• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SIKAP TOKOH ENDAR PRASASTI

SEORANG BISU TULI DALAM NOVEL KIAMAT PARA DUKUN

Bab III akan menampilkan analisis sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli dalam novel KPD dengan menggunakan teori Kiesler, Collins dan Miller. Perhatian utamanya akan difokuskan pada sikapnya dalam pergaulan dengan orang normal sehari-hari. Dengan kemampuan serta pengetahuan terbatas yang diperoleh dari pembelajaran secara otodidak atau tanpa pendidikan formal, ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi dan pergaulannya sehari-hari dengan orang normal membentuk kepribadian atau sikapnya. Analisis sikap tersebut dimaksudkan untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai sikap tokoh Endar Prasasti seorang bisu tuli ditinjau dari sepuluh objek sikap.

Sepuluh objek sikap seorang bisu tuli tersebut didasarkan pada teori dari Kiesler, Collins dan Miller dalam Fishbein dan Azjen (1975). Sepuluh objek sikap seorang bisu tuli tersebut merupakan parameter untuk menentukan sikap Endar Prasasti mengarah ke sikap positif atau negatif. Ke-10 objek sikap tersebut terdiri dari withdrawl (menarik diri), self appraisal (penilaian diri), depression (depresi), over optimism (optimis yang berlebihan), tension (ketegangan), reaction to rehabilitation (reaksi terhadap rehabilitasi), job worry (kecemasan kerja), sensitivity (mudah tersingung), cover up (menutupi) dan eccentric reaction (reaksi aneh). Sepuluh objek sikap tersebut digunakan untuk meneliti seberapa besar pengaruhnya dalam menentukan sikap Endar Prasasti sebagai seorang bisu tuli dalam

kehidupannya sehari-hari. Berikut ke-10 objek sikap menurut Kiesler, Collins dan Miller tersebut .

3.1Withdrawl (Menarik Diri)

Withdrawl adalah sikap menarik diri ketika menghadapi masalah. Jika ditemukan hasil penelitian mengarah pada positif maka sikap seorang bisu tuli dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya, cenderung melakukan hal yang wajar, tidak menarik diri, tidak melakukan tindakan destruktif dalam wujud menarik diri (withdrawl). Jika hasil penelitian mengarah ke negatif maka sikap yang ditemukan adalah menarik diri ketika menghadapi masalah.. Dalam novel KPD ini Endar merupakan tokoh protagonis yang rawan dengan konflik. Berbagai permasalahan sering dihadapinya, mulai dari kehilangan Agung Tamba, kelakuan jahat Kik Darman, menghidupi dirinya sendiri hingga dikejar massa pemburu dukun yang akan membunuhnya. Sikap Endar ketika menghadapi permasalahan tersebut dapat dilihat dari contoh kutipan berikut.

(60)Endar Prasasti menoleh dan memandang langsung raut wajah sahabatnya. Cerita mengerikan itu masih menyita segenap perhatian sahabatnya.

“Aku harus bagaimana?” tanyanya dalam bahasa isyarat.

Wuryanti termangu karena merasa tidak tahu jawabanya. Ia sibuk membayangkan seandainya peristiwa itu menimpa dirinya, tanpa sadar Wuryanti menggigil dibalut ngeri. Jelas, apa yang terjadi pada gadis malang itu bukanlah kehendaknya. Kik Darman benar-benar keterlaluan. Perbuatan biadab itu hanya bisa disetarakan dengan perbuatan binatang.

“Aku tidak mau pulang,” kata Endar melalui gerakan jemarinya (hlm.71). Kutipan (60) menjelaskan sikap Endar ketika menghadapi kenyataan perbuatan biadab ayah angkatnya terhadap pasiennya. Dalam menghadapi masalah tersebut Endar bersikap positif, tidak menarik diri atau tidak withdrawl. Ia hanya

59

bingung harus berbuat apa karena ketakutan yang dirasakannya lebih besar. Endar merasa tidak aman, apalagi Endar sadar kedua orang tuanya sudah meninggal, seperti yang diungkapkan dalam kutipan berikut.

(61)Tiba-tiba tanpa bisa dicegah, dua raut wajah menyelinap dibenak gadis itu. “Bapak, Emak!” gumamnya, dengan penuh kerinduan.

Rasa mual yang membuncah setelah menyaksikan dengan mata dan kepalanya sendiri apa yang diperbuat Kik Darman terhadap pasiennya, mendorong gadis itu bulat pada keputusannya untuk pergi, setidak-tidaknya itulah cara yang ditempuhnya untuk menebus rasa bersalah tidak mencegah ayah angkatnya melakukan pemerkosaan (hlm.72).

Kutipan (61) menjelaskan sikap Endar ketika harus menghadapi perbuatan ayah angkatnya. Endar bersikap negatif menarik diri atau tidak mau menghadapi, caranya dengan memutuskan pergi demi keselamatannya sendiri, dan cara itulah yang dapat dilakukannya saat itu.

Kepergian Endar, membuat Kik Darman resah, ia terus mencarinya di sudut-sudut kota di Rogojampi. Kik Darman masih merasa tanggung jawab terhadap Endar, maka ia terus mencarinya, berikut kutipannya.

(62)Namun tiba-tiba Endar terkejut seperti tersengat listrik ketika menoleh ke kanan, pada jarak yang sudah sangat dekat, ada Kik Darman di sana. Kik Darman yang datang naik ojek bergegas turun begitu melihat Endar Prasasti. Endar ternyata bertindak lebih sigap dan gesit dari orang tua angkatnya itu, dengan cepat gadis itu njrantal dan berhasil meloloskan diri meski Kik Darman sudah merentangkan tangannya. Endar berlari masuk sebuah gang dan mbrobos pagar stasiun kemudian melesat ke sawah di seberang rel kereta. Di sana Endar kemudian berhenti dan mengarahkan pandangan matanya ke arah Kik Darman.

“Pulang. Aku sudah tidak marah,” teriak Kik Darman (hlm.141).

Kutipan (62) menjelaskan sikap Endar yang menarik diri dari masalah. Endar memang takut dan memilih menyelamatkan dirinya, namun kesalahannya adalah ia tidak mau mengahadapi Kik Darman yang terus mencarinya. Kik Darman hanya ingin

membawa Endar pulang, karena ia masih bertanggung jawab sebagai ayah angkat, namun ia tidak tahu Endar telah mengetahui kelakuan jahatnya.

Setelah pergi agak lama dari rumah, Endar justru terlihat menghindari masalah dan tidak ingin cepat menyelesaikan. Ia malah sering keluyuran di beberapa tempat di Rogojampi, Endar memang keras kepala, yang bersikukuh pada pendiriannya.

(63)“Aku mau pergi!” Endar tiba-tiba berkata. Wuryanti terkejut, “Mau pergi ke mana?”

“Pergi jauh, tidur di Stasiun,” jawab Endar sekenanya.

“Ya Tuhan,” ungkap gelisah gadis itu. “ Jangan kau lakukan itu Endar. Kalau kau sudah tidak mau tinggal di rumah Kik Darman, tinggalah di rumah Barkah. Atau kalau kau mau, kau bisa tinggal bersamaku di rumah dokter Naimah. Ia baik sekali kepadaku dan tentu akan baik sekali kepadamu. Dengan uangmu yang amat banyak, kau punya modal besar untuk buka warung (hlm.155).

Kutipan (63) menjelaskan sikap Endar yang menarik diri ketika menghadapi masalah. Awal keputusannya memang ia pergi untuk menyelamatkan dirinya, namun setelah cukup lama solusinya tidak ada, kesalahannya ialah ia menggelandang, tidak mau mendengarkan saran sahabatnya, yang mungkin baik untuk dirinya. Semakin hari Endar malah menarik diri dari masalah, dengan pergi tanpa tujuan.

(64)“Lima hari sebelum minggat,” sekali lagi Unique menekankan.

Endar segera memeriksa satu persatu semua foto itu. Unique bertindak bijak dengan tak menyertakan foto yang lain saat ia berdua dengan mendiang suaminya. Foto kedua mendiang Agung Tamba, ketika ia sedang dibimbing dari pembaringan, tubuhnya tampak semakin kurus.

Unique menggamit, Endar, menoleh. “Agung Tamba bekerja di rumahku sebagai sopir ayahku,” Unique menjelaskan dengan aksen gerak bibir jelas. “Saat ia datang ia sudah sakit. Aku merasa kasihan karena ia mengaku tidak punya keluarga. Aku sudah punya calon suami, kukorbankan hubunganku dengan calon suamiku untuk menolongnya, supaya ia mempunyai kekuatan ketika menghadapi kematian, . Meski kami menjadi suami-istri, kami tidak

61

melakukan hubungan suami-istri. Sekali lagi, aku lakukan itu karena aku amat kasihan melihat seseorang yang berada di ambang kematiannya.

Akhirnya Endar memandang Unique Daniar Tumanan dengan tatapan larut (hlm.207).

Kutipan (64) menjelaskan sikap Endar yang tidak menarik diri dan mau menghadapi ketika ada masalah. Ia akhirnya mau bertemu dengan Unique walaupun dengan perasaan marah, karena Unique telah merebut kekasihnya. Endar melakukan itu untuk mendapatkan informasi serta penjelasan dari Unique mengenai mantan kekasihnya Agung Tamba, ia menyimak setiap penjelasan Unique.

Kutipan (60) dan (64) menjelaskan sikap Endar yang positif atau tidak menarik diri dari masalah, sedangakan kutipan (61), (62) dan (63) menjelaskan sikap Endar yang menarik diri (withdrawl) ketika menghadapi masalah. Hasil analisis sikap withdrawl ini menunjukan bahwa sebagai seorang bisu tuli, ketika menghadapi masalah Endar cenderung melakukan tindakan yang kurang wajar, cukup menarik diri (withdrawl). Di dalam analisis sikap withdrawl (menarik diri), sikap Endar Prasasti menarik diri dipengaruhi oleh perwatakannya terutama rasa takut ketika menghadapi permasalahan hidup.

3.2Self Appraisal (Penilaian Diri)

Self Appraisal adalah sikap penilaian diri, jika ditemukan hasil penelitian mengarah pada tindakan positif hal itu menunjukan bahwa penyandang bisu tuli merupakan orang-orang yang memiliki kepercayaan diri positif sehingga mereka mampu memberikan self appraisal positif kepada diri mereka sendiri. Kemampuan

ini tentu berdampak positif pada mereka karena mereka akan selalu siap bergabung dengan berbagai komunitas masyarakat yang berpendengaran normal. Jika hasil penelitian mengarah ke negatif maka sikap yang ditemukan adalah sebaliknya. Seorang bisu tuli jika memiliki sikap percaya diri, maka akan memudahkannya untuk berkembang dan bergaul dengan orang lain dalam kehidupan normal. Berikut kutipan sikap self appraisal baik positif maupun negatif :

(65)Namun Endar merasa jantungnya berdenyut kencang.

Bukankah selama ini ia memliki kemampuan yang orang lain tidak punya? Bukankah selama ini Kik Darman banyak menerima tamu dan memperoleh rezeki karena memanfaatkan kemampuannya?

Endar termangu dengan gagasan itu sambil manggut-manggut. Pandangan matanya tertuju kepada seorang lelaki tua. Seorang dukun yang agaknya tidak laku dan tidak punya pasaran sehingga harus bukak dasar di depan pasar. Endar melangkah untuk melihat dari lebih dekat tontonan apa yang digelar orang itu (hlm.76).

Kutipan (65) menjelaskan sikap Endar yang percaya diri dan merasa yakin akan kemampuannya. Selama ini Endar telah banyak membantu Kik Darman dalam praktik perdukunan, ia merasa kemampuannya tidak kalah dengan Kik Darman. Sikap percaya dirinya tersebut, membuatnya yakin, bahwa ia merasa mampu mencari nafkah sendiri. Sikap tersebut juga ditunjukan pada kutipan berikut, yang akhirnya karena merasa mampu, Endar berani mempertontonkan kemampuannya.

(66)Hidup ini keras, maka diperlukan kerja keras untuk bertahan hidup, jika perlu kesempatan harus direbut dari pihak lain. Pertimbangan macam itulah yang mendorong Endar Prasasti mengambil keputusan gila-gilaan. Dengan cermat Endar yang membubarkan tontonan dukun yang bukak dasar dan merebut perhatian penonton yang telah terhipnotis.

Endar yang nglumpruk itu bangkit perlahan dengan mimik yang ekspresif sekali. Matanya membeliak ke atas sehingga lenyap bola matanya (hlm.78).

63

Kutipan (66) menjelaskan sikap Endar yang memiliki kepercayaan diri untuk bekerja mencari nafkah. Endar dengan kemampuannya berakting dukun, bukak dasar di pasar atau praktik di pasar dan membuat penonton takjub akan akting kesurupaanya. Endar melakukan semua itu dengan pertimbangan supaya ia bisa mencari nafkah untuk menyambung hidupnya.

Kemampuan Endar dalam akting kesurupan, tidak hanya menguntungkan dirinya, namun kemampuannya juga digunakan untuk membantu Barkah, yang sudah dianggapnya sebagai ayah kandung.

(67)Di akhir aksinya, Endar Prasasti menjadi tambah liar sehingga menyebabkan Barkah dan Ramelan sendiri sampai terbelalak. Mendadak Endar Prasasti yang semula jatuh menelengkup di pangkuan Barkah, bangkit pelahan-lahan dan gemulai, dengan ekspresif ia membentangkan tanganya. Dengan dua buah selendang di lehernya ia melayang menjadikan dirinya seolah penari gandrung yang tengah pentas. Musik menghentak dari benaknya, tetabuhan mengiringi ke mana pun kakinya bergerak. Para tamu, membelalakan mata di mata mereka tontonan yang mereka saksikan sungguh langka dan luar biasa (hlm.110).

Kutipan (67) hampir sama dengan kutipan (66) yaitu menjelaskan sikap Endar yang memiliki kepercayaan diri untuk mencari nafkah, namun kali ini Endar hanya membantu Barkah dalam praktik perdukunan. Endar sangat dekat dengan Barkah, selain punyai sikap percaya diri ternyata ia juga seorang yang baik, yang mau membantu orang lain dengan kemampuan yang dimilikinya.

(68)Endar sadar betul, kini ia hidup sendiri tanpa bersandar Kik Darman lagi, tak ada lagi orang yang menjadi payung melindunginya, perlindungannya itu hanya bisa diharapkan dari dirinya sendiri. Setidak-tidaknya Endar merasa boleh tentram karena sebilah pisau tajam, pisau milik penjual sate yang dicurinya selalu menemani ke mana pun ia pergi dan berada. Persoalannya, bahwa ada kebutuhan paling mendesak yang harus segera dilakukan sebagaimana orang-orang di pasar sibuk melakukannya. Bekerja!

“Aku harus bekerja,” tekad Endar pada diri sendiri (hlm.167).

Kutipan (68) menjelaskan pemikiran Endar yang positif yaitu melindungi diri dan berfikir mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri. Endar dapat berfikir positif, ia yang merasa hidup sendiri, apalagi setelah pergi dari rumah, ia harus belajar menghidupi dirinya sendiri. Dengan pikiran positif serta niat dan kepercayaan diri, Endar akan bekerja.

(69)Sebuah kesadaran muncul dan menyita perhatiannya, untuk beberapa saat lamanya, Endar Prasasti termangu, mengkaji jenis pekerjaan yang ternyata bisa menghasilkan uang banyak dalam waktu sangat singkat itu. Menjadi dukun adalah sebuah pekerjaan yang amat ringan, mudah dikerjakan, dan tidak perlu modal. Hanya dengan sekedar berpura-pura kesurupan, enam ratus ribu langsung ditangan. Untuk menjadi dukun sebagaimana yang dilakukan Kik Darman, tak sulit bagi Endar Prasasti. Sejak masih bocah ia telah menggeluti pekerjaan itu. Ilmu kesurupan telah dikuasainya dengan sempurna (hlm.178).

Kutipan (69) menjelaskan sikap Endar yang mempunyai kepercayaan terhadap dirinya. Endar merasa mampu melakukan pekerjaan sebagai dukun, karena kemampuannya tersebut ia asah sejak kecil, sejak membantu Kik Darman. Dengan kemampuannya tersebut ia dapat mencari nafkah untuk menghidupinya.

Kutipan (65) hingga (69) semua menjelaskan tentang sikap Endar yang mempunyai kepercayaan diri, baik akan kemampuannya, membantu orang lain, dan berfikir positif untuk menghidupi dirinya. Hasil analisis sikap self appraisal (penilaian diri) menunjukan bahwa sebagai seorang bisu tuli, Endar mempunyai kepercayaan diri positif di dalam kehidupannya. Hal tersebut membuat Endar berpikir positif dan mampu membuat dirinya percaya diri ketika masuk kedalam lingkungan orang normal. Di dalam analisis sikap self appraisal (penilaian diri), sikap Endar

65

terhadap penilaian dirinya secara positif dipengaruhi oleh perwatakannya sebagai gadis berani dan mempunyai kepercayaan diri tinggi.

3.3Depression (Depresi)

Depression adalah sikap yang mengalami depresi ketika menghadapi masalah. Jika hasil penelitian mengarah pada tindakan positif atau tidak mengalami depresi, hal itu menunjukan bahwa seorang bisu tuli merupakan orang-orang yang bisa mengelola diri secara wajar, sebagaimana orang berpendengaran normal ketika menghadapi berbagai permasalahan hidup. Seorang bisu tuli juga seperti orang normal pada umumnya, yang ketika menghadapi masalah dapat mengatasinya atau menjadi depresi ketika menghadapi.

Setelah peristiwa pemerkosaan yang dilakukan Kik Darman terhadap pasiennya membuat Endar pergi dari rumah. Peristiwa tersebut membuat Endar merasa tidak aman dirumah, berikut kutipannya.

(70)Niat semula Endar pulang adalah mengambil pakaian. Sangat tidak nyaman menggelandang tanpa ganti pakaian sampai berhari-hari. Tetapi niat itu kini diubahnya. Kik Darman itu minggat berarti tak akan berani pulang. Jadi apa sekarang yang harus ditakutinya? Capek dan letih hidup tidak karuan yang dialaminya beberapa hari ini perlu ditukar dengan istirahat. Ia perlu tidur lelap di atas dipan dalam kamar yang selama ini sangat dikenal sudut, bentuk dan bau apeknya. Seperti apapun bentuk rumah di tepian Pantai Rogojampi itu, tetapi menjadi pemancing rasa kangen yang luar biasa (hlm.174).

Kutipan (70) menunjukan sikap Endar yang tidak depresi ketika menghadapi masalah. Kepergian Endar dari rumah dikarenakan peristiwa pemerkosaan yang dilakukan Kik Darman pada pasiennya. Ketika menghadapi masalah tersebut Endar

hanya mengalami ketegangan namun tidak depresi, sikapnya yang tegang hanya sesaat setelah masalah ada, namun setelah itu ia dapat menghadapi. Setelah ia tau Kik Darman pergi dan tidak kembali ke rumah, maka ia memberanikan diri pulang.

Endar mencintai pemuda bernama Agung Tamba, namun pemuda tersebut menghilang dari Rogojampi. Kepergiannya tersebut membuat Endar sedih, kesedihannya bertambah ketika datang seorang perempuan bernama Unique yang mengaku sebagai istri mendiang Agung Tamba, yang mencari Endar untuk menyampaikan sesuatu.

(71)“Kang Agung menitipkan sebuah pesan melalui perempuan itu. Apa kau tidak ingin mengetahui apa pesan Kang Agung? Kalau kau tidak mau, arwah Kang Agung akan gelisah dan kau berdosa sekali. Kepadanya. Kang Agung akan kecewa sekali.”

Endar berusaha sekuat tenaga menguasai diri, namun sesak di dadanya kian menggumpal dan menjerat lehernya, air mata mulai mengembang bening, setetes malah bergulir di pipinya. Dengan punggung tangan kirinya, Endar menghapus basah air mata itu. Endar menggeleng, meski perlahan, tetapi tegas.

“Aku tidak mau” ucap Endar Prasasti (hlm.182).

Kutipan (71) menunjukan sikap Endar yang tidak depresi ketika menghadapi masalah yaitu munculnya Unique yang mengaku sebagai istri Agung Tamba dan fakta bahwa Agung Tamba sudah meninggal. Masalah tersebut membuat Endar sangat sedih, apalagi ketika harus menerima kenyataan pahit tersebut. Namun Endar sangat kuat dan kekuatan jiwanya tersebut membuatnya tidak depresi ketika harus menerima kenyataan.

(72)“Sabar,” jawab Unique. “Sikap itu hanya ditujukan kepadaku. Jangan marah dan tersinggung. Gadis itu merasa aku telah merebut suaminya.”

Namun justru karena itu, baik Unique dan dokter Mariatun Naimah mengambil kesimpulan, Endar tidak akan melarikan diri dan akan menghadapi kedatangan mereka apa pun yang terjadi. Bahkan agaknya dengan sengaja

67

Endar Prasasti memang menunggu pertemuan itu setelah di pertemuan pertama ia menghindar, boleh jadi untuk membuat perhitungan setelah merasa calon suaminya direbut (hlm.192).

Kutipan (72) menjelaskan sikap Endar yang tidak depresi atau malah menghadapi masalah yaitu ketika Endar mau menghadapi istri mendiang Agung Tamba. Akhirnya Endar mau bertemu dengan Unique, walaupun ia sangat marah karena merasa kekasihnya telah direbut. Ia ingin membuat perhitungan dengan Unique atas sakit hatinya.

(73)Nun jauh di sana, betapa Endar Prasasti berlari, menyusuri tepian ombak dan ada kalanya harus jatuh bangun dan basah kuyup. Endar yang tak mampu berdamai dengan diri sendiri itu akhirnya jatuh menelengkup di atas tanah berpasir. Ombak sedikit agak besar yang datang dari laut mengguyurnya hingga berguling-guling. Akan tetapi, gadis itu masih punya kemampuan untuk bangkit dan berjalan lagi (hlm.209).

Kutipan (73) menjelaskan sikap Endar yang tidak begitu depresi walaupun Ia sangat sedih dan terpukul. Setelah mendengar penjelasan dari Unique, mau tidak mau Endar harus menerima kenyataan pahit, yaitu Agung telah beristri dan di telah meninggal karena sakit. Hatinya benar-benar sedih, namun Endar adalah sosok gadis yang tegar.

Sikap tidak depresi juga ditunjukan pada kutipan berikut, yaitu setelah masa yang membunuh para dukun, tidak berhasil membunuh Endar, berikut kutipannya.

(74)Dokter Mariatun Naimah melirik sedikit ke arah kiri, di arah itu Endar Prasasti juga termangu memandangi sisa rumahnya yang ludes hangus tanpa sisa. Selain rumah yang banyak menyimpan kenangan itu, jika ada yang disesali adalah televisi dan peralatan VCDnya yang ikut hangus. Endar tidak lagi bersimbah air mata, namun gadis bisu itu masih bisa tersenyum seperti menertawakan apa yang dialaminya. Pelahan Endar melangkah mendekati Unik yang berdiri membantu. Dokter Mariatun Naimah menarik napas lega ketika akhirnya menjadi saksi atas adegan yang paling menyentuh, saat gadis bisu itu

menawarkan pelukan, yang diterima dengan tulus hati dan penuh sukacita oleh sahabat karibnya. Dua perempuan dengan dua kutub perbedaan amat tajam itu akhirnya bisa tarik-menarik (hlm.239).

Kutipan (74) menjelaskan sikap Endar yang dengan ikhlas dan tidak depresi ketika melihat rumahnya hangus terbakar oleh masa yang akan membunuhnya. Dalam peristiwa itu Endar dapat selamat, namun rumahnya hangus terbakar. Endar tidak depresi ketika harus kehilangan rumah satu-satunya, ia sadar betul keselamatannya lebih berharga. Karena peristiwa tersebut, Endar dapat sadar dan menerima Unique serta memaafkannya.

Kutipan (70) hingga (74) menjelaskan sikap Endar yang tidak depresi ketika masalah bertubi-tubi datang menghampiri Endar. Masalah tersebut mulai dari kasus pemerkosaan oleh Kik Darman, kedatangan Unique, kematian Agung Tamba hingga dikejar-kejar masa pembunuh para dukun. Hasil analisis sikap depression (depresi) menunjukan bahwa sebagai seorang bisu tuli, Endar ketika menghadapi masalah tidak depresi dan dapat mengelola secara wajar dirinya, seperti orang normal lainnya. Di dalam analisis sikap depression (depresi), sikap Endar yang tidak depresi ketika menghadapi masalah berhubungan dengan perwatakannya yang dapat menerima kenyataan hidup dan menjadi gadis pemberani.

3.4Over Optimism (Optimis yang Berlebihan)

Over optimism adalah sikap optimis yang berlebihan, jika hasil penelitian mengarah pada tindakan negatif yaitu mengarah ke tindakan over optimism, hal itu menunjukkan bahwa seorang bisu tuli memiliki optimisme yang berlebihan ketika

69

memandang berbagai tantangan hidup. Optimis berlebihan di satu sisi memang positif, tetapi di sisi lain merupakan indikasi bahwa seorang bisu tuli kurang mampu memahami diri. Berikut kutipan sikap over optimism baik positif maupun negatif.

(75)Dukun itu memejamkan mata dan bermaksud memulai pertunjukannya.

Akan tetapi, Endar Prasasti telah mendahului memainkan perannya. Penonton yang mengililingi tempat itu terkejut, ketika tiba-tiba seseorang terhuyung-huyung ke dalam lingkaran dan terjatuh. Dukun itu pun terkejut dan nyaris melenting. Oleh kejadian yang tak terduga itu, penonton memadat dan merapat.

Hidup ini keras, maka diperlukan kerja keras untuk bertahan hidup, jika perlu kesempatan harus direbut dari pihak lain. Pertimbangan itulah yang mendorong Endar Prasasti mengambil keputusan gila-gilan. Dengan cermat

Dokumen terkait