SISWA SMP
(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh
Winda Purnamasari NIM. 0902197
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
SISWA SMP
(Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung)
Oleh
Winda Purnamasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Winda Purnamasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF
SISWA SMP
Disusun oleh:
WINDA PURNAMASARI 0902197
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Nanang Priatna, M.Pd. NIP. 196303311988031001
Pembimbing II,
Eyus Sudihartinih, S.Pd., M.Pd. NIP 198404282009122004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Winda Purnamasari (0902197). Penerapan Model Connected Mathematics Project (CMP) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh prestasi siswa yang tergolong rendah dalam kemampuan penalaran adaptif. Salah satu cara untuk membantu siswa menumbuhkembangkan kemampuan penalaran adaptif adalah dengan menerapkan model Connected Mathematics Project (CMP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran adaptif antara siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model CMP dibandingkan dengan model konvensional, mengetahui peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa pada kelompok tinggi dan kelompok rendah yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model CMP dibandingkan dengan siswa pada kelompok tinggi dan kelompok rendah dengan model konvensional dan mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model CMP. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung dengan sampel dua kelas dari keseluruhan kelas VIII yang tersedia. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes kemampuan penalaran adaptif, angket, lembar observasi dan jurnal harian siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa dengan model CMP lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model konvensional, siswa pada kelompok tinggi dan kelompok rendah yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model CMP memiliki kemampuan penalaran adaptif yang lebih baik daripada siswa pada kelompok tinggi dan kelompok rendah dengan model konvensional. Selain itu, siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan model CMP.
ABSTRACT
Winda Purnamasari (0902197). The Application of Connected Mathematics Project (CMP) model to improve adaptive reasoning ability of Junior High School Student.
This study was motivated by the relatively low student achievement in adaptive reasoning ability. One of ways to help students develop adaptive reasoning ability is applying the model of Connected Mathematics Project (CMP). The aim of this study was to determine the adaptive reasoning ability improvement among students who had learning mathematic with CMP model compared with conventional model, determine the increase of adaptive reasoning ability of students in the high group and low group who get the learning of mathematic by CMP model compared with students in the high group and low group with conventional model and determine students' attitudes to learning mathematic with CMP model. The method used in this study was quasi-experimental. The population in this study is the eighth grade students of SMP Negeri 45 Bandung with two samples of the entire eighth grade class available. The instruments used were the adaptive reasoning ability test instruments, questionnaires, observation sheets and daily journals of students. The results of this study showed that the improvement of adaptive reasoning ability of students with CMP model better than students who had learning mathematic with conventional model. Furthermore, students in the high group and low group who get the learning of mathematic by CMP model have the adaptive reasoning ability better than students in the high group and low group with conventional model. In addition, students responded positively to the learning of mathematic with CMP model.
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasioanal ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran ... 9
B. Kemampuan Penalaran Adaptif ... 10
C. Pendekatan Connected Mathematics ... 13
D. Mathematics Project (Proyek Matematik) ... 15
E. Model Pembelajaran Connected Mathematics Project ... 16
F. Teori Sikap ... 18
G. Pembelajaran Konvensional ... 20
H. Penelitian yang Relevan ... 21
I. Hipotesis Penelitian ... 22
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 23
C. Variabel Penelitian ... 24
D. Bahan Ajar ... 24
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 24
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 25
E. Instrumen Penelitian ... 25
1. Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Adaptif ... 25
a. Validitas Butir ... 25
b. Reliabilitas Tes ... 27
c. Daya Pembeda ... 28
d. Indeks Kesukaran ... 29
2. Instrumen Non Tes ... 30
a. Angket ... 30
b. Lembar Observasi ... 31
c. Jurnal Harian ... 31
F. Prosedur Penelitian ... 31
G. Teknik Analisis Data ... 34
1. Deskripsi Kemampuan Penalaran Adaptif ... 34
2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretest Kemampuan Penalaran Adaptif ... 34
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif ... 35
4. Deskripsi Kemampuan Penalaran Adaptif pada Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah ... 37
5. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretest Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah ... 38
viii
7. Analisis Data Skala Sikap Siswa ... 41
8. Analisis Data Hasil Observasi ... 41
9. Analisis Data Jurnal Harian ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
1. Deskripsi Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ... 43
2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretest Kemampuan Penalaran Adaptif ... 44
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif ... 47
4. Deskripsi Kemampuan Penalaran Adaptif pada Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah ... 52
5. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretest Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah ... 54
6. Analisis Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa pada Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah ... 57
7. Analisis Data Skala Sikap Siswa ... 64
8. Analisis Data Hasil Observasi ... 68
9. Analisis Data Jurnal Harian ... 74
B. Pembahasan ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 84
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini sejalan dengan penegasan UNESCO (Delors, et al., 1996 : 37) yang menekankan perlunya belajar yang berbasis pada empat pilar yaitu belajar untuk memahami (learning to know), belajar untuk berbuat atau melaksanakan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri atau mandiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together).
Berdasarkan empat pilar tersebut, penciptaan pembelajaran selalu dicari dan dikembangkan bentuknya, karena pada hakikatnya pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan ataupun perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-buku, alat-alat maupun materi-materi pelajaran. Salah satu contoh dalam bidang materi pelajaran, yakni matematika.
(2006: 388) menyebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dalam dokumen-dokumen standarnya, NCTM merekomendasikan ada lima kompetensi standar yang utama yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan
koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning) dan representasi (representation).
Untuk memperoleh pola pikir deduktif, maka siswa harus memiliki kemampuan penalaran.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan dan pengembangan kemampuan penalaran siswa menjadi salah satu tujuan yang penting dalam pembelajaran matematika di sekolah. Namun pada kenyataannya, penguasaan siswa terhadap kemampuan penalaran tersebut bukanlah hal yang mudah dan dapat dicapai begitu saja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun
2003, peringkat matematika siswa Indonesia pada grade 8 berada di urutan 34 dari 45 negara dengan skor rata-rata 411 (NCES, 2004: 5). Empat tahun kemudian yakni tahun 2007, Indonesia berada di urutan 36 dari 48 negara dengan skor rata-rata 397 (NCES, 2009: 7). Sedangkan tahun 2011, Indonesia berada di urutan 38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386. Skor rata-rata tersebut termasuk kedalam kategori rendah, masih jauh dari kategori sedang yang memerlukan skor 500 (NCES, 2012: 11).
Beberapa penelitian tentang upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematik melalui berbagai macam model dilakukan oleh Priatna (2003) dan Herawati (2007). Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa kemampuan penalaran matematik siswa masih kurang. Dari hasil penelitian Priatna (2003) diperoleh temuan bahwa kualitas kemampuan penalaran (analogi dan generalisasi) masih rendah, begitu juga hasil penelitian Herawati (2007) bahwa kemampuan generalisasi matematika siswa tidak signifikan.
pertanyaan tersebut. Bentuk soal tersebut merupakan salah satu contoh soal penalaran adaptif.
Kilpatrick, et al (2001: 129) mengungkapkan bahwa penalaran adaptif adalah kapasitas untuk berpikir secara logis, merefleksikan, menjelaskan dan menjastifikasi yang di dalamnya memuat indikator kemampuan mengajukan dugaan atau konjektur, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan, menemukan pola pada suatu gejala matematik dan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan. Penalaran adaptif juga dapat diartikan sebagai kapasitas untuk berpikir secara logis tentang hubungan antar konsep dan situasi. Penalaran adaptif dalam bentuknya lebih luas dari penalaran deduktif atau induktif karena tidak hanya mencakup pertimbangan dan penjelasan informal, tetapi juga penalaran induktif dan intuitif berdasar pada contoh dan pola yang dimilikinya.
Jika kembali merujuk pada penelitian yang dilakukan Dahlia (2008), fakta tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki prestasi yang tergolong rendah dalam kemampuan matematis, salah satunya adalah kemampuan penalaran adaptif. Rendahnya kemampuan penalaran adaptif siswa dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam belajar, salah satu faktor yang mendasari siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika yakni terletak pada kesalahan pembelajarannya itu sendiri. Selama ini penekanan pembelajaran matematika hampir selalu dengan metode ceramah yang mekanistik dengan guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan belajar di kelas. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh sama percis dengan cara yang diberikan guru tanpa inisiatif. Konsekuensinya adalah saat siswa diberikan soal yang tidak rutin mereka merasa kesulitan.
Connected Mathematics bertujuan untuk membantu siswa dan guru dalam
mengembangkan pengetahuan matematika, pemahaman, penalaran, keterampilan, kesadaran dan apresiasi terhadap pengayaan keterkaitan antar bagian-bagian matematika dengan materi lain. Connected Mathematics menekankan pada kemampuan untuk menggunakan alat-alat matematika, sumber-sumber, prosedur, pengetahuan, dan cara-cara berfikir untuk membuat pengertian dalam situasi baru (Herawaty, 2002: 77).
Untuk menyempurnakan tujuan tersebut, dikembangkan model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP). Menurut Herawaty (2002: 77) salah satu tema yang mendasari CMP yaitu membantu siswa untuk tumbuh sesuai kemampuannya untuk bernalar secara efektif. CMP menuntut guru berpikir dengan berbagai cara tentang melakukan pembelajaran yang berpusat pada masalah. Pembelajaran yang berpusat pada masalah akan membuka kelas matematik untuk exploring, conjecturing, reasoning, dan communicating.
Rudiansah (2011: 7) mengungkapkan bahwa model pembelajaran CMP merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pemberian proyek matematika yang berhubungan dengan Connected Mathematics. Dengan adanya pemberian proyek, diharapkan pembelajaran dapat difokuskan pada materi seperti pokok bahasan bilangan, geometri, aljabar dan statistika. Adapun tahapan dalam pembelajaran CMP yaitu: mengajukan masalah (launching), mengeksplorasi (eksploring), dan menyimpulkan (summarizing). Pada CMP, siswa dilatih untuk
keefektifan model CMP dalam meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa berdasarkan beberapa kelompok yakni kelompok tinggi dan kelompok rendah.
Pengkajian mengenai respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model CMP juga merupakan hal yang penting. Berlin dan Hillen (Nurhasanah, 2009: 5) menyatakan bahwa respon positif yang ditunjukkan akan menjadi langkah awal menuju lingkungan belajar yang efektif. Apabila sudah tercipta lingkungan belajar yang efektif, maka hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa ada hubungan antara model pembelajaran CMP dengan kemampuan penalaran adaptif siswa. Dengan demikian, peneliti melakukan pengkajian materi tentang “Penerapan Model Connected Mathematics Project (CMP) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan pokok pemikiran pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model konvensional?
2. Apakah siswa pada kelompok tinggi yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP) memiliki kemampuan penalaran adaptif yang lebih baik daripada siswa pada kelompok tinggi yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model konvensional?
4. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP)?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang
mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan model konvensional.
2. Mengetahui apakah siswa pada kelompok tinggi yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP) memiliki kemampuan penalaran adaptif yang lebih baik daripada siswa pada kelompok tinggi yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model konvensional.
3. Mengetahui apakah siswa pada kelompok rendah yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP) memiliki kemampuan penalaran adaptif yang lebih baik daripada siswa pada kelompok rendah yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model konvensional.
4. Mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP).
D. Manfaat Penelitian
Jika penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan, maka penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran matematika, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.
b. Memberikan motivasi agar memunculkan minat dalam belajar matematika dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
a. Memberikan informasi tentang model Connected Mathematics Project (CMP).
b. Penggunaan model Connected Mathematics Project (CMP) dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan penalaran adaptif. 3. Bagi Peneliti Lain
a. Menjadi pertimbangan untuk mengkaji lebih dalam berkenaan dengan penerapan pembelajaran dengan model Connected Mathematics Project (CMP)
b. Dapat dijadikan rujukan untuk memilih dan mengembangkan alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan penalaran adaptif.
E. Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini untuk menghindari penafsiran yang berbeda
1. Penalaran Adaptif adalah kapasitas untuk berpikir secara logis, merefleksikan, menjelaskan dan menjastifikasi yang di dalamnya memuat indikator kemampuan mengajukan dugaan atau konjektur, memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan, memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan pola pada suatu gejala matematik dan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan.
2. Model Connected Mathematics Project (CMP) adalah model pembelajaran yang menekankan pemberian proyek matematika dimana proyek tersebut berupa soal-soal yang berpusat pada masalah dan memiliki tiga tahapan diantaranya launching (mengajukan), eksploring (mengeksplorasi), dan summarizing (menyimpulkan).
23 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dan Desain Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua kelompok kelas yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang berbeda dalam proses pembelajaran, tetapi materi yang sama. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan model Connected Mathematics Project (CMP) sedangkan kelas kontrol diberikan
pembelajaran konvensional. Data mengenai kemampuan penalaran adaptif diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang termuat soal-soal penalaran adaptif.
Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Ruseffendi (2005: 52) mengungkapkan bahwa pada kuasi eksperimen ini hampir sama dengan desain penelitian kelompok pretes-postes, yang membedakan adalah pada desain ini pengelompokkan subjek tidak secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya. Ini dilakukan karena pengelompokan baru dilapangan seringkali tidak memungkinkan. Skema dari desain penelitian ini sebagai berikut:
Desain Penelitian Kuasi Eksperimen
Kelas Eksperimen O X O Kelas Kontrol O O Keterangan:
O : Pretes atau postes
X : Penerapan model Connected Mathematics Project (CMP) --- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak
B. Populasi Dan Sampel
sebagai kelas kontrol. Beberapa alasan yang melandasi pemilihan populasi ini karena SMP Negeri 45 Bandung merupakan SMP yang termasuk dalam cluster 3 (berdasarkan data PSB online) sehingga sekolah tersebut masih dalam tahap berkembang di Kota Bandung dengan level kemampuan penalaran adaptif yang masih harus ditingkatkan. Sedangkan alasan pemilihan kelas VIII sebagai sampel yaitu karena siswa kelas VIII kemampuan penalarannya sudah mulai berkembang dan sangat memungkinkan untuk dioptimalkan.
C. Variabel Penelitian
Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu kemampuan penalaran adaptif yang menjadi tujuan dari penelitian ini dan variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) sebagai alat untuk meningkatkan
kemampuan penalaran adaptif.
D. Bahan Ajar
Nuralif (2011: 20) mengungkapkan bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sedangkan menurut Dikmenjur dikemukakan bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar tersebut terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kegiatan Siswa.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
kelompok eksperimen lebih berpusat pada siswa, sedangkan kelas kontrol digunakan pembelajaran konvensional.
2. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa digunakan sebagai panduan pembelajaran bagi siswa secara berkelompok. Dalam LKS dibuat permasalahan-permasalahan yang didesain sedemikian sehingga dapat menstimulus kemampuan penalaran adaptif siswa.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua jenis instrumen yaitu tes dan non-tes. Seluruh instrumen yang digunakan akan dijadikan dasar untuk memperoleh data kualitatif dan data kuantitatif dalam penelitian. Instrumen-instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Instrumen Tes Kemampuan Penelaran Adaptif
Tes kemampuan Penalaran Adaptif yang digunakan dalam penelitian berupa soal-soal uraian yang diberikan dalam bentuk pretest dan posttest. Tujuan dilakukan pretest adalah untuk mengetahui kemampuan awal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan posttest yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan penalaran adaptif yang dimiliki oleh siswa setelah kedua kelas mendapatkan treatment (pembelajaran). Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diujicobakan pada siswa diluar sampel untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran.
a. Validitas Butir Soal
Untuk menentukan perhitungan validitas butir soal digunakan rumus korelasi Produk Moment Pearson, (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154) yaitu :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
= Skor siswa pada tiap butir soal = Skor total tiap responden
= Jumlah peserta tes
Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat validitas digunakan kriteria Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990:147)
Tabel 3.1
Klasifikasi Koefisien Korelasi
Besarnya Interpretasi
Validitas Sangat Tinggi (Sangat Baik)
Validitas Tinggi (Baik)
Validitas Sedang (Cukup)
Validitas Rendah (Kurang)
Validitas Sangat Rendah
Tidak Valid
Hasil uji coba diuji validitasnya dengan bantuan Program Anates 4.0, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Hasil uji validitas dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Interpretasi Uji Validitas
No.
Soal Korelasi Validitas Interpretasi Signifikansi
1 0.578 Valid Sedang Signifikan
2 0.742 Valid Tinggi Sangat Signifikan
3 0.768 Valid Tinggi Sangat Signifikan
4 0.803 Valid Sangat Tinggi Sangat Signifikan
5 0.735 Valid Tinggi Sangat Signifikan
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu instrumen dan untuk mewujudkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya. Suatu alat evaluasi dikatakan reliebel jika hasil evaluasi relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Koefisien reliabilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dapat diketahui dengan menggunakan rumus Alpha,(Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) yaitu :
∑
Keterangan
n = Banyaknya butir soal
= Koefisien reliabilitas
= jumlah varians skor setiap butir soal = varians skor total
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990:177). Penafsiran harga korelasi reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas
Besarnya Interpretasi Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
c. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut. Dengan kata lain, daya pembeda yakni soal yang mampu membedakan siswa yang pintar dengan yang kurang. Rumus untuk menentukan daya pembeda yakni:
̅ ̅
Keterangan
DP = Daya Pembeda
̅ = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok atas
̅ = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok bawah
= Skor maksimal ideal
Klasifikasi penafsiran daya pembeda yang digunakan menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 202) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Daya Pembeda
Besarnya Interpretasi Sangat Baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat Jelek
Tabel 3.5
Interpretasi Daya Pembeda
No.Soal Besarnya Interpretasi
1 0,33 Cukup
2 0,47 Baik
3 0,57 Baik
4 0,57 Baik
5 0,40 Cukup
Dari tabel 3.5 di atas dapat disimpulkan bahwa kelima soal memiliki daya pembeda yang relatif baik.
d. Indeks Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran butir adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Semakin tinggi indeks kesukaran butir maka soal tersebut semakin mudah. Soal yang baik adalah soal tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Indeks kesukaran butir dapat dihitung dengan formula:
̅
Keterangan:
IK = Indeks Kesukaran
̅ = Rata-rata skor siswa pada kelompok tinggi dan rendah SMI = Skor Maksimal Ideal
Klasifikasi penafsiran daya pembeda yang digunakan menurut Suherman dan Sukjaya (1990:202) adalah :
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Besarnya Interprestasi
Sangat Mudah
Mudah
Sedang
Sukar
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Program Anates 4.0, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Hasil indeks kesukaran setiap butir soal dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7
Interpretasi Indeks Kesukaran
No. Soal Besarnya Interpretasi
1 0,72 Mudah
2 0,66 Sedang
3 0,66 Sedang
4 0,59 Sedang
5 0,28 Sukar
Dari tabel 3.7 di atas dapat disimpulkan bahwa indeks kesukaran dari kelima soal yakni satu soal sukar, tiga soal sedang dan satu soal sukar.
Ringkasan hasil uji validitas, daya pembeda dan indeks kesukaran tiap butir soal disajukan dalam tabel berikut:
Tabel 3.8
Review Validitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No.
Soal Validitas DP IK Keterangan
1 Sedang Cukup Mudah Dipakai
2 Tinggi Baik Sedang Dipakai
3 Tinggi Baik Sedang Dipakai
4 Sangat Tinggi Baik Sedang Dipakai
5 Tinggi Cukup Sukar Dipakai
2. Instrumen Non Tes
a. Angket
secara umum, mengetahui respon siswa terhadap model Connected Mathematics Project (CMP), dan mengetahui respon siswa terhadap kemampuan penalaran
adaptif.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dengan guru yang terjadi selama proses pembelajaran matematika melalui model Connected Mathematics Project (CMP). Hal yang menjadi fokus dalam observasi
adalah segenap interaksi siswa baik dengan guru maupun dengan bahan ajar yang dikembangkan.
c. Jurnal Harian
Jurnal harian bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai tanggapan siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada setiap pertemuan, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih baik dan optimal.
F. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, prosedur penelitian akan dilakukan dengan beberapa tahap, yakni :
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian yakni :
a. Menentukan masalah penelitian yang berhubungan dengan masalah pembelajaran matematika di SMP.
b. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanakan penelitian yang akan dilakukan menggunakan tahapan sebagai berikut :
a. Memberikan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Connected Mathematics Project (CMP) pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol.
c. Mengadakan observasi pada kelas eksperimen dan pengisian jurnal harian disetiap akhir pertemuan.
d. Memberikan tes akhir berupa posttest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e. Membagikan angket kepada kelas eksperimen untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Connected Mathematics Project (CMP).
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan hasil data dari masing-masing kelas.
b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh berupa data kuantitatif dari masing-masing kelas.
c. Mengolah dan menganalisis hasil data kualitatif berupa angket, lembar observasi dan jurnal harian.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
a. Membuat kesimpulan dari data kuantitatif, yaitu mengenai peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa.
Prosedur penelitian yang telah diuraikan di atas, akan digambarkan pada Diagram 3.1 berikut ini:
Persiapan
Pembuatan Instrumen
Uji Instrumen
Revisi Pembuatan Bahan Ajar
dengan model Connected Mathematics Project
(CMP)
Pretest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pembelajaran dengan model Connected Mathematics Project
(CMP)
Pembelajaran dengan model Konvensional
Sikap Siswa
Kesimpulan Analisis Data
Posttest
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari data pretes, posttes, dan indeks gain baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 for windows. Sedangkan untuk data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari data jurnal harian dan angket sikap siswa terhadap model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) yang dilakukan pada kelas eksperimen.
1. Deskripsi Kemampuan Penalaran Adaptif
Untuk mengetahui deskripsi statistik dari data pretes, posttes, dan indeks gain baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka digunakan software
Microsoft Office Excel 2007 dan software SPSS 17.0 for windows. Statistik
deskriptif yang dibutuhkan adalah jumlah siswa, nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, standar deviasi dan varians dari masing masing kelas.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Pretest Kemampuan Penalaran
Adaptif
Data pretest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kontrol kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah kemampuan awal penalaran adaptif kelas eksperimen sama secara signifikan atau tidak dengan kemampuan awal penalaran adaptif kelas kontrol. Untuk mengetahui uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan, maka terlebih dahulu data pretest dianalisis dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for Windows, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
varians tidak perlu dilakukan, akan tetapi dilakukan uji non-parametrik Mann Whitney U.
b. Uji Homogenitas Varians
Uji Homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F atau Lavene’s test. Jika uji homogenitas varians menunjukan kedua sampel mempunyai varians yang homogen maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan Uji-t, sedangkan unuk data yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t’ .
c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t (independent sample test). Jika data berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t’ (independent sample test). Untuk data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif
Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
[image:30.595.112.514.112.633.2]
Kriteria indeks gain menurut Hake (Dahlia, 2008: 43) adalah: Tabel 3.9
Kriteria Indeks Gain
N - Gain (g) Interprestasi
Tinggi
Sedang
Rendah
Untuk mengetahui uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan, maka terlebih dahulu data indeks gain dianalisis dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for Windows, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan dalam menentukan pengujian kesamaan dua rata-rata yang akan diselidiki. Uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% adalah uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini. Jika uji normalitas menunjukan data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistik yang sesuai dengan uji kesamaan dua rata-rata. Bila data berdistribusi tidak normal maka uji homogenitas varians tidak perlu dilakukan, akan tetapi dilakukan uji non-parametrik Mann Whitney U.
b. Uji Homogenitas Varians
c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t (independent sample test). Jika data berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t’ (independent sample test). Untuk data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji non-parametrik Mann-Whitney.
4. Deskripsi Kemampuan Penalaran Adaptif pada Kelompok Tinggi dan
Kelompok Rendah
Sebelum melakukan analisis data pada kelompok tinggi dan rendah, terlebih dahulu menentukkan siswa yang termasuk kelompok tinggi dan rendah. Berdasarkan anjuran Guilford ( Wilantara, 2003: 66) penentuan siswa kelompok tinggi dan rendah diperoleh dari nilai siswa pada materi sebelumnya (teorema phytagoras, lingkaran dan garis singgung lingkaran) kemudian dirangking. Sebanyak 27% kelompok atas dinyatakan sebagai kelompok tinggi sedangkan 27% kelompok bawah dinyatakan sebagai kelompok rendah.
[image:31.595.114.512.254.604.2]Pengelompokan siswa berdasarkan kelompok tinggi dan rendah dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut ini.
Tabel 3.10 Distribusi Kelompok
Model Pembelajaran
Total CMP Konvensional
Kelompok Tinggi 10 10 20
Rendah 10 10 20
Total 20 20 40
Untuk mengetahui deskripsi statistik dari data pretes, posttes, dan indeks gain baik pada kelompok tinggi dan kelompok rendah kelas eksperimen maupun
kelas kontrol, maka digunakan software Microsoft Office Excel 2007 dan software SPSS 17.0 for windows. Statistik deskriptif yang dibutuhkan adalah jumlah siswa,
5. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Pretest Kemampuan Penalaran
Adaptif Siswa pada Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah
Data pretest yang diperoleh dari kelompok tinggi dan kelompok rendah pada kelas eksperimen dan kontrol kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah kemampuan awal penalaran adaptif setiap kelompok pada kelas eksperimen sama secara signifikan atau tidak dengan kemampuan awal penalaran adaptif kelas kontrol. Untuk mengetahui uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan, maka terlebih dahulu data pretest dianalisis dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for Windows, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% adalah uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini. Jika uji normalitas menunjukan data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistik yang sesuai dengan uji kesamaan dua rata-rata. Bila data berdistribusi tidak normal maka uji homogenitas varians tidak perlu dilakukan, akan tetapi dilakukan uji non-parametrik Mann Whitney U.
b. Uji Homogenitas Varians
c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan penalaran adaptif siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t (independent sample test). Jika data berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t’ (independent sample test). Untuk data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji
non-parametrik Mann-Whitney.
6. Analisis Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif pada Kelompok
Tinggi dan Kelompok Rendah
Data indeks gain berdasarkan kelompok tinggi dan kelompok rendah pada eksperimen dan kontrol kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah kemampuan awal penalaran adaptif kelas eksperimen sama atau tidak dengan kemampuan awal penalaran adaptif kelas kontrol. Untuk mengetahui uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan, maka terlebih dahulu data pretest dianalisis dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for Windows, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok tinggi dan kelompok rendah pada kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal atau tidak. Uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% adalah uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini. Jika uji normalitas menunjukan data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistik yang sesuai dengan uji kesamaan dua rata-rata. Bila data berdistribusi tidak normal maka uji homogenitas varians tidak perlu dilakukan, akan tetapi dilakukan uji non-parametrik Mann Whitney U.
b. Uji Homogenitas Varians
atau Lavene’s test. Jika uji homogenitas varians menunjukan kedua sampel mempunyai varians yang homogen maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan Uji-t, sedangkan unuk data yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t’ .
c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan penalaran adaptif siswa kelompok tinggi dan kelompok rendah kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t (independent sample test). Jika data berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan Uji-t’ (independent sample test). Untuk data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji
non-parametrik Mann-Whitney.
tidak berdistribusi normal
Diagram 3.2 Analisis Data
Pretest, Posttest, dan Indeks Gain
Uji Normalitas
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Uji t
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Uji t’
Uji
Homogenitas Varians Uji
Non-Parametrik
berdistribusi normal
homogen
7. Analisis Data Skala Sikap Siswa
Angket yang diberikan terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Untuk pertanyaan positif apabila siswa menjawab Sangat Setuju (SS) maka diberi skor 5, apabila menjawab Setuju (S) maka diberi skor 4, apabila siswa menjawab Tidak Setuju (TS) maka diberi skor 2, dan apabila siswa menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) maka diberi skor 1. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif, skor 5 diberikan untuk siswa yang menjawab STS, skor 4 untuk siswa yang menjawab TS, skor 2 untuk siswa yang menjawab S, dan skor 1 untuk siswa yang menjawab SS. Menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 191) mengolah angket dilakukan dengan menghitung rata-rata skor subjek. Jika nilainya lebih besar dari 3 maka responden bersikap positif, jika nilainya kurang dari 3 maka responden bersikap negatif, dan jika sama dengan 3 berarti netral.
8. Analisis Data Hasil Observasi
Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP).
9. Analisis Data Jurnal Harian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap data penelitian mengenai penerapan model Connected Mathematics Project (CMP) dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa kelas VIII di SMP Negeri 45 Bandung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa dengan model Connected Mathematics Project (CMP) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan model konvensional.
2. Siswa pada kelompok tinggi yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP) memiliki kemampuan penalaran adaptif yang lebih baik daripada siswa pada kelompok tinggi yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model konvensional.
3. Siswa pada kelompok rendah yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Connected Mathematics Project (CMP) memiliki kemampuan penalaran adaptif yang lebih baik daripada siswa pada kelompok rendah yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh mengenai penerapan model Connected Mathematics Project (CMP), saran yang dapat disampaikan antara lain sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa model Connected Mathematics Project (CMP) mampu meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa, sehingga model pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu variasi pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru di kelas.
2. Peningkatan penalaran adaptif siswa dengan model Connected Mathematics Project (CMP) termasuk kategori sedang, sehingga perlu adanya upaya lebih
lanjut agar kemampuan peningkatannya lebih baik.
81
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Connected Mathematics. Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ardiansyah, H. (2011). Penerapan Pembelajaran Menggunakan Pemberian Tugas Bentuk Superitem pada Metode Diskusi terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Matematis Siswa SMA. Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Astuti, T. (2011). Perbandingan Metode Pembelajaran Konvensional dengan Metode Pembelajaran Hypnoteaching. [online]. Tersedia: http://iyasphunkalfreth.blogspot.com/2010/06/perbandingan-metode
pembelajaran.html. [ 15 Februari 2013].
Azwar, S. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty.
Dahlia, D. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Treffinger Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA. Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Delors, J. et al. (1996). Learning: The Treasure Within. Paris: UNESCO.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS. Jakarta: Depdiknas.
Permendiknas. (2006). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta BSNP.
Gintings, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Humaniora
Herawati. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik dalam Kelompok Kecil. Tesis PPS UPI: Tidak Diterbitkan.
Jacob, C. (2003). Matematika sebagai Penalaran (Suatu Upaya Meningkatkan Kreativitas Berpikir). Makalah Pendidikan Matematika UPI, Bandung.
Kilpatrick, et al. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.
Lappan, et al. (2002). Getting To Know Connected Mathematics : An Implementation Guide. Illionis : Prentice Hall.
---, et al. (2006). Connected Mathematics Project, Research And Evaluation Summary. New Jearsey: Prentice Hall.
Mahmud, R. (2013). Evaluasi dan Penilaian 3: Penilaian Sikap. [online] Tersedia: http://rifahmahmud.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/01/29/evaluasi-dan-penilaian-3-penilaian-sikap/ [ 30 Juli 2013]
Nanda, Y. (2012). Sikap Siswa dalam Belajar. [online] Tersedia: http://acenale.wordpress.com/2012/03/14/sikap-siswa-dalam-belajar/ [ 30 Juli 2013]
NCES. (2004). Highlights From the Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003. [online] Tersedia: http://nces.ed.gov/pubs2005/2005005.pdf [ 20 Mei 2013]
---. (2009). Highlights From TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourthand Eighth-Grade Students in an International Context. [online] Tersedia: http://nces.ed.gov/pubs2009/2009001.pdf [ 20 Mei 2013]
---. (2011). Highlights From TIMSS 2011Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourth- and Eighth-Grade Students in an International Context. [online] Tersedia: http://nces.ed.gov/pubs2013/2013009_1.pdf [ 20 Mei 2013]
Nuralif, S. (2011). Pengembangan Bahan Ajar dengan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbasis Konstektual (Guided Discovery Learning) terhadap Kemampuan Pemahaman Relasional Matematis Siswa SMP. Makalah Pendidikan Matematika UPI. Bandung
Nurhasanah, Y. (2009). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik. Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Kelas 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung. Disertasi pada PPS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Rahmawati, A. (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pemodelan Berbasis Realistic Mathematics Education (RME). Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Rizkianto, L. (2005). Penerapan Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA. Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Rudiansah, S. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP). Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi,E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sudaryono. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Press.
Sugianti, J. (2010). Pengaruh Model Brain Based Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP. Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Suherman, E dan Sukjaya. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.
Umam, A. H. (2007). Makalah Penalaran Deduksi-Induksi. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/8292684/Penalaran-Deduksi-Induksi. [9 Februari 2012]
Widdiharto, R. (2004). Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG.
Widhiarso, (____). Membaca T-Tes. [Online]. Tersedia: http://widhiarso.staff. ugm.ac.id/files/membaca_t-tes.pdf [13 juni 2013]