i
TREND
PERKEMBANGAN SENTRA BATIK DI DESA
JARUM, BAYAT, KLATEN DITINJAU DARI UPAH, OMSET
PENJUALAN, LUAS PASAR, JUMLAH TENAGA KERJA,
DAN LABA USAHA
TAHUN 2009-2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mempe roleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khus us Pendidikan Ekonomi
Disusun oleh:
Andreas Frengki Wijayanto
09 1324 016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak, Ibuk, dan saudara-saudariku tercinta,
Keluarga besarku yang hebat,
v
MOTTO
Saat menulis janganlah memperhitungkan
”
Situasi Kaotik (
Chaos
)
”
sebagai situasi yang merugikan/mengkhawatirkan, tetapi sikapilah itu
sebagai hal yang menguntungkan. Berbagai kemungkinan yang
terdapat dalam situasi tersebut akan memperkaya tulisan yang tengah
kita buat (Peter Elbow)
Belajar... berdoa... belajar...
Berdoa... belajar... berdoa...
Bekerja... berhasil... berderma.Amin.
Jangan pernah sepelekan perkara-perkara kecil, karena itu akan
menjadi besar kalau tidak disiasati dengan tepat (NN)
Saya sadar tidak lagi bocah, tetapi sayapun sadar bahwa umur
membawa kebijaksanaan (Rowan Atkinson)
Hidupku seperti musik
Musik yang hadir setiap kali kaki ini melangkah
Mengalunkan nada di tengah gelombangkehidupan
Harmoni, ritme, irama, birama, tempo, dinamika
Berpadu dalam satu orkestra, orkes sang petualang
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Andreas Frengki Wijayanto
Nomor Mahasiswa : 091324016
Demi pengembangan Ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
TREND PERKEMBANGAN SENTRA BATIK DI DESA JARUM, BAYAT,
KLATEN DITINJAU DARI UPAH, OMSET PENJUALAN, LUAS PASAR, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN LABA USAHA TAHUN 2009-2013
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
viii
ABSTRAK
TREND
PERKEMBANGAN SENTRA BATIK DI DESA
JARUM, BAYAT, KLATEN DITINJAU DARI UPAH, OMSET
PENJUALAN, LUAS PASAR, JUMLAH TENAGA KERJA,
DAN LABA USAHA
TAHUN 2009-2013
Andreas Frengki Wijayanto
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend perkembangan sentra batik di Desa Jarum, Bayat, Klaten ditinjau dari upah, omset penjualan, luas pasar, jumlah tenaga kerja, dan laba usaha tahun 2009-2013.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer hasil wawancara, dengan teknik sampel jenuh. Jumlah populasi ada 28 usaha batik, sampel yang digunakan ada 23 usaha batik. Analisis data menggunakan analisis trend kuadrat terkecil.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Upah yang diterima tenaga kerja di Sentra Batik Desa Jarum, Bayat, Klaten tahun 2009-2013 mengalami peningkatan sebesar 4,56%, (2) Omset penjualan yang diterima Sentra Batik Desa Jarum, Bayat, Klaten mengalami peningkatan sebesar 2,92%, (3) Jumlah Tenaga Kerja yang bekerja di Sentra Batik Desa Jarum, Bayat, Klaten tahun 2009-2013 mengalami peningkatan sebesar 7%, (4) Area pemasaran oleh Sentra Batik Desa Jarum, Bayat, Klaten mencapai DIY, Solo, Semarang, Klaten sendiri, Pekalongan, Kalimantan, Sumatra, Bali, dan juga ke pasar internasional seperti Malaysia, Thailand, India, Jepang, Australia, Prancis, dan Amerika, (5) Laba yang diperoleh Sentra Batik Desa Jarum, Bayat, Klaten tahun 2009-2013 mengalami peningkatan sebesar 3,54%.
ix
ABSTRACT
TREND DEVELOPMENT OF BATIK CENTRE VILLAGE IN
JARUM, BAYAT, KLATEN PERCEIVED FROM WAGES,
TURNOVER, MARKET AREA, THE FORCE WORKER, AND
OPERATING PROFIT FROM 2009 TO 2013
Andreas Frengki Wijayanto Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
This research aims to determine trend development of Batik Centre Village in Jarum, Bayat, Klaten in terms of wages, turnover, market area, the force worker, and operating profit from 2009 to 2013.
This research is a descriptive quantitative research. The data were primary data interviews with saturated sample technique. There were 28 batik businesses as the population, and there were 23 batik business used as samples. Analysis of the data was squares trend analysis.
The results of this study are: (1) Wages received by Labor of Batik Centre in Jarum, Bayat, Klaten from 2009 to 2013 has increased to 4,56%, (2) The turnover has increased to 2,92%, (3) Numbers of Labor who work at Batik Centrein Jarum, Bayat, Klaten from 2009 to 2013 has increased to 7%, (4) Marketing area reached to DIY, Solo, Semarang, Klaten, Pekalongan, Kalimantan, Sumatra, Bali, and also to the international markets such as Malaysia, Thailand, India, Japan, Australia, France, and America, (5) Operating profit from 2009 to 2013 has increased to 3,54%.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Segalanya, yang telah
melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ”Trend Perkembangan Batik di Desa Jarum, Bayat, Klaten Ditinjau dari Upah, Omset Penjualan, Luas Pasar,
Jumlah Tenaga Kerja, dan Laba Usaha Tahun 2009-2013” sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan, masukan dan
dorongan dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing kedua yang
dengan sabar, dan penuh perhatian telah memberikan masukan dan saran
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc selaku Dosen Pembimbing pertama
yang telah meluangkan waktu, sabar, dan penuh perhatian memberikan
xi
4. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo yang bersedia menjadi dosen penguji pada saat
ujian penggodogan sehingga penulis dapat memperoleh banyak masukan dan
saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S selaku Dosen yang telah banyak
mengarahkan mindset penulis untuk selalu berkembang, belajar, membaca literatur, melihat realita, memahami sejarah dunia dengan berbagai sudut
pandang.
6. Para Dosen: Bapak Indra, Bapak Mudayen, Bapak Harsoyo, Bapak Teguh,
Ibu Nia, Ibu Supriyati, Opa Marianus, Bapak Heri, Bapak Subakti, Bapak
Joko W., Bapak Rubi, Ibu Rita, Ibu Cornel, dan semua dosen yang telah
mendidik penulis. Terima kasih atas jasa-jasa yang telah bapak- ibu berikan
pada penulis sehingga penulis terbentuk sebagai pribadi yang seperti ini.
7. Mbak Titin dan seluruh tenaga administrasi Program Studi Pendidikan
Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Staf dan Karyawan UPT Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma.
8. Kepada Kantor Kesbangpol DIY, Badan Penanaman Modal Daerah Jawa
Tengah, Badan Kesbanglinmas Jawa Tengah, Kantor Bappeda Klaten, Dinas
Pariwisata Klaten, dan Kantor Kecamatan Bayat yang te lah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian di lokasi yang dipilih oleh penulis.
9. Kepada Para Pengusaha Batik di Jarum, Bayat, Klaten yang telah
memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di lokasi industri
xii
10. Kedua orangtuaku Bapak FG Samiyanto dan Ibuk Elisabeth Surip, terima
kasih untuk pengorbanan, kasih sayang, dukungan (moril dan materiil) dan
doa yang telah diberikan.
11. Kakak-kakakku (Mbak Etik, Mbak Ita, Mbak Heni, Mas Dedi, Mas Bhakti,
Mas Yos, Mas Hari, Mbak Maria, dan Adikku Ian, keponakanku Vincent,
Karel, terima kasih atas dukungan (moril dan materiil), saran, keceriaan, dan
doa yang telah diberikan.
12. Thanks to Sembadra for all and everything, you are my sunshine.
13. Teman-teman PE‟09 (rasah tak sebutke wae-pokoke sahabat-sahabat Butik Jos) yang telah berjuang bersama-sama, terima kasih atas kebersamaannya selama ini, kalian luar biasa.
14. Teman-teman hebat yang menemukanku di kampus ini seperti Joseph, Pipit,
Arip, Niko, Adit, Agnes, Siwo, Okta, Siska, Melan, Anis, Sr. Yus, Paul,
Ceper, Vitul, Christy, Joehan, Cendol, Sunyi, Asri, Nia, Brian, Antok, dan
Fani ratu drink. Terima kasih kalian telah memberi warna dalam goresan-goresan lukisan di hidupku. Kisah-kisah ceroboh, aneh, lucu, mengharukan,
menggembirakan, menyedihkan, kocak, dramatis, fun, heboh semua lengkap dan akan abadi dalam bingkai waktu.
15. Thanks to Mas Bejo yang telah membantu dalam pemahaman penulis tentang diagram alir dan bimbingannya, itu sangat membantu jalannya penelitian
xiii
16. Thanks to Mas Agus Munadi yang telah membantu memberi bimbingan pada penulis pada saat penulis merasa sangat malas mengerjakan tulisan ini, terima
kasih atas dorongan semangat yang sangat luar biasa.
17. Thanks to rekan-rekan Seniman musik, dan brothers-sisters yang sering disebut Mudika/OMK yang sebenarnya tidak terlalu membantu dalam
penulisan skripsi ini, namun keceriaan saudara/i dalam kebersamaan telah
menciptakan suasana yang menyegarkan sehingga ketika penulis merasa
”Mumet eNdahe” kita tetap bisa ngekek dan ngakak bareng. Ahaha salam ojo kendho.
18.Almamaterku yang Agung, terima kasih telah menerima penulis untuk belajar
dengan fun.
19. Semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis yang tidak
dan tak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak
kesalahan di sana-sini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan
xiv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Lembar Persetujuan Dosen ... ii
Halaman Lembar Pengesahan ……….. iii
Halaman Persembahan ... iv
Motto ... v
Pernyataan Keaslian Karya ... vi
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi ... vii
Abstrak ... viii
Abstract ... ix
Kata Pengantar ………. x
Halaman Daftar Isi ... xiv
Halaman Daftar Tabel ... xix
Halaman Daftar Grafik ... xx
Halaman Daftar Diagram ... xxi
BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Definisi Operasional ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
xv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengusaha/Industri Kecil
1. Pengertian Usaha Kecil ... 11
2. Asas dan Tujuan Usaha Kecil ... 12
3. Tujuan Pembangunan Usaha Kecil/Menengah ... 12
B. Batik 1. Pengertian Batik ... 13
2. Fungsi Batik ... 14
3. Jenis-Jenis Batik ... 14
4. Motif Batik ... 15
5. Daerah Penghasil Batik ... 16
6. Karakteristik Batik Bayat ... 22
C. Upah 1. Pengertian Upah ... 22
a. Sistem Upah ... 23
b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Upah ... 25
c. Keadilan dan Kelayakan Pengupahan ... 26
d. Landasaan Kebijakan Pengupahan ... 27
D. Omset Penjualan ………... 28
E. Luas Pasar 1. Pengertian Pasar ... 30
xvi
F. Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja ... 33
2. Klasifikasi Tenaga Kerja ... 34
3. Permasalahan Ketenagakerjaan ... 36
4. Dampak Sentra Batik terhadap Tenaga Kerja ……… 38
5. Dampak Tenaga Kerja Terhadap Sentra Batik ……….. 38
G. Laba Usaha ………... 38
H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 40
BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ... 44
2. Waktu Penelitian ... 44
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian ... 44
2. Objek Penelitian ... 44
D. Definisi Operasional dan Sumber Data 1. Definisi Operasional ... 45
2. Sumber Data ... 46
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 46
2. Sampel ... 46
xvii
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Langsung ... 47
2. Wawancara ... 48
3. Dokumentasi ... 48
G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Trend ...... 49
2. Klasifikasi dari Gerakan Trend ... 50
H. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian 1. Diagram Alir ... 53
2. Langkah-Langkah Penelitian ... 53
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Aspek Geografis ……… 57
1. Letak Geografis ………... 57
2. Keadaan Wilayah ………. 57
3. Luas Penggunaan Lahan ………... 58
B. Gambaran Umum Industri Batik di Jarum, Bayat, Klaten 1. Sejarah Batik Jarum, Bayat ………... 69
2. Proses Pembuatan Batik ………...………… 61
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Trend Upah………..……….. 64
2. Analisis Trend Omset Penjualan ……….. 68
xviii
4. Analisis Trend Luas Pasar ……… 78
5. Analisis Trend Laba Usaha ………... 81
B. Pembahasan 1. Pembahasan Trend Upah ……….. 86
2. Pembahasan Trend Omset Penjualan ……… 97
3. Pembahasan Trend Tenaga Kerja ……….……. 101
4. Pembahasan Trend Luas Pasar………..…. 105
5. Pembahasan Trend Laba Usaha ……….… 110
6. Hubungan Peningkatan Upah dengan Tenaga Kerja ……… 112
7. Prospek Sentra Batik Ke Depan, Harapan Pengusaha …………... 112
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ………..………..……. 114
B. Saran ……… 115
C. Keterbatasan Penelitian ……….. 116
Daftar Pustaka ... 118
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Usaha Batik di desa Jarum, Bayat, Klaten ………. 60
Tabel 5.1 Data Upah Tenaga Kerja ……… 64
Tabel 5.1.1 Perhitungan Upah Tenaga Kerja ……… 65
Tabel 5.1.2 Nilai Trend Upah Tenaga Kerja ………. 67
Tabel 5.2 Data Omset Penjualan ……… 68
Tabel 5.2.1 Perhitungan Omset Penjualan ……… 69
Tabel 5.2.2 Nilai Trend Omset Penjualan ………. 71
Tabel 5.3 Data Jumlah Tenaga Kerja ………. 73
Tabel 5.3.1 Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja ………. 74
Tabel 5.3.2 Nilai Trend Jumlah Tenaga Kerja ……….. 77
Tabel 5.4 Luas Pemasaran ……….. 79
Tabel 5.5 Data Laba Usaha ….……… 81
Tabel 5.5.1 Perhitungan Laba Usaha ………. 82
Tabel 5.5.2 Nilai Trend Laba Usaha ………. 85
Tabel 5.6 Pertumbuhan Upah ……… 88
Tabel 5.7 Upah Rata-Rata Tenaga Kerja ……… 93
Tabel 5.7.1 Perhitungan Upah Rata-Rata ………. 94
Tabel 5.7.2 Trend Upah Rata-Rata ……… 96
Tabel 5.8 Pertumbuhan Omset Penjualan ………..… 101
Tabel 5.9 Pertumbuhan Tenaga Kerja ……… 104
xx
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1.2 Grafik Upah Tenaga Kerja ……….….……….. 67
Grafik 5.2.2 Grafik Omset Penjualan ………,……… 73
Grafik 5.3.2 Grafik Tenaga Kerja ……….………. 77
Grafik 5.5.2 Grafik Laba Usaha ………. 86
xxi
DAFTAR DIAGRAM
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batik merupakan salah satu warisan leluhur yang sangat luar biasa. Batik
menjadi suatu ikon dalam tradisi masyarakat Indonesia. Dalam ensiklopedia
bahasaIndonesia menjelaskan bahwa batik melambangkan dimensi sosial dalam
kehidupan sehari- hari. Batik sendiri merupakan seni menggambar yang ekspresif
dan penuh imajinasi. Batik yang ada di Bayat tak pernah lepas dari peran
pengusaha itu sendiri dan juga dari karyawan yang bekerja di perusahan itu
sendiri. Batik telah menjadi simbol yang khas di masya rakat. Letak kekhasan batik tulis adalah cara pembuatan secara manual oleh pembatik dengan
menggoreskan alat berupa canting ke lembaran kain atau kayu untuk digambar
sesuai pola yang sudah disesuaikan.
Menurut UNESCO, Batik asal Indonesia kaya akan simbol status sosial,
komunitas lokal, alam, sejarah dan warisan budaya, menyediakan masyarakat
Indonesiadenganrasa identitas dan sebagai komponen penting yang keberlanjutan
dari kehidupan mereka dari lahir sampai mati, dan terus berkembang tanpa
kehilangan arti tradisionalnya.
Tembayat atau yang sekarang lebih dikenal dengan Bayat, Kabupaten
Klaten, merupakan daerah penghasil batik, yang sudah terkenal sejak abad ke-17.
Batik Bayat terkenal karena kehalusan dan proses pewarnaannya yang sempurna.
Wedi, dan Kecamatan Juwiring.Namun kecamatan yang memiliki jumlah sentra
usaha batik terbanyak adalah Kecamatan Bayat yang memiliki 10 sentra industri
batik. UMKM batik ini memberikan kontribusi yang cukup besar untuk
perekonomian Kabupaten Klaten.
Beberapa sentra produksi di Kecamatan Bayat, antara lain Batik Cap di
Desa Beluk, Batik Tulis di Desa Jarum dan Desa Kebon, dan Batik Tenun Lurik
di Desa Tegalrejo. Untuk proses pembuatan batik dari penggambaran motif batik,
pembatikan, pencelupan, pengeringan, pengemasan sampai produk batik siap
dipasarkan terdapat di Kabupaten Klaten itu sendiri. Sehingga tenaga kerja
sebagian besar berasal dari Kecamatan Bayat yang telah menekuni usaha batik
karena membatik dilakukan secara turun-temurun.
Sumber bahan baku kain mori berasal dari Surakarta, Surabaya, dan
Yogyakarta. Kain mori merupakan kain tenun berwarna putih yang terbuat dari
kapas dan dipakai sebagai bahan untuk membuat kain batik.Batik-batik yang ada
di Kecamatan Bayat ini pemasarannya bukan hanya di Kabupaten Klaten saja,
melainkan hingga ke luar kota seperti Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Jakarta
hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Thailand, dan India, namun sebagian hasil
batik ini dikirim ke Surakarta. Sejak berdirinya Keraton Surakarta melalui
perjanjian Giyanti (1755), banyak batik-batik yang digunakan oleh kerabat
Keraton Surakarta dibuat di Bayat Klaten, dengan demikian keterkaitan batik
Klaten dengan batik Solo merupakan keterkaitan yang sudah terjadi sejak masa
lampau. Corak khas batik Bayat terdapat pada coklat sogan dan tanahannya ukel
klasik batik Solo (sido, semen, dsb). Kolaborasi corak-corak tersebut muncul
akibat interaksi yang sudah cukup lama antara Klaten dengan Surakarta
(fitinline.com).
Sumber modal usaha batik Bayat ada yang berasal dari modal sendiri,
kredit, sistem simpan pinjam, dll. Selain itu, ada juga yang mendapat bantuan
modal dari lembaga- lembaga lain seperti batik tulis di Desa Kebon yang mendapat
bantuan modal dari lembaga IOM (International Organization for Migration) dan lembaga donor JRF (Java Reconstruction Fund). Selain itu, terdapat juga pendidikan yang mendukung adanya perkembangan UKM Batik Bayat ini. Salah
satunya adalah SMKN 1 Rota di Kecamatan Bayat. Sekolah kejuruan ini
membekali siswa dengan keterampilan teknik dan pengetahuan seni tekstil
berfokuskan pada seni batik, mencetak siswa yang mampu menopang industri
tekstil daerah dan nasional. Sehingga dengan adanya pendidikan SMK ini
membantu untuk mengembangkan industri Batik Bayat sehingga Batik Bayat
mampu bersaing di pasar internasional (studiosetunggal.wordpress.com).
Sampai saat ini perkembangan batik dengan cara printing sudah menjamur dimana- mana dan perkembangannya jauh lebih pesat dibanding dengan
perkembangan yang terjadi pada batik tulis. Batik printing yang lebih dikenal dengan batik sablon menjadi sangat popoler karena proses produksinya yang
relatif lebih cepat, mudah, dan dengan biaya yang lebih murah menyebabkan batik
ini cepat populer di masyarakat. Lihat saja beberapa bulan yang lalu muncul batik
sablon dengan motif klub sepak bola yang dengan segera mendapat hati di
Perkembangan teknologi telah mengubah cara produksi batik yang pada
mulanya dengan menggunakan teknik tulis sekarang sudah menjamur batik-batik
dengan cara cap. Itu juga tak lepas dari peran karyawan yang selalu dituntut untuk
terus berkreasi dan berinovasi dengan karya batik yang selalu berkembang.
Teknologi telah memengaruhi cara kerja yang dilakukan saat ini. Meski demikian
karyawan yang ada di perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan
usaha yang dijalankan, dalam hal ini sangat berpengaruh terhadap eksistensi
Industri batik yang ada di Bayat.Karena karyawanlah sebenarnya yang menjadi
penopang jalannya operasi Industri batik. Oleh karena itu pengusaha perlu
memperhitungkan keberadaan karyawannya dengan baik.
Perlu diketahui bahwa peran karyawan sangatlah penting dalam jalannya
operasi usaha.Berita-berita di televisi yang memperlihatkan aksi mogok yang
dilakukan para buruh membuat jalannya perekonomian industri menjadi
kacau.Beberapa tahun silamburuh di Daerah Cianjur dan kota-kota lain
melakukan aksi mogok, kerja perusahaan sudah mengalami stagnasi. Itu menggambarkan kuatnya pengaruh karyawan dalam perusahaan yang bergerak
dalam bidang apapun.
Industri batik sebagai salah salah satu industri kreatif yang mencerminkan
corak bangsa sangat perlu memperhatika n kesejahteraan karyawan apabila ingin
operasi usahanya berjalan dengan lancar, dilihat dari upah yang diberikan oleh
pemilik usaha. Alasan penulis meneliti usaha batik di Klaten adalah sebagai
1. Industri Batik yang ada di Bayat, Klaten sangat banyak memiliki ciri dan
corak yang khas sesuai dengan daerah.
2. Saat ini untuk daerah Klaten, Industri Batik tulis dan batik modern (cap,
sablon) yang berkembang baik adalah di Bayat yaitu di Desa Jarum, Bayat.
Sehingga lokasi ini yang paling tepat untuk lokasi penelitian.
3. Industri batik sebagai salah satu usaha yang khas dari usaha lain perlu
memperhatikan kesejahteraan karyawan, sehingga dengan adanya penelitian
ini diharapkan karyawan yang bekerja di usaha batik dapat hidup sejahtera
sesuai upah yang pantas dan layak menjadi keharusan yang wajib diberikan
oleh pemilik usaha.
4. Batik telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya bangsa Indonesia
yang asli, memiliki nilai- nilai luhur bangsa Indonesia. Batik kaya akan simbol
status sosial, komunitas lokal, alam, sejarah, dan warisan budaya,
menyediakan masyarakat Indonesia dengan rasa identitas dan sebagai
komponen penting yang keberlanjutan dari kehidupan mereka dari lahir
sampai mati, dan terus berkembang tanpa kehilangan arti tradisionalnya.
5. Masyarakat semakin gemar memakai baju batik. Sekolah-sekolah sering
didapati para guru dan murid memakai baju batik di hari-hari tertentu. Juga
beberapa tahun silam muncul ide kreatif dari pengusaha batik yang
menciptakan batik dengan motif baru. Produsen yang jeli melihat pasar yang
baik situasi ini dan merespon dengan menciptakan kreasi baru “batik bola”.
Produsen membuat motif demikian karena melihat kesempatan dan peluang
B. Identifikasi Masalah
Dengan bermunculnya banyak industri batik cap yang ada saat ini akan
mengikis citra batik tulis (asli) dan bila tidak segera disiasati maka batik tulis akan
menjadi langka sehingga berdampak pada harga yang melambung (baca: harganya
menjadi sangat mahal).
Masalah perkembangan batik penulis rasa sangat penting dan menarik
karena batik merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang perlu
dilestarikan sampai kapanpun. Oleh karenanya, hal itu menjadi dasar penulis
merasa perlu meneliti perkembangan batik sampai saat ini. Khususnya
perkembangan batik di Bayat Klaten ditinjau dari tingkat upah, omset penjualan,
tenaga kerja, luas pasar, dan laba usaha di Sentra Batik Bayat. Saat ini industri
batik yang berkembang pesat berpusat di Bayat, diharapkan daerah lain yang ada
di Klaten bisa mendirikan industri batik juga karena batik bila tidak diteruskan
oleh generasi yang akandatang lama-kelamaan akan hilang. Seni membatik perlu
dilestarikan oleh anak-anak muda saat ini.
C. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang sudah diuraikan tersebut maka penulis merumuskan
masalah yang akan menjadi pokok bahasan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana trend perkembanganSentra Batik di Jarum, Bayat, Klaten tahun 2009-2013 ditinjau dari Upah?
3. Bagaimana perkembangan Sentra Batik di Jarum, Bayat, Klaten tahun
2009-2013 ditinjau dari Luas Pasar?
4. Bagaimana trend perkembangan Sentra Batik di Jarum, Bayat, Klaten tahun 2009-2013 ditinjau dari Jumlah Tenaga Kerja?
5. Bagaimana trend perkembangan Sentra Batik di Jarum, Bayat, Klaten tahun 2009-2013 ditinjau dari Laba Usaha?
D. Definisi Operasional
1. Upah
Upah adalah Penghasilan yang diperoleh tenaga kerja setelah ia
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai tenaga kerja di usaha batik dalam
satuan rupiah per tahun.
2. Omset Penjualan
Omset penjualan dimaksudkan sebagai perolehan nilai penjualan sentra batik
dalam satuan mata uangyaitu dalam rupiah. Omset penjualan didefinisikan
sebagai keseluruhan dalam penjualan barang dan atau jasa dalam kurun waktu
tertentu yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh per tahun.
Omset penjualan diperoleh melalui hasil kali antara harga dengan jumlah
batik yang diproduksi ( ).
3. Luas Pasar
Luas Pasar yang dimaksudkan adalah luas cakupan wilayah pemasaran sentra
4. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja adalah kuantitas/banyaknya tenaga kerja yang bekerja
di sentra batik yang telah dijalankan oleh pemilik usaha batik per tahun.
5. Laba Usaha
Laba Usaha adalah keuntungan yang diperoleh pemilik usaha batik dalam
satuan rupiah per tahun.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel:
X1 adalah Kesejahteraan Karyawan
X2 adalah Omset Penjualan
X3 adalah Luas Pasar
X4 adalah Jumlah Tenaga Kerja
X5 adalah Laba Usaha
Y adalah Periode Tahun
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan sebelumnya maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui trend tingkat perkembangan Sentra Batik di Desa Jarum, Bayat, Klaten ditinjau dariupah tahun 2009-2013.
2. Mengetahui trend tingkat perkembangan Sentra Batik di Desa Jarum, Bayat, Klaten ditinjau dariomset penjualan tahun 2009-2013.
3. Mengetahui perkembangan Sentra Batik di Desa Jarum, Bayat, Klaten
4. Mengetahui trend tingkat perkembangan Sentra Batik di Desa Jarum, Bayat, Klaten ditinjau dari Jumlah tenaga kerja tahun 2009-2013.
5. Mengetahui trend tingkat perkembangan Sentra Batik di Desa Jarum, Bayat, Klaten ditinjau dari Laba Usaha tahun 2009-2013.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran mengenai trend perkembangan Sentra Batik di Desa Jarum, Bayat pada tahun 2009-2013.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bantuan informasi bagi
pengusaha batik di Desa Jarum, Bayat supaya perusahaan bisa memahami
manajemen yang ada di perusahaannya sehingga mampu menganalisis
keadaan ekonomi agar bisa melestarikan budaya batik tulis dan bisa
memberikan hak yang pantas diterima karyawannya sesuai dengan tanggung
jawab yang sudah dilakukan karyawan. Perusahaan juga mampu
mengembangkan usahanya ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini adalah
pengupahan yang layak dan juga pemberian fasilitas yang bagus bagi
karyawan.
3. Bagi Karyawan
Supaya karyawan memahami hak- haknya yang pantas ia dapatkan dari
perusahaan setelah melakukan kewajibannya. Karyawan menerima upah yang
4. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat yang mungkin akan mendirikan usaha apapun itu,
khususnya usaha batik, supaya bisa menyadari pentingnya budaya batik tulis
dan mau melestarikannya ke depan, lebih- lebih mampu memberi pelayanan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengusaha/ Industri Kecil
1. Pengertian Usaha Kecil
Pengembangan usaha kecil yang ada di Indonesia dapat menyumbang
pendapatan yang cukup besar bagi perekonomian Negara. Pengertian usaha
kecil menurut UU No. 20 pasal 1 tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha
ekonomi positif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah/Usaha Besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.
Sedangkan menurut Undang-undang yang lama, yaitu UU No 9 (pasal 1)
Tahun 1995 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang- undang ini.
Kriteria untuk menentukan besar kecilnya usaha antara lain besarnya
modal yang dimiliki dengan kapasitas produksi, banyaknya tenaga kerja yang
dipekerjakan, serta seberapa jauh dominasi perusahaan tersebut pada pasar
2. Asas dan Tujuan Usaha Kecil
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM pasal 2, adalah sebagai
berikut:
a. Kekeluargaan
b. Demokrasi ekonomi
c. Kebersamaan
d. Efisiensi berkeadilan
e. Berkelanjutan
f. Berwawasan lingkungan
g. Kemandirian
h. Keseimbangan kemajuan
3. Tujuan Pembangunan Usaha Kecil/Menengah
a. Memperluas kesempatan kerja
Dengan adanya pertambahan usaha kecil/menengah akan mendorong
terserapnya tenaga kerja untuk bekerja pada usaha yang beroperasi.
b. Meratakan kesempatan berusaha
Dengan adanya pembangunan industri kecil/menengah maka semakin
besar pula kesempatan masyarakat untuk membuka usaha sesuai dengan
keahlian mereka masing- masing.
c. Memanfaatkan SDA dan SDM yang ada
d. Dengan adanya usaha kecil/menenggah yang beroperasi di daerah maka
SDA dan SDM yang ada akan terserap dan memiliki nilai guna, misalnya
patung, masyarakat yang saat ini belum bekerja akan mendapatkan
pekerjaan di usaha yang berdiri.
B. Batik
1. Pengertian Batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam
membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan
membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik
Cap" yang memungkinkan masuknya laki- laki ke dalam bidang ini. Ada
beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki
garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana
di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun-temurun,
sehingga kadangkala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga
tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.Bahkan
sampai saat ini, beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga
keratonYogyakarta dan Surakarta.
Seperti uraian yang dijelaskan tersebut di atas menyatakan Batik asal
Indonesia kaya akan simbol status sosial, komunitas lokal, alam, sejarah dan
warisan budaya, menyediakan masyarakat Indonesia dengan rasa identitas dan
sebagai komponen penting yang keberlanjutan dari kehidupan mereka dari
lahir sampai mati, dan terus berkembang tanpa kehilangan arti tradisionalnya.
2. Fungsi Batik
Fungsi karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi
estetis dan fungsi praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia tentang rasa keindahan, misalnya lukisan, patung, dan lainnya.
Fungsi praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda
pakai. Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto (Sunaryo, 2009: 4).
Kegunaan batik secara tradisional antara lain sebagain kain panjang, kain
sarung, kain selendang, kain ikat kepala, dan kain kemben. Pada keraton
Surakarta kain batik merupakan busana kebesaran keraton yang digunakan
pada hari biasa maupun upacara- upacara besar dan kecil (Pujiyanto, 2008: 78).
3. Jenis-jenis batik menurut teknik pembuatannya digolongkan menjadi
(wikipedia.org):
a. Batik Tulis
b. Batik Cap
Kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan
cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini
membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari
c. Batik Lukis
Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis
pada kain putih
d. Batik Printing
Batik printing adalah batik yang proses pembuatannya dengan cara
sablon. Batik jenis inilah yang saat ini banyak beredar dipasaran.
4. Motif Batik
Dalam penciptaanya motif batik diterapkan sebagai busana, asesoris, dan
kain panjang. Untuk busana, batik diklasifikasikan pada busana wanita dan
busana pria. Pada busana wanita berupa terusan panjang, baju atasan,
selendang dan kain panjang. Pada busana pria berupa atasan lengan panjang
dan lengan pendek. Pada Asesoris batik difungsikan berupa tas dan sandal
sebagai pelengkap busana wanita. Sehingga batik mengalami perkembangan
ditinjau dari nilai fungsinya, apabila dulu batik hanya digunakan oleh para
bangsawan/keluarga istana berupa kain panjang, selendang, dan busana
kebesaran, sekarang batik bebas dipakai oleh kalangan apapun dalam berbagai
bentuk produk selain busana. Hal ini sejalan dengan pendapat Anne Richter
dalam Soedarso (2006: 61), yang mengemukakan bahwa pada jaman modern
akan tetapi batik berkembang dan banyak diciptakan untuk diterapkan sebagai:
kemeja lengan panjang, rok, alas meja, serbet makan, bahkan juga gorden.
Benda-benda teknologis yang dibuat manusia juga dapat dijadikan sebagai
motif hias.Semua benda-benda buatan manusia untuk peralatan dan keperluan
hidup sehari-sehari digolongkan ke dalam benda-benda teknologi (Sunaryo,
2000: 183).
5. Daerah Penghasil Batik
Indonesia sejak abad ke-19 sudah dikenal sebagai negara penghasil
batikmulai mencapai masa keemasannya setelah seorang saudagar Belanda
Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat
berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam. Industri batik di
Indonesia telah menyebar di setiap pulau dan daerah. Setiap daerah yang ada
di Indonesia memiliki corak dan motifnya masing- masing.
Tidak heran kalau Indonesia memiliki sentra industri batik yang sangat
banyak. Di Jawa saja daerah-daerahnya terkenal dengan batiknya
masing-masing.
a. Surakarta
Surakarta merupakan pusat produksi batik yang penting di samping
Yogyakarta dan Pekalongan. Batik yang menjadi ciri khas Kota Solo
adalah sebagai berikut:
1) Sido Mulyo sebagai simbol kebahagiaan dan kaya
2) Sido Dadi sebagai simbol kemakmuran, kebahagiaan dan kaya
4) Tikel Asmorodono sebagai simbol cinta yang diberikan oleh orang
lain.
Kampoeng Batik Laweyan (Batik Desa Laweyan) adalah tempat yang
terkenal sebagai produsen Batik yang terletak di sebuah desa tradisional
penuh bangunan kuno berarsitektur Belanda dengan jalan-jalan sempit,
khas desa di Indonesia. Selain memiliki ruang pamer dan toko, beberapa
produsen menyelenggarakan khursus batik pendek bagi wisatawan.
Pasar tradisional memainkan peran yang sangat penting untuk
transaksi Batik, terutama untuk usaha kecil dan menengah, misalnya di
Solo ada Pasar Klewer yang menjual semua jenis kain, terutama batik.
Kain tradisional lainnya adalah lurik (kain khas jawa dengan motif katun
bergaris) dan tenun. Disana ada ratusan toko-toko batik di sepanjang
lorong- lorong sempit.
b. Yogyakarta
Yogyakarta dikenal sebagai pusat seni dan budaya Jawa klasik dan
Batik adalah produksi utama mereka. Produk penting lainnya dari kota ini
adalah kerajinan termasuk didalamnya batik, garmen, dan barang rumah
tangga seperti produk kayu, kulit, keramik dan tembikar juga perak.
Pola dan motif khas batik Yogyakarta sebagian besar terdiri dari
Parang, Ceplok, Sido-Mukti, Truntum dan Kawung. Kombinasi warna
Batik Yogyakarta adalah sama dengan Solo, didominasi o leh warna
coklat, nila (biru), hitam, putih dan krem. Daerah yang terkenal Produksi
Pasar Tradisional Bringhardjo adalah salah satu tempat penting
bagi para pedagang batik dan itu menjadi titik pertemuan bagi perusahaan
skala kecil dan menengah untuk melakukan bisnis. Selain grosir, ada
banyak took batik yang menawarkan harga ritel untuk wisatawan lokal
dan asing. Pasar ini telah berfungsi sebagai salah daya tarik wisata di
Yogyakarta, karena koleksinya yang lengkap, mulai dari kain batik untuk
pakaian yang terbuat dari bahan katun dan sutra, dengan harga mulai dari
puluhan ribu sampai satu juta.
c. Cirebon
Cirebon merupakan area yang penting untuk produksi Batik di
pantai utara Jawa. Salah satu sentra produksi batik di Cirebon adalah
„Batik Trusmi, sebuah desa kecil yang terdapat 520 industri kecil dan
menengah. Desa ini terletak 7 kilometer dari Kota Cirebon. Pada tahun
2007 disebutkan bahwa lebih dari 70% penduduk atau 5.938 orang
bekerja di bisnis ini, yang terdiri dari perempuan 80% dan pria 20%.
Sama halnya Batik dari wilayahpantai utara Jawa (Batik Pesisir), Batik
Cirebon telah dipengaruhi oleh Eropa, Arab, budaya Cina dan India, yang
memiliki desain penuh warna dengan motif binatang dan bunga. Tentang
motif dan pola, ada dua kategori pola:
1) Motif Kesultanan Kasepuhan, yang dipengaruhi oleh ajaran Islam,
yang melarang menggambar desain hewan di Batik.
2) Motif Kesultanan Kanoman, yang memungkinkan seniman untuk
dari Keprabonan dan Kesultanan Cirebonan). Bahan yang digunakan
adalah dari sutra, katun, katun primisima dan prima. Sekitar 40 persen
dari produksi diserap oleh pasar lokal, 50 persen untuk perdagangan
antar pulau dan 10 persen diekspor ke mancanegara seperti Jepang,
Malaysia, Singapura, Myanmar, Laos, Amerika Serikat, Brunei
Darussalam dan Jerman.
d. Pekalongan
Pekalongan adalah salah satu daerah produksi utama batik dengan
desain utara Jawa pesisir. Sebagian besar batik yang diproduksi dalam
motif warna-warni dipengaruhi oleh Cina Arab dan Belanda. Ada lebih
dari 100 desain Batik yang sudah dikembangkan sejak 1802, dan
beberapa yang populer Batik Pekalongan pola Jlamprang, Hokokai, dan
Pagi-Sore.
Para seniman memiliki ribuan ide- ide dalam mendesain motif batik
tanpa sesuai pakem motif tradisional, misalnya selama pendudukan
Jepang mereka menciptakan Javanese Kokokai yaitu motif batik yang
cocok untuk jaket kimono. Pada tahun enam puluhan mereka
menciptakan Tritura Batik, yaitu setelah politik terkenal dekrit Presiden
Soekarno. Ada beberapa desain baru lainnya seperti Batik Presiden SBY
dan Batik Tsunami yang diciptakan baru-baru ini. Selain Batik tulis, ada
banyak produsen batik cap di Pekalongan dan biasanya digunakan untuk
Pasar Batik besar yang terkenal di Pekalongan adalah “Pasar Grosir
Setono” yang merupakanpasar ritel yang dibangun selama krisis ekonomi
pada 1990 untuk membantu produsen batik dalam memasarkan produk
mereka. Ada sekitar 7.000 pekerja yang bekerja di 12 wilayah pusat
produksi Batik, batik garmen, dan kerajinan. Mereka kebanyakan bekerja
untuk industri kecil dan menengah.
e. Madura
Salah satu sentra produksi batik yang terkenal di Madura terletak di
Tanjung Bumi, 50 kilometer dari Bangkalan. Karakteristik Batik Madura
adalah dalam warna dan desain. Seperti Batik dari pantai utara dari Jawa,
desain batik Madura memiliki warna cerah dan lebih banyak kebebasan
dalam aplikasi desain. Di Madura, hampir tidak ada yang menghasilkan
Batik cap, para pengrajin sebagian besar menghasilkan Batik tulis. Salah
satu batik terkenal dari Madura adalah Batik Gentongan, yang memiliki
karakteristik tertentu dalam mewarnai, yang dihasilkan dari pengolahan
yang berbeda dibandingkan dengan batik lainnya. Pada tahap pertama
dari proses tersebut, kapas (mori) dicuci dan direndam dalam tong air
yang dicampur dengan minyak khusus dari residu kayu. Pada langkah
terakhir dari pengolahan kain diletakkan kembali ke dalam tong selama
sedikitnya dua bulan untuk membuat efek yang selalu awet dan
perbedaan warna.
Dalam perkembangan terakhir, Batik Madura menjadi sangat
dari orang-orang muda di Tanjung Bumi sekarang bekerja dalam
pembuatan Batik untuk mempercepat produksi dalam memenuhi
permintaan pasar.
f. Bali
Batik Bali Batik karakteristik yang berbeda. Meskipun produksi
Batik Tulis tidak begitu besar, titik menariknya adalah pada kebebasan
dalam merancang motif dan warna yang cerah. Produksi batik cap d i Bali
lebih dominan.
Kain batik selendang yang dihiasi dengan desain bunga modern
banyak diproduksi dalam jumlah besar seperti yang digunakan untuk
pakaian pantai oleh para wisatawan. Kain selendang menjadi ikon
cinderamata khusus dari Bali.
Wilayah lain untuk sentra produksi batik tradisional di Pulau Jawa
adalah:Bandung, Banten, Banyumas, Batang, Blitar, Ciamis, Garut,
Gresik, Indramayu, Jakarta, Jember, Jombang, Klaten, Lasem, Semarang,
Sidoarjo, Sragen, Surabaya, Tasikmalaya, Tuban, Tulungagung,
Wonogiri.
Sedangkan Di luar Pulau Jawa, beberapa daerah penghasil batik
Kalimantan Timur dan tengah (yang memproduksi Batik dengan motif
Dayak): Riau, Jambi, Bengkulu, Nangroe Aceh Darussalam, Padang, dan
Kalimantan Barat memproduksi Batik dengan motif dominan Melayu
yang dan Islam. Wilayah bagian Papua, Kalimantan dan Sulawesi adalah
6. Karakteristik Batik Asal Bayat, Klaten
Batik yang berasal dari Bayat memiliki karakteristik yang serupa denga n
batik asal Surakarta dan Yogyakarta karena letak daerah yang dekat dan
pangsa pasar yang sama. Batik yang berasal dari Bayat biasanya pesanan dari
daerah Surakarta dan Yogyakarta, batik ini memiliki corak warna yang kalem
(tidak terlalu cerah namun juga tidak terlalu mencolok). Warna khasnya
adalah coklat sogan dan tanahannya ukel dan grinsing yang menyatu.
C. Upah
Upah merupakan salah satu rangsangan penting bagi para karyawan dalam
suatu perusahaan. Hal ini tidaklah berarti bahwa tingkat upahlah yang merupakan
pendorong utama, tingkat upah hanya merupakan dorongan utama hingga pada
tarif dimana upah itu belum mencukupi kebutuhan hidup para karyawan
sepantasnya. Upah sesungguhnya merupakan syarat perjanjian kerja yang diatur
oleh pengusaha dan buruh atau karyawan serta pemerintah. “Upah adalah jumlah
keseluruhan yang ditetapkan oleh perusahaan sebagai pengganti jasa yang telah
dikeluarkan oleh karyawan meliputi masa atau syarat-syarat tertentu.”
Dewan Penelitian Pengupahan Nasional memberikan definisi pengupa han
sebagai berikut :
“Upah ialah suatu penerimaan kerja untuk berfungsi sebagai jaminan
kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan
menurut suatu persetujuan undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas
Dari pengertian diatas, mengenai upah ini dapat diartikan bahwa upah
merupakan penghargaan dari tenaga karyawan atau karyawan yang
dimanifestasikan sebagai hasil produksi yang berwujud uang, atau suat u jasa yang
dianggap sama dengan itu, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam tiap-tiap minggu
atau bulan.
Gaji sebenarnya juga upah, tetapi sudah pasti banyaknya dan waktunya.
Artinya banyaknya upah yang diterima itu sudah pasti jumlahnya pada setiap
waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal waktu yang lazim digunakan di Indonesia
adalah bulan. Gaji merupakan upah kerja yang dibayar dalam waktu yang
ditetapkan.Sebenarnya bukan saja waktu yang ditetapkan, tetapi secara relatif
banyaknya upah itu pun sudah pasti jumlahnya. Di Indonesia, gaji biasanya untuk
pegawai negeri dan perusahaan-perusahaan besar. Jelasnya di sini bahwa
perbedaan pokok antara gaji dan upah yaitu dalam jaminan ketepatan waktu dan
kepastian banyaknya upah. Namun keduanya merupakan balas jasa yang diterima
oleh para karyawan atau karyawan.
a. Sistem Upah
Ada beberapa sistem yang digunakan untuk mendistribusikan upah,
dirumuskan empat sistem yang secara umum dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Sistem upah menurut banyaknya produksi
2) Sistem upah menurut lamanya bekerja
3) Sistem upah menurut lamanya dinas
Berikut ini akan dijelaskan keempat macam sistem pengupahan
tersebut:
a) Sistem upah menurut banyaknya produksi
Upah menurut banyaknya produksi diberikan dapat
mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat dan berproduksi
lebih banyak. Produksi yang dihasilkan dapat dihargai dengan
perhitungan ongkosnya. Upah sebenarnya dapat dicari dengan
menggunakan standar normal yang membandingkan kebutuhan
pokok dengan hasil produksi. Secara teoritis sistem upah menurut
produksi ini akan diisi oleh tenaga-tenaga yang berbakat dan
sebaliknya orang-orang tua akan merasa tidak kerasan.
b) Sistem upah menurut lamanya dinas
Sistem upah semacam ini akan mendorong untuk lebih setia
dan loyal terhadap perusahaan dan lembaga kerja. Sistem ini sangat
menguntungkan bagi yang lanjut usia dan juga orang-orang muda
yang didorong untuk tetap bekerja pada suatu perusahaan. Hal ini
disebabkan adanya harapan bila sudah tua akan lebih mendapat
perhatian. Jadi upah ini akan memberikan perasaan aman kepada
karyawan, disamping itu sistem upah ini kurang bisa memotivasi
karyawan.
c) Sistem upah menurut lamanya kerja
Upah menurut lamanya bekerja disebut pula upah menurut
produktivitas kerja itu sama untuk waktu yang kerja yang sama,
alasan-alasan yang lain adalah sistem ini menimbulkan
ketenteraman karena upah sudah dapat dihitung, terlepas dari
kelambatan bahan untuk bekerja, kerusakan alat, sakit dan
sebagainya.
d) Sistem upah menurut kebutuhan
Upah yang diberikan menurut besarnya kebutuhan
karyawan beserta keluarganya disebut upah menurut kebutuhan.
Seandainya semua kebutuhan itu dipenuhi, maka upah itu akan
mempersamakan standar hidup semua orang. Salah satu kelemahan
dari sistem ini adalah kurang mendorong inisiatif kerja, sehingga
sama halnya dengan sistem upah menurut lamanya kerja dan
lamanya dinas. Kebaikan akan memberikan rasa aman karena nasib
karyawan ditanggung oleh perusahaan.
b. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Upah
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi besarnya upah yang diterima
oleh para karyawan, yaitu :
1. Penawaran dan permintaan karyawan
2. Organisasi buruh
3. Kemampuan untuk membayar
4. Produktivitas
5. Biaya hidup
c. Keadilan dan Kelayakan Dalam Pengupahan
Di dalam memberikan upah/gaji perlu juga memperhatikan prinsip
keadilan. Keadilan bukan berarti bahwa segala sesuatu mesti dibagi sama
rata. Keadilan harus dihubungkan antara pengorbanan dengan penghasilan.
Semakin tinggi pengorbanan semakin tinggi penghasilan yang
diharapkan.Karena itu pertama yang harus dinilai adalah pengorbanan
yang diperlukan oleh suatu jabatan, pengorbanan dari suatu jabatan
dipertunjukan dari persyaratan-persyaratan (spesifikasi) yang harus
dipenuhi oleh orang yang memangku jabatan tersebut. Semakin tinggi
persyaratan yang diperlukan, semakin tinggi pula penghasilan yang
diharapkan. Penghasilan ini ditunjukan dari upah yang diterima.
Rasa keadilan ini sangat diperhatikan oleh para karyawan, mereka
tidak hanya memperhatikan besarnya uang yang dibawa pulang, tetapi
juga membandingkan dengan rekan yang lain. Di samping masalah
keadilan, maka dalam pengupahan perlu diperhatikan unsur kelayakan.
Kelayakan ini bisa dibandingkan dengan pengupahan pada
perusahaan-perusahaan lain. Atau bisa juga dengan menggunakan peraturan
pemerintah tentang upah minimum atau juga dengan menggunakan
kebutuhan pokok minimum.
Dalam hubungannya dengan ketidak layakan dengan pengupahan
apabila dibandingkan dengan perusahaan lain, ada dua macam
1. Mengundang skala-skala upah yang lebih rendah dibandingkan dengan
skala upah yang dibayarkan untuk skala pekerjaan yang sama dalam
perusahaan lain.
2. Skala-skala upah dimana suatu pekerjaan tertentu menerima
pembayaran yang kurang dari skala yang layak dibandingkan dengan
skala-skala untuk jenis pekerjaan yang lain dalam perusahaan yang
sama.
d. Landasan Kebijaksanaan Pengupahan
Dalam kebijaksanaan pengupahan tujuan utama yaitu kebijaksanaan yang
mendasarkan upah dari sumbangan tenaga dan pikiran karyawan. Struktur
upah/gaji menunjukan sistem yang formal mengenai skala-skala untuk
tujuan tersebut. Sistem ini membedakan dalam pembayaran-pembayaran
yang dianggap menunjukan perbedaan yang sama dalam bentuk-bentuk
pekerjaan. Tambahan-tambahan produktivitas atau penyesuaian
faktor-faktor perbaikan yang menghubungkan upah/gaji dengan dibuat menurut
rata-rata kemajuan perusahaan.Kebijaksanaan pengupahan umumnya
dibuat untuk:
1. Adanya pembayaran upah/gaji yang cukup untuk menjamin hidup
berkeluarga dalam keadaan normal.
2. Mengadakan diferensiasi penghargaan pengupahan/penggajian dalam
3. Mengadakan suatu pembinaan pengupahan/penggajian sesuai dengan
peningkatan karya atau efisiensi kerja yang diberikan untuk
mempertinggi daya hidup karyawan.
4. Mengadakan suatu pembinaan pengupahan/penggajian menurut
stabilitas keuangan perusahaan.
D. Omset Penjualan
Usaha apa saja yang dijalankan oleh perorangan atau perusahaan pastilah
mengharapkan keuntungan atau laba yang sesuai dengan pengorbanan yang telah
ia lakukan dan ini sejalan dengan pandangan para ahli. Menurut “commite on cost concepts and standars of the america accounting association” yang disadurkan oleh Abas Karetadinata (1985), pengertian biaya adalah pengorbanan yang diukur
dengan satuan uang yang dilakukan atau harus dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu atau pengorbanan yang dilakukan untuk mempero leh suatu
manfaat. Selanjutnya Menurut Mulyadi (1993), biaya tenaga kerja adalah harga
yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.
Omset berarti jumlah, sedangkan penjualan adalah kegiatan menjual
barang/jasa yang bertujuan untuk memperoleh laba. Jadi omset penjualan adalah
jumlah laba yang diperoleh dari proses menjual barang/jasa. Menurut Sutamto
(1977), penjualan adalah usaha yang dilkaukan manusia untuk menyampaikan
barang dan jasa kebutuhan yang telah dihasilkannya kepada mereka yang
membutuhkan dengan imbalan uang menurut harga yang telah ditentukan
Menurut swasta (1993), omset penjualan adalah akumulasi dari pe njualan
seluruh produk barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun
waktu tertentu secara terus- menerus atau dalam suatu proses akuntansi.
Winardi (1991), menyatakan penjualan sebagai proses dimana penjual atau
produsen memastikan, mengaktifkan, dan memuaskan kebutuhan atau keinginan
pembeli/konsumen agar dicapai mufakat dan manfaat baik bagi penjual dan
pembeli secara berkelanjutan dan saling menguntungkan.
Rustam (2002), omset penjualan merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suaatu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Dengan kata lain omset
adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang
diperoleh selaama satu periode, dan bukan hanya yang dikonsumsi juga tidak ada
kaitannya dengan perubahan modal dan hutang.
Omset diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam
memanfaatkan faktor- faktor produksi untuk mempertahankan diri dan
pertumbuhan.Seluruh kegiatan/operasi perusahaan menciptakan omset secara
keseluruhan menimbulkan pengaruh positif (omset) dan keuntungan, juga
pengaruh negatif (baca: pengorbanan) seperti biaya. Selisih dari keduanya
nantinya akan menjadi laba atau rugi.
Fakta di lapangan menunjukkan adanya faktor-faktor yang memengaruhi
omset penjualan. Menurut Swasta (1999:121), faktor- faktor yang memengaruhi
1. Faktor internal, yaitu faktor- faktor yang dikendalikan oleh perusahan, pada
umumnya faktor- faktor internal adalah sebagai berikut:
a) Kemampuan perusahaan untuk mengelola produk yang akan dipasarkan
b) Kebijaksanaan harga dan promosi yang digariskan perusahaan
c) Kebijaksanaan untuk memilih perantara yang digunakan
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak-pihak
perusahaan, pada umumnya faktor eksternal adalah sebagai berikut:
a) Perkembangan ekonomi dan perdagangan baik nasional maupun
internasional, perdagangan dan moneter.
b) Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, perdagangan, dan moneter.
c) Suasana persaingan pasar.
E. Luas Pasar
1. Pengertian pasar
Luas secara harafiah adalah satuan untuk mendefinisikan besarnya
wilayah, sedang pasar adalah tempat terjadinya jual beli barang dan atau jasa.
Pasar dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu pasar konkrit dan pasar
abstrak.
Pasar konkrit merupakan tempat dimana para peminta dan penawar barang
berkumpul dan bertemu. Ciri pasar konkrit yaitu peserta pasar (penjual dan
pembeli) dan barang yang diperdagangkan terdapat pada pasar tersebut,
sedang pasar abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan
dapat melalui internet, pemesanan telepon dan lain- lain. Barang yang
diperjualbelikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya
melalui brosur, rekomendasi dan lain- lain.Kita juga tidak dapat melihat
konsumen dan produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan
produsen dan konsumen sekaligus (Hanafiah, 1983).
Pasar juga dapat diartikan sebagai sasaran atau target yang akan dicapai
oleh perusahaan sebagai pemasaran barang produksinya. Pasar yang dimaksud
di sini adalah pasar sebagai sasaran penjualan. Sehingga luas pasar adalah
luasnya wilayah yang menjadi sasaran penjualan dari target yang sudah
ditetapkan oleh perusahaan. Dalam memasarkan barang perlu dipikirkan
strategi yang baik untuk peningkatan jangkauan pasar yang dihadapi oleh
perusahaan.Strategi pemasaran menurut Kotler (1997), adalah sejumlah
tindakan terintegrasi yang diarahkan untuk mencapai keuntungan kompetitif
yang berkelanjutan. Inti pemasaran strategis modern terdiri atas tiga langkah
pokok, yaitu segmentasi, penentuan pasar sasaran, dan penetapan posisi.
Ketiga langkah ini sering disebut STP (segmenting, targetting, positioning) (Kotler dan Amstrong, 2004). Langkah pertama adalah segmentasi pasar,
yakni mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang
terpisah-pisah yang membutuhkan produk dan/atau bauran pemasaran
tersendiri.Langkah kedua adalah penentuan pasar sasaran, yaitu tindakan
memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki maupun dilayani.
mengkomunikasikan manfaat produk yang istimewa dari produk di dalam
pasar.
Pasar (dalam arti luas) merupakan tempat perjumpaan antara pembeli dan
penjual, di mana barang/jasa atau produk dipertukarkan antara pembeli dan
penjual. Ukuran kerelaan dalam pertukaran tersebut biasanya akan muncul
suatu tingkat harga atas barang dan jasa yang dipertukarkan tersebut
(Ehrenberg dan Smith, 2003). Pasar terbentuk dari proses pertemuan sampai
terjadinya kesepakatan. Pasar tersebut tidak mempedulikan tempat dan jenis
barang.Jadi pasar tidak terbatas pada suatu lokasi saja (Rasyaf, 1996).
2. Peranan Pasar
a. Peranan pasar bagi produsen
1) Sebagai tempat untuk mempromosikan barang
2) Sebagai tempat untuk menjual hasil produksi
3) Sebagai tempat untuk memperoleh bahan produksi
b. Peranan pasar bagi konsumen
1) Mempermudah konsumen untuk mendapatkan barang
2) Sebagai tempat bagi lonsumen untuk menawarkan sumber daya yang
dimiliki
c. Peranan pasar bagi pemerintah
1) Sebagai penunjang kelancaran pembangunan
F. Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bab I pasal 1 ayat
2 disebutkan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Menurut Kasnawi (2006), mengemukakan bahwa produktivitas tenaga
kerja adalah pencerminan dari mutu tenaga kerja jika hal- hal lain dianggap
tetap sama. Menurutnya perubahan (peningkatan) produktivitas tenaga kerja
dapat terjadi karena pengaruh beberapa hal yaitu:
a. Sumber daya modal fisik tersedia dalam jumlah yang banyak
b. Sebagai sumber daya yang tersedia dalam jumlah yang besar
c. Mutu modal manusia itu sendiri yang meningkat
d. Kondisi dan lingkungan kerja yang lebih baik
Ini menjelaskan berbagai pertanyaan yang ada dalam dunia ekonomi
selama ini yang mempertanyakan mengapa ada banyak negara kaya akan
sumber daya alam namun negara itu tetap miskin sedang banyak negara yang
memiliki sedikit sumber daya alam namun menjelma menjadi negara kaya di
dunia. Sebagai gambaran negara kecil seperti Jepang saat ini menjadi negara
dengan pendapatan nasional tertinggi di Asia yang sebenarnya negara itu
memiliki sedikit sumber daya alam, namun mereka berani menyatakan unggul
Kasnawi(2006), mengemukakan gagasannya bahwa produktivitas tenaga kerja
dipengaruhi oleh:
1) Perkembangan barang modal per pekerja
2) Perbaikan tingkat keterampilan, pendidikan, dan kesehatan kerja
3) Meningkatkan skala usaha
4) Perpindahan pekerja antar jenis kegiatan
5) Perubahan komposisi output dari tiap sektor atau sub sektor 6) Perubahan teknik produksi
2. Klasifikasi tenaga kerja
a. Berdasarkan Penduduknya
1)Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
undang-undang ketenagakerjaan mereka yang dikelompokkan sebagai
tenaga kerja adalah yang berusia 15-64 tahun
2)Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan
tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut UU
tenaga kerja No.13 tahun 2003, mereka yang berusia di luar usia kerja.
yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64
e. Berdasarkan Batas Kerja
1)Angkatan Kerja, mereka adalah penduduk usia produktif yang berusia
15-64 tahun yang saat ini tidak atau belum bekerja dan sedang mencari
pekerjaan.
2)Bukan Angkatan Kerja, mereka adalah penduduk yang berumur 10
tahun ke atas yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga dan
sebagainya. Kelompok ini adalah anak-anak sekolah, ibu rumah tangga,
dan pengangguran.
f. Berdasarkan Kualitasnya
1)Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian
dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau menjalani pendidikan
formal dan non formal, tenaga kerja ini ini contohnya adalah guru,
dosen.
2)Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian
dalam bidang tertentu melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja ini
memerlukan latihan secara berulang- ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya adalah pembuat patung, teknisi mesin,
3)Tenaga Kerja Tidak Terdidik
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja yang biasanya
hanya mengandalkan tenaga fisik saja. Contoh dari tenaga kerja ini
adalah kuli bangunan, kenek.
3. Permasalahan Ketenagakerjaan
Negara Indonesia terkenal dengan penduduk yang sangat banyak dan
sebagian besar penduduk Indonesia bekerja sebagai tenaga kerja yang bekerja
di dalam negeri maupun di luar negeri. Tenaga kerja dari Indonesia umumnya
berbekal pendidikan yang minim.
Hal itu menimbulkan persoalan-persoalan pelik yang harus dihadapi oleh
pemerintah ini. Berikut permasalahan umum yang ada di Indonesia tentang
ketenagakerjaan:
a. Rendahnya Kualitas Tenaga Kerja
Pendidikan bisa dijadikan patokan kualitas sumber daya manusia di
suatu negara, proses yang sepertinya sepele ini tidak boleh diacuhkan
sebab banyak juga yang gagal dalam proses pendidikan. Dikaji lebih jauh
lagi pendidikan di Indonesia masih sangat rendah bila dibanding dengan
pendidikan di negara lain seperti di Jepang. Pengetahuan dan teknologi
menjadi sangat rendah. Minimnya pengusaan ilmu pengetahuan dan
b. Jumlah Angkatan Kerja yang terus bertambah tidak sebanding dengan
lapangan pekerjaan yang ada
Angkatan kerja yang ada di Indonesia sampai saat ini sangat
banyak sedang perluasan lapangan pekerjaan tidak dan atau belum
terealisasikan. Lapangan pekerjaan di Indonesia masih sangat minim
menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk
menopang semua itu.
c. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata
Sampai saat ini tenaga kerja sebagian besar berada di pulau Jawa.
Sedang di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk
sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Di Jawa saat ini sudah
sangat padat dan banyak penganggur, namun di daerah lain seperti
Kalimantan, Papua, Sumatra masih kaya sumber daya alam dan sangat
butuh sumber daya manusia.
d. Pengangguran
Pengangguran di Indonesia sampai saat ini sangat banyak, saking banyaknya lapangan pekerjaan yang ada tak mencukupi untuk menampung
pencari kerja. Lapangan pekerjaan yang ada saat ini tidak sebanding
dengan luapan penganggur yang ada di negara ini. Apabila lapangan
pekerjaan tidak segera ditambah oleh pemerintah, lama-kelamaan