan psikologi sastra.

1.6.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini melalui dua tahap yaitu; metode pengumpulan data dan metode analisis data. Metode pengumpulan data merupakan metode dengan teknik pengumpulan data setelah dilakukan pembacaan dari keseluruhan objek data. Sedangkan metode analisis data merupakan metode analisis setelah dilakukannya pengumpulan data dengan metode analisis pilihan. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada data atau sebagaimana adanya (Nawawi dan Martini, 1994:73).

(30)

15

berdasarkan teori dari Kiesler, Collins, dan Miller (dalam Widiyanto) berdasarkan sepuluh objek sikap.

1.6.2.1Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pembacaan secara keseluruhan terhadap novel KPD. Pembacaan keseluruhan dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi secara umum, setelah itu dilakukan pencatatan data berdasarkan data-data sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel KPD. Data yang didapat adalah data yang hanya berasal dari novel KPD.

1.6.2.2 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan dalam analisis data adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis yang digunakan dalam penelitian ini bermaksud mendeskripsikan ajaran atau kaedah psikologis khususnya psikologi sastra dari novel KPD. Gambaran sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli diteliti menggunakan metode sepuluh objek sikap penyandang bisu tuli. Data-data tersebut kemudian diteliti dan diolah. Hasil dari olahan tersebut disimpulkan untuk mengetahui sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli.

1.7 Sumber Data

(31)

Kota : Solo Tahun terbit : 2004 Cetakan : Juli 2004

1.8 Sistematika Penyajian

(32)

17 BAB II

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL KIAMAT PARA DUKUN

Dalam bab II ini akan dianalisis tokoh dan penokohan sebagai unsur utama pembentukan suatu cerita. Perhatian utama akan difokuskan pada teks cerita sebagai suatu keutuhan. Analisis tokoh dan penokohan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai tokoh dan penokohan dari setiap tokoh dalam cerita, baik itu tokoh protagonis atau tokoh utama, tokoh tambahan serta tokoh antagonis. Penggambaran yang lebih jelas tersebut akan membantu pembaca untuk lebih memahami tokoh serta perwatakannya dalam cerita.

2.1 Tokoh

(33)

Tokoh utama dalam novel Kiamat Para Dukun (KPD) adalah Endar Prasasti atau dipanggil dengan sebutan Endar, yang dalam cerita tersebut juga berlaku sebagai tokoh protagonis. Berdasarkan pada intensitas kemunculan tokoh dalam peristiwa-peristiwa dalam cerita tersebut, tokoh Endar dapat dikatakan sebagai tokoh utama. Intensitas kemunculan tokoh Endar dalam cerita tersebut dikisahkan mulai dari awal perjalanan hidupnya yaitu ketika kedua orangtuanya meninggal, kemudian menjadi anak angkat seorang dukun, hingga permasalahan-permasalahan yang muncul serta berakhir pada kisah Endar yang menjadi salah satu incaran pembantaian dukun. Berikut ini akan dideskripsikan tokoh protagonis (Endar Prasasti), tokoh antagonis (Kik Darman), dan tokoh-tokoh pembantu (Wuryanti, Barkah, Man Suwoto, Unique, dokter Naimah).

2.1.1 Endar Prasasti

Endar Prasasti atau dipanggil cukup dengan nama Endar, adalah perawan sunthi atau gadis remaja yang berasal dari dusun Rogojampi, tepatnya di daerah Banyuwangi. Endar adalah anak yatim piatu dan menjadi anak angkat seorang dukun bernama Kik Darman. Endar adalah gadis bisu tuli, cacat tersebut dideritanya sejak kecil, atau menjadi cacat bawaan. Dengan keterbatasan yang ada, ia harus belajar sendiri bicara dengan bahasa tubuhnya, dan berharap orang lain tahu apa yang diinginkannya, berikut kutipan Endar sebagai gadis bisu tuli.

(34)

19

menjerit melengking tinggi sehingga memancing semua orang menoleh kepadanya dengan rasa iba atau barangkali bersyukur tidak bernasib seperti dia.

“Endar Prasasti sebenarnya cantik,” gumam seseorang.

Mungkin kalimat itu masih ada sambungannya, yaitu Endar Prasasti sebenarnya cantik, hanya sayang bisu. Bisu yang disandang gadis itu menjadi penghambat komunikasi dan penyebab sering timbul kesalahpahaman. Dua orang berbeda akan menggunakan cara yang berlainan untuk mengutarakan isi hatinya. Misalnya naksir, akan tetapi karena bisu, perbedaan penafsiran bisa menjadi penyebab yang berbuah tamparan di wajah (hlm.25).

Kutipan (1) merupakan penjelasan bahwa Endar adalah seorang gadis bisu tuli. Keterbatasannya membuat Endar sulit berkomunikasi, seharusnya seorang penyandang cacat bisu tuli mendapatkan pendidikan formal yang baik untuk menunjang keterbatasannya tersebut. Dengan keterbatasannya Endar cukup pandai, namun hanya orang yang sering berkomunikasi dengannya yang dapat mengerti bahasa tubuhnya.

Endar adalah anak angkat seorang dukun bernama Kik Darman, kesehariannya membantu Kik Darman yang berprofesi sebagai dukun. Dengan kepandaian serta pembelajaran inilah akhirnya menjadikan Endar berprofesi sebagai dukun pula, bahkan peragaan lakon kesurupan pun dapat dilakoninya dengan baik dibanding ayah angkatnya sendiri. Berikut beberapa kutipan Endar adalah seorang dukun ;

(2) Dalam hal berakting kesurupan, Endar Prasasti mampu tampil jauh lebih bagus dari Kik Darman. Endar Prasasti mampu membeliakan mata sampai hilang hitam bolanya, menekuk hidung hingga hilang cupingnya, bahkan bisa menggerak-gerakkan kedua daun telinganya untuk mendukung laku in trance yang harus diperankannya. Sebaliknya Kik Darman tidak bisa (hlm.34).

(35)

berprofesi sebagai dukun. Kesehariannya membantu ayahnya menjadikan Endar semakin mandiri dan pandai, pandai dalam artian dia mempelajari akting kesurupan itu sendiri.

(3) Berbeda dengan gaya dukun sebelumnya, tiba-tiba Endar berjongkok sambil tetap memegangi telapak tangan orang itu. Dengan caranya Endar membaca rajah.

“Kau akan mati kecelakaan,” kata Endar dengan aksen diupayakan jelas. Meski ucapan gadis yang kesurupan itu sulit dicerna, namun masih bisa ditangkap dengan jelas maksudnya. Jika orang yang dipegang tangannya itu terkejut dan mendadak cemas oleh ramalan yang diucapkan gadis yang baru kesurupan itu, sebaliknya di antara sebagian penonton yang ada terperangah manakala melihat kenyataan gadis itu bisu. Pesona sihir yang digelar oleh Endar Prasasti kian menjadi, ketika sekali lagi matanya membeliak dan hitam bola matanya seketika lenyap.

“Kamu harus diberi syarat,”ujar Endar sekali lagi (hlm.79).

Kutipan (3) menjelaskan bahwa Endar adalah seorang dukun. Setelah minggat dari rumah, ia mulai berfikir untuk menghidupi dirinya yaitu dengan berprofesi sebagai dukun. Aksinya pertama kali digelar di pasar, dengan kepiawaiannya berakting kesurupan menjadikan orang-orang yang melihat percaya bahwa dukun sedang dirasuki dan kemampuannya sangat tinggi. Dengan cara seperti itu, kemampuannya sebagai dukun semakin dipercaya, dibanding dukun lain yang belum tentu dapat melakukannya.

(36)

21

(4) Agung Tamba, sebuah nama yang membuat Endar Prasasti selama ini merasa amat penasaran dan bertanya-tanya, di mana kini ia berada atau sedang melakukan apa? Agung yang kepadanya ia nglawungi. Pada Agung, satu-satunya lelaki di mana ia tidak menyimpan rasa was-was atau curiga bakal dikurang ajari.

Endar Prasasti merasa waktu yang berlalu sudah sangat lama. Dua kali Lebaran Idul Fitri terlampaui, berarti sudah dua tahun ia kehilangan Agung Tamba. Endar yang mencoba mengenang, merasa cemas kehilangan bayangan pemuda itu. Pemuda yang selalu ramah dan ikhlas membantu siapa pun. Misal merajut jala atau membantu menarik perahu ke daratan. Dalam kebisuannya Endar Prasasti tidak mempunyai kalimat untuk melampiaskan kerinduannya kepada Agung. Andai ia bisa berbicara, dari lubuk hatinya pasti akan mengalir deras jeritan kangen kepada lelaki itu (hlm.27).

Agung Tamba adalah nama seorang pemuda, yang dulu pernah tinggal di Rogojampi. Agung Tamba adalah tetangga Endar Prasasti, dia tinggal sendiri tanpa sanak saudara. Kesehariannya mereka sering bersama, itu yang membuat Endar semakin dekat. Apalagi Agung adalah sosok laki-laki yang baik, yang tidak memanfaatkan keadaan Endar yang bisu. Kedekatan tersebut membuat Endar jatuh cinta pada Agung Tamba.

(5)“Isun kangen ambi Kang Agung,” ucap Endar Prasasti dengan gerak bibir yang jelas.

Wuryanti menangkap apa yang diucapkan gadis itu dan menyatakan keprihatinannya dengan memandangi rembulan yang mulai menyebulkan diri. Bulan yang benderang sehari menjelang purnama itu diyakininya adalah bulan yang juga tengah menjadi perhatian semua orang, atau setidak-tidaknya, bulan yang murah dengan sinarnya itu adalah juga bulan yang memperhatikan apa yang dilakukan Agung Tamba, meski entah di mana Agung Tamba berada.

“Kudu takon ambi sapa, supaya isun ngertai Kang Agung ana ring

ngendai?” Endar Prasasti mengucapkan kalimat Osing itu dengan bahasa

(37)

Setelah tinggal cukup lama di Rogojampi, Agung Tamba pergi tanpa ada yang mengetahui, baik itu Endar maupun Wuryanti. Agung pergi dengan alasan yang semua orang terdekatnya tidak tahu, itu yang membuat Endar sedih dan khawatir, karena tidak tahu ke mana lagi harus mencari Agung Tamba. Wuryanti, sahabat dekatnya merasa kasihan, dia tahu Endar sangat mencintai Agung Tamba, namun mereka berdua tidak tahu ke mana lagi harus mencari sosok tersebut.

(6) Endar Prasasti memungut batu lagi dan melemparkannya ke laut. Kalau kesedihannya makin membuncah, kini karena ingatannya tertuju pada Agung Tamba, lelaki yang menjadi pujaan hatinya. Seandainya ia ada di sampingnya maka kepada lelaki itulah Endar akan berbagi duka kesedihannya (hlm.74).

Kutipan (4), (5), (6) menjelaskan bahwa tokoh Endar sangat mencintai pemuda bernama Agung Tamba. Kepada lelaki itu Endar menyimpan pengharapan yang cukup besar, karenanya ia sangat setia untuk menunggu walaupun tidak pernah ada kabar dari lelaki itu.

Tokoh yang lain yang ditampilkan dalam cerita ini adalah tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penentang tokoh protagonis. Dalam novel KPD ini yang menjadi tokoh antagonis adalah Kik Darman, ayah angkat dari tokoh protagonis sendiri.

2.1.2 Kik Darman

(38)

23

Darman dalam praktik perdukunan. Di situ Endar kerap memainkan tokoh kesurupan, didikan itu diajarkan kepadanya sejak kecil. Mengenai pendidikan formal tak secuil

pun Kik Darman peduli terhadap Endar, entah alasan ekonomi atau baginya

pendidikan tidak penting. Berikut kutipan mengenai sosok Kik Darman sebagai ayah angkat Endar Prasasti :

(7)“Endar mulai menimbang-nimbang dan berhitung, Endar masih menyimpan kenangan, ketika jauh sekian tahun yang lalu pada saat ia berusia delapan tahun terpaksa harus ikut Kik Darman yang mengangkatnya sebagai anak karena Barkah, tetangga yang karena kedekatannya dianggapnya sebagai pengganti ayah, ternyata malah menitipkannya kepada Kik Darman (hlm.72).

Kutipan (7)) menceritakan bahwa sosok Kik Darman sebagai ayah angkat Endar Prasasti. Kik Darman menjadi ayah angkatnya setelah Barkah ayah angkat pertama Endar menitipkannya kepada Kik Darman. Barkah merupakan tetangga Kik Darman, dan mereka berdua dulunya sangat dekat.

(8)Endar Prasasti kemudian diasuh Barkah yang bukan sanak dan bukan kadang. Akan tetapi, Barkah juga bukan tempat berteduh yang kukuh karena Barkah menyerahkan Endar kecil itu pada Kik Darman dan diaku sebagai anaknya. Atau kalau mau lebih jujur, keadaan Endar yang bisu itu justru dimanfaatkan untuk mencari uang. Nasib Endar, si Bisu mirip dengan Juminto, si Cebol yang ikut Pak Marjuni, penjual jamu. Juminto justru digunakan untuk menjadi daya tarik agar orang berduyun-duyun datang menyaksikan atraksinya (hlm.74).

Kik Darman adalah ayah angkat terakhir Endar setelah Barkah. Sebagai ayah

(39)

(9)Sesungguhnya kemampuan macam apa yang dimiliki Kik Darman, ayah angkat Endar Prasasti itu? Adakah mulutnya yang berkomat-kamit merapal japa mantra benar-benar mempunyai daya magis yang mampu memenuhi permintaan jenis apa pun dari pasien yang adatang padanya? Apakah ketika Kik Darman kehilangan kesadaranya benar-benar bisa menyediakan tubuh sebagai media kepribadian ganda atau dengan kata lain kesurupan?

Yang jelas, bermacam-macam urusan diusung oleh mereka yang datang menemui Kik Darman. Tidak sedikit orang Jawa yang menjadi mayoritas etnis di Banyuwangi yang datang meminta bantuan, juga orang Madura yang menempati daerah pesisir, atau begitu padat menempati kehidupan nelayan seperti Muncar. Meski orang Bali tak seberapa banyak yang tinggal di Banyuwangi, akan tetapi ketenaran Kik Darman seolah menyebrang ke Pulau Dewata. Orang-orang Bali pengguna jasanya berdatangan melintasi Gilimanuk ke Ketapang. Bila mereka datang dengan niat yang sudah bulat maka tidak ada satupun petunjuk Kik Darman yang sudah dilaksanakan., meski disuruh memakan tahi ayam atau harus memandikan topeng leak dengan darah (hlm.33).

Kutipan (9) menjelaskan mengenai Kik Darman dengan profesinya sebagai dukun. Profesi dukun tersebut menjadikannya terkenal di wilayah sekitar Banyuwangi. Bermacam-macam persoalan diyakini dapat diselesaikan oleh dukun Kik Darman, asal memberikan imbalan untuk pengganti jasa yang telah diberikan.

(10)Pasien Kik Darman pada umumnya bukan orang sembarangan. Mereka umumnya berasal dari tempat-tempat yang jauh bahkan lintas provinsi. Para pasien itu datang membawa bermacam persoalan. Mulai dari masalah cinta sampai pembunuhan. Mulai dari mencegah turunnya hujan hingga menderaskannya. Orang-orang itu selalu meninggalkan mas kawin-demikian Kik Darman menyebut biaya yang harus dibayar untuk bantuan yang diberikannya-dalam jumlah banyak. Akan tetapi tetap saja Kik Darman tidak bisa kaya. Mas kawin atau apa pun namanya selalu ludes di meja judi. Kik Darman ternyata tidak bisa menggunakan kemampuan magisnya untuk memperkaya diri (hlm.38).

(40)

25

dukun. Entah karena kemampuan sesungguhnya atau kebohongan atas dasar kebutuhan ekonomi dan sulitnya mencari pekerjaan. Dengan kepiawaiannya menjadi dukun, menjadikan Kik Darman cukup ditakuti di daerahnya.

Tokoh protagonis berhubungan dengan tokoh yang lain, Endar Prasasti dalam kesehariannya berinteraksi dengan orang banyak. Tokoh-tokoh lain merupakan tokoh pembantu atau sebagai pendukung yang berfungsi sebagai penunjang tokoh utama dalam suatu cerita. Tokoh-tokoh pembantu tersebut adalah Wuryanti, Barkah, Man Suwoto, Unique Daniar Tumanan dan Dokter Mariatun Naimah. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai peran masing-masing dan berfungsi membantu menyampaikan pikiran tokoh utama dalam suatu cerita. Berikut paparan beberapa tokoh pembantu :

2.1.3 Wuryanti

Wuryanti adalah sahabat karib Endar Prasasti. Ke mana-mana mereka selalu pergi berdua, Wuryanti sudah dianggap saudara oleh Endar, karena Endar hidup sebatang kara. Wuryanti adalah sahabat, saudara, tempat Endar meluapkan isi hatinya. Tempat Endar menceritakan semua keluh kesah dalam hidupnya. Wuryanti mengenal dengan baik Endar melebihi ayah angkatnya sendiri. Wuryanti selalu peduli dengan keadaan Endar, tidak hanya itu setiap ada perubahan tingkah laku dari Endar, dialah orang yang pertama kali tahu. Berikut kutipan kedekatan tokoh Wuryanti dengan Endar .

(11) “Ada apa?” bertanya Wuryanti sambil berjongkok di depannya. Endar melirik, namun tidak menjawab apa pun.

(41)

Endar Prasasti kembali hanya melirik sekilas. Dengan setengah hati ia lontarkan kembali pandangan matanya ke tengah laut.

Wuryanti menyentuh pundaknya dan segera menyediakan diri untuk dipeluk dan memeluk.

Seketika Endar meledakkan tangisnya dalam pelukan sahabatnya (hlm.70). Kutipan (11) menunjukan perhatian Wuryanti kepada Endar sahabatnya. Wuryanti sangat menyayangi Endar, seperti seorang kakak, ia selalu siap menjadi pendengar atau tempat penghiburan bagi adiknya ketika sedang sedih.

(12) Endar memperhatikan gerak bibir tamunya, akan tetapi Unique berbicara terlalu cepat. Endar menoleh pada Wuryanti, dari raut wajahnya terbaca, Endar membutuhkan bantuannya untuk menjelaskan duduk persoalannya.

Wuryanti kembali mengambil alih. “Ndar. Semua uang itu milikmu dari Kang Agung Tamba. Kang Agung sudah meninggal, dan mbak ini adalah istrinya’(hlm. 145).

Pada kutipan (12) ditunjukan pula kepedulian Wuryanti terhadap sahabatnya, Endar. Endar adalah gadis bisu tuli, dengan kemampuannya ia berusaha berbicara dengan bahasa isyarat dan berusaha memahami perkataan lawan bicaranya. Wuryanti sahabatnya acap kali membantu Endar ketika mengalami kesulitan dalam memahami perkataan lawan bicaranya, Wuryanti lah yang akhirnya membantu menerjemahkannya. Berikut beberapa kutipan yang juga menunjukan kepedulian Wuryanti kepada Endar.

(13)“Jangan kau lanjutkan rencanamu,”gelisah Wuryanti.

Endar memandangi mulut Wuryanti agak lama. Wuryanti terpaksa mengulang, “Jangan kau lanjutkan main-main jadi dukun itu, sangat berbahaya dan bisa mengundang malapetaka!”

(42)

27

Wuryanti adalah sahabat yang peduli tentang kehidupan Endar, ia tidak mau kehilangan sahabatnya karena profesi yang digelutinya saat ini mengundang bahaya untuknya. Ketika Wuryanti tahu keadaan Endar dan profesinya sebagai dukun, ia berusaha mencegah agar Endar tidak melanjutkan profesi tersebut.

(14) Endar memandangi wajah sahabatnya.

“Ayolah Ndar,”kata Wuryanti.”Jangan bekukan hatimu seperti itu, bukalah perasaanmu dan beri kesempatan kepada Mbak Unique untuk bertemu dan berbicara denganmu, karena Mbak Unique membawa pesan Kang Agung untukmu. Apa kau tidak ingin mengetahui apa pesan Kang Agung untukmu?”(hlm.182)

Wuryanti bersikeras membujuk Endar ketika ada sesuatu yang penting yang harus Endar ketahui. Endar sangat sulit menerima keadaan yang sebenarnya yaitu mengetahui bahwa Agung Tamba telah beristri, Endar pun tidak mau menemui Unique istri Agung.

Kutipan (11), (12), (13) dan (14) menjelaskan bahwa tokoh Wuryanti sangat dekat dan peduli dengan keadaan Endar. Wuryanti sangat mengenal Endar dengan baik, dia tahu dan dapat membaca tingkah laku Endar ketika mengalami masalah, bahkan Wuryanti lah yang menjadi penerjemah bahasa tubuh Endar ketika orang lain tidak bisa mengerti apa yang diucapkannya. Wuryanti bukan saja menjadi sahabat, namun saudara dan penolong bagi Endar.

2.1.4 Barkah

(43)

karena istrinya meninggal, Barkah tidak mampu merawat Endar. Dibanding Kik Darman, Barkah lebih dekat dengan Endar, ia sangat menyayangi Endar. Berikut kutipan kedekatan tokoh Barkah dengan Endar.

(15) Untunglah Endar Prasasti, si gadis bisu itu segera tampil mencairkan keadaan. Endar segera mengambil kendi dan menuangkannya ke bungkus plastik yang setelah diikat sedemikian rupa. Bungkusan plastik segera diulurkannya kepada Barkah. Dengan isyarat tangannya Endar meminta Barkah berkomat-kamit (hlm.16).

Kutipan (15) menjelaskan awal mula Barkah menjadi seorang dukun. Endar Prasasti adalah orang pertama yang memperkenalkan atau menyatakan Barkah menjadi dukun. Endarlah yang membantu Barkah hingga orang-orang mengenalnya sebagai dukun, profesi barunya digunakan untuk mencari nafkah dalam menyambung hidupnya. Berikut kutipan mengenai kepedulian Barkah yang telah menganggap Endar sebagai anak kandungnya.

(16) “Ya Allah, Nduk! Kok kamu berada di sini?” Barkah melonjak. Endar Prasasti yang duduk di tepi rel itu tersenyum merekah. Gadis itu berdiri dan melonjak memeluk lelaki di depannya (hlm.107).

Seperti ayah yang selalu sayang dan perhatian kepada anaknya, begitulah Barkah memperlakukan Endar. Ia sangat khawatir ketika sesuatu terjadi pada Endar. Saat itu Endar sedang pergi dari rumah karena takut terhadap Kik Darman setelah peristiwa pemerkosaan terhadap tamunya, Barkah mencari Endar ke sudut-sudut kota. Ia sangat mencemaskan Endar.

(17) Barkah gelisah dan memperhatikan Endar lebih cermat.

(44)

29

Barkah menuntun tangan Endar dan diajaknya pulang. Seperti anak yang rindu kepada ayahnya, Endar memperoleh kesempatan untuk bermanja. Endar memeluk Barkah dengan erat serasa tak mau lepas lagi (hlm.108).

Barkah sangat menyayangi Endar, begitu pula Endar yang sudah menganggap Barkah sebagai ayahnya. Endar dapat bermanja-manja terhadap Barkah, karena Barkah tidak pernah berprilaku kasar terhadap Endar, justru sebaliknya.

Kutipan (15), (16) dan (17) menjelaskan bahwa tokoh Barkah menyayangi Endar seperti anak kandungnya sendiri. Sebagai seseorang yang pernah menjadi ayah angkat, Barkah menganggap Endar sebagai anak, maka Barkah sangat khawatir dengan keadaan Endar ketika Endar pergi dari rumah, itu dibuktikan ketika Barkah mau mencari Endar dan mau membantunya keluar dari masalah.

2.1.5 Man Suwoto

Man Suwoto adalah ayah kandung Wuryanti sahabat Endar Prasasti. Keseharian bapak beranak satu ini adalah bekerja sebagai nelayan, kadang sehari penuh ia berada di pantai. Man Suwoto sangat peduli dan iba terhadap nasib Endar, karena kehidupannya yang menyedihkan serta penuh lika-liku. Endar ditinggal oleh kedua orang tuanya dan dititipkan kepada orang yang tidak bertanggung jawab.

(18) Man Suwoto, orang tua Wuryanti yang tinggal di sebelah rumah yang baru pulang dari pantai mempertegas cerita Suhiri. “Dukun–dukun banyak yang dibunuh,” cerita Man Suwoto mengawali (hlm.173).

(45)

kecil, karena Wuryanti dan Endar berteman sejak kecil. Berikut kutipan mengenai kepedulian Man Suwoto terhadap Endar :

(19) “Ikut saya,”ajak Man Suwoto tegas. Endar Prasasti tidak menduga ketika dengan mendadak Man Suwoto meraihnya, Endar meronta, namun Man Suwoto yang telah berhasil menggendong gadis itu segera menerobos pintu belakang (hlm.231).

Kutipan (19) menunjukan kepedulian Man suwoto terhadap Endar sangat besar, itu dibuktikan ketika Endar dikejar-kejar oleh para pembunuh dukun. Man Suwoto ingin sekali membantu menyelamatkan Endar supaya tidak menjadi amuk massa dan mencari jalan pintas untuk segera bersembunyi.

(20) Man Suwoto memegang kepala gadis itu dan memaksanya memperhatikan apa yang diucapkannya. Endar masih menyisakan ekspresinya. “Orang-orang itu sudah membunuh Kik Darman. Orang-orang itu kini mengejarmu dan akan membunuhmu. Kamu mau menghadapi mereka dengan mantramu?’ tantang Man Suwoto (hlm.232).

Kutipan (20) menjelaskan keadaan Man Suwoto yang saat itu sangat marah ketika Endar menolak dan meronta ketika diselamatkan. Dengan segala cara Man Suwoto berusaha menyadarkan Endar bahwa bahaya sedang mengancamnya saat itu. Masa pemburu dukun mulai memburu para dukun di Rogojampi, dan salah satu dukun yang diburu adalah Endar Prasasti.

(46)

31

2.1.6 Unique Daniar Tumanan

Unique Daniar Tumanan adalah janda mendiang Agung Tamba, kekasih Endar Prasasti. Unique atau Unik bertemu Agung Tamba dan menikahinya ketika Agung sedang sekarat. Di Rogojampi Unique mencari Endar untuk sebuah misi yaitu menyampaikan pesan mendiang Agung Tamba suaminya. Berikut beberapa kutipan saat Unique datang mencari Endar untuk melaksanakan misinya.

(21)“Aku menikahi sopirku tanpa sepengetahuan siapa pun. Kedua orang tuaku pun tidak. Tahunya baru belakangan ketika suamiku di rumah sakit dan kemudian mati,” tambah Unique Daniar Tumanan (hlm.81).

Kutipan (21) menjelaskan bahwa tokoh Unique adalah orang yang menutup diri, berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. Unique sosok perempuan mandiri, dan mampu mengambil keputusan dengan langkahnya sendiri.

(22) Naimah menatap Unique dengan lekat.

“Kedatanganya ke tempat ini sejujurnya bukan untuk mengunjungimu, tetapi untuk menemukannya. Aku harus menyerahkan lukisan itu padanya, menyerahkan sejumlah uang hasil kerja keras Agung yang dari awal memang dimaksudkan untuknya. Yang terakhir aku harus mengabarkan kematian lelaki yang barangkali sangat dirindukannya. Kebetulan sekali kau ditempatkan di wilayah ini” (hlm.92).

Kutipan (22) menceritakan kedatangan Unique di Rogojampi, kedatangannya disambut dengan baik oleh dokter Naimah, sahabat karibnya. Unique segera menceritakan maksud kedatangannya, yaitu mencari Endar Prasasti dan berharap teman dekatnya itu mau membantu misinya tersebut.

(47)

(23)“Lima hari sebelum meninggal, ia di rumah sakit,”Unique menjelaskan.

Endar tidak melepaskan perhatiannya dari Unique Daniar Tumanan. Unique yang khawatir Endar tidak mengerti apa yang diucapkannya segera mengembangkan telapak tangan kirinya, menunjukan jumlah harinya. Unique mengekspresikan meringkuk lengkap dengan napas tersengal setelah tangannya menunjuk foto itu (hlm.207).

Setelah menunjukkan foto itu Unique berharap Endar dapat menerima semuanya dengan lapang dada. Ia menjelaskan bahwa dirinya hanya membantu Agung Tamba dan tidak berniat menyakiti hati Endar.

(24)Unique dengan mudah tertular, air matanya ikut terpancing. “Maafkan aku,” ucapnya dengan suara bergetar. “Aku sama sekali tak bermaksud menyakitimu. Aku sama sekali tidak bermaksud merebut Agung Tamba darimu. Aku hanya merasa kasihan” (hlm.208).

Kutipan (22), (23) dan (24) menjelaskan maksud kedatangan Unigue di Rogojampi. Unique mempunyai misi yang harus disampaikan kepada Endar, dan berharap dengan bantuan temannya yaitu dokter Naimah, ia dapat menyelesaikan misinya tersebut. Dengan bantuan Wuryanti dan dokter Naimah, Unique akhirnya dapat bertemu Endar.

2.1.7 Dokter Mariatun Naimah

(48)

33

(25)“Dukun lepus!” dokter Mariatun Naimah berbicara tegas. “Sebagian besar dukun yang buka praktik menyantet orang, mencelakai orang itu omong kosong. Baru-baru ini, sepasang suami-istri, Fatah dan Sarmini namanya, mempunyai seorang anak semata wayang bernama Khunti. Khunti sakit, diagnosisku jelas kena tifus. Kena penyakit biasa, penyakit lumrah sebagaimana tercacat dalam literatur. Aku sudah menyarankan agar dia membawa anaknya ke rumah sakit untuk dirawat dan diobati. Saranku sama sekali tidak digubris, ia lebih percaya pada dukunnya” (hlm.114).

Kutipan (25) menjelaskan bahwa tokoh dokter Naimah orang yang bersikukuh pada pendirian. Dokter Naimah menjelaskan kepada sahabatnya Unique tentang keadaan di tempatnya tersebut, bahwa praktik perdukunan lebih terkenal dibanding praktik dokter. Dokter Naimah menceritakan salah satu kasus yang baru saja terjadi di daerahnya dan dokter Naimah tidak mempercayai dukun dan berbagai keahlian mengenai perdukunan.

(26)Endar bergerak bermaksud merebut, namun dokter Mariatun Naimah telah melipat tisu itu dan memasukkannya ke dalam tas. Dengan mata melotot dan berwibawa, dokter Naimah menantang pandangan gadis bisu itu. Endar Prasasti tidak bisa menyembunyikan cemas dan gelisahnya.”Katakan padanya,”kata dokter Naimah tertuju Wuryanti tegas.”Aku akan memeriksanya untuk mengetahui jenis penyakitnya. Kalau terkena TBC, ia akan mati meski ia seorang dukun (hlm.202).

Dokter Naimah menyayangkan profesi baru Endar tersebut, apalagi ketika ia melihat sendiri praktik perdukunan yang dilakukan Endar. Menurutnya praktik yang dilakukan Endar tidak sehat, apalagi ketika ia melihat muntahan lendir berdarah dari mulut Endar setelah melakukan praktik dukun.

(49)

itu tidak ada dan praktik perdukunan tersebut salah, bahkan mengundang bahaya bagi dukun itu sendiri serta pasiennya.

Kutipan (1) hingga kutipan (26) merupakan kutipan dari tokoh protagonis, antagonis dan beberapa tokoh pembantu. Dari kutipan tersebut dapat dilihat seberapa besar pengaruh tokoh dalam suatu cerita. Tokoh Endar Prasasti adalah tokoh yang dominan atau sering muncul dalam berbagai kejadian di cerita, merupakan tokoh yang diceritakan atau sebagai tokoh utama. Dari tokoh-tokoh pembantu, tokoh Barkah dan Wuryanti adalah tokoh yang paling dekat dengan Endar Prasasti sebagai tokoh utama. Kedua tokoh tersebut berpengaruh terhadap kehidupan Endar, mereka sangat menyayangi Endar dan membantu ketika Endar bermasalah. Tokoh Kik Darman sebagai ayah angkat juga berpengaruh dalam kehidupan Endar, namun menjadi tokoh antagonis karena perilakunya yang jahat terhadap Endar.

2.2 Penokohan

(50)

35

kuat ditampilkan dalam cerita. Berikut penokohan dalam tokoh protagonis yaitu Endar Prasasti dan tokoh antagonis yaitu Kik Darman.

2.2.1 Endar Prasasti (Tokoh Protagonis)

Endar yang lahir sebagai anak penyandang cacat bisu tuli, sebenarnya sangat memerlukan perhatian khusus untuk menunjang kekurangannya tersebut, namun hingga dewasa Endar tidak mendapatkan perhatian khusus tersebut. Endar Prasasti mulai tumbuh dewasa menjadi gadis cantik, dia mulai mencintai seorang pemuda, namun kepergiannya dan kenyataan yang harus ia terima menjadikan dampak yang besar bagi kepribadian serta hidupnya. Selain itu, tekanan tersebut dideritanya ketika mengetahui perbuatan jahat ayah angkatnya, yang menjadikan kengerian untuk tinggal bersama-sama lagi di rumah. Semuanya itu membuat Endar memutuskan untuk pergi dari rumah dan madek menjadi dukun. Semua kejadian yang menimpa Endar tersebut sangat berpengaruh pada perwatakan serta kepribadian tokoh. Berikut kutipan mengenai penokohan tokoh Endar.

2.2.1.1 Keras Kepala

Endar adalah seorang yang keras kepala, seorang yang keras kepala atau mempunyai pertahanan ego tidak mudah menyerah, mempunyai prinsip yang teguh dan semua kejadian kehidupan dianggap sebagai tantangan. Berikut beberapa kutipan mengenai sosok Endar yang keras kepala :

(51)

sebaiknya kau berdamai. Kau akan memperoleh banyak uang tanpa harus melakukan pekerjaan yang berbahaya seperti itu.”

Endar yang seperti menerawang ternyata masih bisa menyimak ucapan sahabatnya itu dengan jelas. Pelahan namun meyakinkan Endar menggeleng. Apa pun alasannya, orang itu telah merampas angan-angan dan mimpinya, membubarmawutkan semua rencana dan harapannya.

“Aku tidak mau,”jawab Endar. “Aku tidak mau uang dari perempuan itu (hlm.182).”

Kutipan (27) menunjukan sikap penolakan dari Endar Prasasti, yaitu bahwa Endar memegang pendiriannya secara teguh. Penolakannya didasari karena memang Unique telah mengambil kebahagiaan yang diimpikannya, walaupun kebahagiaan yang telah direbut tersebut akan digantikan dengan uang.

(28)“Namanya mbak Unique dan dia bukan orang jahat, Ndar,” jawab Wuryanti pula. “ Ia datang bermaksud baik kepadamu.”

Endar menggeleng, matanya melotot tajam. “Orang itu merebut Kang Agung dariku,” ucap Endar dalam kalimat verbal sekaligus melalui gerakan tangannya. “Orang itu jahat. Dia bukan orang baik. Orang baik tidak seperti itu” (hlm.154).

Kutipan (28) menjelaskan kuatnya pendirian Endar atas penolakan yang dilakukan terhadap Unique. Endar merasa sakit hati oleh apa yang telah dilakukan Unique, Endar merasa bahwa Unique telah merebut kekasihnya, dan menghancurkan mimpinya. Karena sakit hati Endar bersikap seperti itu. Sikap keras kepala tersebut ditunjukkan Endar ketika ia berusaha meyakinkan pada sahabatnya bahwa orang yang telah merebut kekasihnya bukanlah orang baik, di sini terlihat pendirian dan pertahanan yang dipegang teguh oleh Endar.

(52)

37

sendiri, Endar menjadi keras kepala, karena baginya pilihannya adalah baik dan benar.

(29) Endar prasasti pilih membebalkan diri, tidak menjawab pertanyaan itu. Wuryanti kembali menggamitnya, meminta Endar Prasasti menoleh kepadanya.

“Beri kesempatan mereka berbicara kepadamu”ucapnya.

Endar mencuatkan sebelah alisnya.”Berbicara apa?’ balasnya lugas. “Suruh mereka pulang, aku tak mau bicara” (hlm.205).

Kutipan (29) menunjukan sifat keras kepala Endar yang ditunjukannya ketika ia bertemu Unique, istri mendiang Agung Tamba. Endar bersikeras untuk tidak mau bertemu, walaupun sahabat karibnya memohon karena ada sesuatu yang penting yang akan disampaikan. Sifat keras kepala tersebut juga ditunjukan pada kutipan berikut :

(30) Terakhir, jika Kik Darman juga mati, bukanlah semuanya menjadi sangat sempurna? Lalu untuk apa ia harus takut mati? “Aku tidak mau pergi!” teriak Endar Prasasti dengan suara kurang begitu jelas. “Aku akan menunggu mereka. Aku akan menjemput kematianku. Aku tidak takut dibunuh seperti yang dialami Kik Darman. Untuk apa aku hidup?” (hlm.229) .

Keras kepala Endar sebenarnya akan membawa masalah baginya, itu terbukti ketika pembantaian dukun di Rogojampi dan sekitarnya marak. Kik Darman telah dibunuh, orang-orang yang dekat dengan Endar telah memperingatkannya untuk mengungsi, namun ia bersikeras tidak mau pergi.

(53)

apa yang dilihat menjadikannya tidak mempercayai perkataan orang, walaupun sebenarnya keras kepalanya itu tidak baik, karena mempertahankan pendirian yang belum tentu benar.

2.2.1.2 Idealis

Watak idealis Endar sebenarnya muncul karena keadaan dan perubahan-perubahan hidupnya, sebagaimana dicontohkan pada kutipan berikut :

(31) Sekarang banyak dukun dibunuh. Mereka mencemaskanmu. Seharusnya kau jangan bermain dengan bahaya, “ucap Wuryanti.

Endar Prasasti menoleh sejenak, tak mudah menerka apa yang ada di benaknya. Apalagi ketika Endar Prasasti merogoh kantong dan mengeluarkan uang dalam jumlah banyak. Endar menghitung dan kemudian melipat uang itu. Dengan senyuman aneh ia memasukkan uang itu kembali saku bajunya. Matanya mengerling sedikit (hlm.205).

(54)

39

(32) Dan semalam, tidak jauh dari Stasiun Rogojampi kebetulan ada orang yang punya hajatan mantu dan mementaskan hadrah kuntulan dan gandrung. Ramainya luar biasa, penonton tumplek blek dan histeris ketika penari gandrung terkenal itu mulai meliukkan badannya mengikuti irama gamelan yang mengiringinya. Degup jantung Endar seperti dipacu ketika melihat hadrah kuntulan yang energik dan rancak. Meski Endar Prasasti tak mampu mendengar suara apa pun, akan tetapi melalui imajinasinya ia membayangkan mendengarkan. Maka jadilah suara musik gamelan yang amat riuh di telinganya.

“Aku ingin jadi gandrung, “Endar berkata seperti lepas begitu saja. Ramelan dan Barkah saling pandang.

“Apa katamu?” bertanya Barkah.

“Aku ingin jadi penari gandrung, pakai mahkota dikepala,”Endar menegas.

Dengan tangkas Endar bangkit, dan meliukkan badannya, menari mengitari ruangan itu. Barkah dan ramelan tertawa terkial-kial (hlm.109).

Kutipan (32) menunjukan sikap idealis Endar ketika ia ingin menjadi penari gandrung. Bagi Endar meskipun bisu tuli, tidak dapat mendengarkan musik namun ia dapat berimajinasi tentang musik gandrung dan dapat menirukan menari, layaknya penari gandrung walaupun tidak sempurna. Hasratnya untuk menjadi penari sangat besar, dan baginya ia mampu menari.

(55)

2.2.1.3 Gadis Berani

Endar Prasasti adalah gadis yang mandiri, keadaan lingkungannya yang membuat kepribadian Endar terbentuk. Endar harus menjaga dirinya sendiri, dia tidak dapat mengandalkan ayah angkatnya, karena itulah Endar menjadi sosok gadis yang berani. Berikut kutipan mengenai keberanian tokoh Endar dalam kehidupannya sehari-hari.

(33)“ Saat Suhiri kebetulan berserobok jumpa dengan Endar di pantai, bergegas ia mengutarakan hasrat hatinya dengan bahasa isyarat. Dalam benak laki-laki itu pasti Endar akan menanggapinya dengan senang hati. Siapa yang mengira sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Suhiri terhenyak dan seketika salah tunjang. Namun ia tidak mendendam (hlm.26).

Kutipan (33) menjelaskan mengenai sosok Endar Prasasti dalam kesehariannya banyak bergaul dengan orang, salah satunya Suhiri tetangganya yang berprofesi sebagai nelayan. Suhiri memang suka menggoda Endar, namun ia bukan perempuan yang gampangan, tidak suka digoda, dan setiap godaan itu pasti mendapat balasan.

(34)Endar Prasasti merasa sayang mengenakan jilbab pemberian sahabatnya dan pilih menyimpannya di lemari. Kemana-mana ia lebih suka mengenakan taplak meja. Bila ada orang yang melecehkannya, Endar malah sanggup mengubah jilbab itu menjadi ikat kepala, kemudian menyingsingkan lengan baju dan benar-benar siap untuk berjibaku. Warmin penggembala kambing di lapangan Rogojampi pernah babak belur dihajarnya gara-gara menirukan gaya bisunya (hlm.28).

(56)

41

bukan sosok perempuan yang takut terhadap laki-laki, dia membekali dirinya dengan keberanian.

(35)“Ya mau, “jawab Endar dan bahasa isyaratnya. “Mulai sekarang aku bekerja?”

Namun rupanya, pemilik toko itu sekedar bermaksud bercanda, sebuah canda yang keterlaluan, clelekan yang kebablasan. “Sejuta rupiah untuk begini, “ucap pemilik toko itu memberikan sebuah isyarat ajakan berbuat tidak senonoh.

Seketika Endar meradang dalam amarahnya yang datang dengan sontak, gadis bisu itu menyambar hiasan keramik dan dihantamkannya ke wajah orang itu. Pemilik toko itu sama sekali tidak menduga isyarat kurang ajarnya akan mendapat balasan seperti itu (hlm.170).

Kutipan (35) menjelaskan mengenai Endar yang sangat berani memukul pemilik toko yang berani berbicara kurang sopan kepadanya. Endar yang marah karena merasa dilecehkan sebagai perempuan.

Kutipan (33), (34) dan (35) menjelaskan bahwa Endar sebagai gadis yang berani, mampu menjaga dirinya dengan baik. Kepada lawan jenisnya pun Endar berani untuk melawan, apalagi jika sebagai perempuan martabatnya merasa dilecehkan, maka ia tidak terima dan tidak segan untuk memukul orang yang melecehkannya tersebut.

2.2.1.4 Lugu

(57)

(36)Endar Prasasti yang bukan jenis gadis yang dapat menyembunyikan isi hati itu mengeluarkannya dengan lugas.”Kang Agung, kemana, kenapa lama sekali?”tanya Endar prasasti setelah menepuk pundak Wuryanti agar menoleh kepadanya. Wuryanti tak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. Wuryanti juga tidak memiliki tempat untuk bertanya karena tidak seorang pun kerabat keluarga Agung Tamba yang tinggal di kampungnya (hlm.28).

Kutipan (36) menunjukan keluguan Endar Prasasti, keluguan tersebut mencerminkan kepribadiannya, yang tidak dapat menutupi isi hatinya. Ketika Endar mempertanyakan keberadaan Agung Tamba kepada sahabatnya, ia mengeluarkan isi hatinya tanpa malu.

(37)Dengan penuh perhatian, mata gemerlap, dengan minat yang sangat lugas, lugu, dan tanpa sopan santun Endar memperhatikan lukisan itu. Lukisan dirinya sedang melamun. Endar tersenyum dan dengan agak tersipu menutupi mulutnya. Atas nama rasa kangennya, rindu yang tertahan selama dua tahun, Endar memeluk lukisan itu. Dengan gerakan dan cara yang ekspresif Endar bergegas menuju ke pintu untuk memperoleh pandangan yang lebih jelas (hlm.145).

Pada kutipan (37) sikap lugunya terlihat ketika Endar merebut lukisan berupa gambar dirinya yang dilukis Agung Tamba untuknya. Dengan sikap tanpa malu-malu di depan banyak orang Endar terlihat mengagumi lukisan tersebut.

(38)Man Suwoto orang tua Wuryanti yang tinggal di sebelah rumah yang baru pulang dari pantai mempertegas cerita Suhiri.” Duku-dukun banyak yang dibunuh,”cerita Man Suwoto mengawali.

Endar memandang dengan amat serius lalu menyela, “Dukun bayi juga?” tanya gadis itu.

Man Suwoto nyaris tertawa, Endar sangat lugu (hlm.173).

(58)

43

ketika Man Suwoto dan Suhiri sedang bercakap-cakap, mengenai pembantaian dukun-dukun, Endar kurang mengerti, padahal dirinya juga dukun dan bahaya juga akan mengancamnya.

(39)“Untuk aku?” tanya Endar Prasasti.

Laki-laki dan perempuan itu sepakat mengangguk bersama-sama. “Tidak mbayar?” kejar Endar Prasasti.

“Tidak,”jawab perempuan setengah tua itu.”Kalung itu memang untuk Nyai, sebagai terima kasih kami, Nyai telah menolong kami (hlm.197).

Pada kutipan (39) keluguannya juga muncul ketika Endar yang kurang mengerti jika dikehidupan ini ada suatu timbal balik, ketika orang yang menolong akan mendapat balasan berupa jasa atau barang, atau mahar yang biasa disebut oleh Kik Darman sebagai balas jasanya. Suatu hubungan relationship atau simbiosis mutualisme.

2.2.1.5 Mempunyai Rasa Takut

Endar adalah gadis mandiri dan berani dalam menjali hidupnya sehari-hari, namun ia masih manusia biasa yang punya rasa takut. Rasa takut Endar dalam kehidupannya itu karena bahaya yang mengancamnya bukan bahaya biasa. Berikut kutipan pengungkapan rasa takut Endar :

(59)

Pada kutipan (40) Endar punya rasa takut yang mendalam sebagai seorang perempuan. Ketakutan itu muncul ketika Endar merasa dirinya tidak nyaman berada di rumah, setelah apa yang ia lihat mengenai perilaku ayah angkatnya yaitu memperkosa gadis seusianya. Endar takut jika nantinya ia juga akan dijadikan mangsa berikutnya.

(41)“Kik Darman mati,”ucap Wuryanti dengan aksen jelas. Endar menelan ludah, lehernya mendadak tercekik.

“Tadi banyak orang ke sini mencarimu, mereka bawa macam-macam senjata. Kik Darman mati dibunuh orang di Glenmore,”Wuryanti menjelaskan lebih tegas (hlm.227).

Kutipan (41) menjelaskan mengenai rasa kaget dan takut Endar mengenai kabar kematian ayah angkatnya yaitu Kik Darman. Kabar kematian tersebut diketahuinya ketika sahabatnya Wuryanti menceritakan mengenai Kik Darman, ayah angkatnya yang mati dibunuh, dan selanjutnya Endar yang dicari-cari untuk dibunuh. Mendengar cerita Wuryanti, Endar kaget dan ketakutan.

(42)“ Dan api yang menjilat-jilat ganas, ternyata mampu merampas keberanian gadis bisu itu yang semula begitu tegas akan menghadapi kematian dengan cara apa pun. Mendadak rasa takutnya terhadap api datang dan mendorong Endar Prasasti berfikir secara waras. Selangkah ia mundur, selangkah lagi kaki kirinya menyusul (hlm.234).

(60)

45

Kutipan (40), (41) dan (42) menjelaskan bahwa dalam kehidupan Endar banyak sekali kejadian-kejadian yang mengerikan yang menimpa dirinya. Walaupun Endar seorang pemberani, namun sebagai perempuan ia tetap tidak bisa melindungi dirinya sendiri, karena yang dihadapinya tidak hanya masalah, tetapi bahaya serta imbas dari semua itu.

2.2.1.6 Inovatif

Endar mempunyai sifat inovatif. Sikap dan sifat inovatif adalah cenderung mencoba hal-hal yang baru untuk melakukan perbaikan atau pembaharuan. Berikut beberapa kutipan sikap inovatif Endar Prasasti :

(43) Endar sedang asyik memperhatikan tukang balon. Rasa ingin tahu gadis itu tidak tercegah. Endar telah berfikir keras kenapa balon yang diisi udara dari mulut dengan udara berasal dari tabung besi mempunyai sifat berbeda? Balon berisi udara yang dikeluarkan dari perutnya diam di tempat, sebaliknya balon berisi gas dari tabung itu bisa membumbung ke langit.

“Endar berjongkok.

“Siapa namamu?” Tanya tukang balon.

Endar menangkap dengan jelas pertanyaan itu. Endar, “jawabannya dengan aksen diperjelas (hlm.140).

Dari kutipan (43) terlihat betapa antusiasnya Endar, rasa ingin tahunya sangat besar. Sebagai seorang bisu tuli Endar cukup kritis terhadap sesuatu hal yang baru, rasa ingin tahunya besar. Rasa ingin tahu tersebut mendorong Endar semakin berpikir dan mampu belajar mengenai hal baru. Sikap tersebut menunjukan bahwa Endar ingin mencoba hal-hal baru. Hal tersebut juga dapat dilihat pada contoh kutipan berikut :

(61)

pernah menawarkan perbuatan kurang ajar kepadanya untuk gadis bisu itu, biasanya Suhiri dengan senang hati memberikan beberapa ekor ikan untuknya. Endar paling memasak pepes. Meski bisu, cita rasanya terhadap masakan sungguh luar biasa. Pernah Endar membuat terkagum-kagum tetangganya karena ia berhasil menemukan jenis masakan yang lezat, dengan bumbu-bumbu yang diraciknya sendiri (hlm.47).

Dari kutipan (44) sikap inovatif tersebut terlihat ketika Endar mencoba atau bereksperimen tentang masakan yang baru dengan bumbu-bumbu yang diraciknya. Walaupun Endar adalah seorang bisu tuli, cita rasa terhadap masakan cukup tinggi. Endar cukup pandai untuk membuat masakan baru.

Kutipan (43) dan (44) semakin memperjelas bahwa dengan sarana yang sedikit tidak menjadikan Endar sebagai gadis bisu tuli menjadi gadis bodoh. Endar pada dasarnya pandai, dengan melihat, berfikir dan mencoba sendiri, ia dapat belajar mandiri dan menjadi pandai.

2.2.1.7 Rasa Sedih

Endar Prasasti gadis yang menyandang cacat bisu tuli juga gadis biasa gadis normal yang juga punya rasa sedih atau mengalami kesedihan dalam hidupnya. Berikut beberapa kutipan mengenai kesedihan yang dialami Endar :

(45)Endar tak kuasa mencegah air matanya yang bergulir membasahi pipi. Nuraninya yang membuncah, menggelegak, meronta, dan berteriak, bahwa ada yang tidak beres pada pekerjaan dan perbuatan ayah angkatnya. Juga ada yang amat tidak pada tempatnya dengan apa yang dilakukannya selama ini dengan membantu semua perintah Kik Darman, yang apabila ditolak, maka ayah angkatnya tidak akan segan-segan mencambuknya dengan sabuk kulit (hlm.70).

(62)

47

pasien perempuan seusia dirinya menjadi korban hawa nafsu ayah angkatnya. Endar ikut larut dalam penderitaan gadis itu dan tak kuasa menahan kesedihan, Endar merasa dirinya telah salah membantu ayah angkatnya selama ini. Kesedihan Endar juga nampak pada kutipan berikut:

(46)Namun foto itu meretakkan jiwa dan jantungnya. Meruntuhkannya. Kini Endar tak mungkin menghindar dari kenyataan.

“Sa’aken rika, Kang,”rintih Endar Prasasti jauh di kedalaman kalbunya (hlm.208).

Pada kutipan (46) menjelaskan kesedihan dalam kehidupan juga dialami atau dirasakan ketika Endar harus menerima kenyataan bahwa Agung Tamba kekasihnya telah meninggal. Semua bukti telah ia peroleh dari Unique, istri Agung Tamba, walaupun Endar sebenarnya tidak mau menerima kenyataan tersebut.

2.2.1.8 Kerinduan dan Kesetiaannya terhadap Agung Tamba

Endar Prasasti adalah sosok gadis setia. Kesetiaannya terhadap Agung Tamba sanggup ia jaga, walaupun Endar tidak tahu kemana sosok yang dicintainya tersebut pergi, dan entah dengan alasan apa pergi. Agung Tamba di hati Endar tidak tergantikan oleh lelaki manapun. Berikut kutipan kesetiaan yang ditunjukan Endar :

(63)

Kutipan (47) menjelaskan mengenai penantian Endar Prasasti terhadap kekasihnya yang pergi selalu diliputi rasa kangen yang mendalam. Kerinduannya akan kesehari-harian bersama Agung Tamba, membantu Endar menghadapi masalah-masalahnya, menemani hari-harinya semua itu membuatnya selalu rindu akan sosok tersebut. Kutipan mengenai kesetiaan Endar juga dapat dilihat dari beberapa kutipan berikut:

(48) Pikiran gadis itu nglangut dan lagi-lagi menggiring ingatannya pada seseorang. Dalam bayangan kaca Endar membiarkan duka meringkusnya, memeras air mata agar keluar dari sumbernya. Endar membiarkan air mata itu bergulir dan menetes di pipinya. Endar tidak tahu, di balik kaca itu ada seseorang memperhatikan ulahnya, orang itu terheran-heran melihat gadis itu menitikkan air mata.

“Kang Agung isun kangen ambi rika, Kang,”desis gadis itu dalam ratapan. (hlm.171).

Pada kutipan (48) terlihat kerinduan yang mendalam dirasakan Endar. Endar hanya dapat menangis dan merasakan rindun di dalam hati Endar. Hanya air mata yang keluar karena luapan rasa dihatinya.

(49) “Isun kangen ambi kang Agung, “ucap Endar Prasasti dengan gerak bibir yang jelas.

Wuryanti menangkap apa yang diucapkan gadis itu dan menyatakan keprihatinannya dengan memandangi rembulan yang mulai menyembulkan diri. Bulan yang benderang sehari menjelang purnama itu diyakininya bulan yang juga tengah menjadi perhatian semua orang, atau setidak-tidaknya, bulan yang murah dengan sinarnya itu adalah juga bulan yang memperhatikan apa yang dilakukan Agung Tamba, meski ia entah di mana Agung Tamba berada.

(64)

49

Pada kutipan (49) terlihat sikap Endar yang dengan setia menanti pujaan hatinya pulang. Padahal Endar sendiri tidak tahu keberadaan Agung Tamba, namun keyakinannya yang membuat Endar mau menunggu.

Kutipan (47), (48) dan (49) semakin mempertegas bahwa Endar gadis bisu tuli juga gadis normal biasa, yang dapat jatuh cinta, merasakan kesedihan ditinggal dan menjadi perempuan yang setia. Endar membuktikan bahwa dirinya sangat mencintai Agung Tamba.

2.2.1.9 Percaya Diri

Sikap percaya diri adalah sikap pengungkapan diri bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu dengan baik, dan dianggap baik pula oleh orang lain. Endar orang yang percaya diri, baginya dia juga seperti gadis biasa, cantik, dan kebisu tuliannya tidak menghambatnya untuk maju.

(50) Endar yang ragu memupus keraguannya dan memangkasnya dengan lugas. Penuh keyakinan ia memasuki toko itu.

“Mau cari apa, mbak?”bertanya penjaga toko dengan ramah.

“Bekerja, “jawab Endar Prasasti dengan suaranya yang cadel dan tangan membantu menejermahkan. “Aku mau bekerja.”

Penjaga toko itu kebingungan, saling lirik dengan teman di sebelahnya (hlm.168).

(65)

2.2.1.10 Dapat Menerima Kenyataan

Dalam kehidupannya ketika Endar beranjak dewasa, masalah demi masalah muncul, ia mau tidak mau harus menghadapai keadaan tersebut. Dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi menjadikan Endar lebih dewasa dan dapat belajar menerima kenyataan.

(51)“Perlahan Endar melangkah mendekati Unique yang sedang berdiri membantu. Dua perempuan dengan dua kutub perbedaan amat tajam itu akhirnya bisa tarik menarik. Erat sekali Unique Daniar Tumanan memeluk Endar Prasasti, sebagaimana erat sekali Endar Prasasti memeluk janda I Made Karo Satria Wirawan Agung Tamba. Kini sangat ikhlas Endar Prasasti menerima kenyataan yang semula dianggapnya sebagai terpahit untuknya (hlm.239).

Pada kutipan (51) terlihat sikap Endar yang dapat menerima kenyataan mengenai apa yang sesungguhnya terjadi. Endar akhirnya dapat menerima ketulusan Unique untuk menyampaikan pesan mendiang suaminya. Dengan ikhlas dan tulus Endar menerima nasibnya serta menerima orang yang mau membantunya.

Referensi

Dokumen terkait

Populasi yang diteliti adalah pasien yang baru pertama kali masuk Rumah Sakit dan mengalami rawat inap di Ruang Flamboyan RSUD Kabupaten Kediri sebanyak 130 pasien baru

Hasil dari variabel on the job training adalah bahwa penyampaian program pelatihan di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Kantor Pusat Bandung mampu meningkatkan

Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Bandung, Mandar Maju, 2008, hal 30.. Perlindungan dan keselamatan

penafsiran nilai rata-rata persepsi siswa terhadap perpustakaan dalam menunjang proses belajar mengajar SMA Negeri 1 Sinjai Borong. No Indikator Nilai

Setelah selesai harus menyusun sebuah Laporan Kerja Praktek Perancangan dan Implementasi Sistem (KPPIS) dijilid timbul dengan sampul Kuning untuk Program Studi Sistem

Pertemuan awal ini dilakukan sebelum melaksanakan pengamatan pembelajaran di kelas, sehingga banyak juga para ahli menyebutnya dengan istilah proses pertemuan

The books of the series refer to the analysis and understanding of large, complex, and/or distributed data sets generated from recent digital sources coming from sensors or

[r]