• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SANKSI PIDANA DI BAWAH ANCAMAN MINIMUM KHUSUS DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN SANKSI PIDANA DI BAWAH ANCAMAN MINIMUM KHUSUS DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SANKSI PIDANA

DI BAWAH ANCAMAN MINIMUM KHUSUS

DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

TESIS

Oleh:

ANGGIPRAYURISMAN,SH. Bp. 0921211061

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

(2)

PENERAPAN SANKSI PIDANA DI BAWAH ANCAMAN MINIMUM KHUSUSDALAMPERKARATINDAKPIDANAKORUPSI

Oleh : Anggi Prayurisman.

(Pembimbing:Prof.Dr.H.ElwiDanil,SH.MH.danShintaAgustinaSH.MH.)

RINGKASAN

Undang-undangNomor 31Tahun1999JoUndang-undangNomor 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi menganut sistem

pemidanaan minimum khusus dalam penjatuhan sanksi pidananya. Dalam

prakteknyasanksipidanayangdijatuhkanolehhakimadayangdibawahancaman

minimumkhusussebagaimanadiaturdidalamUndang-undangkorupsitersebut.

Permasalahandalamtesisiniadalah:1).bagaimanakahpendapathakimdalam

menerapkansanksipidanadibawahancaman minimumkhususdalamperkara

tindakpidanakorupsi,2).bagaimanakedudukanputusanhakimyangmenerapkan

sanksipidanadibawahancamanminimumkhususdalamperkaratindakpidana

korupsi,dan3).faktor-faktorapayangmenjadidasarpertimbanganhakimuntuk

menerapkan sanksi pidana dibawah ancaman minimum khusus dalam perkara

tindakpidanakorupsi.MetodePenelitianyangdigunakanadalahyuridisnormatif,

dan menggunakan metode pengumpulan data meliputi penelitian kepustakaan

yangmencakupbahanhukumprimer,sekunderdantertieryangkemudiandiolah

dandianalisissecarakualitatif.Darihasilpenelitian,terdapatduapendapathakim

dalam praktek penerapan sanksi pidana di bawah ancaman minimum khusus

dalamperkaratindakpidanakorupsi,yaitu:menerapkansesuaidenganaturan

(3)

putusan hakim yang menerapkan sanksi pidana di bawah ancaman minimum

khususinitidakdapatdibenarkanberdasarkanasaslegalitasyangdidalamnya

mengandungunsurkeadilan,kepastianhukumdankemanfaatan,yangharusada

di dalam putusan hakim, dan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan hakim

dalampenerapansanksipidanadibawahancamanminimumkhususini:peristiwa

tindak pidana korupsi itu sendiri, kedudukan terdakwa sebagai pelaku tindak

pidana korupsi yang dilakukannya, jumlah kerugian negara yang ditimbulkan

dihubungkandenganlamanyapidanayangdijatuhkan.Saranbagipenegakhukum

kedepannyahakimdengankebebasanyangdimilikihendaknyaselaluberusaha

meningkatkandiridanpengalamansertailmupengetahuandidalammenganalisa

suatuperkaratindakpidanakorupsi,hendaknyabagihakimyangmemeriksadan

mengadiliperkaratindakpidanakorupsimemilikisatupersepsiyangsamadalam

menerapkanpidanaterhadappelakutindakpidanakorupsisehinggatidakadalagi

(4)

JudulPenelitian

KhususDalamPerkaraTindakPidanaKorupsi.

AnggiPrayurisman.

0921211061.

IlmuHukum.

Tesis ini telah diuji dan dipertahankan di depan sidang panitia ujian akhir

MagisterHukumpadaProgramPascasarjanaUniversitasAndalasdandinyatakan

luluspadahariSenin,tanggal9Januari2012.

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pebimbing II

Prof. Dr. H. Elwi Danil, SH. MH. Shinta Agustina, SH. MH.

Ketua Anggota

2.KetuaProgramStudiIlmuHukum 3.DirekturProgramPascasarjana

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Denganinisayamenyatakanbahwaisitesisyangsayatulisdenganjudul:

“Penerapan Sanksi Pidana Di Bawah Ancaman Minimum Khusus Dalam

Perkara Tindak Pidana Korupsi”.

Adalahhasilkerjasayasendiridanbukanmerupakanjiplakandarihasilkarya

orang lain, kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika kemudian hari

ditemukan ketidak benaran atau ketidakjujurandalam tesis yang saya buatini

makakelulusandangelaryangsayaperolehmenjadibataldengansendirinya.

Demikiansuratpernyataaninisayabuatdengansebenar-benarnya.

Padang, Januari2012

Yangmembuatpernyataan,

(6)

PENERAPAN SANKSI PIDANA

DI BAWAH ANCAMAN MINIMUM KHUSUS

DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

Oleh:

ANGGIPRAYURISMAN,SH. Bp. 0921211061

TESIS

DiajukanUntukMemenuhiSalahSatuPersyaratan

DalamMemperolehGelarMagisterHukum

PadaProgramPascasarjanaUniversitasAndalasPadang

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

(7)

KATA

PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, yang pada akhirnya

menyelesaikan penulisantesis inidenganjudul“Penerapan Sanksi Pidana Di

Bawah Ancaman Minimum Khusus Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi”.

Adapun tujuan dari penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi danmeraih gelar kesarjanaan di bidang Magister Hukum

padaProgramPascasarjanaUniversitasAndalasPadang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian tesis ini

masihbanyakterdapatkekurangandanjauhdarikesempurnaanbiladitinjaudari

segiilmiahmaupunsegitatabahasanya,halinidisebabkankarenaketerbatasan

dan kemampuan yang penulis miliki sendiri. Penulis menyadari bahwa tanpa

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak tidak mungkin tesis ini dapat

terselesaikandenganbaik.Olehkarenaitu,padakesempataninidengansegala

kerendahanhati,penulisinginmengucapkanterimakasihyangtakterhinggadan

penghargaanyangsebesarnyakepadakeduaorangtuapenulis,AyahdanBunda

tercintayangselaludantakhenti-hentinyamemberikandorongan,semangat,serta

pengorbananyangbegituluarbiasa.Denganterselesaikannyatesisini,merupakan

salah satu wujud perjuangan terbaik yang penulis persembahkan khususnya

kepadaAyahdanBundasertakeduaadik-adikpenulissemogainiakanmenjadi

suatukebanggaantersendiribagimerekaatassemuayangpenulistelahlakukan.

Teristimewa kepada adinda Fhatmi Haddia Putri yang selalu memberikan

semangat dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis. Tak lupa ucapan

terimakasihyangtakterbalaskanpenulisucapkankepada Bapak Prof. Dr. H.

ElwiDaniel,SH.MH.selakupembimbingIdanIbuShintaAgustina,SH. MH. selaku pembimbing IIatasjasayangbesardalammemberikanbimbingan

dan membantu penulis dalam melakukan penulisan tesis ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

penyelesaiantesisini,antaralain:

1. BapakProf.Dr.Ir.NovirmanJamarun.MScselakuDirekturProgram

PascasarjanaUniversitasAndalasbesertaParaAsistenDirektur.

2. BapakProf.Dr.TeguhSulistia.SH.MHumselakuKetuaProgram

Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Andalas beserta

Sekretaris.

3. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pendidikan dan

(8)

berkuliah di Program Pascasarjana Universitas Andalas Jurusan Ilmu Hukum

4. BapakdanIbudosenyangtelahbanyakmemberikanpendidikandan

pengajaran ilmu-ilmu yang bermanfaat dan berguna selama penulis

berkuliahdiFakultasHukumUniversitasAndalas.

5. KaryawandanKaryawatiProgramPascasarjanaUniversitasAndalas.

6. Terima kasih kepada sahabat, rekan, teman, angkatan ’09’ Kelas A

Reguler Mandiri Pascasarjana Universitas Andalas program studi Ilmu

Hukumyangtelahturutsertamemberikandorongan,semangatnyaserta

membantudalampembuatantesisini.

7. Terimakasihkepadakakak-kakaksenioryangtidakdapatdisebutkan

nama satu persatu dan adik-adik angkatan yang telah memberikan

semangatdandorongannyadanrekan-rekan,bapak/ibuditempatpenulis

bekerjayangtelahbanyakmemberikansarandanmasukankepadapenulis.

Tiadamanusiadilahirkandengankesempurnaan,karenakesempurnaanitu

hanyalahmilikSangKhalikyangmenciptakanlangitdanbumibesertaisinya,

maka penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak luput dari segala

kekurangan. Akhir kata, kritik dan saran yang bermanfaat dari rekan-rekan

semuanyasangatpenulisharapkangunakesempurnaanyanglebihbaikdimasa

yangakandatang.PenulismemohonkehadiratAllahSWTsemogasemuaamal

kebaikan-kebaikan tersebut akan di balas dengan pahala yang berlipat ganda.

Amin.

Padang, Januari2012

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

D. ManfaatPenelitian………..

E. KerangkaTeoritisDanKonseptual

a. KerangkaTeoritis………...…...

b. KerangkaKonseptual………...….

F. MetodePenelitian...

PIDANAMINIMUMKHUSUSDANPUTUSANHAKIM

A. Pembahasan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi dan Unsur -UnsurTindakPidanaKorupsi

1. PengertianTindakPidanaKorupsi...

2. Unsur-UnsurTindakPidanaKorupsi...

B. SejarahPengadilanTindakPidanaKorupsi... …...

C. TinjauanUmumtentangKetentuanPidanaMinimumKhusus...

D. TinjauanUmumtentangPutusanHakim

1. PengertianHakim...

2. PengertianPutusan...

3. JenisdanBentukPutusanHakim………... ……..

4. Syarat-SyaratSahnyaPutusanHakim...

(10)

BABIII PENERAPAN SANKSI PIDANA DI BAWAH ANCAMAN

DALAMPERKARATINDAKPIDANAKORUPSI

A. HakimdanKekuasaanKehakiman...

B. DoktrinKebebasanHakimdanAsasLegalitas...

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

KorupsimerupakanmusuhbagisetiapNegaradidunia.Korupsiyang

telah mengakar akan membawa konsekuensi terhambatnya pembangunan di

suatunegara.Ketidakberhasilanpemerintahmemberantaskorupsiakansemakin

melemahkancitrapemerintahdimatamasyarakat.Dalampelaksanaannyadapat

terlihatdalambentukketidakpercayaan masyarakat, ketidakpatuhan masyarakat

terhadaphukum,danbertambahnyajumlahangkakemiskinandinegaratersebut.

Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945yangtertuangdalamPasal1ayat(3)bahwanegaraIndonesiaadalahnegara

hukum. Dari Pasal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa negara Indonesia

berdasarkan hukum (Rechtstaat), dan bukan berdasarkan kekuasaaan belaka

(Macshstaat).IniberartibahwaRepublikIndonesiaadalahnegarahukumyang

demokratisberdasarkanPancasiladanUUD1945,menjunjungtinggihakasasi

manusia,danmenjaminsemuawargaNegarabersamaankedudukannyadidalam

hukumdanpemerintahansertawajibmenjunjunghukumdanpemerintahanitu

dengantidakadakecualinya.Hukummenetapkanapayangharusdilakukan,apa

(12)

yanghendakditujubukansajaorangyangnyata-nyataberbuatmelawanhukum,

melainkan juga perbuatan hukum yang mungkin terjadi, dan kepada alat

perlengkapannegarauntukbertindakmenuruthukum.Sistembekerjanyahukum

yangdemikianmerupakansalahsatubentukdaripenegakanhukum.1

Prosespembangunandapatmenimbulkankemajuandalamkehidupan

masyarakat, selain itu juga dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

masyarakat yang memiliki dampak negatif, terutama menyangkut masalah

peningkatantindakpidanayangmeresahkanmasyarakat.Salahsatutindakpidana

yangdikatakancukupfenomenaladalahmasalahkorupsi.Tindakpidanainitidak

hanyamerugikankeuangannegara,tetapijugamerupakanpelanggaranterhadap

hak-haksosialdanekonomimasyarakat.Ditengahupayapembangunannasional

diberbagaibidang,aspirasimasyarakatuntukmemberantaskorupsidanbentuk

penyimpangan lainnya semakin meningkat, karena dalam kenyataan adanya

perbuatankorupsitelahmenimbulkankerugiannegarayangsangatbesaryang

padagilirannyadapatberdampakpadatimbulnyakrisisdiberbagaibidang.

Untukitu,upayapencegahandanpemberantasankorupsiperlusemakin

ditingkatkandandiintensifkandenganmenjunjungtinggihakasasimanusiadan

kepentingan masyarakat. Bersamaan dengan perkembangan peradaban umat

manusiabentuk,jenisdancarakorupsijugaterusberkembangsemakincanggih.

Kejahatan korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan secara sistematis dan

terorganisasisertadilakukanolehorang-orangyangmempunyaikedudukandan

(13)

perananpentingdalamtatanansosialmasyarakatolehkarenaitukejahatanini

seringdisebut white collar crimeataukejahatankerahputih.

Menyadarikompleksnyapermasalahankorupsiditengah-tengahkrisis

multidimensionalsertaancamannyatayangpastiakanterjadi,yaitudampakdari

kejahatan ini. Maka tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai

permasalahan nasional yang harus dihadapi secara sungguh-sungguh melalui

keseimbangan langkah-langkah yang tegas dengan melibatkan semua potensi

yangadadalammasyarakatkhususnyapemerintahdanaparatpenegakhukum.2

Pemberantasan dan pembuktian terjadinya suatu tindak pidana

korupsi tidaklah mudah seperti membalikkan tangan. Tindak pidana korupsi

dapatterungkapsetelahberlangsungdalamwaktuyanglama.Umumnyatindak

pidana korupsi melibatkan sekelompok orang yang saling menikmati

keuntungan dari tindak pidana korupsi tersebut. Kekhawatiran akan

keterlibatannyasebagaitersangka,makadiantarasekelompokorangtersebutakan

salingmenutupisehingga secara sadar atau tidak sadar, tindak pidana korupsi

itudilakukansecaraterorganisirdalamlingkungankerjanya.

Secaraumumdalamsetiapnegarahukumdapatdilihatbekerjanyatiga

prinsipdasaryaitusupremasihukum,kesetaraanataupersamaankedudukandi

depanhukumdanpenegakanhukumdengancarayangtidakbertentangandengan

hukum.Dalampenjabaranselanjutnya,padasetiapnegarahukumakanterlihat

ciri-ciriadanya:3

2 3

Ibid.Hal.2.

SekjenMPRRI.PanduanPemasyarakatanUndang-UndangNegaraRepublikIndonesia

(14)

1. Jaminanperlindunganhakasasimanusia;

2. Kekuasaankehakimanatauperadilanyangmerdeka;

3. Legalitasdalamartihukum,yaitubahwabaikpemerintah/negara

maupunwarganegara dalambertindakharusberdasarkanatasdanmelalui

hukum.

Upayamemberantaskorupsibukanlahhalyangbaru,jikakitameneliti

sejarah peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang upaya untuk

memberantas tindak pidana korupsi sebenarnya hal tersebut telah ada sejak

diberlakukannya KUHP di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1918, perhatikan

Pasal423danPasal425KUHP.Denganmengandalkanketentuansebagaimana

yang diatur di dalam KUHP tersebut ternyata dirasakan dan dipandang tidak

efektif. Akibatnya banyak pelaku penyelewengan keuangan dan perekonomian

negara yang tidak dapat diajukan ke pengadilan karena perbuatannya tidak

memenuhirumusansebagaimanayangdiaturdidalamKUHP.4

Bertolak dari kenyataan tersebut di atas diperlukan adanya keleluasaan

bagipengusahauntukbertindakterhadapparapelakukorupsi.Atasdasaritupada

tanggal9April1957,KepalaStafAngkatanDarat,selakupenguasamiliterpada

waktuitumengeluarkanPeraturanNomorPrt/PM/06/1957,yangdidasarkanpada

pemikiranbahwapadawaktuitutidakadausahayangseriusuntukmemberantas

perbuatan-perbuatanyangmerugikankeuangandanperekonomianNegara.Ketika

Undang-undangdalamkeadaanbahayaakanhabismasaberlakunyaPemerintah

telahberusahapula untuk menggantinya, maka pada tanggal 16 April 1958,

(15)

diumumkan berlakunya Peraturan Pemberantasan Korupsi yaitu Peraturan

PenguasaPerangPusatKepalaStafAngkatanDaratNomorPrt/Perpu/013/1958,

dandisiarkandalamBeritaNegara(BN)Nomor 40/1958,dalamperaturanini

dapat dilihat keinginan Penguasa pada waktu itu untuk menambah peraturan

tersebutagarlebihefektifdalammemberantaskorupsi.

Pada tahun 1960, pemerintah memandang perlu untuk menggantinya

denganperaturanyangberbentukUndang-undang.Akantetapikarenakeadaan

yang memaksa dan tidak memungkinkan untuk membentuk sebuah Undang

-undang, maka instrument hukum yang dipergunakan untuk itu adalah dengan

diterbitkannyasebuahPeraturanPemerintahPenggantiUndang-Undang Nomor

24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan, danPemeriksaan Tindak

Pidana Korupsi, Lembaran Negara Nomor 72 Tahun 1960. Didalam Undang

-undanginiadabeberapaPasaldalamketentuanlamayangdigantidiantaranya

Pasal40sampaidenganPasal50digantidenganPasal17sampaidenganPasal21

ditambahdenganbeberapaPasaldalamKUHPdiantaranyaPasal415,416,417,

423,425danPasal435KUHP.5Padapemerintahanordebaru,karenadidorong

olehdesakanaspirasimasyarakatmakapresidentelahmengeluarkanKeputusan

Presiden(Kepres)No.13Tahun1970tentangKomisiEmpatdanpengangkatan

Dr. Mohamad Hatta sebagai Penasehat Presiden dalam bidang pemberantasan

korupsi. Setelah melalui berbagai proses maka pada tanggal 29 Maret 1971

Undang-undangNomor24PrpTahun1960diubahlagidenganUndang-undang

Nomor3Tahun1971tentangPemberantasanTindakPidanaKorupsi,Lembaran

(16)

Negara No. 19 Tahun 1971. Pada era pemerintahan Presiden B.J. Habibie,

pemerintahmenganggapbahwaUndang-undangNomor3Tahun1971tersebut

kurangsempurnamakamelaluiUndang-undangNo.31Tahun1999,Undang

-undangtindakpidanakorupsidigantilagitepatnyapadatanggal16Agustus1999.

Kemudian ketika Baharuddin Lopa menduduki jabatan Menteri Kehakiman,

Undang-undangNomor31Tahun1999,dirubahdenganUndang-undangNomor

20Tahun2001danmasihberlakuhinggakini,yangselanjutnyadalampenulisan

inidisingkatdenganUndang-UndangPemberantrasanTindakPidanaKorupsi.

Lahirnya Undang-undang Pemberantrasan Tindak Pidana Korupsi yang

bersamaandengandiundangkannyaUndang-undangNo.30Tahun2002tentang

KomisiPemberantasanKorupsi,jelasbertujuanuntuksesegaramungkinmampu

menanggulangidanmemberantassemakinmaraknyatindakpidanakorupsiyang

terjadisertatidaklupatujuanutamayanglainnyagunase-efisiendanse-efektif

mungkindapatmengurangidanmengembalikankerugiankeuangannegarayang

ditimbulkanolehperbuatankorupsitersebut.KondisiNegaraIndonesiadarisegi

fiskal dan moneter pada kurun waktu pembentukan dan masa akan

diundangkannyaperaturanperundang-undanganyangmenyangkuttentangtindak

pidanakorupsitersebutdiatasadalahsangatkritisdimanautangluarnegerisangat

tinggijumlahnya.

DalamketentuanUndang-undangPemberantasanTindakPidanaKorupsi

yang baru ini terdapat beberapa hal yang merupakan penerapan ketentuan

(17)

1. Adanya beban pembuktian terbalik,tindakPidanaKorupsiyangnilainya

kerugianNegaranyasampaidenganRp.10.000.000,-(sepuluhjuta)jaksa

penuntutumummempunyaikewajibanuntukmembuktikanadanyatindak

pidanakorupsi,sedangterhadaptindakpidanakorupsiyangnilainyadiatas

Rp.10.000.000,-(sepuluhjuta)terdakwalahyangmembuktikanbahwauang

tersebutbukanberasaldaritindakpidanakorupsi;

2. Adanya pemberlakuan sanksi pidana minimum khusus,halinidiberlakukan

bagidelikkorupsiyangnilainyaRp.5.000.000,-(limajuta)ataulebih;

3. Pengambilalihan beberapa pasal dari KUHP, menjadi pasal-pasal delik

korupsi dan mencabut pasal-pasal tersebut dari KUHP.

DarisejarahperjalananpanjangpemerintahandiIndonesiatampakbahwa

pemerintahIndonesiaadalahpemerintahanyangantikorupsisehinggadarisatu

pemerintahankepemerintahanyanglain,darisatuordekeordeyanglaintampak

upaya untuk memberantas tindak pidana korupsi, namun walaupun demikian

korupsimasihtetaptumbuhsuburdinegarayangantikorupsiini,apalagijikadi

telitisecaramendalamadahal-halyangsangatmenggelitikdanmemaksapenulis

untuk melakukan analisis secara yuridis terhadap ketentuan sebagaimana yang

tercantumdalamPasal2danPasal3dariUndang-undangpemberantrasantindak

pidanakorupsi,yaitukarenaadanyasikappembuatUndang-undangdalamhalini

pemerintahdanDPRRIyangmenetapkansistem straf minimum rules(aturan

hukumanminimal)tetapitelahmemposisikanlamanyapidanadalamkeduaPasal

tersebut berbeda dengan prinsip-prinsip yang umum yang terdapat dalam

(18)

Pasal2dariUndang-undangPemberantrasanTindakPidanaKorupsi,berbunyi

sebagaiberikut:

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”

Inti dari Pasal 2 ini adalah adanya larangan bagi setiap orang dengan tidak

memandangapakahiadalamposisimendudukisuatujabatantertentu,atausedang

memiliki suatu kewenangan tertentu jika ia terbukti melakukan perbuatan

memperkaya kaya diri sendiri atau orang lain, atau koorporasi yang dapat

merugikan keuangan negara maka ia dapat dipidana, dengan pidana penjara

sekurang-kurangnya4(empat)tahun.JikakitabandingkanbunyiPasal2tersebut

denganbunyiPasal3yangberbunyi:

“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”

Dalam praktek ditemui adanya putusan dari hakim dalam mengadili

perkara tindak pidana korupsi yang menjatuhkan ancaman pidana kepada

(19)

diatur di dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana yang telah penulis sampaikan diatas. Diantaranya Majelis Hakim

Pengadilan Negeri (PN) Semarang hakim yang diketuai oleh Abid Saleh

MendrofaSH,memvonis1(satu)tahunpenjaradenganmasapercobaan2(dua)

tahunsertadendaRp500juta(subsidertigabulankurungan)kepadaMardijo,

Ketua DPRD Jateng 1999-2004 dalam persidangan perkara dugaan

penyelewenganAPBD2003senilaiRp14,8miliar.Dimanadalamtuntutannya

JaksaMintarjo,SHmenuntutterdakwadengan7(tujuh)tahunpenjara,dendaRp

500juta(subsiderenambulanpenjara),danuangpenggantisebesarRp.443juta

(subsider satu tahun penjara). Sementara itu, dalam berkas yang terpisah

pemeriksaanyangdilakukanolehMajelisHakimyangdiketuaiBoediHartono,

SH.menjatuhkanputusanpadamantanKetuadanWakilKetuaPanitiaRumah

Tangga(PRT)DPRDJateng1999-2004yakniDrs.H.M.AsrofiedanH.Soejatno

SW,SH.danWahonoIlyasmasing-masingdenganhukumanpidana10bulan

dengan masa percobaan 20 bulan ketiganya tidak dikenai denda dan hanya

WahonoyangdiwajibkanmembayaruangpenggantisenilaiRp.27juta.Keempat

terdakwainidijeratdenganPasal3joPasal18Undang-undangNomor31Tahun

1999sebagaimanatelahdiubahdanditambahdenganUndang-undangNomor20

Tahun2001joPasal55ayat(1)ke1joPasal64ayat(1)KUHP.6

Tindakpidanakorupsilainnya, yangpenjatuhanpidanadibawahbatas

minimumkhususjugaditemuidalamputusanPengadilanNegeriPoso,register

pidana nomor 91/Pid.Sus/2011/PN.Pso, atas nama terdakwa Joni Alminus

6 Diakses

dari http://antikorupsi.org, pada hari Jumat, tanggal 30 Desember 2011, pukul

(20)

Mbatono yang di duga melakukan tindak pidana korupsi penyimpangan dana

BantuanPembangunanDesa/Kelurahan(BPD/K)TA.2006,2007,2008dandana

Alokasi Dana Desa (ADD) TA. 2009 di seluruh desa di Kab. Morowali

sebagaimanadidalamdakwaanjaksapenuntutumumCabangKejaksaanNegeri

PosodiKolonedale,sehingganegaradirugikansebesarRp.8.579.480,-.Dalam

putusannyatertanggal04Agustus2011majelishakimyangdiketuaiolehNawawi

Pomolango,SH.danhakimanggotaAdilKasim,SH.MH.danDwiyantoro,SH.

menyatakanterdakwaJoniAlminusMbatonotelahtebuktibersalahmelakukan

tindakpidanasebagaimanadiaturdalamPasal3UUPTKJoPasal55ayat(1)ke

-1e KUHP “Turut Serta Melakukan Korupsi” dan hanya menjatuhkan pidana

penjara selama 6 (enam) bulan tanpa diharuskan membayar uang pengganti.

Sementara dalamtuntutannya jaksamenuntutdenganpidanapenjara selama1

(satu)tahundan3(tiga)bulandandendasebesarRp.50.000.000,-(limapuluh

jutarupiah)subsidair3(tiga)bulankurungandanmembayar uangpengganti

sebesarRp.8.579.480,-(delapanjutalimaratustujuhpuluhSembilanribuempat

ratusdelapanpuluhrupiah).7

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dengan Majelis Hakim yang diketuai

olehLexyMamonto,SH.MH.denganHakimAnggotaAgoengRahardjo,SH.

MH.danMakmunMasduki,SH.MH.jugapernahmenerapkansanksipidanadi

bawah minimum khusus dengan hukuman setahun penjara dengan masa

percobaan2(dua)tahundanmewajibkanmembayardendasebesarRp.50juta

ataudigantikurungan3(tiga)bulanpenjarakepadaterdakwaIr.Darizal(53)dan

(21)

terdakwa Drg. Helmy Rustam, MM. (51), terdakwa-terdakwa di dakwa oleh

penuntut umum melakukan korupsi senilai Rp. 69 juta di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo(RSCM)JakartaPusat(Jakpus)dengancaraIr.Darizalmenjabat

Koordinator Inventarisasi Aset RSCM sedangkan Drg. Helmy Rustam, MM.

menjabatKepalaBidangPengendalianAsetRSCMdalamKeputusanDirektur

Jenderal Pelayanan Medik No. HK.00.06.1.2.4922 tanggal 1 September 2005

ditunjuksebagaiPanitiaPenghapusanBarangMilik/KekayaanNegara(BM/KN).

Dalam aksinya, terdakwa menjual dua unit Cubical bekas merek MG (berupa

paneldantrafo)sehargaRp.6jutakepadasaksiIr.DarwieSalim.Selainitu,

terdakwajugamenjuallimaunittravo,duaunitmesincucidanlimaunitpanel

sertadelapanunittangkiairsehargaRp.63jutakepadasaksiDrs.MohAs’ad.

MakatotalasetyangdijualsebesarRp.69juta.Hasilpenjualanbarang-barang

tersebutsebesarRp.34jutalangsungdibagi-bagikankepada15orang.Terdakwa

IrDarizalmendapatbagiansebesarRp10jutadanterdakwaDrg.HelmyRustam,

MM.mendapatbagianRp7,5juta.SelanjutanyauangRp.16,5jutadibagikan

kepada13orangyangterlibatsebagaiPanitia.Sisanya,sebesarRp.35jutaoleh

terdakwaIrDarizaldimasukkankerekeningBidangAsetRSCM.

Terdakwa-terdakwa dituntut selama setahunpenjara, dendaRp.50juta

atau subsidair tiga bulan kurungan. Terdakwa – terdakwa terbukti melanggar

Pasal3JoPasal18Undang-undangNomor31Tahun1999sebagaimanadiubah

Undang-undangNomor20Tahun2001tentangperubahanatasUndang-undang

Nomor31Tahun1999tentangPemberantasanTindakPidanaKorupsijoPasal55

(22)

Tidak adanya formulasi tentang aturan/pedoman pemidanaan dalam

Undang-undangkhususdiluarKUHPyangmencantumkanpidanakhususdalam

rumusan deliknya akan menimbulkan permasalahan dalam penerapannya.

Setidaknya ketika hakim yang mengadili perkara pidana khusus tersebut

dihadapkan pada banyaknya faktor-faktor yang meringankan pidana tersebut.8

KetentuandalamPasal10ayat(1)Undang-undangNo.48Tahun2009tentang

Kekuasaan Kehakiman mengatur bahwa pengadilan dilarang menolak untuk

memeriksa,mengadilidanmemutussuatuperkarayangdiajukandengandalih

tidakadaataukurangjelas.Terkaitdenganketentuantersebut,Pasal5ayat(1)

mengatur bahwa hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai

hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian

diharapkanhakimmemeriksadanmengadiliperkarayangmenjadiwewenangnya

harus berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang

akhirnyatermuatdalamsuatuputusanapabilaterdakwatelahterbuktisecarasah

danmenyakinkanbersalahmakaputusanhakimdapatberupapemidanaan.

Beranjakdaripermasalahantersebutmengenaiidedasarpidanaminimum

khususdankemungkinanadanyadominasifaktor-faktoryangmeringankanpada

perkara tertentu (kasuistis) maka ditemukan rasio perlunya formulasi

aturan/pedomanpemidanaanterhadappidanaminimumkhusus.Beberapaputusan

pengadilan sudah ada yang menjatuhkan pidana di bawah ancaman pidana

minimumkhusussebagaimanarumusandeliknya,meskidiketahuidalamSurat

EdaranMahkamahAgungNo.3Tahun2001mengaturtentangperkara-perkara

8 Aminal

Umam. Penerapan Pidana Minimum Khusus. Varia Peradilan Tahun XXV No.

(23)

Hukumyangperlumendapatperhatianpengadilanmenyebutkanbahwaterhadap

perkara-perkara tertentu khususnya tindak pidana korupsi hendaknya hakim

menganutsatupendirianyangsamadalammemberantassampaikeakar-akarnya

denganmelaksanakanaturanhukumtertulisyangadauntukitu.

Putusanhakimakanmenjadiputusanmajelishakimdankemudianakan

menjadi putusan pengadilan yang menyidangkan dan memutus perkara yang

bersangkutandimanasesudahdilakukanpemeriksaanselesai,makahakimakan

menjatuhkanvonisberupa:9

1.Penghukumanbilaterbuktikesalahanterdakwa;

2.Pembebasanjikaapayangdidakwakantidakterbuktiatauterbuktitetapibukan

perbuatanpidanamelainkanperdata;

3.Dilepaskan dari tuntutan hukum bila terdakwa ternyata tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara rohaninya (ada gangguan jiwa) atau juga

ternyatapembelaanyangmemaksa.

Dalamputusannyahakimjugaberpedomanpada3(tiga)halyaitu:

1.Unsur yuridisyangmerupakanunsurpertamadanutama;

2.Unsur filosofis,berintikankebenarandankeadilan;

3.Unsur sosiologisyaitumempertimbangkantatanilaibudayayanghidupdan

berkembangdalammasyarakat.

Demikian juga halnya putusan pemidanaan yang berdasar pada yuridis

formaldimanaputusanhakimyangmenjatuhkanhukumanpemidanaankepada

seseorangterdakwa yaitu berisi perintah untuk menghukum terdakwa sesuai

9 Hidayat

Mana. Penerapan Ancaman Pidana Minimal Dalam Putusan Hakim.

(24)

dengan ancaman pidana (Straftmaat) yang tertuang dalam pasal pidana yang

didakwakan. Diakui memang bahwa Undang-undang memberikan kebebasan

terhadaphakimdalammenjatuhkanberatringannyahukumanyaituminimalatau

maksimalnamunkebebasanyangdimaksudadalahharuslahsesuaidenganPasal

12KUHPyaitu:

(1) Pidanapenjaraialahseumurhidupatauselamawaktutertentu.

(2) Pidanapenjaraselamawaktutertentupalingpendeksatuharidanpaling

lamalimabelastahunberturut-turut.

(3) Pidanapenjaraselamawaktutertentubolehdijatuhkanuntukduapuluh

tahun berturut-turut dalam hal kejahatan yang pidananya hakim boleh

memilih antara pidana mati, pidana seumur hidup, dan pidana penjara

selamawaktutertentu,atauantarapidanapenjaraseumurhidupdanpidana

penjara selama waktu tertentu; begitu juga dalam hal batas lima belas

tahundilampauisebabtambahanpidanakarenaperbarengan,pengulangan

ataukarenaditentukanPasal52.

(4) Pidanapenjaraselamawaktutertentusekali-kalitidakbolehmelebihidua

puluhtahun.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan berpedoman pada unsur-unsur

yang ada dalam setiap putusan, tentunya hakim dalam menjatuhkan putusan

pemidanaan haruslah sesuai dengan bunyi Pasal dakwaan. Dalam arti hakim

terikatdenganbatasminimaldanbatasmaksimalsehinggahakimdinilaitelah

menegakkan Undang-Undang dengan tepat dan benar. Sehubungan dengan

pernyataandiatas,penulisjugadapatmemahamiapabilaadahakimyangberani

menerobosyaitumenjatuhkanpidanadibawahbatasminimaldenganalasan“rasa

keadilandanhatinurani”artinyahakimyangbersangkutantidakmengikutibunyi

Undang-undangyangsecarategastertulishalinidapatsajaterjadikarenahakim

dalam putusannya harus berdasarkan pada kerangka hukum yaitu penegakan

(25)

Berdasarkanuraiantersebutdiatas,makapenulistertarikuntukmeneliti

dan membahas masalah bagaimana pendapat hakim dalam penerapan sanksi

pidana di bawah ancaman minimum khusus dalam putusannya dan untuk itu

Penulismengambiljudulsebagaiberikut:“PenerapanSanksiPidanaDiBawah

AncamanMinimumKhususDalamPerkaraTindakPidanaKorupsi“.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkanlatarbelakangpermasalahanyangtelahdikemukakandiatas,

makadapatdirumuskanbeberapamasalahsebagaiberikut:

1.Bagaimanakahpenerapansanksipidanadibawahancamanminimumkhusus

dalamperkaratindakpidanakorupsi?

2.Bagaimanakahkedudukanputusanhakimyangmenerapkansanksipidanadi

bawahancamanminimumkhususdalamperkaratindakpidanakorupsi?

3. Faktor-faktor apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim untuk

menerapkansanksipidanadibawahancamanminimumkhususdalamperkara

tindakpidanakorupsi?

C. Tujuan Penelitian

Adapuntujuandaripenelitiandanpenulisaniniadalahsebagaiberikut:

1.Untukmengungkapkanpenerapansanksipidanadibawahancamanminimum

khususdalamperkaratindakpidanakorupsi.

2.Untuk mengungkapkan kedudukan putusan hakim yang menerapkan sanksi

pidana di bawah ancaman minimum khusus dalam perkara tindak pidana

(26)

3.Untukmengungkapkanfaktor-faktorapakahyangmenjadidasarpertimbangan

hakimuntukmenerapkansanksipidanadibawahancamanminimumkhusus

dalamperkaratindakpidanakorupsi.

D. ManfaatPenelitian

1.Secarateoritishasilpenelitianinidapatbermanfaatbagiorangbanyakguna

pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan ilmu hukum khususnya

dibidanghukumpidana.

2.Secarapraktishasilpenelitianinidapatmenjadimasukanbagipraktisihukum

sehingga dapat dijadikan dasar berfikir dan bertindak bagi aparat penegak

hukumkhususnya,hakimdalammenerapkanhukumberdasarkanpenjatuhan

pidana minimum khusus dalam tindak pidana narkotika guna mewujudkan

keadilan,ketertibandankepastianhukum.

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual.

1.KerangkaTeoritis

Dalamilmuhukumterdapatberbagaialiranpemikiranyangberbeda

dalammemandangsifathukumbesertaunsur-unsuryangadadalamhukum

tersebut. Secara garis besar, aliran-aliran dalam ilmu hukum pidana dapat

dibagimenjadi:

a. Aliran Klasik

Aliranklasikinimunculsebagaireaksiterhadap ancient regime

yang menimbulkan ketidakpastian hukum, ketidaksamaan hukum dan

(27)

tersusunsecarasistematis,aliraniniinginmengobjektifkanhukumpidana

darisifat-sifatpribadisipelaku.10

CesareBeccariayangmerupakansatutokohaliranklasik,penulis

terkenaldeidelitiedelepene(oncrimesandpunishment).Menurutnya

prinsipyangterpentingadalah:

1)BahwapidanaharusditentukansebelumnyaolehUndang-undangdan

bahwahakimterikatpadaUndang-undanginidanpidanayangkejam

tidakadagunanya;

2)HakimtidakbolehmenginterpretasikanUndang-undanguntukmenjaga

kezaliman;

3)Pembuat Undang-undang bertugas menetapkan apa yang diancam

denganpidanadenganbahasayangdimengerti;

4)Dalam mengadili setiap kejahatan, hakim harus menarik kesimpulan

dari dua pertimbangan, yang pertama dibentuk oleh undang-undang

dengan batas berlakunya, yang kedua adalah pertanyaan apakah

perbuatankonkrityangakandiadiliitubertentangandenganundang

-undangatautidak.11

DisilainBeccariamenghendakiagarsusunanhukumpidanatetap

ada dan tidak berubah-ubah dengan cara hukum pidana harus tertulis

sehinggaperlindunganhukumterhadapindividudapatterlindungi.Dalam

hal ini Beccaria mengemukakan tujuan pemidanaan hanyalah untuk

10AndiHamzahdanSiriRahayu.SuatuTinjauanRingkasanSistemPemiidanaan

(28)

menghindari supaya si penjahat / si pelaku jangan sampai merugikan

masyarakatuntukkeduakalinyadanuntukmenakutioranglainsupaya

janganmelakukankejahatansepertiituyangsangatpentingadalahakibat

yangditimbulkanolehrakyat.12Tokohlaindarialiranklasikiniadalah

Jeremy Bentham, ia adalah seorang filsuf Inggris yang diklasifikasikan

sebagai penganut Utilitarian Hedonist. Salah satu teorinya yang sangat

pentingadalahdinamakan felcific calculus.Teoriinimenyatakanbahwa

manusia adalah makhluk rasional yang akan memilih secara sadar

kesenangandanmenghindarikesusahan.

Oleh karena itu, suatu pidana harus ditetapkan atau diberikan

padasetiapkejahatansedemikianrupasehinggakesusahanakanlebihkuat

daripadakesenanganyangditimbulkanolehkejahatan.Halinimerupakan

sumber pemikiran yang menyatakanbahwapidanaharuscocokdengan

kejahatannya, sebagaimanayangditegaskanolehparafilsafatmengenai

Let The Punishment Fit The Crime.Benthamsebagaiseorangpembaharu

hukumpidanamengemukakanbeberapatujuandaripidanadiantaranya,

yaitu:

1.Mencegahsemuapelanggaran;

2.Mencegahpelanggaranyangpalingkuat;

3.Mengekangangkakejahatan;dan

4.Menekankerugianbiayasekecil-kecilnya.13

12

(29)

Masih menurut Bentham, hukum pidana jangan digunakan

sabagai sarana untuk pembalasan terhadap para penjahat tetapi harus

digunakanuntukmencegahkejahatan.Aliranklasikiniberpijakpadatiga

tiang,yaitu:14

1.Asas Legalitas, yang menyatakan bahwa tiada tindak pidana tanpa

Undang-undangdantiadapenuntutantanpaUndang-undang;

2.AsasKesalahan,yangmenyatakanbahwaoranghanyadapatdipidana

untuktindakpidanayangdilakukannyadengansengajaataukarena

kealpaannya;

3.Asas Pengimbalan yang sekuler, yang menyatakan bahwa pidana

secarakonkrittidakdikenakandenganmaksuduntukmencapaihasil

yangbermanfaat.

b. Aliran Modern

AliranmoderninilahirpadaAbadke-19danyangmenjadipusat

perhatiannya adalah usaha-usaha untuk menemukan sebab kejahatan

denganmenggunakanmetodeilmualamdanbermaksuduntuklangsung

mendekati dan mempengaruhi penjahat secara positif sejauh dia masih

dapatdiperbaiki.

AliranmoderninidipeloporiolehLambroso,FerridanGarafalo.

Lambrosso dalam karyanya uomo delin quente menyampaikan bahwa

penjahat adalah manusia yang dilahirkan sebagai penjahat yang

dikarenakanketurunanyangtetaptinggalpadatingkatmanusiaprimitif.

(30)

Menurutpenelitianyangdilakukan40%penyebaborangmenjadipenjahat

adalahkarenaketurunan,sedangkan60%lagikarenafaktorlingkunganlah

yang memainkanperananandisampingtelahditentukansecarabiologis.

Lambroso percaya bahwa setiap penjahat mempunyai kebutuhan yang

berbedasehinggamerupakankebodohan.15

Hukumpidanadalamusahanya untukmencapaitujuan-tujuantidak

semata-mata menjatuhkan pidana, tetapi ada juga kalanya menggunakan

tindakan-tindakan. Penjatuhan pidana ini juga memiliki tujuan-tujuan demi

keadilanbaikbagikorbanataumasyarakatluasjugauntukmembentukpribadi

yanglebihbaikdaripelakukejahatan.

Terdapat berbagai teori yang membahas alasan-alasan yang

membenarkan(justification)penjatuhanhukumandiantaranya:

1. Teori Absolut / Teori Pembalasan.

Dasar pijakan dari teori ini adalah “Pembalasan”, inilah dasar

pembenardaripenjatuhanpenderitaanberupapidanaitukepadapenjahat.

Negara berhak untuk menjatuhkan pidana kepada penjahat karena telah

melakukanpenyeranganatauperkosaanpadahakdankepentinganhukum

(pribadi,masyarakatatauNegara)yangtelahdilindungi.16

Olehkarenaituiaharusdiberipidanasetimpaldenganperbuatan

yangdilakukannya.Penjatuhanpidanayangpadadasarnyapenderitaanpada

penjahatdibenarkankarenapenjahattelahmembuatpenderitaanbagiorang

lain. Setiap kejahatan tidak boleh tidak harus diikuti oleh pidana bagi

15

16Ibid.AdamiHal.Chazawi.39. PelajaranHukumPidana.PTRajaGrafindo:

(31)

pembuatnya. Tidak dilihat akibat-akibat apa yang bisa timbul dari

penjatuhanpidanaitu,tidakmemperhatikanmasadepanbaikterhadapdiri

penjahatmaupunmasyarakat.Penjatuhanpidanatidakdimaksudkanuntuk

mencapaisesuatuyangpraktis,tetapibermaksudsatu-satunyapenderitaan

bagipenjahat.17

Tindakanpembalasandidalampenjatuhanpidanamempunyaidua

arahyaitu:18

a. Ditujukankepadapenjahatnya(sudutsubjektifdaripembalasan);

b. Ditujukanuntukmemenuhikepuasandariperasaandendamdikalangan

masyarakat(sudutobjektifdaripembalasan);

Pembalasan oleh orang-orang dikemukakan sebagai alasan untuk

mempidana suatu kejahatan, kepuasan itulah yang dikejar. Apabila ada

seorang oknum yang langsung menjadi korban dan menderita karena

kejahatanitu,makakepuasanhatiituterutamaadapadasioknumtersebut.

HugodeGrootsebagaisalahsatupenganutteoriinimengatakan

merupakankehendakalam,barangsiapayangtelahmelakukansesuatuyang

bersifat jahat, maka sudah layak akan diperlakukan secara jahat pula.19

PenganutteoriabsolutelainnyaadalahImmanuelKant,Kantmengatakan

bahwadasarpembenarandarisuatupidanaituterdapatdidalamapayang

disebut Kategorischen Imperative,yaknimenghendakiagarsetiapperbuatan

melawan hukum itu harus dibalas. Keharusan menurut keadilan dan

(32)

menuruthukumtersebutbersifatmutlak,sehinggasetiappengecualianatau

setiappembalasanyangsemata-matadidasarkanpadasuatutujuanituharus

dikesampingkan.20

2.TeoriRelatif/TeoriTujuan.

TeoriRelatif(utilitarianatau doeltheorieen)berusahamencaridasar

pembenarandarisuatupidana,semata-matapadasuatutujuantertentu.Para

penganutteorirelatifinitidakmelihatpidanaitusebagaipembalasandan

karenaitutidakmengakuibahwapemidanaanitulahyangmenjaditujuan

utama,melainkanpemidanaanitucarauntukmencapaitujuanyanglaindari

pemidanaanitusendiri.Pemidanaandengandemikianmempunyai tujuan

yang lain dari pemidanaan itu sendiri. Pemidanaan dengan demikian

mempunyaitujuansehinggateoriinidisebutjugadenganteoritujuan.Dasar

pembenaranadanya pidanamenurutteoritujuanterletakpadatujuannya.

Pidana dijatuhkan bukan karena orang berbuat jahat melainkan supaya

orangjanganmelakukankejahatansehinggaketertibandidalammasyarakat

akantercipta.21

Untuk mencapai ketertiban di dalam masyarakat tersebut, maka

pidana itu mempunyai sifat menakut-nakuti, memperbaiki dan

membinasakan. Menurut teori ini pidana dimaksudkan sebagai alat

pencegahanbaikyangbersifatkhususmaupunyangbersifatumum.Salah

satupenganutaliraniniadalahGrolman,yangmengatakanbahwatujuan

dari pemidanan itu untuk melindungi masyarakat dengan membuat

20

(33)

penjahatnyamenjaditidakberbahayaataudenganmembuatpenjahatnyaitu

menjadijerauntukmelakukankejahatankembali.

Von List penganut teori ini mengemukakan bahwa hukum itu

fungsinyauntukmelindungikepentinganhidupmanusiayangolehhukum

telahdiakuisebagaikepentinganhukumyangdimilikiolehorangyangsatu

denganorangyanglainnya.

3. Teori Gabungan.

PelopordariteorigabunganiniadalahPellegrinoRossi(1787-1884).22

Menurut pandangan teori gabungan selain dimaksudkan sebagai upaya

pembalasan atas perbuatan jahat yang telah dilakukan oleh seseorang,

pidanatersebuttidakbolehmelampauisuatupembalasanyangadil.Dengan

menyimakpandanganteorigabunganiniterlihatgambaranbahwateoriini

mempunyaikecenderunganyangsamadenganyangdikatakanolehMuladi

sebagai retributifvisme teleologis. Pandangan ini menganjurkan untuk

mengintegrasikan beberapa fungsi sekaligus dan bersifat utilitarian,

misalnyapencegahandanrehabilitasiyangkesemuanyaharusdicapaioleh

suatu rencana pemidanaan. Pidana dan pemidanaan terdiri dari proses

kegiatan terhadap pelaku tindak pidana yang dengan satu cara tertentu

diharapkan untuk dapat mengasimilasikan kembali narapidana dalam

masyarakat.

Kitamengenalbahwahukummerupakanbagiandariperangkatkerja

sistem sosial. Fungsi sistem sosial ini adalah untuk mengintegrasikan

(34)

kepentingananggotamasyarakat,sehinggaterciptasuatukeadaanyangtertib.

Halinimengakibatkanbahwatugashukumadalahmencapaikeadilan,yaitu

keserasianantaranilaikepentinganhukum (rechtszekerheid).23

Achmad Ali dalam ajaran teori tujuan hukumnya, mengemukakan

bahwa persoalan tujuan hukum dapat dikaji melalui tiga sudut pandang,

yaitu:24

. Dari sudut pandang ilmu hukum positif-normatif atau yuridis dogmatik,

tujuanhukumdititikberatkanpadasegikepastianhukumnya;

. Darisudutpandangfilsafathukum,tujuanhukumdititikberatkanpadasegi

keadilan;

3.Dari sudut pandang sosiologi hukum, tujuan hukum dititikberatkan pada

segikemanfaatannya.

Ajarankonvensionalmenganggapbahwatujuanhukumsemata-mata

hanyasalahsatudaritigatujuantersebut,yaknibahwatujuanhukumhanya

untuk menciptakan kepastian hukum saja (ajaran normatif-dogmatik), atau

hanya untuk menciptakan kemanfaatan/kebahagiaan masyarakat saja (ajaran

utilitas),atautujuanhukumhanyasemata-matauntukmencapaikeadilansaja

(ajaranetis).Ajaraninisudahsangatusangdanbanyakyangmenentangnya,

karena bila keadilan sajayang menjadi tujuanhukum, tidaklah sepenuhnya

tepat, karena bagaimanapun nilai keadilan terlalu subyektif dan abstrak,

demikianhalnyajikatujuanhukumsemata-matahanyakepastianhukum,maka

23SautPanjaitan,Dasar-DasarIlmuHukum(Asas,PengertiandanSistematika),Universitas Sriwijaya,Palembang,1998,Hal.57.

(35)

hukum hanya merupakan permainan prosedur saja, sehingga hakim hanya

merupakan bouche de la loi(terompetundang-undangbelaka).25

Sejalandenganhaltersebutdiatas,GustavRadbruch(1961)dengan

AjaranTeoriPrioritasBakunyamengemukakanbahwaketigaidedasarhukum

itumerupakantujuanhukumsecarabersama-sama,yaitu:26

1.Keadilan;

. Kemanfaatan;dan

. Kepastianhukum.

Dalampraktik,faktamenunjukkanbahwaterjadipertentanganpada

saat menerapkan tujuan hukum tersebut secara bersama-sama, karena tidak

jarangterjadibenturanantarakepastianhukumdengankeadilan,atauantara

kepastianhukumdankemanfaatan,ataupunantarakeadilandankemanfaatan.

Misalnyasaja,dalamkasus-kasushukumtertentu,hakimyangsenantiasaingin

menghendakiputusannyaadil(menurutpersepsikeadilanyangdianuthakim

tentunya) bagi penggugat, tergugat, atau terdakwa, tetapi disisi lain sering

merugikan kemanfaatan bagi masyarakat luas. Atau sebaliknya, bila

kemanfaatanmasyarakatluasdipuaskan,makaperasaankeadilanbagiorang

tertentu dikorbankan. Sehingga Radbruch berkesimpulan bahwa dalam

implementasinya harus digunakan asas prioritas, dimana prioritas pertama

adalah keadilan, kemudian kemanfaatan, dan terakhir barulah kepastian

hukum. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan semakin kompleksnya

25

(36)

kehidupan manusia di era modern, pilihan prioritas yang sudah dibakukan

kadang-kadang justru bertentangan dengan kebutuhan hukum dalam kasus

-kasus tertentu, sebab bisa jadi kemanfaatan lebih diprioritaskan ketimbang

keadilandankepastianhukumataumungkindalamkasustertentukepastian

hukumlahyanglebihdiprioritaskanketimbangkemanfaatandankeadilan.

Dari penjelasan mengenai teori-teori di atas maka penulis dalam

menyusun tesis ini berpijak dengan menggunakan teori gabungan dalam

penjatuhan pidana dan teori tujuan hukum yang dikemukakan oleh Gustav

Radbruch(1961).

Putusanmerupakankaryaatau mahkotadariseorangHakim.Adalah

menjaditanggungjawabHakimmemberiputusanyangberkualitasbagipara

pencari keadilan. Pasal 53 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

KekuasaanKehakimanmenyatakanbahwa:

(1)Dalam memeriksa dan memutus perkara, hakim bertanggug jawab atas

penetapandanputusanyangdibuatnya.

(2)Penetapandanputusansebagaimanadimaksudpadaayat(1)harusmemuat

pertimbanganhukumhakimyangdidasarkanpadaalasandandasarhukum

yangtepatdanbenar.

MenurutLawrenceM.Friedmansebagaisuatusistematausubsistem

dari sistem kemasyarakatan maka hukum mencakup struktur hukum

(structure),substansihukum(substance)danbudayahukum(legal culture).27

(37)

Struktur mencakup wadah ataupun bentuk dari sistem tersebut yang

umpamanya mencakup tatanan lembaga-lembaga hukum formal, hubungan

antara lembaga-lembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dan

seterusnya. Substansi mencakup isi norma-norma hukum beserta

perumusannya maupuncaramenegakkannya yang berlakubagipelaksanaan

hukum maupun pencari keadilan. Budaya hukum pada dasarnya mencakup

nilai-nilai yang mendasari hukumyang berlaku, nilai-nilai yang merupakan

konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga

dituruti)danapayangdianggapburuk(sehinggadihindari).28

Dalam penjelasan Pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004

tentangKekuasaanKehakimanyangdirubahdenganUndang-undangNomor

48Tahun2009tentangPerubahanKeduadariUndang-undangNomor2Tahun

1986 Tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa kebebasan dalam

melaksanakan wewenang judisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim

adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila,

sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia. Hakim

tidak dapat menolak untuk menjatuhkan putusan apabila perkaranya sudah

mulaidiperiksasebagimanadiaturdalamPasal10ayat(1)Undang-Undang

Nomor48Tahun2009.Bahkanperkarayangtelahdiajukankepadanyatetapi

belummulaidiperiksatidakmungkiniamenolaknya.29

2. Kerangka Konseptual

28Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. PT Raja GrafindoPersada.Jakarta.2004.Hlm.7.

(38)

a. Penerapan

MenurutKamusBesarBahasaIndonesia, penerapanberasaldari

kataterapyangberartiproses,cara.Penerapanbermaknaperbuatanatau

tindakanmelaksanakansesuatuatauperihaluntukmempraktikkansuatu

hal.30Blom(1986)menjelaskan penerapanadalahmencakupkemampuan

untukmenerapkaninformasipadasuatukasusatauproblemyangkonkret

danbaru.Adanyakemampuandinyatakandalamaplikasisuaturumusada

persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada

KUHPyangmenyebutkanbahwapidanapokokyangterdiridaripidana

mati, pidana penjara, pidana kurungan dan pidana denda serta pidana

tambahan yaitu pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang dan

pengumumankeputusanHakim. SanksidalambahasaIndonesiadiambil

dari bahasaBelanda “sanctie”. Dalam konteks hukum, sanksi berarti

hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan. Sedangkan dalam konteks

sosiologi,sanksidapatberartikontrolsosial. Sanksidalamhukumpidana

30 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

PengembangandanPembinaanBahasa.BalaiPustaka.Jakarta.1997.Hlm.745. 31 www.Petra

Christian University Library.co.id. Diakses Pada hari Senin, tanggal 22

November2010Pukul.11.25wib.

(39)

yang berupa pidana merupakan sanksi negatif dan hal inilah yang

membedakansanksihukumpidanadengansanksi-sanksihukumlain.

Pidana berasal kata straf (Belanda), yang adakalanya disebut

denganistilahhukuman.Istilahpidanalebihtepatdariistilahhukuman

karena hukum sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. Menurut

KamusBesarBahasaIndonesiaEdisiIICetakanIX,pengertian pidana

adalah hukum kejahatan (hukum untuk perkara kejahatan/kriminal).33

R.Soeroso menggunakan istilah ”hukuman” untuk menyebut ”pidana”

dan merumuskan bahwa huuman adalah suatu perasaan tidak

enak/sengsara yang dijatuhkan oleh Hakimdengan vonis kepadaorang

yang telah melanggar undang-undang hukum pidana.34 Sudarto

mendefenisikandenganpidanaialahpenderitaanyangsengajadibebankan

kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat

tertentu.

c. Sistem Pidana Minimum Khusus

BardaNawawiAriefmenyatakanbahwa sistem pidana minimum

khusus merupakan suatu pengecualian, yaitu untuk delik-delik tertentu

yang dipandang sangat merugikan, membahayakan atau meresahkan

masyarakat dan delik-delik yang dikualifikasir oleh akibatnya

(Erfolsqualifizierte delikte) sebagai ukuran kuantitatif yang dapat

dijadikanpatokanbahwadelik-delikyangdiancamdenganpidanapenjara

33 Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I CetakanIX.BalaiPustaka.Jakarta.1997.Hlm.360.

34 R.

Soesilo. KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia.

(40)

di atas 7 (tujuh) tahun yang dapat diberi ancaman minimum khusus,

karenadelik-delikitulahyangdigolongkansangatberat.35

Sistem pemidanaan pada tindak pidana korupsi menetapkan ancaman

minimumkhususdanmaksimumkhusus,baikmengenaipidanapenjara

maupunpidanadendadantidakmenggunakansistemdenganmenetapkan

ancaman pidana maksimum umum dan minimum umum seperti dalam

KUHP. Maksimum khusus pidana penjara yang diancamkan jauh

melebihimaksimumumumdalamKUHP(15tahun),yaknipalingtinggi

sampai20tahun.DalamKUHPbolehmenjatuhkanpidanapenjarasampai

melebihi batas maksimum 15 (lima belas) tahun yakni 20 (dua puluh

tahun),dalamhalapabilaterjadipengulanganatauperbarengan(karena

dapatditambahsepertiganya)atautindakpidanatertentusebagaialternatif

daripidanamati(misalPasal104,340,365ayat4KUHP).

d.AncamanMinimumKhusus

Dalam KUHP sendiri tidak dikenal adanya anncaman pidana

minimalkhususyangadahanyaancamanpidanaminimalumumsehingga

aturanumumberorientasipadasistemmaksimum.Haliniberbedadengan

aturan/undang-undang khusus yang dibuat untuk suatu tindak pidana

tertentu yang pengaturannya berada di luar KUHP. Terhadap undang

-undangkhusustersebutdikenaladanyaancamanpidanaminimumkhusus

terhadap sanksi pidananya baik berupa pidana penjara maupun pidana

denda.Namunstandarisasiancamanminimumkhusustersebutbervariasi

35 Barda

Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan hukum Pidana. Citra Aditya Bakti.

(41)

dan tidak berpola tergantung kepada jenis tindak pidananya sehingga

dalam aturan dan pedoman untuk pelaksanaan/penerapannya tidak ada

secarabakuyangakandijadikanacuanuntukmelaksanakannya.

Pola minimal dan maksimal umum yang diatur dalam KUHP

menyebutkanbahwauntukpidanapenjaralamanya seseorangdipenjara

adalahsatuharidanmaksimal15tahunatau20tahununtuktindakpidana

pemberatan sedangkan dalam tindak pidana diluar KUHP pola pidana

minimumkhususuntukpidanapenjarabervariasi/tidakadapolayang

bakudanuntukancamanmaksimumkhususnyajugabervariasitergantung

kepadadelik/tindakpidanayangdiperbuat.

e. Korupsi

Secaraumumyangdimaksuddengan korupsidalamensiklopedia

Indonesia istilah “korupsi” berasal dari bahasa Latin corruption =

penyuapan ; corruptore=merusak,gejaladimanaparapejabat,badan

-badannegaramenyalahgunakanwewenangdenganterjadinyapenyuapan,

pemalsuansertaketidakberesanlainnya.

Adapunartiharfiahdarikorupsidapatberupa:

1)Kejahatan kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan

ketidakjujuran.

2)Perbuatanyangburuksepertipenggelapanuang,penerimaansogokdan

sebagainya.

3)Korup (busuk; suka menerima uang suap, uang sogok; memakai

(42)

4)Korupsi(perbuatanbusuksepertipenggelapanuang,penerimaanuang

sogokdansebagainya);

5)Koruptor(orangyangkorupsi).

IstilahkorupsiberasaldaribahasalatinCorruptieatauCorruptus.

Selanjutnya, disebutkan bahwa Corruptio itu berasal dari kata

Corrumpore,suatu kata latin kuno. Dari bahasa latin inilah, istilah

CorruptioturunkeberbagaibahasadiEropa,sepertiInggris: Corruption,

Corrupt;Prancis:Corruption;danBelanda: Corruptie (korruptie).36

BaharuddinLopasebagaiseorangpenegakHukummengutippendapatdari

David M. Chalmers, yang menguraikan istilah korupsi dalam berbagai

bidang,yakniyangmenyangkutmasalahpenyuapan,yangberhubungan

dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang

kepentinganumum.

Dalam Black’s Law Dictionary,pengertiankorupsiadalah:

“The act of doing something with an intent to give some advantage in consistent with official duty and the rights of others; a fiduciary’s of official’s use of a station or office to procure some benefit either personally of for someone else, contrary to the rights of others” (Bryan Garner, 1999).

David M. Chalmers menguraikan pengertian istilah korupsi itu dalam

berbagaibidang,antaralainyangmenyangkutmasalahpenyuapan,yang

berhubungandenganmanipulasidibidangekonomi,danyangmenyangkut

kepentinganumum.

f. Tindak Pidana Korupsi

(43)

Tindakpidanakorupsimerupakansalahsatubagiandarihukum

pidanakhususdisampingmempunyaispesifikasitertentuyangberbeda

denganhukumpidanaumum,sepertiadanyapenyimpangandalamhukum

acarasertaapabiladitinjaudarimateriyangdiatur.Makatindakpidana

korupsisecaralangsungmaupun tidaklangsungdimaksudkan menekan

seminimal mungkin terjadinya kebocoran dan penyimpangan terhadap

keuangandanperekonomiannegara.

Tindak Pidana Korupsi memiliki pengertian yang hampir sama

dengankorupsi.TindakPidanaKorupsimenurutUndang-undangNomor

31Tahun1999joUndang-undangNomor20Tahun2001adalahsebagai

berikut:

1)Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkayadirisendiriatauoranglainatausuatukorporasiyangdapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2UU

No.31Tahun1999).

2)Setiaporangyangdengantujuanmenguntungkandirisendiriatauorang

lainatausuatukorporasi,menyalahgunakankewenangan,kesempatan

atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang

dapatmerugikankeuangannegaraatauperekonomiannegara(Pasal3

UUNo.31Tahun1999).

F. Metode Penelitian

Istilah“metodologi”berasaldarikata“metode”yangberarti“jalanke”.37

(44)

Menurut Sunaryati Hartono, metode penelitian adalah cara ataujalan atau

proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakancarapenalarandan

berfikir yang logis-analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus dan

teori-teori suatu ilmu (atau beberapa cabang ilmu) tertentu, untuk menguji

kebenaran (atau mengadakan verifikasi) suatu hipotesis atau teori tentang

gejala-gejalaatauperistiwaalamiah,peristiwasosialatauperistiwahukumyang

tertentu.38

Metodeadalahcarakerjaatautatakerjauntukdapatmemahamiobyek

yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.39 Sedangkan

penelitianmerupakansuatukerjailmiahyangbertujuanuntukmengungkapkan

kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.40 Penelitian hukum

merupakansuatukegiatanilmiahyangdidasarkanpadametode,sistematikadan

pemikirantertentuyangbertujuanuntukmempelajarisesuatuataubeberapagejala

hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.41 Dengan demikian metode

penelitianadalahupayailmiahuntukmemahamidanmemecahkansuatumasalah

berdasarkanmetodetertentu.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

1. Tipe dan Pendekatan Penelitian.

38SoerjonoSoekanto.1986.PengantarPenelitianHukum. Jakarta:UI-Press.Hal.5. 39Soerjono Soekanto. 1990. Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris. Jakarta : IndonesiaHillco.Hal.106.

40 Soerjono

Soekanto dan Sri Mumadji. 2001. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.Jakarta:RajagrafindoPersada.Hal.1.

(45)

Penelitian secaraumum dapat digolongkan dalam beberapa jenis,dan

pemilihanjenispenelitiantersebuttergantungpadaperumusanmasalahyang

ditentukan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang

menggunakanbahanpustakaataudatasekunderyangterdiridaribahanhukum

primer,bahanhukumsekunderdanbahanhukumtersiersebagaidatautama,

dimanaPenulistidakperlumencaridatalangsungkelapangan.

Sifatpenelitianhukuminisejalandengansifatilmuhukumitusendiri.

Ilmuhukummempunyaisifatsebagaiilmuyangpreskriptif,artinyasebagai

ilmuyangbersifatpreskriptif ilmuhukummempelajaritujuanhukum,konsep

-konsephukum,dannorma-normahukum.42Dalampenelitianinipenulisakan

memberikanpreskriptifmengenaipenerapan dankedudukanputusanhakim

dalampenjatuhansanksipidanadibawahancamanminimumkhususterhadap

perkaratindakpidanakorupsi.

2. Alat Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum normatif ini, penulis memperoleh data dari

bahan-bahan pustaka yang lazimnya disebut dengan data sekunder, yang

mencakupbahanhukumprimer,sekunderdantersieryangselanjutnyapenulis

mempelajari, dan mendalami bahan-bahan hukum tersebut serta mengutip

teori-teoriataukonsep-konsepdarisejumlahliteraturbaikbuku-buku,jurnal,

makalah, koranataukarya tulis lainnya yang berhubungandenganmasalah

42 PeterMahmud

(46)

yangditeliti,kemudianpenulismengumpulkanbahanhukumtersebutdalam

lembaran-lembaranyangdisediakan.

Adapun sumber-sumber bahan hukum yang terdiri dari data sekunder,

adalah:43

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat

seperti Undang-Undang Dasar 1945, peraturan perundang-undangan,

Yurisprudensi,PutusanPengadilan,Traktat,KUHAPdansebagainya.

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti rancangan undang

-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan

sebagainya.

3) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk

maupunpenjelasanterhadapbahanhukumprimerdansekunder,seperti

kamusdanensiklopedia.

3. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Setelah bahan hukum primer, sekunder dan tersier terkumpul dan

dirasatelahcukuplengkap,kemudiandiolahsecarakualitatif.Teknikanalisis

kualitatif dilakukan dengan cara menganalisa bahan hukum berdasarkan

konsep, teori, peraturan perundang-undangan, pandangan pakar ataupun

pandanganpenulissendiri,kemudiandilakukaninterprestasiuntukmenarik

(47)
(48)

Referensi

Dokumen terkait

1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau

1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara

Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan yang memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau

Oleh karena itu, putusan yang diambil harus benar-benar diyakini dapat membuat jerah agar pelaku tindak pidana korupsi tidak melakukan perbuatan yang merugikan

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangans negara atau

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian