PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Skolastika Cynthia Maharani NIM : 121224064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Skolastika Cynthia Maharani NIM : 121224064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii SKRIPSI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1
Oleh:
Skolastika Cynthia Maharani
121224064
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I,
Drs. B. Rahmanto, M.Hum. Tanggal: 29 September 2016
Pembimbing II
iii SKRIPSI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Skolastika Cynthia Maharani
121224064
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 17 Oktober 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama lengkap
Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.
Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
Anggota 1 : Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
Anggota 2 : Drs. P. Hariyanto, M.Pd.
Anggota 3 : Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd.
Tanda tangan
...
...
...
...
...
Yogyakarta, 17 Oktober 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
iv
.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristrus yang telah
memberikan berkat dan kelancaran dalam penyusunan skripsi, karya ini saya
persembahkan untuk:
Kedua orang tua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang selalu
v MOTO
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur.
(Filipi 4:6−7)
Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat
dengan tindakan nyata, tanpa banyak bicara. Syarat pikiran positif adalah
memulainya dari sekarang, fokus pada tujuan dan yakin pada kemampuan
diri.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Oktober 2016
Yang membuat pernyataan,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Skolastika Cynthia Maharani
Nomor Mahasiswa : 121224064
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL
PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Tanggal 17 Oktober 2016
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
Maharani, Skolastika Cynthia. 2016. Pendekatan Kontekstual dalam
Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual digunakan untuk menganalisis alur novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan aspek unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini menganalisis dan
menginterpretasi tentang data yang diperoleh dalam bentuk kata-kata. Instrumen dalam penelitian sastra adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat dan teknik baca. Langkah-langkah pendekatan kontekstual yang dapat digunakan dalam menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari (1) membuat sinopsis, (2) menganalisis alur dan pengaluran, (3) pemodelan, (4) bertanya, (5) belajar kelompok, (6) penilaian autentik.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur sorot balik atau flashback.
ix ABSTRACT
Maharani, Skolastika Cynthia 2016. Contextual Approach in Plot Learning on
Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Written By Ayu Utami to the First Semester High Schools Students of Grade XI. Thesis. Yogyakarta:
Indonesian Language Literature Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research examined the implementation of contextual approach in plot learning on the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This research was aimed to describe contextual approach in plot learning on novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami to the First Semester High
Schools Students of Class XI.
This research used contextual approach. Contextual approach used to analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This study is the research qualitative. The method that were used descriptive method. This research was aimed to describe plot learning on novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This research analyzed and
interpreted about data obtained from the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang in the form of words. The instruments in the study of literature is researchers itself. The techniques collecting data use a note and read. The steps of contextual approach that were used to analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang written by Ayu Utami were: (1) making a synopsis, (2) analyzing the plot,
(3) modeling, (4) questioning, (5) learning in groups, (6) authentic assessing. The results of this research showed that novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang written by Ayu Utami used flashback plot. Contextual approach could
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami unutk Siswa Kelas XI Semester 1”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan,
semangat, bimbingan, nasihat, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
agar cepat menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengarahkan, serta
memberi nasihat kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.
4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta masukan-masukan yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.
6. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan pelayanan administratif
xi
7. Kedua orangtua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang
selalu memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan doa kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Saudara kandungku, Bernardia Eka Dyah, Bernardus Bagus Aprilitanto,
Gregorius Berlian Gusti Laksita yang telah menjadi penyemangat penulis.
9. Para sahabatku, Yohanes Yanwar PM, Angelina Ryan, Emmanda Sekar,
Elisabet Eva, Saktyo Dwi Wicaksono. Terima kasih sudah menemani dan
memberikan semangat serta motivasi kepada penulis.
10.Geng Gahul Nurul (Hana, Gisela, Anindita, Tyas, Venta, Eka, Nita, Swila)
yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat
penulis merasa berharga dapat mengenal mereka.
11.Teman-teman seperjuangan PBSI angkatan 2012 dan teman-teman PPL
SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, terima kasih untuk kebersamaan kita.
12.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang sudah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh
bantuan, dukungan, dan arahan yang sudah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk
berbagai pihak.
Yogyakarta, 17 Oktober 2016
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
BAB I PENDAHULUAN...
A. Latar Belakang...
B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan Penelitian...
D. Manfaat Penelitian...
E. Batasan Istilah...
F. Sistematika Penyajian...
BAB II LANDASAN TEORI...
A. Penelitian yang Relevan...
B. Landasan Teori...
1. Hakikat Novel...
2. Unsur Intrinsik...
a. Pengertian Alur...
b. Struktur Alur...
xiii
3. Pendekatan Kontekstual...
a. Definisi Kontekstual...
b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual...
c. Komponen Pendekatan Kontekstual...
d. Penerapan CTL dalam Kelas...
e. Strategi Pembelajaran Kontekstual...
4. Pembelajaran Sastra di SMA...
a. Silabus...
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...
A. Jenis Penelitian...
B. Metode Penelitian...
C. Sumber Data...
D. Teknik Pengumpulan Data...
E. Instrumen Penelitian...
F. Teknik Analisis Data...
BAB IV PEMBAHASAN...
A. Deskripsi Data...
B. Hasil Penelitian...
1. Membuat Sinopsis Novel...
2. Menganalisis Unsur Alur Novel...
3. Pemodelan...
4. Bertanya...
5. Belajar Kelompok...
6. Penilaian Autentik...
C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami...
xiv
1. Silabus...
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...
BAB V PENUTUP...
A. Kesimpulan...
B. Implikasi...
C. Saran...
DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... BIOGRAFI PENULIS
79
82
96
96
98
98
99
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini memiliki peranan yang
penting. Bahasa Indonesia digunakan untuk menjalin komunikasi dan
menguasai ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat
tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotor. Ketiga aspek tersebut harus berjalan dengan seimbang agar
tercipta tujuan pengajaran bahasa yang akan dicapai. Seperti yang dituliskan
Yunus dalam artikelnya yang dimuat di Kompasiana, pembelajaran bahasa
Indonesia monoton dan kurang menarik. Siswa lebih sering merasa bosan
dalam belajar bahasa Indonesia. Tradisi membaca, menyimak, menulis dan
berbicara cenderung belum optimal.
Keberhasilan pengajaran bahasa dapat ditentukan oleh faktor guru,
siswa, metode pembelajaran, kurikulum, silabus, bahan ajar dan fasilitas
sekolah. Bagus dalam tulisannya yang berjudul “Menumbuhkan Gairah Belajar Menulis” mengemukakan bahwa guru sering dihadapkan pada
persoalan menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam waktu
yang sudah ditentukan, sedangkan keterbatasan waktu sering mengganggu
proses pengajaran bahasa. Guru dituntut memiliki strategi dan kreativitas
mengelola materi untuk disampaikan ke siswa tanpa mengesampingkan
materi lainnya. Masing-masing siswa memiliki pengetahuan awal
pendekatan pembelajaran yang seperti apa untuk diterapkan kepada siswa
supaya kemampuan dan potensi siswa terbentuk. Pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu (Komalasari, 2011: 54). Hal yang dapat dilakukan guru adalah
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau contextual
teaching and learning (CTL). Pendekatan kontekstual adalah pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna
materi tersebut bagi kehidupannya (Komalasari, 2010: 7). Pembelajaran
kontekstual memiliki tujuh komponen utama yakni, konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), inquiri (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), refleksi (reflection), pemodelan (modeling), dan
penilaian otentik (authentic assessment) (Trianto, 2009: 107). Nantinya guru
akan semakin mudah memperkenalkan sastra kepada siswa.
Guru dapat memilih dan menjadikan karya sastra sebagai bahan ajar.
Yang termasuk dalam pengajaran sastra, misalnya mengajarkan puisi, drama,
novel, cerpen dan yang lain. Tujuan utama pengajaran sastra sendiri untuk
membina apresiasi sastra agar siswa mampu memahami, menikmati dan
apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan
sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Artinya, mau tidak mau
siswa dibiasakan untuk terjun langsung atau membaca sendiri suatu karya
sastra. Pada proses membaca inilah siswa menemukan keindahan dari karya
sastra yang dibacanya. Misalnya, cara pengarang menyusun alur cerita,
menciptakan tegangan, melukiskan perwatakan tokoh, dan sebagainya.
Salah satu karya sastra yang dapat diajarkan pada siswa adalah karya
sastra novel. Kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup
mudahnya karya sastra tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat
kemampuannya masing-masing secara perorangan (Rahmanto, 1988: 66).
Novel adalah salah satu karya sastra yang dibangun oleh beberapa unsur.
Unsur yang terdapat pada novel yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri,
seperti, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa. Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra dan
mempunyai nilai-nilai tertentu.
Peneliti akan melakukan penelitian pada jenis karya sastra novel.
Peneliti memilih novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual
karena pendekatan ini dapat membuat pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia lebih menarik dan siswa dituntut berpikir kritis. Siswa dipacu untuk
Dengan mengaitkan keduanya, siswa melihat makna di dalam tugas sekolah.
Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang diolah secara kreatif. Setiap peristiwa mengandung konflik yang
mendorong pembaca untuk menyelesaikan membaca novel ini. Novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran
sastra untuk diterapkan di SMA kelas XI semester 1. Dalam penelitian ini,
peneliti mengkaji lebih dalam salah satu unsur intrinsik novel Pengakuan
Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami yaitu unsur alur. Peneliti melakukan
penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur
dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan
diteliti adalah bagaimana penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya
Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada hal-hal sebagai
berikut.
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya tentang pembelajaran alur dan pengaluran.
2. Memberikan masukan kepada sekolah mengenai pembelajaran alur dan
pengaluran pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
3. Membantu guru dan mendorong semangat belajar siswa dalam proses
belajar mengajar.
4. Memberi masukan pada peneliti lain dalam mengadakan penelitian dari
segi sastra dan implementasinya dalam dunia pendidikan.
E. Batasan Istilah
Untuk mempelajari penelitian ini, peneliti memberikan
batasan-batasan istilah yang penting dan mendukung dalam pemahaman.
1. Novel
Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering
memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur,
seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar
(Rahmanto, 1988: 70).
2. Pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich, 2007: 71).
3. Sastra
Rahmanto (1988: 10) mengatakan bahwa sastra mengandung
kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan
dalam berbagai pola yang sistematis untuk menyampaikan segala perasaan
dan pikiran.
4. Pengaluran
Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda
berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.
Pembedaan plot yang dikemukakan didasarkan pada tinjauan dari kriteria
urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153).
5. Alur
Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah karya fiksi adalah
jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan,
keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan
sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55).
6. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
implementasi kurikulum, yang mecakup kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per
unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich,
2007: 53).
F. Sistematika Penyajian
Dalam penelitian ini, sistematika penyajiannya terdiri dari Bab I, Bab
II, Bab III, Bab IV dan Bab V. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika
penyajian. Bab II Landasan Teori yang terdiri dari penelitian yang relevan,
kajian teori. Bab II Metodologi Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan
jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data. Bab IV Pembahasan yang terdiri dari deskripsi data,
pembahasan pembelajaran kontekstual, implementasi pembelajaran alur novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dalam pembelajaran sastra.
8 BAB II
LANDASAN TEORI A. Penelitian Yang Relevan
Lilis Yuliati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan
Pendekatan Kontekstual bagi Peningkatan Hasil Siswa dalam Pembelajaran
Apresiasi Novel”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil siswa
dalam mengapresiasi sastra novel menggunakan pendekatan kontekstual
metode penelitian tindakan kelas menunjukan adanya peningkatan mulai dari
hasil tes awal siklus I sampai dengan siklus III setelah mendapat perlakuan
yaitu melalui tes akhir siklus I sampai dengan siklus III. Hal tersebut berarti
penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil siswa dalam
pembelajaran apresiasi novel di kelas VIII SMP Negeri 5 Cimahi.
Penelitian yang dilakukan Mochamad Faizal Mohtarom (2013)
berjudul “Pendidikan Karakter yang Ditemukan dalam Unsur-unsur Intrinsik
Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata” menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti memilih metode deskriptif untuk memaparkan
narasi dan dialog yang menggunakan pendidikan karakter. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan pendidikan karakter yang ditemukan di dalam
unsur-unsur intrinsik novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Hasil
penelitian ini disimpulkan bahwa unsur intrinsik saling berhubungan
membentuk karakter seseorang.
Kedua penelitian di atas dianggap relevan dengan penelitian ini karena
melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam
Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami untuk Siswa Kelas XI Semester 1”. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian milik Lilis Yuliati adalah menggunakan pendekatan
kontekstual, sedangkan penelitian milik Mochamad Faizal Mohtarom adalah
sama-sama menganalisis unsur intrinsik novel. Hal yang membedakan adalah
peneliti hanya menganalisis satu unsur intrinsik novel, yaitu alur.
B. Landasan Teori 1. Hakikat Novel
Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki
struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur, seperti latar,
perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar (Rahmanto, 1988:
70). Sumardjo (1983: 65) mengatakan bahwa novel sering diartikan sebagai
hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa
menjelang perkawinannya setelah mengalami masa percintaan, atau bagian
kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah
salah satu karya sastra yang mempunyai beberapa unsur pembangun dan
menceritakan kehidupan seseorang. Cerita kehidupan seseorang dapat
mendorong pembaca untuk menemukan nilai-nilai estetika. Novel dapat
dijadikan bahan ajar bagi para guru dalam proses belajar karena sudah sesuai
2. Unsur Intrinsik
Dalam kegiatan menganalisis sebuah karya sastra, agar peneliti dapat
memahami isi dan jalan cerita di dalamnya diperlukan pemahaman khusus
terhadap unsur-unsur intrinsik yang membangun dan membentuk karya sastra
itu. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur,
yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling
menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata,
bahasa, misalnya, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu
unsur pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah
yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud
(Nurgiyantoro, 2005: 22). Jadi, karya sastra yang baik memiliki unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri sehingga terbentuk sebuah totalitas.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menguraikan salah satu unsur
yaitu unsur alur.
a. Pengertian Alur
Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah fiksi adalah jalannya
cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan, keadaan itu
mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan sebuah
penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55). Pada prinsipnya, seperti juga
bentuk-bentuk sastra lainnya suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan
(beginning) melalui suatu pertengahan (middle) menuju suatuakhir
(ending). Yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi,
b. Struktur Alur
Alur menyajikan urutan waktu. Penyajian alur tak melulu
menghadirkan urutan peristiwa secara urut kronologis dan runtut.
Pengarang menggunakan daya kreativitasnya untuk menempatkan waktu
peristiwanya sendiri. Artinya, tahapan awal cerita tidak harus berada di
awal cerita atau di bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian
mana pun.
Walaupun cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola
tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan.
Berikut struktur alur menurut Sudjiman (1992: 30):
Berikut penjelasan mengenai struktur alur menurut Sudjiman (1991: 36).
1. Awal
a. Paparan
Penyampai informasi kepada pembaca disebut paparan atau
eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu
cerita. Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan,
melainkan keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca
mengikuti kisahan selanjutnya (Sudjiman, 1991: 32).
Awal
• Paparan (exposition)
• Rangsangan (inciting moment)
• Gawatan (rising
action)
Tengah
• Tikaian (conflict)
• Rumitan (complication)
• Klimaks
Akhir
• Leraian (falling
action) • Selesaian
b. Rangsangan
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang
tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat
pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang
merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan
tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan dan berapa
lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1991: 32).
c. Gawatan
Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul
oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan
(Sudjiman, 1991: 32).
2. Tengah
a. Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat
adanya dua kekuatan yang bertentangan; satu diantaranya diwakili
oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam
cerita (Sudjiman, 1991: 34−35). b. Rumitan
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks
cerita disebut rumitan (Sudjiman, 1991: 35).
c. Klimaks
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak
kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting.
Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban. Rumitan
mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari
klimaks (Sudjiman, 1991: 35).
3. Akhir
a. Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang
menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian
(Sudjiman, 1991: 35).
b. Selesaian
Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian
boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan
(happy ending). Boleh juga mengandung penyelesaian masalah
yang menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga
pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita
sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang
penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian
(Sudjiman, 1991: 36).
c. Pengaluran
Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda
berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.
tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro,
2005: 153).
1. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu
Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang
bersangkutan. Atau lebih tepatnya, urutan penceritaan
peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Urutan waktu, dalam hal ini, berkaitan
dengan logika cerita (Nurgiyantoro, 2005: 153). Secara teoretis, kita
dapat membedakan plot ke dalam dua kategori: kronologis dan tidak
kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus, maju, atau dapat
juga dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot-balik,
mundur, flash-back, atau dapat juga disebut sebagai regresif
(Nurgiyantoro, 2005: 153).
Plot lurus atau progresif merupakan plot sebuah novel
dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat
kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti oleh (atau:
menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian.Atau,
secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan,
pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir
(penyelesaian) (Nurgiyantoro, 2005: 154). Plot sorot-balik atau
flash-back merupakan urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi
yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai
logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap
akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan (Nurgiyantoro,
2005: 154). Plot campuran barangkali tidak ada dalam novel yang
secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-balik.
Secara garis besar plot sebuah novel mungkin progresif, tetapi di
dalamnya, betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat
adegan-adegan sorot balik. Demikian pula sebaliknya. Bahkan sebenarnya,
boleh dikatakan, tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak
flash-back (Nurgiyantoro, 2005: 156).
2. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Jumlah
Kriteria jumlah yang dimaksudkan sebagai banyaknya plot
cerita yang terdapat pada sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin
hanya menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung
lebih dari satu plot. Kemungkinan pertama adalah novel (fiksi) yang
berplot tunggal, sedang yang kedua adalah yang menampilkan
sub-subplot (Nurgiyantoro, 2005: 157).
Karya fiksi yang berplot tunggal biasanya hanya
mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh
utama protagonis yang sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya
mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan
permasalahan dan konflik yang dialaminya. Cerita yang demikian
mirip dengan biografi seseorang, atau bahkan memang berupa novel
Plot sub-subplot, sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih
dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang
tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik
yang dihadapinya. Struktur plot yang demikian dalam sebuah karya
barangkali beruba adanya sebuah plot utama (main plot) dan plot-plot
tambahan (sub-plot) (Nurgiyantoro, 2005: 158).
3. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Kepadatan
Kriteria kepadatan yang dimaksudkan sebagai padat atau
tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya
fiksi. Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung
susul-menyusul secara cepat, tetapi mungkin juga sebaliknya.
Keadaan pertama digolongkan sebagai karya yang berplot padat,
rapat, sedang yang kedua berplot longgar, renggang (Nurgiyantoro,
2005: 158).
Plot padat merupakan cerrita disajikan secara cepat,
peristiwa-peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan
antarperistiwa juga terjalin secara erat, dan pembaca seolah-olah
selalu dipaksa untuk terus menerus mengikutinya (Nurgiyantoro,
2005: 159). Plot longgar dalam novel merupakan pergantian peristiwa
demi peristiwa penting (baca: fungional) berlangsung lambat di
samping hubungan antarperistiwa tersebut pun tidaklah erat benar.
Artinya, antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain diselai
seperti penyituasian latar dan suasana, yang kesemuanya itu dapat
memperlambat ketegangan cerita (Nurgiyantoro, 2005: 160).
4. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Isi
Kriteria isi yang dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah,
kecenderungan masalah, yang diungkapkan dalam cerita. Jadi,
sebenarnya, ia lebih merupakan isi cerita itu sendiri secara
keseluruhan daripada sekedar urusan plot (Nurgiyantoro, 2005: 162).
Stevick (dalam Nurgiyantoro, 2005: 162) membedakan plot jenis ini
ke dalam tiga golongan besar, yaitu plot peruntungan (plot a fortune),
plot tokohan (plot of character), dan plot pemikiran (plot of thought).
Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan
nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh (utama) cerita yang
bersangkutan. Plot tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan
tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. Plot pemikiran
mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan,
perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi
masalah hidup dan kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2005: 160).
3. Pendekatan kontekstual a. Definisi Kontekstual
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya (Muslich, 2007: 41).
b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Muslich (2007: 42), pembelajaran kontekstual memiliki
tujuh karakteristik, yaitu:
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam
konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan
dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi antarteman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu
dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other
deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan
(learning as an enjoy activity).
c. Komponen Pendekatan kontekstual
Menurut Muslich (2007: 43), pembelajaran pendekatan
kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu constructivism
(konstruktivism, membangun, membentuk), questioning (bertanya),
inquiry (menyelidiki, menemukan), learning community (masyarakat
belajar), modelling (pemodelan), reflection (refleksi atau umpan balik),
authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Prinsip-prinsip dasar
ketujuh komponen menurut Muslich (2007: 44) terlihat pada penjelasan
berikut.
a) Konstruktivisme
Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir)
pendekatan CTL. Pembelajaran berciri konstruktivisme menekankan
siswa membangun pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan
produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu serta
dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
b) Bertanya (questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL.
Bertanya dalam pembelajaran ini dipandang sebagai upaya guru yang
bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa
untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan
kemampuan berpikir siswa.
c) Menemukan (inquiry)
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
d) Masyarakat belajar (learning community)
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar
menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O’haus, ia
bertanya kepada temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa
menunjukkan cara menggunakan alat itu. Maka dua orang anak
tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh
masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu
informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa
(Trianto, 2009:116).
e) Pemodelan (modelling)
Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan diikuti dengan model yang bisa ditiru
siswa. Model yang dimaksud dengan pemberian contoh dengan
melibatkan siswa. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli
dibidangnya, misalnya mendatangkan seorang perawat untuk
memodelkan cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu
tubuh pasien (Trianto, 2009: 117).
f) Refleksi (reflection)
Komponen ini sebagai perenungan kembali atas pengetahuan
yang baru dipelajari oleh siswa selama proses belajar. Refleksi adalah
cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.
Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang
baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang
berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya (Trianto,
g) Penilaian autentik (authentic assessment)
Ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian
autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis dan
menafsirkan data yang telah terkumpul selama proses pembelajaran
berlangsung bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
d. Penerapan CTL dalam Kelas
Menurut Trianto (2009: 111) secara garis besar langkah-langkah
penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Selanjutnya, peneliti merumuskan langkah-langkah pendekatan
kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran dalam novel
a. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami
Siswa terlebih dahulu membaca novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami supaya dapat membuat
ringkasan/sinopsis bacaan tersebut. Sinopsis dibuat agar
mempermudah isi dari bacaan.
b. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami
Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan
kegiatan pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan
merangsang munculnya pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa
yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?” c. Pemodelan
Guru menyiapkan contoh analisis novel kepada peserta
didik. Tujuan pemberian contoh itu supaya dapat menjadi acuan
siswadalam menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami.
d. Bertanya
Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat mendorong
rasa ingin tahu mereka dalam menemukan unsur alur novel
e. Belajar kelompok
Kegiatan belajar dalam kelompok akan menjadi kegiatan
menyenangkan dan menambah pengetahuan peserta didik.
Siswadapat saling bertukar pendapat mengenai unsur alur novel.
Pembicaraan dengan teman sebaya akan membuat mereka lebih
nyaman dan rileks sehingga proses belajar tidak membosankan.
f. Penilaian autentik
Tujuan dilaksanakannya penilaian autentik atau penilaian
sebenarnya adalah untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana
siswapaham terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan
tugas untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
e. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Menurut Muslich (2007: 49–50 ), beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain
sebagai berikut.
a) Pembelajaran berbasis masalah
Siswa terlebuh dahulu diminta untuk mengobservasi suatu
fenomena kemudian mencatat permasalahan-permasalahan yang
muncul. Guru bertugas merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam
b) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman
belajar
Penugasan yang diberikan oleh guru dapat dilakukan di luar
kelas. Siswa diharapkan akan memperoleh pengalaman belajar
tentang apa yang dipelajarinya.
c) Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas
perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk
berhubungan dengan orang lain.
d) Membut aktivitas belajar mandiri
Siswamampu mencari, menganalisis, dan menggunakan
informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.
e) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa
yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu.
f) Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat
membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan
kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan
4. Pembelajaran Sastra di SMA
Masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana
pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk
pendidikan secara utuh. Menurut Rahmanto (1988: 16), pengajaran sastra
dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4
manfaat, yaitu membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.
Pengajaran sastra yang dilakukan secara tepat yang disajikan kepada siswa
harus sesuai dengan kemampuan siswanya. Tanpa adanya kesesuaian antara
siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan akan gagal.
Guru pun perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan
pengajaran sastra dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu
perlu ditentukan standar kompetensi yang berisi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman
belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui
pencapaian standar kompetensi. Materi dikembangkan dalam bebrapa aspek
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu silabus, rencana pelaksana
pembelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar.
a. Silabus
Silabus diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan
standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2009: 132–133).
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,
serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan penjabaran lebih rinci
dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal
memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus
dimiliki oleh siswasehubungan dengan suatu mata pelajaran (Mulyasa,
2009: 133). Manfaat silabus yaitu berfungsi sebagai pedoman dalam
pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran,
dan pengembangan sistem penilaian.
Berikut prinsip yang mendasari pengembangan silabus menurut
Muslich (2007: 25–26):
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual
peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tututan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor).
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan Pembelajaran atau biasa disebut Rencana
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per
unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu
sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pelajaran
secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap
(aplicable) yang tinggi (Muslich, 2007: 53).
Terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi
perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran. Dalam fungsi
perencanaan, RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap
melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
Komponen-komponen RPP yang harus dipahami guru dalam
standar, prosedur pembelajaran, hasil belajar, indikator hasil belajar,
evaluasi berbasis kelas (EBK), dan ujian berbasis sekolah atau school
based exam (SBE). Sedangkan dalam fungsi pelaksanaan, RPP harus
disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan
beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang
aktual. RPP berfungsi untuk mengefektifan proses pembelajaran sesuai
dengan apa yang direncanakan (Mulyasa, 2009: 155–156).
Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian
siswaterhadap materi standar kompetensi dasar yang dijadikan bahan
kajian. Mulyasa (2009: 157) mengemukakan prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengembangan RPP sebagai berikut.
a) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkret
kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi
tersebut.
b) Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik.
c) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP
harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
d) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
e) Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksanan program di
sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim
(team teaching) atau moving class.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan
arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Mulyasa, 2009:
231). Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
diharapkan siswadapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan. Guru dapat
mengembangkan indikator dan menyesuaikan SK-KD sesuai dengan
perkembangan kompetensi bahasa peserta didik.
Berikut Standar Kompetensi dan Standar Kompetensi Dasar
Sekolah Menengah Atas kelas XI Semester 1 mengenai menganalisis
unsur-unsur intrinsik novel.
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 Membaca
1. Memahami berbagai
hikayat, novel
Indonesia/novel
terjemahan
7.2 Menganalisis unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel
32 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kontekstual. Pendekatan kontekstual digunakan untuk menganalisis salah satu
unsur intrinsik yaitu alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini
mendeskripsikan aspek unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007: 6). Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan
Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Produk yang akan dihasilkan adalah
silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
B. Metode Penelitian
Metode berarti cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam
usaha memecahkan masalah yang diteliti (Siswantoro, 2010: 56). Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti memilih metode
deskriptif untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan
Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami karena metode ini tidak terbatas pada
pengumpulan dan penyusunan data saja melainkan nantinya dilanjutkan
dengan menganalisa dan menginterpretasi tentang data tersebut. Peneliti akan
menguraikan sendiri data-data yang telah diperoleh dengan maksud untuk
mempermudah memahaminya secara teoritis.
C. Sumber Data
Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data
diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novel, cerita pendek,
drama dan puisi (Siswantoro, 2010: 72). Sumber data dalam penelitian ini
adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Judul Buku : Pengakuan Eks Parasit Lajang
Pengarang : Ayu Utami
Penerbit : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit : Februari 2013
Jumlah Halaman : 306
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
1. Teknik baca
Peneliti membaca keseluruhan isi cerita novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami.
2. Teknik catat
Peneliti mencatat hal-hal penting berkaitan dengan unsur alur dan
pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data.
Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket.
Tetapi di dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri.
Posisi peneliti sebagai instrumen terkait dengan ciri penelitian sastra yang
berorientasi kepada teks, bukan kepada sekelompok individu yang menerima
perlakuan tertentu (treatment). Data diperoleh secara alamiah dari teks
berdasar parameter atau kriteria tertentu (Siswantoro, 2010: 73).
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti diantaranya peneliti
membaca novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami kemudian
dilanjutkan mencatat unsur alur novel. Peneliti mendeskripsikan unsur alur
dan pengaluran dan dikaitkan dengan hal-hal yang mendukung terbentuknya
alur tersebut menggunakan metode kontekstual yang kemudian dihubungkan
ke dalam pembelajaran sastra di SMA. Terakhir, peneliti menyusun laporan
35 BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari
tiga bab. Data yang akan dianalisis berupa kutipan kalimat yang terdapat pada
novel tersebut. Peneliti akan menganalisis unsur alur dan pengaluran yang
terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, kemudian akan
mengimplementasikan bab satu dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI
semester I dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Alasan peneliti memilih pembelajaran sastra dengan pendekatan
kontekstual adalah metode ini dapat membuat siswa berpikir kritis dalam
mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pembelajaran sastra
dengan pendekatan kontekstual dimaksudkan untuk memperkenalkan
nilai-nilai yang dikandung karya sastra kepada siswa yang nantinya siswa mampu
menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan.
B. Hasil Penelitian
Langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur
alur dan pengaluran dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami sebagai berikut.
1. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami
Siswa membuat sinopsis cerita novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
mengetahui isi dari bacaaan. Berikut ini sinopsis novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang.
Saat masih anak-anak A tinggal di kota hujan. Ayah yang bekerja
sebagai seorang jaksa memiliki karakter galak, berbeda dengan ibunya yang
lemah lembut. A memiliki dua bibi, sebut saja Bibi kurus dan Bibi gendut.
Kedua bibi A telah mengadu domba ayah dan ibunya. Mereka mengatakan
kepada ayahnya bahwa sebenarnya ibunya selingkuh. Perselingkuhan terjadi
saat sang ayah mendapatkan tugas keluar kota. Ayahnya murka. Ibunya
menangis. A melihat bahwa kedua bibinya menjadi jahat karena mereka iri.
Mereka belum menikah juga.
Pada usia kedua puluh, A berkeinginan untuk melepaskan
keperawanannya. A tidak menyukai budaya Patriarki di Indonesia.
Keperawanan kemudian menjadi hal yang sangat diagungkan. Wanita yang
sudah tidak perawan dirasa tidak terhormat lagi. Vagina menjadi hal yang
begitu sensitif. Masalah muncul kepada siapa A akan melepaskan
keperawanannya.
A memiliki dua pacar. Mat, laki-laki yang suka mengapelinya dengan
mobil. Nik, laki-laki sederhana yang suka bepergian menaiki sepeda motor. A
harus memilih salah satu dari mereka. Pilihan A jatuh kepada Nik. Hubungan
mereka hanya bertahan kurang lebih selama setahun. A pun sempat menjadi
wanita simpanan pria beristri. Hingga kemudian A bertemu dengan Rik yang
kini menjadi pendamping hidupnya. Bukan berarti A dapat setia dengan
Keinginannya untuk tidak menikah pada saat kanak-kanak sudah tidak
berlaku lagi. A dewasa mantap memutuskan untuk menikah. A yang dulu
hidup melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum Patriarkal kemudian
menemukan kedamaian di dalam gereja. Namun disaat dirinya mulai
menemukan hidup baru, Nik meninggal.
2. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami
Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan kegiatan
pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan merangsang munculnya
pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?”
Siswa menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan penahapan alur yang
dikemukakan oleh Sudjiman (1992: 30–36) yang meliputi bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian awal meliputi paparan, rangsangan, gawatan.
Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan, klimaks. Bagian akhir meliputi
leraian dan selesaian. Untuk mempermudah, peneliti menganalisis alur dalam
beberapa bagian, sesuai dengan jumlah bagian dalam novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami.
a. Bab Satu
Alur yang menonjol dalam bab satu novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang adalah paparan, rangsangan dan gawatan (tahap awal), tikaian,
1) Paparan
Siswa mulai menentukan paparan yang terdapat pada novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang.
Paparan biasanya merupakan fungsi awal suatu cerita. Tentu saja
bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan
sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan selanjutnya
(Sudjiman, 1991: 32).
Cerita bermula dari tokoh A yang sedang bercermin. Ia menyadari
perubahan pada bentuk tubuhnya dari masa kanak-kanak menjadi wanita
dewasa. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
(1) Bayangkanlah aku. A namaku, gadis duapuluh tahun. Aku memandang ke dalam cermin. Sesungguhnya aku terlambat tumbuh menjadi wanita. Terlalu lama aku menjadi anak-anak (Utami, 2013: 7).
Kemudian A mulai menyukai bagian-bagian tubuhnya. Ia sadar
betul setiap orang tidak sempurna secara fisik. Kekurangan yang
dimilikinya tidak lantas membuat dirinya minder. A menutupi
kekurangannya dengan berdandan, sedangkan kelebihan yang Ia miliki
mampu menarik perhatian lawan jenisnya. Hal tersebut dibuktikan dalam
kutipan berikut.
tumbuh lebih besar. (Itu, kau tahu, tak mungkin. Kecuali jika seluruh bagian lain ikut bertambah besar juga.) (Utami, 2013: 7)
(3) Sudah lama aku tahu dalam teori bahwa lelaki menyenangi tubuh demikian. Sebentuk tubuh dengan lekuk, seperti gitar. Ceruk kecil yang lembab di pusatnya, serta sepasang kesuburan yang akan menyihir mereka dalam pengalaman indah menghisap di masa kanak. Aku tahu. Tapi, pengetahuan bahwa aku kini memiliki tubuh itu menciptakan rasa ganjil. Ya, kini; sebelumnya tidak demikian. Tubuh yang baru ada padamu kini akan membangkitkan hasrat lelaki. Mengetahui itu sungguh aneh. Sekaligus menyenangkan. Semakin kau memikirkannya, semakin kau tak faham (Utami, 2013: 8).
Kutipan selanjutnya menceritakan tentang pengarang yang
menggambarkan bagaimana manusia jatuh dalam dosa. Pengandaian itu
gambaran dari niatan A untuk melepas keperawanannya.
(4) Setelah kau mencicipi buah dari Pohon Pengetahuan, kau memang harus pergi dari taman surgawi itu. Sekalipun tidak ada malikat yang mengusirmu, selain dirimu sendiri. Persisnya demikian: Setelah kau mengalami rasa pengetahuan... ya, rasa yang menakjubkan itu, rasa yang sekaligus membuatmu makhluk fana... taman itu akan lenyap dengan sendirinya bagimu, seperti istana pasir yang perlahan ditiup angin (Utami, 2013: 10).
Pengarang tidak lupa menyisipkan butir-butir yang memancing
pembacanya untuk mengikuti kisah selanjutnya. Hal ini terdapat pada
kutipan berikut.
(5) Begitulah, sekali lagi, aku telah memutuskan untuk menutup masa perawanku. Tapi siapa lelaki itu? (Utami, 2013: 11).
Kutipan diatas membuat kita bertanya-tanya, siapa laki-laki yang
dipilih oleh A.
2) Rangsangan
Kegiatan selanjutnya adalah siswa menemukan rangasangan dalam
novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru
yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan
oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang
semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan
disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan
(Sudjiman 1992: 32).
Rangsangan yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit
Lajang karya Ayu Utami adalah ketika A memulai aktivitas pertamanya
menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. A anak Fakultas Sastra. Hal
ini terdapat pada kutipan berikut.
Kutipan di bawah ini menceritakan tentang bagaimana A tertarik
dengan N