BAB IV PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
6. Penilaian Autentik
Penilaian autentik (authentic assessment) merupakan ciri khusus dari
pendekatan kontekstual. Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur
pemahaman dan pengetahuan siswa yang sebenarnya (autentik). Cara yang
dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan penilaian autentik.
Guru menyiapkan satu penggalan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang.
Penggalan ini akan dijadikan sebagai bahan penilaian autentik. Berikut ini
ringkasan cerita bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang berjudul
Namanya Nik. Ia adalah manusia pertama yang aku kenal di Taman
Firdaus buatan. Kampus Universitas Indonesia, Depok. Itu adalah tahun
ketika kampus UI mulai dipindahkan dari bangunan perkotaan Jakarta yang
berpencaran ke sebuah taman berhektar-hektar di pinggir kota. Ketika itu
Depok masih sepi dan tenang. Jalan baru menuju ke sana masih putih dan
berkapur, seolah-olah untuk mencapai Firdaus itu kau harus melalui gurun
gamping berdebu. Di tengah taman ada bukan pohon pengetahuan melainkan
danau. Kampus-kampus di sebelah utara memiliki jalan setapak menuju
danau itu. Di antaranya adalah Fakultas Sastra dan Fakultas Teknik, dua
kampus yang penting dalam hidupku.
Semua mahasiswa baru wajib memulai masa kuliah dengan program
indoktrinasi yang sering disebut Penataran P4 atau penataran Pancasila saja.
Kami dikelompokkan ke dalam grup-grup yang mewakili seluruh jurusan.
Aku mendapat undi ditempatkan di Fakultas Teknik.
Hari itu menakjubkan. Aku bukan lagi anak SMA yang berseragam.
Aku boleh memakai baju pilihanku sendiri. Aku mengenakan terusan kaus
warna biru, yang kontras dengan jaket kuningku. Aku bangga dengan jaket
itu. Semua mahasiswa baru bungah dengan jaket universitas kami,
satu-satunya universitas yang memakai nama Indonesia, titik. Bau semen dan cat
masih menyengat di setiap lorong dan ruang. Semua baru. Semua asing dan
menggairahkan. Aku tak punya lagi teman lama. Kalaupun ada, aku belum
menyenangkan, sebab aku boleh meninggalkan diriku yang lama. Aku ingin
menjadi diriku yang baru.
Bangsal itu berbentuk amfiteater. Karena penataran sangat mungkin
membosankan, aku memilih bangku agak di belakang, di ketinggian. Di
situlah kami bertemu pandang. Seorang pemuda berambut cepak dengan bahu
bidang. Ia tersenyum padaku. Aku tersenyum padanya. Kami sedang menuju
deret kursi yang sama. Dan kami pun duduk bersebelahan. Aku melihat bets
biru pada jaketnya. Ia melihat bets putih pada jaketku. Dia anak teknik. Aku
anak sastra. Tidak ada yang lebih ideal lagi bagi stereotipe jender di masa itu.
Nik memiliki senyum yang sangat bagus. Bibirnya segar kemerahan.
Bulu-bulu kumisnymasih begitu halus dan perawan, tetapi alisnya tegas.
Giginya berbaris rapi alami, kecil baik,pada rahangnya yang kekar. Kelak aku
tahu gigi seri bawahnya bukan empat melainkan lima. Ia tampan. Kelak aku
tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru
dengan bibir merah segar.
Aku berharap “Nik” adalah singkatan dari nama baptis. Nikolas, misalnya. Atau Nikodemus. Aku datang dari keluarga Katolik yang taat.
Kakakku punya pacar seorang Muslim dan itu sedikit menimbulkan persoalan
juga. Aku akan lebih senang punya pacar seagama. Tapi aku tidak berani
menanyakan itu pada Nik. Aku tahu pertanyaan itu tidak pantas. Sama tidak
tiba dengan kesimpulan diam-diam bahwa kami sama menikmati duduk
berdampingan.
Esoknya kami kembali di deret yang sama lagi, bersebelahan lagi.
Hari itu aku tahu “Nik” bukan singkatan dari nama baptis. “Nik” hanya nickname. Tapi aku terlanjur menyukainya. Aku tak peduli lagi apa
agamanya.
Pagi ketiga kami tetap kembali ke bangku yang sama. Hari itu aku
mengenakan baju dengan bukaan sedikit rendah, sehingga bandul kalung
emasku tampak: sebuah salib. Seusai istirahat makan siang, Nik tidak kembali
ke bangku sebelahku. Aku hampir tidak percaya, kursi itu kosong. Kursi itu
ditinggalkan begitu saja. Bapak penatar telah muncul di panngung. Ia mulai
mengajar. Kursi itu tetap disia-siakan. Aku merasa seperti kekasih yang
dicampakkan tanpa kabar berita, tapi aku malu mengakui perasaan itu bahkan
pada diri sendiri. Lalu kulihat Nik beberapa baris, agak jauh, di depan. Kami
bertatapan. Ia melambai juga, seperti mengatakan bahwa ia menemukan
teman SMA-nya dan ingin duduk bersama kawan lama. Ia tak ingin lagi
duduk di sebelahku.
Kelak aku tahu, jauh setelah peristiwa itu, Nik meninggalkan aku
setelah ia melihat kalung salib di dadaku Ia terpikat padaku. Tapi aku Kristen.
Maka ia pergi dariku. Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula
Bangku di sebelahku tidak lama kosong. Pada hari yang sama,
seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan
Matahari. Bukan nama baptis; Mat datang dari keluarga Islam juga. Tapi dia
jauh lebih rileks. Ia tak seperti drakula. Ia tak peduli kalung salib. Ia adalah
ketua grup penataran kami. Ia sedikit lebih tinggi dari Nik dan agak gemuk.
Pipinya menunjukkan bekas jerawat, ia punya tawa yang lepas, ia jauh lebih
terbuka dan terang-terangan. Sejak hari itu Mat nyaris selalu mengiringi aku,
juga di saat-saat istirahat.
Aku pun melupakan Nik. Aku mengingatnya sebagai salah satu cowok
cakep, sambil diam-diam menyimpan tanya tentang kenapa ia meninggalkan
aku begitu saja. Tapi pernah aku tak sengaja melihatnya di saat rehat. Aku
sedang menuju toilet dan kulihat ia masuk ke mushola. Aku tak pernah begitu
tahu apa mushola sebelumnya. Nik tampak sangat akrab dengan tempat itu.
Celana dan lengan bajunya disisingkan. Wajah dan rambutnya basah.
Titik-titik air masih menggantung di alisnya. Sungguh, ia tampak sangat tampan.
Aku melongok ke dalam mushola, melalui dinding bata kerawangnya yang
bercelah-celah. Diam-diam aku mengintip ia sembahyang.
Sedangkan Mat; Mat tidak pernah kulihat sembahyang.
Berdasarkan penggalan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya
Ayu Utami, siswa akan mengerjakan beberapa soal tentang unsur alur dan
pengaluran novel tersebut. Berikut ini instrumen soal yang akan dikerjakan
a. Apakah pengertian novel menurut Anda?
b. Apakah pengertian pengaluran menurut Anda?
c. Sebutkan struktur umum alur yang terdapat pada novel!
d. Analisislah unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal,
tahap tengah dan tahap akhir) yang terdapat dalam ringkasan bab
satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami!
e. Analisislah unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria
jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi!
C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang