• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Skolastika Cynthia Maharani NIM : 121224064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Skolastika Cynthia Maharani NIM : 121224064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii SKRIPSI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1

Oleh:

Skolastika Cynthia Maharani

121224064

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I,

Drs. B. Rahmanto, M.Hum. Tanggal: 29 September 2016

Pembimbing II

(4)

iii SKRIPSI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Skolastika Cynthia Maharani

121224064

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 17 Oktober 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap

Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.

Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

Anggota 1 : Drs. B. Rahmanto, M.Hum.

Anggota 2 : Drs. P. Hariyanto, M.Pd.

Anggota 3 : Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd.

Tanda tangan

...

...

...

...

...

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

(5)

iv

.

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristrus yang telah

memberikan berkat dan kelancaran dalam penyusunan skripsi, karya ini saya

persembahkan untuk:

Kedua orang tua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang selalu

(6)

v MOTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan

dengan ucapan syukur.

(Filipi 4:6−7)

Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat

dengan tindakan nyata, tanpa banyak bicara. Syarat pikiran positif adalah

memulainya dari sekarang, fokus pada tujuan dan yakin pada kemampuan

diri.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Yang membuat pernyataan,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Skolastika Cynthia Maharani

Nomor Mahasiswa : 121224064

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL

PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Tanggal 17 Oktober 2016

Yang menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

Maharani, Skolastika Cynthia. 2016. Pendekatan Kontekstual dalam

Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual digunakan untuk menganalisis alur novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan aspek unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini menganalisis dan

menginterpretasi tentang data yang diperoleh dalam bentuk kata-kata. Instrumen dalam penelitian sastra adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat dan teknik baca. Langkah-langkah pendekatan kontekstual yang dapat digunakan dalam menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari (1) membuat sinopsis, (2) menganalisis alur dan pengaluran, (3) pemodelan, (4) bertanya, (5) belajar kelompok, (6) penilaian autentik.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur sorot balik atau flashback.

(10)

ix ABSTRACT

Maharani, Skolastika Cynthia 2016. Contextual Approach in Plot Learning on

Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Written By Ayu Utami to the First Semester High Schools Students of Grade XI. Thesis. Yogyakarta:

Indonesian Language Literature Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

This research examined the implementation of contextual approach in plot learning on the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This research was aimed to describe contextual approach in plot learning on novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami to the First Semester High

Schools Students of Class XI.

This research used contextual approach. Contextual approach used to analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This study is the research qualitative. The method that were used descriptive method. This research was aimed to describe plot learning on novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This research analyzed and

interpreted about data obtained from the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang in the form of words. The instruments in the study of literature is researchers itself. The techniques collecting data use a note and read. The steps of contextual approach that were used to analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang written by Ayu Utami were: (1) making a synopsis, (2) analyzing the plot,

(3) modeling, (4) questioning, (5) learning in groups, (6) authentic assessing. The results of this research showed that novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang written by Ayu Utami used flashback plot. Contextual approach could

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami unutk Siswa Kelas XI Semester 1”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan,

semangat, bimbingan, nasihat, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis

agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah

dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengarahkan, serta

memberi nasihat kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan serta masukan-masukan yang sangat

bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang

telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.

6. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan pelayanan administratif

(12)

xi

7. Kedua orangtua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang

selalu memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan doa kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara kandungku, Bernardia Eka Dyah, Bernardus Bagus Aprilitanto,

Gregorius Berlian Gusti Laksita yang telah menjadi penyemangat penulis.

9. Para sahabatku, Yohanes Yanwar PM, Angelina Ryan, Emmanda Sekar,

Elisabet Eva, Saktyo Dwi Wicaksono. Terima kasih sudah menemani dan

memberikan semangat serta motivasi kepada penulis.

10.Geng Gahul Nurul (Hana, Gisela, Anindita, Tyas, Venta, Eka, Nita, Swila)

yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat

penulis merasa berharga dapat mengenal mereka.

11.Teman-teman seperjuangan PBSI angkatan 2012 dan teman-teman PPL

SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, terima kasih untuk kebersamaan kita.

12.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang sudah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh

bantuan, dukungan, dan arahan yang sudah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk

berbagai pihak.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian...

D. Manfaat Penelitian...

E. Batasan Istilah...

F. Sistematika Penyajian...

BAB II LANDASAN TEORI...

A. Penelitian yang Relevan...

B. Landasan Teori...

1. Hakikat Novel...

2. Unsur Intrinsik...

a. Pengertian Alur...

b. Struktur Alur...

(14)

xiii

3. Pendekatan Kontekstual...

a. Definisi Kontekstual...

b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual...

c. Komponen Pendekatan Kontekstual...

d. Penerapan CTL dalam Kelas...

e. Strategi Pembelajaran Kontekstual...

4. Pembelajaran Sastra di SMA...

a. Silabus...

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

A. Jenis Penelitian...

B. Metode Penelitian...

C. Sumber Data...

D. Teknik Pengumpulan Data...

E. Instrumen Penelitian...

F. Teknik Analisis Data...

BAB IV PEMBAHASAN...

A. Deskripsi Data...

B. Hasil Penelitian...

1. Membuat Sinopsis Novel...

2. Menganalisis Unsur Alur Novel...

3. Pemodelan...

4. Bertanya...

5. Belajar Kelompok...

6. Penilaian Autentik...

C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami...

(15)

xiv

1. Silabus...

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...

BAB V PENUTUP...

A. Kesimpulan...

B. Implikasi...

C. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... BIOGRAFI PENULIS

79

82

96

96

98

98

99

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini memiliki peranan yang

penting. Bahasa Indonesia digunakan untuk menjalin komunikasi dan

menguasai ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat

tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek psikomotor. Ketiga aspek tersebut harus berjalan dengan seimbang agar

tercipta tujuan pengajaran bahasa yang akan dicapai. Seperti yang dituliskan

Yunus dalam artikelnya yang dimuat di Kompasiana, pembelajaran bahasa

Indonesia monoton dan kurang menarik. Siswa lebih sering merasa bosan

dalam belajar bahasa Indonesia. Tradisi membaca, menyimak, menulis dan

berbicara cenderung belum optimal.

Keberhasilan pengajaran bahasa dapat ditentukan oleh faktor guru,

siswa, metode pembelajaran, kurikulum, silabus, bahan ajar dan fasilitas

sekolah. Bagus dalam tulisannya yang berjudul “Menumbuhkan Gairah Belajar Menulis” mengemukakan bahwa guru sering dihadapkan pada

persoalan menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam waktu

yang sudah ditentukan, sedangkan keterbatasan waktu sering mengganggu

proses pengajaran bahasa. Guru dituntut memiliki strategi dan kreativitas

mengelola materi untuk disampaikan ke siswa tanpa mengesampingkan

materi lainnya. Masing-masing siswa memiliki pengetahuan awal

(17)

pendekatan pembelajaran yang seperti apa untuk diterapkan kepada siswa

supaya kemampuan dan potensi siswa terbentuk. Pendekatan pembelajaran

dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses

yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,

menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis

tertentu (Komalasari, 2011: 54). Hal yang dapat dilakukan guru adalah

menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau contextual

teaching and learning (CTL). Pendekatan kontekstual adalah pendekatan

pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan

kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna

materi tersebut bagi kehidupannya (Komalasari, 2010: 7). Pembelajaran

kontekstual memiliki tujuh komponen utama yakni, konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), inquiri (inquiry), masyarakat belajar

(learning community), refleksi (reflection), pemodelan (modeling), dan

penilaian otentik (authentic assessment) (Trianto, 2009: 107). Nantinya guru

akan semakin mudah memperkenalkan sastra kepada siswa.

Guru dapat memilih dan menjadikan karya sastra sebagai bahan ajar.

Yang termasuk dalam pengajaran sastra, misalnya mengajarkan puisi, drama,

novel, cerpen dan yang lain. Tujuan utama pengajaran sastra sendiri untuk

membina apresiasi sastra agar siswa mampu memahami, menikmati dan

(18)

apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan

sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan

kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Artinya, mau tidak mau

siswa dibiasakan untuk terjun langsung atau membaca sendiri suatu karya

sastra. Pada proses membaca inilah siswa menemukan keindahan dari karya

sastra yang dibacanya. Misalnya, cara pengarang menyusun alur cerita,

menciptakan tegangan, melukiskan perwatakan tokoh, dan sebagainya.

Salah satu karya sastra yang dapat diajarkan pada siswa adalah karya

sastra novel. Kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup

mudahnya karya sastra tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat

kemampuannya masing-masing secara perorangan (Rahmanto, 1988: 66).

Novel adalah salah satu karya sastra yang dibangun oleh beberapa unsur.

Unsur yang terdapat pada novel yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri,

seperti, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa. Unsur

ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra dan

mempunyai nilai-nilai tertentu.

Peneliti akan melakukan penelitian pada jenis karya sastra novel.

Peneliti memilih novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual

karena pendekatan ini dapat membuat pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia lebih menarik dan siswa dituntut berpikir kritis. Siswa dipacu untuk

(19)

Dengan mengaitkan keduanya, siswa melihat makna di dalam tugas sekolah.

Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang diolah secara kreatif. Setiap peristiwa mengandung konflik yang

mendorong pembaca untuk menyelesaikan membaca novel ini. Novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran

sastra untuk diterapkan di SMA kelas XI semester 1. Dalam penelitian ini,

peneliti mengkaji lebih dalam salah satu unsur intrinsik novel Pengakuan

Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami yaitu unsur alur. Peneliti melakukan

penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur

dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan

diteliti adalah bagaimana penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya

Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pendekatan kontekstual

dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit

(20)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada hal-hal sebagai

berikut.

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya tentang pembelajaran alur dan pengaluran.

2. Memberikan masukan kepada sekolah mengenai pembelajaran alur dan

pengaluran pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

3. Membantu guru dan mendorong semangat belajar siswa dalam proses

belajar mengajar.

4. Memberi masukan pada peneliti lain dalam mengadakan penelitian dari

segi sastra dan implementasinya dalam dunia pendidikan.

E. Batasan Istilah

Untuk mempelajari penelitian ini, peneliti memberikan

batasan-batasan istilah yang penting dan mendukung dalam pemahaman.

1. Novel

Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering

memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur,

seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar

(Rahmanto, 1988: 70).

2. Pendekatan kontekstual

Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning

(21)

materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich, 2007: 71).

3. Sastra

Rahmanto (1988: 10) mengatakan bahwa sastra mengandung

kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan

dalam berbagai pola yang sistematis untuk menyampaikan segala perasaan

dan pikiran.

4. Pengaluran

Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda

berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.

Pembedaan plot yang dikemukakan didasarkan pada tinjauan dari kriteria

urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153).

5. Alur

Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah karya fiksi adalah

jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan,

keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan

sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55).

6. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

implementasi kurikulum, yang mecakup kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta

(22)

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per

unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich,

2007: 53).

F. Sistematika Penyajian

Dalam penelitian ini, sistematika penyajiannya terdiri dari Bab I, Bab

II, Bab III, Bab IV dan Bab V. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika

penyajian. Bab II Landasan Teori yang terdiri dari penelitian yang relevan,

kajian teori. Bab II Metodologi Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan

jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data. Bab IV Pembahasan yang terdiri dari deskripsi data,

pembahasan pembelajaran kontekstual, implementasi pembelajaran alur novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dalam pembelajaran sastra.

(23)

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Penelitian Yang Relevan

Lilis Yuliati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan

Pendekatan Kontekstual bagi Peningkatan Hasil Siswa dalam Pembelajaran

Apresiasi Novel”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil siswa

dalam mengapresiasi sastra novel menggunakan pendekatan kontekstual

metode penelitian tindakan kelas menunjukan adanya peningkatan mulai dari

hasil tes awal siklus I sampai dengan siklus III setelah mendapat perlakuan

yaitu melalui tes akhir siklus I sampai dengan siklus III. Hal tersebut berarti

penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil siswa dalam

pembelajaran apresiasi novel di kelas VIII SMP Negeri 5 Cimahi.

Penelitian yang dilakukan Mochamad Faizal Mohtarom (2013)

berjudul “Pendidikan Karakter yang Ditemukan dalam Unsur-unsur Intrinsik

Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata” menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti memilih metode deskriptif untuk memaparkan

narasi dan dialog yang menggunakan pendidikan karakter. Penelitian ini

bertujuan mendeskripsikan pendidikan karakter yang ditemukan di dalam

unsur-unsur intrinsik novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Hasil

penelitian ini disimpulkan bahwa unsur intrinsik saling berhubungan

membentuk karakter seseorang.

Kedua penelitian di atas dianggap relevan dengan penelitian ini karena

(24)

melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam

Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami untuk Siswa Kelas XI Semester 1. Persamaan penelitian

ini dengan penelitian milik Lilis Yuliati adalah menggunakan pendekatan

kontekstual, sedangkan penelitian milik Mochamad Faizal Mohtarom adalah

sama-sama menganalisis unsur intrinsik novel. Hal yang membedakan adalah

peneliti hanya menganalisis satu unsur intrinsik novel, yaitu alur.

B. Landasan Teori 1. Hakikat Novel

Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki

struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur, seperti latar,

perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar (Rahmanto, 1988:

70). Sumardjo (1983: 65) mengatakan bahwa novel sering diartikan sebagai

hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa

menjelang perkawinannya setelah mengalami masa percintaan, atau bagian

kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan

sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah

salah satu karya sastra yang mempunyai beberapa unsur pembangun dan

menceritakan kehidupan seseorang. Cerita kehidupan seseorang dapat

mendorong pembaca untuk menemukan nilai-nilai estetika. Novel dapat

dijadikan bahan ajar bagi para guru dalam proses belajar karena sudah sesuai

(25)

2. Unsur Intrinsik

Dalam kegiatan menganalisis sebuah karya sastra, agar peneliti dapat

memahami isi dan jalan cerita di dalamnya diperlukan pemahaman khusus

terhadap unsur-unsur intrinsik yang membangun dan membentuk karya sastra

itu. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur,

yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling

menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata,

bahasa, misalnya, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu

unsur pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah

yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud

(Nurgiyantoro, 2005: 22). Jadi, karya sastra yang baik memiliki unsur yang

membangun karya sastra itu sendiri sehingga terbentuk sebuah totalitas.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menguraikan salah satu unsur

yaitu unsur alur.

a. Pengertian Alur

Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah fiksi adalah jalannya

cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan, keadaan itu

mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan sebuah

penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55). Pada prinsipnya, seperti juga

bentuk-bentuk sastra lainnya suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan

(beginning) melalui suatu pertengahan (middle) menuju suatuakhir

(ending). Yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi,

(26)

b. Struktur Alur

Alur menyajikan urutan waktu. Penyajian alur tak melulu

menghadirkan urutan peristiwa secara urut kronologis dan runtut.

Pengarang menggunakan daya kreativitasnya untuk menempatkan waktu

peristiwanya sendiri. Artinya, tahapan awal cerita tidak harus berada di

awal cerita atau di bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian

mana pun.

Walaupun cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola

tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan.

Berikut struktur alur menurut Sudjiman (1992: 30):

Berikut penjelasan mengenai struktur alur menurut Sudjiman (1991: 36).

1. Awal

a. Paparan

Penyampai informasi kepada pembaca disebut paparan atau

eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu

cerita. Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan,

melainkan keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca

mengikuti kisahan selanjutnya (Sudjiman, 1991: 32).

Awal

• Paparan (exposition)

• Rangsangan (inciting moment)

Gawatan (rising

action)

Tengah

Tikaian (conflict)

• Rumitan (complication)

• Klimaks

Akhir

Leraian (falling

action) • Selesaian

(27)

b. Rangsangan

Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang

tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat

pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang

merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan

tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan dan berapa

lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1991: 32).

c. Gawatan

Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul

oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan

(Sudjiman, 1991: 32).

2. Tengah

a. Tikaian

Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat

adanya dua kekuatan yang bertentangan; satu diantaranya diwakili

oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam

cerita (Sudjiman, 1991: 34−35). b. Rumitan

Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks

cerita disebut rumitan (Sudjiman, 1991: 35).

c. Klimaks

Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak

(28)

kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting.

Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban. Rumitan

mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari

klimaks (Sudjiman, 1991: 35).

3. Akhir

a. Leraian

Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang

menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian

(Sudjiman, 1991: 35).

b. Selesaian

Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian

boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan

(happy ending). Boleh juga mengandung penyelesaian masalah

yang menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga

pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita

sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang

penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian

(Sudjiman, 1991: 36).

c. Pengaluran

Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda

berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.

(29)

tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro,

2005: 153).

1. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu

Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang

bersangkutan. Atau lebih tepatnya, urutan penceritaan

peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Urutan waktu, dalam hal ini, berkaitan

dengan logika cerita (Nurgiyantoro, 2005: 153). Secara teoretis, kita

dapat membedakan plot ke dalam dua kategori: kronologis dan tidak

kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus, maju, atau dapat

juga dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot-balik,

mundur, flash-back, atau dapat juga disebut sebagai regresif

(Nurgiyantoro, 2005: 153).

Plot lurus atau progresif merupakan plot sebuah novel

dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat

kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti oleh (atau:

menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian.Atau,

secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan,

pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir

(penyelesaian) (Nurgiyantoro, 2005: 154). Plot sorot-balik atau

flash-back merupakan urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi

yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai

(30)

logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap

akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan (Nurgiyantoro,

2005: 154). Plot campuran barangkali tidak ada dalam novel yang

secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-balik.

Secara garis besar plot sebuah novel mungkin progresif, tetapi di

dalamnya, betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat

adegan-adegan sorot balik. Demikian pula sebaliknya. Bahkan sebenarnya,

boleh dikatakan, tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak

flash-back (Nurgiyantoro, 2005: 156).

2. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Jumlah

Kriteria jumlah yang dimaksudkan sebagai banyaknya plot

cerita yang terdapat pada sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin

hanya menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung

lebih dari satu plot. Kemungkinan pertama adalah novel (fiksi) yang

berplot tunggal, sedang yang kedua adalah yang menampilkan

sub-subplot (Nurgiyantoro, 2005: 157).

Karya fiksi yang berplot tunggal biasanya hanya

mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh

utama protagonis yang sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya

mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan

permasalahan dan konflik yang dialaminya. Cerita yang demikian

mirip dengan biografi seseorang, atau bahkan memang berupa novel

(31)

Plot sub-subplot, sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih

dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang

tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik

yang dihadapinya. Struktur plot yang demikian dalam sebuah karya

barangkali beruba adanya sebuah plot utama (main plot) dan plot-plot

tambahan (sub-plot) (Nurgiyantoro, 2005: 158).

3. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Kepadatan

Kriteria kepadatan yang dimaksudkan sebagai padat atau

tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya

fiksi. Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung

susul-menyusul secara cepat, tetapi mungkin juga sebaliknya.

Keadaan pertama digolongkan sebagai karya yang berplot padat,

rapat, sedang yang kedua berplot longgar, renggang (Nurgiyantoro,

2005: 158).

Plot padat merupakan cerrita disajikan secara cepat,

peristiwa-peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan

antarperistiwa juga terjalin secara erat, dan pembaca seolah-olah

selalu dipaksa untuk terus menerus mengikutinya (Nurgiyantoro,

2005: 159). Plot longgar dalam novel merupakan pergantian peristiwa

demi peristiwa penting (baca: fungional) berlangsung lambat di

samping hubungan antarperistiwa tersebut pun tidaklah erat benar.

Artinya, antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain diselai

(32)

seperti penyituasian latar dan suasana, yang kesemuanya itu dapat

memperlambat ketegangan cerita (Nurgiyantoro, 2005: 160).

4. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Isi

Kriteria isi yang dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah,

kecenderungan masalah, yang diungkapkan dalam cerita. Jadi,

sebenarnya, ia lebih merupakan isi cerita itu sendiri secara

keseluruhan daripada sekedar urusan plot (Nurgiyantoro, 2005: 162).

Stevick (dalam Nurgiyantoro, 2005: 162) membedakan plot jenis ini

ke dalam tiga golongan besar, yaitu plot peruntungan (plot a fortune),

plot tokohan (plot of character), dan plot pemikiran (plot of thought).

Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan

nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh (utama) cerita yang

bersangkutan. Plot tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan

tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. Plot pemikiran

mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan,

perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi

masalah hidup dan kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2005: 160).

3. Pendekatan kontekstual a. Definisi Kontekstual

Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi

belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,

(33)

baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam

kehidupannya (Muslich, 2007: 41).

b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Muslich (2007: 42), pembelajaran kontekstual memiliki

tujuh karakteristik, yaitu:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu

pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam

konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan

dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,

saling mengoreksi antarteman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu

dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other

deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work

(34)

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan

(learning as an enjoy activity).

c. Komponen Pendekatan kontekstual

Menurut Muslich (2007: 43), pembelajaran pendekatan

kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu constructivism

(konstruktivism, membangun, membentuk), questioning (bertanya),

inquiry (menyelidiki, menemukan), learning community (masyarakat

belajar), modelling (pemodelan), reflection (refleksi atau umpan balik),

authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Prinsip-prinsip dasar

ketujuh komponen menurut Muslich (2007: 44) terlihat pada penjelasan

berikut.

a) Konstruktivisme

Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir)

pendekatan CTL. Pembelajaran berciri konstruktivisme menekankan

siswa membangun pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan

produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu serta

dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan

untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi

dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.

b) Bertanya (questioning)

Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL.

(35)

Bertanya dalam pembelajaran ini dipandang sebagai upaya guru yang

bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa

untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan

kemampuan berpikir siswa.

c) Menemukan (inquiry)

Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Pengetahuan

dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat

seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang

dihadapinya. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk

pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

d) Masyarakat belajar (learning community)

Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar diperoleh dari

kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar

menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O’haus, ia

bertanya kepada temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa

menunjukkan cara menggunakan alat itu. Maka dua orang anak

tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua

arah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh

masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu

(36)

informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa

(Trianto, 2009:116).

e) Pemodelan (modelling)

Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran

keterampilan dan pengetahuan diikuti dengan model yang bisa ditiru

siswa. Model yang dimaksud dengan pemberian contoh dengan

melibatkan siswa. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli

dibidangnya, misalnya mendatangkan seorang perawat untuk

memodelkan cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu

tubuh pasien (Trianto, 2009: 117).

f) Refleksi (reflection)

Komponen ini sebagai perenungan kembali atas pengetahuan

yang baru dipelajari oleh siswa selama proses belajar. Refleksi adalah

cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke

belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.

Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang

baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang

berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya (Trianto,

(37)

g) Penilaian autentik (authentic assessment)

Ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses

pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau

informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian

autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis dan

menafsirkan data yang telah terkumpul selama proses pembelajaran

berlangsung bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.

d. Penerapan CTL dalam Kelas

Menurut Trianto (2009: 111) secara garis besar langkah-langkah

penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut.

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi

sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

Selanjutnya, peneliti merumuskan langkah-langkah pendekatan

kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran dalam novel

(38)

a. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami

Siswa terlebih dahulu membaca novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami supaya dapat membuat

ringkasan/sinopsis bacaan tersebut. Sinopsis dibuat agar

mempermudah isi dari bacaan.

b. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami

Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan

kegiatan pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan

merangsang munculnya pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa

yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?” c. Pemodelan

Guru menyiapkan contoh analisis novel kepada peserta

didik. Tujuan pemberian contoh itu supaya dapat menjadi acuan

siswadalam menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami.

d. Bertanya

Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat mendorong

rasa ingin tahu mereka dalam menemukan unsur alur novel

(39)

e. Belajar kelompok

Kegiatan belajar dalam kelompok akan menjadi kegiatan

menyenangkan dan menambah pengetahuan peserta didik.

Siswadapat saling bertukar pendapat mengenai unsur alur novel.

Pembicaraan dengan teman sebaya akan membuat mereka lebih

nyaman dan rileks sehingga proses belajar tidak membosankan.

f. Penilaian autentik

Tujuan dilaksanakannya penilaian autentik atau penilaian

sebenarnya adalah untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana

siswapaham terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan

tugas untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

e. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Menurut Muslich (2007: 49–50 ), beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain

sebagai berikut.

a) Pembelajaran berbasis masalah

Siswa terlebuh dahulu diminta untuk mengobservasi suatu

fenomena kemudian mencatat permasalahan-permasalahan yang

muncul. Guru bertugas merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam

(40)

b) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman

belajar

Penugasan yang diberikan oleh guru dapat dilakukan di luar

kelas. Siswa diharapkan akan memperoleh pengalaman belajar

tentang apa yang dipelajarinya.

c) Memberikan aktivitas kelompok

Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas

perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk

berhubungan dengan orang lain.

d) Membut aktivitas belajar mandiri

Siswamampu mencari, menganalisis, dan menggunakan

informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.

e) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat

Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa

yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu.

f) Menerapkan penilaian autentik

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat

membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan

kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan

(41)

4. Pembelajaran Sastra di SMA

Masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana

pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk

pendidikan secara utuh. Menurut Rahmanto (1988: 16), pengajaran sastra

dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4

manfaat, yaitu membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan

budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.

Pengajaran sastra yang dilakukan secara tepat yang disajikan kepada siswa

harus sesuai dengan kemampuan siswanya. Tanpa adanya kesesuaian antara

siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan akan gagal.

Guru pun perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan

pengajaran sastra dalam melaksanakan pembelajaran.

Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu

perlu ditentukan standar kompetensi yang berisi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman

belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui

pencapaian standar kompetensi. Materi dikembangkan dalam bebrapa aspek

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu silabus, rencana pelaksana

pembelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar.

a. Silabus

Silabus diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu

kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar

(42)

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber

belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan

standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2009: 132–133).

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,

serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan penjabaran lebih rinci

dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal

memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus

dimiliki oleh siswasehubungan dengan suatu mata pelajaran (Mulyasa,

2009: 133). Manfaat silabus yaitu berfungsi sebagai pedoman dalam

pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran,

dan pengembangan sistem penilaian.

Berikut prinsip yang mendasari pengembangan silabus menurut

Muslich (2007: 25–26):

1. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam

silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara

keilmuan.

2. Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian

(43)

perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual

peserta didik.

3. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi.

4. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara

kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,

sumber belajar, dan sistem penilaian.

5. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian

kompetensi dasar.

6. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu,

teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa

(44)

7. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi

keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang

terjadi di sekolah dan tututan masyarakat.

8. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi

(kognitif, afektif, psikomotor).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan Pembelajaran atau biasa disebut Rencana

Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per

unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu

sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pelajaran

secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap

(aplicable) yang tinggi (Muslich, 2007: 53).

Terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi

perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran. Dalam fungsi

perencanaan, RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap

melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.

Komponen-komponen RPP yang harus dipahami guru dalam

(45)

standar, prosedur pembelajaran, hasil belajar, indikator hasil belajar,

evaluasi berbasis kelas (EBK), dan ujian berbasis sekolah atau school

based exam (SBE). Sedangkan dalam fungsi pelaksanaan, RPP harus

disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan

beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang

aktual. RPP berfungsi untuk mengefektifan proses pembelajaran sesuai

dengan apa yang direncanakan (Mulyasa, 2009: 155–156).

Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian

siswaterhadap materi standar kompetensi dasar yang dijadikan bahan

kajian. Mulyasa (2009: 157) mengemukakan prinsip yang harus

diperhatikan dalam pengembangan RPP sebagai berikut.

a) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkret

kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi

tersebut.

b) Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik.

c) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP

harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah

ditetapkan.

d) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas

(46)

e) Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksanan program di

sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim

(team teaching) atau moving class.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan

arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran,

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Mulyasa, 2009:

231). Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini

diharapkan siswadapat mengembangkan potensinya sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil karya kesastraan. Guru dapat

mengembangkan indikator dan menyesuaikan SK-KD sesuai dengan

perkembangan kompetensi bahasa peserta didik.

Berikut Standar Kompetensi dan Standar Kompetensi Dasar

Sekolah Menengah Atas kelas XI Semester 1 mengenai menganalisis

unsur-unsur intrinsik novel.

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1 Membaca

1. Memahami berbagai

hikayat, novel

Indonesia/novel

terjemahan

7.2 Menganalisis unsur-unsur

intrinsik dan ekstrinsik novel

(47)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kontekstual. Pendekatan kontekstual digunakan untuk menganalisis salah satu

unsur intrinsik yaitu alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini

mendeskripsikan aspek unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007: 6). Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan

Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Produk yang akan dihasilkan adalah

silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

B. Metode Penelitian

Metode berarti cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam

usaha memecahkan masalah yang diteliti (Siswantoro, 2010: 56). Metode

yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

(48)

lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti memilih metode

deskriptif untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan

Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami karena metode ini tidak terbatas pada

pengumpulan dan penyusunan data saja melainkan nantinya dilanjutkan

dengan menganalisa dan menginterpretasi tentang data tersebut. Peneliti akan

menguraikan sendiri data-data yang telah diperoleh dengan maksud untuk

mempermudah memahaminya secara teoritis.

C. Sumber Data

Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data

diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novel, cerita pendek,

drama dan puisi (Siswantoro, 2010: 72). Sumber data dalam penelitian ini

adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Judul Buku : Pengakuan Eks Parasit Lajang

Pengarang : Ayu Utami

Penerbit : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun Terbit : Februari 2013

Jumlah Halaman : 306

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

(49)

1. Teknik baca

Peneliti membaca keseluruhan isi cerita novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami.

2. Teknik catat

Peneliti mencatat hal-hal penting berkaitan dengan unsur alur dan

pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

karya Ayu Utami.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data.

Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket.

Tetapi di dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri.

Posisi peneliti sebagai instrumen terkait dengan ciri penelitian sastra yang

berorientasi kepada teks, bukan kepada sekelompok individu yang menerima

perlakuan tertentu (treatment). Data diperoleh secara alamiah dari teks

berdasar parameter atau kriteria tertentu (Siswantoro, 2010: 73).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti diantaranya peneliti

membaca novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami kemudian

dilanjutkan mencatat unsur alur novel. Peneliti mendeskripsikan unsur alur

dan pengaluran dan dikaitkan dengan hal-hal yang mendukung terbentuknya

alur tersebut menggunakan metode kontekstual yang kemudian dihubungkan

ke dalam pembelajaran sastra di SMA. Terakhir, peneliti menyusun laporan

(50)

35 BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari

tiga bab. Data yang akan dianalisis berupa kutipan kalimat yang terdapat pada

novel tersebut. Peneliti akan menganalisis unsur alur dan pengaluran yang

terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, kemudian akan

mengimplementasikan bab satu dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI

semester I dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Alasan peneliti memilih pembelajaran sastra dengan pendekatan

kontekstual adalah metode ini dapat membuat siswa berpikir kritis dalam

mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pembelajaran sastra

dengan pendekatan kontekstual dimaksudkan untuk memperkenalkan

nilai-nilai yang dikandung karya sastra kepada siswa yang nantinya siswa mampu

menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan.

B. Hasil Penelitian

Langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur

alur dan pengaluran dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami sebagai berikut.

1. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami

Siswa membuat sinopsis cerita novel Pengakuan Eks Parasit Lajang

(51)

mengetahui isi dari bacaaan. Berikut ini sinopsis novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang.

Saat masih anak-anak A tinggal di kota hujan. Ayah yang bekerja

sebagai seorang jaksa memiliki karakter galak, berbeda dengan ibunya yang

lemah lembut. A memiliki dua bibi, sebut saja Bibi kurus dan Bibi gendut.

Kedua bibi A telah mengadu domba ayah dan ibunya. Mereka mengatakan

kepada ayahnya bahwa sebenarnya ibunya selingkuh. Perselingkuhan terjadi

saat sang ayah mendapatkan tugas keluar kota. Ayahnya murka. Ibunya

menangis. A melihat bahwa kedua bibinya menjadi jahat karena mereka iri.

Mereka belum menikah juga.

Pada usia kedua puluh, A berkeinginan untuk melepaskan

keperawanannya. A tidak menyukai budaya Patriarki di Indonesia.

Keperawanan kemudian menjadi hal yang sangat diagungkan. Wanita yang

sudah tidak perawan dirasa tidak terhormat lagi. Vagina menjadi hal yang

begitu sensitif. Masalah muncul kepada siapa A akan melepaskan

keperawanannya.

A memiliki dua pacar. Mat, laki-laki yang suka mengapelinya dengan

mobil. Nik, laki-laki sederhana yang suka bepergian menaiki sepeda motor. A

harus memilih salah satu dari mereka. Pilihan A jatuh kepada Nik. Hubungan

mereka hanya bertahan kurang lebih selama setahun. A pun sempat menjadi

wanita simpanan pria beristri. Hingga kemudian A bertemu dengan Rik yang

kini menjadi pendamping hidupnya. Bukan berarti A dapat setia dengan

(52)

Keinginannya untuk tidak menikah pada saat kanak-kanak sudah tidak

berlaku lagi. A dewasa mantap memutuskan untuk menikah. A yang dulu

hidup melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum Patriarkal kemudian

menemukan kedamaian di dalam gereja. Namun disaat dirinya mulai

menemukan hidup baru, Nik meninggal.

2. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu

Utami

Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan kegiatan

pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan merangsang munculnya

pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?”

Siswa menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan penahapan alur yang

dikemukakan oleh Sudjiman (1992: 30–36) yang meliputi bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian awal meliputi paparan, rangsangan, gawatan.

Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan, klimaks. Bagian akhir meliputi

leraian dan selesaian. Untuk mempermudah, peneliti menganalisis alur dalam

beberapa bagian, sesuai dengan jumlah bagian dalam novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang karya Ayu Utami.

a. Bab Satu

Alur yang menonjol dalam bab satu novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang adalah paparan, rangsangan dan gawatan (tahap awal), tikaian,

(53)

1) Paparan

Siswa mulai menentukan paparan yang terdapat pada novel

Pengakuan Eks Parasit Lajang.

Paparan biasanya merupakan fungsi awal suatu cerita. Tentu saja

bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan

sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan selanjutnya

(Sudjiman, 1991: 32).

Cerita bermula dari tokoh A yang sedang bercermin. Ia menyadari

perubahan pada bentuk tubuhnya dari masa kanak-kanak menjadi wanita

dewasa. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

(1) Bayangkanlah aku. A namaku, gadis duapuluh tahun. Aku memandang ke dalam cermin. Sesungguhnya aku terlambat tumbuh menjadi wanita. Terlalu lama aku menjadi anak-anak (Utami, 2013: 7).

Kemudian A mulai menyukai bagian-bagian tubuhnya. Ia sadar

betul setiap orang tidak sempurna secara fisik. Kekurangan yang

dimilikinya tidak lantas membuat dirinya minder. A menutupi

kekurangannya dengan berdandan, sedangkan kelebihan yang Ia miliki

mampu menarik perhatian lawan jenisnya. Hal tersebut dibuktikan dalam

kutipan berikut.

(54)

tumbuh lebih besar. (Itu, kau tahu, tak mungkin. Kecuali jika seluruh bagian lain ikut bertambah besar juga.) (Utami, 2013: 7)

(3) Sudah lama aku tahu dalam teori bahwa lelaki menyenangi tubuh demikian. Sebentuk tubuh dengan lekuk, seperti gitar. Ceruk kecil yang lembab di pusatnya, serta sepasang kesuburan yang akan menyihir mereka dalam pengalaman indah menghisap di masa kanak. Aku tahu. Tapi, pengetahuan bahwa aku kini memiliki tubuh itu menciptakan rasa ganjil. Ya, kini; sebelumnya tidak demikian. Tubuh yang baru ada padamu kini akan membangkitkan hasrat lelaki. Mengetahui itu sungguh aneh. Sekaligus menyenangkan. Semakin kau memikirkannya, semakin kau tak faham (Utami, 2013: 8).

Kutipan selanjutnya menceritakan tentang pengarang yang

menggambarkan bagaimana manusia jatuh dalam dosa. Pengandaian itu

gambaran dari niatan A untuk melepas keperawanannya.

(4) Setelah kau mencicipi buah dari Pohon Pengetahuan, kau memang harus pergi dari taman surgawi itu. Sekalipun tidak ada malikat yang mengusirmu, selain dirimu sendiri. Persisnya demikian: Setelah kau mengalami rasa pengetahuan... ya, rasa yang menakjubkan itu, rasa yang sekaligus membuatmu makhluk fana... taman itu akan lenyap dengan sendirinya bagimu, seperti istana pasir yang perlahan ditiup angin (Utami, 2013: 10).

Pengarang tidak lupa menyisipkan butir-butir yang memancing

pembacanya untuk mengikuti kisah selanjutnya. Hal ini terdapat pada

kutipan berikut.

(5) Begitulah, sekali lagi, aku telah memutuskan untuk menutup masa perawanku. Tapi siapa lelaki itu? (Utami, 2013: 11).

(55)

Kutipan diatas membuat kita bertanya-tanya, siapa laki-laki yang

dipilih oleh A.

2) Rangsangan

Kegiatan selanjutnya adalah siswa menemukan rangasangan dalam

novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru

yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan

oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang

semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan

disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan

(Sudjiman 1992: 32).

Rangsangan yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit

Lajang karya Ayu Utami adalah ketika A memulai aktivitas pertamanya

menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. A anak Fakultas Sastra. Hal

ini terdapat pada kutipan berikut.

(56)

Kutipan di bawah ini menceritakan tentang bagaimana A tertarik

dengan N

Referensi

Dokumen terkait

Stoga, kreatori politika nisu imali kao racionalnu mogućnost zabranu upotrebe, kao što je to bio slučaj sa nekim drugim adiktivnim supstancama, već se mere kontrole

Masyarakat berharap sistem penjaminan mutu pada produk hasil perairan ini tidak hanya dilakukan sosialisasi, tetapi dilakukan pelatihan dan pendampingan pada unit pengolahan

Hasil pengamatan menujukkan bahwa semua sampel yang diambil dari pengolah pindang tongkol daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, mengandung mikroba ( Table 1 ).. Prinsip pengawetan

Sebelum adanya kegiatan pelatihan ini masyarakat Desa Sumberjaya belum mengetahui macam olahan bahan baku terutama dari hasil perikanan, namun setelah dilakukan

jika dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi. Mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah. 3) Sulit bersosialisasi. Anak-anak dari ibu

Perlakuan benih secara fisiologis untuk memperbaiki perkecambahan benih melalui imbibisi air telah menjadi dasar dalam invigorasi benih.Saat ini perlakuan invigorasi merupakan

Berdasarkan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pada kincir tanpa deflektor koefisien daya paling tinggi didapat pada saat kincir bekerja pada kecepatan aliran 1,1

Warga sekitar dibawah naungan pemerintahan desa Jambangan telah membuat strategi agar obyek wisata air sumber bantal dapat dikenal, sebagai tempat tujuan wisata