• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BOY TANTRI TARIGAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) OLEH

MASYARAKAT DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Boy Tantri Tarigan

(4)
(5)

ABSTRAK

BOY TANTRI TARIGAN. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara. Dibimbing Oleh DIDIK SUHARJITO.

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap hasil hutan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis HHBK yang dimanfaatkan, nilai ekonomi HHBK yang diperoleh dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HHBK yang dikumpulkan masyarakat terdiri atas bambu, rumput, kayu bakar, madu, buah-buahan, satwa, tumbuhan hias, dan tumbuhan obat. Masyarakat memanfaatkan HHBK untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tambahan penghasilan. Nilai ekonomi dari pemanfaatan HHBK yang diperoleh seluruh responden di Desa Merdeka adalah Rp338 300 000/tahun dan rata-rata responden memperoleh Rp11 276 667/tahun. Sedangkan nilai ekonomi dari pemanfaatan HHBK yang diperoleh seluruh responden di Desa Jaranguda adalah sebesar Rp412 579 000/tahun dan rata-rata responden memperoleh Rp13 752 633/tahun. Nilai kontribusi sumberdaya hutan yang diperoleh masyarakat lebih kecil dari pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan sumberdaya hutan. Kontribusi nilai ekonomi HHBK yang diperoleh terhadap pendapatan rumah tangga responden di Desa Merdeka sebesar 40.14% dan di Desa Jaranguda sebesar 47.47%. Umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan mata pencaharian memengaruhi pola pemanfaatan HHBK oleh masyarakat.

Kata kunci: HHBK, kontribusi pendapatan, nilai ekonomi, pemanfaatan

ABSTRACT

BOY TANTRI TARIGAN. The Utilization of Non Timber Forest Products (NTFPs) by Local People at Bukit Barisan Forest Park North Sumatera. Supervised by DIDIK SUHARJITO.

(6)

contribution of NTFPs to household income is smaller than their income from outside of forest resources. The NTFPs contribution to household income in Merdeka Village is about 40.14% and in Jaranguda Village is about 47.47%. Age, education, family members and employment influence the pattern of NTFPs utilization by local people.

(7)

BOY TANTRI TARIGAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) OLEH

MASYARAKAT DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara

Nama : Boy Tantri Tarigan

NRP : E14090004

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.Forst.Trop Ketua Departemen Manajemen Hutan

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esaatas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh Masyarakat di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Januari 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku pembimbing yang telah memberikan banyak pembelajaran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan, Bp.Yobel Sembiring dan Bp. Lilis Surbakti atas dukungan moral dan bantuannya dalam pengumpulan data, dan masyarakat Desa Merdeka dan Desa Jaranguda yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, seluruh keluarga, dan teman-teman tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan Penelitian 3

Jenis Data 3

Metode Pengumpulan Data 3

Metode Pemilihan Responden 3

Pengolahan dan Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Jenis-jenis Sumberdaya Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat 7 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 12 Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 14 Kontribusi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Terhadap Pendapatan Rumah Tangga 15

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 20

(12)

DAFTAR TABEL

1 Sumber pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan 5 2 Pengambilan hasil hutan oleh responden di Desa Merdeka 8 3 Pengambilan hasil hutan oleh responden di Desa Jaranguda 8 4 Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di Desa

Merdeka 13

5 Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di Desa

Jaranguda 13

6 Pendapatan responden di luar pemanfaatan hasil hutan 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karateristik Responden 20

2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 21

3 Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan 26

4 Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga 27 5 Pendapatan Total di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan per Kapita 29 6 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan 31

7 Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan 33

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa hutan tropis terbesar di dunia. Luas kawasan hutan di Indonesia pada saat ini mencapai 134.94 juta ha, dimana 20.17% atau 27.23 juta ha dari luas kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi (Kementerian Kehutanan 2012). Kawasan hutan konservasi didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya, yang terdiri atas kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam dan taman buru (UU RI No. 41 tahun 1999, Pasal 1 dan Pasal 7). Salah satu kawasan hutan pelestarian alam di Indonesia adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Tahura Bukit Barisan ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988 dengan luas ± 51.600 Ha.

Pada umumnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pemanfaatan hasil hutan. Seperti di Dusun Pampli Sulawesi Selatan (Ngakan et al. 2006), masyarakat hutan menggantungkan sebagian besar hidupnya dari memungut hasil hutan. Uluk et al.

(2001) dalam penelitiannya terhadap tingkat ketergantungan masyarakat dayak terhadap hutan di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang menunjukan bahwa masyarakat Dayak di sekitar TN Kayan Mentarang sangat tergantung pada berbagai jenis hasil hutan. Berdasarkan penelitian mereka tercatat sebanyak 139 sampai 214 jenis hasil hutan yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dalam waktu satu tahun, antara lain sebagai sumber makanan, obat, bahan bangunan, sumber penghasilan uang tunai, upacara dan kebudayaan.

Namun, saat ini berbagai manfaat sumberdaya hutan (SDH) masih dinilai secara rendah karena masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat SDH tersebut. Untuk memahami manfaat dari SDH tersebut perlu dilakukan penilaian terhadap manfaat yang dihasilkan SDH. Penilaian sendiri merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan manusia. Terlebih dengan meningkatnya pertambahan penduduk saat ini yang menyebabkan timbulnya tekanan yang serius terhadap SDH, menyebabkan perlunya penyempurnaan pengelolaan sumberdaya hutan melalui penilaian akurat terhadap nilai ekonomi sumberdaya alam yang sesungguhnya (Nurfatriani 2006).

(14)

melihat kontribusi dari pemanfaatan hasil hutan yang telah dimanfaatkan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pemanfaatan sumberdaya hutan yang lebih efisien karena manfaat hasil hutan telah diperhitungkan secara memuaskan dalam perhitungan ekonomis dan pengembangan hasil hutan khususnya di kawasan Tahura Bukit Barisan dapat dilakukan sesuai dengan sumberdaya yang ada.

Perumusan Masalah

Masyarakat di sekitar kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan telah lama berinteraksi dengan hutan dan sumberdaya yang ada di dalamnya. Bentuk interaksi yang biasanya dilakukan masyarakat adalah memanfaatkan hasil hutan. Salah satu jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti kayu bakar, bambu, pakan ternak, tanaman obat dan lain lain. Dalam usaha pengelolaan dan pengembangan hasil hutan yang dihasilkan oleh Tahura Bukit Barisan maka dilakukan penelitian di desa sekitar kawasan Tahura dengan cara mengetahui jenis dan bentuk pemanfaatan HHBK yang dilakukan oleh masyarakat. Fokus penelitian adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan HHBK dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis-jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan, nilai ekonomi HHBK yang diperoleh dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan untuk mendukung upaya pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(15)

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, kuesioner, dan kamera untuk keperluan dokumentasi.

Jenis Data

Data primer

Data yang dikumpulkan yaitu jenis dan jumlah hasil hutan yang dimanfaatkan, frekuensi pengambilan, dan pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan melalui wawancara dan kuisioner.

Data sekunder

Data sekunder berupa data yang diperoleh dari informasi mengenai kawasan Tahura Bukit Barisan melalui hasil studi pustaka.

Metode Pengumpulan Data

Metode Pemilihan Responden

Pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Kriteria pengambilan sampel adalah masyarakat pelaku pemanfaatan hasil hutan di sekitar kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Jumlah responden yang diambil di setiap desa adalah 30 orang. Jumlah ini didasarkan pada tingkat keseragaman populasi yang tinggi di kedua desa penelitian dimana populasi penduduk terdiri dari masyarakat suku Karo dan memiliki mata pencaharian yang hampir sama yakni bertani dan memanfaatkan hasil hutan. Danim (2004) mengatakan bahwa salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian adalah derajat keseragaman dari populasi. Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Jumlah responden yang diambil dianggap telah dapat menjelaskan bentuk kegiatan pemanfaatan hasil hutan di Tahura Bukit Barisan.

Wawancara dan Studi Literatur

Wawancara yang dilakukan yaitu tanya jawab dengan responden dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pengumpulan literatur dilakukan dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini demi menambah kelengkapan data.

Pengolahan dan Analisis Data

(16)

Jumlah rata-rata hasil hutan yang diambil responden =

Keterangan :

: Rata-rata jumlah hasil hutan (j) yang diambil responden (satuan/orang) : Rata-rata hasil hutan (j) yang diambil responden (i) dalam satu kali pengambilan (satuan)

: Jumlah responden pengambil hasil hutan (j) (orang)

i : Responden pengambil hasil hutan (j)

j : Jenis hasil hutan

Frekuensi rata-rata pengambilan hasil hutan =

Keterangan :

: Rata-rata frekuensi pengambilan hasil hutan(j)(pengambilan/tahun/orang) : Rata-rata frekuensi pengambilan hasil hutan (j) yang diambil responden (i) (pengambilan/tahun)

: Jumlah responden pengambil hasil hutan (j) (orang)

i : Responden pengambil hasil hutan (j)

j : Jenis hasil hutan

Total pengambilan hasil hutan

= Keterangan :

: Total pengambilan hasil hutan (j) (satuan/tahun)

: Rata-rata jumlah hasil hutan (j) yang diambil responden (satuan/orang) : Rata-rata frekuensi pengambilan hasil hutan (j) yang diambil responden (pengambilan/tahun/orang)

: Jumlah responden pengambil hasil hutan (j) (orang)

j : Jenis hasil hutan

Nilai ekonomi hasil hutan

= ·

Keterangan :

: Nilai ekonomi hasil hutan (j) (Rp/tahun)

: Total pengambilan hasil hutan (j) (satuan/tahun) : Harga hasil hutan (j) (Rp/satuan)

(17)

Total nilai ekonomi seluruh jenis hasil hutan

=

Keterangan :

: Total nilai ekonomi seluruh jenis hasil hutan (Rp/tahun) : Nilai ekonomi hasil hutan (i) (Rp/tahun)

j : Jenis hasil hutan

Persentase nilai ekonomi hasil hutan

100 % Keterangan :

% : Persentase nilai ekonomi hasil hutan (j) (%) : Nilai ekonomi hasil hutan (j) (Rp/tahun)

: Total nilai ekonomi seluruh jenis hasil hutan (Rp/tahun)

Nilai ekonomi rata-rata yang diperoleh responden

=

Keterangan :

: Nilai ekonomi rata-rata yang diperoleh responden (Rp/tahun/orang) : Total nilai ekonomi seluruh jenis hasil hutan (Rp/tahun)

N : Jumlah responden (orang)

Pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan (non hutan)

Pendapatan total responden diluar hasil hutan (non hutan) diketahui dengan cara penjumlahan setiap sumber pendapatan yang diperoleh responden di luar pendapatan dari hasil hutan.

Tabel 1 Sumber pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan

(18)

Total pendapatan responden di luar pemanfaatan hasil hutan (non hutan)

=

Keterangan :

: Total seluruh pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan (Rp/tahun) : Jumlah pendapatan (k) (Rp/tahun)

k : Jenis pendapatan

Pendapatan rata-rata non hutan

= Keterangan :

: Pendapatan rata-rata yang diperoleh responden di luar pemanfaatan hasil hutan (Rp/tahun/orang)

: Total pendapatan diluar pemanfaatan hasil hutan (Rp/tahun)

N : Jumlah responden (orang)

Nilai kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat Hasil perhitungan nilai hasil hutan ini menunjukkan pendapatan hasil hutan seluruh jenis per tahun dan pendapatan di luar hasil hutan (non hutan) per tahun, sehingga dapat dihitung besar kontribusi nilai hasil hutan ini terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat. Pendapatan total merupakan penjumlahan antara pendapatan hasil hutan dan pendapatan di luar hasil hutan (non hutan).

Tingkat kontribusi pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan dilakukan dengan cara:

Kontribusi Hasil Hutan : 100 %

Tingkat kontribusi pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan dilakukan dengan cara:

Kontribusi Non Hutan : 100 % Keterangan :

: Nilai ekonomi rata-rata yang diperoleh responden (Rp/tahun) : Pendapatan rata-rata yang diperoleh responden di luar pemanfaatan hasil hutan (Rp/tahun)

: Pendapatan rumah tangga (Rp/tahun)

(19)

Analisis data faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan hasil hutan Analisa faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan hasil hasil hutan dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = + + + . . . + Keterangan :

Y : Pendapatan dari hasil hutan (Rp/tahun) : Konstanta regresi

: Umur responden (tahun)

: Pendidikan responden (tingkat pendidikan) : Jumlah anggota keluarga (orang)

: Mata pencaharian (Tani = 1, Non tani = 0) i : Karateristik responden

Tingkat keberartian variabel bebas secara bersama-sama diuji dengan melakukan uji-F dan untuk menguji tingkat keberartian dari masing-masing variabel bebas, dilakukan uji-t (uji parsial). Pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat di indikasikan oleh nilai koefisien determinasi (R ). Sedangkan pengaruh dari masing-masing variabel terhadap variabel tidak bebas diindikasikan oleh koefisien regresinya.

Definisi dan pengukuran variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan dari hasil hutan adalah pendapatan responden dari hasil hutan

Pendapatan hutan dinyatakan dalam Rp/RT/bln.

2. Umur responden adalah usia responden sejak lahir hingga penelitian ini dilaksanakan yang dinyatakan dalam satuan tahun.

3. Tingkat pendidikan adalah adalah lamanya responden mengikuti pendidikan formal yang dinyatakan dalam satuan SD, SMP, dan SMA.

4. Jumlah anggota keluarga adalah seluruh orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan rumah dan mengurus kebutuhan sehari-hari menjadi satu di bawah tanggungjawab seorang kepala rumah tangga.

5. Mata pencaharian merupakan variabel dummy (boneka) yang dinilai dengan dua kategori, yaitu bemilai 1 apabila pekerjaan utama responden tani, dan bernilai 0 apabila pekerjaan utama responden non tani.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis-jenis Sumberdaya Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat

(20)

obat. Proses pengambilan HHBK dinyatakan dalam satuan (unit) masing-masing jenis barang. Satuan jenis barang yang diambil ditetapkan oleh masyarakat sesuai dengan kesepakatan masyarakat desa tersebut. Dengan adanya satuan yang telah disepakati bersama akan lebih mudah menetapkan harga sebelum melakukan proses jual beli. Berdasarkan hasil perolehan data yang dikumpulkan dari Desa Merdeka dan Desa Jaranguda maka dilakukan perhitungan terhadap jumlah pengambilan masing-masing HHBK yang dilakukan oleh responden. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Pengambilan hasil hutan oleh responden di Desa Merdeka

No Jenis Hasil

Tabel 3 Pengambilan hasil hutan oleh responden di Desa Jaranguda

(21)

Beberapa jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan antara lain :

1. Bambu

Bambu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang sangat banyak ditemukan di lokasi penelitian. Jenis tanaman ini dapat tumbuh di daerah pegunungan, lembah dan paling banyak tumbuh disekitar sungai. Bambu juga banyak tumbuh di semak belukar dan sering juga dijadikan pagar kebun oleh masyarakat, baik berupa pagar mati maupun pagar hidup. Bambu mempunyai banyak fungsi di antaranya untuk membuat dapur (paceko), tempat untuk menjemur pakaian, pagar, bahan pengikat, pipa irigasi, pot tanaman, dan pemenuhan kebutuhan bahan rumah tangga lainnya. Bambu juga banyak digunakan pada upacara adat pernikahan dan kematian. Masih ada pula masyarakat yang menggunakannya sebagai bahan untuk membuat dinding rumah.

Ada 3 jenis bambu yang dipungut oleh responden yaitu: bambu Petung

(Dendrocalamus asper), bambu Tali (Gigantochloa asper) bambu Regen

(Gigantochloa pruriens). Bambu oleh masyarakat di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda secara umum digunakan untuk bahan baku kerajinan keranjang sebagai wadah hasil pertanian berupa sayur dan buah seperti kol, tomat, wortel maupun jeruk. Setiap harinya pengrajin keranjang dapat menghasilkan hingga 10 buah keranjang. Untuk membuat 1 buah keranjang diperlukan batang bambu dengan panjang 1-1,5 meter dan diameter lebih dari 8 cm. Setiap pengrajin keranjang memanfaatkan 2-5 batang bambu perharinya. Rata-rata pengrajin keranjang mampu menghasilkan 1 630 keranjang setiap tahunnya. Setiap 1 keranjang bambu dijual seharga Rp10 000. Keranjang-keranjang tersebut dijual kepada beberapa orang yang telah bekerja sama dengan para pengrajin keranjang. Setiap minggunya, mereka akan mengambil keranjang sesuai dengan pemesanannya. Kegiatan pembuatan keranjang hanya dilakukan pada pagi sampai siang hari, setelah kegiatan pembuatan keranjang bambu selesai, mereka akan kembali bekerja di ladang pertaniannya.

Bambu merupakan bahan utama pembuatan keranjang, selain itu bambu juga dapat dimakan. Masyarakat biasanya memanfaatkan bambu muda sebagai bahan sayuran (rebung), baik untuk dikonsumsi sendiri, maupun untuk dijual di pasar. Rebung yang dipanen di sini adalah rebung yang mempunyai tekstur agak lunak. Bagian rebung yang dikonsumsi adalah bagian dalam yang berwarna keputihan, bagian ini lunak, dan memiliki rasa yang enak.

2. Rumput

(22)

bukan kayu (HHBK) berupa rumput mampu mengumpulkan 472 karung rumput setiap tahunnya. Besarnya pemanfaatan hasil hutan berupa rumput dipengaruhi oleh jumlah hewan ternak yang dimiliki. Semakin banyak ternak yang dimiliki maka semakin banyak pula rumput yang diperlukan. Rumput yang dimanfaatkan masyarakat, pada umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak saja tidak untuk diperjualbelikan.

3. Kayu bakar

Kayu bakar dapat diperoleh dengan mudah dan tidak memerlukan biaya yang mahal atau bahkan tidak memerlukan biaya apapun. Tumbuhan yang sering digunakan responden sebagai kayu bakar antara lain Pinus (Pinus merkusii),

Nyatoh (Palaqium edule), Pala (Myristica fragrans), Rasamala (Altingia exelsa),

(23)

5. Satwa

Satwa merupakan hasil hutan ikutan yang memiliki manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Secara umum masyarakat memanfaatkan hewan hutan hanya untuk tujuan konsumsi ataupun dijual bukan untuk tujuan koleksi maupun tujuan produksi. Jenis satwa yang sering mereka buru atau tangkap adalah babi hutan dan beberapa jenis burung seperti burung teku ketut dan burung pamal. Kegiatan berburu biasanya dilakukan di sekitar Gunung Sibayak. Pemanfaatan satwa liar biasanya dilakukan masyarakat setiap hari minggu karena biasanya pada hari minggu masyarakat tidak melakukan akltivitas pertanian. Kegiatan berburu babi hutan dilakukan secara berkelompok 2-4 orang menggunakan anjing, tombak, dan senapan angin. Perburuan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh babi hutan terhadap lahan pertanian masyarakat. Satwa liar hasil buruan yang diperoleh biasanya hanya dikonsumsi saja dan tidak untuk dijual.

6. Buah-buahan

Ada beberapa ketentuan terkait dengan kepemilikan jenis pohon buah-buahan di hutan yang sifatnya mengikat diantara anggota masyarakat. Pohon buah-buahan di hutan yang sifatnya milik umum dapat menjadi milik pribadi apabila pohon buah-buahan tersebut diberi tanda kepemilikan. Pada umumnya siapa yang paling awal menemukan pohon buah-buahan akan memberikan tanda larangan sebagai tanda kepemilikan dan orang penemu tersebut menjadi yang berhak atas hasil buahnya. Akan tetapi keadaan demikian ini sekarang telah banyak mengalami perubahan. Sering terjadi pencurian buah-buahan di hutan yang telah diberi tanda oleh seseorang. Penyebab utama perubahan tersebut adalah terbukanya kawasan ini sehingga siapapun dapat memasuki hutan di kawasan tersebut. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan berupa buah-buahan dilakukan pada saat musim buah. Buah-buahan yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat di kedua desa antara lain durian, rambutan, markisa bandung dan terong belanda. Biasanya pemanfaatan hasil hutan berupa buah-buahan hanya untuk konsumsi pribadi saja tidak untuk diperjualbelikan. Namun jika hasil ekstraksi dari pemanfaatan buah-buahan tersebut banyak, maka sebagian dijual di pasar lokal.

7. Tumbuhan hias

(24)

dijual setiap tahunnya. Alasan pengambilan sumber bibit dari hutan adalah karena potensi tanaman hias tersebut masih terdapat cukup banyak di hutan dan masih mudah diperoleh sehingga dianggap lebih ekonomis.

8. Tumbuhan obat

Masyarakat sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan rata-rata memanfaatkan tumbuhan obat untuk mengatasi permasalahan kesehatannya. Terdapat 23 jenis tumbuhan obat dari 17 famili yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Famili yang paling banyak digunakan adalah Zingiberaceae dengan 3 jenis tumbuhan obat. Pemanfaatan tumbuhan obat masih dalam skala kecil (intensitas pemanfaatannya tidak besar dan sangat sedikit yang dipasarkan). Masyarakat pada umumnya mengambil jenis tumbuhan tertentu di dalam kawasan Tahura pada saat diperlukan saja dan tidak memanfaatkannnya secara rutin. Pada umumnya masyarakat mencari tumbuhan obat di hutan dilakukan sendiri maupun berkelompok beranggotakan 2-4 orang. Alat yang biasanya digunakan untuk mengambil tumbuhan obat adalah pisau/golok, cangkul, pasak dan karung. Bagian tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat terdiri atas empat macam, yaitu : akar, batang, daun, dan buah.

Beberapa produk hasil ramuan dari tanaman obat yang terkenal dari daerah penelitian adalah minyak alun, kuning, dan tawar. Minyak alun (minyak urut) terbuat dari beberapa campuran tanaman obat diantaranya adalah sisik naga, rimo kejaren, sundur langit, bulung paris dan lain-lain. Minyak alun berkhasiat untuk mengobati cedera otot seperti keseleo/terkilir, nyeri persendian, patah tulang, luka bakar, keletihan dan lainnya. Kuning merupakan olahan yang terbuat dari kunyit, temulawak, rimbang, kuku harimau, rimo kejaren, dan lain-lain. Kegunaan kuning ini untuk menghangatkan badan dan mengobati luka memar. Cara pemakaiannya dengan mencampur air dan dioleskan ke badan. Sedangkan tawar terbuat dari cekala, kemiri, lada, rimo kejaren dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut kemudian digiling hingga berbentuk tepung yang nantinya akan dicampur dengan air untuk diminum atau dioleskan ke badan. Tawar ini biasa digunakan untuk mencegah masuk angin dan menghangatkan badan.

Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Setiap jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat dihitung berdasarkan frekuensi pemanfaatan, volume (jumlah) dan harga pasar setempat yang berlaku pada saat penelitian ini berlangsung. Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan diperoleh dari perkalian antara total pengambilan hasil hutan (satuan/tahun) dengan harga masing-masing hasil hutan (Rp/satuan).

(25)

Persaingan Sempurna) harga barang dan jasa mencerminkan kesediaan membayar setiap orang (WTP). Nilai yang diperoleh dari pasar persaingan sempurna merupakan nilai baku karena memenuhi keinginan penjual dan pembeli serta memberikan surplus kesejahteraan yang maksimal (Nurfatriani 2006). Harga pasar dari kedua desa penelitian ini secara umum sama dikarenakan lokasi yang saling berdekatan dan pasar lokal yang digunakan untuk menjual hasil hutan juga sama. Hasil perhitungan nilai ekonomi dari pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4 Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di Desa Merdeka

Tabel 5 Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di Desa Jaranguda

Tabel 4 dan Tabel 5 memperlihatkan nilai ekonomi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang diperoleh oleh responden di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda. Total nilai ekonomi pemanfaatan HHBK yang diperoleh responden di Desa Merdeka adalah sebesar Rp338 300 000/tahun sedangkan untuk Desa Jaranguda sebesar Rp412 579 000/tahun. Nilai ini diperoleh dari hasil penjumlahan semua nilai ekonomi dari seluruh jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh responden. Nilai ekonomi rata-rata yang diperoleh oleh setiap responden dari hasil pemanfaatan HHBK di Desa Merdeka adalah Rp11 276 667/tahun dan di Desa Jaranguda adalah Rp13 752 633/tahun.

(26)

pembuatan keranjang bambu yang tidak terikat sepanjang hari. Kegiatan pembuatan keranjang biasanya hanya dilakukan pada pagi sampai siang hari. Setelah kegiatan pemanfaatan bambu selesai, responden akan kembali bekerja di ladang pertaniannya sehingga mereka berpikir menjadi pengrajin keranjang adalah pekerjaan yang sangat menguntungkan. Selain mampu menghasilkan pendapatan dari hasil pertanian, responden juga mampu menghasilkan pendapatan tambahan dari hasil penjualan keranjang bambu.

Nilai ekonomi hasil hutan bukan kayu (HHBK) terbesar berikutnya adalah kayu bakar dengan nilai ekonomi Rp49 140 000/tahun atau 14.52% di Desa Merdeka dan Rp56 784 000/tahun atau 13.76% di Desa Jaranguda. Besarnya nilai ekonomi kayu bakar disebabkan karena pengadaan kayu bakar yang tidak memerlukan biaya dan waktu yang banyak menyebabkan nilai ekonominya cukup besar. Selain itu kayu bakar merupakan salah satu jenis hasil hutan yang cukup banyak digunakan masyarakat, hampir semua rumah tangga yang ada di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda menggunakan kayu bakar untuk memasak sehari-harinya. Selanjutnya, HHBK berupa rumput dengan nilai ekonomi Rp29 200 000/tahun atau 8.63% di Desa Merdeka dan Rp31 025 000 /tahun atau 7.52% di Desa Jaranguda. Penggunaan HHBK berupa rumput yang dilakukan setiap hari merupakan faktor penyebab besarnya nilai ekonomi rumput bagi masyarakat.

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) dengan nilai ekonomi terendah di Desa Merdeka adalah buah-buahan sebesar Rp3 900 000 atau 1.16%. Demikian juga halnya di Desa Jaranguda nilai ekonomi hasil hutan terendah adalah buah-buahan sebesar Rp3 000 000/tahun atau 0.73%. Hal ini terjadi karena HHBK ini sangat jarang diambil oleh masyarakat, harga buah-buahan yang cukup rendah, dan pengambilannya hanya pada saat musim buah saja. Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kedua desa tersebut mempunyai nilai ekonomi yang relatif tinggi sehingga mampu memberikan tambahan penghasilan bagi para pemanfaatnya, namun karena keterbatasan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang dimiliki menyebabkan pemanfataan sumberdaya hutan menjadi belum optimal.

Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

(27)

Tabel 6 Pendapatan responden di luar pemanfaatan hasil hutan

No Sumber

Pendapatan

Desa Merdeka Desa Jaranguda

Jumlah

Sumber pendapatan terbesar di luar pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda berasal dari sektor pertanian. Hal tersebut dikarenakan mayoritas responden yang bekerja di sektor pertanian. Total pendapatan yang diperoleh seluruh responden dari sektor pertanian di Desa Merdeka sebesar Rp403 200 000/tahun atau 79.93% sedangkan di Desa Jaranguda sebesar Rp322 800 000/tahun atau 70.73%. Pendapatan ini diperoleh dari hasil pertanian seperti jeruk, tomat, kol, wortel, dan hasil pertanian lainnya. Sumber pendapatan terkecil diluar pemanfaatan HHBK di Desa Merdeka berasal dari sektor pekerja bangunan yakni sebesar Rp6 000 000/tahun atau 1.19%. Sedangkan sumber pendapatan terkecil seluruh responden diluar pemanfaatan HHBK di Desa Jaranguda berasal dari hasil pengobatan sebesar Rp9 600 000/tahun atau 2.10%. Hal ini dikarenakan kedua pekerjaan tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan dan tidak rutin dilakukan. Total pendapatan yang diperoleh seluruh responden di luar pemanfaatan HHBK di Desa Merdeka adalah Rp504 400 000/tahun dengan pendapatan rata-rata yang diperoleh setiap responden adalah Rp16 813 333/tahun sedangkan total pendapatan yang diperoleh seluruh responden di luar pemanfaatan HHBK di Desa Jaranguda adalah Rp456 400 000/tahun dengan pendapatan rata-rata yang diperoleh setiap responden adalah Rp15 213 333/tahun.

Kontribusi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Kegiatan pemanfaatan shasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat desa sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan telah memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan rumah tangga. Besarnya nilai kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga di setiap wilayah berbeda, tergantung pada frekuensi, harga, volume (jumlah) dan jenis hasil hutan yang dimanfaatkan. Besarnya nilai kontribusi hasil hutan terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan masih tinggi. Pendapatan utama responden di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda diperoleh dari hasil pertanian dan kebun. Selain sebagai petani, masyarakat juga memanfaatkan hasil hutan untuk keperluan sehari-hari seperti bambu, kayu bakar, pakan ternak, tanaman obat dan lain-lain.

(28)

pendapatan rumah tangga tersebut berasal dari penjumlahan antara pendapatan rata-rata nilai ekonomi HHBK yang diperoleh responden dengan pendapatan rata-rata diluar pemanfaatan HHBK. Pendapatan rata-rata rumah tangga di Desa Merdeka adalah Rp28 090 000/tahun dengan nilai kontribusi per tahun dari hasil hutan dan di luar hasil hutan berturut-turut adalah Rp11 276 667/tahun atau 40.14% dan Rp16 813 333/tahun atau 59.86%. Sedangkan pendapatan rata-rata rumah tangga di Desa Jaranguda adalah Rp28 965 966/tahun dengan nilai kontribusi per tahun dari hasil hutan dan di luar hasil hutan berturut-turut adalah Rp13 752 633/tahun atau 47.47% dan Rp15 213 333/tahun atau 52.53%.

Nilai kontribusi hasil hutan yang diperoleh masyarakat lebih kecil dari pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden yang merupakan petani dan nilai ekonomi dari sektor pertanian yang cukup besar sehingga sangat berpengaruh terhadap pendapatan total responden. Persentase kontribusi nilai ekonomi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Merdeka sebesar 40.14% dan di Desa Jaranguda sebesar 47.47%. Keadaan ini menggambarkan bahwa keberadaan kawasan hutan masih sangat penting bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan. Masyarakat memiliki tingkat ketergantungan yang masih sangat tinggi terhadap kawasan hutan untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan kawasan hutan juga memberikan kontribusi nilai ekonomi yang cukup besar terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan

Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan hasil hutan telah dilakukan di berbagai lokasi berbeda. Salah satu penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat desa hutan telah dilakukan oleh Saragih (1993), pada desa penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor yang signifikan terhadap pemanfaatan hasil hutan adalah jumlah anggota keluarga dan jarak pemungutan. Pada lokasi lainnya yaitu hasil penelitian Syahni (2002), mengungkapkan bahwa tekanan terhadap pemanfaatan hasil hutan pada desa penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Sumatera Barat dipengaruhi secara signifikan oleh faktor pendidikan, pendapatan, dan luas lahan.

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan pada penelitian ini menggabungkan beberapa karateristik responden. Karateristik responden yang di analisa adalah umur ( ), pendidikan ( ), jumlah anggota keluarga ( ), dan mata pencaharian ( ). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan hasil hutan dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda sehingga diperoleh model sebagai berikut :

Persamaan regresi Desa Merdeka

Y = 26338678.56 - 159211.2 - 4662184.99 + 875119.77 - 2003760.14 dimana ( = 2.059), ( = -2.096), ( = -1.392), ( = 2.547), ( = -0.550),

(29)

Persamaan regresi Desa Jaranguda

Y = 18030358.69 - 282909.08 - 3301844.19 + 3318305.67 -1304946.16 dimana ( = 1.872), ( = -2.365), ( = -1.965), ( = 3.038), ( = -0.462),

= 0.346), (F = 3.303)

Hasil uji F (uji simultan) menunjukkan bahwa pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda secara signifikan di pengaruhi oleh keempat faktor yang diuji yaitu umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan mata pencaharian. Berdasarkan hasil uji R (uji determinasi) menerangkan bahwa 24.2 % di Desa Merdeka dan 34.6% di Desa Jaranguda, pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan responden di pengaruhi oleh keempat faktor tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena faktor eksternalitas yang tidak terdefinisi di dalam model ini sangat besar pengaruhnya terhadap perolehan nilai ekonomi hasil hutan. Ruang lingkup penelitian ini hanya meneliti pada ruang lingkup rumah tangga saja. Di dalam pengujian model ini hanya melibatkan karateristik responden dan di luar faktor-faktor tersebut tidak tercakup di dalam pengujian model ini.

Hasil uji t (uji parsial) menunjukkan bahwa faktor umur responden ( ) dan jumlah anggota keluarga ( ) secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap perolehan nilai ekonomi hasil hutan sedangkan faktor pendidikan ( ) dan mata pencaharian ( ) secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap perolehan nilai ekonomi hasil hutan. Nilai koefisien regresi sebesar -159211.2 dalam persamaan model regresi linear berganda di Desa Merdeka, maksudnya adalah kenaikan 1 tahun umur responden dapat menurunkan perolehan nilai ekonomi hasil hutan sebesar Rp159 211.2/tahun. Sedangkan nilai koefisien regresi sebesar 875119.77, maksudnya adalah kenaikan jumlah anggota keluarga sebanyak 1 orang dapat meningkatkan perolehan nilai ekonomi hasil hutan sebesar Rp875 119.77/tahun. Begitu juga dalam persamaan model regresi linear berganda di Desa Jaranguda, dimana nilai koefisien regresi sebesar -282909.08 menunjukkan bahwa kenaikan 1 tahun umur responden dapat menurunkan perolehan nilai ekonomi hasil hutan sebesar Rp282 909.08/tahun dan nilai koefisien regresi sebesar 3318305.67 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah anggota keluarga sebanyak 1 orang dapat meningkatkan perolehan nilai ekonomi hasil hutan sebesar Rp3 318 305.67/tahun.

(30)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat di Desa Merdeka dan Desa Jaranguda dilakukan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan antara lain: bambu, kayu bakar, madu, rumput, satwa, buah-buahan, tumbuhan hias, dan tumbuhan obat. Nilai ekonomi dari pemanfaatan HHBK yang diperoleh seluruh responden di Desa Merdeka adalah Rp338 300 000/tahun dan rata-rata per responden memperoleh Rp11 276 667/tahun. Sedangkan nilai ekonomi dari pemanfaatan HHBK yang diperoleh seluruh responden di Desa Jaranguda adalah Rp412 579 000/tahun dan rata-rata per responden memperoleh Rp13 752 633/tahun. Bambu adalah hasil hutan yang memberikan nilai ekonomi terbesar. Nilai kontribusi hasil hutan yang diperoleh masyarakat lebih kecil dari pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan (non hutan). Kontribusi nilai ekonomi hasil hutan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat di Desa Merdeka sebesar 40.14% dan di Desa Jaranguda sebesar 47.47%. Faktor umur dan jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh signfikan terhadap pemanfaatan hasil hutan pada masyarakat Desa Merdeka dan Desa Jaranguda. Semakin tua umur maka nilai ekonomi hasil hutan yang diperoleh akan semakin berkurang dan semakin banyak anggota keluarga yang terlibat dalam pemungutan hasil hutan maka nilai ekonomi hasil hutan yang diperoleh semakin meningkat.

Saran

1. Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat Desa Merdeka dan Desa Jaranguda masih sangat sederhana sehingga hasil hutan tersebut belum dikelola kedalam bentuk lain yang lebih bernilai pasar. Untuk itu dibutuhkan perhatian dari semua pihak agar pemanfaatan hasil hutan tersebut dapat lebih bernilai sehingga mampu memberi kontribusi yang lebih besar terhadap masyarakat sekitar hutan.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi O, Patana P. 2007. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasi Hutan Non Marketable Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan. Medan. Pusat Penelitian Universitas Sumatera Utara dan Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara.

Danim S. 2004. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta (ID). Dephut.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta (ID). Dephut.

Idrus M. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial. 2011. Jakarta : ERLANGGA.

Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta. Kemenhut. Marliani RN. 2005. Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarkat Desa Penyangga Taman Nasional Baluran. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Munawaroh E, Saparita R, Purwanto Y. 2011. Ketergantungan Masyarakat Pada Hasil Hutan Non Kayu di Malinau, Kalimantan Timur: Suatu Analisis Etnobotani dan Implikasinya Bagi Konservasi Hutan. Penelitian Hayati Edisi Khusus: 7A (51-58). Bogor. LIPI Press.

Ngakan PO, Komarudin H, Achmad A, Wahyudi, Tako A. 2006. Ketergantungan, Persepsi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumber Daya Hayati Hutan: Studi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Jakarta : CIFOR.

Nurfatriani F. 2006. Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian Sumberdaya Hutan. Bogor. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.

Purwanto Y, Walujo EB, Wahyudi A. 2011. Valuasi Hasil Hutan Bukan Kayu

(Kawasan Lindung PT Wirakarya Sakti Jambi). Jakarta. LIPI Press. Saragih W. 1993. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Desa Sekitar

Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. . [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syahni R., Mahdi, Yusmini, Tanjung F, Hakimi R. 2002. Tekananan Aktifitas

Ekonomi Masyarakat Terhadap Kelestarian Taman Nasional Kerinci Seblat. Jurnal Stigma. 10(4):364-370.

Uluk A, Sudana M, Wollenberg E. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak Terhadap Hutan di sekitar Taman Nasional Kanyan Mentarang. Bogor (ID). CIFOR.

Utama WH. 2004. Penilaian Ekonomi Hasil Hutan Non Kayu oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di Kawasan Ekosistem Leuser. [skripsi]. Medan (ID). Universitas Sumatera Utara.

(32)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Karateristik Responden

Desa Merdeka

7 48 SMA 5 Pengrajin Keranjang, Ahli Pengobatan

(33)

Lampiran 1 Karateristik Responden (lanjutan)

Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

(34)

Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) (lanjutan)

A. Nilai Ekonomi Bambu Desa Jaranguda

(35)

Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) (lanjutan)

B. Nilai Ekonomi Rumput Desa Jaranguda

(36)

Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) (lanjutan)

C. Nilai Ekonomi Kayu Bakar Desa Jaranguda

(37)

Lampiran 2 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) (lanjutan)

(38)
(39)

Lampiran 3 Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan (lanjutan)

(40)
(41)

Lampiran 4 Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Rumah

Lampiran 5 Pendapatan Total di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan per Kapita

Desa Merdeka

(42)

Lampiran 5 Pendapatan Total di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan per Kapita (lanjutan)

Desa Merdeka

No Resp Pendapatan di luar Hasil Hutan (Rp/tahun)

(43)

Lampiran 6 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan

Desa Merdeka

Regression

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,492a ,242 ,120 7944337,52292

a. Predictors: (Constant), Pekerjaan, JAK, Umur, Pendidikan

b. Dependent Variable: NE

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 5028266537160

91,900 4

1257066634290

22,970 2,801 ,127

b

Residual 1577812466950

573,800 25

6311249867802

2,950

Total 2080639120666

665,500 29

a. Dependent Variable: NE

b. Predictors: (Constant), Pekerjaan, JAK, Umur, Pendidikan

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 26338678,577 12794444,078 2,059 ,050

Umur -159211,200 177632,115 -,165 -2,096 ,379

Pendidikan -4662184,996 1948667,606 -,456 -1,392 ,025

JAK 875199,772 1750255,396 ,087 2,547 ,621

Pekerjaan -2003760,148 3640546,906 -,102 -,550 ,587

(44)

Lampiran 6 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Hasil Hutan (lanjutan)

Desa Jaranguda

Regression

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,588a ,346 ,241 6406411,07338

a. Predictors: (Constant), Pekerjaan, Umur, JAK, Pendidikan

b. Dependent Variable: NE

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 5421835099391

70,250 4

1355458774847

92,560 3,303 ,026

b

Residual 1026052571027

497,000 25

4104210284109

9,880

Total 1568236080966

667,200 29

a. Dependent Variable: NE

b. Predictors: (Constant), Pekerjaan, Umur, JAK, Pendidikan

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 18030358,694 9629437,035 1,872 ,073

Umur -282909,089 119625,305 -,401 -2,365 ,026

Pendidikan -3301844,198 1680597,404 -,362 -1,965 ,061

JAK 3318305,678 1711910,491 ,334 3,038 ,064

Pekerjaan -1304946,169 2825807,986 -,085 -,462 ,648

(45)

Lampiran 7 Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan

No Nama

lokal Nama ilmiah Famili

Bagian

Paris Justicia sp. Acanthaceae Daun Direbus Diminum Obat demam

2 Sisik Naga

Drymoglossum

piloselloides Polypodiaceae Daun Tanpa Pengolahan Ditempelkan

Obat sakit gigi,

Asteraceae Daun Direbus Diminum Batuk, sariawan

4 Sere Wangi

Andropogon

citratus DC. Poaceae Batang Direbus Diminum

Obat sakit perut,

scaber L. Asteraceae Daun Ditumbuk/digiling Dioleskan

Obat bisa ular, demam

6 Pala Myristica

fragrans Myristicaceae Buah Diseduh Diminum

Perut kembung, obat tidur, obat jerawat

7 Rimo

Kejaren Citrus sp. Rutaceae Buah Tanpa Pengolahan Diminum

Obat wasir, batuk

8 Kuku Harimau

Citrus medica

“Sarcodactylis” Rutaceae Buah Tanpa Pengolahan Diminum Memperlancar buang air kecil 9 Gagatan

Harimau

Ampelocissus

thyrsiflorae Vitaceae Daun Direbus Diminum

Menambah stamina

10 Kembiri Aleurites

moluccana Euphorbiaceae Buah Ditumbuk/digiling

Untuk

Zingiberaceae Buah Dtumbuk/digiling Dimakan

Menambah nafsu makan,

menambah asi

12 Belo Piper betle Piperaceae Daun Tanpa Pengolahan Dimakan

Sakit mata, sariawan, makanan

13 Pinang Areca catechu Arecaceae Buah Dtumbuk/digiling Dimakan Diare, penyakit kulit

14 Besi-besi Justicia sp. Acanthaceae Daun Ditumbuk/digiling Dibalurkan Obat diare

15 Surat

Dibata Macodes sp. Orchidaceae

Daun

Direbus Diminum Obat Demam

16 Alang-alang

Imperata

cylindrica L. Poaceae Akar Ditumbuk/digiling Diminum

Obat sakit

officinale Rosc Zingiberaceae Umbi Direbus Diminum

Obat luka luar, obat masuk angin

19

Tabar-tabar Coctus sp. Costaceae Akar Dipilin Dioleskan Obat sariawan

20 Rimbang Solanum

torvum Swartz Solanaceae Buah Direbus Dimakan Obat sakit mata

21 Bunga Ncole

Hedychium

coronarium Zingiberaceae Batang Dipilin Diminum

Obat demam, obat sakit mata

22 Kumis Kucing

Orthosiphon

aristatus Lamiaceae Daun Ditumbuk/digiling Diminum

Kencing batu,

(46)

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

Pembuatan Keranjang

Kayu Bakar

Tanaman Hias

(47)

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian (lanjutan)

Tumbuhan Obat

Belo Pegagan Lancing

Tumbuhan Obat

(48)

RIWAYAT HIDUP .

Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 13 Januari 1991 dengan nama lengkap Boy Tantri Tarigan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs. Jendakami Tarigan dan Pintaria Br Sembiring. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 1 Kabanjahe pada Tahun 1997-2003, SMP Negeri 1 Kabanjahe Tahun 2003-2006. Pada Tahun 2009, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang Kamojang pada Tahun 2011 dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada Tahun 2012. Pada Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HTI PT. ITCI HUTANI MANUNGGAL Kalimantan Timur.

Gambar

Tabel 1  Sumber pendapatan masyarakat di luar pemanfaatan hasil hutan
Tabel 5  Nilai ekonomi pemanfaatan hasil hutan yang diperoleh responden di
Tabel 6  Pendapatan responden di luar pemanfaatan hasil hutan

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi walaupun mereka adalah masyarakat yang kurang mampu, tetapi mereka tetap berjuang hidup dengan membuat jajan pasar sehingga jajan pasar pun tidak akan dilupakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Ganda Perempuan Pedagang di Pasar Jalan Trem Pangkalpinang menunjukkan sudah terjadi begitu saja dan tanpa ada

Indo Plastik Semarang juga menunjukkan kategori tinggi yang artinya pimpinan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan

Perencanaan, Pertemuan kelima pada siklus III materi pembelajaran diawali dengan sedikit mengulang materi pada siklus II kemudian dilanjutkan pada materi Mencontohkan

Selain memiliki dampak atau efek yang positif, pengkonsumsian siomay secara berlebihan juga brdampak buruk bagi kesehatan seperti bahan utama pada siomay yang

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 28 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Angota Dewan Perwakilan

Oleh karena itu, dari uraian data-data pelaku kejahatan, pengakuan dari salah seorang pelaku kejahatan, faktor penyebab timbulnya tindak kejahatan secara umum, sampai

[r]