• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL KIAMAT PARA

2.2.1 Endar Prasasti (Tokoh Protagonis)

2.2.1.8 Kerinduan dan Kesetiaannya Terhadap Agung

Endar Prasasti adalah sosok gadis setia. Kesetiaannya terhadap Agung Tamba sanggup ia jaga, walaupun Endar tidak tahu kemana sosok yang dicintainya tersebut pergi, dan entah dengan alasan apa pergi. Agung Tamba di hati Endar tidak tergantikan oleh lelaki manapun. Berikut kutipan kesetiaan yang ditunjukan Endar :

(47)Jika ada keprihatinan yang begitu pekat dan mengharu biru, itu dirasakan Wuryanti yang keranta-ranta memikirkan nasib dan sikap sahabatnya. Cinta Endar Prasasti kepada Agung Tamba adalah penantian dalam kurun waktu yang sangat panjang. Namun meski hingga kapan pun, Endar akan tetap menunggu dan menunggu dengan mengabaikan lelaki lain (hlm.153).

Kutipan (47) menjelaskan mengenai penantian Endar Prasasti terhadap kekasihnya yang pergi selalu diliputi rasa kangen yang mendalam. Kerinduannya akan kesehari-harian bersama Agung Tamba, membantu Endar menghadapi masalah-masalahnya, menemani hari-harinya semua itu membuatnya selalu rindu akan sosok tersebut. Kutipan mengenai kesetiaan Endar juga dapat dilihat dari beberapa kutipan berikut:

(48) Pikiran gadis itu nglangut dan lagi-lagi menggiring ingatannya pada seseorang. Dalam bayangan kaca Endar membiarkan duka meringkusnya, memeras air mata agar keluar dari sumbernya. Endar membiarkan air mata itu bergulir dan menetes di pipinya. Endar tidak tahu, di balik kaca itu ada seseorang memperhatikan ulahnya, orang itu terheran-heran melihat gadis itu menitikkan air mata.

“Kang Agung isun kangen ambi rika, Kang,”desis gadis itu dalam ratapan. (hlm.171).

Pada kutipan (48) terlihat kerinduan yang mendalam dirasakan Endar. Endar hanya dapat menangis dan merasakan rindun di dalam hati Endar. Hanya air mata yang keluar karena luapan rasa dihatinya.

(49) “Isun kangen ambi kang Agung, “ucap Endar Prasasti dengan gerak bibir yang jelas.

Wuryanti menangkap apa yang diucapkan gadis itu dan menyatakan keprihatinannya dengan memandangi rembulan yang mulai menyembulkan diri. Bulan yang benderang sehari menjelang purnama itu diyakininya bulan yang juga tengah menjadi perhatian semua orang, atau setidak-tidaknya, bulan yang murah dengan sinarnya itu adalah juga bulan yang memperhatikan apa yang dilakukan Agung Tamba, meski ia entah di mana Agung Tamba berada.

“Kudu takon ambi sapa, supaya isun ngertai Kang Agung ana ring ngendai?” Endar Prasasti mengucapkan kalimat Osing itu dengan bahasa bisunya (hlm.74).

49

Pada kutipan (49) terlihat sikap Endar yang dengan setia menanti pujaan hatinya pulang. Padahal Endar sendiri tidak tahu keberadaan Agung Tamba, namun keyakinannya yang membuat Endar mau menunggu.

Kutipan (47), (48) dan (49) semakin mempertegas bahwa Endar gadis bisu tuli juga gadis normal biasa, yang dapat jatuh cinta, merasakan kesedihan ditinggal dan menjadi perempuan yang setia. Endar membuktikan bahwa dirinya sangat mencintai Agung Tamba.

2.2.1.9 Percaya Diri

Sikap percaya diri adalah sikap pengungkapan diri bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu dengan baik, dan dianggap baik pula oleh orang lain. Endar orang yang percaya diri, baginya dia juga seperti gadis biasa, cantik, dan kebisu tuliannya tidak menghambatnya untuk maju.

(50) Endar yang ragu memupus keraguannya dan memangkasnya dengan lugas. Penuh keyakinan ia memasuki toko itu.

“Mau cari apa, mbak?”bertanya penjaga toko dengan ramah.

“Bekerja, “jawab Endar Prasasti dengan suaranya yang cadel dan tangan membantu menejermahkan. “Aku mau bekerja.”

Penjaga toko itu kebingungan, saling lirik dengan teman di sebelahnya (hlm.168).

Pada kutipan (50) Endar menunjukan sikap percaya dirinya dengan melamar pekerjaan sebagai pegawai toko. Walaupun Endar seorang bisu tuli namun keberadaannya tidak membuatnya kecil hati atau ragu untuk melamar pekerjaan tersebut, bahkan dengan tegas Endar mengucapkannya.

2.2.1.10 Dapat Menerima Kenyataan

Dalam kehidupannya ketika Endar beranjak dewasa, masalah demi masalah muncul, ia mau tidak mau harus menghadapai keadaan tersebut. Dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi menjadikan Endar lebih dewasa dan dapat belajar menerima kenyataan.

(51)“Perlahan Endar melangkah mendekati Unique yang sedang berdiri membantu. Dua perempuan dengan dua kutub perbedaan amat tajam itu akhirnya bisa tarik menarik. Erat sekali Unique Daniar Tumanan memeluk Endar Prasasti, sebagaimana erat sekali Endar Prasasti memeluk janda I Made Karo Satria Wirawan Agung Tamba. Kini sangat ikhlas Endar Prasasti menerima kenyataan yang semula dianggapnya sebagai terpahit untuknya (hlm.239).

Pada kutipan (51) terlihat sikap Endar yang dapat menerima kenyataan mengenai apa yang sesungguhnya terjadi. Endar akhirnya dapat menerima ketulusan Unique untuk menyampaikan pesan mendiang suaminya. Dengan ikhlas dan tulus Endar menerima nasibnya serta menerima orang yang mau membantunya.

Ciri penokohan pada tokoh protagonis (Endar Prasasti) di atas mempunyai keterkaitan atau hubungan dengan analisis 10 objek sikap seorang bisu tuli yang akan diteliti pada bab III. Adapun hubungan perwatakan pada penokohan mempengaruhi atau membentuk sikap. Sikap Endar menarik diri (withdrawl) dipengaruhi perwatakan rasa takut. Sikap penilaian diri positifnya dipengaruhi oleh perwatakannya yang berani dan percaya diri. Sikap Endar tidak depresi dipengaruhi perwatakannya yang dapat menerima kenyataan hidup. Sikap optimis berlebihannya (over optimism) dipengaruhi oleh perwatakannya yang keras

51

kepala dan idealis. Sikap Endar ketika mengalami ketegangan dipengaruhi perwatakan rasa takut. Sikapnya yang positif terhadap rehabilitasi dipengaruhi oleh perwatakan inovatif dan percaya diri. Sikap Endar tidak cemas dalam pekerjaan dipengaruhi oleh perwatakannya yang percaya diri. Sikapnya yang sensitif dipengaruhi oleh perwatakannya yang lugu dan keras kepala. Sikap Endar tidak suka menutupi diri dipengaruhi oleh perwatakannya yang lugu. Sikap reaksi anehnya (eccentric reaction) dipengaruhi oleh perwatakan rasa takut dan rasa sedih.

2.2.2 Kik Darman (Tokoh Anatagonis)

Kik Darman adalah ayah angkat Endar Prasasti, sosok Kik Darman sangat

dikenal di desa di Rogojampi sebagai dukun yang ampuh. Kepiawaiannya sebagai dukun membuatnya disegani oleh masyarakat sekitar. Sebagai seorang ayah angkat dan seorang dukun, sifat Kik Darman tidak baik, karena selalu menggunakan kesempatan untuk mendapatkan kepuasan serta keinginannya. Berikut kutipan mengenai sifat dan perwatakan Kik Darman :

2.2.2.1. Kasar/ Beringas (Suka Kekerasan)

Kik Darman adalah laki-laki yang punya sifat kasar atau beringas. Sikap kasarnya tersebut kerap sekali ditunjukan kepada anak angkatnya. Tidak hanya kasar, namun Kik Darman juga beringas, dengan sifatnya tersebut membuat orang lain merasa semakin takut terhadap dukun tersebut. Berikut kutipan sifat Kik Darman yang kasar dan beringas :

(52)Kik Darman tidak peduli anak angkatnya sedang shalat, diguncangkannya tangan gadis yang sedang sujud itu dan dipaksanya ia menoleh. Digerakkannya kepalanya sebagai isyarat meminta Endar Prasasti supaya segera keluar. Begitu tangan Kik Darman lepas, Endar melanjutkan sujud dan menuntaskan shalatnya.

Endar Prasasti sebenarnya malas melakukan perintah Kik Darman. Akan tetapi, ia tidak mungkin menolak perintah itu. Pernah Endar menghindar, akibatnya ayah angkat yang ringan tangan itu pun menghajarnya dengan mencambuki tubuhnya (hlm.35).

Kutipan (52) menjelaskan mengenai sifat Kik Darman, di mana dalam kehidupan sehari-hari banyak perilaku kasar yang ditunjukan Kik Darman kepada Endar, anak angkatnya. Sikap tersebut sering ditunjukannya terlebih ketika Endar mencoba menolak untuk membantunya dalam praktik perdukunan. Kik Darman tidak peduli dalam menyuruh Endar walaupun Endar sedang menunaikan shalat

(53) Gadis malang itu semakin terbelalak dan ketakutan, ketika setelah memejamkan mata sejenak ia melihat lelaki dukun tua itu mendadak kesurupan.

Maka berantakanlah hati gadis itu, sebagaimana berantakan hati Endar Prasasti melihat apa yang kemudian dilakukan Kik Darman yang memberi perintah menelanjangi diri dan dengan beringas Kik Darman menerkam, serta mencabik-cabiknya (hlm.69).

Pada kutipan (53) sifat beringas Kik Darman ternyata tidak hanya ditunjukan kepada Endar, namun juga kepada pasiennya yang masih seusia Endar. Kik Darman telah menyalah gunakan profesinya tersebut untuk mengelabuhi pasiennya, dan kesalahan terbesarnya adalah mengambil kesempatan yang ada yaitu memperkosa pasiennya tersebut.

2. 2.2.2 Suka Mencibir

Sebagai seorang dukun, saingan Kik Darman di daerahnya cukup banyak, namun mereka takut akan kemampuannya yang dirasa tinggi, hal ini yang

53

membuatnya besar kepala atau sombong. Kesombongannya membuat Kik Darman menjadi orang yang suka mengejek atau mencibir orang lain. Berikut kutipan sifat Kik Darman yang suka mencibir :

(54)“Kok pasarmu sepi?” Kik Darman bertanya.

“Sekarang jadi pasar sore,” jawab Barkah. “Ada orang-orang tolol yang mengubah waktu bukak pasar dari pagi menjadi sore. Mereka tak tahu kalau malaikat menyebar rezeki pagi hari.”

Kik Darman tertawa terkial-kial oleh pendapat itu. “Penyakitmu sudah sembuh?’ tanyanya lagi.

Barkah melirik.

“Penyakit tak bisa tidur itu, kata dokter itu termasuk penyakit to?” tambahnya. “Dokter atau siapapun yang punya pendapat seperti itu bodoh. Kamu harus menganggap hal itu sebagai anugerah karena kamu bisa menjadikannya sebagai bagian dari tirakat. Dengan demikian pasienmu akan laris. Aku dengar kau sekarang mengikuti jejakku menjadi dukun. Dukun bener atau bohong?(hlm.106).

Pada kutipan (54) sifat mencibirnya ditunjukan kepada Barkah, orang yang dulu pernah dekat dengannya. Barkah yang sebelumnya menjadi penjual makanan, kini telah berprofesi sebagai dukun. Karena merasa tersaingi sebagai dukun atau alasan apapun, Kik Darman kini menjadi tidak suka terhadap Barkah.

Sifat suka mencibirnya, juga ditunjukan Kik Darman pada kutipan (55), yaitu ketika Kik Darman menyangkal adanya sekolah untuk anak cacat bisu tuli. Saat itu Kik Darman sedang berseteru dengan dokter Naimah dan Unique yang menyalahkannya atas apa yang terjadi terhadap Endar. Kik Darman merasa sekolah tersebut tidak ada, dan jika ada itu adalah suatu yang aneh baginya.

(55)Kik Darman terperangah, tak menyangka ada pertanyaan seperti itu.” Gadis bisu sekolah?” Kik Darman membalas. “Lha terus cara gurunya mendidik bagaimana? Apa ada sekolahan orang bisu?”

Kik Darman tertawa terkekeh. Bahwa ada gadis bisu sekolah sudah membuatnya geli, apalagi ada sekolah bisu, lebih membuatnya geli. Jika

sekolah bisu itu ada, maka betapa akan terasa bisunya, senyap dan sepi tak terdengar apapun. Lha bagaimana lagi, wong gurunya bisu, kepala sekolahnya bisu, dan Pak Bonnya juga bisu. Muridnya bisu semua (hlm.147).

Dalam kutipan (54) dan (55) sifat Kik Darman yang suka mencibir dapat diketahui dengan jelas. Sifatnya tersebut membuat orang semakin tidak menyukainya, dan membuat Kik Darman banyak musuh.

2.2.2.3 Mata Duitan

Sifat yang lain yang dimiliki Kik Darman sebagai tokoh antagonis adalah mata duitan. Dalam segi ekonomi Kik Darman mungkin cukup, dengan profesinya sebagai dukun dia dapat menghidupi dirinya, namun kekurangannya dikarenakan ia suka berjudi. Keadaan tersebut menjadikan Kik Darman memandang segala sesuatunya dari sudut ekonomi atau uang. Berikut kutipan sifat tersebut :

(56)Dengan senyum yang amat sulit diterjemahkan, Kik Darman memasukkan lembaran uang seratus ribu hasil dari kebohongan yang baru digelarnya ke dalam dompet. Selain itu penggemar berat rokok jenis tertentu itu merasa puas karena bisa memperoleh rokok tanpa harus membeli (hlm.37).

Pada kutipan (55) terlihat Kik Darman yang amat puas menerima uang dari hasilnya menjadi dukun. Kik Darman selalu menuntut pembayaran jasa yang harus dibayar oleh pasien-pasiennya, atas jasa yang telah diberikan. Imbalan tersebut oleh Kik Darman dinamakan mahar.

(57)Kik Darman menelan ludah dan berusaha keras menata jakunnya yang naik turun melihat uang yang berceceran banyak sekali. Dokter Mariatun Naimah memunguti uang itu dibantu Ramelan. Semua uang kembali dimasukkan kedalam amplop. Kik Darman berdebar-debar melihat satu bundel uang masih menyelip di bawah tumpukan kayu. Baik Naimah maupun Ramelan tidak melihat uang yang masih tercecer itu. Maka segeralah Kik Darman ndremimil berdoa semoga tamu-tamu pembawa uang itu tidak menyadari jumlah uangnya telah berkurang (hlm.146).

55

Pada kutipan (57) sifat Kik Darman ditunjukan dengan tingkahnya melihat tumpukan uang yang akan diberikan untuk Endar yang tercecer di rumah Barkah. Kik Darman berharap tamu-tamunya cepat pergi dan melupakan uang yang tercecer tersebut.

(58)“Menurutku kau harus menyusul Endar dan membujuknya supaya mau menerima uang itu, “kata Kik Darman sambil melirik ketumpukan kayu. “Uang yang diwariskan Agung Tamba itu banyak sekali, jumlahnya bahkan cukup untuk membangun sebuah rumah atau beli mobil. Bodoh sekali Endar kalau sampai menolak uang itu.”

Barkah dan Ramelan saling pandang. “Ada bau aneh di sini, “jawab Barkah.

“Bau aneh apa?’ berubah raut wajah Kik Darman.

“Bau kepentingan yang menyengat. Tampaknya kau amat menginginkan uang itu. Kulihat Endar justru tidak peduli (hlm.149).

(59)Kik Darman tidak bisa menerima. “Uang ini milik Endar, “jawab Kik Darman bersikeras.

“Kalau begitu, ‘jawab Barkah tangkas. “Berikan uang itu padaku, aku yang akan menyerahkan kepada Endar.”

Kik Darman tetap memegang uang itu erat-erat. “Aku walinya, aku orang tuanya.”

Tentu Barkah tidak bisa menerima alasan itu,” Endar sudah tidak mau ikut kamu,”jawab Barkah. “Endar telah kembali padaku dan lebih mempercayai aku sebagai bapaknya daripada kamu.”

“Begini saja, “Ramelan menimpali. “Dibagi tiga saja, sama rata, sama-sama untung.”

“Tidak sepeser pun uang itu kubagi, “tolak Kik Darman dengan tegas. “Aku yang pertama kali tahu uang itu tercecer, lagi pula uang ini milik Endar” (hlm.151).

Pada kutipan (58) dan (59) juga terlihat sifat Kik Darman yang mata duitan. Kik Darman sangat menginginkan uang Endar tersebut. Dengan wataknya yang jahat Kik Darman merasa dirinyalah yang berhak atas uang itu, karena ia adalah ayah angkat Endar.

Kutipan (27) hingga (59) merupakan kutipan penokohan tokoh protagonis yaitu Endar Prasasti dan tokoh antagonis yaitu Kik Darman. Endar Prasasti merupakan gadis yang mandiri, berani, percaya diri, pandai, namun agak sedikit keras kepala. Sebagai perempuan, Endar juga jatuh cinta, merasakan sedih dan kesepian ketika ditinggal orang yang dicintainya. Selain mandiri Endar juga gadis yang pandai. Sebagai tokoh antagonis, Kik Darman mempunyai perwatakan yang kasar dan memanfaatkan keadaan, apalagi ia adalah seorang dukun yang mata duitan. Kutipan-kutipan mengenai tokoh dan penokohan tersebut, semakin memperjelas dan membantu dalam pembacaan suatu cerita.

57

Dokumen terkait