• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP MELALUI MODEL PROJECT-BASED LEARNING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP MELALUI MODEL PROJECT-BASED LEARNING."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP MELALUI MODEL PROJECT-BASED LEARNING

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Yonadisa Velariana

1100135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

YONADISA VELARIANA

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan

Penalaran Adaptif Siswa SMP Melalui Model Project-Based Learning” ini beserta seluruh

isinya adalah benar-benar karya saya sendiri . Saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di

kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2015

Yang membuat pernyataan,

Yonadisa Velariana

(3)
(4)

ABSTRAK

Yonadisa Velariana (1100135). Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP Melalui Model Project-Based Learning

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran adaptif siswa. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Project-Based Learning lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional (2) untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Project-Based Learning (3) untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matemayika dengan menggunakan model Project-Based Learning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu sekolah menengah pertama di Cimahi tahun ajaran 2015/2016 dan sampel pada penelitian ini adalah siswa dari dua kelas pada sekolah tersebut, yang mana satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan model Project-Based Learning dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan model konvensional. Data penelitian ini diperoleh melalui tes kemampuan penalaran adaptif siwa, angket, lembar observasi, dan jurnal harian. Hasil penelitian ini adalah: (1) terdapat peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Project-Based Learning lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional. (2) Kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Project-Based Learning berada pada tingkat sedang. (3) siswa memberikan sikap positif terhadap model Project-Based Learning.

(5)

ABSTRAK

Yonadisa Velariana (1100135). Improve The Adaptive Reasoning Ability Of Junior High School Through Project-Based Learning.

The background of this study is the lack of adaptive reasoning ability of students. The purpose of this study were: (1) finding out whether there was an improvement difference in adaptive reasoning ability of student who acquired learning with Project-Based Learning than student who acquired conventional model. (2) finding out the quality improvement of adaptive reasoning ability of student who acquired learning with Project-Based Learning. (3) finding out students’ responses toward the implementation of learning mathematics through Project-Based Learning model. The population in this study were the eighth graders of a Junior High School in Cimahi academic year 2015/2016 and the sample of this study were students from two classes at the school, in which one class was experiment class and the another class was control class. Experiment class acquired learning with Project-Based Learning model and control class acquiredlearning with conventional model. The research data wasobtained from students’ adaptive reasoning ability test, questiobbaire, observation sheet, and daily jurnal. The result of this study were: (1) there was improvement difference in adaptive reasoning ability of students who acquired learning with Project-Based Learning model than students who acquired learning with conventional model (2)the quality improvement of adaptive reasoning ability of student who acquired learning with Project-Based Learning is at medium level. (3) the students gave positive responses towards the use of Project-Based Learning model.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...9

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Defenisi Operasional ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran ...9

B. Kemampuan Penalaran Adaptif ...10

C. Model Project-Based Learning ...13

D. Pembelajaran Konvensional ...20

E. Sikap Siswa ...23

F. Penelitian yang Relevan ...24

G. Hipotesis ...26

BAB III METODE PENELITIAN A. Model dan Desain Penelitian ...27

B. Populasi dan Sampel ...27

C. Variabel Penelitian ...28

D. Instrumen Penelitian ...28

1. Instrumen Tes ...28

(7)

E. Prosedur Penelitian ...35

F. Teknik Pengolahan Data ...36

1. Pengolahan Data Kuantitatif ...36

2. Pengolahan Data Kualitatif ...42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...45

1. Data Hasil Penelitian ...45

2. Analisis Data Pretes ...47

3. Analisis Data Pencapaian Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ...49

4. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ...50

5. Analisis Kualitias Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ..52

6. Analisis Data Lembar Observasi ...53

7. Analisis Data Angket ...54

B. Pembahasan ...59

1. Deskriptif Kegiatan Pembelajaran ...59

2. Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ...63

3. Sikap Siswa Terhadap Penggunaan Model Project-Based Learning ...67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...68

B. Saran ...69

DAFTAR PUSTAKA ...70

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas ...29

Tabel 3.2 Validitas Tiap Butir Soal ...30

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ...31

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran ...32

Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ...32

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ...33

Tabel 3.7 Daya Pembeda Tiap Butir Soal ...34

Tabel 3.8 Kriteria Indeks Gain ...42

Tabel 3.9 Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa ...42

Tabel 3.10 Interpretasi Jawaban Angket Siswa ...43

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Skor Pretes dan Skor Postes Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...47

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ...48

Tabel 4.3 Hasil Uji Mann-Whitney Data Pretes ...48

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas data Postes ...49

Tabel 4.5 Hasil Uji Mann-Whitney Data Postes ...50

Tabel 4.6 Deskriptif Statistik Skor N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...51

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data N-gain ...51

Tabel 4.8 Hasil Uji Mann-Whitney Data N-gain ...52

Tabel 4.9 Kriteria Indeks Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...53

Tabel 4.10 Persentase Sikap Siswa Untuk Setiap Pernyataan dalam Angket ...54

Tabel 4.11 Deskriptif Statistik Rata-rata Skor Sikap Siswa ...57

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Diagram 4.1 Skor Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...45

Diagram 4.2 Skor Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...46

Gambar 4.1 Aktifitas Guru Pada Tahap Persiapan ...59

Gambar 4.2 Aktifitas Guru dan Siswa Pada Tahap Penugasan ...60

Gambar 4.3 Aktifitas Siswa Pada Tahap Investivigasi ...61

Gambar 4.4 Aktifitas Siswa Pada Tahap Finishing ...62

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A BAHAN AJAR

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 75

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...95

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen ...113

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran B.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penalaran Adaptif ...128

Lampiran B.2 Tes Kemampuan Penalaran Adaptif...129

Lampiran B.3 Kisi-Kisi Angket Skala Sikap ...132

Lampiran B.4 Format Angket Skala Sikap ...134

Lampiran B.5 Format Lembar Observasi ...135

LAMPIRAN C DATA HASIL UJI INSTRUMEN Lampiran C.1 Skor Tes Hasil Uji Instrumen ...139

Lampiran C.2 Hasil Analisis data Uji Instrumen ...140

LAMPIRAN D DATA HASIL PENELITIAN Lampiran D.1 Nilai Pretes, Postes, dan Indeks Gain Kelas Eksperimen ...143

Lampiran D.2 Nilai Pretes, Postes, dan Indeks Gain Kelas Kontrol ...144

Lampiran D.3 Hasil Uji Statistik Data Pretes dengan SPSS Versi 16.0 ...145

Lampiran D.4 Hasil Uji Statistik Data Postes dengan SPSS Versi 16.0 ...147

Lampiran D.5 Hasil Uji Statistik Data N-gain dengan SPSS Versi 16.0 ...149

Lampiran D.6 Data Hasil Angket Siswa ...151

Lampiran D.7 Data Succisive Detail Setiap Pernyataan pada Hasil Angket Siswa ...153

Lampiran D.8 Data Hasil Angket Siswa Setelah Dikonversikan ...156

Lampiran D.9 Hasil Uji Statistik Data Angket Siswa dengan SPSS Versi 16.158 LAMPIRAN E SAMPEL DATA HASIL PENELITIAN Lampiran E.1 Hasil Jawaban Siswa Pretes dan Postes ...160

Lampiran E.2 Hasil Angket Siswa ...166

Lampiran E.3 Hasil Observasi ...169

(11)

LAMPIRAN F ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI

Lampiran F.1 Surat Izin Penelitian ...186

Lampiran F.2 Surat Telah Melakukan Penelitian ...187

Lampiran F.3 Kartu Bimbingan ...188

Lampiran F.4 Surat Tugas ...189

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan UU RI no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini sejalan dengan

penegasan UNESCO (Delors, et al., 1996:37) yang menekankan perlunya belajar

yang berbasis pada empat pilar yaitu belajar untuk memahami (learning to know),

belajar untuk berbuat atau melaksanakan (learning to do), belajar untuk menjadi

diri sendiri atau mandiri (learning to be ), dan belajar hidup dalam kebersamaan

(learning to live together).

Berdasarkan empat pilar tersebut, penciptaan pembelajaran selalu dicari dan

dikembangkan bentuknya, karena pada hakikatnya pendidikan bukanlah suatu hal

yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut

adanya suatu perubahan ataupun perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat

dilakukan dalam hal model mengajar, buku-buku, alat-alat maupun materi-materi

pembelajaran. Salah satu contoh dalam bidang materi pelajaran, yakni matematika

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya peningkatan

mutu pada materi matematika perlu diadakan terobosan-terobosan, baik dalam

pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran dan pemenuhan sarana dan

prasarana pendidikan. Salah satu upaya pemerintah dalam upaya meningkatan

mutu pendidikan yaitu dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi

(2006 : 388) menyebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta

(13)

2

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika.

Dalam dokumen-dokumen standarnya, NCTM merekomendasikan ada lima

kompetensi dasar yang utama yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem

solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi

(connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan representasi

(representation)

Kemudian Widdiharto (2004: 1) mengungkapkan tujuan pembelajaran

matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang

tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sikap

objektif, jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam

bidang matematika, bidang pelajaran lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Rahmawati (2009: 2) yang mengungkapkan

bahwa matematika adalah ilmu deduktif dan terstruktur. Di dalamnya memuat

konsep-konsep matematika yang tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan

sistematis dari konsep yang paling kompleks dengan menggunakan pola pikir

yang deduktif. Untuk memperoleh pola pikir deduktif, maka siswa harus memiliki

(14)

3

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan dan

pengembangan kemampuan penalaran siswa menjadi salah satu tujuan yang

penting dalam pembelajaran matematika disekolah. Namun pada kenyataannya,

penguasaan siswa terhadap kemampuan penalaran tersebut bukanlah hal yang

mudah dan dapat dicapai begitu saja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun

2003, peringkat matematika siswa Indonesia pada grade 8 berada di urutan 34

dari 45 negara dengan skor rata-rata 411 (NCES, 2004t: 5). Empat tahun

kemudian yakni tahun 2007, Indonesia berada di urutan 36 dari 48 negara dengan

skor rata-rata 386. Skor rata-rata tersebut termasuk kedalam kategori rendah,

masih jauh dari kategori sedang yang memerlukan skor 500 (NCES, 2012: 11).

Beberapa penelitian tentang upaya meningkatan kemampuan penalaran

matematik melalui berbagai macam model dilakukan oleh Priatna (2003) dan

Herawati (2007). Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa kemampuan

penalaran matematik siswa masih kurang. Dari hasil penelitian Priatna (2003)

diperoleh temuan bahwa kualitas kemampuan penalaran (analogi dan generalasi)

masih rendah, begitu juga hasil penelitian Herawati (2007) bahwa kemampuan

generalisasi matematika siswa tidak signifikan

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dahlia (2008: 3) menjelaskan

bahwa pada saat siswa diberikan soal yang berbeda dari biasanya dan setiap siswa

harus memberikan alasan yang logis dan tepat terhadap semua jawaban yang

mereka pilih, kebanyakan siswa mengeluh dan kesulitan untuk menyelesaikannya.

Soal seperti ini menjadi masalah besar bagi siswa, karena pada pembelajaran

sebelumnya siswa tidak pernah dihadapkan pada masalah yang seperti ini. Hal ini

pun dibenarkan oleh guru, bahwa siswa kesulitan menyelesaikan soal-soal bersifat penalaran seperti soal dengan bentuk pertanyaan “mengapa?”, “berikan alasan!” dan pertanyaan sejenis yang memerlukan kreativitas siswa untuk menjelaskan

pertanyaan tersebut. Bentuk soal tersebut merupakan salah satu contoh soal

penalaran adaptif.

Kilpatrick, et al (2001: 129) mengungkapkan bahwa penalaran adaptif

(15)

4

menjastifikasi yang didalamnya memuat indikator kemampuan mengajukan

dugaan atau konjektur, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu

pernyataan, menemukan pola pada suatu gejala matematika dan menarik

kesimpulan dari suatu pernyataan. Penalaran adaptif dapat juga diartikan sebagai

kapasitas untuk berpikir secara logis tentang hubungan antar konsep dan situasi.

Penalaran adaptif dalam bentuknya lebih luas dari penalaran deduktif dan induktif

karena tidak hanya mencakup pertimbangan dari penjelasan informal, tetapi juga

penalaran induktif dan intuitif berdasar pada contoh dan pola yang dimilikinya.

Jika kembali merujuk pada penelitian yang dilakukan Dahlia (2008), fakta

tersebut menunjukan bahwa siswa memiliki prestasi yang tergolong rendah dalam

kemampuan matematis, salah satunya adalah kemampuan penalaran adaptif.

Rendahnya kemampuan penalaran adaptif siswa dikarenakan siswa mengalami

kesulitan belajar, salah satu faktor yang mendasari siswa mengalami kesulitan

dalam belajar matematika yakni terletak pada kesalahan pembelajarannya itu

sendiri. Selama ini penekanan pembelajaran matematika hampir selalu dengan

model konvensional yang mekanistik dengan guru menjadi pusat dari seluruh

kegiatan belajar di kelas. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh sama

persis dengan cara yang diberikan guru tanpa inisiatif. Konsekuensinya adalah

saat siswa diberikan soal yang tidak rutin mereka merasa kesulitan.

Menyadari akan pentingnya kemampuan penalaran adaptif, dirasakan perlu

mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan

maupun model pembelajaran yang dapat memberikan peluang dan mendorong

siswa untuk melatih kemampuan penalaran adaptif. Dalam hal ini, salah satu

alternatif solusi agar membantu menumbuhkembangkan kemampuan penalaran

adaptif siswa yaitu dengan model pembelajaran Project-Based Learning

Project-Based Learning berangkat dari pandangan konstruktivisme yang

mengacu pada pendekatan kontekstual (Khamdi, 2008). Dengan demikian, Model

Project-Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang

menggunakan belajar kontesktual, para siswa berperan aktif untuk memecahkan

masalah, mengambil keputusan, meneliti, mempresentasikan, dan membuat

(16)

5

kompleks yang diperlukan siswa dalam melakukan investivigasi dan

memahaminya.

Model Project-Based Learning juga didukung oleh teori belajar

konstuktivisme (Khamdi, 2008). Konstruktivisme adalah teori belajar yang

mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun

pengetahuannya sendiri didalam konteks pengalamannya sendiri. Hal ini sangat

membantu siswa meningkatkan penalaran siswa sebagaimana menurut Suratman

(2005) bahwa kemampuan penalaran matematis siswa dapat dikembangkan

melalui proses doing mathematics. Pembelajaran dengan doing mathematics

menjadikan belajar yang dialami siswa bermakna bagi mereka, karena siswa

dibiasakan aktif dan membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menegaskan

bahwa model Project-Based Learning diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan penalaran siswa.

Selain meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa, hal penting lain

yang perlu diperhatikan adalah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika.

Berlin dan Hillen (Nurhasanah, 2009: 5) menyatakan bahwa sikap positif yang

ditunjukan akan menjadi langkah awal menuju lingkungan belajar yang efektif.

Apabila sudah tercipta lingkungan belajar yang efektif, maka hal tersebut dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika sikap siswa cenderung negatif,

pembelajaran akan berlangsung tidak maksimal sehingga kemampuan penalaran

adaptif siswa yang diperoleh pun tidak maksimal juga. Seperti yang dikemukakan

oleh Firdaus (2009) bahwa ada lima mitos sesat yang telah mengakar dan

menciptakan persepsi negatif terhadap matematika; pertama matematika adalah

ilmu yang sangat sukar sehingga hanya sedikit orang atau siswa dengan IQ

minimal tertentu yang mampu memahaminya; kedua, matematika adalah ilmu

hafalan dari sekian banyak rumus; ketiga, matematika selalu berhubungan dengan

kecepatan menghitung; keempat, matematika itu adalah ilmu abstrak dan tidak

berhubungan dengan realita; kelima, matematika adalah ilmu yang membosankan,

kaku dan tidak rekreatif. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Begle

(Darhim, 2004: 3-4) bahwa paling tidak sikap dapat dikelompokan ke dalam tiga

(17)

6

Sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar

matematika. Oleh karena itu, sikap positif terhadap matematika merupakan hal

yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Keberhasilan siswa dalam

belajar matematika tidak hanya diukur dari lulus atau tidaknya siswa tersebut

dalam suatu tes, tetapi juga terbentuknya sikap atau pribadi yang diharapkan

sesuai dengan kompetensi yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Menurut

Ruseffendy (Darhim, 2004: 2), untuk menumbuhkan sikap positif terhadap

matematika, pembelajaran harus menyenangkan, mudah dipahami, tidak

menakutkan, dan ditunjukan kegunaannya. Berdasarkan paparan tersebut, agar

sikap siswa tergolong positif, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran yang

bermakna dan menyenangkan di dalam kelas, yaitu dengan menggunakan model

Project-Based Learning sehingga diharapkan peningkatan kemampuan penalaran

adaptif siswa akan optimal.

Diharapkan setelah dilakukan pembelajaran dengan model Project Based

Learning, sikap siswa terhadap matematika akan berubah dari negatif menjadi

positif. Selain itu, pembelajaran dengan model Project Based Learningdiharapkan

juga akan menunjang dalam meningkatkan kemampuan penalaran adaptif

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP Melalui Model Project Based Learning

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan dalam latar belakang, maka

masalahnya dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

a. Apakah peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapat

pembelajaran dengan model Project Based Learning lebih tinggi daripada

siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran

konvensional?

b. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang

(18)

7

c. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan model Project Based Learning?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka, tujuan dari

penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran adaptif

siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Project Based Learning

lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional

b. Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif

siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Project Based

Learning

c. Untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran

matematika dengan menggunakan model Project Based Learning

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau konstribusi nyata

bagi beberapa kalangan berikut ini:

1. Bagi Siswa

Pengalaman belajar melalui model Project-Based Learning dapat

merangsang siswa untuk belajar aktif dan lebih bermakna sehingga dapat

meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.

2. Bagi Guru

Penggunaan model Project-Based Learning sebagai suatu alternatif

meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.

3. Bagi Peneliti

Sebagai suatu pembelajaran karena peneliti dapat mengaplikasikan segala

pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan maupun diluar

(19)

8

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang

istilah-istilah yang digunakan didalam penelitian ini, ada beberapa istilah-istilah yang perlu

dijelaskan yaitu sebagai berikut:

1. Kemapuan penalaran adaptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan secara logis, memperkirakan

jawaban yang digunakan, memberikan penjelasan mengenai konsep dan

prosedural jawaban, serta menilai kebenarannya secara matematis.

Indikator yang tercakup dalam kemampuan penalaran adaptif diantara lain

kemampuan mengajukan dugaan, memberikan alasan mengenai jawaban

yang diberikan, menarik kesimpulan dari suatu pertanyaan, mampu

memeriksa kesahihan suatu argumen, dan mampu menemukan pola dari

suatu masalah matematika.

2. Project-Based Learning adalah pembelajaran yang salah satu unsurnya

memanfaatkan kegiatan lapangan dengan objek di lingkungan sekitar dan

menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya.

Project-Based Learning dalam penelitian ini memiliki langkah-langkah sebagai

berikut (Astuti, 2011: 10):

(a) Persiapan, (b) Penugasan/menentukan topik, (c) Merencanakan

kegiatan, (d) Investivigasi dan penyajian. (e) Finishing,

(f) Monitoring/evaluasi.

3. Sikap siswa dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa terhadap

penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

Project-Based Learning. Aspek yang diteliti meliputi:

a. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika

b. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model

Project-Based Learning

c. Sikap siswa terhadap LKS dan permasalahan-permasalahan yang

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model dan Desain Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua kelompok kelas yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang berbeda dalam

proses pembelajaran, tetapi materi yang sama. Pada kelas eksperimen diberikan

pembelajaran dengan model Project-Based Learning sedangkan kelas kontrol

diberikan pembelajaran konvensional. Data mengenai kemampuan penalaran

adaptif diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang termuat soal-soal penalaran

adaptif.

Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Russefendi

(2005: 52) mengungkapkan bahwa pada kuasi eksperimen ini hampir sama

dengan desain penelitian kelompok pretes-postes, yang membedakan adalah pada

desain ini pengelompokan subjek tidak secara acak, tetapi menerima keadaan

subjek apa adanya. Ini dilakukan karena pengelompokan baru dilapangan

seringkali tidak memungkinkan. Skema dari desain penelitian ini sebagai berikut:

Kelas Eksperimen O X O

Kelas Kontrol O O

Keterangan

O : Pretes dan Postes kemampuan penalaran adaptif

X : Perlakuan berupa Project-Based Learning

: Subjek tidak dikelompokkan secara acak

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arifin (2011: 215) populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti,

baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi,

sedangkan menurut Sugiono (2011: 117) populasi adalah wilayah generalisasi

(21)

28

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1

Cimahi

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang baik adalah sampel

yang dapat mewakili karakteristik dari populasi atau bersifat representatif.

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan terpilihlah

kelas VIII-K sebagai kelas yang mendapat pembelajaran model Project-Based

Learning dan kelas VIII-H sebagai kelas yang mendapat pembelajaran model

konvensional.

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek atau titik perhatian dari suatu penelitian. Dalam

penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah pembelajaran matematika

dengan menggunakan model Project-Based Learning, sedangkan variabel

terikatnya adalah kemampuan penalaran adaptif siswa.

D. Instrumen Penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes dan nontes.

Adapun instrumen yang berbentuk tes adalah tes penalaran adaptif, sedangkan

instrumen penelitian yang berbentuk nontes adalah angket, dan lembar observasi

1. Instrumen Tes

Menurut Arifin (2011: 226) tes adalah suatu teknik pengukuran yang

didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas

yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Instrumen tes penalaran

adaptif ini berbentuk soal-soal uraian yang disusun untuk mengumpulkan

informasi mengenai kemampuan penalaran adaptif para siswa yang menjadi

subjek penelitian. Penggunaan tipe tes uraian dikarenakan tes uraian lebih

dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Suherman, 2003:

(22)

29

hanya siswa yang telah menguasai materi dengan baik yang bisa memberikan

jawaban yang lebih baik dan benar,sehingga melaui tes uraian dapat diketahui

strategi atau langkah siswa dalam menyelesaikan soal.

Sesuai dengan desain penelitian yang telah dipaparkan, tes kemampuan

penalaran adaptif diberikan pada saat siswa belum mendapat perlakuan

(pretest) dan setelah mendapatkan perlakuan (postest). Setelah data hasil uji

coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas,

reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembedanya.

a)Validitas Butir Soal

Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) jika alat tersebut mampu

mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102). Oleh

karena itu, untuk mengetahui instrumen tes yang digunakan dalam penelitian

ini adalah valid maka dilakukan analisis validitas empiris soal. Untuk

mengetahui validitas tiap butir soal digunakan rumus produk momen memakai

angka kasar (raw score), yaitu:

2 2 2 2

� : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X : Skor siswa pada tiap butir soal

Y : Skor total tiap siswa

N : Jumlah siswa

Koefisien validitas (� ) menurut Suherman (2003: 113) diinterpretasikan

dengan kriteria, yaitu:

Tabel 3.1

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefidien Validitas Interpretasi

0,90 rxy1, 00 Korelasi sangat tinggi (sangat baik)

(23)

30

0, 40 rxy  0, 70 Korelasi sedang (cukup)

0, 20 rxy0, 40 Korelasi rendah (kurang)

0, 00rxy0, 20 Korelasi sangat rendah, dan

0, 00

rxy Tidak valid

Untuk mengetahui signifikasi nilai validitas digunakan uji-t sebagai berikut:

� = � √ � −− �

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi

n : jumlah siswa

Selanjutnya melalui uji validitas dengan menggunakan Anates 4.0 diperoleh

hasil uji validitas tiap butir soal yang disajikan pada pada Tabel 3.2 berikut ini

Tabel 3.2 Validitas Tiap Butir Soal

Nomor Soal Nilai rxy Interpretasi

1 0,846 Validitas sangat tinggi

2 0,429 Validitas sedang

3 0,232 Validitas rendah

4 0,871 Validitas sangat tinggi

5 0,861 Validitas sangat tinggi

6 0,803 Validitas sangat tinggi

b) Reliabilitas

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil yang tetap sama jika

pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh

orang yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh

pelaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitas tinggi disebut alat ukur

(24)

31

Untuk mencari koefisien reliabilitas digunakan rumus alpa:

2

: Jumlah varians skor tiap item

Si2 : varians skor total

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen evaluasi

dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003:

139) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 < r11 ≤ 0,70 Derajat reliabilitas sedang

0,70 < r11 ≤ 0,90 Derajat reliabilitas tinggi

0,90 < r11 ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan anates 4,0, diperoleh

koefisien reliabilitas sebesar 0,79. Dari Tabel 4.3 dapat diambil kesimpulan

bahwa soal tes kemampuan bernalar siswa memiliki derajat reliabilitas yang

tinggi.

c) Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang menyatakan derajat

kesukaran suatu butir soal (Suherman, 2003: 169). Suatu soal dikatakan

memiliki tingkat kesukaran yang baik bila soal tersebut tidak terlalu mudah dan

juga tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar.

(25)

32

memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat membuat siswa

menjadi putus asa dan enggan untuk memecahkannya (Suherman, 2003: 169).

Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran soal dalam bentuk

uraian (Suherman dan Kusumah, 1990: 194), yaitu:

IK=� +�

Hasil perhitungan taraf kesukaran, kemudian dipresentasikan dengan

kriteria seperti yang telah diungkapkan tercantum dalam Tabel 3.4 berikut

Tabel 3.4

Hasil pengolahan data dengan menggunakan Anates 4.0, diperoleh

indeks kesukaran tiap butir soal tes yang terangkum dalam Tabel 3.5 berikut ini

Tabel 3.5

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal Nomor

Soal Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi

(26)

33

d)Daya Pembeda

Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang

mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab

soal tersebut (menjawab salah). Galton (Suherman, 2003: 159) mengasumsikan

bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa

yang pandai, rata-rata, dan yang bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri

dari ketiga kelompok tersebut. Dengan perkataan lain, daya pembeda sebuah butir

soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan siswa yang pandai atau

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian

menurut Depdiknas (Suherman dan Kusumah, 1990: 200), yaitu

DP= � +�

Keterangan

Dp : Daya Pembeda

SA : Jumlah skor kelompok atas

SB : jumlah skor kelompok bawah

IA : jumlah skor ideal kelompok atas

Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan

kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman dan Kusumah (1990: 202),

yaitu:

Tabel 3.6

Kriteria Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ , Soal sangat jelek

0,00 < DP ≤ , Soal jelek

0,20 < DP ≤ ,4 Soal cukup

0,40 < DP ≤ ,7 Soal baik

(27)

34

Hasil pengolahan data dengan menggunakan Anates 4.0 diperoleh daya

pembeda tiap butir soal tes yang terangkum dalam Tabel 3.7 berikut ini

Tabel 3.7

Daya Pembeda Tiap Butir Soal Nomor

Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi

1 0,53 Baik

Angket adalah jenis evaluasi yang berisikan daftar pernyataan yang harus

diisi oleh siswa untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang

diterapkan. Angket yang digunakan adalah angket skala Likert dengan memilih

empat jawaban, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan

sangat tidak setuju (STS). Pernyataan pada angket terbagi menjadi dua

pernyataan, yaitu pernyataan positif dan negatif. Pernyataan ini dibuat

berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Aspek tersebut meliputi sikap siswa

terhadap pembelajaran matematika, sikap siswa terhadap pembelajaran

matematika dengan menggunakan model Project-Based Learning, sikap siswa

terhadap LKS dan permasalahan-permasalahan yang diberikan. Pengisisan

angket ini dilakukan pada akhir pembelajaran.

b) Lembar Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada saat

pembelajaran sedang berlangsung. Lembar observasi dalam penelitian ini

ditujukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang sedang

berlangsung serta mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi, yang pada

akhirnya akan dievaluasi dan direvisi untuk pembelajaran selanjutnya.

(28)

35

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan,

analisis data, dan pembuatan kesimpulan.

1)Tahap Persiapan

Tahap persiapan pada penelitian ini terdiri dari:

a. Menyusun proposal penelitian.

b. Mengadakan seminar proposal.

c. Membuat instrumen penelitian.

d. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian. Uji coba ini diberikan terhadap

subjek lain diluar subjek penelitian

f. Melakukan analisis atau kriteria instrumen

g. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan.

h. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk mengkonsultasikan waktu

dan teknis pelaksanaan penelitian.

2) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Melaksanakan pembelajaran dengan model Project-Based Learning pada

kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

c. Melaksanakan observasi kelas, baik terhadap guru maupun siswa

d. Memberikan angket pada siswa kelas eksperimen di pertemuan terakhir

untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan model Project-Based Learning.

e. Mengadakan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai

evaluasi hasil pembelajaran.

3) Tahap Analisis Data

Pada penelitian ini, tahap analisis data terdiri dari:

a. Mengumpulkan hasil data kuantitif dan kualitatif dari kelas eksperimen

(29)

36

b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dengan tujuan

untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

c. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan.

4) Tahap Pembuatan Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan

hipotesis yang telah dirumuskan kemudian diinterpretasikan dan dituliskan

pada laporan penelitian (skripsi).

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu

data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2010.

Adapun prosedur analisis tiap data adalah sebagai berikut:

1) Pengolahan Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data pretes dan postes.

Pengolahan data kuantitatif ini bertujuan untuk menjawab hipotesis yang

diajukan. Namun sebelum silakukan uji hipotesis, data yang telah terkumpul

diberikan skor terlebih dahulu.

Langkah-langkah selanjutnya dalam melakukan analisis data kuantitatif

adalah sebagai berikut:

a. Analisis data pretes kelas ekserimen dan kelas kontrol

1) Menganalisis data secara deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, dilakukan terlebih

dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi mean, deviasi

standar, dan median. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam

melakukan pengujian hipotesis

2) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data pretes

kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan

(30)

37

yang mengisyaratkan data harus berdistribusi normal. Apabila distribusi data

tidak normal, maka digunakan uji non-parametrik. Pengujian normalitas data

menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol karena masing-masing kelas memiliki data lebih dari 30

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian (Uyanto, 2009: 40)

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig < 0,05

ii) H1diterima, apabila nilai Sig ≥ 0,05

3) Uji homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan

dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan menggunakan uji

Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan

dengan pengujian non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi yang sama

H1: Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi berbeda

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig < 0,05

ii) H1 diterima, apabila nilai Sig ≥ 0,05

4. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata

skor pretes kedua kelas sama. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas

dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample t-Test

dengan asumsi kedua variansnya homogen

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: µ1 = µ2 (Kemampuan awal penalaran adaptif siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol adalah sama)

H1: µ1 ≠ µ2 (Kemampuan awal penalaran adaptif siswa kelas eksperimen dan

(31)

38

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig < 0,05

ii) H1diterima, apabila nilai Sig ≥ 0,05

Untuk data dengan asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka

pengujiannya menggunakan t, sedangkan uji data yang tidak memenuhi asumsi

normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji

non-parametrik dengan uji Mann-Whitney

b. Analisis data pencapaian kemampuan penalaran adaptif siswa

Data yang digunakan untuk mengetahui pencapaian kemampuan penalaran

adaptif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah data postes. Dalam

penelitian ini, untuk melihat pencapaian kemampuan penalaran adaptif kedua

kelompok tersebut menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menganalisis data secara deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes, dilakukan terlebih

dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meiluti mean, deviasi standar,

dan median. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan

pengujian hipotesis

2) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data postes

kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan uji

statistik Shapiro-Wilk

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian (Uyanto, 2009: 40)

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig < 0,05

(32)

39

3) Uji Homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan

dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan menggunakan uji

Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan

dengan pengujian non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi yang sama

H1: Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi berbeda

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig < 0,05

ii) H1diterima, apabila nilai Sig ≥ 0,05

4) Uji Perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata

skor postes kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol atau sebaliknya.

Untuk data yang memnuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka

menggunakan uji t yaitu Independent Sample t-Test dengan asumsi kedua

varians homogen, sedangkan untuk data yang memenuhi asumsi normalitas

tetapi tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan t’ yaitu Independent

Sample t-Test. Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan

homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik dengan uji

Mann-Whitney.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: µ1≤ µ2 (rata-rata skor postes kelas eksperimen tidak lebih tinggi daripada

kelas kontrol)

H1: µ1 > µ2 (rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas

kontrol)

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai ( Sig) < 0,05

(33)

40

c. Analisis data peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa

Data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran

adaptif adalah data N-gain. Gain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Gain = skor postes – skor pretes

Sedangkan N-gain dihitung menggunkan rumus sebagai berikut:

� − ���� =� � � −�−�

Dalam penelitian ini, untuk melihat peningkatan kemampuan penalaran

adaptif kedua kelompok tersebut menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for

windows dengan langkah-langkah sebagai berikut

1) Menganalisis data secara deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil N-gain, dilakukan

terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi mean,

deviasi standar, dan median. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam

melakukan pengujian hipotesis

2) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi skor N-gain

kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan uji

statistik Shapiro-Wilk

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian (Uyanto, 2009: 40)

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig < 0,05

ii) H1diterima, apabila nilai Sig ≥ 0,05

3) Uji Homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan

(34)

41

Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan

dengan pengujian non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi yang sama

H1: Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi berbeda

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig < 0,05

ii) H1diterima, apabila nilai Sig ≥ 0,05

4) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor

N-gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol atau sebaliknya.

Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka

menggunakan uji t yaitu Independent Sample t-Test dengan asumsi kedua

varians homogen, sedangkan untuk data yang memenuhi asumsi normalitas

tetapi tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan t’ yaitu Independent

Sample t-Test. Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan

homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik dengan uji

Mann-Whitney.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: µ1 ≤ µ2 (rata-rata skor N-gain kelas eksperimen tidak lebih tinggi daripada

kelas kontrol)

H1: µ1 > µ2 (rata-rata skor N-gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas

kontrol)

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai ( Sig) < 0,05

ii) H1 diterima, apabila nilai ( Sig) ≥ 0,05

d. Analisis data kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa.

Kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa diketahui melalui

perhitungan indeks gain. Menurut Hake (Suwarni, 2011), kualitas peningkatan

(35)

42

Data yang diperoleh melalui angket akan dianalisa dengan menggunakan

cara pemberian skor butir skala sikap model Likert. Perhitungan skor sikap

siswa dilakukan dengan memberikan skor pada setiap jawaban. Penskoran

yang digunakan menurut Suherman (2003) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa Jenis

Skor siswa dihitung dengan cara menjumlahkan bobot skor setiap

pernyataan dari alternatif jawaban yang dipilih. Kemudian data dipersentasikan

dengan menggunakan rumus perhitungan persentase (Rahayu, 2011: 37)

(36)

43

Persentase yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria (Rahayu, 2011:

38) sebagai berikut

Tabel 3.10

Interpretasi Jawaban Angket Siswa

Persentase Jawaban Interpretasi

0% < x Tak seorang pun

1% ≤ x < 25% Sebagian kecil

25% ≤ x < 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

50% ≤ x < 75% Sebagian besar

75% ≤ x 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Skala likert merupakan skala dalam bentuk ordinal. Karena skor yang

digunakan untuk operasi hitung adalah berupa skala interval, maka skala ini

harus dikonversikan terlebih dahulu dari skala ordinal ke skala interval dengan

bantuan program Model Succecive Interval (MSI).

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan perumusan

statistik deskriptifnya. Skor ideal adalah skor yang diterapkan dengan asumsi

bahwa setiap siswa memberi jawaban setiap pernyataan dengan skor sempurna.

Selanjutnya, uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah sikap positif

siswa signifikan atau tidak. Sikap siswa dikatakan positif jika rata-rata skor

sikap siswa lebih dari skor netral. Dalam hal ini skor netral adalah skor yang

ditetapkan sebagau skor tidak berpendapat, yaitu bernilai 2 atau 60% dari skor

ideal per-item pernyataan.

Adapun hipotesis uji sepihak yang diuji adalah

H0 : µ = 2

H1 : µ > 2

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai ( Sig) < 0,05

(37)

44

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas,

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0: Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian (Uyanto, 2009: 40)

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig < 0,05

ii) H1diterima, apabila nilai Sig ≥ 0,05

Setelah melakukan uji normalitas tidak perlu melakukan uji homogenitas.

Hal ini karena pada uji satu rata-rata tidak ada pembanding, berbeda dengan

uji dua rata-rata. Jika data berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan

dengan uji One Sample t Test, dan jika tidak berdistribusi normal dilakukan uji

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan software SPSS 16.0 for

windows.

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan

suasana pembelajaran matematika dengan menggunakan model Project-Based

Learning . Data yang diperoleh dari hasil observasi mengenai aktivitas guru

(38)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang

dilaksanakan mengenai penggunaan model Project-Based Learning terhadap

peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa SMP di SMP Negeri 1 Cimahi

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan model

Project-Based Learning peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya lebih

tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional

2. Kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan model Project-Based Learning berada

pada tingkat sedang.

3. Hampir seluruh siswa menunjukan sikap yang positif terhadap penerapan

pembelajaran matematika menggunakan model Project-Based Learning.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai model

Project-Based Learning, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Model Project-Based Learning disarankan menjadi salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatan kemampuan penalaran

(39)

69

2. Model Project-Based Learning disarankan menjadi salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatan sikap siswa dalam

mengikuti pembelajaran.

3. Manajemen waktu untuk menggunakan model Project-Based Learning

disarankan lebih efektif atau lebih diperhitungkan kembali.

4. Untuk penelitian selanjutnya mengenai penggunaan model Project-Based

learning disarankan dilakukan pada materi, indikator, dan kompetensi

(40)

70

DAFTAR PUSTAKA

Anita,T.(2007).Pembelajaran Matematika dengfan Metode Proyek Untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah.Skripsi

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPi Bandung: Tidak

diterbitkan.

Anggraini,Y. (2012).Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Tesis Sekolah

Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ardiansyah,H.(2011).Penerapan Pembelajaran Menggunakan Pemberian Tugas

Bentuk Superitem Pada Metode Diskusi Terhadap Peningkatan

Kemampuan Penalaran Adaptif Matematis Siswa SMA.Skripsi Jurusan

Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arifin,Z.(2011).Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru.Bandung:

PT Remaja Rosdakarya

Astuti,T.(2010).Perbandingan Metode Pembelajaran Konvensional dengan

metode Pembelajaran

Hyphnoteaching.[Online]:http//iyas-phunkalfreth.Blogspot

.com/2010/06/Perbandingan-metode-pembelajaran.html [15 Februari 2015].

Dahlia, D. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model

Treffinger Dalam Upaya Meningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif

Siswa SMA. Skripsi Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Darhim. (2004). Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Sikap

Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan. Hal 2-4

(41)

71

Firdaus, Wildaiman. (2009). Lima Mitos Sesat Seputar Matematika (Artikel).

[Online]. Tersedia: http://dayufunmath.wordpress.com/2012/01/12/

metode-ekspositori-dalam-pembelajaran-matematika. [15 Mei 2015]

Herawati. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematika Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan

Matematika Realistik dalam Kelompok Kecil. Tesis PPS UPI: Tidak

Diterbitkan.

Hudojo,H.(1990).Strategi Mengajar Belajar Matematika.Malang: IKIP Malang.

Jacob,C.(1998).Mengajar Pemecahan Masalah Dalam Matematika.

MakalahDisajikan Pada Seminar Nasional Upaya-Upaya Meningkatkan

Peran Pendidikan Dalam Menghadapi Era Globalisasi.

Kilpatrick,J.,Swafford,J.,dan Findell,B.(2001).Adding It Up: Helping Childern

Learn Mathematics.Washington DC; National Academy Pass.

Muliawati,L.(2010).Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa SMP Menggunakan

.Skrpsi Pembelajaran Dengan Model Project Based Learning.Skripsi

UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

NCES. (2004). Highlights From the Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) 2003. [Online] Tersedia:

http://nces.ed.gov/pubs2005/2005005.pdf [20 Mei 2015]

NCES. (2009). Highlights From TIMSS 2007: Mathematics and Science

Achievment of U.S Fourthand Eight-Grade Students in an International

Context. [Online] Tersedia: http://nces.ed.gov/pubs2009/2009001.pdf

[20Mei 2015]

NCES. (2011). Highlights From TIMSS 2011Mathematics and Science

Achievment of U.S Fourt-and Eight-Grade Students in an International

Context. [Online] Tersedia: http://nces.ed.gov/pubs2013/2013009.pdf

(42)

72

Nufus,H.(2012).Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open

Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa.Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Nurhasanah, Y. (2009). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Investivigasi

Kelompok terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik. Skripsi

Pendidikan Matematika UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

Pangastuti,S.(2009).Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Kemandirian

Belajar Siswa.Skripsi.UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Permendiknas. (2006). Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta

BSNP

Priatna,N.(2003).Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematis Siswa

Kelas 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota

Bandung.Disertasi Pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Purnawan,Y.(2007).Pengenalan Pembelajaran Berbasis Proyek.[Online]

Tersedia:

http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/pengenalanpbl/.[21Feb

ruari 2015].

Rahayu,G.(2011).Penerapan PBL (Project Based Learning) dengan multimedia

Berbasis CAI (Computer Asisted Instruction) TIpe Tutorial Untuk

Meningkatkan Kognitif Siswa Kejuman.Skripsi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Rahmawati, A. (2009). Meningkatan Kemampuan penalaran Adaptif Siswa

Sekolah Menengah Atas melalui Pemodelan Berbasis Realistic

Mathematics Education (RME). Skripsi Pendidikan Matematika UPI.

(43)

73

Ruseffendi,E.T.(2005).Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bisang

Non-Eksaka Lainnya.Bandung: Tarsito.

Sugianti,J.(2009).Pengaruh Model Brain Based Learning Terhadap Kemampuan

Penalaran Adaptif Siswa.Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika

FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiono.(2011).Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Suharsih,R.(2010).Pembelajaran Matematika Melalui Model Generatif Untuk

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA.Skripsi

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Suherman,E.dkk.(2003).Evaluasi Pembelajaran Matematika.Bandung: FPMIPA

UPI.

Suwarni.(2011).Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi

Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran

Matematika Berbantuan Wingeom.Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Umam,A.H.(2007).Makalah Penalaran Deduksi-Induksi.[Online].Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/8292684/Penalaran-Deduksi-Induksi.[9

Februari 2015 ]

Uyanto,S.(2009).Pedoman Analisis Data dengan SPSS.Yogyakarta: Graha Ilmu

Wayan,S.(2006).Pembelajaran Inivatif: Model Kolaboratif, Berbasis Proyek dan

Orientasi.[Online].Tersedia:

http://www.freewebs.com/santyasa/PDF_File/COLLABORATIVE-MODEL-Project-Based-dan-Orientasi.pdf. [7 Februari 2015]

Gambar

Tabel 3.2 Validitas Tiap Butir Soal
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda
Tabel 3.7 Daya Pembeda Tiap Butir Soal
+3

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka penyediaan, pencairan, penyaluran, dan pertanggungjawaban dana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 pada Otoritas Jasa Keuangan, sesuai

Asal benih : Benih berasal dari daerah persawahan kampung susuk, pasar II, tanjung sari, Medan, Sumatera Utara.. linearis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan populasi hama pada buah warna merah memiliki hubungan yang signifikan terhadap persentase kehilangan hasil pada buah warna merah,

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian ini yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

Mahasiswa program studi Oseanografi Fakultas Ilmu dan Tekonologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) menanam pohon mangrove di Pantai Kesenden, Minggu (21/11).. Kegiatan

PENGARUH PEND IDIKAN D AN PELATIHAN , PENGALAMAN KERJA SERTA MOTIVASI TERHAD AP PROD UKTIVITAS TENAGA KERJA (SURVEY PAD A HOME IND USTRI D ESA SOREANG KABUPATEN BAND

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perlakuan tempe tape dengan yoghurt dan perlakuan mol buah dengan sayur adalah aktifator yang paling vepat mendekomposisikan eceng

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PENGARUH PENDEKATAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMP ” merupakan karya saya