• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Bojongsari 01 Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Bojongsari 01 Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Konsep Kenampakan Alam di Lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi serta Hubungannya dengan Keragaman Sosial dan

Budaya di Kelas IV SDN Bojongsari 01 Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Dasar

oleh

RIPAI NIM. 0809815

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS

DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Konsep Kenampakan Alam di Lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi serta Hubungannya dengan Keragaman Sosial dan

Budaya di Kelas IV SDN Bojongsari 01 Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh: Ripai NIM. 0809815

Disetujui dan disyahkan untuk Mengikuti Ujian Sidang Skripsi oleh: Pembimbing I

Dra. Srie Mulyani, M.Pd. NIP. 19590704 198609 2 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Entin Kartini, M.Pd. NIP. 195006271975032001

Mengetahui

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR 1

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Bojongsari 01 Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh: Ripai

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi, yaitu dari 20 siswa hanya ada 7 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi, hasil belajar siswa yang rendah ini harus segera diberikan tindakan perbaikan, agar tidak berpengaruh pada kemampuan siswa dalam mempelajari materi-materi berikutnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pembelajaran yang sesuai yaitu pembelajaran berbasis masalah karena merupakan suatu strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah/kasus riil di kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, sedangkan peran guru hanya sebatas menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan siswa terhadap masalah yang diberikan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut. Penelitian yang dilakukan meliputi perencanaan penelitian, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan refleksi pelaksanaan penelitian. Instrument penelitian yang digunakan adalah: 1) lembar tes (pre tes, post test dan LKS), 2) Lembar Observsi, dan 3) RPP.

Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dibuktikan sebagai berikut: pada ulangan nilai rata-rata siswa adalah 59. Pada siklus I, walaupun nilai rata-rata telah di atas KKM, namun nilai ketuntasan siswa masih di bawah batas ketentuan ketentusan siswa sebesar 80% yaitu dengan rincian siswa yang tuntas sebanyak 13 orang atau sebesar 65%. Oleh karena itu, penelitian dianggap belum berhasil dan perlu diperbaiki pada siklus II. Nilai rata-rata siswa pada siklus II telah melampaui KKM yang ditetapkan. Jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM pun meningkat

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukan telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang menjadi objek penelitian.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting untuk mendukung kelangsungan hidup manusia, pendidikan dapat berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial. Namun yang paling dasar atau menjadi pondasi utama adalah pendidikan yang berasal dari lingkungan keluarga, karena setiap individu hidup berdampingan/tinggal dengan keluarga maka akan lebih baik jika dalam lingkungan keluarga tersebut seseorang dididik atau diajarkan pendidikan berupa agama, sikap/kesopanan, dan lain-lain. Kemudian dari pendidikan dasar di keluarga, seorang individu akan mengaplikasikannya di lingkungan sekolah dan lingkungan sosial. Apabila pendidikan dasar di lingkungan keluarga tidak berjalan dengan baik maka cenderung individu tersebut akan kurang baik pula di lingkungan sekolah dan di lingkungan sosialnya.

Pendidikan memiliki arti sebagai perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik, yaitu yang pada awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Pengertian tersebut selaras dengan yang dirumuskan dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2010:3) yakni bahwa,

(5)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Di sisi lain berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Mudyahardjo (Sagala, 2010:3) bahwa pendidikan itu merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Jadi apabila pendidikan yang diperoleh selain di sekolah itu disebut sebagai pendidikan informal, karena tidak terkait dengan lembaga-lembaga yang memiliki aturan-aturan tertentu dalam pelaksanaannya di lapangan.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu sebagai suatu proses dalam pengubahan perilaku anak didik agar menjadi seorang manusia dewasa yang kelak dapat hidup mandiri sebagai bagian masyarakat di lingkungan tempat ia tinggal/berada. Pendidikan itu tak hanya mengembangkan aspek intelektualitas saja, namun lebih diprioritaskan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara keseluruhan yang menjadikan anak tersebut menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang menjadi kewajibannya.

(6)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Beliau berpendapat bahwa dalam IPS itu berisi kajian peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu atu masalah sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS tersebut, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Realita yang kini dapat kita lihat yaitu bahwa IPS sebagai salah satu bidang studi yang dirasakan kurang menarik bagi siswa karena isinya yang mengungkapkan banyak teori sosial dan sejarah berupa hafalan sehingga siswa tidak dapat mengerti materi ditambah dengan pembelajaran yang sering dilakukan dikelas masih berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya diam (pasif) dan menerima apapun yang dijelaskan oleh guru.

(7)

yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dialaminya. Untuk hal ini bisa didapatkan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).

Data awal diperoleh berdasarkan hasil tes harian di kelas IV SDN Bojongsari 01 pada pembelajaran bidang studi IPS materi kenampakan alam, sosial dan budaya adalah sebagai berikut:

a. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi, yaitu dari 20 siswa hanya ada 7 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi, hasil belajar siswa yang rendah ini harus segera diberikan tindakan perbaikan, agar tidak berpengaruh pada kemampuan siswa dalam mempelajari materi-materi berikutnya.

b. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Permasalahan ini jelas akan mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, karena tidak memperhatikan pembelajaran yang yang berlangsung

c. Siswa tidak mampu mengikuti petunjuk yang diberikan guru. Hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru. d. Media pembelajaran yang digunakan kurang sesuai, media pembelajaran yang

tidak sesuai dapat menjadikan pemahaman siswa terhadap materi menjadi kabur sehingga tidak memahami materi yang dipelajari.

(8)

pembelajaran dengan menggunakan masalah/kasus riil di kehidupan sehari-hari sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis danketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dankonsep yang esensial dari materi pelajaran.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Standar Isi 2006 siswa dididik agar dapat kreatif dan mampu mengembangakan kemampuan berfikir kritis dalam menghadapi pelajaran juga dalam menghadapi masalah-masalah yang sedang terjadi saatini. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pembelajaran karenasiswa didorong untuk mencari dan menemukan pengetahuan baru yangmelibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran (student oriented) dan guru sebagai fasilitator.

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan suatu perbaikan pembelajaran yang mengacu pada peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di sekolah dasar oleh karena itu penulis mengungkapkan judul penelitian yaitu: “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar” (Penelitian Tindakan

Kelas pada Konsep Kenampakan Alam di Lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi serta Hubungannya dengan Keragaman Sosial dan Budaya di Kelas IV SDN Bojongsari Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013)“

(9)

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah : “Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01?”. Secara rinci dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01 pada pembelajaran IPS sebelum menerapkan model pembelajaran berbasis masalah?

2. Bagaimana aktifitas belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01 pada pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah? 3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01 pada

pembelajaran IPS setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui: “model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01”. Secara khusus tujuan penelitian

tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01 pada pembelajaran IPS sebelum menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

(10)

3. Hasil belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01 pada pembelajaran IPS setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, diantaranya:

1. Manfaat penelitian bagi siswa :

a. Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa;

b. Diharapkan dapat meningkatkan keterkaitan siswa dalam pembelajaran dikelas.

c. Diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga mengurangi kebosanan dalam belajar.

2. Manfaat penelitian bagi guru sebagai peneliti adalah :

a. Diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya;

b. Diharapkan dapat menjadi umpan balik dalam menyelesaikan masalah pembelajaran.

c. Diharapkan dapat membantu memotivasi guru untuk inovatif dalam pembelajaran;

3. Manfaat penelitian bagi sekolah:

a. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan sebagai pelaksana pembelajaran;

(11)

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang “Penggunaan metode pemecahan

masalah dalam meningkatkan hasil belajar IPS di SD”. Peneliti dalam penelitian metode ini bukan sekedar memecahkan masalah pembelajaran yang ada di kelas, tetapi juga berupaya meningkatkan profesionalisme guru melalui kegiatan inovasi yang berlandaskan pada efektif kolaboratif dan upaya-upaya alternatif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan kinerja guru serta iklim kelas.

Kasbolah (1998/1999: 22) menggunakan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas, yaitu antara lain sebagai berikut:

a. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan oleh guru sendiri sebagai pengelola program di kelas. Guru merupakan sosok yang benar-benar mengenal lapangan tempat dia mengajar. Oleh karena itu, guru kelas inilah yang mengetahui dan mengenal situasi kelasnya termasuk masalah yang ada di dalamnya ketika melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru juga melakukan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan.

b. Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan praktek faktual. Permasalahan faktual adalah yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Permasalahan yang diangkat bukan permasalahan yang diberikan orang lain.

(12)

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guru ditantang untuk memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaran yang baru. Pelaksanaaan program-program baru oleh guru dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dapat dipandang sebagai bentuk pendidikan bagi guru oleh karena itu keterlibatan guru dalam Penelitian Tindakan Kelas akan secara tidak langsung dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pemahaman tentang penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama Pendahuluan, dalam bab ini penulis akan mengulas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab Kedua Kajian Teori, meliputi: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran IPS, dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Konteks Pembelajaran IPS.

Bab III Metodologi berisikan 1) jenis penelitian, 2) data penelitian, 3) instrumen penelitian, 4) pengolahan dan analisis data, 5) lokasi dan subjek penelitian.

(13)
(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Bojongsari 01 beralamat di Desa Bojongsari Kecamatan Kedungwaringin Kabupaten Bekasi. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Bojongsari 01 Kecamatan Kedungwaringin Kabupaten Bekasi tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 orang siswa dengan rincian 7 orang siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

B. Desain penelitian

(15)

Berdasarkan metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, bahwa metode ini terdiri dari 4 tahapan proses (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi) dengan beberapa siklus/ alur yang saling berkaitan secara berkesinambungan. Penjelasan lengkap mengenai prosedur setiap siklusnya adalah sebagai berikut:

a. Siklus I

(16)

Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

1) Perencanaan

a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). c) Membuat lembar Pre-Test

d) Membuat lembar kerja siswa.

e) Membuat lembar evaluasi pembelajaran.

f) Membuat instrument non tes, berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan lembar observasi pemahaman siswa.

2) Pelaksanaan

a) Guru mengkondisikan kelas ke dalam situasi belajar yang kondusif (merapikan siswa dan berdoa, mengabsen/mengisi daftar kelas).

b) Guru memberikan soal pre test kepada siswa.

c) Guru menginformasikan tema materi yang akan dibahas serta tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.

d) Guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai masalah sosial.

(17)

f) Guru memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pembelajaran berbasis masalah.

g) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa dan memberikan pengarahan mengenai cara pengerjaan LKS harus dikerjakan bersama kelompoknya dengan cara memecahkan masalah untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

h) Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai pada saat masing-masing kelompok sedang mencari cara untuk memecahkan masalah yang terdapat pada LKS.

i) Guru membantu mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa yang terdapat pada LKS.

j) Setelah selesai mengerjakan LKS secara berkelompok, LKS tersebut dikumpulkan dan masing-masing kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

k) Guru bersama siswa membahas hasil presentasi yang sudah dilakukan siswa dengan cara menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang sudah dilalui oleh siswa pada saat mengerjakan LKS.

l) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap penyelidikan yang sudah dilakukan oleh siswa.

m) Pemberian tugas individu (post test).

(18)

o) Guru memberikan penguatan materi berdasarkan konsep yang benar. p) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah

dipelajari. 3) Observasi

Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat.

4) Refleksi

Setelah pengamatan selesai dilakukan, kemudian peneliti bersama teman sejawat melakukan kegiatan refleksi pada akhir setiap tindakan. Pada kegiatan refleksi, peneliti dan observer mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan berupa hasil LKS, post tes, dan lembar observasi. Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa yang telah dicapai dalam pembelajaran siklus ke-I sebagai masukan untuk pelaksanaan tindakan siklus II.

b. Siklus II

Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

1) Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

2) Pelaksanaan

(19)

3) Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran berbasis masalah dan pengamatan terhadap pemahaman siswa.

4) Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang “Penggunaan metode pemecahan

masalah dalam meningkatkan hasil belajar IPS di SD”. Peneliti dalam penelitian metode ini bukan sekedar memecahkan masalah pembelajaran yang ada di kelas, tetapi juga berupaya meningkatkan profesionalisme guru melalui kegiatan inovasi yang berlandaskan pada efektif kolaboratif dan upaya-upaya alternatif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan kinerja guru serta iklim kelas.

(20)

a. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan oleh guru sendiri sebagai pengelola program di kelas. Guru merupakan sosok yang benar-benar mengenal lapangan tempat dia mengajar. Oleh karena itu, guru kelas inilah yang mengetahui dan mengenal situasi kelasnya termasuk masalah yang ada di dalamnya ketika melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru juga melakukan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan.

b. Penelitian Tindakan Kelas berangkat dari permasalahan praktek faktual. Permasalahan faktual adalah yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Permasalahan yang diangkat bukan permasalahan yang diberikan orang lain.

c. Adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses KBM di kelas yang bersangkutan. Tindakan tersebut diambil dalam rangka melakukan perubahan menuju perbaikan.

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guru ditantang untuk memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaran yang baru. Pelaksanaaan program-program baru oleh guru dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dapat dipandang sebagai bentuk pendidikan bagi guru oleh karena itu keterlibatan guru dalam Penelitian Tindakan Kelas akan secara tidak langsung dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran.

D. Definisi Operasional

(21)

fasilitator, mediator dan evaluator. Sedangkan yang berperan penting adalah peserta didik.

2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Beliau berpendapat bahwa dalam IPS itu berisi kajian peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu atu masalah sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS tersebut, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

E. Instrumen Penelitian

Berdasarkan pada pengertian yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:203) dapat dijelaskan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik atau memiliki arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih memudahkan peneliti ketika akan melakukan pengolahan data.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen-instrumen sebagai berikut :

(22)

Lembar tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki oleh individu berupa pertanyaan atau latihan. Lembar tes ini dilaksanakan setelah pembelajaran selesai.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar ini dikerjakan secara berkelompok, siswa mendiskusikan pertanyaan dan mencoba memecahkan masalah bersama bertukar pendapat/memberikan masukan bagi kelompok untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan siswa dalam berpikir kritis, bekerja sama, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

c. Lembar Non Tes

1) Lembar observasi (pengamatan)

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan bagi siswa berupa pengamatan terhadap pemahaman siswa oleh guru sebagai peneliti, sedangkan pengamatan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah yang diamati oleh observer yakni: guru kelas IV (peneliti) oleh rekan sejawat mengenai cara mengajar/kegiatan guru selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disusun oleh guru/peneliti, lembar tersebut berisi tentang urutan kegiatan siswa dan guru yang dilakukan ketika pembelajaran.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(23)

tujuan pembelajaran, materi, metode, skenario, media dan sumber, teknik penilaian berupa LKS dan lembar evaluasi yang diberikan ketika skenario pembelajaran berlangsung, penskoran nilai hasil kerja dan evaluasi siswa.

F. Analisis Data

Analisis data ini ditulis berdasarkan pedoman observasi, LKS, dan tes. Analisis data ini dilakukan dari awal sampai akhir pelaksanaan dari setiap siklus. Data tentang peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran PBL pada pembelajaran IPS tentang masalah sosial. Data diolah dan disajikan secara kualitatif deskriptif dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pengolahan hasil tes

Data mentah yang diperoleh dari hasil tes, kemudian diolah melalui cara penskoran, menilai setiap siswa, menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai presentasi kelompok dalam memahami pembelajaran IPS. Untuk menghitung rata-rata nilai siswa rumus yang digunakan sebagai berikut:

Rumus menghitung rata-rata nilai siswa (Sudjana: 2009)

Keterangan: � = Rata-rata hitung

(24)

2. Pengolahan data hasil observasi

Hasil observasi terhadap pemahaman siswa dan pelaksanaan pembelajaran dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif yaitu digambarkan dengan kata-kata atau kalimat. Berupa paparan dan penjelasan dengan kalimat yang menggambarkan mengenai hasil observasi di kelas terhadap peningkatan pemahaman siswa dan peningkatan pembelajaran pada setip siklus.

Untuk mengolah hasil observasi pemahaman siswa dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan skala nilai 1-4 (Sudjana: 2009)

Keterangan:

4 = Sangat Baik (SB) 3 = Baik (B)

2 = Cukup (C) 1 = Kurang (K)

Rata-rata skala 1-4 yaitu: 3.01 – 4.00 Sangat Baik (SB) 2.01 – 3.00 Baik (B)

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian tindakan kelas di dapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01 pada pembelajaran IPS sebelum menerapkan model pembelajaran berbasis masalah masih rendah. Dari 20 siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan hanya sebanyak 7 orang siswa (35%). hasil belajar siswa yang rendah ini harus segera diberikan tindakan perbaikan, agar tidak berpengaruh pada kemampuan siswa dalam mempelajari materi-materi berikutnya.

2. Aktifitas belajar siswa kelas IV SDN Bojongsari 01 pada pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah.

(26)

Kegiatan pembelajaran pada siklus II berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam RPP. Seperti pada pelaksanaan siklus I, pada siklus II ini hampir semua siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias, baik pada pertemuan pertama maupun pada pertemuan kedua. Siswa lebih berani bertanya dan mengungkapkan pendapat dalam diskusi sehingga siswa lebih terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPS kelas IV SD bab kenampakan alam dan kehidupan sosial sangat signifikan. Hal ini terbukti pada hasil post-test, baik pada siklus I maupun pada siklus II. Pada siklus I, presentase siswa yang berhasil mencapai KKM adalah 65% dengan nilai rata-rata 70,5. Sedangkan pada siklus II, presentase siswa yang mencapai KKM adalah 90% dengan nilai rata-rata 77,75.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, meskipun peneliti merasakan ada beberapa kekurangan pada Penelitian Tindakan Kelas ini namun dengan segala kerendahan hati, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran sebagai bahan masukan dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait setelah melaksankan penelitian ini antara lain :

1. Saran bagi siswa:

(27)

b. Siswa diharapkan dapat meningkatkan keterkaitan dalam pembelajaran dikelas seperti bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

c. Siswa diharapkan dapat memotivasi siswa lain dalam pembelajaran sehingga mengurangi kebosanan dalam belajar dan dapat bertukar ilmu. 2. Saran bagi guru sebagai tenaga pendidik :

a. Guru diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya; b. Guru diharapkan dapat menjadi mediator umpan balik dalam

menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas.

c. Guru diharapkan dapat membantu memotivasi guru lain untuk inovatif dalam melaksanakan pembelajaran dikelas agar siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang monoton;

3. Saran bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan:

a. Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan sebagai pelaksana pembelajaran;

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Amir (2010). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Bases Learning : Bagaimana

Pendidik memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Arikunto (2010:203). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1994/1995), Metodik Khusus Ilmu

Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, Jakarta, Dirjen Dikdas, Depdikbud.

Depdiknas. (2006), Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006, Jakarta, Depdiknas

……….(2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional Republik Indonesia.

multiple intelligences classroom. Arlington Heights, Illionis: Sky Light.

Djahiri, A.K., (1978/1979), Pengajaran Studi Sosial/IPS, Bandung, LPPP-IPS; FKIS-IKIP Bandung.

Hopkins, David, (1983). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.

Ischak SU, dkk. (1997), Buku Materi Pokok Pendidikan IPS di SD, Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara D-II, Jakarta, Depdikbud.

Jauhar, Mohammad. (2011). Implementasi Paikem dari Behavioristik Sampai

(29)

Kasbolah, K (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Depdiknas. Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Suharkat, (2011). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap Peningkatan Berpikir Kritis dan Motivasi Instrinsik Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa SDN Kiansantang Kelas V dengan Subbidang Studi Ekonomi dan Sejarah Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis. Jurusan Pendidikan Dasar.

Universitas Pendidikan Indonesia. (Tidak diterbitkan).

Suhartono, Fitriyanti, Prijatna, (2007). Mengakrabkan Anak Bermain dan Belajar

Konsep Dasar Geografi.

Sumaatmadja, N., (1999), Pengajaran IPS di SD, Bandung, IKIP Bandung.

Wiyono, (1995). Hakekat Karakteristik Bidang Studi IPS, Bahan Pelatihan

Metodologi Bidang Studi, Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru,

(30)

(Hafina, 2007 : 176). Wesley (1952: 96) Banks (1990: 3)

holistik (Eded Tarmedi, 2007) Depdikbud,1994/1995: 1-4).

(Wiyono, 1995: 5) Fraenkel (1980: 137) a

Fitriyanti dan Prijatna (2007: 3) mengungkapkan Depdiknas (2006: 575)

Gambar

Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral

Referensi

Dokumen terkait

Koordinasi di bidang Statistik dilaksanakan antara Pemerintah Kota Semarang dengan Badan Pusat Statistik (BPS), sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997

Berdasarkan dari pembahasan bab sebelumnnya, tentang Analisa Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Hotel Sahid Jaya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Dari suatu barisan aritmatika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144.. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut

Adanya perubahan hormonal pada obesitas akan menyebabkan perubahan profil lipid, sehingga terjadinya perubahan distribusi lemak dan profil serum hormonal yang.

[r]

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru, menyatakan bahwa sikap para Guru yang sering membolos adalah jarak rumah yang terlalu jauh, medan yang sangat berat,

Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak

adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku