BAB II LANDASAN TEORI
B. Landasan Teori
3. Pendekatan Kontekstual
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya (Muslich, 2007: 41).
b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Muslich (2007: 42), pembelajaran kontekstual memiliki
tujuh karakteristik, yaitu:
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam
konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan
dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi antarteman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu
dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other
deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan
(learning as an enjoy activity).
c. Komponen Pendekatan kontekstual
Menurut Muslich (2007: 43), pembelajaran pendekatan
kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu constructivism
(konstruktivism, membangun, membentuk), questioning (bertanya),
inquiry (menyelidiki, menemukan), learning community (masyarakat
belajar), modelling (pemodelan), reflection (refleksi atau umpan balik),
authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Prinsip-prinsip dasar
ketujuh komponen menurut Muslich (2007: 44) terlihat pada penjelasan
berikut.
a) Konstruktivisme
Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir)
pendekatan CTL. Pembelajaran berciri konstruktivisme menekankan
siswa membangun pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan
produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu serta
dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
b) Bertanya (questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL.
Bertanya dalam pembelajaran ini dipandang sebagai upaya guru yang
bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa
untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan
kemampuan berpikir siswa.
c) Menemukan (inquiry)
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
d) Masyarakat belajar (learning community)
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar
menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O’haus, ia
bertanya kepada temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa
menunjukkan cara menggunakan alat itu. Maka dua orang anak
tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh
masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu
informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa
(Trianto, 2009:116).
e) Pemodelan (modelling)
Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan diikuti dengan model yang bisa ditiru
siswa. Model yang dimaksud dengan pemberian contoh dengan
melibatkan siswa. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli
dibidangnya, misalnya mendatangkan seorang perawat untuk
memodelkan cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu
tubuh pasien (Trianto, 2009: 117).
f) Refleksi (reflection)
Komponen ini sebagai perenungan kembali atas pengetahuan
yang baru dipelajari oleh siswa selama proses belajar. Refleksi adalah
cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.
Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang
baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang
berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya (Trianto,
g) Penilaian autentik (authentic assessment)
Ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian
autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis dan
menafsirkan data yang telah terkumpul selama proses pembelajaran
berlangsung bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
d. Penerapan CTL dalam Kelas
Menurut Trianto (2009: 111) secara garis besar langkah-langkah
penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Selanjutnya, peneliti merumuskan langkah-langkah pendekatan
kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran dalam novel
a. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu
Utami
Siswa terlebih dahulu membaca novel Pengakuan Eks
Parasit Lajang karya Ayu Utami supaya dapat membuat
ringkasan/sinopsis bacaan tersebut. Sinopsis dibuat agar
mempermudah isi dari bacaan.
b. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami
Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan
kegiatan pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan
merangsang munculnya pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa
yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?”
c. Pemodelan
Guru menyiapkan contoh analisis novel kepada peserta
didik. Tujuan pemberian contoh itu supaya dapat menjadi acuan
siswadalam menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang
karya Ayu Utami.
d. Bertanya
Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat mendorong
rasa ingin tahu mereka dalam menemukan unsur alur novel
e. Belajar kelompok
Kegiatan belajar dalam kelompok akan menjadi kegiatan
menyenangkan dan menambah pengetahuan peserta didik.
Siswadapat saling bertukar pendapat mengenai unsur alur novel.
Pembicaraan dengan teman sebaya akan membuat mereka lebih
nyaman dan rileks sehingga proses belajar tidak membosankan.
f. Penilaian autentik
Tujuan dilaksanakannya penilaian autentik atau penilaian
sebenarnya adalah untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana
siswapaham terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan
tugas untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel
Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. e. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Menurut Muslich (2007: 49–50 ), beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain
sebagai berikut.
a) Pembelajaran berbasis masalah
Siswa terlebuh dahulu diminta untuk mengobservasi suatu
fenomena kemudian mencatat permasalahan-permasalahan yang
muncul. Guru bertugas merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam
b) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman
belajar
Penugasan yang diberikan oleh guru dapat dilakukan di luar
kelas. Siswa diharapkan akan memperoleh pengalaman belajar
tentang apa yang dipelajarinya.
c) Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas
perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk
berhubungan dengan orang lain.
d) Membut aktivitas belajar mandiri
Siswamampu mencari, menganalisis, dan menggunakan
informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.
e) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa
yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu.
f) Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat
membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan
kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan