iv ABSTRAK
Cornelia Afrisca Iryanto 110110120331
Desain industri merupakan salah satu Kekayaan Intelektual yang digunakan oleh pelaku usaha sebagai perlindungan hukum terhadap desain yang dihasilkan oleh pendesain dan mempunyai Hak Desain Industri. Penggunaan desain industri untuk kepentingan komersial harus menggunakan perjanjian lisensi sebagai tanda pemberian hak desain industri kepada pihak lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengentahui penggunaan desain industri oleh produsen pakaian yang tidak memiliki perjanjian lisensi dari pelaku usaha serta untuk menentukan tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha desain industri terhadap produsen pakaian yang menggunakan desain industri miliknya tanpa perjanjian lisensi dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku, dikaitkan dengan teori-teori hukum meliputi studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder berupa bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Data yang telah diperoleh untuk penulisan skripsi kemudian dianalisis menggunakan metode yuridis kualitatif yang hasil penelitian kepustakaan maupun lapangan diuraikan secara deskriptif, dan untuk menarik kesimpulan tidak menggunakan rumus-rumus matematis.
Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan desain industri yang telah memiliki hak desain industri yang dilakukan oleh pelaku usaha tanpa perjanjian lisensi merupakan perbuatan melawan hukum karena memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 1365 KUHPerdata, dan penggunaan desain industri tanpa izin dari pemilik hak desian industri merupakan tindakan pidana yang melanggar Pasal 9 UU Desain Industri. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pemilik desain industri yaitu PT. Dinamika Anak Muda Nasional adalah dengan cara mengajukan gugatan ganti rugi ke Pengadilan Niaga sebagaimana diatur dalam Pasal 46 UU Desain Industri, atau dapat mengajukan tuntutan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 54 Ayat (1) UU Desain Industri jika pelaku usaha
terbukti melakukan perbuatan pidana. Pendesain juga dapat
menyelesaikan sengketa melalui arbritasi atau alternatif penyelesaian sengketa yang sebagaimana diatur dalam Pasal 47 UU Desain Industri yaitu melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi dan cara lain yang dipilih oleh para pihak.