TREN PERKEMBANGAN SENTRA INDUSTRI GERABAH DI DESA PAGERJURANG, MELIKAN, WEDI, KLATEN, DITINJAU DARI ASPEK PRODUKSI, OMZET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA
TAHUN 2006 – 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Fransisca Cristi Ananditya NIM: 12 1324 005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya tulisku ini untuk:
Kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria
yang selalu melimpahkan kasih karunianya dan selalu menyertai
saya dengan rahmat yang berlimpah dan berkat Roh Kudus.
Untuk kedua orang tua,
Bapak Marcus Mulyana, S. Pd. dan Mama Theresia. Narimo Siti W.
yang selalu mendukung dan mendoakan dalam setiap langkah
hidup saya.
Untuk adikku tersayang,
Fransiscus Xaverius Yoga Wijaya
Untuk almarhum Eyang Uti tercinta,
Theresia Parinem
Untuk sahabat-sahabatku tercinta,
Irene Ika, Thiara, Krisdiana, Erlina, Anggi, Cipluk, Vidia, Agus,
Hendry, Adit, Daniel, Dika
Untuk almamaterku tercinta,
MOTTO
“Tidak ada yang percuma bagi orang yang telah mempersiapkan
masa depan” (NN)
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan
hilang." (Amsal 23:18)
“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah
semangat kepada yang tidak berdaya “ ( Yesaya 40:29)
“Disaat sukses, kita memperoleh banyak hal. Orang akan
ABSTRAK
TREN PERKEMBANGAN SENTRA INDUSTRI GERABAH DI DESA PAGERJURANG, MELIKAN, WEDI, KLATEN, DITINJAU DARI ASPEK PRODUKSI, OMZET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA TAHUN
2006 – 2015
Fransisca Cristi Ananditya Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa Melikan tahun 2006 – 2015. Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal. Data penelitian merupakan data primer yang meliputi jumlah produksi, omzet penjualan, dan jumlah tenaga kerja. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jumlah populasi penelitian sejumlah 137 pengrajin dan sampel penelitian sejumlah 13 pengrajin. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis tren kuadrat terkecil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tren perkembangan jumlah produksi gerabah di Desa Melikan tahun 2006 – 2015 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 9,39% per tahun, (2) tren perkembangan jumlah omset penjualan gerabah di Desa Melikan tahun 2006 – 2015 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,11% per tahun, dan (3) tren perkembangan jumlah tenaga kerja pada industri gerabah di Desa Melikan tahun 2006 – 2015 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 7,99% per tahun.
ABSTRACT
TREND OF DEVELOPMENT OF EARTHENWARE INDUSTRY ON THE NUMBER OF PRODUCTION, SALES, AND THE WORKERS IN PAGERJURANG VILLAGE, MELIKAN, WEDI, KLATEN IN 2006-2015
Fransisca Cristi Ananditya Sanata Dharma University
2017
This research aims to determine trend of development of earthenware industry in Melikan Village in 2006-2015. This research is a longitudinal study. The data is primary data includes the number of production, sales, and workers. The data collection techniques were observation, interview, and documentation. The data populations cover 137 craftsman, and number of sample was 13 craftsman. The sampling technique was accidental sampling data, and the data analyzed by a least square analysis.
The result of the study indicated that: (1) trend of development in terms of the number of production had growth as much as 9,39% per year in 2006-2015, (2)trend of development in terms of the number of sales had increased as much as 5,11% per year in 2006-2015, and (3) trend of the number workers had increased as much as 7,99% per year in 2006-2015.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan segala limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang selalu menyertai
saya, sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi
dengan judul ” Tren Perkembangan Sentra Industri Gerabah Di Desa Pagerjurang,
Melikan, Bayat, Klaten, Ditinjau Dari Aspek Produksi, Luas Pasar, Omset
Penjualan, Jumlah Tenaga Kerja Tahun 2006 -2015”. Sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
dengan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi.
Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir,
banyak pihak yang terlibat dalam membantu dan memberikan masukan kepada
penulis. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan dan bantuan tidak
terhingga kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu senantiasa membimbing
dan menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan baik dan lancar.
2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Ign. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi.
5. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan baik dan sabar, selalu memotivasi dan
mengarahkan dari awal saya menulis skripsi ini hingga selesai.
6. Mbak Christina Kristiani selaku petugas sekretariat prodi Pendidikan
Ekonomi yang dengan sabar membantu penulis dalam menyelesaikan
admistrasi yang diperlukan.
7. Segenap Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma: Pak
Harsoyo, Pak Teguh, Pak Indra Darmawan, Pak Rubi, Pak Joko Wicoyo, Ibu
Cornel, Ibu Nia, Ibu Rita, Ibu Indah, Ibu Rini. Terima kasih yang telah
dengan sabar mengajar penulis selama masa perkuliahan.
8. Kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Marcus Mulyana., S. Pd. dan Mama
Theresia Narimo Siti Winarni, yang selalu setia mendukungku melaui doa,
cinta, perhatian dan kasih sayang, serta mendukungku secara finansial.
9. Adikku tercinta Fransiscus Xaverius Yoga Wijaya yang telah memberikan
dukungan, semangat dan doa.
10. Almarhum Eyang Uti tercinta Theresia Parinem yang selalu setia
menemaniku dalam mengerjakan skripsi ini dan selalu mendoakam agar
semuanya lancar.
11.Segenap keluarga besarku : Eyang Kakung, Pakdhe, Budhe, Om, Tante, dan
keponakan –keponakanku yang selalu mendukungku dalam doa dan selalu
12.Sahabat- sahabat SMA ku: Irene Ika (Holic), Agatha Violita T. M (Tiara),
Krisdiana Dewi (Miss), Tetuko Ikhsan, Iryant Hidayat, yang juga selalu setia
mendukungku dan selalu memberi semangat, dan juga selalu mau ikut
direpotkan dalam pengerjaan Skripsi ini.
13.Sahabat – sahabatku dari kecil: Mb. Shinta, Dera, Dek Lisa dan Dek Agnes
yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat.
14.Mbak Dwi yang selalu sabar setiap komputer disekretariatannya direpotkan
untuk ngprint dan selalu mendukung dan memberi semangat.
15.Teman – teman OMK St. Ignatius Ketandan yang juga selalu mendukung
memberi semangat.
16.Bapak Sri Hartanto yang telah membantu dalam mengurus segala perizinan
yang dibutuhkan, sehingga penulis dapat melakukan penilitan dilokasi yang
dipilih.
17.Keluarga Brodolku: Erlin, Cipluk Wido Rini, Vidia Natalia, Anggi Budi, adit
Kurniawan, Damiel S Prasetyo, Gardika Edi, Yoseph Hendri, Agustinus
Nindya yang selalu mendukung satu sama lain dan selalu berjuang bersama –
sama selama 4 tahun ini.
18. Kedua temanku Albertus Bima dan Seri Jefry yang selalu dengan sabar
mengajari dan membantu dan memberikan semangat.
19.Segenap teman – teman seperjuanganku selama kuliah di Pendidikan
Ekonomi 2012 yang saya sayangi dan cintai.
20.Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah membantu
21.Bapak Sumilih beserta Istri yang telah membantu dalam penulis
mengumpulkan data selama penelitian.
22.Para pengrajin gerabah yang telah bersedia dengan baik dan sabar untuk
diwawancarai dan direpotkan oleh penulis.
23.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang dimiliki penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Maka dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi semakin sempurna.
Yogyakarta, 30 September 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
D. Variabel dan Definisi Operasional...6
E. Tujuan Penelitian...7
F. Manfaat Penelitian...7
BAB II KAJIAN TEORI...9
A. Pengusaha Kecil...9
3. Tujuan Pengembangan Usaha Kecil...10
F. Jenis dan Sumber Data...42
G. Teknik Pengumpulan Data...44
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...48
A. Aspek Geografi...48
1. Letak Geografis...48
2. Keadaan Wilayah...48
3. Luas Penggunaan Lahan...49
B. Gambara Umum Industri Gerabah Melikan...50
1. Desa Pagerjurang...50
2. Sejarah Gerabah Desa Melikan...52
3. Proes Pembuatan Gerabah Desa Melikan...54
BAB V :ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...56
A. Deskripsi Data...56
B. Analisis Tren...60
1. Analisis Data Tren Produksi Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...66
2. Analisis Data Tren Omset Penjualan Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...72
3. Analisis Data Tren Tenaga Kerja Industri Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...78
C. Pembahasan ...78
1. Pembahasan Tren Produski Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...85
2. Pembahasan Tren Omset Penjualan Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...91
3. Pembahasan Tren Tenaga Kerja Industri Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...96
BAB VI: KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN...96
A. Kesimpulan...96
B. Saran...97
C. Keterbatasa Peneliti...99
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
IV.1 Daftar Usaha Gerabah Desa Melikan Tahun 2006-2015 ... 59
V.1.1 Nilai Perhitungan Total Produksi Gerabah Desa Melikan
Tahun 2006-2015 ... 64
V.1.2 Nilai Perhitungan Tren Total Produksi Gerabah Desa
Melikan Tahun 2006-2015 ... 68
V.2.1 Nilai Perhitungan Total Omset Penjualan Gerbah Desa
Melikan Tahun 2006-2015 ... 70
V.2.2 Nilai Perhitungan Tren Total Omset Penjualan Gerabah
Desa Melikan Tahun 2006-2015 ... 74
V.3.1 Nilai Perhitungan Total Tenaga Kerja Industri
Gerabah Desa Melikan Tahun2006-2015 ... 76
V.3.2 Nilai Perhitungan Tren Total Tenaga Kerja Industri
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
V.1.3 Tren Produksi Gerabah Desa Melikan Tahun 2006-2014 ... 69
V.2.3 Tren omset Penjualan Gerabah Desa Melikan
Tahun 2006-2014 ... 75
V.3.3 Tren Tenaga Kerja Industri Gerabah Desa
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Pedoman Wawancara
Lampiran 2: Surat Ijin Kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 3:Surat Ijin Kepada Gubernur Jawa Tengah
Lampiran 4: Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 5: Surat Ijin Kepada Bupati Klaten
Lampiran 6: Surat Ijin Kepada Ka. Disperindagkop dan UMKM Kab. Klaten
Lampiran 7:Surat Ijin Kepada Ka. Desa Melikan
Lampiran 8: Data Produksi Gerabah di Desa Melikan Tahun 2006 - 2015
Lampiran 9: Data Omset Penjualan Gerabah di Desa Melikan Tahun 2006 - 2015
Lampiran 10: Data Tenaga Kerja Industri Gerabah di Desa Melikan Tahun 2006 –
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan dan pengembangan masyarakat merupakan bagian
dari strategi dan program pembangunan kesejahteraan sosial.
Perkembanagan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki
potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat. Hal ini
ditunjukkan oleh keberadaan UMKM yang telah mencerminkan wujud
nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia
(RPJMN 2004-2009;209). Gerabah merupakan salah satu warisan
peninggalan para leluhur yang hingga saat ini masih dikembangkan oleh
masyarakat dan menjadi ciri khas dari suatu daerah tertentu . Hampir
seluruh daerah di Indonesia mempunyai tradisi atau usaha membuat
gerabah, dengan ciri khas dari masing-masing daerah. Gerabah merupakan
salah satu hasil dari seni terapan. Seni terapan merupakan seni yang
hasilnya memiliki fungsi dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat.
Desa Pagerjurang, Melikan merupakan salah satu Desa yang
terletak di Kabupaten Klaten yang merupakan salah satu desa penghasil
gerabah yang cukup terkenal di Klaten. Gerabah yang ada di Desa
Pagerjurang, Melikan ini juga tidak lepas dari peran para pengrajin
gerabah itu sendiri yang masih selalu berusaha untuk mempertahankan
setempat untuk membantu para pengrajin dalam mengembangkan usaha
gerabahnya ini. Gerabah yang diproduksi oleh para pengrajin gerabah dari
Desa Pagerjurang, Melikan tentunya mempunyai ciri khas dan keunikan
tersendiri jika dibandingkan dengan gerabah-gerabah yang diproduksi dari
daerah lain. Hampir sebagian besar masyarakat mengenal produk-produk
gerabah yang ada di desa Pagerjurang, Melikan lebih dikenal dengan
sebutan “Gerabah Putaran Miring”, karena dalam proses pembuatannya
menggunakan teknik putaran miring. Teknik pembuatan yang belum
pernah ada di daerah bahkan negara manapun, dan hanya di Desa
Pagerjurang, Melikan inilah teknik putaan miring ini dikembangkan
hingga saat ini. Teknik putaran miring inilah yang akhirnya menarik
perhatian seorang peneliti dari Jepang. Yang bernama Chitaru Kawasaki,
seorang profesor dari Universitas Kyoto Seika, Jepang. Pada 1994, ia
datang ke desa Pagerjurang, Melikan untuk meneliti gerabah dengan
teknik putaran miring. Sang professor yang juga merupakan ketua jurusan
keramik di Universitasnya itu mengaku tertarik dikarenakan teknik putaran
miring tidak ada di daerah lain di dunia dan hanya ada di Klaten. Selain
meneliti, Kawasaki juga memberikan sumbangan untuk didirikannya
“Gedung Pusat Keramik Putaran Miring” di desa tersebut, yang kemudian
diresmikan pada tahun 2005. Pengembangan teknik dan desain gerabah
pun ia bagi kepada masyarakat sekitar. Gedung Pusat Keramik Putaran
Miring yang dulunya diberi nama” Laboratorium Pusat Pelestarian Budaya
biaya retribusi sebesar Rp 10.000-Rp.12.000 lengkap dengan fasilitas.
Diantaranya, pengunjung bisa melihat secara langsung proses pembuatan
gerabah dengan teknik putaran miring dari awal sampai akhir. Mereka
juga bisa mencoba ikut membuat gerabah, dan hasil karyanya boleh
dibawa pulang.
Sebagai daerah sentra industri, masyarakat Desa Melikan
berpeluang untuk bisa mengembangkan usahanya lebih baik lagi dan lebih
maju, sehingga akan berpengaruh pada tingkat penghasilannya yang
tinggi. Perkembangan industri kerajinan gerabah dapat dilihat dari
perubahan yang terjadi pada tingkat produksi dan pendapatan yang
diperoleh selama setahun yang dihitung pada akhir tutup buku. Pendapatan
bersih yang dimaksud disini adalah pendapatan yang diperoleh industri
atau pengusaha setelah dikurangi dengan biaya produksi, gaji karyawan
dan lain-lain. Untuk dapat terus mengembangkan industri gerabah
tersebut, para pengusahan memperoleh sumber modal usaha dari kredit,
simpan pinjam, bantuan pemerintah setempat, atau bahkan dari modal
sendiri. Selain itu untuk lebih mendukung adanya perkembangkan ukm
ini, maka adanya pendidikan untuk terus mengembangkan kesenian
tradisional ini. salah satunya dengan adanya SMKN ROTA I di kecamatan
Bayat. Dengan keterampilan utamanya ialah mempelajari gerabah dan
keramik, baik melalui undangan untuk para pelajar belajar di Jepang
maupun datang ke sekolah sebagai guru tamu, karena di sekolah ini
Industri gerabahh yang merukapan salah satu industri kreatif
masyarakt yang telah dikembangkan secara turun temurun, sangat perlu
memperhatikan tingkat kesejahteraannya, agar tinkat operasi usaha
tersebut dapat terus berkembang dengan baik dan lancar, dilihat dari
seberapa besar jumlah gerabah yang diproduksi. Alasan penulis meneliti
industri gerabah desa Pagerjurang, Melikan, sebagai berikut:
1. Industri gerabah yang ada di desa Pgerjurang, melikan
memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dibanding
gerabah-gerabah dari daerah lain, terlebih dalam teknik pemtuatannya.
2. Saat ini banyak masyarakat yang menggunakan gerabah buatan
desa Pagrerjurang, Melikan, dan penasaran dengan keunikan
dan ciri khas gerabah yang dihasilkan. Sehingga desa tersebut
cocok dijadikan sebagai lokasi penelitian.
3. Industri gerabah sebagai salah satu industri yang masih
berkembang di desa Pagerjurang, Melikan dengan ciri khas dan
keunikannya, juga perlu memperhatikan bagaimana
perkembangan industri gerabah di deaerah lain agar dapat terus
mengembangkan kreativitas produknya agar dapat terus
bersaingan dengan produk dari luar.
4. Masyarakat semakin banyak yang menggunakan produk
gerabah sebagai perabot rumah tangga, ornamen ruang, dan
B. Identifikasi Masalah
Dengan semakin banyaknya industri-industri gerabah di
daerah-daerah lain, yang juga selalu meningkatkan kualitas dan kreasi dari produk
gerabah yang dihasilkannya, maka para pengrajin gerabah di desa
Pagerjurang, Melikan harus dapat lebih mengembangkan produk
gerabahnya dengan lebih kreatif lagi.
Masalah perkembangan industri gerabah di desa Pagerjurang,
Melikan sangat menalik penulis untuk melakukan penelitian di desa
tersebut dengan mengamati bagaimana produktivitas pengrajin dalam
memproduksi gerabah, berapa besar omset yang dihasilkan dari setiap
penjualan gerabah, dan berapa banyak jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam memproduksi gerabah.
C. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang yang sudah diuraikan tersebut, maka
peneliti merumuskan masalah yang akan menjadi pokok bahasan dari
penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimana tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa
Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten dari tahun 2006 – 2015 ditinjau
dari segi produksi ?
2. Bagaimana tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa
Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten dari tahun 2006 – 2015 ditinjau
3. Bagaimana tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa
Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten dari tahun 2006 – 2015 ditinjau
dari segi jumlah tenaga kerja ?
D. Variabel dan Definisi Operasional a. Tingkat Produksi
Tingkat Produksi adalah jumlah gerabah yang dihasilkan oleh para
perajin gerabah dalam setiap tahunnya.
b. Omset Penjualan
Omset Penjualan adalah perolehan hasil atau nilai dari penjualan
gerabah, yang dinilai dengan satuan mata uang (Rp).
c. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang bekerja
dalam setiap industri gerabah yang ada, dalam menghasilkan gerabah.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitiannya ialah sebagai
berikut:
X1 : Produksi
X2 : Omset Penjualan
X3 : Jumlah Tenaga Kerja
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tren perkembangan usaha industri kerajinan
gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten yang ditinjau
dari segi produksi tahun 2006 - 2015.
2. Untuk mengetahui tren perkembangan usaha industri kerajinan
gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten yang ditinjau
dari segi omset penjualan tahun 2006 - 2015.
3. Untuk mengetahui tren perkembangan usaha industri kerajinan
gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten yang ditinjau
dari segi jumlah tenaga kerja tahun 2006 - 2015.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengusaha Gerabah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengrajin dalam lebih mengembangkan produk-produk gerabahnya
secara lebih kreatif dan inovatif lagi, agar dapat terus bertahan dengan
perkembangan dan permintaan pasar yang semakin beragam, dan juga
dapat terus bersaing dengan produk-produk baru yang semakin
berkembang dimasyarakat. Selain itu juga untuk menambah informasi
bagi para pengusaha gerabah, agar lebih memahami setiap manajemen
yang ada di dalam industri ataupun perusahaan. Sehingga nantinya
dapat lebih menganalisis keadaan ekonomi yang ada. Dengan tujuan
untuk lebih meningkatkan usaha gerabahnya. Selain itu juga pihak
para karyawannya secara layak yang telah bekerja sesuai dengan tgas
dan tanggungjawabnya. Sehingga para karyawan juga mampu
mencukupi kebutuhan perekonomiannya.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pihak pemerintah khususnya
pemerintah daerah setempat agar lebih memperhatikan perkembangan
industri-industri kecil yang ada didaerah-daerah tersebut, khususnya
usaha gerabah yang telah lama berkembang di Desa Melikan. Dengan
harapan agar para pengrajin gerabah dapat lebih meningkatkan
produksinya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan melakukan penelitian ini peneliti dapat lebih mengerti
bagaimana perkembangan industri kecil yang ada di daerah sekitarnya,
khususnya industri gerabah yang sudah mulai berkembang sejak lama.
Selain itu juga untuk memberikan gambaran bagi para peneliti lain
mengenai trend perkembangan industri gerabah di Desa Melikan tahun
BAB 2
KAJIAN TEORI
A. Pengusaha Kecil
1. Pengertian Usaha Kecil
Pengembangan usaha kecil yang ada di Indonesia dapat
menyumbang pendapatan yang cukup besar bagi perekonomian
Negara. Pengertian usaha kecil menurut UU No. 20 pasal 1 tahun
2008 tentang UMKM adalah “usaha ekonomi positif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh peroarangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahan atau cabang perusahan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
ini.”
Kriteria dalam menentukan besar kecilnya usaha antara lain
dilihat dari besarnya modal yang dimiliki dengan kapasitas produksi,
jumlah tenaga kerja atau pegawai yang dipekerjakan dalam sebuah
industri.
2. Asas dan Tujuan Usaha Kecil
Menurut UU No. 20 pasal 2 tahun 2008 tentang UMKM,
mengenai asas dan tujuan usaha kecil adalah sebagai berikut:
c. Kebersamaan
d. Berwawasan Lingkungan
e. Kemandirian
f. Efisiensi Berkeadilan
g. Keseimbangan Kemajuan
h. berkelanjutan
3. Tujuan Pengembangan Usaha Kecil
Menurut UU No. 20 pasal 5 tahun 2008 tentang UMKM,
mengenai tujuan pengembangan usaha kecil adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangungan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
4. Karakteristik Usaha Kecil
Menurut Prawirokusumo (2010), karakteristik usaha kecil
ialah sebagai berikut :
a. Biasanya usaha kecil dikelola oleh pemiliknya sehingga disebut
owner-manager yang biasanya bertindak sebagai pimpinan yang
dan tidak berspesialisasi untuk menjalankan usaha. Mereka disebut
management team yang biasanya berasal dari anggota famili, sanak
saudara atau teman dekat.
b. Usaha kecil biasanya hanya mempunyai single product line tidak
diversifikasi usaha. Volume usaha relatif kecil.
c. Penanggung jawab pengambil keputusan biasanya dipegang oleh
satu orang dan kurang memberikan wewenang kepada orang lain.
d. Hubungan antara management dengan pekerjanya bersifat sangat
dekat
Menurut Pandji (2002), secara umum karakteristik usaha
kecil sebagai berikut :
a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.
b. Margin usaha yang cenderung tipis, mengingat persaingan yang
sangat tinggi.
c. Modal terbatas.
d. Pengalaman manajerial dan mengelola perusahaan masih terbatas.
e. Skala ekonomi yang terlalu kecil.
f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar
sangat terbatas.
g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal
5. Kekuatan Usaha kecil
Usaha kecil, dengan karakteristik skalanya yang serba
terbatas ternyata memiliki sejumlah kekuatan. Kekuatan yang
dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam
menghadapi berbagai tantangan lingkungan. Diantara sejumlah
kekuatan yang ada pada usaha kecil adalah, fleksibilitas untuk
berkreasi, kemampuan untuk melakukan inovasi dan kemampuan
melakukan tindakan yang tidak mungkin dilakukan oleh usaha besar
pada menjadi kekuatan usaha kecil. Berikut beberapa kekuatan pada
usaha kecil.
a. Mengembangkan Kreativitas Usaha Baru
Kreatifitas tidak selalu dilakukan dengan menampilkan sesuatu
produk yang secara murni baru, namun dapat dilakukan dengan
cara meniru produk yang telah beredar dipasar. Suatu produk baru
dengan fitur lebih luas pada umumnya harus dibeli dengan harga
mahal. Pelaku usaha kecil sering melihat kondisi ini sebagai
peluang usaha.
b. Melakukan Inovasi
Lazimnya dimasa sulit seseorang selalu berusaha menemukan
solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara yang
Melakukan sebuah inovasi merukan salah satu cara yang biasanya
dilakukan oleh para pelaku usaha kecil dan tidak mungkin
dijalankan oleh perusahaan besar.
c. Ketergantungan Usaha Besar Terhadap Usaha Kecil
Pada umumnya produk yang dihasilkan perusahaan besar tidak
selalu atau boleh dikatakan agak sulit untuk dijangkau oleh para
pembeli kecil ditempat terpencil. Selain daerah terpencil yang sulit
dijangkau juga daya beli pembeli didaerah terpencil pada
umumnya juga rendah. Guna menyiasati kondisi tersebut
perusahaan besar mengemas produknya dalam kemasan kecil
senilai kemampuan daya beli konsumen kecil.
6. Kelemahan Usah Kecil
Sebaliknya dari sejumlah kekuatan ternyata usaha kecil juga
tidak luput dari faktor kelemahan. Faktor kelemahan juga disebabkan
oleh karakteristik yang ukurannya kecil. Berikut beberapa faktor
kelemahan usaha kecil:
a. Lemahnya Ketrampilan Manajemen
Pelaku usaha kecil seringkali berangkat berwirausaha dengan bekal
sumber daya seadanya. Ketidaksiapan tersebut bukan hanya dalam
modal dana ata peralatan lainnya, tetapi juga ketidaksiapan dalam
penguasaan kompetensi bidang usaha maupun kecilnya
b. Tingkat Kegagalan dan Penyebabnya
Menurut Siropolis (1994), tingkat kegagalan usaha kecil sebesar
44% disebabkan oleh kurangnya kompetensi dalam dunia usaha.
Yang dimaksud dengan kurangnya kompetensi dibidang usaha,
meliputi kurangnya penguasaan tentang bidang usaha baik secara
fisik. Penyebab kegagalan kedua adalah akibat lemahnya
kemampuan manajemen yang menempati prosentase 17%.
Pengertian lemahnya kemampuan manajemen disini adalah
penguasaan pengetahuan dan pengalaman dalam hal mengelola
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
c. Keterbatasan Sumber Daya
Keterbatasan sumber daya bagi pelaku usaha kecil telah merupakan
hal yang sangat umum. Keterbatasan tersebut bukan semata-mata
dalam hal dana, perelatan fisik namun juga dalam hal informasi.
B. Gerabah
1. Pengertian Gerabah
Gerabah adalah perkakas dari tanah liat (tanah lempung)
yang dibentuk sedemikian rupa, biasanya membentuk sebuah wadah,
kemudian dilakukan proses pembakaran atau penjemuran di bawah
sinar matahari. Setelah kering, gerabah-gerabah itu dapat
dimanfaatkan menjadi alat-alat yang berguna bagi kehidupan
sehari-hari. Gerabah atau kadang juga disebut tembikar dari masa prasejarah
dalam penggalian-penggalian mereka biasanya menemukan pecahan
benda yang terbuat dari tanah liat atau tembikar (kereweng).
Benda-benda yang terbuat dari unsur tanah dan air itu menjadi luar biasa
karena telah melewati berbagai masa tetapi masih bisa dijumpai.
Bentuk, bahan, dan pola hiasan terkadang menjadi kunci bagi mereka
yang ahli untuk menganalisa lebih jauh artefak gerabah itu.
(http://www.wacananusantara.org/gerabah/).
2. Fungsi Gerabah
Tampak sekali bahwa peranan gerabah dalam kehidupan
masyarakat sangat penting dan fungsinya tidak dapat dengan mudah
digantikan alat-alat yang dibuat dari logam (perunggu atau besi). Pada
umumnya gerabah dibuat untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari,
misalnya, sebagai temat air, alat untuk memasak, dan tempat
menyimpan makanan. Dalam upacara keagamaan tembikar ini dapat
digunakan sebagai wadah kubur, bekal kubur, atau tempat peralatan
upacara.
Gerabah yang digunakan untuk alat-alat rumah tangga dari
sisi motif mungkin memiliki pola hias yang sederhana atau bahkan
polos, berbeda dengan gerabah-gerabah yang digunaka untuk
kepentingan yang berhubungan dengan seni dan tradisi tentunya
memerlukan pola hias dan motif dan bahkan bentuk yang lebih baik.
dalam upacara, misalnya upacara keagamaan tentunya akan
mempunyai pola hiasan yang lebih baik bahkan jauh lebih rumit lagi.
Gerabah dapat dibedakan sebagai wadah dan non-wadah.
Sebagai wadah antara lain adalah periuk, tempayang, cawan, piring,
kendi. Sedangkan yang non-wadah antara lain adalah bandul jala,
patung, anglo, saluran air, dan manik-manik. Mula-mula wadah dari
gerabah berbentuk sederhana seperti dasar rata dan tanpa pola hias.
Dalam perkembangannya gerabah mulai dibuat dengan teknik yang
lebih maju, dengan pola hias yang bervariasi, dan bentuk yang
beraneka macam. (http://www.wacananusantara.org/gerabah/).
3. Teknik Pembuatan Gerabah
Pembuatan gerabah pada masa prasejarah ternyata
mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari mulai bentuk
dan pola hias yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks lagi.
Pada masa-masa awal, yaitu pada masa bercocok tanam, segala
sesuatunya mungkin dibentuk dan dikerjakan dengan menggunakan
tangan tanpa teknik atau alat lainnya.
Teknik pembuatan gerabah kemudian berkembang. Teknik
pencetakan mulai dikenal, perekmbangan selanjutnya terlihat dari alat
dan teknologi yang digunakan seperti mulai adanya roda pemutar.
Dengan menggunakan teknik cetak dan roda pemutar, gerabah dapat
dari segi artistiknya, gerabah-gerabah itu dihias dengan berbagai
warna.
Teknik awal dari pembuatan gerabah adalah teknik
melingkar. Tanah liat terbaik ditumbuk dan diaduk agar mempunyai
tingkat kepadatan yang sempurna. Tanah liat itu kemudian dipilin lalu
dibuat sebuah kumparan secara bertahap hingga kumparan itu
menciptakan bentuk dan memiliki ruang. Setiap pilinan yang
melingkar selanjutnya dirapikan menggunakan jari lalu selanjutnya
adalah proses penghalusan menggunakan batu atau kulit kerang.
Adapun teknik-teknik yang biasanya digunakan oleh para
pengrajin dalam mebuat keramik atau gerabah antara lain sebagai
berikut:(
http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2013/12/seni-kriya-gerabah-teknik-dalam-membuat.html).
1) Teknik lempeng (Slabing)
Teknik lempeng (slabing) merupakan teknik yang digunakan untuk
membuat benda gerabah berbentuk kubistis dengan permukaan
rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan tanah liat
dengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah menjadi
lempengan dengan ketebalan yang sama, kamu dapat memotong
dengan pisau atau kawat sesuai dengan ukuran yang kamu
inginkan. Selanjutnya, kamu dapat membuat menjadi bentuk kubus
atau persegi. Kemudian tahap akhir diberi hiasan dengan cara
2) Teknik pijat (Pinching)
Teknik pijat (pinching) merupakan teknik membuat keramik
dengan cara memijat tanah liat langsung menggunakan tangan.
Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat lebih
padat dan tidak mudah mengelupas, sehingga hasilnya akan tahan
lama. Proses pijat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Ambil segumpal tanah liat plastis.
b) Tanah liat tersebut diulet-ulet dan dipijit-pijit dengan ibu jari
sambil dibentuk sesuai dengan bentuk benda yang diinginkan.
c) Haluskan menggunakan kuas dan kain halus.
3) Teknik pilin (Coiling)
Teknik pilin (coiling) adalah cara membentuk tanah liat dengan
bentuk dasar tanah liat yang dipilin atau dibentuk seperti tali. Cara
melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat dibentuk pilinan
dengan kedua telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan
dengan ukuran yang kamu inginkan. Panjangnya pilinan juga
disesuakan dengan kebutuhan. Kemudian, pilinan tanah liat
tersebut disusun secara melingkar sehingga menjadi bentuk yang
diinginkan. Jangan lupa tiap susunan ditekan dan tambahkan air
supaya menempel.
4) Teknik putar (Throwing)
Untuk membuat gerabah dengan teknik putar (throwing), kamu
elektrik. Cara melakukan teknik ini adalah dengan mengambil
segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah
tanah liat di atas meja putar tepat di tengah-tengahnya. Lalu, tekan
tanah liat dengan kedua tangan sambil diputar. Bentuk tanah liat
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Teknik putar umumnya
menghasilkan benda berbentuk bulat atau silindris.
5) Teknik pres atau cetak tekan
Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang
bentuknya disesuaikan dengan cetakan. Teknik ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil dengan waktu yang cepat.
6) Teknik cor atau tuang
Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan
menggunakan acuan alat cetak. Tanah liat yang digunakan untuk
teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya terbuat dari
gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih
cepat sehingga tanah liat menjadi cepat kering.
4. Daerah Penghasil Gerabah
Indonesia dikenal sebagai negara dengan seribu budaya, oleh
karena itu muncul bermacam-macam produk hasil kebudayaan
tersebut. Salah satunya adalah keramik yang merupakan produk
kebudayaan yang bisa dikatakan paling tua, terbukti dengan
ditemukannya berbagai macam produk berupa tembikar pada masa
membuat berbagai macam produk keramik di daerah mereka
masing-masing sesuai dengan kekhasan yang dimiliki. Pada mulanya diawali
dengan indutri rumahan seperti di Singkawang-Kalimantan Barat,
Plered-Jawa Barat, Dinoyo-Malang, Kelompok-Jawa Tengah dan
daerah lain yang akan di jabarkan sebagai berikut
(www.wacananusantara.org) :
1) Keramik Singkawang
Singkawang merupakan lokasi pengolahan keramik
terbesar di Kalimantan Barat selain di Siantan, Terdapat 7
perusahaan tetapi hanya 4 yang bertahan akibat kongkurensi dalam
dunia usaha. Menurut cerita daerah tersebut telah memproduksi
keramik mulai abab ke-17 saat imigran China menetap disana,
selain membawa produk keramik mereka juga membawa
keterampilan mengolah bahan dan membuat keramik. Salah satu
yang masih bertahan adalah Sa Liung atau Padang Pasir, Sakok,
memproduksi tiruan keramik kuno gaya China, tempayan atau
martaban, mangkuk, jambangan, dan guci yang bergaya Ming.
Keramik antik gaya China produksi Singkawang yang mirip
dengan aslinya banyak di ekspor ke Hongkong, Singapura dan
Eropa.
2) Keramik Plered dan Citeko
Plered terletak di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Salah
Kwalita Keramik (AKK), mempunyai potensi besar dan telah
masuk persaingan pasar dunia. Perusahaan ini mengandalkan corak
dan desain yang baru dan terus-menerus dikembangkan, dan
akhirnya pada tahun 1989 memperoleh penghargaan “Upakarti”
dan sering mengikuti pameran di luar negeri. Banyak pengusaha
Belanda datang ke daerah ini dan meminta pengiriman barang
secara rutin. Selain Asep, terdapat nama Samani, seorang pekerja
keramik yang kemudian merintis usaha sejak tahun 1983, Samini
banyak mengikuti lomba keramik di TMII dan menjadi juara
pertama, sehingga produk keramiknya semakin terkenal. Dua orang
tersebut tercatat sebagai pejuang keramik di Plered sehingga
menjadi seperti sekarang ini.
Keramik Plered bentuknya cukup beragam karena
dipengaruhi oleh akademisi dari IKJ dan ITB. Untuk mendukung
produksi keramik Plered, pada tahun 1975 BPIK mendirikan Unit
Percontohan Keramik dan 5 tahun kemudian mendirikan Unit
Pelayanan Teknis, yang menyediakan bahan baku tanah liat yang
telah diolah serta bahan glasir siap pakai.
3) Keramik Klampok Banjarnegara
Daerah yang terletak di Jawa Tengah ini terdapat 4
pengusaha kecil yang cukup menonjol. Diantaranya Keramik
Meandalai, PT Keramik Banjarnegara, Usaha karya, dan Mustika.
fungsional sampai hiasan. Motif yang banyak dipakai adalah
bunga-bunga, tumbuhan, hewan dan figur manusia, yang lebih
menarik adalah motif pewayangan dan batik. Keramik Klampok
telah mengalami penyelarasan dengan budaya asli Indonesia,
dimana ragam hias cukup menonjol dan laku di pasaran. Disamping
itu mereka juga membuat keramik bergaya Ming dari China,
namun dimodifikasi menjadi bentuk ala mereka.
4) Keramik Kiara Condong
Kiara Condong, Bandung adalah salah satu industri
kermik rakyat yang pantas di tonjolkan, terseut dua nama kakak
beradik yakni Itong dan Pakih yang menggeluti keramik sejak
1930-an. Usaha pertamanya di kota Garut yang memproduksi
piring, cangkir, celengan dan wadah lainnya yang diberi nama
“Itong Saputra”. Dari tahun ke tahun pesanan terus meningkat
diiringi jumlah karyawan yang terus bertambah dan akhirnya
mendirikan pabrik pada tahun 1970 dan terus bertambah menjadi
12 pabrik. Cucu Itong yang bernama Didi Iskandar, sejak usia 26
tahun dipercaya untuk mengelola sebuah pabrik yang kemudian
banyak kemajuan, seperti mengikuti pameran lokal maupun
internasional. Keramik yang diproduksi banyak dipengaruhi oleh
gaya mahasiswa ITB yang praktek kerja di tempatnya dan juga para
seniman Bandung. Kontrak kerjasama dengan negeri Kincir Angin
produknya. Produk keramik Kiara Condong sangat beragam, ada
yang ala China, Jepang, Vietnam, Thailand, Eropa dan tradisional
Indonesia.
5) Keramik Dinoyo
Terletak di Dinoyo Kecamatan Klojen Malang, terdapat
sepuluh perusahaan dan beberapa unit usaha kecil lainnya.
Diantaranya adalah Djoko Suheri, Keramik Unit Betek, Keramik
Pendowo, Keramik Samsuri dan lain-lain. Dirintis sejak tahun
1950-an, H Achmad Rowie adalah perajin kawakan yang pada
tahun 1943 (zaman Jepang) sudah membantu orang tuanya
membuat produk keramik berglasir. Namun pada tahun 1965
banyak perusahaan keramik gulung tikar dilanda revolusi dan sulit
mendapatkan bahan bakar minyak, usaha Rowie mulai bangkit
kembali tahun 1966 sejak pemerintah mendirikan
REPELITA yang membangkitkan semangat perajin dan pengusaha
untuk mengembangkan usahanya. Pemerintah memberi pekerjaan
pengusaha di daerah ini untuk memproduksi penyimpul kawat
instalasi listrik. Perkembangan keramik dinoyo cukup pesat
sehingga tidak lagi tergantung pada perusahaan negara dan berani
bersaing dengan hasil produk industri besar, tetapi hal tersebut
tidak berlangsung lama karena pertambahan dan perubahan bahan
dan alat yang lebih rumit dengan standar khusus diluar jangkauan
China dan menggabungkan dengan gaya Eropa terutama gaya Delf
(Belanda), yaitu hisan warna biru, hijau dan coklat. Pemasaran
keramik sampai ke luar negeri seperti Australia, Belanda,
Singapura, da Jepang.
6) Keramik Bali
Daerah Pejaten di Kabupaten Tabanan, Gianyar,
Karangasem, Buleleng, Jembrana, dan Denpasar itulah daerah yang
terkenal sebagai sentra Keramik Bali. Berlangsungnya pembuatan
gerabah tradisi di Bali karena diperlukan untuk upacara peribadatan
agama Hindu yang bahannya dari tanah dan tidak boleh diganti
dengan bahan lain. Sentra pembuatan keramik di Bali terdapat 27
lokasi, yang menarik adalah proses pembuatan gerabah tradisional
yakni seolah-olah pengrajin menari-nari dalam megendalikan
gumpalan yang tidak bergeser, teknik ini merupakan peninggalan
pra-sejarah.
Pengarajin yang cukup kondang adalah I Wayan Kuturan,
yang tinggal di Tabanan, sejak kecil telah menekuni pembuatan
keramik tradisional yakni patung yang ditempatkan pada bangunan
suci (kelentingan) dan peralatan upacara leluhurnya. Suatu hari dia
kedatangan seorang pelukis bernama Kay It yang kemudian banyak
memberi inspirasi pada karya-karya Kuturan dan turut membantu
pemasaran produknya. Akhirnya gaya “kuturan” menjadi tradisi
banyak digunakan untuk hiasan hotel di Bali. Banyak wisatawan
yang membeli dan diekspor ke luar negeri seperti Australia, New
Zeland, Belanda, Italia, Jerman, Inggris dan Perancis. Pada tahun
2005 Kuturan memperoleh penghargaan “Anugerah Riset Kabangkitan Tehnologi” dari pemerintah Indonesia.
Gerabah Bali mengalami booming pada tahun 1980
sampai 1990-an, sehingga pemerintah merintis pembentukan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Seni Keramik dan Porselin untuk
menunjang pariwisata.
7) Keramik Tegowanuh dan Kundisari
Berada di daerah Temanggung, Jawa Tengah yang banyak
menghasilkan gebarah jembangan, kuwali, kendi (ada yang 3
corot), pot bunga dan bentuk peralatan rumah tangga lainnya.
Bentuk gerabah sedikit banyak mendapat pengaruh dari keramik
Kasongan dan banyak mendapat bimbingan dari Sapto Hudoyo.
Pengrajin gerabah yang aktif adalah Suwandi yang membuat
keramik hias dan mendapat bantuan dari Departemen Perindustrian,
akan tetapi pemasarannya belum mulus dan hanya konsumsi lokal
saja.
8) Keramik Mayong
Keramik Mayong Jepara ini masih sangat tradisional,
terdapat 300 unit usaha gerabah yang memproduksi keramik
pesanan khusus ada yang di ekspor ke Perancis. Penampilan gaya
ukiran Jepara dimulai tahun 1980-an dan mendominasi keramik
Mayong. Pembinaan keramik mayong tidak terlapas dari IKIP
Semarang Jurusan Seni Rupa. Akademisi yang langsung terjun
adalah Drs. Punthadi, Dra. Sri Iswidayati dan lain sebagainya yang
mengabdikan untuk kebangkitan produksi. Hasil produksi yang
terkenal adalah wuwungan dekorasi untuk atap yang di beri hiasan
pecahan beling atau porselin.
9) Keramik Lombok
Terletak di 3 kabupaten dengan 50 pengusaha,
Banyumulek sebagai pusat kerajinan gerabah yang sudah terkenal
sejak tahun 1860. Keramik Lombok juga dikenal dengan
“Tembikar Sasak” dengan sebutan Pemongkag menjadi bagian
penting dalam kegiatan ritual suku Sasak. Pada awalnya
Banyumulek hanya memproduksi gentong untuk tempat air, periuk
untuk menanak nasi dan tepak untuk bubungan rumah. Seorang
bernama Rachmat membuat desain baru dan banyak diminati pada
tahun 1981, Pemerintah Selandia Baru menjadi pelopor pemberi
dana pelaksanaan Pengembangan Kawasan Terpadu dan
Banyumulek menjadi prioritasnya. Masing-masing daerah Lombok
mempunyai ciri tersendiri seperti Masbagik memanfaatkan
dekorasi toreh dan motif geometris serta menggunakan kerang laut
10)Keramik Bima dan Sumbawa
Keramik tradisional Bima memang sudah lama
keberadaanya yang diwariskan turun-temurun. Selain untuk
kebutuhan magis juga untuk keperluan sehari-hari dengan teknik
pembuatan yang sangat sederhana. Mempunyai sentra keramik di 4
kecamatan yaitu Rasana’E, Bolo, Woha dan Sape. Gerabah
tradisional bima sampai saat ini blum bisa dikatakan berkembang
sebagaimana yang diharapkan, konsumen biasanya datang sendiri
untuk memesan.
11)Keramik Kayuagung dan Takalar
Berada di daerah Palembang Sumatra Selatan yang banyak
membuat dekorasi hiasan kuno berupa ornamen-ornamen dan
ukiran geometris “motif Sriwijaya” seperti motif kain Pelembang.
Disini terdapat 180 unit usaha keramik madya dan gerabah
tradisional. Selain membuat keramik untuk keperluan rumah
tangga, juga membuat hiasan dan patung keramik yang terlihat
lugu dan magis.
5. Karakteristik Gerabah Bayat
Gerabah yang diproduksi oleh para pengrajin di Desa
Pagerjurang, Melikan, Bayat mempunyai karakterisik atau kekhasan
tersendiri dari gerabah-gerabah yang diproduksi di daerah-daerah lain
di Indnesia. Yang menjadi karakteristik dari gerabah Bayat ini adalah
dari proses akhir pelapisan dan pembakaran dengan menggunakan
tungku sederhana menjadi keunika dan kekhasan dari produk gerabah
Bayat. Pelapisan yang dilakukan dengan menggunakan tanah merah
yang berkualitas yang didatangkan langsung dari Wonogiri dan proses
pembakarannya yang menggunakan teknik konvensional
menghasilkan warna alami berupa merah kehitam-hitaman. Hal
tersebut mampu memberikan kesan tradisional, alami dan juga
berkarakter.
Selain itu proses pembuatannya juga menggunaka teknik
khusus, yaitu teknik “Putaran Miring” atau “Perbot Miring” atau
“Pelarik”. Dengan menggunakan lempengan bundar yang terbuat dari
kayu jati maupun kayu mahoni dengan diameter tertentu. Dan dengan
menggunakan teknik tersebut, produk-produk gerabah yang dihasilkan
oleh para pengrajin berukuran lebih kecil dari gerabah-gerabah yang
yang lainnya. Selain ukurannya yang cenderung lebih kecil, biasanya
gerabah yang dihasilkan sebagian besar berbentuk lingkaran atau
silinder. Itulah yang membedakan produk gerabah Bayat dengan
produk-produk gerabah yang lainnya.
C. Produksi
1. Pengertian Produksi
Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan baik bentuk barang (goods) maupun jasa (service) dalam
bagi perusahaan. Bentuk hasil produksi dengan kategori barang
(goods) dan jasa (service) sangat tergantung pada kategori aktivitas
bisnis yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Bagian produksi
dalam suatu organisasi bisnis memegang peran penting dalam usaha
mempengaruhi suatu organisasi. Bagian produksi sering dilihat
sebagai salah satu fungsi manajemen yang menentukan penciptaan
produk serta turut mempengaruhi peningkatan dan penurunan
penjualan. Artinya produk yang diproduksi harus selalu mengikuti
standart pasar yang diinginkan, bukan diproduksi atas dasar mengejar
target semata. Karena dengan kontinuitas yang stabil diharapkan
mampu mewujudkan perolehan keuntungan yang stabil (Fahmi,
2014).
Menurut Sugiarto dkk (2007), “produksi adalah suatu
kegiatan yang mengubah input menjadi output”. Kegiatan tersebut
dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi
produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat
dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan
teknologi tertentu
Menurut Sofyan Assauri, “produksi adalah segala kegiatan
dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang
atau jasa”. Untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi
dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill
2. Faktor-Faktor Produksi
Jalan kegiatan produksi tergantung dari tersedianya faktor
produksi. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang perlukan dalam
kegiatan produksi terhadap suatu barang dan jasa. Faktor-faktor
produksi terdiri dari alam (natural resources), tenaga kerja (labor),
modal (capital), dan keahlian (skill) atau sumber daya pengusaha
(enterpreneurship). Faktor-faktor produksi alam dan tenaga kerja
adalah faktor produksi utama (asli), sedangkan modal dan tenaga kerja
merupakan faktor produksi turunan. Berikut merupakan penjelasan
dari faktor-faktor produksi:
a. Faktor Produksi Alam, adalah semua kekayaan yang ada di alam
semesta digunakan dalam proses produksi. Faktor produksi alam
disebut faktor produksi utama atau asli. Faktor produksi alam
terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, dan barang tambang.
b. Faktor Produksi Tenaga Kerja, adalah faktor produksi insani yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat menjalankan
kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja sebagai faktor
produksi asli. Walaupun kini banyak kegiatan proses produksi
diperankan oleh mesin, namun keberadaan manusia wajib
diperlukan.
c. Faktor Produksi Modal, adalah faktor penunjang yang
Faktor produksi dapat terdiri dari mesin-mesin, sarana
pengangkutan, bangunan, dan alat pengangkutan.
d. Faktor Produksi Keahlian, adalah keahlian atau keterampilan
individu mengkoordinasikan dan mengelola faktor produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa.
3. Proses Produksi
Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati
dalam memproduksi barang atau jasa. Berdasarkan caranya, proses
produksi digolongkan dalam tiga macam antara lain sebagai berikut:
a. Proses Produksi Pendek, adalah proses produksi yang pendek atau cepat dan langsung dalam menghasilkan barang atau jasa yang
dapat dinikmati konsumen.
b. Proses Produksi Panjang, adalah proses produksi yang memakan waktu lama. Contohnya adalah proses produksi menanam padi dan
membuat rumah.
c. Proses Terus Menerus/Kontinu, adalah proses produksi yang mengolah bahan-bahan secara berurutan dengan beberapa tahap
dalam pengerjaan sampai menjadi suatu barang jadi. Jadi bahan
tersebut melewati tahap-tahap dari proses mesin secara
terus-menerus untuk menjadi suatu barang jadi.
4. Tujuan Produksi
Berikut tujuan-tujuan dari produksi antara lain sebagai
a. Menghasilkan barang atau jasa
b. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa
c. Meningkatkan kemakmuran masyarakat
d. Meningkatkan keuntungan
e. Meningkatkan lapangan usaha
f. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan
D. Omset Penjualan
Berbagai macam usah yang dijalankan oleh perorangan atau
perusahaan pasto mengaharapkan keuntungan atau laba yang sesuai
dengan pengorbanan yang telah dilakukan dan sejalan dengan pandangan
dari para ahli.
Menurut Mulyadi (1993), “biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”. Disini
omset berarti jumlah sedangkan penjualan adalah kegiatan menjual barang
atau jasa yang bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan. Jadi
omset penjualan adalah jumlah laba yang diperoleh dari proses menjual
barang jasa.
Menurut Swastha (1993), “omset penjualan adalah akumulasi
dari penjualan seluruh produk barang dan jasa yang dihitung secara
keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus-menerus atau
dalam suatu proses akuntansi”.
Menurut Rustam (2002), “omset adalah jumlah harta kekayaan
periode, dan bukan hanya yang dikonsumsi juga tidak ada kaitannya
dengan perubahan modal dan hutang”.
Sesuai dengan fakta dilapangan menunjukkan adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi omset penjualan. Menurut Swastha (1999 :
121). Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya omset penjualan
dibagi menjadi dua faktor yaitu:
1. Faktor Internal
Adalah faktor yang dikendalikan oleh perusahaan, pada
umumnya faktor-faktor internal adalah sebagai berikut:
a) Kemampuan perusahaan untuk mengelola produk yang
akan dipasarkan
b) Kebijaksanaan harga dan promosi yang digariskan
perusahaan
c) Kebijaksanaan untuk memilih perantara yang digunakan
2. Faktor Eksternal
Adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak-pihak
perusahaan pada umumnya faktor eksternal adalah sebagai
berikut:
a) Perkembangan ekonomi dan perdagangan baik nasional
maupun internasional, perdagangan dan moneter.
b) Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, perdagangan dan
moneter
E. Jumlah Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna
menghasilkan produk barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
pribadi, keluarga, dan masyarakat umum. Tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita
yang berumur 15 tahun ke atas yang sedang dalam dan atau akan
melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 bab 1 pasal 1 dan 2 tentang
Ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
Menurut Alam (2008), tenaga kerja adalah penduduk yang
berusia 15 tahun keatas untuk negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Sedangkan di negara-negara maju, tenaga kerja adalah
2. Klasifikasi Tenaga Kerja a. Berdasarkan Penduduknya
1) Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang
dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada
permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja,
mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka
yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
2) Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak
mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan
bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun
2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang
berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh
kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia)
dan anak-anak.
b. Berdasarkan Batas Kerja
1) Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang
berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari
2) Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10
tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus
rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah:
anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga dan
orang cacat, dan para pengangguran sukarela
c. Berdasarkan Kualitasnya
1) Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang
memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu
dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
2) Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki
keahlian dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman
kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara
berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.
Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
3) Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah
tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja.
Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan
3. Permasalahan
Di Indonesia jumlah tenaga kerjanya terbilang sangat banyak,
dan hampir sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja sebagai
tenaga kerja yang bekerja di dalam negeri maupun tenaga kerja yang
bekerja di luar negeri. Dan pada umumnya, para tenaga kerja di
Indonesia kurang dibekali dengan pendidikan yang cukup.
Hal inilah yang mengakibatkan banyaknya masalah-masalah yang
muncul dalam sistem ketenagakerjaan di Indonesia. Dan berikut ini
adalah beberapa permasalahan yang muncul:
a. Rendahnya Kualitas Tenaga Kerja
Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan
dengan melihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar
tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal
ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja,
sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas
hasil produksi barang dan jasa.
b. Jumlah Angkatan Kerja Yang Tidak Sebanding Dengan
Kesempatan Kerja
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi
oleh perluasan lapangan kerja akan membawa beban tersendiri bagi
lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan
pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa
menjadi pendorong pembangunan ekonomi.
c. Persebaran Tenaga Kerja Yang Tidak Merata
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau
Jawa. Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja,
terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan
kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi
pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak sumber daya
alam yang belum dikelola secara maksimal.
d. Pengangguran
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak
mengakibatkan industri di Indonesia mengalami gulung tikar.
Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain
itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan
semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain jumlah
angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran
akan semakin banyak.
F. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Darwis Alfonsus, 2012
Judul Penelitian “Trend Perkembangan Perkebunan Kelapa
Sawit di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010”. Penelitian
kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
dilaksanakan pada bulan Maret hingga april 2012. Teknik
pengambilan data menggunakan metode dokumenter yang di
analisa dengan analisis deret berkala, yaitu metode setengah
rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa trend perkembangan
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan barat pada tahun
2001-2010 mengalami peningkatan. Luas lahan rata-ratabertambah
37.906,4 hektar pertahun, jumlah produksi kelapa sawit mengalami
kenaikanrata-rata56.591,4tonpertahun, jumlah petani meningkat
sebanyak 3.629 Kepala Keluarga (KK) per tahun dan harga
crudepalmoil (CPO) mengalami kenaikan rata-rata Rp529,9 per
kilogram.
2. Andreas Frengky, 2014
Judul Penelitian “Trend Perkembangan Sentra Batik Di
Desa Jarum, Bayat, Klaten Ditinjau Dari Upah, Omset Penjualan,
Luas Pasar, Jumlah Tenaga Kerja, Da Laba Usaha Tahun 2009 – 2013” . penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
trend perkembangan sentra batik di desa jarum, bayat, klaten
ditinjau dari upah, omset penjualan, luas pasar, jumlah tenaga
kerja, da laba usaha tahun 2009 – 2013. Penelitian ini merupakan
data primer hasil wawancara, dengan teknik sampel jenuh, dengan
23 usaha batik yang dihunakan sebagai sampel. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis trend kuadrat terkecil.
Hasil penelitiannya adalah upah tenaga kerja industi batik
meningkat 4,56%, omset penjualan yang diterima industri batik
mengalami peningkatan sebesar 2,92%, jumlah tenaga kerja yang
bekerja di industri batik mangalami peningkatan sebesar 7%, area
pemasaran industri batik Bayat mencapai DIY, Solo, Semarang,
Klaten, Pekalongan, Kalimantan, Sumatra, Bali, dan juga sudah
mulai merambah ke pasar internasional seperti Malaysia, Thailand,
India, Jepang, Australia, Perancis, dan Amerika. Dan laba yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian longitudinal yang membandingkan perubahan subjek penelitian
setelah setelah periode waktu tertentu.
Penelitian longitudinal adalah jenis penelitian yang bertujuan
untuk mengukur pendapat, perilaku atau sikap dari sekelompok
masyarakat dari waktu ke waktu. Dalam penelitian longitudinal waktu
merupakan hal yang sangat penting, maka data yang dikumpulkan
sekurang – kurangnya dua – tiga kali pengumpulan data (Kholil, 2006).
B. Tempat Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, maka peneliti akan melakukan
penelitian pada Sentra Industri Gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan,
Wedi, Klaten. Alasan peneliti memilih lokasi penelitiaan di daerah
tersebut karena dengan pertimbangan bahwa peneliti berdomisili pada kota
atau daerah yang sama yaitu di Klaten, sehingga dengan demikian dapat
lebih mempermudah peneliti dalam memperolehan data, serta waktu,
tenaga dan biaya dapat digunakan seefisien mungkin.
C. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan peneliti untuk pelaksanaan
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini mencakup semua pengrajin gerabah
di Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan, Kec. Wedi, Kab. Klaten.
2. Sampel Penelitian
Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 20 responden yang
terdapat dalam populasi tersebut.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah
dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Dimana teknik
pengambilan sampel ini adalah penentuan sampel secara kebetulan, yaitu
siapa saja yang ditemui daapt dijadikan sampel, bila dipandang orang yang
temui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001:60).
F. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang secara langsung diambil di
lokasi atau lapangan, atau dengan kata lain langsung berasal dari
sumbernya, atau data yang masih asli dan masih perlu untuk
dianalisa secara lebih lanjut lagi. Dalam hal ini, data yang