• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING KELOMPOK PEMBELAJARAN SWADAYA MASYARAKAT (KPSM) : Studi Kasus Di Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING KELOMPOK PEMBELAJARAN SWADAYA MASYARAKAT (KPSM) : Studi Kasus Di Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING KELOMPOK

PEMBELAJARAN SWADAYA MASYARAKAT (KPSM)

(Studi Kasus Di Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Untuk Memenuhi

Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan

*liJLii>/

jTT*v

Oleh: SAMSUDDEV

N1M 989521

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini soya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul

"Pengembangan Kurikulum Pelatihan Pendamping Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM) (Studi Di Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional) " ini beserta seluruh isinyanya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak meiakukan penjiplakan ataupengutipan dengan cara-carayang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Alas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya

apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran alas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2000

YangMembuat Pernyataan,

(3)

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

PEMBIMBING I

PROF. DR. H. ISHAK ABDULHAK

PEMBIMBING II

flc, Llt

/
(4)

Allah melahirkan kamu dari rahim ibumu tanpa mengetahui apapun, dan dia memberikan

kepadamu pendengaran, penglihatan dan hati nurani supaya kamu bersyukur.

(Q.S. XVI: 78)

Kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku yang penuh bijaksana dan penuh do 'a; Kedua mertuaku (almarhum dan

almarhumah);

Guru-guruku yang memberikan pendidikan yang penuh arti;

Istriku yang penuh pengertian dan cinta kasih;

(5)

ABSTRAK

Permasalahan utama penelitian ini adalah: bagaimana proses pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan Direktorat Tenaga Teknis

Ditjen Diklusepora. Dipilihanya fokus penelitian ini disebabkan karena kurikulum

merupakan unsur yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pelatihan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM dan diharapkan bermanfaat sebagai unpan balik dan bahan pengkajian lebih lanjut dan mendalam mengenai pengembangan kurikulum pelatihan.

Kajian pustaka yang mendukung penelitian ini meliputi: (1) konsep yang berkaitan dengan kurikulum dari: Blank, 1982; Wentling, 1992, Mulyani Sumantri,

1988; Sukmadinata, 1999; Hamid Hasan, 1988; Achasius Kaber, 1988, Hamalik, 1993; (2) konsep pelatihan dari Laird, 1985; Mayo dan DuBois, 1987; dan Simamora, 1999; (3) Konsep KPSM dari LSM Bina Swadaya, 1999; dan Dektentis, 2000.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dan peneliti sebagai instrumen utama. Tahapan penelitian: pra lapangan, pekerjaan lapangan,

pengolahan dan analisis data, dan penyusunan laporan.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa pengembangan kurikulum pelatihan pendimping KPSM dilatari oleh adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan

profesional bagi para pendamping KPSM, dengan mempertimbangan visi dan misi pendidikan, tugas dan fungsi Direktorat, sumber daya yang ada, kondisi-kondisi

KPSM di lapangan, dan karakterstik peserta (para pendamping). Pelaksanaannya

dilakukan oleh suatu tim khusus yang direkrut dari jajaran Direktorat serta melibatkan

para ahli dari perguruan tinggi dan LSM. Dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan kompetensi dengan langkah-langkah: menentukan kebutuhan pelatihan,

merumuskan tujuan, mengembangkan isi/materi, strategi, prosedur evaluasi,

selanjutnya melakukan evaluasi dan revisi desain kurikulum. Dalam deskripsi

kurikulum tidak terdapat pengelompokkan mata pelajaran/pokok bahasan.

Dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum pelatihan pendamping

KPSM dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendamping yang memiliki

kemampuan dan kecakapan, dengan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten baik

dari dalam maupun dari luar Direktorat. Proses pengembangannya mendekati prosedur yang dikembangkan oleh Wentling, Blank dan Hamalik, yang dapat atas tiga tahap, yaitu persiapan, pengembangan unsur-unsur kurikulum, evaluasi dan revisi desain. Bila dibandingkan dengan beban tugas dan fungsi pendamping nampaknya isi atau materi kurikulum belum dapat memenuhi tuntutan tugas pendamping.

Rekomendasi : (1) agar pada struktur organisasi Subdit Penyusunan Sistem dan Metode terdapat seksi yang secara khusus menangani masalah kurikulum; (2) agar kurikulum dalam bentuk rencana dapat teraktualisasi, maka instruktur harus mempunyai tanggung jawab moril untuk menyusun rencana pembelajaran; (3) untuk melengkapi kemampuan profesional lulusan, sebaiknya kurikulum program studi PLS/Konsentrasi Pelatihan memuat mata kuliah berhubungan dengan pengembangan kurikulum pelatihan; (4) perlunya penelitian lanjutan tentang: (a) perilaku instruktur dalam upaya mengembangkan keterampilan intelektual peserta pelatihan pendamping

KPSM; (b) efektivitas dan efisiensi implementasi kurikulum pelatihan pendamping

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN

•••

MOTTO

ABSTRAK

1V

KATA PENGANTAR

'.

^

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN

ix

DAFTAR ISI •••

DAFTAR TABEL

J

DAFTAR GAMBAR

{

DAFTAR LAMPIRAN

xvji

BAB I. PENDAHULUAN

]

A. Latar Belakang i

B. Identifikasi Masalah

4

C. Perumusan Masalah ^

D. Definis Operasional

7

E. Tujuan Penelitian

g

F. Kegunaan Penelitian o

G. Kerangka Pemikiran ,n

BAB II. LANDASAN TEORITIS

n

A. Konsep Konsep Pengembangan Kurikulum

] I

1. Pengertian Kurikulum

H

2. Kedudukan dan Fungsi Kurikulum Dalam Pelatihan

15

3. Komponen-Komponen Kurikulum

20

4. Prosedur Pengembangan Kurikulum

35

5. Landasan Pengembangan Kurikulum

4]

6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

51

7. Orientasi dan Pendekatan

Dalam Pengembangan Kurikulum 52

8. Model-Model Pengembangan Kurikulum

55

B. Konsep Pelatihan 5-7

C. Konsep Pendamping KPSM

72

1. Pengertian danTujuan KPSM 72

2. Karakteristik KPSM 74

3. Pnnsip-PnnsipKPSM... 76

4. Komponen-Komponen Pokok KPSM 77

5. Pendamping Dalam KPSM 79

BAB. III. METODOLOG1 PENELTIAN

83

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 33

B. Lokasi Peneltian g4

C. Subyek Penelitian

35

D. Teknik Pengumpulan Data g7

E. Pelaksanaan Penelitian 9q

(7)

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 98

A. Deskripsi Hasil Penelitian 98

1. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian 98 2. Latar Belakang dan FaktorPertimbangan Dalam

Pengembangan Kurikulum Pelatihan Pendamping KPSM 103

3. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Pengembangan

Kurikulum Pelatihan Pendamping KPSM 105 4. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan Kurikulum

Pelatihan Pendamping KPSM 106

5. Deskripsi dan Struktur Kurikulum Pelatihan

Pendamping KPSM 126

B. Pembahasan Hasil Penelitian 130

C. Temuan Penelitian 157

D. Keterbatasan Penelitian ] 60

BAB.V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 161

A. Kesimpulan 161

B. Implikasi Hasil Penelitian 163

B. Rekomendasi 164

DAFTAR PUSTAKA 167

LAMP1RAN-LAMPIRAN:

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 4.1. Komposisi Pegawai Subdit Penyusunan

Sistem dan Metode Menurut Jenis kelamin

dan Tingkat Pendidikan 102

[image:8.595.153.445.281.564.2]

Tabel 4.2. Daftar Item Tugas Pendamping KPSM 110 Tabel 4.3. Deskripsi kompetensi Pendamping KPM

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian 10 Gambar 2.1. Kedudukan Kurikulum Dalam Komponen

Pelatihan 17

Gambar 2.2. Hirarki Tujuan Pendidikan dan Pelatihan... 23 Gambar 2.3. Fase-Fase Pengembangan materi

Pelatihan 28

Gambar 2.4. Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum Pelatihan Menurut T.L. Wentling 37 Gambar 2.5. Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum

Pelatihan Menurut William E. Blank 38

Gambar 2.6. Komponen-Komponen Dalam KPSM 77 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Direktorat Tenaga

Teknis Ditjen Diklusepora 100

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Kisi-kisi instrumen penelitian 171

Lampiran 2 Instrumen penelitian 173

Lampiran 3 Kutipan Surat Keputusan Direktur PPS UPI tentang Pengangkatan Pembimbing

Penulisan Tesis Program Magister (S2)... 175 Lampiran 4 Pennohonan Izin Mengadakan Studi

Lapangan/penelitian 177

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian 178

Lampiran 6 Riwayathidup 179

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. La tar Belakang Masalah

Masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini telah memasuki alam milenium

ketiga (abad 21) bertepatan dengan era globalisasi yang penuh dengan berbagai

macam tantangan, menuntut manusia Indonesia yang berkualitas tinggi.

Sementara itu krisis ekonomi (moneter) yang berkepanjangan terus dihadapi

bangsa Indonesia dewasa ini lebih mempertegas lagi perlunya pengembangan

sumber daya manusia Indonesia yang tangguh, berwawasan keunggulan dan

terampil sesuai dengan tuntutan perubahan. Sumber daya manusia yang

berkualitas tersebut yang dikehendaki dalam era reformasi masyarakat dan bangsa

Indonesia serta masyarakat kompetitif abad 21 merupakan produk dari sistem

pembangunan pendidikan nasional yang mantap dan tangguh, termasuk sistem pelatihan. Secara konsepsional dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan,

khususnya kegiatan pelatihan memberikan konlribusi yang sangat besar dalam

pengembangan sumberdaya manusia.

Budiono dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II (1992) di

Medan, mengatakan bahwa dalam periode tinggal landas diperiukan adanya

pendidikan dan latihan yang berpusat pada tiga pennasalahan utama yakni:

Pertama, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi mereka yang

sudah meninggalkan lembaga pendidikan sehingga dapat memasuki

lapangan kerja. Kedua, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi mereka yang tertinggal oleh kemajuan Iptek, bagi tenaga kerja yang sudah bekerja. Ketiga menyiapkan generasi yang akan datang agar mampu

(12)

Di Indonesia, sistem pendidikan termasuk pelatihan menghadapi empat isu

utama, yakni berkaitan dengan aspek relevansi, kualitas, pemerataan, dan

efisiensi. Oleh karena itu maka setiap lembaga pendidikan maupun pelatihan

hendaknya memperhatikan ketiga permasalahan dan keempat isu umum

pendidikan dan pelatihan.

Dewasa ini program pelatihan telah dijadikan sebagai salah satu strategi

dan sarana pendukung dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional.

Berbagai perangkat perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengenai

program pelatihan telah muncul ke pennukaan. Lahirnya UU Nomor 2 Tahun

1989, khususnya Bab 1 pasal 1, menjelaskan bahwa pelatihan merupakan bahagaian dari aktivitas pendidikan nasional untuk mempersiapkan warga negara

bagi peranannya dimasa yang akan datang. Khusus bagi pelatihan

ketenagakerjaan, yakni latihan kerja diatur dalam PP 71 Tahun 1991.

(13)

Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora, misalnya dalam tahun

anggaran 1999/2000 telah mengembangkaan suatu program yang berorientasi

pada pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kelompok belajar yang

dikenal dengan istilah "Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat" disingkat

KPSM. Kelompok ini merupakan wadah kegiatan bagi masyarakat dalam rangka

pemhelajaran untuk meningkatkan kesejahteraan secara mandiri. Agar KPSM

dapat berjalan dan mencapai tujuan sesuai

dengan yang diharapkan, maka

anggota masyarakat yang tergabung dalam wadah tersebut perlu diarahkan dan

dibimbing agar mereka mampu memecahkan pennasalahannya sendiri. Kegiatan

mengarahkan dan membimbing secara teknis manajerial anggota masyarakat

dalam wadah KPSM dinamakan kegiatan pendampingan, sedangkan orang yang

melakukan tugas pendampingan disebut pendamping (Diktentis, 2000).

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk

pendamping, kegiatan pendidikan dan pelatihan memegang peran yang penting

dan sangat strategis. Kegiatan pelatihan sebagai proses yang simultan yang terdiri

atas beberapa aktivitas harus dikembangkan dan dikelola dengan cara-cara

tertentu dan berlangsung secara sistematis. Sebagai proses aktivitas, pelatihan melibatkan berbagai komponen yang saiing terkait dan secara fungsional, diarahkan pada pencapaian tujuan baik berupa kemampuan pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka

diperiukan suatu pedoman berupa bahan atau materi pelajaran yang sudah

(14)

alat dan teknik evaluasi tertentu. Keempat hal di atas, yaitu tujuan, bahan ajaran,

dan metode serta alat evaluasi merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Kurikulum merupakan sarana yang mengarahkan berlangsungnya interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Kurikulum dengan demikian mempunyai kedudukan yang sangat senteral dalam keseluruhan proses pelatihan. Kurikulum mengarahkan segala macam bentuk aktivitas pelatihan kepada tercapainya tujuan pelatihan itu sendiri. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pelatihan, memberikan pedoman dan petunjuk tentang jenis, lingkup dan hirarki urutan isi serta proses pelatihan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum termasuk bagian yang esensial dalam sistem penyelenggaraan pelatihan. Sasaran yang ingin dicapai bukanlah semata-mata memproduksi bahan pemhelajaran melainkan untuk lebih meningkatkan kualitas pelatihan.

Atas pemikiran dan penjelasan yang dikemukakan di atas mendorong penulis untuk mengkaji secara mendalam tentang apa dan bagaimana proses pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dikembangkan oleh Subdit Penyusunan Sistem dan Metode pada Direktorat Tenaga Teknis Ditjen

Diklusepora.

B. Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini terarah pada sasaran yang diinginkan maka terlebih dahulu diidentifikasi permasalahan-pemiasalahan berikut ini.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh pihak Direktorat Tenaga Teknis diperoleh gambaran bahwa dari 255 SKB, baru sekitar 20 % yang telah

(15)

masih dalam taraf embrio (rencana di atas kertas). Lebih lanjut dikatakan bahwa

kondisi tersebut merupakan salah satu indikator ketidak berhasilan dan

ketidak-mampuan para pendamping dalam mengoptimalkan pelaksanaan tugasnya. Hal ini

berkaitan dengan kurangnya kemampuan pengetahuan dan keterampilan para

pendamping.

Sehubungan dengan luncuran program tersebut, serta

permasalahan-pennasalahan yang dihadapi, apakah yang harus ditempuh agar kita dapat

melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya pendamping sehingga

dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia usaha yang beriangsung

sangat cepat.

Untuk mengantisipasi permasalahan yang dikemukakan di atas, Direktorat

Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora mengembangkan suatu program pelatihan guna

meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pendamping KPSM, baik

teoritis, praktis maupun prosedural pendampingan sesuai dengan pedoman

penyelenggaraan KPSM. Agar pelatihan tersebut dapat lebih efektif dalam arti

memberikan dampak terhadap pelaksanaan tugas para pendamping diperiukan

pengembangan program atau kurikulum pelatihan yang memenuhi standar

kualitas yang memadai.

Perencanaan atau pengembangan kurikulum pelatihan bukanlah pekerjaan

yang mudah yang dilakukan secara serampangan, melainkan harus disusun

berdasarkan prosedur dan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Dalam beberapa kasus

berdasarkan pengalaman penulis, para desainer dan atau pengelola pelatihan

(16)

yang lebih praktis seperti meniru atau memodifikasi desain kurikulum yang sudah

ada serta diselesaikan di belakang meja, tanpa memperdulikan kaidah-kaidah yang

ada dalam pengembangan kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum pelatihan membutuhakan kemampuan, keahlian, kecennatan, kreativitas, dan keterampilan teknis untuk memahami,

menjelaskan dan menuangkan sesuatu yang abstrak berupa ide-ide serta informasi-infonnasi yang aktual yang berkenaan dengan masalah-masalah

bagaimana penentuan kebutuhan pelatihan, bagaimana spesifikasi perumusan tujuan pelatihan, bagaimana penentuan strategi pelatihan, bagaimana penentuan

sasaran pelatihan, dan bagaimana perencanaan sumber daya material pelatihan.

Dengan kata lain, dalam proses pengembangan kurikulum menyangkut banyak

faktor, mempertimbangkan isu-isu mengenai kurikulum, siapa yang dilibatkan, bagaimana prosesnya, apa tujuannya, dan kepada siapa kurikulum itu ditujukan

(Achasius Kaber, 1988: 75).

Dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, menurut Hamid Hasan (1988) kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, yaitu: (1) kurikulum sebagai suatu ide, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan, dan (4) kurikulum sebagai suatu hasil. Untuk keperluan penelitian ini, kurikulum yang dimaksudkan adalah kurikulum dalam

dimensi rencana tertulis (dokumen tertulis).

C. Perumusan masalah

(17)

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: "bagaimana proses pengembangan

kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dikembangkan oleh

Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora"?

Guna terarahnya kegiatan pengumpulan data dan memudahkan

pembahasan serta memperjelas sistimatika berfikir pada saat menganalisis

masalah, maka pertanyaan pokok penelitian tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan yang lebih khusus sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi perlunya pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen

Diklusepora?

2. Pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora?

3. Pendekatan apa yang digunakan dan bagaimana prosedur pengembangan

kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan oleh Ditektorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora?

4. Bagaimana deskripsi dan struktur kurikulum pelatihan pendamping KPSM

yang dikembangkan oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora?

D. Definisi Operasional

(18)

8

1. Proses pengembangan kurikulum. Proses adalah serangkaian langkah-langkah

tertentu yang apabila dikombinasikan akan menghasilkan hasil tertentu.

Seperti yang dikemukakan oleh Beich (1994: 37) bahwa "process is a series of

steps that when combined will produc a result". Sedangkan kurikulum

menurut menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

diartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan

mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Dengan demikian yang

dimaksdukan dengan proses pengembangan kurikulum dalam penelitian ini

adalah proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam mengembangkan

kurikulum dalam bentuk rencana (dokumen tertulis) mulai dari persiapan,

penyusunan unsur-unsur kurikulum, evaluasi dan revisi.

2. Deskripsi kurikulum merupakan gambaran dari susunan kurikulum secara

sistematis yang meliputi: tujuan, isi /bahan, prosedur penyampaian, media,

waktu serta prosedur evaluasi.

3. Pendamping yang dimaksudkan dalam tesis ini adalah seseorang yang diserahi

tugas dan tanggung jawab untuk membina dan membimbing secara teknis

manajerial bagi Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM).

4. Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat disingkat KPSM adalah

kumpulan orang-orang yang menyatukan diri di dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para anggota dan masyarakat sekelilingnya,

dengan melakukan aktivitas pemhelajaran dan usaha-usaha di bidang sosial

(19)

E. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses

pengembangan kurikulum pelatihan KPSM yang dikembangkan oleh Direktorat

Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Secara khusus, hasil penelitian ini bertujuan:

1 Untuk mendeskripsikan data mengenai latar belakang, dan faktor-faktor yang

dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum pelatihan pendamping

KPSM.

2. Mendeskripsikan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum

pelatihan pendamping KPSM.

3. Mendeskripsikan pendekatan yang digunakan dan prosedur pengembangan

kurikulum pelatihan pendamping KPSM.

4. Mendeskripsikan struktur kurikulum pelatihan pendamping KPSM.

F. Kegunaan Penelitian

Temuan-temuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Dari segi teoritis, hasil temuan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pengkajian tentang pengembangan kurikulum program pendidikan pada

umumnya dan pelatihan pada khususnya.

2. Secara praktis, bagi pihak Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora temuan ini dapat dijadikan unpan balik untuk pengkajian lebih lanjut yang

berhubungan dengan pengembangan kurikulum program pelatihan KPSM.

3. Bagi para peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

(20)

10

G. Kerangka Berpikir

Bahwa dalam rangka untuk mendukung keberhasilan program KPSM, maka oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora berusaha meningkatkan kemampuan profesional para pendamping dengan cara menyelenggarakan pelatihan pendamping KPSM. Guna untuk menyelenggarakan pelatihan yang kualitasnya dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu dikembangkan suatu kurikulum yang dapat dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pelatihan.

Untuk menghasilakan kurikulum yang baik maka langkah

pengembangannya harus dilakukan secara cennat dan sistematis, mulai dari perencanaan/persiapan, pengembangan desain, evaluasi dan revisi; menggunakan pendekatan dan tahapan tertentu disamping memperhatikan faktor ekternal dan internal dengan melibatkan berbagai unsur-unsur potensial yang ada. Secara skematis kerangka pikir penelitian ini dapat dilukiskan seperti gambar berikut:

KEBUTUHAN SUMBER

DAYA / Pelatihan

PENDAMPING

^

Bagi Para

YANG MEMILIKI KEMAMPUAN \ Pendamping \ KPSM PROFESIONL Unpan Balik Gambar 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

(21)
(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk terarahnya penelitian ini kepada pokok permasalahan, maka perlu

ditetapkan prosedur penelitian, yang di dalamanya mencakup: pendekatan dan metode

penelitian, penentuan sumber data dan subyek penelitian, teknik dan instrumen

pengumpulan data, prosedur pengolahan dan analisis data, dan tahap-tahap

pelaksanaan penelitian.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Untuk memperoleh data sebagai bahan kajian yang berhubungan dengan

pengembangan atau penyusunan kurikulum pelatihan Pendamping Kelompok

Pembelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM) pada Direktorat Tenaga Teknis

Ditjen Diklusepora, maka perlu dilakukan pengkajian langsung pada situasi yang

sebenamya.

Berdasarkan jenis informasi yang diperiukan, maka pendekatan yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode

deskripftif. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah "mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta memahami bahasa dan

tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, dan karena itu penelitian harus turun ke

lapangan" (Nasution 1988: 5).

Dengan pendekatan kualitatif, peneliti dapat memahami peristiwa dan

gejala yang muncul dalam keseluruhan proses, sehingga pennasalahan dapat

didesknpsikan secara menyeluruh (holistik). Peneliti berusaha memahmi makna

(meaning) dan peristiwa dan interaksinya dengan segala hal yang berkaitan

(23)

84

dengan peristiwa atau gejala itu dalam situasi yang wajar dan alami (tidak

dikondisikan). Peneliti berinteraksi secara langsung dengan subyek yang akan diteliti di tempat di mana mereka biasa melakukan aktivitasnya.

Pendekatan kualitatif ini dipilih untuk penelitian ini disebabkan karena

alasan: (1) penelitian ini berusaha menemukan kondisi obyektif dan mendalam

sebagaimana adanya mengenai karakteristik, proses serta deskripsi dan struktur

kurikulum pelatihan pendamping KPSM, (2) penelitian ini bermaksud untuk

menarik makna yang terkandung dalam proses penyusunan kurikulum pelatihan

pendamping KPSM; (3) penelitian ini dilakukan melalui studi kasus, mengkaji

secara mendalam salah satu bagian dari pengembangan program pelatihan

pendamping KPSM .

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora,

Departemen Pendidikan Nasional, beralamat di Gedung E. Lantai VII Kompleks

Depdiknas, Man Jenderal Sudirman Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian di

dasarkan atas beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan pertama, adalah dari

hasil studi pendahuluan menunjukkan indikasi adanya permasalahan yang urgen

untuk diketahui dan dikaji pada setting penelitian, yakni bagaimana proses

pengembangan kurikulum pelatihan KPSM yang dikembangkan oleh Direktorat

Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Pelatihan KPSM ini merupakan salah satu

program yang baru dilaksanakan, yakni dimulai pada akhir tahun 1999 yang tentu

saja masih dalam proses pencarian bentuk sistem penyelenggaraannya.

(24)

85

penelitian

ilmiah

mengenai

proses

pengembangan

kurikulum

pelatihan

pendamping KPSM. Pada hal hasil penelitian semacam ini sangat dibutuhkan

untuk pengambilan berbagai keputusan dalam pengembangan kurikulum pada

bidang yang lain.

C. Subyek Penelitian

Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti menetapkan terlebih

dahulu subyek penelitian yang dapat memberikan informasi yang diperiukan.

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait dalam

pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan di

Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Pihak yang bertanggung jawab

dalam pengembangan kurikulum tersebut tergabung dalam suatu tim kerja.

Dengan demikian informasi-informasi yang diberikan adalah informasi atas nama

tim pengembang.

Untuk memperoleh data yang diperiukan, peneliti berusaha menggali

informasi dengan melakukan wawancara dengan manusia sumber sebagai subyek

penelitian, yakni Ka. Subdit Penyusunan Sistem dan Metode selaku penanggung

jawab program pelatihan, serta anggota tim pengembang lainnya sebanyak 5

orang. Untuk keperiuan triangulasi, peneliti memanfaatkan pula informan lain,

yaitu mereka yang dipandang dapat membenkan infonnasi tambahan atau

(25)

86

D. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai

instrumen utama. Manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan

keuntungan, di mana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat

menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu

(Lincoln dan Guba, 1985: 43).

Dalam melakukan kegiatan operasional di

lapangan peneliti menggunakan catatan lapangan (field notes). Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara, observasi (pengamatan), dan studi dokumentasi,

yang pelaksanaannya diuraikan sebagai berikut:

1. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif juga memiliki karakteristik mengutamakan

perpektif emic, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana

ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya (Nasution, 1988:

10). Oleh karena itu dalam penelitian ini pandangan para tim pengembang

kurikulum mendapatkan perhatian secara mendalam.

Untuk memperoleh informasi yang dijadikan data utama dari lapangan

penelitian, peneliti melakukan teknik wawancara dengan responden (tim

pengembang) serta pihak lain yang terkait dengan data yang dibutuhkan.

Wawancara dengan responden dilaksanakan di lingkungan tempat tim

pengembang bekerja.

Dalam

kegiatan

wawancara

dilakukan

dengan

menggunakan

(26)

87

a. Wawancara informal, yaitu menciptakan situasi yang memungkinkan

percakapan bebas dan spontanitas. Untuk itu dalam banyak kesempatan

wawancara dilakukan secara informal dan kadang-kadang tanpa sepengetahuan responden.

b. Wawancara fonnal, yaitu wawancara yang dilakukan secara terencana melalui suatu perjanjian bersama terlebih dahulu baik mengenai waktu, tempat dan pokok-pokok yang akan dibahas atau diwawancarakan. Agar

pembicaraan selama wawancara terarah pada fokus penelitian, peneliti

menyediakan lembaran-lembaran yang berisi garis-garis besar pertanyaan atau masalah yang akan didiskusikan. Namun dalam pelaksanaannya tidak terikat secara ketat, artinya digunakan gabungan tipe wawancara berstruktur dan tidak berstruktur, yang biasa dikenal dengan istilah

wawancara semi berstruktur.

Kedua pendekatan dalam kegiatan wawancara tersebut di atas

dilakukan secara fleksibel, artinya disesuaikan dengan situasi yang sedang

beriangsung. Agar hasil wawancara dapat dipelajari kembali secara cermat,

dan untuk mencapai obyektivitas data yang diperoleh dari hasil wawancara, dalam arti tidak bias dan bebas dari pengaruh pemikiran dan penafsiran

pribadi peneliti (self-delusion), peneliti melakukan penggalian dan pelacakan

sampai sedalam-dalamnya mengenai data yang diperiukan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden dalam

wawancara disesuikan dengan proporsi tugas masing-masing. Misalnya,

(27)

88

menyangkut latar belakang pertimbangan perlunya pengembangan kurikulum

pelatihan pendamping KPSM, pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan

kunkulum tersebut. Kepada anggota tim pengembang lainnya, pertanyaan

yang diberikan adalah sekitar pendekatan dan prosedur pengembangan

kurikulum, mulai dari langka persiapan, pelaksanaan pengembangan/

penyusunan komponen-komponen utama kurikulum sampai pada evaluasi dan

revisi desain kurikulum.

Berdasarkan pada pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka

data-data yang diperoleh melalui wawancara tersebut antara lain: (1) Data

yang berkaitan dengan latar belakang pertimbangan pengembangan kurikulum

pelatihan, (2) data yang berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

pengembangan kurikulum, (3) data yang berkaitan dengan pelaksanaan

penyusunan kurikulum yang meliputi pendekatan yang digunakan dalam

pengembangan kurikulum dan prosedur yang ditempuh dalam pengembangan

komponen-komponen kurikulum. Untuk mengarahkan wawancara, peneliti

menyiapkan pedoman wawancara, namun dalam pelaksanaannya tidak selalu

mengikuti pertanyaan yang telah ditetapkan.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk memungkinkan peneliti melihat secara

langsung apa yang terjadi di lapangan penelitian dan dapat berhubungan

langsung dengan subyek penelitian, sehingga dapat menarik makna dari apa

yang diobservasi. Observasi dilakukan pada berbagai peristiwa atau keadaan

(28)

89

observasi peneliti berada di mana para tim pengembang bekerja dalam rangka

penyusunan kurikulum.

Dengan

demikian

peneliti

dapat

melakukan

pengamatan dalam pertemuan-pertemuan antar tim pengembang ketika ia

menganalisis

kebutuhan

pelatihan,

menyusunan

komponen-komponen

pelatihan, dan pada saat melakukan revisi desain kurikulum. Dalam kegiatan

observasi, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman observasi.

3. Studi Dokumentasi

Teknik ini dipergunakan guna melengkapi kedua teknik pengumpulan

data yang telah dipergunakan. Studi dokumentasi ini digunakan untuk melacak

berbagai dokumen yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pelatihan

pendamping KPSM. Studi dokumentasi ini antara lain untuk memperoleh data

tentang jumlah tim pengembang, asal instansi atau unit kerja, deskripsi tugas

pendamping, bahan-bahan pembelajaran, dan latar belakang pendidikan dan

jabatan para tim pengembang, deskripsi tugas pendamping, dan deskripsi

kurikulum pelatihan. Untuk kelancaran pelaksanaan studi dokumentasi ini

maka digunakan instrumen berupa pedoman studi dokumentasi.

Adapun kalasifikasi data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

terdiri dari:

1. Data mengenai gambaran umum lokasi dan subyek penelitian yang meliputi:

(a) alamat lokasi penelitian; (b) tugas dan fungsi Direktorat; (c) struktur

organisasi; dan (d) jumlah pegawai.

2. Data mengenai latar belakang dan pertimbangan dalam pengembangan

(29)

90

pelatihan KPSM dikembangkan; (b) hal-hal yang dipertimbangkan dalam

pengembangan kurikulum.

3. Data mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum

pelatihan pendamping KPSM: (a) Struktur organisasi; (b) jumlah personil, (c)

unit kerja; dan (d) latar belakang pendidikan.

4. Data mengenai pendekatan dan prosedur pengembangan kurikulum pelatihan

pendamping KPSM: (a) pendekatan yang digunakan; (b) prosedur penentuan

kebutuhan pelatihan; (c) prumusan tujuan pelatihan; (d) penentuan isi

kurikulum; (e) penetapan strategi pembelajaran; (f) penetapan prosedur

evaluasi; (g) evaluasi dan revisi desain.

5. Data mengenai deskripsi dan struktur kurikulum pelatihan pendamping

KPSM.

E. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yakni tahap

pra lapangan, pekerjaan lapangan, analisis intensif dan penulisan laporan.

1. Tahap Pralapangan

Sebagai langkah awal dalam penelitian ini adalah menyusun desain

penelitian. Untuk keperiuan penyusunan desain penelitian ini, sebelumnya

peneliti melakukan kegiatan survey awal ke lapangan yaitu di Direktorat

Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Kegiatan survei awal ini dimaksudkan

untuk memperoleh gambaran umum tentang permasalahan pelatihan bagi para

(30)

91

ada sesuatu masalah yang dapat diangkat menjadi topik penelitian dalam

rangka penulisan tesis.

Permasalahan tersebut kemudian dituangkan dalam desain penelitian, yang selanjutnya diajukan kepada dosen pembimbing untuk dinilai layak tidaknya permasalahan yang dituangkan pada desain penelitian tersebut diangkat sebagai topik penelitian. Setelah mendapat berbagai masukan, maka dilakukan beberapa kali perbaikan atau penyempumaan sampai pada akhirnya desain penelitian disetujui oleh pembimbing untuk selanjutnya dijadikan sebagai kajian penelitian. Selain penyusunan desain penelitian, peneliti juga menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian, mengurus dan menyampaikan izin penelitian kepada pihak yang berwewenang.

2. Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan lapangan dalam rangka memperoleh data dibagai dalam tiga tahap, yaitu:

a. Tahap orientasi

Tahap orientasi ini dilaksanakan berkenaan dengan langkah

(31)

92

kurikulum pelatihan pendamping, dan melakukan pendekatan terhadap tim

pengembang.

b. Tahap Eksplorasi

Setelah perlengkapan penelitian dipersiapkan secara memadai, selanjutnya peneliti masuk pada tahap eksplorasi. Selama eksplorasi beriangsung kegiatan diarahkan pada usaha pengumpulan data secara intensif melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi untuk

menggali informasi yang melatari permasalahan sampai ditemukannya informasi yang tuntas dan yang sebenamya berkenaan dengan fokus dan aspek-aspek yang diteliti. Untuk maksud tersebut dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

(1) Melakukan wawancara dengan Ka. Subdit Penyusunan Sistem dan Metode selaku penanggung jawab program pelatihan pendamping KPSM. Fokus wawancara meliputi informasi yang lebih mendalam mengenai latar belakang pertimbangan pengembangan kurikulum, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum pelatihan, serta kebijakan-kebijakan pimpinan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum yang dimaksud.

(32)

93

serta bagaimana

deskripsi

dan

struktur

kurikulum

pelatihan

pendamping KPSM tersebut.

(3) Melakukan

observasi

guna

memperoleh

gambaran

proses

pengembangan kurikulum pelatihan KPSM, seperti mengikuti rapat

dan atau pertemuan antartim pengembang.

(4) Melakukan studi dokumentasi terhadap persiapan-persiapan material,

rancangan dan hasil rumusan kurikulum KPSM yang telah

dikembangkan.

Pada tahap eksplorasi ini penelitian mulai berkembang sesuai

dengan tuntutan kebutuhan informasi yang diperiukan. Pada tahap ini juga

dilakukan triangulasi, pencatatan lapangan secara lebih terinci sesuai

dengan fokus masalah.

Kegiatan eksplorasi ini dilakukan dalam tenggang waktu dimana

tim pengembang kurikulum melakukan tugasnya, sehingga memungkinkan

peneliti berada di lingkungan tempat kerja tim pengembang untuk

melakukan pengumpulan data.

c. Tahap Member Check

Tahap member check merupakan langkah pengecekan ulang atas

data atau informasi yang diperoleh dari responden. Kegiatan ini dilakukan

guna menguji konsistensi informasi yang telah diberikan responden dengan

informasi yang telah dituangkan dalam bentuk laporan narasi, guna

\

memperoleh tingkat kredibilitas hasil penelitian. Tingkat kredibilita^M)^-/.^ N%\

(33)

94

atas infonnasi-informasi yang diperoleh baik melalui wawancara, observasi maupun dokumentasi. Dalam tahap member check ini peneliti melakukan

kegiatan-kegiatan:

(1) Mengkomfirmasikan data atau informasi yang diperoleh langsung

kepada subyek penelitian. Artinya peneliti meminta kebenaran informasi

yang telah peneliti catat, sekaligus meminta kritik dan saran atas hasil-hasil yang dikomfirmasikan itu guna memperoleh kadar keabsahan dan

konsistensi jawaban.

(2) Selain komfirmasi informasi, juga dilakukan konfirmasi hasil penelitian kepada sumber-sumber data lainnya untuk memperoleh masukan data dan informasi baru sampai diyakini bahwa tidak ada informasi yang

dianggap penting lagi.

(3) Kegiatan member check lainnya dilakukan dalam bentuk diskusi dengan

rekan-rekan sejawat terutama mereka yang berkapasitas sebagai mahasiswa S2 Pasca Sarjana UPI Bandung untuk memperoleh respon dan kritik sebagai bahan masukan.

3. Pengolahan Dan Analisis Data

Pada prinsipnya analisis dan pengolahan data dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penulisan laporan penelitian. Dengan kata lain analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah data terkumpul. Analisis data adalah proses mengorganisasikan

(34)

95

yang disarankan oleh data (Moleong, 1998: 103). Dengan berpedoman pada pendapat Bogdan dan Biklen (1982) maka data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis sebagai berikut:

a. Analisis Pada Saat Pengumpulan Data

Selama pengumpulan data, peneliti merekam dan membuat

catatan lapangan, melakukan member check dengan subyek yang bersangkutan, melakukan audit trail, melakukan triangulasi untuk mendapatkan keabsahan data, melakukan revisi sesuai dengan subyek penelitian dan sumber aslinya, pemberian kode terhadap catatan lapangan yang telah direvisi untuk penyesuaian dengan perkembangan proses dan jenis data yang diperoleh.

b. Analisis Setelah Data Terkumpul

Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan analisis data sebagai berikut:

1) ReduksiData

Pada tahap ini, data yang telah dicatat melalui berbagai

sumber baik dengan teknik wawancara, observasi maupun dokumentasi direduksi atau dirangkum dalam bentuk abstraksi

(35)

96

atau disusun berdasarkan kategori dari pennasalahan yang diteliti. Data yang sudah ditata berdasarkan kategori ini kemudian dipilah-pilah lagi, dan data yang tidak relevan dengan aspek yang diteliti di

buang.

2) Display Data

Untuk mempermudah dalam membaca data yang diperoleh,

maka data yang telah direduksi tersebut kemudian disajikan (di-display) dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek yang diteliti, yaitu aspek proses pengembangan kurikulum dan deskripsi dan struktur kurikulum pelatihan pendamping KPSM.

3) Verifikasi dan Pengambilan Kesimpulan

Meskipun data yang telah disajikan secara jelas, data tersebut tidak memiliki arti bila tidak dilengkapi dengan interpretasi. Langkah terakhir dari pengolahan dan analisis data

adalah menafsirkan atau menginterpretasi data yang telah disusun. Dalam penelitian ini akan dicari arti hubungan dari aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM. Berdasarkan interpretasi ini kemudian disusun temuan-temuan penelitian.

4. Penyusunan Laporan Penelitian

(36)

97

mendokumentasikan secara sistematis mengenai kegiatan dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Keseluruhan rangkaian penelitian ini

disusun secara sistematis dalam bentuk tesis.

(37)
(38)

BABV

KESIMPULAN, IMPLDXASI DAN REKOMENDASI

Sebagai rangkaian akhir dari isi tesis ini penulis sajikan kesimpulan sebagai

intisari dari hasil penelitian yang telah dikaji berdasarkan konsep atau teori-teori yang relevan untuk selanjutnya dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menyampaikan rekomendasi. Rekomendasi dimaksudkan untuk memberikan masukan

kepada pihak-pihak yang terkait untuk penyempumaan dan kemungkinan penelitian

lanjutan.

A. Kesimpulan

1. Pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM dilatarbelakangi oleh

adanya kebutuhan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan

keahlian para pendamping dalam melaksanakan tugas pendampingan.

Kebutuhan pelatihan itu muncul sebagai konsekuensi lambannya kemajuan

KPSM yang salah satu penyebabnya adalah kurangnya kemampuan para

pendaping dalam melaksanakan tugas pendampingan. Dalam pengembangan

kurikulum pelatihan tim pengembang mempertimbangkan berbagai faktor di

antaranya visi dan misi pendidikan nasional, tugas dan fungsi Direktorat

Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora, pedoman penyelenggaraan KPSM, sumber

daya yang tersedia, serta karakteristik peserta pelatihan.

2. Keberhasilan pelaksanaan pengembangan kurikulum KPSM sangat ditunjang

oleh kemampuan, idealisme dan kreativitas tim pengembang dalam

memanfaatkan segala potensi yang ada. Disamping itu juga didukung oleh

(39)

162

kecennatan tim pengembang dalam memanfaatkan dan melibatkan

pihak-pihak yang dianggap berkompeten seperti para ahli pendidikan dan ahli kurikulum baik dari dalam (Direktorat) maupun dari perguruan tinggi, serta lembaga swadaya masyarakat untuk dimintai pendapat dan sumbangsi saran dalam rangka menghasilkan kurikulum yang memiliki kualitas dan standar

minimum.

3. Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan kurikulum pendamping KPSM

tim pengembangan menggunakan pendekatan kompetensi dan analisis tugas

secara bersama-sama. Adapaun prosedur pengembangannya ditempuh dengan

langkah-langkah sebagai berikut: (1) menentukan kebutuhan pelatihan dengan

terlebih dahulu menganalisis tugas-tugas dan kempetensi yang dipersyaratkan

bagi tugas pendampingan, (2) merumuskan tujuan pelatihan, (3)

mengembangkan dan mengorganisasikan materi/isi pelatihan, (4) menentukan

strategi penyampaian, (5) menetapkan bahan dan media pembelajaran, (6)

mengembangkan prosedur evaluasi, (7) melakukan evaluasi dan revisi desain

kurikulum.

4. Dokumen kurikulum pelatihan pendamping KPSM sekalipun telah

dikembangkan dengan menempuh langkah langkah sebagaimana yang

dikemukakan di atas, belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan pelatihan secara keseluruhan.. Hal tersebut terutama disebabkan oleh karena

kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai peserta belum semuanya

dikembangkan dan dijabarkan dalam kurikulum pelatihan, khusunya

(40)

163

B. Implikasi

Bahwa perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan dan pelatihan di

berbagai departemen menunjukkan bukti-bukti yang sangat menggembirakan. Hal

ini disebabkan karena semakin tingginya kebutuhan tenaga-tenaga profesional

untuk melaksanakan program di lapangan. Dengan demikian, pengembangan

sistem pelatihan umumnya dan pengembangan kurikulum khususnya menjadi

kebutuhan yang sangat urgen, bahkan merapakan keharasan eduktif dan

manajerial di samping penyiapan tenaga-tenaga yang profesional, berdedikasi

tinggi, dan berdisiplin dalam melaksanakan tugasnya. Sehubungan dengan hal

tersebutdi atas, maka implikasi dari hasil penelitian ini antara lain adalah:

1. Untuk dapat memhasilkan kurikulum yang memiliki kualitas yang tinggi maka

harus dilaksanakan secara cermat dan teliti terutama dalam menentukan

kebutuhan pelatihan sebaiknya menggunakan pendekatan task analysis dan

competency analysis. Demikian pula dalam hal perumusan tujuan haras

disusun secara rinci sesuai dengan taksonomi belajar (pengetahuan, sikap dan

keterampilan).

Dengan cara ini akan lebih mudah mengukur tinfgkat

keberhasilan pelatihan.

2. Dalam pengembangan kurikulum pelatihan, hendaknya melibatkan personil

yang benar-benar memiliki kemampuan dan pengalaman, serta menguasai

prosedur dan langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan

kurikulum. Demikian pula dalam hal penentuan isi kurikulum sedapat

mungkin dilibatkan orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan dan

(41)

164

C. Rekomendasi

Berdasarkan temuan-temuan, pembahasan, dan kesimpulan hasil

penelitian, akhimya penulis menyampaikan beberapa rekomendasi. Rekomendasi

ini disampaikan kepada para tim pengembang, pihak lembaga Direktorat, Program

Studi PLS Konsentrasi Pelatihan, dan para peneliti berikutnya.

1. Rekomendasi Bagi Tim Pengembang

Bahwa pemahaman tim pengembang terhadap proses pengembangan

kurikulum akan membawa dampak dihasilkannya kurikulum yang memiliki

kadar kualitas yang tinggi. Oleh karena itu tun pengembang dalam

mengembangkan kurikulum pelatihan pendamping KPSM hendaknya

berusaha untuk menguasai dan menerapkan (baik seluruhnya atau sebahagian)

dari prosedur dan kaidah-kaidah yang dikemukakan oleh para ahli dalam

pengembangan kurikulum, misalnya prosedur yang dikembangkan oleh

William E. Blank, Wentling, atau Oemar Hamalik. Hal ini dimaksudkan

terutama dalam hal memilih pendekatan dalam menganalisis dan menentukan

kebutuhan pelatihan.

Mengingat bahwa instruktur di satu sisi sebagai pelatih dan disisi lain

sebagai pengembang, diharapkan agar sebelum menyajikan bahan/materi

pelatihan senantiasa menyusun Satuan Acara Pembelajaran yang dijadikan

pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Karena seperti diketahui Satuan Acara

Pembelajaran besar perannya di dalam memeperlancar proses pembelajaran.

Dalam hal struktur kurikulum pelatihan, sebaiknya mata latihan

(42)

165

misalnya kelompok dasar, kelompok inti dan kelompok penunjang. Dengan

cara demikian semakin mempermudah dalam penekanan kedalaman materi.

2. Rekomendasi Kepada Pimpinan Direktorat/

Sub Dit Penyusunan Sistem dan Metode

Pimpinan Direktorat hendaknya berupaya merekomendasikan kepada pihak yang berwewenang agar pada Subdit Penyusunan Sistem dan Metode terdapat seksi yang menangani kurikulum, atau paling tidak seksi evaluasi dikembangkan menjadi seksi kurikulum dan evaluasi yang secara straktural bertanggung jawab dalam pengembangan dan evaluasi kurikulum. Dengan cara demikian akan lebih mudah dalam mengembangkan, maupun pembinaan kurikulum pendidikan dan pelatihan bagi tenaga teknis dalam lingkungan

Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga.

3. Rekomendasi Bagi Program Studi PLS Konsentrasi Pelatihan

Sehubungan dengan kompleksnya proses pengembangan kurikulum

pelatihan pada umumnya, maka dalam rangka melengkapi profil kemampuan

profesionalisme para mahasiswa alumni jurusan PLS konsenstrasi pelatihan pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung, disarankan agar mata kuliah yang

berkaitan dengan pengembangan kurikulum pelatihan dituangkan dalam kurikulum konsentrasi pelatihan. Rekomendasi ini dilatari oleh suatu

pemikiran bahwa setiappenyelenggaraan pelatihan secarajelas pengembangan

kurikulum merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan. Pengembangan kurikulum yang dilakukan secara serampangan akan berdampak pada

(43)

166

4. Rekomendasi Bagi Peneliti Berikutnya.

Sebagaimana penulis katakan bahwa dalam tesis ini terdapat beberapa

keterbatasan, di mana ruang lingkup penelitian belum mampu mengungkap

semua permasalahan pengembangan kurikulum pelatihan KPSM secara

keseluruhan, terutama pada tahap implementasi dan evaluasi. Oleh karena itu

bagi program Studi PLS Konsentrasi Pelatihan dan para peneliti berikutnya,

penulis

mengharapkan

adanya

penelitian

lanjutan yang

mengkaji

pengembangan kurikulum secara lebih mendalam. Penelitian lanjutan itu dapat

diarahkan pada: (1) Bagaimana prilaku instraktur dalam upaya dalam

mengembangkan keterampilan intelektual peserta pelatihan, (2) Efektivitas

dan efisiensi implementasi kurikulum pelatihan pendamping KPSM; dan (2)

(44)
(45)

167

DAFTAR PUSTAKA

Achasius Kaber. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Proyek Pengembangan

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Agus Dharma. (1998). Perencanaan Pelatihan. Jakarta: Pusdiklat Pegawai

Depdikbud.

Beach, Elaine. (1994). TQMfor Training. New York. Mc. Graw Hills.

Blank, William E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training

Program. Englewood Cliff New Jersey: Prentice Hall Inc.

Bogdan, Robert C, dan Biklen S.K. (1982). Qualitative Researchfor Educations: An

Introduction To Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Bogdan, Robert C, dan Taylor, Steven, J. (1993). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif Edisi Terjemahan Khozin Affandi. Surabaya. Usaha Nasional.

Burhan Nurgiayantoro. (1988). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE.

Buttler, F. Coit. (1972J. Instructional Systems Development for Vocational and Technical Training. New Jersey: Educational Technology Publications Inc.

Colombo Plan Staff College For Techniciant Education (1982). Aspect of Curriculum

for TechniciantEducation. Singapore.

Deakin University. (1994). A Collection of Readings Related Competency Based Training. Australia: Deakin University Course Development Centre.

Diamond, Robert M. (1989). Designing and Improving Course and Curricula in Higher Education. San Fransisco: Jossey Bass Inc. Publisher.

Djawad Dahlan dkk.. (1990). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: IKIP Bandung.

Djudju Sudjana. (1993). Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.

(1996). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung: Nusantara

(46)

168

Doll, Ronald C. (1978). Curriculum Improvement: Decision Making and Process.

Boston: Allyn and Bacon Inc.

Finch, Curtis R. and Crankilton, John R. (1979). Curiculum Development in Vocational Technical Education: Planning, Content, and Implementation.

Boston: Allyn and Bacon Inc.

Friedman, Paul G. and Yarbrough Elaine. (1985). Training Strategies From Stard to

Finish. New Jersey: Printece Hall.

Goad, Tom W. (1982). Delivering Effective Training. United States of America:

University Associates.

Henry Simamora. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. STIE-YKPN.

Ishak Abdulhak. (1995). Metodologi Pembelajaran Pada pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Cipta Intelektual.

Ishak Abdulhak dan Wina Sanjaya. (1995). Media Pendidikan: Suatu Pengantar

Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKfP Bandung.

Kelly, Lesley. (1995). The ASTD Technical and Skill Training Hand Books. New

York: Mc. Graw Hill.

Koentjaraningrat. (1990). Metode Wawancara Dalam PenelitianMasyarakat. Jakarta: Gramedia.

Laird, Dugan. (1987). Approach to Training and Development. Philipines: Addisoin-Wisley.

Lembaga Psikologi Terapan, Fakultas Psikologi Ul. (1994). Konvensi Nasional

Pendidikan Indonesia II. Kurikulum Untuk Abad ke 21. Jakarta: PT.

Grasindo.

Lexy J. Moleong. (1998) Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mayo, Douglash and DuBois Philip, H. (1987). The Complete Book of Training:

Theory, Principles and Techniques). Unietd States of America: University

Associates Inc.

(47)

169

Miller, John P. and Seller, W. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. New

York: Longman Inc.

Mohamad Ali. (1985). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Mohammad Ansyar. (1988). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta:.

Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,

Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Mulyani Sumantri. (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Nana Sudjana dan R. Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nana Sudjana. (1996). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.

Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nana Syaodih Sukmadinata. (1997). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (1990). Pengembangan Kurikulum, Dasar-Dasar dan

Pengembangannya. Bandung: Mandar Maju.

(1993). Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan

Pelatihan, Sistem dan Prosedur. Bandung: PT. Trigenda Karya.

(1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT. Bumi Aksara.

Ornstein, Allan C. and Hunkins, Francis P. (1998). Curriculum: Pondations,

Principles, and Issues. United States of America: Allyn and Bacon.

Said Hamid Hasan. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Dedikbud.

Sekretariat Kabinet RI. (1989). UU Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

--. (1991). Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1991 Tentang Latihan

Kerja. Jakarta.

--. (1991). Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan

(48)

170

Soebagio Atmodiwiryo. (1993). Manajemen Training. Jakarta: Balai Pustaka.

S. Nasution. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. —. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bina Aksara.

(1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

-— (1999). Asas-Asas Kurikulum. Bandung: Bina Aksara.

Sumadi Suryabrata. (1997). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Presada.

Syamsu Mappa dan Anisah Basleman. (1994). Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Tilaar, H.A.R. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi.

Visi, Misi, dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020. Jakarta: Grasindo.

_ (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam

PerpektifAbad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Tyler, Ralph W. (1986). Basic Principles of Curriculum and Instroduction. London: The University of Chicago Press.

Wentling, Tim L. (1992). Planning For Effective Training. A Guide to Curriculum

Development. Rome: Food And Agriculture Organization Of The United

Nation.

Wills, Mike. (1993). Managing Training Process. London: Mc. Graw Hills. Zainuddin Arif. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.

. (1986). Buku Materi Pokok 6. Pengelolaan Proses Kegiatan Belajar

Dalam Program Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta : Universitas Terbuka.

Zais, Robert S. (1976). Curriculum Principle and Foundation. New York: Harper and

Row Publisher.

Gambar

Tabel 4.3.Deskripsi kompetensi Pendamping KPM

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan anggaran yang urutan yang baik adalah untuk mempermudah anggota organisasi memahami target yang harus dicapai oleh perusahaan dan untuk melihat hubungan

Seorang bijak berkata : 'Ketika anda memegang bola basket anda tidak akan pernah tahu apakah bola tersebut masuk atau tidak ke dalam ring sebelum anda

Faktor lain penyebab lebih rendahnya keuntungan yang diperoleh pada pola usaha pembibitan secara ekstensif adalah rataan bobot badan sapi akhir penelitian rendah yang disebabkan

Hasil perhitungan korelasi ganda menunjukkan bahwa Perencanaan Strategis dan Sistem Pendukung Keputusan Keputusan tersebut mempunyai pengaruh sebesar 0.746 terhadap

We proposed an iris database for helping medical doc- tors in detecting colon disorder using image processing, however this database still need to be improved since the

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

menghasilkan beberapa poin berikut: 1) Adanya keterkaitan yang pasti antara pengucapan, pemikiran dan fungsi informatif sejak pertama munculnya bahasa; 2) Pemikiran