PENERAPAN SANKSI PIDANA
DI BAWAH ANCAMAN MINIMUM KHUSUS
DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
TESIS
Oleh:
ANGGIPRAYURISMAN,SH. Bp. 0921211061
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
PENERAPAN SANKSI PIDANA DI BAWAH ANCAMAN MINIMUM KHUSUSDALAMPERKARATINDAKPIDANAKORUPSI
Oleh : Anggi Prayurisman.
(Pembimbing:Prof.Dr.H.ElwiDanil,SH.MH.danShintaAgustinaSH.MH.)
RINGKASAN
Undang-undangNomor 31Tahun1999JoUndang-undangNomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi menganut sistem
pemidanaan minimum khusus dalam penjatuhan sanksi pidananya. Dalam
prakteknyasanksipidanayangdijatuhkanolehhakimadayangdibawahancaman
minimumkhusussebagaimanadiaturdidalamUndang-undangkorupsitersebut.
Permasalahandalamtesisiniadalah:1).bagaimanakahpendapathakimdalam
menerapkansanksipidanadibawahancaman minimumkhususdalamperkara
tindakpidanakorupsi,2).bagaimanakedudukanputusanhakimyangmenerapkan
sanksipidanadibawahancamanminimumkhususdalamperkaratindakpidana
korupsi,dan3).faktor-faktorapayangmenjadidasarpertimbanganhakimuntuk
menerapkan sanksi pidana dibawah ancaman minimum khusus dalam perkara
tindakpidanakorupsi.MetodePenelitianyangdigunakanadalahyuridisnormatif,
dan menggunakan metode pengumpulan data meliputi penelitian kepustakaan
yangmencakupbahanhukumprimer,sekunderdantertieryangkemudiandiolah
dandianalisissecarakualitatif.Darihasilpenelitian,terdapatduapendapathakim
dalam praktek penerapan sanksi pidana di bawah ancaman minimum khusus
dalamperkaratindakpidanakorupsi,yaitu:menerapkansesuaidenganaturan
putusan hakim yang menerapkan sanksi pidana di bawah ancaman minimum
khususinitidakdapatdibenarkanberdasarkanasaslegalitasyangdidalamnya
mengandungunsurkeadilan,kepastianhukumdankemanfaatan,yangharusada
di dalam putusan hakim, dan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan hakim
dalampenerapansanksipidanadibawahancamanminimumkhususini:peristiwa
tindak pidana korupsi itu sendiri, kedudukan terdakwa sebagai pelaku tindak
pidana korupsi yang dilakukannya, jumlah kerugian negara yang ditimbulkan
dihubungkandenganlamanyapidanayangdijatuhkan.Saranbagipenegakhukum
kedepannyahakimdengankebebasanyangdimilikihendaknyaselaluberusaha
meningkatkandiridanpengalamansertailmupengetahuandidalammenganalisa
suatuperkaratindakpidanakorupsi,hendaknyabagihakimyangmemeriksadan
mengadiliperkaratindakpidanakorupsimemilikisatupersepsiyangsamadalam
menerapkanpidanaterhadappelakutindakpidanakorupsisehinggatidakadalagi
JudulPenelitian
KhususDalamPerkaraTindakPidanaKorupsi.
AnggiPrayurisman.
0921211061.
IlmuHukum.
Tesis ini telah diuji dan dipertahankan di depan sidang panitia ujian akhir
MagisterHukumpadaProgramPascasarjanaUniversitasAndalasdandinyatakan
luluspadahariSenin,tanggal9Januari2012.
Menyetujui 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pebimbing II
Prof. Dr. H. Elwi Danil, SH. MH. Shinta Agustina, SH. MH.
Ketua Anggota
2.KetuaProgramStudiIlmuHukum 3.DirekturProgramPascasarjana
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Denganinisayamenyatakanbahwaisitesisyangsayatulisdenganjudul:
“Penerapan Sanksi Pidana Di Bawah Ancaman Minimum Khusus Dalam
Perkara Tindak Pidana Korupsi”.
Adalahhasilkerjasayasendiridanbukanmerupakanjiplakandarihasilkarya
orang lain, kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika kemudian hari
ditemukan ketidak benaran atau ketidakjujurandalam tesis yang saya buatini
makakelulusandangelaryangsayaperolehmenjadibataldengansendirinya.
Demikiansuratpernyataaninisayabuatdengansebenar-benarnya.
Padang, Januari2012
Yangmembuatpernyataan,
PENERAPAN SANKSI PIDANA
DI BAWAH ANCAMAN MINIMUM KHUSUS
DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
Oleh:
ANGGIPRAYURISMAN,SH. Bp. 0921211061
TESIS
DiajukanUntukMemenuhiSalahSatuPersyaratan
DalamMemperolehGelarMagisterHukum
PadaProgramPascasarjanaUniversitasAndalasPadang
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, yang pada akhirnya
menyelesaikan penulisantesis inidenganjudul“Penerapan Sanksi Pidana Di
Bawah Ancaman Minimum Khusus Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi”.
Adapun tujuan dari penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi danmeraih gelar kesarjanaan di bidang Magister Hukum
padaProgramPascasarjanaUniversitasAndalasPadang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian tesis ini
masihbanyakterdapatkekurangandanjauhdarikesempurnaanbiladitinjaudari
segiilmiahmaupunsegitatabahasanya,halinidisebabkankarenaketerbatasan
dan kemampuan yang penulis miliki sendiri. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak tidak mungkin tesis ini dapat
terselesaikandenganbaik.Olehkarenaitu,padakesempataninidengansegala
kerendahanhati,penulisinginmengucapkanterimakasihyangtakterhinggadan
penghargaanyangsebesarnyakepadakeduaorangtuapenulis,AyahdanBunda
tercintayangselaludantakhenti-hentinyamemberikandorongan,semangat,serta
pengorbananyangbegituluarbiasa.Denganterselesaikannyatesisini,merupakan
salah satu wujud perjuangan terbaik yang penulis persembahkan khususnya
kepadaAyahdanBundasertakeduaadik-adikpenulissemogainiakanmenjadi
suatukebanggaantersendiribagimerekaatassemuayangpenulistelahlakukan.
Teristimewa kepada adinda Fhatmi Haddia Putri yang selalu memberikan
semangat dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis. Tak lupa ucapan
terimakasihyangtakterbalaskanpenulisucapkankepada Bapak Prof. Dr. H.
ElwiDaniel,SH.MH.selakupembimbingIdanIbuShintaAgustina,SH. MH. selaku pembimbing IIatasjasayangbesardalammemberikanbimbingan
dan membantu penulis dalam melakukan penulisan tesis ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaiantesisini,antaralain:
1. BapakProf.Dr.Ir.NovirmanJamarun.MScselakuDirekturProgram
PascasarjanaUniversitasAndalasbesertaParaAsistenDirektur.
2. BapakProf.Dr.TeguhSulistia.SH.MHumselakuKetuaProgram
Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Andalas beserta
Sekretaris.
3. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pendidikan dan
berkuliah di Program Pascasarjana Universitas Andalas Jurusan Ilmu Hukum
4. BapakdanIbudosenyangtelahbanyakmemberikanpendidikandan
pengajaran ilmu-ilmu yang bermanfaat dan berguna selama penulis
berkuliahdiFakultasHukumUniversitasAndalas.
5. KaryawandanKaryawatiProgramPascasarjanaUniversitasAndalas.
6. Terima kasih kepada sahabat, rekan, teman, angkatan ’09’ Kelas A
Reguler Mandiri Pascasarjana Universitas Andalas program studi Ilmu
Hukumyangtelahturutsertamemberikandorongan,semangatnyaserta
membantudalampembuatantesisini.
7. Terimakasihkepadakakak-kakaksenioryangtidakdapatdisebutkan
nama satu persatu dan adik-adik angkatan yang telah memberikan
semangatdandorongannyadanrekan-rekan,bapak/ibuditempatpenulis
bekerjayangtelahbanyakmemberikansarandanmasukankepadapenulis.
Tiadamanusiadilahirkandengankesempurnaan,karenakesempurnaanitu
hanyalahmilikSangKhalikyangmenciptakanlangitdanbumibesertaisinya,
maka penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak luput dari segala
kekurangan. Akhir kata, kritik dan saran yang bermanfaat dari rekan-rekan
semuanyasangatpenulisharapkangunakesempurnaanyanglebihbaikdimasa
yangakandatang.PenulismemohonkehadiratAllahSWTsemogasemuaamal
kebaikan-kebaikan tersebut akan di balas dengan pahala yang berlipat ganda.
Amin.
Padang, Januari2012
Penulis
DAFTAR ISI
D. ManfaatPenelitian………..
E. KerangkaTeoritisDanKonseptual
a. KerangkaTeoritis………...…...
b. KerangkaKonseptual………...….
F. MetodePenelitian...
PIDANAMINIMUMKHUSUSDANPUTUSANHAKIM
A. Pembahasan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi dan Unsur -UnsurTindakPidanaKorupsi
1. PengertianTindakPidanaKorupsi...
2. Unsur-UnsurTindakPidanaKorupsi...
B. SejarahPengadilanTindakPidanaKorupsi... …...
C. TinjauanUmumtentangKetentuanPidanaMinimumKhusus...
D. TinjauanUmumtentangPutusanHakim
1. PengertianHakim...
2. PengertianPutusan...
3. JenisdanBentukPutusanHakim………... ……..
4. Syarat-SyaratSahnyaPutusanHakim...
BABIII PENERAPAN SANKSI PIDANA DI BAWAH ANCAMAN
DALAMPERKARATINDAKPIDANAKORUPSI
A. HakimdanKekuasaanKehakiman...
B. DoktrinKebebasanHakimdanAsasLegalitas...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
KorupsimerupakanmusuhbagisetiapNegaradidunia.Korupsiyang
telah mengakar akan membawa konsekuensi terhambatnya pembangunan di
suatunegara.Ketidakberhasilanpemerintahmemberantaskorupsiakansemakin
melemahkancitrapemerintahdimatamasyarakat.Dalampelaksanaannyadapat
terlihatdalambentukketidakpercayaan masyarakat, ketidakpatuhan masyarakat
terhadaphukum,danbertambahnyajumlahangkakemiskinandinegaratersebut.
Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945yangtertuangdalamPasal1ayat(3)bahwanegaraIndonesiaadalahnegara
hukum. Dari Pasal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa negara Indonesia
berdasarkan hukum (Rechtstaat), dan bukan berdasarkan kekuasaaan belaka
(Macshstaat).IniberartibahwaRepublikIndonesiaadalahnegarahukumyang
demokratisberdasarkanPancasiladanUUD1945,menjunjungtinggihakasasi
manusia,danmenjaminsemuawargaNegarabersamaankedudukannyadidalam
hukumdanpemerintahansertawajibmenjunjunghukumdanpemerintahanitu
dengantidakadakecualinya.Hukummenetapkanapayangharusdilakukan,apa
yanghendakditujubukansajaorangyangnyata-nyataberbuatmelawanhukum,
melainkan juga perbuatan hukum yang mungkin terjadi, dan kepada alat
perlengkapannegarauntukbertindakmenuruthukum.Sistembekerjanyahukum
yangdemikianmerupakansalahsatubentukdaripenegakanhukum.1
Prosespembangunandapatmenimbulkankemajuandalamkehidupan
masyarakat, selain itu juga dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial
masyarakat yang memiliki dampak negatif, terutama menyangkut masalah
peningkatantindakpidanayangmeresahkanmasyarakat.Salahsatutindakpidana
yangdikatakancukupfenomenaladalahmasalahkorupsi.Tindakpidanainitidak
hanyamerugikankeuangannegara,tetapijugamerupakanpelanggaranterhadap
hak-haksosialdanekonomimasyarakat.Ditengahupayapembangunannasional
diberbagaibidang,aspirasimasyarakatuntukmemberantaskorupsidanbentuk
penyimpangan lainnya semakin meningkat, karena dalam kenyataan adanya
perbuatankorupsitelahmenimbulkankerugiannegarayangsangatbesaryang
padagilirannyadapatberdampakpadatimbulnyakrisisdiberbagaibidang.
Untukitu,upayapencegahandanpemberantasankorupsiperlusemakin
ditingkatkandandiintensifkandenganmenjunjungtinggihakasasimanusiadan
kepentingan masyarakat. Bersamaan dengan perkembangan peradaban umat
manusiabentuk,jenisdancarakorupsijugaterusberkembangsemakincanggih.
Kejahatan korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan secara sistematis dan
terorganisasisertadilakukanolehorang-orangyangmempunyaikedudukandan
perananpentingdalamtatanansosialmasyarakatolehkarenaitukejahatanini
seringdisebut white collar crimeataukejahatankerahputih.
Menyadarikompleksnyapermasalahankorupsiditengah-tengahkrisis
multidimensionalsertaancamannyatayangpastiakanterjadi,yaitudampakdari
kejahatan ini. Maka tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai
permasalahan nasional yang harus dihadapi secara sungguh-sungguh melalui
keseimbangan langkah-langkah yang tegas dengan melibatkan semua potensi
yangadadalammasyarakatkhususnyapemerintahdanaparatpenegakhukum.2
Pemberantasan dan pembuktian terjadinya suatu tindak pidana
korupsi tidaklah mudah seperti membalikkan tangan. Tindak pidana korupsi
dapatterungkapsetelahberlangsungdalamwaktuyanglama.Umumnyatindak
pidana korupsi melibatkan sekelompok orang yang saling menikmati
keuntungan dari tindak pidana korupsi tersebut. Kekhawatiran akan
keterlibatannyasebagaitersangka,makadiantarasekelompokorangtersebutakan
salingmenutupisehingga secara sadar atau tidak sadar, tindak pidana korupsi
itudilakukansecaraterorganisirdalamlingkungankerjanya.
Secaraumumdalamsetiapnegarahukumdapatdilihatbekerjanyatiga
prinsipdasaryaitusupremasihukum,kesetaraanataupersamaankedudukandi
depanhukumdanpenegakanhukumdengancarayangtidakbertentangandengan
hukum.Dalampenjabaranselanjutnya,padasetiapnegarahukumakanterlihat
ciri-ciriadanya:3
2 3
Ibid.Hal.2.
SekjenMPRRI.PanduanPemasyarakatanUndang-UndangNegaraRepublikIndonesia
1. Jaminanperlindunganhakasasimanusia;
2. Kekuasaankehakimanatauperadilanyangmerdeka;
3. Legalitasdalamartihukum,yaitubahwabaikpemerintah/negara
maupunwarganegara dalambertindakharusberdasarkanatasdanmelalui
hukum.
Upayamemberantaskorupsibukanlahhalyangbaru,jikakitameneliti
sejarah peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang upaya untuk
memberantas tindak pidana korupsi sebenarnya hal tersebut telah ada sejak
diberlakukannya KUHP di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1918, perhatikan
Pasal423danPasal425KUHP.Denganmengandalkanketentuansebagaimana
yang diatur di dalam KUHP tersebut ternyata dirasakan dan dipandang tidak
efektif. Akibatnya banyak pelaku penyelewengan keuangan dan perekonomian
negara yang tidak dapat diajukan ke pengadilan karena perbuatannya tidak
memenuhirumusansebagaimanayangdiaturdidalamKUHP.4
Bertolak dari kenyataan tersebut di atas diperlukan adanya keleluasaan
bagipengusahauntukbertindakterhadapparapelakukorupsi.Atasdasaritupada
tanggal9April1957,KepalaStafAngkatanDarat,selakupenguasamiliterpada
waktuitumengeluarkanPeraturanNomorPrt/PM/06/1957,yangdidasarkanpada
pemikiranbahwapadawaktuitutidakadausahayangseriusuntukmemberantas
perbuatan-perbuatanyangmerugikankeuangandanperekonomianNegara.Ketika
Undang-undangdalamkeadaanbahayaakanhabismasaberlakunyaPemerintah
telahberusahapula untuk menggantinya, maka pada tanggal 16 April 1958,
diumumkan berlakunya Peraturan Pemberantasan Korupsi yaitu Peraturan
PenguasaPerangPusatKepalaStafAngkatanDaratNomorPrt/Perpu/013/1958,
dandisiarkandalamBeritaNegara(BN)Nomor 40/1958,dalamperaturanini
dapat dilihat keinginan Penguasa pada waktu itu untuk menambah peraturan
tersebutagarlebihefektifdalammemberantaskorupsi.
Pada tahun 1960, pemerintah memandang perlu untuk menggantinya
denganperaturanyangberbentukUndang-undang.Akantetapikarenakeadaan
yang memaksa dan tidak memungkinkan untuk membentuk sebuah Undang
-undang, maka instrument hukum yang dipergunakan untuk itu adalah dengan
diterbitkannyasebuahPeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undang Nomor
24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan, danPemeriksaan Tindak
Pidana Korupsi, Lembaran Negara Nomor 72 Tahun 1960. Didalam Undang
-undanginiadabeberapaPasaldalamketentuanlamayangdigantidiantaranya
Pasal40sampaidenganPasal50digantidenganPasal17sampaidenganPasal21
ditambahdenganbeberapaPasaldalamKUHPdiantaranyaPasal415,416,417,
423,425danPasal435KUHP.5Padapemerintahanordebaru,karenadidorong
olehdesakanaspirasimasyarakatmakapresidentelahmengeluarkanKeputusan
Presiden(Kepres)No.13Tahun1970tentangKomisiEmpatdanpengangkatan
Dr. Mohamad Hatta sebagai Penasehat Presiden dalam bidang pemberantasan
korupsi. Setelah melalui berbagai proses maka pada tanggal 29 Maret 1971
Undang-undangNomor24PrpTahun1960diubahlagidenganUndang-undang
Nomor3Tahun1971tentangPemberantasanTindakPidanaKorupsi,Lembaran
Negara No. 19 Tahun 1971. Pada era pemerintahan Presiden B.J. Habibie,
pemerintahmenganggapbahwaUndang-undangNomor3Tahun1971tersebut
kurangsempurnamakamelaluiUndang-undangNo.31Tahun1999,Undang
-undangtindakpidanakorupsidigantilagitepatnyapadatanggal16Agustus1999.
Kemudian ketika Baharuddin Lopa menduduki jabatan Menteri Kehakiman,
Undang-undangNomor31Tahun1999,dirubahdenganUndang-undangNomor
20Tahun2001danmasihberlakuhinggakini,yangselanjutnyadalampenulisan
inidisingkatdenganUndang-UndangPemberantrasanTindakPidanaKorupsi.
Lahirnya Undang-undang Pemberantrasan Tindak Pidana Korupsi yang
bersamaandengandiundangkannyaUndang-undangNo.30Tahun2002tentang
KomisiPemberantasanKorupsi,jelasbertujuanuntuksesegaramungkinmampu
menanggulangidanmemberantassemakinmaraknyatindakpidanakorupsiyang
terjadisertatidaklupatujuanutamayanglainnyagunase-efisiendanse-efektif
mungkindapatmengurangidanmengembalikankerugiankeuangannegarayang
ditimbulkanolehperbuatankorupsitersebut.KondisiNegaraIndonesiadarisegi
fiskal dan moneter pada kurun waktu pembentukan dan masa akan
diundangkannyaperaturanperundang-undanganyangmenyangkuttentangtindak
pidanakorupsitersebutdiatasadalahsangatkritisdimanautangluarnegerisangat
tinggijumlahnya.
DalamketentuanUndang-undangPemberantasanTindakPidanaKorupsi
yang baru ini terdapat beberapa hal yang merupakan penerapan ketentuan
1. Adanya beban pembuktian terbalik,tindakPidanaKorupsiyangnilainya
kerugianNegaranyasampaidenganRp.10.000.000,-(sepuluhjuta)jaksa
penuntutumummempunyaikewajibanuntukmembuktikanadanyatindak
pidanakorupsi,sedangterhadaptindakpidanakorupsiyangnilainyadiatas
Rp.10.000.000,-(sepuluhjuta)terdakwalahyangmembuktikanbahwauang
tersebutbukanberasaldaritindakpidanakorupsi;
2. Adanya pemberlakuan sanksi pidana minimum khusus,halinidiberlakukan
bagidelikkorupsiyangnilainyaRp.5.000.000,-(limajuta)ataulebih;
3. Pengambilalihan beberapa pasal dari KUHP, menjadi pasal-pasal delik
korupsi dan mencabut pasal-pasal tersebut dari KUHP.
DarisejarahperjalananpanjangpemerintahandiIndonesiatampakbahwa
pemerintahIndonesiaadalahpemerintahanyangantikorupsisehinggadarisatu
pemerintahankepemerintahanyanglain,darisatuordekeordeyanglaintampak
upaya untuk memberantas tindak pidana korupsi, namun walaupun demikian
korupsimasihtetaptumbuhsuburdinegarayangantikorupsiini,apalagijikadi
telitisecaramendalamadahal-halyangsangatmenggelitikdanmemaksapenulis
untuk melakukan analisis secara yuridis terhadap ketentuan sebagaimana yang
tercantumdalamPasal2danPasal3dariUndang-undangpemberantrasantindak
pidanakorupsi,yaitukarenaadanyasikappembuatUndang-undangdalamhalini
pemerintahdanDPRRIyangmenetapkansistem straf minimum rules(aturan
hukumanminimal)tetapitelahmemposisikanlamanyapidanadalamkeduaPasal
tersebut berbeda dengan prinsip-prinsip yang umum yang terdapat dalam
Pasal2dariUndang-undangPemberantrasanTindakPidanaKorupsi,berbunyi
sebagaiberikut:
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
Inti dari Pasal 2 ini adalah adanya larangan bagi setiap orang dengan tidak
memandangapakahiadalamposisimendudukisuatujabatantertentu,atausedang
memiliki suatu kewenangan tertentu jika ia terbukti melakukan perbuatan
memperkaya kaya diri sendiri atau orang lain, atau koorporasi yang dapat
merugikan keuangan negara maka ia dapat dipidana, dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya4(empat)tahun.JikakitabandingkanbunyiPasal2tersebut
denganbunyiPasal3yangberbunyi:
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
Dalam praktek ditemui adanya putusan dari hakim dalam mengadili
perkara tindak pidana korupsi yang menjatuhkan ancaman pidana kepada
diatur di dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana yang telah penulis sampaikan diatas. Diantaranya Majelis Hakim
Pengadilan Negeri (PN) Semarang hakim yang diketuai oleh Abid Saleh
MendrofaSH,memvonis1(satu)tahunpenjaradenganmasapercobaan2(dua)
tahunsertadendaRp500juta(subsidertigabulankurungan)kepadaMardijo,
Ketua DPRD Jateng 1999-2004 dalam persidangan perkara dugaan
penyelewenganAPBD2003senilaiRp14,8miliar.Dimanadalamtuntutannya
JaksaMintarjo,SHmenuntutterdakwadengan7(tujuh)tahunpenjara,dendaRp
500juta(subsiderenambulanpenjara),danuangpenggantisebesarRp.443juta
(subsider satu tahun penjara). Sementara itu, dalam berkas yang terpisah
pemeriksaanyangdilakukanolehMajelisHakimyangdiketuaiBoediHartono,
SH.menjatuhkanputusanpadamantanKetuadanWakilKetuaPanitiaRumah
Tangga(PRT)DPRDJateng1999-2004yakniDrs.H.M.AsrofiedanH.Soejatno
SW,SH.danWahonoIlyasmasing-masingdenganhukumanpidana10bulan
dengan masa percobaan 20 bulan ketiganya tidak dikenai denda dan hanya
WahonoyangdiwajibkanmembayaruangpenggantisenilaiRp.27juta.Keempat
terdakwainidijeratdenganPasal3joPasal18Undang-undangNomor31Tahun
1999sebagaimanatelahdiubahdanditambahdenganUndang-undangNomor20
Tahun2001joPasal55ayat(1)ke1joPasal64ayat(1)KUHP.6
Tindakpidanakorupsilainnya, yangpenjatuhanpidanadibawahbatas
minimumkhususjugaditemuidalamputusanPengadilanNegeriPoso,register
pidana nomor 91/Pid.Sus/2011/PN.Pso, atas nama terdakwa Joni Alminus
6 Diakses
dari http://antikorupsi.org, pada hari Jumat, tanggal 30 Desember 2011, pukul
Mbatono yang di duga melakukan tindak pidana korupsi penyimpangan dana
BantuanPembangunanDesa/Kelurahan(BPD/K)TA.2006,2007,2008dandana
Alokasi Dana Desa (ADD) TA. 2009 di seluruh desa di Kab. Morowali
sebagaimanadidalamdakwaanjaksapenuntutumumCabangKejaksaanNegeri
PosodiKolonedale,sehingganegaradirugikansebesarRp.8.579.480,-.Dalam
putusannyatertanggal04Agustus2011majelishakimyangdiketuaiolehNawawi
Pomolango,SH.danhakimanggotaAdilKasim,SH.MH.danDwiyantoro,SH.
menyatakanterdakwaJoniAlminusMbatonotelahtebuktibersalahmelakukan
tindakpidanasebagaimanadiaturdalamPasal3UUPTKJoPasal55ayat(1)ke
-1e KUHP “Turut Serta Melakukan Korupsi” dan hanya menjatuhkan pidana
penjara selama 6 (enam) bulan tanpa diharuskan membayar uang pengganti.
Sementara dalamtuntutannya jaksamenuntutdenganpidanapenjara selama1
(satu)tahundan3(tiga)bulandandendasebesarRp.50.000.000,-(limapuluh
jutarupiah)subsidair3(tiga)bulankurungandanmembayar uangpengganti
sebesarRp.8.579.480,-(delapanjutalimaratustujuhpuluhSembilanribuempat
ratusdelapanpuluhrupiah).7
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dengan Majelis Hakim yang diketuai
olehLexyMamonto,SH.MH.denganHakimAnggotaAgoengRahardjo,SH.
MH.danMakmunMasduki,SH.MH.jugapernahmenerapkansanksipidanadi
bawah minimum khusus dengan hukuman setahun penjara dengan masa
percobaan2(dua)tahundanmewajibkanmembayardendasebesarRp.50juta
ataudigantikurungan3(tiga)bulanpenjarakepadaterdakwaIr.Darizal(53)dan
terdakwa Drg. Helmy Rustam, MM. (51), terdakwa-terdakwa di dakwa oleh
penuntut umum melakukan korupsi senilai Rp. 69 juta di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo(RSCM)JakartaPusat(Jakpus)dengancaraIr.Darizalmenjabat
Koordinator Inventarisasi Aset RSCM sedangkan Drg. Helmy Rustam, MM.
menjabatKepalaBidangPengendalianAsetRSCMdalamKeputusanDirektur
Jenderal Pelayanan Medik No. HK.00.06.1.2.4922 tanggal 1 September 2005
ditunjuksebagaiPanitiaPenghapusanBarangMilik/KekayaanNegara(BM/KN).
Dalam aksinya, terdakwa menjual dua unit Cubical bekas merek MG (berupa
paneldantrafo)sehargaRp.6jutakepadasaksiIr.DarwieSalim.Selainitu,
terdakwajugamenjuallimaunittravo,duaunitmesincucidanlimaunitpanel
sertadelapanunittangkiairsehargaRp.63jutakepadasaksiDrs.MohAs’ad.
MakatotalasetyangdijualsebesarRp.69juta.Hasilpenjualanbarang-barang
tersebutsebesarRp.34jutalangsungdibagi-bagikankepada15orang.Terdakwa
IrDarizalmendapatbagiansebesarRp10jutadanterdakwaDrg.HelmyRustam,
MM.mendapatbagianRp7,5juta.SelanjutanyauangRp.16,5jutadibagikan
kepada13orangyangterlibatsebagaiPanitia.Sisanya,sebesarRp.35jutaoleh
terdakwaIrDarizaldimasukkankerekeningBidangAsetRSCM.
Terdakwa-terdakwa dituntut selama setahunpenjara, dendaRp.50juta
atau subsidair tiga bulan kurungan. Terdakwa – terdakwa terbukti melanggar
Pasal3JoPasal18Undang-undangNomor31Tahun1999sebagaimanadiubah
Undang-undangNomor20Tahun2001tentangperubahanatasUndang-undang
Nomor31Tahun1999tentangPemberantasanTindakPidanaKorupsijoPasal55
Tidak adanya formulasi tentang aturan/pedoman pemidanaan dalam
Undang-undangkhususdiluarKUHPyangmencantumkanpidanakhususdalam
rumusan deliknya akan menimbulkan permasalahan dalam penerapannya.
Setidaknya ketika hakim yang mengadili perkara pidana khusus tersebut
dihadapkan pada banyaknya faktor-faktor yang meringankan pidana tersebut.8
KetentuandalamPasal10ayat(1)Undang-undangNo.48Tahun2009tentang
Kekuasaan Kehakiman mengatur bahwa pengadilan dilarang menolak untuk
memeriksa,mengadilidanmemutussuatuperkarayangdiajukandengandalih
tidakadaataukurangjelas.Terkaitdenganketentuantersebut,Pasal5ayat(1)
mengatur bahwa hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian
diharapkanhakimmemeriksadanmengadiliperkarayangmenjadiwewenangnya
harus berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang
akhirnyatermuatdalamsuatuputusanapabilaterdakwatelahterbuktisecarasah
danmenyakinkanbersalahmakaputusanhakimdapatberupapemidanaan.
Beranjakdaripermasalahantersebutmengenaiidedasarpidanaminimum
khususdankemungkinanadanyadominasifaktor-faktoryangmeringankanpada
perkara tertentu (kasuistis) maka ditemukan rasio perlunya formulasi
aturan/pedomanpemidanaanterhadappidanaminimumkhusus.Beberapaputusan
pengadilan sudah ada yang menjatuhkan pidana di bawah ancaman pidana
minimumkhusussebagaimanarumusandeliknya,meskidiketahuidalamSurat
EdaranMahkamahAgungNo.3Tahun2001mengaturtentangperkara-perkara
8 Aminal
Umam. Penerapan Pidana Minimum Khusus. Varia Peradilan Tahun XXV No.
Hukumyangperlumendapatperhatianpengadilanmenyebutkanbahwaterhadap
perkara-perkara tertentu khususnya tindak pidana korupsi hendaknya hakim
menganutsatupendirianyangsamadalammemberantassampaikeakar-akarnya
denganmelaksanakanaturanhukumtertulisyangadauntukitu.
Putusanhakimakanmenjadiputusanmajelishakimdankemudianakan
menjadi putusan pengadilan yang menyidangkan dan memutus perkara yang
bersangkutandimanasesudahdilakukanpemeriksaanselesai,makahakimakan
menjatuhkanvonisberupa:9
1.Penghukumanbilaterbuktikesalahanterdakwa;
2.Pembebasanjikaapayangdidakwakantidakterbuktiatauterbuktitetapibukan
perbuatanpidanamelainkanperdata;
3.Dilepaskan dari tuntutan hukum bila terdakwa ternyata tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara rohaninya (ada gangguan jiwa) atau juga
ternyatapembelaanyangmemaksa.
Dalamputusannyahakimjugaberpedomanpada3(tiga)halyaitu:
1.Unsur yuridisyangmerupakanunsurpertamadanutama;
2.Unsur filosofis,berintikankebenarandankeadilan;
3.Unsur sosiologisyaitumempertimbangkantatanilaibudayayanghidupdan
berkembangdalammasyarakat.
Demikian juga halnya putusan pemidanaan yang berdasar pada yuridis
formaldimanaputusanhakimyangmenjatuhkanhukumanpemidanaankepada
seseorangterdakwa yaitu berisi perintah untuk menghukum terdakwa sesuai
9 Hidayat
Mana. Penerapan Ancaman Pidana Minimal Dalam Putusan Hakim.
dengan ancaman pidana (Straftmaat) yang tertuang dalam pasal pidana yang
didakwakan. Diakui memang bahwa Undang-undang memberikan kebebasan
terhadaphakimdalammenjatuhkanberatringannyahukumanyaituminimalatau
maksimalnamunkebebasanyangdimaksudadalahharuslahsesuaidenganPasal
12KUHPyaitu:
(1) Pidanapenjaraialahseumurhidupatauselamawaktutertentu.
(2) Pidanapenjaraselamawaktutertentupalingpendeksatuharidanpaling
lamalimabelastahunberturut-turut.
(3) Pidanapenjaraselamawaktutertentubolehdijatuhkanuntukduapuluh
tahun berturut-turut dalam hal kejahatan yang pidananya hakim boleh
memilih antara pidana mati, pidana seumur hidup, dan pidana penjara
selamawaktutertentu,atauantarapidanapenjaraseumurhidupdanpidana
penjara selama waktu tertentu; begitu juga dalam hal batas lima belas
tahundilampauisebabtambahanpidanakarenaperbarengan,pengulangan
ataukarenaditentukanPasal52.
(4) Pidanapenjaraselamawaktutertentusekali-kalitidakbolehmelebihidua
puluhtahun.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan berpedoman pada unsur-unsur
yang ada dalam setiap putusan, tentunya hakim dalam menjatuhkan putusan
pemidanaan haruslah sesuai dengan bunyi Pasal dakwaan. Dalam arti hakim
terikatdenganbatasminimaldanbatasmaksimalsehinggahakimdinilaitelah
menegakkan Undang-Undang dengan tepat dan benar. Sehubungan dengan
pernyataandiatas,penulisjugadapatmemahamiapabilaadahakimyangberani
menerobosyaitumenjatuhkanpidanadibawahbatasminimaldenganalasan“rasa
keadilandanhatinurani”artinyahakimyangbersangkutantidakmengikutibunyi
Undang-undangyangsecarategastertulishalinidapatsajaterjadikarenahakim
dalam putusannya harus berdasarkan pada kerangka hukum yaitu penegakan
Berdasarkanuraiantersebutdiatas,makapenulistertarikuntukmeneliti
dan membahas masalah bagaimana pendapat hakim dalam penerapan sanksi
pidana di bawah ancaman minimum khusus dalam putusannya dan untuk itu
Penulismengambiljudulsebagaiberikut:“PenerapanSanksiPidanaDiBawah
AncamanMinimumKhususDalamPerkaraTindakPidanaKorupsi“.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkanlatarbelakangpermasalahanyangtelahdikemukakandiatas,
makadapatdirumuskanbeberapamasalahsebagaiberikut:
1.Bagaimanakahpenerapansanksipidanadibawahancamanminimumkhusus
dalamperkaratindakpidanakorupsi?
2.Bagaimanakahkedudukanputusanhakimyangmenerapkansanksipidanadi
bawahancamanminimumkhususdalamperkaratindakpidanakorupsi?
3. Faktor-faktor apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim untuk
menerapkansanksipidanadibawahancamanminimumkhususdalamperkara
tindakpidanakorupsi?
C. Tujuan Penelitian
Adapuntujuandaripenelitiandanpenulisaniniadalahsebagaiberikut:
1.Untukmengungkapkanpenerapansanksipidanadibawahancamanminimum
khususdalamperkaratindakpidanakorupsi.
2.Untuk mengungkapkan kedudukan putusan hakim yang menerapkan sanksi
pidana di bawah ancaman minimum khusus dalam perkara tindak pidana
3.Untukmengungkapkanfaktor-faktorapakahyangmenjadidasarpertimbangan
hakimuntukmenerapkansanksipidanadibawahancamanminimumkhusus
dalamperkaratindakpidanakorupsi.
D. ManfaatPenelitian
1.Secarateoritishasilpenelitianinidapatbermanfaatbagiorangbanyakguna
pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan ilmu hukum khususnya
dibidanghukumpidana.
2.Secarapraktishasilpenelitianinidapatmenjadimasukanbagipraktisihukum
sehingga dapat dijadikan dasar berfikir dan bertindak bagi aparat penegak
hukumkhususnya,hakimdalammenerapkanhukumberdasarkanpenjatuhan
pidana minimum khusus dalam tindak pidana narkotika guna mewujudkan
keadilan,ketertibandankepastianhukum.
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual.
1.KerangkaTeoritis
Dalamilmuhukumterdapatberbagaialiranpemikiranyangberbeda
dalammemandangsifathukumbesertaunsur-unsuryangadadalamhukum
tersebut. Secara garis besar, aliran-aliran dalam ilmu hukum pidana dapat
dibagimenjadi:
a. Aliran Klasik
Aliranklasikinimunculsebagaireaksiterhadap ancient regime
yang menimbulkan ketidakpastian hukum, ketidaksamaan hukum dan
tersusunsecarasistematis,aliraniniinginmengobjektifkanhukumpidana
darisifat-sifatpribadisipelaku.10
CesareBeccariayangmerupakansatutokohaliranklasik,penulis
terkenaldeidelitiedelepene(oncrimesandpunishment).Menurutnya
prinsipyangterpentingadalah:
1)BahwapidanaharusditentukansebelumnyaolehUndang-undangdan
bahwahakimterikatpadaUndang-undanginidanpidanayangkejam
tidakadagunanya;
2)HakimtidakbolehmenginterpretasikanUndang-undanguntukmenjaga
kezaliman;
3)Pembuat Undang-undang bertugas menetapkan apa yang diancam
denganpidanadenganbahasayangdimengerti;
4)Dalam mengadili setiap kejahatan, hakim harus menarik kesimpulan
dari dua pertimbangan, yang pertama dibentuk oleh undang-undang
dengan batas berlakunya, yang kedua adalah pertanyaan apakah
perbuatankonkrityangakandiadiliitubertentangandenganundang
-undangatautidak.11
DisilainBeccariamenghendakiagarsusunanhukumpidanatetap
ada dan tidak berubah-ubah dengan cara hukum pidana harus tertulis
sehinggaperlindunganhukumterhadapindividudapatterlindungi.Dalam
hal ini Beccaria mengemukakan tujuan pemidanaan hanyalah untuk
10AndiHamzahdanSiriRahayu.SuatuTinjauanRingkasanSistemPemiidanaan
menghindari supaya si penjahat / si pelaku jangan sampai merugikan
masyarakatuntukkeduakalinyadanuntukmenakutioranglainsupaya
janganmelakukankejahatansepertiituyangsangatpentingadalahakibat
yangditimbulkanolehrakyat.12Tokohlaindarialiranklasikiniadalah
Jeremy Bentham, ia adalah seorang filsuf Inggris yang diklasifikasikan
sebagai penganut Utilitarian Hedonist. Salah satu teorinya yang sangat
pentingadalahdinamakan felcific calculus.Teoriinimenyatakanbahwa
manusia adalah makhluk rasional yang akan memilih secara sadar
kesenangandanmenghindarikesusahan.
Oleh karena itu, suatu pidana harus ditetapkan atau diberikan
padasetiapkejahatansedemikianrupasehinggakesusahanakanlebihkuat
daripadakesenanganyangditimbulkanolehkejahatan.Halinimerupakan
sumber pemikiran yang menyatakanbahwapidanaharuscocokdengan
kejahatannya, sebagaimanayangditegaskanolehparafilsafatmengenai
Let The Punishment Fit The Crime.Benthamsebagaiseorangpembaharu
hukumpidanamengemukakanbeberapatujuandaripidanadiantaranya,
yaitu:
1.Mencegahsemuapelanggaran;
2.Mencegahpelanggaranyangpalingkuat;
3.Mengekangangkakejahatan;dan
4.Menekankerugianbiayasekecil-kecilnya.13
12
Masih menurut Bentham, hukum pidana jangan digunakan
sabagai sarana untuk pembalasan terhadap para penjahat tetapi harus
digunakanuntukmencegahkejahatan.Aliranklasikiniberpijakpadatiga
tiang,yaitu:14
1.Asas Legalitas, yang menyatakan bahwa tiada tindak pidana tanpa
Undang-undangdantiadapenuntutantanpaUndang-undang;
2.AsasKesalahan,yangmenyatakanbahwaoranghanyadapatdipidana
untuktindakpidanayangdilakukannyadengansengajaataukarena
kealpaannya;
3.Asas Pengimbalan yang sekuler, yang menyatakan bahwa pidana
secarakonkrittidakdikenakandenganmaksuduntukmencapaihasil
yangbermanfaat.
b. Aliran Modern
AliranmoderninilahirpadaAbadke-19danyangmenjadipusat
perhatiannya adalah usaha-usaha untuk menemukan sebab kejahatan
denganmenggunakanmetodeilmualamdanbermaksuduntuklangsung
mendekati dan mempengaruhi penjahat secara positif sejauh dia masih
dapatdiperbaiki.
AliranmoderninidipeloporiolehLambroso,FerridanGarafalo.
Lambrosso dalam karyanya uomo delin quente menyampaikan bahwa
penjahat adalah manusia yang dilahirkan sebagai penjahat yang
dikarenakanketurunanyangtetaptinggalpadatingkatmanusiaprimitif.
Menurutpenelitianyangdilakukan40%penyebaborangmenjadipenjahat
adalahkarenaketurunan,sedangkan60%lagikarenafaktorlingkunganlah
yang memainkanperananandisampingtelahditentukansecarabiologis.
Lambroso percaya bahwa setiap penjahat mempunyai kebutuhan yang
berbedasehinggamerupakankebodohan.15
Hukumpidanadalamusahanya untukmencapaitujuan-tujuantidak
semata-mata menjatuhkan pidana, tetapi ada juga kalanya menggunakan
tindakan-tindakan. Penjatuhan pidana ini juga memiliki tujuan-tujuan demi
keadilanbaikbagikorbanataumasyarakatluasjugauntukmembentukpribadi
yanglebihbaikdaripelakukejahatan.
Terdapat berbagai teori yang membahas alasan-alasan yang
membenarkan(justification)penjatuhanhukumandiantaranya:
1. Teori Absolut / Teori Pembalasan.
Dasar pijakan dari teori ini adalah “Pembalasan”, inilah dasar
pembenardaripenjatuhanpenderitaanberupapidanaitukepadapenjahat.
Negara berhak untuk menjatuhkan pidana kepada penjahat karena telah
melakukanpenyeranganatauperkosaanpadahakdankepentinganhukum
(pribadi,masyarakatatauNegara)yangtelahdilindungi.16
Olehkarenaituiaharusdiberipidanasetimpaldenganperbuatan
yangdilakukannya.Penjatuhanpidanayangpadadasarnyapenderitaanpada
penjahatdibenarkankarenapenjahattelahmembuatpenderitaanbagiorang
lain. Setiap kejahatan tidak boleh tidak harus diikuti oleh pidana bagi
15
16Ibid.AdamiHal.Chazawi.39. PelajaranHukumPidana.PTRajaGrafindo:
pembuatnya. Tidak dilihat akibat-akibat apa yang bisa timbul dari
penjatuhanpidanaitu,tidakmemperhatikanmasadepanbaikterhadapdiri
penjahatmaupunmasyarakat.Penjatuhanpidanatidakdimaksudkanuntuk
mencapaisesuatuyangpraktis,tetapibermaksudsatu-satunyapenderitaan
bagipenjahat.17
Tindakanpembalasandidalampenjatuhanpidanamempunyaidua
arahyaitu:18
a. Ditujukankepadapenjahatnya(sudutsubjektifdaripembalasan);
b. Ditujukanuntukmemenuhikepuasandariperasaandendamdikalangan
masyarakat(sudutobjektifdaripembalasan);
Pembalasan oleh orang-orang dikemukakan sebagai alasan untuk
mempidana suatu kejahatan, kepuasan itulah yang dikejar. Apabila ada
seorang oknum yang langsung menjadi korban dan menderita karena
kejahatanitu,makakepuasanhatiituterutamaadapadasioknumtersebut.
HugodeGrootsebagaisalahsatupenganutteoriinimengatakan
merupakankehendakalam,barangsiapayangtelahmelakukansesuatuyang
bersifat jahat, maka sudah layak akan diperlakukan secara jahat pula.19
PenganutteoriabsolutelainnyaadalahImmanuelKant,Kantmengatakan
bahwadasarpembenarandarisuatupidanaituterdapatdidalamapayang
disebut Kategorischen Imperative,yaknimenghendakiagarsetiapperbuatan
melawan hukum itu harus dibalas. Keharusan menurut keadilan dan
menuruthukumtersebutbersifatmutlak,sehinggasetiappengecualianatau
setiappembalasanyangsemata-matadidasarkanpadasuatutujuanituharus
dikesampingkan.20
2.TeoriRelatif/TeoriTujuan.
TeoriRelatif(utilitarianatau doeltheorieen)berusahamencaridasar
pembenarandarisuatupidana,semata-matapadasuatutujuantertentu.Para
penganutteorirelatifinitidakmelihatpidanaitusebagaipembalasandan
karenaitutidakmengakuibahwapemidanaanitulahyangmenjaditujuan
utama,melainkanpemidanaanitucarauntukmencapaitujuanyanglaindari
pemidanaanitusendiri.Pemidanaandengandemikianmempunyai tujuan
yang lain dari pemidanaan itu sendiri. Pemidanaan dengan demikian
mempunyaitujuansehinggateoriinidisebutjugadenganteoritujuan.Dasar
pembenaranadanya pidanamenurutteoritujuanterletakpadatujuannya.
Pidana dijatuhkan bukan karena orang berbuat jahat melainkan supaya
orangjanganmelakukankejahatansehinggaketertibandidalammasyarakat
akantercipta.21
Untuk mencapai ketertiban di dalam masyarakat tersebut, maka
pidana itu mempunyai sifat menakut-nakuti, memperbaiki dan
membinasakan. Menurut teori ini pidana dimaksudkan sebagai alat
pencegahanbaikyangbersifatkhususmaupunyangbersifatumum.Salah
satupenganutaliraniniadalahGrolman,yangmengatakanbahwatujuan
dari pemidanan itu untuk melindungi masyarakat dengan membuat
20
penjahatnyamenjaditidakberbahayaataudenganmembuatpenjahatnyaitu
menjadijerauntukmelakukankejahatankembali.
Von List penganut teori ini mengemukakan bahwa hukum itu
fungsinyauntukmelindungikepentinganhidupmanusiayangolehhukum
telahdiakuisebagaikepentinganhukumyangdimilikiolehorangyangsatu
denganorangyanglainnya.
3. Teori Gabungan.
PelopordariteorigabunganiniadalahPellegrinoRossi(1787-1884).22
Menurut pandangan teori gabungan selain dimaksudkan sebagai upaya
pembalasan atas perbuatan jahat yang telah dilakukan oleh seseorang,
pidanatersebuttidakbolehmelampauisuatupembalasanyangadil.Dengan
menyimakpandanganteorigabunganiniterlihatgambaranbahwateoriini
mempunyaikecenderunganyangsamadenganyangdikatakanolehMuladi
sebagai retributifvisme teleologis. Pandangan ini menganjurkan untuk
mengintegrasikan beberapa fungsi sekaligus dan bersifat utilitarian,
misalnyapencegahandanrehabilitasiyangkesemuanyaharusdicapaioleh
suatu rencana pemidanaan. Pidana dan pemidanaan terdiri dari proses
kegiatan terhadap pelaku tindak pidana yang dengan satu cara tertentu
diharapkan untuk dapat mengasimilasikan kembali narapidana dalam
masyarakat.
Kitamengenalbahwahukummerupakanbagiandariperangkatkerja
sistem sosial. Fungsi sistem sosial ini adalah untuk mengintegrasikan
kepentingananggotamasyarakat,sehinggaterciptasuatukeadaanyangtertib.
Halinimengakibatkanbahwatugashukumadalahmencapaikeadilan,yaitu
keserasianantaranilaikepentinganhukum (rechtszekerheid).23
Achmad Ali dalam ajaran teori tujuan hukumnya, mengemukakan
bahwa persoalan tujuan hukum dapat dikaji melalui tiga sudut pandang,
yaitu:24
. Dari sudut pandang ilmu hukum positif-normatif atau yuridis dogmatik,
tujuanhukumdititikberatkanpadasegikepastianhukumnya;
. Darisudutpandangfilsafathukum,tujuanhukumdititikberatkanpadasegi
keadilan;
3.Dari sudut pandang sosiologi hukum, tujuan hukum dititikberatkan pada
segikemanfaatannya.
Ajarankonvensionalmenganggapbahwatujuanhukumsemata-mata
hanyasalahsatudaritigatujuantersebut,yaknibahwatujuanhukumhanya
untuk menciptakan kepastian hukum saja (ajaran normatif-dogmatik), atau
hanya untuk menciptakan kemanfaatan/kebahagiaan masyarakat saja (ajaran
utilitas),atautujuanhukumhanyasemata-matauntukmencapaikeadilansaja
(ajaranetis).Ajaraninisudahsangatusangdanbanyakyangmenentangnya,
karena bila keadilan sajayang menjadi tujuanhukum, tidaklah sepenuhnya
tepat, karena bagaimanapun nilai keadilan terlalu subyektif dan abstrak,
demikianhalnyajikatujuanhukumsemata-matahanyakepastianhukum,maka
23SautPanjaitan,Dasar-DasarIlmuHukum(Asas,PengertiandanSistematika),Universitas Sriwijaya,Palembang,1998,Hal.57.
hukum hanya merupakan permainan prosedur saja, sehingga hakim hanya
merupakan bouche de la loi(terompetundang-undangbelaka).25
Sejalandenganhaltersebutdiatas,GustavRadbruch(1961)dengan
AjaranTeoriPrioritasBakunyamengemukakanbahwaketigaidedasarhukum
itumerupakantujuanhukumsecarabersama-sama,yaitu:26
1.Keadilan;
. Kemanfaatan;dan
. Kepastianhukum.
Dalampraktik,faktamenunjukkanbahwaterjadipertentanganpada
saat menerapkan tujuan hukum tersebut secara bersama-sama, karena tidak
jarangterjadibenturanantarakepastianhukumdengankeadilan,atauantara
kepastianhukumdankemanfaatan,ataupunantarakeadilandankemanfaatan.
Misalnyasaja,dalamkasus-kasushukumtertentu,hakimyangsenantiasaingin
menghendakiputusannyaadil(menurutpersepsikeadilanyangdianuthakim
tentunya) bagi penggugat, tergugat, atau terdakwa, tetapi disisi lain sering
merugikan kemanfaatan bagi masyarakat luas. Atau sebaliknya, bila
kemanfaatanmasyarakatluasdipuaskan,makaperasaankeadilanbagiorang
tertentu dikorbankan. Sehingga Radbruch berkesimpulan bahwa dalam
implementasinya harus digunakan asas prioritas, dimana prioritas pertama
adalah keadilan, kemudian kemanfaatan, dan terakhir barulah kepastian
hukum. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan semakin kompleksnya
25
kehidupan manusia di era modern, pilihan prioritas yang sudah dibakukan
kadang-kadang justru bertentangan dengan kebutuhan hukum dalam kasus
-kasus tertentu, sebab bisa jadi kemanfaatan lebih diprioritaskan ketimbang
keadilandankepastianhukumataumungkindalamkasustertentukepastian
hukumlahyanglebihdiprioritaskanketimbangkemanfaatandankeadilan.
Dari penjelasan mengenai teori-teori di atas maka penulis dalam
menyusun tesis ini berpijak dengan menggunakan teori gabungan dalam
penjatuhan pidana dan teori tujuan hukum yang dikemukakan oleh Gustav
Radbruch(1961).
Putusanmerupakankaryaatau mahkotadariseorangHakim.Adalah
menjaditanggungjawabHakimmemberiputusanyangberkualitasbagipara
pencari keadilan. Pasal 53 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
KekuasaanKehakimanmenyatakanbahwa:
(1)Dalam memeriksa dan memutus perkara, hakim bertanggug jawab atas
penetapandanputusanyangdibuatnya.
(2)Penetapandanputusansebagaimanadimaksudpadaayat(1)harusmemuat
pertimbanganhukumhakimyangdidasarkanpadaalasandandasarhukum
yangtepatdanbenar.
MenurutLawrenceM.Friedmansebagaisuatusistematausubsistem
dari sistem kemasyarakatan maka hukum mencakup struktur hukum
(structure),substansihukum(substance)danbudayahukum(legal culture).27
Struktur mencakup wadah ataupun bentuk dari sistem tersebut yang
umpamanya mencakup tatanan lembaga-lembaga hukum formal, hubungan
antara lembaga-lembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dan
seterusnya. Substansi mencakup isi norma-norma hukum beserta
perumusannya maupuncaramenegakkannya yang berlakubagipelaksanaan
hukum maupun pencari keadilan. Budaya hukum pada dasarnya mencakup
nilai-nilai yang mendasari hukumyang berlaku, nilai-nilai yang merupakan
konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga
dituruti)danapayangdianggapburuk(sehinggadihindari).28
Dalam penjelasan Pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004
tentangKekuasaanKehakimanyangdirubahdenganUndang-undangNomor
48Tahun2009tentangPerubahanKeduadariUndang-undangNomor2Tahun
1986 Tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa kebebasan dalam
melaksanakan wewenang judisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim
adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila,
sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia. Hakim
tidak dapat menolak untuk menjatuhkan putusan apabila perkaranya sudah
mulaidiperiksasebagimanadiaturdalamPasal10ayat(1)Undang-Undang
Nomor48Tahun2009.Bahkanperkarayangtelahdiajukankepadanyatetapi
belummulaidiperiksatidakmungkiniamenolaknya.29
2. Kerangka Konseptual
28Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. PT Raja GrafindoPersada.Jakarta.2004.Hlm.7.
a. Penerapan
MenurutKamusBesarBahasaIndonesia, penerapanberasaldari
kataterapyangberartiproses,cara.Penerapanbermaknaperbuatanatau
tindakanmelaksanakansesuatuatauperihaluntukmempraktikkansuatu
hal.30Blom(1986)menjelaskan penerapanadalahmencakupkemampuan
untukmenerapkaninformasipadasuatukasusatauproblemyangkonkret
danbaru.Adanyakemampuandinyatakandalamaplikasisuaturumusada
persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada
KUHPyangmenyebutkanbahwapidanapokokyangterdiridaripidana
mati, pidana penjara, pidana kurungan dan pidana denda serta pidana
tambahan yaitu pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang dan
pengumumankeputusanHakim. SanksidalambahasaIndonesiadiambil
dari bahasaBelanda “sanctie”. Dalam konteks hukum, sanksi berarti
hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan. Sedangkan dalam konteks
sosiologi,sanksidapatberartikontrolsosial. Sanksidalamhukumpidana
30 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
PengembangandanPembinaanBahasa.BalaiPustaka.Jakarta.1997.Hlm.745. 31 www.Petra
Christian University Library.co.id. Diakses Pada hari Senin, tanggal 22
November2010Pukul.11.25wib.
yang berupa pidana merupakan sanksi negatif dan hal inilah yang
membedakansanksihukumpidanadengansanksi-sanksihukumlain.
Pidana berasal kata straf (Belanda), yang adakalanya disebut
denganistilahhukuman.Istilahpidanalebihtepatdariistilahhukuman
karena hukum sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. Menurut
KamusBesarBahasaIndonesiaEdisiIICetakanIX,pengertian pidana
adalah hukum kejahatan (hukum untuk perkara kejahatan/kriminal).33
R.Soeroso menggunakan istilah ”hukuman” untuk menyebut ”pidana”
dan merumuskan bahwa huuman adalah suatu perasaan tidak
enak/sengsara yang dijatuhkan oleh Hakimdengan vonis kepadaorang
yang telah melanggar undang-undang hukum pidana.34 Sudarto
mendefenisikandenganpidanaialahpenderitaanyangsengajadibebankan
kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat
tertentu.
c. Sistem Pidana Minimum Khusus
BardaNawawiAriefmenyatakanbahwa sistem pidana minimum
khusus merupakan suatu pengecualian, yaitu untuk delik-delik tertentu
yang dipandang sangat merugikan, membahayakan atau meresahkan
masyarakat dan delik-delik yang dikualifikasir oleh akibatnya
(Erfolsqualifizierte delikte) sebagai ukuran kuantitatif yang dapat
dijadikanpatokanbahwadelik-delikyangdiancamdenganpidanapenjara
33 Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I CetakanIX.BalaiPustaka.Jakarta.1997.Hlm.360.
34 R.
Soesilo. KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia.
di atas 7 (tujuh) tahun yang dapat diberi ancaman minimum khusus,
karenadelik-delikitulahyangdigolongkansangatberat.35
Sistem pemidanaan pada tindak pidana korupsi menetapkan ancaman
minimumkhususdanmaksimumkhusus,baikmengenaipidanapenjara
maupunpidanadendadantidakmenggunakansistemdenganmenetapkan
ancaman pidana maksimum umum dan minimum umum seperti dalam
KUHP. Maksimum khusus pidana penjara yang diancamkan jauh
melebihimaksimumumumdalamKUHP(15tahun),yaknipalingtinggi
sampai20tahun.DalamKUHPbolehmenjatuhkanpidanapenjarasampai
melebihi batas maksimum 15 (lima belas) tahun yakni 20 (dua puluh
tahun),dalamhalapabilaterjadipengulanganatauperbarengan(karena
dapatditambahsepertiganya)atautindakpidanatertentusebagaialternatif
daripidanamati(misalPasal104,340,365ayat4KUHP).
d.AncamanMinimumKhusus
Dalam KUHP sendiri tidak dikenal adanya anncaman pidana
minimalkhususyangadahanyaancamanpidanaminimalumumsehingga
aturanumumberorientasipadasistemmaksimum.Haliniberbedadengan
aturan/undang-undang khusus yang dibuat untuk suatu tindak pidana
tertentu yang pengaturannya berada di luar KUHP. Terhadap undang
-undangkhusustersebutdikenaladanyaancamanpidanaminimumkhusus
terhadap sanksi pidananya baik berupa pidana penjara maupun pidana
denda.Namunstandarisasiancamanminimumkhusustersebutbervariasi
35 Barda
Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan hukum Pidana. Citra Aditya Bakti.
dan tidak berpola tergantung kepada jenis tindak pidananya sehingga
dalam aturan dan pedoman untuk pelaksanaan/penerapannya tidak ada
secarabakuyangakandijadikanacuanuntukmelaksanakannya.
Pola minimal dan maksimal umum yang diatur dalam KUHP
menyebutkanbahwauntukpidanapenjaralamanya seseorangdipenjara
adalahsatuharidanmaksimal15tahunatau20tahununtuktindakpidana
pemberatan sedangkan dalam tindak pidana diluar KUHP pola pidana
minimumkhususuntukpidanapenjarabervariasi/tidakadapolayang
bakudanuntukancamanmaksimumkhususnyajugabervariasitergantung
kepadadelik/tindakpidanayangdiperbuat.
e. Korupsi
Secaraumumyangdimaksuddengan korupsidalamensiklopedia
Indonesia istilah “korupsi” berasal dari bahasa Latin corruption =
penyuapan ; corruptore=merusak,gejaladimanaparapejabat,badan
-badannegaramenyalahgunakanwewenangdenganterjadinyapenyuapan,
pemalsuansertaketidakberesanlainnya.
Adapunartiharfiahdarikorupsidapatberupa:
1)Kejahatan kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan
ketidakjujuran.
2)Perbuatanyangburuksepertipenggelapanuang,penerimaansogokdan
sebagainya.
3)Korup (busuk; suka menerima uang suap, uang sogok; memakai
4)Korupsi(perbuatanbusuksepertipenggelapanuang,penerimaanuang
sogokdansebagainya);
5)Koruptor(orangyangkorupsi).
IstilahkorupsiberasaldaribahasalatinCorruptieatauCorruptus.
Selanjutnya, disebutkan bahwa Corruptio itu berasal dari kata
Corrumpore,suatu kata latin kuno. Dari bahasa latin inilah, istilah
CorruptioturunkeberbagaibahasadiEropa,sepertiInggris: Corruption,
Corrupt;Prancis:Corruption;danBelanda: Corruptie (korruptie).36
BaharuddinLopasebagaiseorangpenegakHukummengutippendapatdari
David M. Chalmers, yang menguraikan istilah korupsi dalam berbagai
bidang,yakniyangmenyangkutmasalahpenyuapan,yangberhubungan
dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang
kepentinganumum.
Dalam Black’s Law Dictionary,pengertiankorupsiadalah:
“The act of doing something with an intent to give some advantage in consistent with official duty and the rights of others; a fiduciary’s of official’s use of a station or office to procure some benefit either personally of for someone else, contrary to the rights of others” (Bryan Garner, 1999).
David M. Chalmers menguraikan pengertian istilah korupsi itu dalam
berbagaibidang,antaralainyangmenyangkutmasalahpenyuapan,yang
berhubungandenganmanipulasidibidangekonomi,danyangmenyangkut
kepentinganumum.
f. Tindak Pidana Korupsi
Tindakpidanakorupsimerupakansalahsatubagiandarihukum
pidanakhususdisampingmempunyaispesifikasitertentuyangberbeda
denganhukumpidanaumum,sepertiadanyapenyimpangandalamhukum
acarasertaapabiladitinjaudarimateriyangdiatur.Makatindakpidana
korupsisecaralangsungmaupun tidaklangsungdimaksudkan menekan
seminimal mungkin terjadinya kebocoran dan penyimpangan terhadap
keuangandanperekonomiannegara.
Tindak Pidana Korupsi memiliki pengertian yang hampir sama
dengankorupsi.TindakPidanaKorupsimenurutUndang-undangNomor
31Tahun1999joUndang-undangNomor20Tahun2001adalahsebagai
berikut:
1)Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkayadirisendiriatauoranglainatausuatukorporasiyangdapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2UU
No.31Tahun1999).
2)Setiaporangyangdengantujuanmenguntungkandirisendiriatauorang
lainatausuatukorporasi,menyalahgunakankewenangan,kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapatmerugikankeuangannegaraatauperekonomiannegara(Pasal3
UUNo.31Tahun1999).
F. Metode Penelitian
Istilah“metodologi”berasaldarikata“metode”yangberarti“jalanke”.37
Menurut Sunaryati Hartono, metode penelitian adalah cara ataujalan atau
proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakancarapenalarandan
berfikir yang logis-analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus dan
teori-teori suatu ilmu (atau beberapa cabang ilmu) tertentu, untuk menguji
kebenaran (atau mengadakan verifikasi) suatu hipotesis atau teori tentang
gejala-gejalaatauperistiwaalamiah,peristiwasosialatauperistiwahukumyang
tertentu.38
Metodeadalahcarakerjaatautatakerjauntukdapatmemahamiobyek
yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.39 Sedangkan
penelitianmerupakansuatukerjailmiahyangbertujuanuntukmengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.40 Penelitian hukum
merupakansuatukegiatanilmiahyangdidasarkanpadametode,sistematikadan
pemikirantertentuyangbertujuanuntukmempelajarisesuatuataubeberapagejala
hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.41 Dengan demikian metode
penelitianadalahupayailmiahuntukmemahamidanmemecahkansuatumasalah
berdasarkanmetodetertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai
berikut:
1. Tipe dan Pendekatan Penelitian.
38SoerjonoSoekanto.1986.PengantarPenelitianHukum. Jakarta:UI-Press.Hal.5. 39Soerjono Soekanto. 1990. Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris. Jakarta : IndonesiaHillco.Hal.106.
40 Soerjono
Soekanto dan Sri Mumadji. 2001. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.Jakarta:RajagrafindoPersada.Hal.1.
Penelitian secaraumum dapat digolongkan dalam beberapa jenis,dan
pemilihanjenispenelitiantersebuttergantungpadaperumusanmasalahyang
ditentukan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang
menggunakanbahanpustakaataudatasekunderyangterdiridaribahanhukum
primer,bahanhukumsekunderdanbahanhukumtersiersebagaidatautama,
dimanaPenulistidakperlumencaridatalangsungkelapangan.
Sifatpenelitianhukuminisejalandengansifatilmuhukumitusendiri.
Ilmuhukummempunyaisifatsebagaiilmuyangpreskriptif,artinyasebagai
ilmuyangbersifatpreskriptif ilmuhukummempelajaritujuanhukum,konsep
-konsephukum,dannorma-normahukum.42Dalampenelitianinipenulisakan
memberikanpreskriptifmengenaipenerapan dankedudukanputusanhakim
dalampenjatuhansanksipidanadibawahancamanminimumkhususterhadap
perkaratindakpidanakorupsi.
2. Alat Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam penelitian hukum normatif ini, penulis memperoleh data dari
bahan-bahan pustaka yang lazimnya disebut dengan data sekunder, yang
mencakupbahanhukumprimer,sekunderdantersieryangselanjutnyapenulis
mempelajari, dan mendalami bahan-bahan hukum tersebut serta mengutip
teori-teoriataukonsep-konsepdarisejumlahliteraturbaikbuku-buku,jurnal,
makalah, koranataukarya tulis lainnya yang berhubungandenganmasalah
42 PeterMahmud
yangditeliti,kemudianpenulismengumpulkanbahanhukumtersebutdalam
lembaran-lembaranyangdisediakan.
Adapun sumber-sumber bahan hukum yang terdiri dari data sekunder,
adalah:43
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat
seperti Undang-Undang Dasar 1945, peraturan perundang-undangan,
Yurisprudensi,PutusanPengadilan,Traktat,KUHAPdansebagainya.
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti rancangan undang
-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan
sebagainya.
3) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupunpenjelasanterhadapbahanhukumprimerdansekunder,seperti
kamusdanensiklopedia.
3. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Setelah bahan hukum primer, sekunder dan tersier terkumpul dan
dirasatelahcukuplengkap,kemudiandiolahsecarakualitatif.Teknikanalisis
kualitatif dilakukan dengan cara menganalisa bahan hukum berdasarkan
konsep, teori, peraturan perundang-undangan, pandangan pakar ataupun
pandanganpenulissendiri,kemudiandilakukaninterprestasiuntukmenarik