SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN SAYURAN GAMBAS
(Luffa cylindrica)
TERHADAP PENURUNAN
GULA DARAH PADA PREDIABETES
DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PAUH
PADANG
Penelitian Keperawatan Medikal Bedah
SUCI FOURINA
BP : 1010322015
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN Terhadap Penurunan Gula Darah Pada Prediabetes
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
ABSTRAK
Prediabetes adalah subjek yang mempunyai kadar glukosa plasma tinggi akan tetapi peningkatannya masih belum mencapai nilai minimal untuk kriteria diagnosis diabetes melitus dimana kadar gula darah puasa berada diantara 100-125mg/dl, dan kadar gula darah 2 jam setelah pembebanan 75 gr glukosa pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) adalah 140-199 mg/dl. Diabetes melitus dapat dicegah dan ditunda dengan deteksi dini dan pengelolaan yang baik terhadap mereka yang menderita prediabetes dan mempunyai faktor resiko diabetes melitus. Penurunan berat badan dengan mengubah gaya hidup efektif dalam mencegah diabetes, tetapi sulit untuk dipertahankan oleh karena itu diperlukan intervensi non farmakologis termasuk tanaman herbal yang efektif dan aman digunakan. Salah satu terapi komplementer yang efektif digunakan yaitu gambas (Luffa cylindrica)yang memiliki berbagai kandungan, salah satunya yaitu sebagai antihiperglikemi sehingga kadar gula darah pada prediabetes dapat turun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian gambas (Luffa cylindrica) terhadap gula darah prediabetes. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy- eksperiment design dengan menggunakan pendekatan non equivalent control group design. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan 30 orang Prediabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian 100 gram sayuran gambas
(Luffa cylindrica) terhadap gula darah pada prediabetes (p=0,001). Disarankan untuk menjadikan sayuran gambas sebagai terapi herbal yang efektif untuk penurunan kadar gula darah pada prediabetes.
FACULTY OF NURSING ANDALAS UNIVERSITY July, 2014
Name : Suci Fourina
Student Number : 1010322015
The effect of giving Gambas (Luffa cylindrica) on blood glucose of patients
with Prediabetes within Puskesmas (Health Center) in Pauh, padang
ABSTRACT
Prediabetes is a subject that has a plasma glucose level will increase but the increase is still not reached the minimum value criteria for the diagnosis of diabetes mellitus in which blood sugar levels are fasting between 100-125mg/dl, and blood sugar levels 2 hours after loading 75 gr glucose on Oral Glucose Tolerance Test (TTGO) is 140-199 mg / dl. Diabetes mellitus can be prevented or delayed with early detection and management of good for those who suffer from pre-diabetes and have a factor the risk of diabetes mellitus. Weight loss by lifestyle change effective in preventing diabetes, but it is difficult to maintain because of the required non-pharmacological interventions including effective herbs and safe to use. One of the effective use of complementary therapies is luffa (Luffa cylindrica) which has a wide range of content, one of which is as antihiperglikemi so that blood sugar levels in prediabetes can be dropped. The purpose of this study was to determine the effect of squash Luffa cylindrica against prediabetes blood sugar. The research design used is Quasy-design experiment using the approach non equivalent control group design. Purposive sampling technique Prediabetes sampling with 30 people in the Work Area Health Center Pauh. result studies showed no effect of giving 100 gram vegetable gambas (Luffa cylindrica) on blood glucose in prediabetes (p = 0.001). It is recommended to make vegetable squash as an effective herbal therapy to decrease blood sugar levels in prediabetes
Keywords : Prediabetes, blood glucose, Luffa cylindrica fruit
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
The National Diabetes Data Group (NDDG) pertama kali pada tahun 1970
memperkenalkan istilah intoleransi glukosa. Subjek dengan intoleransi glukosa
tidak bisa dikategorikan menjadi diabetes, tetapi memiliki kadar glukosa lebih
tinggi dari orang normal. The Expert Comitte on the Diagnosis andClassification
of Diabetes Mellitus tahun 2003 memperluas konsep ini dengan memasukkan
glukosa darah puasa terganggu (GDPT) dan toleransi glukosa terganggu (TGT) ke
dalam kategori prediabetes yang berhubungan dengan progresivitas dan
komplikasi diabetes melitus ( Meddy, 2011).
Prediabetes adalah subjek yang mempunyai kadar glukosa plasma
meningkat akan tetapi peningkatannya masih belum mencapai nilai minimal untuk
kriteria diagnosis diabetes melitus. Penelitian sebelumnya melaporkan 5-14,0%
per tahun TGT akan menjadi diabetes melitus, selain itu ada juga yang
melaporkan ± 30% menjadi diabetes melitus setelah 5-6 tahun, 30% menjadi
normal dan 30% sisanya tetap menjadi TGT (Syofitri,2012).
Negara berkembang melaporkan 9,2% populasi umum mengalami GDPT,
4,3% mengalami TGT dan 25,5% mengalami keduanya (Bloomgarden, 2008).
2
Utara masing-masingnya ada 14,8%, 15,1% dan 22,8%. Prevalensi GDPT di
Australia, Mauritanius dan Skandinavia berkisar antara 4,55%-10,15%.
Sedangkan di Taiwan prevalensi pra diabetes hingga 23,3%. Prevalensi pra
diabetes di Jepang, Singapura, Afrika Selatan dan India berkisar antara
8,02%-15,85%. Dari berbagai penelitian TGT merupakan resiko besar untuk terjadinya
diabetes dibandingkan GDPT. Progresivitas perkembangan dari TGT menjadi
diabetes kurang lebih 6-10% per tahun. Apabila pasien mengalami TGT dan
GDPT sekaligus maka kemungkinan berkembang menjadi DM dalam waktu 6
tahun adalah 65% (Handayani, 2012).
Diabetes melitus dapat dicegah dan ditunda dengan deteksi dini dan
pengelolaan yang baik terhadap mereka yang menderita prediabetes dan
mempunyai faktor resiko diabetes melitus (Handayani, 2012). Berdasarkan
America Diabetes Assosiation (ADA), 54 juta orang dewasa terkena diabetes di
dunia. Tanpa intervensi, prediabetes akan berkembang menjadi diabetes melitus
tipe II dalam kurun waktu 10 tahun. Edukasi sangat diperlukan untuk kesadaran
orang- orang dengan prediabetes dan faktor resiko Diabetes melitus untuk
mengubah gaya hidup seperti olahraga, diet dan latihan fisik. Penurunan berat
badan dengan mengubah gaya hidup efektif dalam mencegah diabetes, tetapi sulit
untuk dipertahankan oleh karena itu diperlukan intervensi non farmakologis
termasuk tanaman herbal yang efektif dan aman digunakan.
Penggunaan obat tradisional, Indonesia termasuk salah satu Negara di Asia
yang sudah lama mempunyai tradisi tersebut. Tanaman obat dianggap alternatif
3
yang berbahaya. Menurut Heyne (1987, dalam Zuhria, 2013), ramuan obat
tradisional Indonesia menggunakan tidak kurang dari 1200 jenis tanaman dari 160
suku tanaman. Indonesia merupakan tempat yang kaya akan aneka ragam tanaman
obat. Diantara ragam tanaman obat yang ada disekitar kita, beberapa jenisnya
memiliki efek positif terhadap penanganan diabetes. Diantaranya gambas atau
oyong, pare, buah merah,jambu biji dan lain sebagainya (Teguh, 2013).
Gambas atau yang lebih dikenal dengan nama oyong, memiliki nama latin
Luffa cylindrica. Tanaman yang satu ini masih termasuk dalam keluarga
Cucurbitaceae. Ciri khas dari tanaman ini adalah bentuk buahnya yang bulat
panjang dengan ukuran 15-30 cm, dan semakin mengecil ke pangkalnya. Buahnya
berbentuk menyerupai belimbing dengan siku-siku yang memanjang. Kulitnya
keras seperti kaktus dengan daging yang lunak dan halus (Farah,2013).
Gambas (Luffa cylindrica) sering digunakan masyarakat pauh untuk
menurunkan kadar gula darahnya. Selain itu, di Belgal india selatan juga
menggunakan buah gambas (Luffa cylindrica) untuk menurunkan gula darah
mereka (Sriparna,dkk., 2011). Buah gambas (Luffa cylindrica) biasanya
digunakan untuk sayuran bening dan enak dikonsumsi. Buah gambas yang sudah
tua mengandung serat yang tinggi dengan kandungan air yang tinggi, dan banyak
manfaat yang dapat diambil dari tanaman ini (Rizky, 2013).
Penelitian Spriparna dkk, mengatakan bahwa ekstrak buah gambas
mengandung flavonoid dalam jumlah besar dan mampu meningkatkan aktivitas
4
sebagai antioksidan dan mempunyai bioktifitas sebagai obat. Mekanisme
enzimatik glukosa oksidase merupakan salah satu jalur antidiabetes terkait dengan
jalur pentosa fosfat dan hal ini mengenai hubungan antidiabetes dan antidioksidan
dari suatu sampel (Lehninger, 2003). Flavanoid mengandung daya inhibisi α
-glukosidase dan bersifat sebagai antidiabetes karena flavanoid mampu berperan
sebagai senyawa yang menetralkan radikal bebas, sehingga dapat mencegah
kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin (Lenny, 2006). Inhibitor
enzim α-glukosidase merupakan obat antihiperglikemia untuk pasien diabetes
melitus. Buah gambas yang disayur sebanyak 100 gram mempunyai kandungan
karbohidrat sebanyak 25,9 gram, protein 12,8 gram, lemak 19 gram (A’la, 2014).
Karbohidrat yang dikonsumsi secara normal akan diubah terlebih dahulu menjadi
monosakarida untuk diserap oleh usus menjadi glukosa darah. Inhibitor enzim α
-glukosidase ini akan mencegah pemecahan karbohidrat, seperti pati dan
oligosakarida lainnya sehingga dapat mengurangi konsentrasi gula darah dari
karbohidrat yang dikonsumsi (Chiasson, 2002). Selain flavonoid, gambas
merupakan keluarga Cucurbitaceae yang merupakan senyawa penting yang
bermanfaat untuk aktivitas antidiabetes (Pimple, 2011).
Maanfaat buah gambas (Luffa cylindrica) sanggat bermafaat, selain untuk
diabetes buah gambas (Luffa cylindrica) ini juga sering dimanfaatkan untuk
asma, peluruh dahak, anti rematik dan melancarkan sirkulasi darah (Farah, 2013).
Gambas (Luffa cylindrica) sering dikonsumsi dan digunakan untuk obat alternatif
secara tradisional tetapi belum pernah diuji klinis. Buah gambas digunakan
5
mengurangi kadar gula darah. Selain itu gambas tidak mengandung zat racun yang
mematikan (Sriparna, 2011).
Angka prevelansi penderita diabetes di Indonesia berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 mencapai 5,7 % dari jumlah
penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Sedangkan, angka prevelansi pre
diabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11 % dari total penduduk Indonesia
(Rudijianto, 2009). Berarti, jumlah penduduk Indonesia yang terkena diabetes
akan meningkat dua kali lipat dalam beberapa waktu yang mendatang. Sampai
saat ini kriteria prediabetes hanya didasarkan pada pemeriksaan kadar gula darah.
Pada umumnya kecurigaan bahwa seseorang termasuk prediabetes dilandasi oleh
prediksi masa depan yang diperoleh secara pengamatan empiris. Misalnya, anak
dari penderita Diabetes Melitus tipe 2, obesitas sentral, dan lain-lain (Asman,
2012).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 kasus Diabetes
Melitus selama 1 tahun pada tahun 2013 adalah sebanyak 7.882 penderita. Data
Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2012, wilayah kerja Puskesmas Pauh
mempunyai kasus diabetes melitus tertinggi yaitu sebanyak 185 kasus (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2012). Selain itu, masyarakat pauh mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi sayuran gambas untuk menurunkan kadar gula darah,
dan gambas sangat mudah ditemukan di daerah ini.
Dari latar belakang diatas, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan
6
Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Prediabetes Melitus Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Padang 2014”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka masalah penelitian ini adalah
apakah ada pengaruh pemberian buah gambas (Luffa cylindrica) terhadap
penurunan gula darah pada penderita prediabetes melitus pada wilayah kerja
puskesmas pauh 2014.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pemberian 100 gram sayuran gambas (Luffa
cylindrica) terhadap penurunan gula darah pada penderita prediatebes
pada wilayah kerja Puskesmas Pauh 2014.
2. Tujuan khusus
Melalui penelitian ini dapat dijelaskan :
a. Untuk mengetahui kadar gula darah puasa penderita Prediabetes
sebelum diberikan 100 gram sayuran gambas (Luffa cylindrica).
b. Untuk mengetahui kadar gula darah puasa penderita Prediabetes
sesudah diberikan 100 gram sayuran gambas (Luffa cylindrica).
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian 100 gram sayuran gambas
(Luffa cylindrica) terhadap penurunan kadar gula darah puasa
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi pendidikan keperawatan
Memberikan gambaran dan acuan hasil riset tentang pengaruh
pemberian buah gambas (Luffa cylindrica) sebagai salah satu terapi
komplementer sebagai penurun kadar gula darah pada penderita
Prediabetes.
2. Bagi Responden
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh pemberian
buah gambas (Luffa cylindrica)sebagai salah satu terapi komplementer
dan bahan pertimbangan untuk memilih obat alternatif yang praktis
dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita prediabetes .
3. Bagi Puskesmas
Sebagai acuan bagi puskesmas untuk bahan penyuluhan yang akan
dilakukan pada penderita penderita pre diabetes tipe yaitu tentang
pengaruh pemberian yang merupakan salah satu terapi komplementer
buah gambas (Luffa cylindrica) terhadap penurunan gula darah dan
merupakan salah satu terapi komplementer yang praktis digunakan.
4. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan
dapat mengetahui pengaruh buah gambas (Luffa cylindrica) terhadap