PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP
(Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Cibalong)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Riyanti
0800568
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(PROJECT-BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP
(Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Cibalong)
Oleh
Riyanti
0800568
Disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I
Prof. H. Yaya S. Kusumah, M. Sc., Ph. D
NIP.195909221983031003
Pembimbing II
Ririn Sispiyati, S. Si., M. Si
NIP.198106282005012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Turmudi, M.Ed, M.Sc, Ph.D.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(
PROJECT-BASED LEARNING
) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP
Oleh Riyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Riyanti 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk
ABSTRAK
Riyanti. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project-Based Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa
SMP.
Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran adaptif siswa. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek
(Project-Based Learning) pencapaian kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik
daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional; 2) Mengetahui apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek
(Project-Based Learning) peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik
daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional; 3) Mengetahui apakah siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen desain “pretest posttest control group design”, dengan populasi kelas VIII SMP Negeri 1 Cibalong, Garut. Indikator kemampuan penalaran adaptif yang diukur dalam penelitian ini adalah 1) kemampuan mengajukan dugaan; 2) memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan; 3) menarik kesimpulan dari suatu pernyataan; 4) memeriksa kesahihan suatu argumen; 5) menemukan pola dari suatu masalah matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pencapaian kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional; 2) Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional; 3) Siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning).
ii
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp
ABSTRACT
Riyanti. 2013. Application of Project-Based Learning Model (Project-Based Learning) To Improve Adaptive Reasoning Ability Junior High School Students.
The research is motivated by low adaptive reasoning abilities of students. The purpose of this study were: 1) determine whether students who received mathematics instruction with project-based learning model (Project-Based Learning) achievement of the adaptive reasoning skills are better than students who received mathematics learning with conventional learning model, 2) Knowing whether a student is learning mathematics with project-based learning model (Project-Based Learning) to improve adaptive reasoning better than students who received mathematics learning with conventional learning models; 3) Knowing whether students showed a positive attitude towards the application of mathematical learning using project-based learning model (Project- Based Learning). This study uses experimental design "pretest posttest control group design", with a population of eighth grade SMP Negeri 1 Cibalong, Garut. Indicators of adaptive reasoning abilities as measured in this study are 1) the ability to submit allegations; 2) give reasons for the answers given; 3) draw conclusions from a statement; 4) examine the validity of an argument; 5) found the pattern of a mathematical problem. The results showed that: 1) Students who receive mathematics instruction with project-based learning model (Project-Based Learning) achieving adaptive reasoning skills are better than students who received mathematics learning with conventional learning models; 2) Students who received the learning of mathematics with a teaching model based project (Project-Based Learning) to improve adaptive reasoning better than students who received mathematics learning with conventional learning models; 3) Students showed positive attitudes toward math learning application using project-based learning model (Project-Based Learning).
iii
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk
v
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 9
C.Tujuan Penelitian ... 10
D.Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Penalaran ... 14
B.Penalaran Adaptif ... 20
vi
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk
D.Pembelajaran Konvensional ... 34
E. Sikap Siswa ... 39
F. Penelitian yang Relevan ... 40
G.Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 44
B.Populasi dan Sampel ... 45
C.Variabel Penelitian ... 46
D.Instrumen Penelitian ... 46
E. Prosedur Penelitian ... 56
F. Teknik Pengolahan Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 69
1. Deskriptif Kegiatan Pembelajaran ... 69
2. Data Hasil Penelitian ... 73
3. Analisis Data Pretes ... 76
4. Analisis Data Pencapaian Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ... 78
vii
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp
6. Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan
Penalaran Adaptif Siswa ... 85
7. Analisis Data Lembar Observasi ... 86
8. Analisis Data Jurnal Harian ... 87
9. Analisis Data Angket ... 87
B. Pembahasan ... 94
1. Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ... 94
2. Sikap Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 98
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
viii
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1. Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 48
3.2. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Instrumen Tes ... 49
3.3. Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 50
3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 51
3.5. Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal ... 52
3.6. Klasifikasi Daya Pembeda ... 53
3.7. Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 53
3.8. Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 54
3.9. Kriteria Indeks Gain ... 65
3.10. Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa ... 65
3.11. Interpretasi Jawaban Angket Siswa ... 66
4.1. Deskriptif Statistik Skor Pretes dan Skor Postes Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75
4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 76
ix
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp
4.4. Hasil Uji Normalitas Data Postes ... 79
4.5. Hasil Uji Homogenitas Data Postes ... 80
4.6. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes ... 81
4.7. Deskriptif Statistik Skor N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82
4.8. Hasil Uji Normalitas Data N-Gain ... 83
4.9. Hasil Uji Mann-Whitney Data N-Gain ... 84
4.10. Kriteria Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85
4.11. Persentase Sikap Siswa Untuk Setiap Pernyataan Dalam Angket ... 88
4.12. Deskriptif Statistik Rata-rata Skor Sikap Siswa ... 91
4.13. Hasi Uji Normalitas Data Skor Rata-rata Sikap Siswa ... 92
4.14. Hasil Uji One Sample t Test Data Skor Rata-rata Sikap Siswa... 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Aktivitas Guru dalam Penugasan ... 704.2. Aktivitas Siswa dalam Merencanakan Kegiatan ... 70
4.3. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Investigasi ... 71
4.4. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Presentasi ... 72
4.5. Aktivitas Guru dalam Kegiatan Evaluasi ... 72
x
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
4.1. Skor Pretes Kelas Proyek dan Kelas Kovensional ... 73
xi
Riyanti, 2013
xii
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. Alat dan Bahan Ajar ... 109
LAMPIRAN B. Instrumen Penelitian ... 154
LAMPIRAN C. Hasil Uji Coba Uji Instrumen ... 169
LAMPIRAN D. Hasil Pengolahan Data ... 175
LAMPIRAN E. Contoh Hasil Data ... 192
LAMPIRAN F. Surat-surat... 229
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia.
Namun manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi
mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak tepat akan
membawa manusia ke dalam kemerosotan akhlak dan kualitas kehidupannya,
sehingga perlu adanya upaya mencetak SDM yang baik agar dapat menghadapi
segala kemungkinan yang terjadi akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut.
Menurut Anita (2007: 1), SDM yang baik sangat dipengaruhi oleh
pendidikan yang baik pula. Pendidikan yang baik mampu menciptakan SDM
yang berkualitas, baik dalam segi keilmuan, kepribadian, maupun kehidupan
sosial.
Melihat pendidikan di Indonesia yang sejak dari Taman Kanak-kanak
(TK) telah diperkenalkan dengan matematika, matematika adalah salah satu
bidang studi yang perlu diperhatikan untuk menciptakan SDM yang baik.
Sejalan dengan pendapat Anita (2007: 1) bahwa matematika adalah bidang
studi yang menunjang terciptanya SDM yang baik; SDM yang mampu
menghadapi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
sebagaimana tercantum dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
(Irpan, 2010: 1) bahwa diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan umum antara lain untuk mempersiapkan siswa agar mampu
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien serta mempersiapkan siswa
agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematis dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Di dalam tujuan kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, yaitu
KTSP (Nurhanifah, 2010: 1) dijelaskan bahwa pembelajaran matematika yang
dilaksanakan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1. Kemampuan memahami konsep, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau
diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3. Kemampuan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
4. Kemampuan strategis dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan
3
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan KTSP tersebut, kemampuan penalaran merupakan
salah satu kemampuan yang penting dan harus dimiliki siswa melalui proses
pembelajaran matematika. Hal ini juga dijelaskan dalam Depdiknas (2003: 6)
bahwa materi matematika dan penalaran matematis merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran
dan penalaran siswa dilatih melalui belajar matematika.
Menurut Sumarmo (Nufus, 2012: 24), secara garis besar penalaran
dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu penalaran induktif dan penalaran
deduktif. Penalaran induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan yang
bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran
dalam penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah. Dalam prosesnya,
langkah-langkah penarikan kesimpulan dalam penalaran induktif meliputi
analogi, generalisasi, dan hubungan sebab-akibat (kausalisme).
Sumarmo (Anggraini, 2012: 25) mengemukakan bahwa penalaran
induktif dibagi menjadi tiga bagian, yaitu generalisasi, analogi dan
sebab-akibat. Penalaran generalisasi adalah suatu proses penalaran yang berawal dari
pemeriksaan terhadap hal tertentu untuk memperoleh kesimpulan dari
hal-hal tersebut. Sementara penalaran analogi merupakan suatu penalaran dari
suatu hal untuk hal lain yang serupa kemudian menyimpulkan hal yang benar
sebab-akibat pada dasarnya hampir sama dengan penalaran generalisasi, hanya
dalam pengambilan kesimpulan penalaran sebab-akibat berdasarkan pada
karakteristik objek yang memungkinkan terjadinya keserupaan atau
ketidakserupaan objek.
Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan
yang disepakati. Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak
benar atau salah dan tidak keduanya bersama-sama. Penalaran deduktif
meliputi modus ponens, modus tollens dan silogisme. Beberapa kegiatan yang
tergolong pada penalaran deduktif diantaranya adalah :
1. Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu.
2. Menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas
argumen, membuktikan dan menyusun argumen yang valid.
3. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan pembuktian
dengan induksi matematika.
National Research Council (NRC) (Rahadyan, 2011: 6)
memperkenalkan satu penalaran yang menurut penelitinya mencakup
kemampuan penalaran induktif dan penalaran deduktif yang kemudian
diperkenalkan dengan istilah kemampuan penalaran adaptif.
Kilpatrick, Swafford dan Findel (Rahadyan, 2011: 6) menjelaskan
bahwa kemampuan penalaran adaptif adalah kemampuan siswa untuk menarik
kesimpulan secara logis, memperkirakan jawaban yang digunakan, serta
menilai kebenarannya secara matematis. Untuk selanjutnya, penalaran yang
5
Pentingnya penalaran dalam pembelajaran matematika juga terdapat
di dalam NCTM (Budiarto, 2008: 2), yang merumuskan 5 tujuan pembelajaran
matematika yang disebut mathematical power, yaitu:
1. Belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication)
2. Belajar untuk bernalar (mathematical reasoning)
3. Belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving)
4. Belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection)
5. Pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward
mathematics)
Selain itu, dijelaskan di dalam Depdiknas (2003: 17) bahwa
pembelajaran matematika dan hubungannya dengan penalaran bertujuan untuk:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya:
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran yang divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengomunikasikan gagasan secara matematis antara lain: melalui
pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa
kemampuan penalaran siswa merupakan salah satu bagian yang penting dan
strategis dalam peningkatan hasil belajar matematika siswa, sehingga
kemampuan penalaran siswa perlu ditingkatkan dalam pembelajaran
matematika.
Menurut hasil penelitian Sumarmo (Suratman, 2005: 6), keterampilan
pemecahan masalah matematis siswa SMA masih rendah. Kurangnya
kemampuan penalaran dan pemahaman matematis merupakan salah satu
penyebab siswa tidak mampu menyelesaikan masalah matematika dengan baik.
Kemudian Sastrosudirjo (Suratman, 2005: 2) dari hasil penelitiannya terhadap
siswa SMP di Yogyakarta menemukan bahwa adanya korelasi positif antara
kemampuan penalaran matematis dengan prestasi belajar matematikanya.
Sejalan dengan pendapat Suratman (2005) yang mengemukakan bahwa
penalaran matematis merupakan salah satu tolak ukur kemampuan dan kinerja
matematika siswa.
Kenyataannya, kemampuan penalaran siswa masih rendah,
sebagaimana Sumarmo (Rahadyan, 2011: 4) mengemukakan bahwa baik
secara keseluruhan maupun dikelompokkan menurut tahap kognitif siswa, skor
siswa dalam kemampuan penalaran matematis masih rendah. Kenyataan ini
diperkuat oleh pendapat Behr (Rizkianto, 2005: 4) yang mengemukakan bahwa
banyak penelitian menunjukkan remaja awal dan orang dewasa mempunyai
kesulitan dalam memecahkan masalah yang melibatkan penalaran. Sejalan
7
Science Study (TIMSS) (2011) memberikan hasil bahwa rata-rata skor
matematika siswa di Indonesia untuk setiap kemampuan yang diteliti yaitu
kemampuan pengetahuan, penerapan, dan penalaran masih di bawah skor
matematika siswa internasional. Skor rata-rata siswa Indonesia berada pada
rangking 38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386 dari skor tertinggi 613.
Pada tahun 2011, skor rata-rata siswa Indonesia juga mengalami penurunan
sebanyak 11 poin jika dibandingkan dengan perolehan skor rata-rata pada
tahun 2007 yaitu sebesar 397. Fakta ini menunjukkan bahwa kemampuan
penalaran siswa di Indonesia masih rendah, sehingga perlu adanya upaya untuk
meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Dalam proses pembelajaran dengan doing mathematics, siswa
dibiasakan aktif dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan konsepnya sehingga
diharapkan belajar yang dialaminya itu menjadi bermakna (Suratman, 2005: 4).
Proses doing mathematics melibatkan kegiatan bernalar, sehingga melalui
proses doing mathematics kemampuan penalaran matematis siswa dapat
dikembangkan. Oleh karena itu, proses doing mathematics sudah selayaknya
mendapat posisi yang cukup dalam proses pembelajaran matematika kita
sekarang ini.
Menurut Hudojo (1990: 54), belajar menjadi bermakna bila informasi
yang dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang telah
dimilikinya, sehingga siswa dapat membangun pengetahuan dengan
mengaitkan informasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Selanjutnya
Hudojo (1990: 49) menambahkan bahwa cara berpikir terbaik bagi siswa untuk
memulai belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan
mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip-prinsip itu sendiri.
Hasil studi yang dilakukan oleh Sumarmo, et al. (Nuraeni, 2005: 2)
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah
masih didominasi oleh pembelajaran yang bersifat konvensional serta memiliki
karakteristik yaitu pembelajaran lebih berpusat pada guru dan aktivitas belajar
masih didominasi oleh guru, latihan-latihan yang diberikan masih bersifat rutin
dan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Di samping itu, Mullis, et al.
(Rizkianto, 2005: 4) menjelaskan bahwa sebagian besar pembelajaran
matematika belum berfokus pada penalaran matematis, dan secara umum
pembelajaran matematika masih bersifat konvensional.
Mempertimbangkan bahwa penalaran merupakan salah satu tujuan
yang ada dalam kurikulum kita saat ini. Selain itu, penalaran juga merupakan
kemampuan penting yang harus dimiliki siswa, yang tentunya menjadi dasar
terbentuknya kemampuan-kemampuan yang lain misalnya pemecahan
masalah. Kenyataannya kemampuan penalaran siswa di Indonesia masih
rendah, sehingga setiap pendidik dituntut untuk bisa menerapkan pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa adalah model pembelajaran berbasis proyek. Model
pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang diadopsi dari
9
kontekstual (Purnawan, 2007). Pendekatan pembelajaran berbasis proyek juga
didukung oleh teori belajar konstruktivistik (Khamdi, 2008). Konstruktivisme
adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide
bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks
pengalamannya sendiri. Hal ini sangat membantu siswa meningkatkan
penalaran siswa sebagaimana menurut Suratman (2005) bahwa kemampuan
penalaran matematis siswa dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran
dengan doing mathematics. Pembelajaran dengan doing mathematics
menjadikan belajar yang dialami siswa bermakna bagi mereka, karena siswa
dibiasakan aktif dan membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menegaskan
bahwa model pembelajaran berbasis proyek diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa perlu melakukan
penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project-Based Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif
Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang tercantum dalam latar belakang,
maka beberapa rumusan masalah yang disajikan dalam penelitian ini
diantaranya yaitu:
1. Apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model
kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional?
2. Apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) peningkatan
kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional?
3. Apakah siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap penerapan
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis
proyek (Project-Based Learning)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari
penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Mengetahui apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pencapaian
kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) peningkatan
kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui apakah siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap
penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
11
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi
nyata bagi beberapa kalangan berikut ini :
1. Bagi siswa
Pengalaman belajar melalui model pembelajaran berbasis proyek dapat
merangsang siswa untuk belajar aktif dan lebih bermakna sehingga dapat
meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.
2. Bagi guru
Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek sebagai suatu alternatif
meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.
3. Bagi peneliti
Sebagai suatu pembelajaran karena peneliti dapat mengaplikasikan segala
pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan maupun di luar
perkuliahan.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang
istilah-istilah yang digunakan di dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang
perlu dijelaskan yaitu sebagai berikut:
1. Kemampuan penalaran adaptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan secara logis, memperkirakan
jawaban yang digunakan, memberikan penjelasan mengenai konsep dan
prosedural jawaban, serta menilai kebenarannya secara matematis. Indikator
mengajukan dugaan, memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan,
menarik kesimpulan dari suatu pernyataan, mampu memeriksa kesahihan
suatu argumen, dan mampu menemukan pola dari suatu masalah
matematika.
2. Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang salah satu
unsurnya memanfaatkan kegiatan lapangan dengan objek di lingkungan
sekitar dan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya. Pembelajaran berbasis proyek dalam penelitian ini
memiliki langkah-langkah sebagai berikut (Astuti, 2011: 10):
a. Persiapan
b. Penugasan/menentukan topik
c. Merencanakan kegiatan
d. Investigasi dan penyajian
e. Finishing
f. Monitoring/evaluasi
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru
dengan metode yang banyak digunakan saat ini adalah metode ekspositori
dimana metode ini mengkombinasikan metode ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas.
4. Sikap siswa dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa terhadap penerapan
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis
13
a. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika.
b. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning).
c. Sikap siswa terhadap LKS dan permasalahan-permasalahan yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Menurut Arifin (2011:68), metode eksperimen merupakan cara
praktis untuk mempelajari sesuatu dengan mengubah-ubah kondisi dan
mengamati pengaruhnya terhadap hal lainnya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui pengaruh atau hubungan sebab-akibat (cause and effect
relationship) dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.
Penelitian ini akan menguji pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) terhadap peningkatan
kemampuan penalaran adaptif siswa SMP. Penelitian ini melibatkan dua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen
memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran berbasis proyek
(Project-Based Learning), sedangkan siswa pada kelas kontrol memperoleh
pembelajaran konvensional. Kedua kelompok tersebut akan dibandingkan
kemampuan penalaran adaptif siswanya. Pengelompokan subjek pada
penelitian ini dilakukan secara acak (kelas). Adapun desain penelitian ini
digambarkan sebagai berikut (Ruseffendi, 2005: 50):
A O X O
45
Keterangan : A = Pengambilan sampel (kelas) secara acak
O = Pretes dan Postes kemampuan penalaran adaptif
X = Perlakuan berupa pembelajaran berbasis proyek
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arifin (2011: 215) populasi adalah keseluruhan objek
yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang
terjadi, sedangkan menurut Sugiono (2011: 117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini yang menjadi
populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cibalong, Garut.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang baik adalah
sampel yang dapat mewakili karakteristik dari populasi atau bersifat
representatif. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan simple random sampling yaitu pemilihan
sampel secara acak (kelas). Hal ini dilakukan karena siswa kelas VIII di
SMP Negeri 1 Cibalong dianggap sebagai populasi yang homogen, sehingga
kemampuan akademik siswa setiap kelasnya hampir sama. Dari sampel
yang dipilih tersebut terpilih kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan
C. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek atau titik perhatian dari suatu penelitian.
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek
(Project-Based Learning), sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
penalaran adaptif siswa.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes dan
nontes. Adapun instrumen yang berbentuk tes adalah tes penalaran adaptif,
sedangkan instrumen penelitian yang berbentuk nontes adalah angket, lembar
observasi dan jurnal harian.
1. Instrumen Tes
Menurut Arifin (2011: 226) tes adalah suatu teknik pengukuran
yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden.
Instrumen tes penalaran adaptif ini berbentuk soal-soal uraian yang disusun
untuk mengumpulkan informasi mengenai kemampuan penalaran adaptif
para siswa yang menjadi subjek penelitian. Penggunaan tipe tes uraian
dikarenakan tes uraian lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa yang
sebenarnya (Suherman, 2003: 78). Selain itu, Ruseffendi (2005: 118)
menyatakan bahwa dalam tes uraian hanya siswa yang telah menguasai
47
sehingga melalui tes uraian dapat diketahui strategi atau langkah siswa
dalam menyelesaikan soal.
Sesuai dengan desain penelitian yang telah dipaparkan, tes
kemampuan penalaran adaptif diberikan pada saat siswa belum
mendapatkan perlakuan (pretes) dan setelah mendapatkan perlakuan
(postes), hal ini karena:
a. Pretes diberikan untuk mengukur kemampuan awal penalaran adaptif
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Postes diberikan untuk melihat kemampuan penalaran adaptif siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran selesai.
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol, terlebih dahulu instrumen tersebut diujicobakan kepada siswa di
luar sampel. Instrumen diujicobakan kepada siswa yang telah mempelajari
materi Teorema Pythagoras, yakni kelas IX-9 SMP Negeri 9 Bandung.
Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui
tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembedanya.
a. Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) jika alat
tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi
(Suherman, 2003: 102). Oleh karena itu, untuk mengetahui instrumen tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid maka dilakukan analisis
digunakan rumus produk momen memakai angka kasar (raw score),
yaitu:
Keterangan : = Validitas empirik soal
n = Jumlah siswa
X = skor tiap butir soal masing-masing siswa
Y = Skor total masing-masing siswa
Koefisien validitas menurut Suherman (2003:113)
diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.1
Klasifikasi Validitas Butir Soal
Koefisien validitas Kriteria
Tidak valid Validitas sangat rendah
Validitas rendah Validitas sedang
Validitas tinggi
Validitas sangat tinggi
Untuk mengetahui signifikansi nilai validitas digunakan uji-t
sebagai berikut:
Keterangan: rxy : koefisien korelasi
49
Berdasarkan hasil uji instrumen yang telah dilaksanakan, diperoleh
hasil perhitungan analisis validitas tiap butir soal yang disajikan dalam
Tabel 3.2 sebagai berikut.
Tabel 3.2
Hasil Analisis Validitas Butir Soal Instrumen Tes
No. Soal
Validitas
rxy Interpretasi
1 0,63 Sedang
2 0,71 Tinggi
3 0,71 Tinggi
4 0,68 Sedang
5 0,66 Sedang
b. Reliabilitas
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut
memberikan hasil yang tetap sama jika pengukurannya diberikan pada
subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu
yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh
pelaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut
alat ukur yang reliabel (Suherman, 2003: 131).
Untuk mencari koefisien reliabilitas digunakan rumus alpa:
Keterangan: = Koefisien reliabilitas
= Jumlah varians skor setiap item, dan
= Varians skor total
Untuk mencari varians digunakan rumus :
Keterangan: s2 = Varians tiap butir soal
= Jumlah kuadrat skor tiap butir soal
= Kuadrat jumlah skor tiap soal
n = Banyak siswa/responden uji coba
Menurut Guilford (Suherman, 2003: 139) koefisien reliabilitas
diinterpretasikan dengan kriteria yang terdapat dalam Tabel 3.3 sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Klasifikasi Reliabilitas Soal
Koefisien reliabilitas Kriteria
Reliabilitas sangat rendah
Reliabilitas rendah
Reliabilitas sedang
Reliabilitas tinggi
Reliabilitas sangat tinggi
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisein reliabilitas tes adalah
51
c. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang
menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal (Suherman, 2003: 169).
Suatu soal dikatakan memiliki tingkat kesukaran yang baik bila soal
tersebut tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang testi untuk meningkatkan usaha
memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat membuat testi
menjadi putus asa dan enggan untuk memecahkannya (Suherman, 2003:
169). Untuk mencari indeks kesukaran digunakan rumus:
Keterangan : IK = Indeks Kesukaran
= Rata-rata skor jawaban soal ke-i
SMI = Skor maksimum ideal soal ke-i
Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran, digunakan kriteria
seperti terdapat dalam Tabel 3.4 sebagai berikut (Suherman, 2003: 170):
Tabel 3.4
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Kriteria
Sangat sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal disajikan pada
Tabel 3.5 berikut:
Table 3.5
Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,48 Sedang
2 0,39 Sedang
3 0,17 Sukar
4 0,54 Sedang
5 0,36 Sedang
d. Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa
jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi
yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat
menjawab soal tersebut (menjawab salah). Galton (Suherman, 2003:159)
mengasumsikan bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa
membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang bodoh karena
dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut. Dengan
perkataan lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir
soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Untuk menentukan daya pembeda, digunakan rumus sebagai
53
Keterangan : DP = Daya Pembeda
= Rata-rata kelompok atas
= Rata-rata kelompok bawah
SMI = Skor maksimum ideal
Untuk menginterpretasikan daya pembeda digunakan kriteria
berikut ini (Suherman, 2003: 161):
Tabel 3.6
Hasil perhitungan daya pembeda butir soal, disajikan pada Tabel
3.7 berikut.
Tabel 3.7
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,54 Baik
2 0,83 Sangat baik
3 0.63 Baik
4 0,70 Baik
5 0,43 Baik
Adapun rekapitulasi hasil analisis butir soal disajikan dalam Tabel
Tabel 3.8
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
2. Instrumen Nontes
a. Angket
Angket adalah jenis evaluasi yang berisikan daftar pernyataan
yang harus diisi oleh siswa untuk mengetahui sikap siswa terhadap
pembelajaran yang diterapkan. Angket yang digunakan adalah angket
skala Likert dengan memilih empat jawaban, yaitu: sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pernyataan
pada angket terbagi menjadi dua pernyataan, yaitu pernyataan positif dan
negatif. Pernyataan ini dibuat berdasarkan aspek-aspek yang diteliti.
Aspek tersebut meliputi sikap siswa terhadap pelajaran matematika, sikap
siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning), sikap siswa
terhadap LKS dan permasalahan-permasalahan yang diberikan. Pengisian Reliabilitas = 0,68 (sedang)
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
Kesimpulan Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi
55
b. Lembar Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Dalam penelitian ini lembar
observasi ditujukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang
sedang berlangsung serta untuk mengetahui kekurangan-kekurangan
yang terjadi, yang pada akhirnya akan dievaluasi dan direvisi untuk
pembelajaran selanjutnya. Sehingga pembelajaran yang akan
dilakukannya menjadi lebih baik.
c. Jurnal Harian
Jurnal harian adalah karangan yang dibuat siswa pada setiap
akhir pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek (Project-Based learning), yang berisi tentang hal-hal
yang membuat mereka tertarik atau tidak tertarik terhadap pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Jurnal harian dalam penelitian ini juga
digunakan sebagai reflektif pembelajaran yaitu mengenai apa yang telah
diperoleh dalam aktivitas belajar siswa serta untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan pada saat
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, analisis data, dan pembuatan kesimpulan.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada penelitian ini terdiri dari:
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Mengadakan seminar proposal.
c. Membuat instrumen penelitian.
d. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian. Uji coba ini diberikan terhadap
subjek lain di luar subjek penelitian.
f.Melakukan analisis atau kriteria instrumen.
g. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan.
h. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk mengkonsultasikan waktu
dan teknis pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek
(Project-Based Learning) pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol.
c. Melaksanakan observasi kelas, baik terhadap guru maupun siswa dan
57
d. Memberikan angket pada siswa kelas eksperimen di pertemuan terakhir
untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based
Learning).
e. Mengadakan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai
evaluasi hasil pembelajaran.
3. Tahap Analisis Data
Pada penelitian ini, tahap analisis data terdiri dari:
a. Mengumpulkan hasil data kuantitif dan kualitatif dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dengan tujuan
untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian.
c. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian
berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan. Kemudian diinterpretasikan
dan dibuktikan pada laporan penelitian (skripsi).
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian,
yaitu data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data pretes dan
postes. Pengolahan data kuantitatif ini bertujuan untuk menjawab hipotesis
yang diajukan. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis, data yang telah
terkumpul diberikan skor terlebih dahulu.
Langkah-langkah selanjutnya dalam melakukan analisis data
kuantitatif adalah sebagai berikut.
a. Analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
1) Menganalisis data secara deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, dilakukan
terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi
mean, deviasi standar, dan median. Hal ini diperlukan sebagai
langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hal ini penting
diketahui berkaitan dengan ketetapan pemilihan uji statistik yang akan
digunakan. Misalnya uji parametrik, yang mengisyaratkan data harus
berdistribusi normal. Apabila distribusi data tidak normal, maka
59
Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol karena masing-masing kelas
memiliki data lebih dari 30.
Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal,
dengan kriteria pengujian (Uyanto, 2009: 40):
i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05
ii) H0 diterima, apabila nilai Sig. ≥ 0,05
3) Uji homogenitas
Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian
dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan
menggunakan uji Levene. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan
bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen.
Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi yang
sama.
H1 : Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi berbeda.
Dengan kriteria pengujian:
i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05
4) Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata digunakan untuk mengetahui apakah
rata-rata skor pretes kedua kelas sama. Untuk data yang memenuhi asumsi
normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu
Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua variansnya
homogen.
Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : �1 = �2 (kemampuan awal penalaran adaptif siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sama)
H1 : �1 �2 (kemampuan awal penalaran adaptif siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak sama)
dengan kriteria pengujian:
i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05
ii) H0 diterima, apabila nilai Sig. ≥ 0,05,
Untuk data dengan asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka
pengujiannya menggunakan t’, sedangkan uji data yang tidak
memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya
menggunakan uji non-parametrik dengan uji Mann-Whitney.
b. Analisis data pencapaian kemampuan penalaran adaptif siswa
Data yang digunakan untuk mengetahui pencapaian kemampuan
penalaran adaptif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah data
postes. Dalam penelitian ini, untuk melihat pencapaian kemampuan
61
software SPSS 16.0 for windows dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menganalisis data secara deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes, dilakukan
terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi
mean, deviasi standar, dan median. Hal ini diperlukan sebagai
langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data
menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.
Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal,
dengan kriteria pengujian (Uyanto, 2009: 40):
i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05
ii) H0 diterima, apabila nilai Sig. ≥ 0,05
3) Uji homogenitas
Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian
dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan
maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik yaitu uji
Mann-Whitney.
Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi yang
sama.
H1 : Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi berbeda.
Dengan kriteria pengujian:
i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05
ii) H0 diterima, apabila nilai Sig. ≥ 0,05
4) Uji perbedaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata digunakan untuk mengetahui apakah
rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
atau sebaliknya. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan
homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample
T-Test dengan asumsi kedua varians homogen, sedangkan untuk data
yang memenuhi asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka
pengujiannya menggunakan t’ yaitu Independent Sample T-Test.
Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas
maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik dengan uji
Mann-Whitney.
Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : �1 ≤ �2 (rata-rata skor postes kelas eksperimen tidak lebih
63
H1 : �1 > �2 (rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol)
dengan kriteria pengujian:
i) H0 ditolak, apabila nilai ( Sig.) < 0,05
ii) H0 diterima, apabila nilai ( Sig.) ≥ 0,05.
c. Analisis data peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa
Data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan penalaran adaptif adalah data N-gain. Gain dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Gain = skor postes – skor pretes
Sedangkan N-gain dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
N-Gain =
Dalam penelitian ini, untuk melihat peningkatan kemampuan
penalaran adaptif kedua kelompok tersebut menggunakan bantuan
software SPSS 16.0 for windows dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menganalisis data secara deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data N-gain, dilakukan
terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi
mean, deviasi standar, dan median. Hal ini diperlukan sebagai
2) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi skor
N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data
menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.
3) Uji homogenitas
Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian
dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan
menggunakan uji Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal,
maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik yaitu uji
Mann-Whitney.
4) Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata digunakan untuk mengetahui apakah
rata-rata skor N-gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
atau sebaliknya. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan
homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample
T-Test dengan asumsi kedua varians homogen, sedangkan untuk data
yang asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya
menggunakan t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi
kedua varians tidak homogen. Uji data yang tidak memenuhi asumsi
normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji
65
d. Analisis data kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa
Kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa
diketahui melalui perhitungan indeks gain. Menurut Hake (Suwarni,
2011), kualitas peningkatan yang terjadi dihitung dengan rumus
Normalized Gain sebagai berikut:
Data yang diperoleh melalui angket akan dianalisa dengan
menggunakan cara pemberian skor butir skala sikap model Likert.
Perhitungan skor sikap siswa dilakukan dengan memberikan skor pada
setiap jawaban siswa. Penskoran yang digunakan menurut Suherman
(2003) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa
Skor siswa dihitung dengan cara menjumlahkan bobot skor
setiap pernyataan dari alternatif jawaban yang dipilih. Kemudian data
dipersentasekan dengan menggunakan rumus perhitungan persentase
(Rahayu, 2011:37) sebagai berikut.
Keterangan: = persentase jawaban
= frekuensi jawaban
= banyaknya responden
Persentase yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria
(Rahayu, 2011: 38) sebagai berikut.
Tabel 3.11
Interpretasi Jawaban Angket Siswa
Persentase Jawaban Interpretasi
0% Tak seorang pun
1%-25% Sebagian kecil
25%-49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51%-74% Sebagian besar
75%-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
Skala likert merupakan skala dalam bentuk ordinal. Karena skor
67
skala ini harus dikonversikan terlebih dahulu dari skala ordinal ke skala
interval dengan bantuan program Metode Succecive Interval (MSI).
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
perumusan statistik deskriptifnya. Skor ideal adalah skor yang ditetapkan
dengan asumsi bahwa setiap siswa memberi jawaban setiap pernyataan
dengan skor sempurna. Selanjutnya, uji hipotesis dilakukan untuk
mengetahui apakah sikap positif siswa signifikan atau tidak. Sikap siswa
dikatakan positif jika rata-rata skor sikap siswa lebih dari skor netral dan
dikatakan negatif jika rata-rata skor sikap siswa kurang dari skor netral.
Dalam hal ini skor netral adalah skor yang ditetapkan sebagai skor tidak
berpendapat, yaitu bernilai 3 atau 60% dari skor ideal per-item
pernyataan.
Adapun hipotesis uji sepihak yang diuji adalah
H0: � = 3
H1: � > 3
Dengan kriteria pengujian
i) H0 ditolak, apabila nilai ( Sig.) < 0,05
ii) H0 diterima, apabila nilai ( Sig.) ≥ 0,05.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas, tanpa perlu melakukan uji homogenitas. Hal ini karena pada
uji satu rata-rata tidak ada pembanding, berbeda dengan uji dua rata-rata.
Jika data berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan software SPSS 16.0
for windows.
b. Lembar Observasi
Data hasil observasi merupakan data pendukung yang
menggambarkan suasana pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based
Learning). Data yang diperoleh dari hasil observasi mengenai aktivitas
guru dan siswa dianalisis secara deskriptif.
c. Jurnal Harian
Jurnal ini dianalisis setiap hari untuk mengetahui aktivitas siswa
setelah pembelajaran. Selanjutnya, jurnal harian dianalisis secara
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis terhadap hasil
penelitian yang dilaksanakan mengenai penggunaan model pembelajaran
berbasis proyek (Project-Based Learning) terhadap peningkatan kemampuan
penalaran adaptif siswa SMP di SMP Negeri 1 Cibalong diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pencapaian
kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
konvensional.
2. Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) peningkatan
kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
konvensional.
3. Siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap penerapan pembelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek
Riyanti, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk
B. Saran
Berdasarkan temuan penulis di lapangan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan antara lain
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa model pembelajaran berbasis
proyek (Project-Based Learning) mampu meningkatkan kemampuan
penalaran adaptif siswa, sehingga model pembelajaran tersebut dapat
menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika oleh guru di kelas pada pembelajaran selanjutnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya mengenai penggunaan model
pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) dapat
dilakukan pada materi, indikator, dan kompetensi matematis yang
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y. (2012). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematis Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Tesis Sekolah
Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Anita, T. (2007). Pembelajaran Matematika Dengan Metode Proyek Untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah. Skripsi
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Ardiansyah, H. (2011). Penerapan Pembelajaran Menggunakan Pemberian
Tugas Bentuk Superitem Pada Metode Diskusi Terhadap Peningkatan
Kemampuan Penalaran Adaptif Matematis Siswa SMA. Skripsi Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ariezona dan Abdurahman, A. (2011). Aplikasi Pembelajaran dan Informasi
Berbasis WEB Pada SMP Muhammadiyah1 Palembang. [Online].
Tersedia:
http://eprints.mdp.ac.id/459/1/APLIKASI%20PEMBELAJARAN%20
DAN%20INFORMASI%20BERBASIS%20WEB%20PADA%20SMP
%20MUHAMMADIYAH%201%20PALEMBANG.pdf [25 September
2012]
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Astuti, T. (2010). Perbandingan Metode Pembelajaran Konvensional dengan
Metode Pembelajaran Hyphnoteaching. [Online]. Tersedia:
Budiarto. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode
Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Depdiknas. (2003). Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta:
Direktorat Menengah Umum.
Gulbahar, Y. (2006). Implementing Project-Based Learning And E-Portfolio
Assessment In an Undergraduate Course. Journal of Research on
Technology in Education. Baskent University. Turkey. [Online].
Tersedia: http://www.iste.org/ [7 Januari 2013]
Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP
Malang.
Indriyani, E. (2010).Pengaruh Penerapan Strategi ”PAIKEM” Dengan
Pendekatan Indirect Instruction Dalam Pembelajaran Matematika
Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Irpan, U. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dalam
Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing Pada
Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Jannah, N. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Dalam
Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Adaptif Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
104
Juliantara, K. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. [Online].
Tersedia:
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional/ [10 Oktober 2012]
Kholik, M. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:
http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi-pembelajaran/ [10 Oktober 2012]
Miswanto. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Materi
Program Linier Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Singosari. Jurnal
Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan. STAIN Tulungagung.[Online].
Tersedia:
http://nces.ed.gov/whatsnew/commissioner/remarks2012/12_11_2012.a
sp. [7 Januari 2013]
Muliawati, L. (2010). Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa SMP Menggunakan
Pembelajaran Dengan Model PBL. Skripsi Jurusan Pendidikan
Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Mustahik. (2011). Efektifitas penggunaan pendekatan kontekstual terhadap
prestasi dan aktifitas belajar matematika pokok bahasan bangun ruang
sisi lengkung pada siswa kelas IX SMP NW Kalijaga. [Online].
Tersedia:
http://thathamustahik.blogspot.com/2011_05_01_archive.html
[11 Oktober 2012]
Nufus, H. (2012). Penerapan Aktivitas Quick On The Draw Dalam Tatanan
Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
dan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI
Nuraeni, A. (2005). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual
Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Nurhanifah, S. (2010). Penerapan Model Experiental Learning Dalam Upaya
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA. Skripsi
Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Pangastuti, S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Kemandirian
Belajar Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Provasnik, et. al. (2012). Highlights From TIMSS 2011. [Online]. Tersedia:
http://nces.ed.gov/whatsnew/commissioner/remarks2012/12_11_2012.a
sp/ [7 Januari 2013]
Purnawan, Y. (2007). Pengenalan Pembelajaran Berbasis Proyek. [Online].
Tersedia:
http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/pengenalan-pbl/ [21 Februari 2011]
Rahadyan, A. (2011). Penerapan Pendekatan Problem Based Learning Dengan
teknik Probing-Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rahmawati, A (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa
Sekolah Menengah Atas melalui Pemodelan Berbasis Realistic
Mathematics Education (RME). Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika