• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Pembahasan Trend Upah yang diterima Tenaga Kerja pada tahun

2009-2013

Upah merupakan salah satu faktor penentu dalam produktivitas

batik.Upah yang diterima oleh Tenaga Kerja secara nyata (Y) menunjukkan

peningkatan selama tahun 2009-2013. Dengan menghitung dan menganalisis

1.000.000.000 1.050.000.000 1.100.000.000 1.150.000.000 1.200.000.000 1.250.000.000 1.300.000.000 1.350.000.000 2009 2010 2011 2012 2013 Y Y'

data yang telah dikumpulkan menggunakan persamaan trend, diperoleh persamaan untuk mengetahui trend upah total:

Y‟= + X

Pertumbuhan upah total tenaga kerja selama tahun 2009-2013

mengalami kenaikan. Kenaikan itu dipicu oleh beberapa faktor, tentu saja

karena Omset yang meningkat. Namun selain itu juga karena etos kerja yang

semakin baik dari karyawan.

Kita lihat pada tabel 5.6, terjadi kenaikan yang paling tinggi pada

tahun 2013 sebesar 7,33% sedangkan kenaikan yang terkecil pada tahun

2010. Peningkatan upah ini diketahui karena faktor kebijakan perusahaaan

yang berusaha meningkatkan mutu dan kesejahteraan tenaga kerjanya.

Peningkatan Upah mendorong iklim perekonomian masyarakat menjadi

segar, khususnya dilihat dari daya beli tenaga kerja. Tenaga kerja bisa

mencukupi kebutuhan-kebutuhannya.

Peningkatan Upah ini juga berdampak positif pada perusahaan

terutama menciptakan Loyalitas Tenaga Kerja, Tenaga kerja menjadi lebih

loyal terhadap perusahaan. Tenaga kerja semakin menunjukkan etos kerja

yang baik. Etos kerja yang baik ditunjukkan dengan semakin banyaknya kain

batik yang hendak dibatik oleh tenaga kerja (hasil wawancara dengan

responden). Ini juga dapat dilihat pada tabel 5.8, tentang pertumbuhan tenaga

kerja.

Dalam usaha yang berorientasi pada profit seperti sentra batik ini,

tenaga kerja. Upah menjadi kebutuhan yang sangat dibutuhkan pekerja batik.

Buruh Batik tak akan mau bekerja kalau tak mendapat upah.

Tabel 5.6

Pertumbuhan Upah Tenaga Kerja tahun 2009-2013 (%)

Tahun Upah (Y) Pertumbuhan (%)

2009 3.371.000.000 -

2010 3.420.300.000 1,46 %

2011 3.604.000.000 5,37 %

2012 3.750.000.000 4,05 %

2013 4.025.000.000 7,33 % Sumber: data diolah, 2014

Pengelolaan upah yang diberikan oleh Pemilik Usaha Batik di Desa

Jarum, Bayat terhadap tenaga kerjanya menganut sistem upah menurut

banyaknya produksi. Dalam sistem pengupahan seperti ini cenderung tak

membedakan status pribadi seorang karyawan. Apakah ia telah lama bekerja

atau baru beberapa hari bekerja, itu bukan suatu persoalan. Yang penting

adalah ia bisa memenuhi target yang perlu dikerjakan. Itu diperuntukkan bagi

pembatik, lain halnya dengan karyawan yang bertugas sebagai “pencelup”

(bagian pewarnaan), ada perlakuan khusus pada upah yang mereka

dapatkan.Sistem seperti ini manciptakan iklim yang baik terhadap operasi

usaha. Tenaga kerja semakin berusaha mendapatkan bahan bagian yang lebih,

demi mendapatkan upah yang lebih pula. Sedang pemilik usaha juga

hari produktivitas barang semakin di tambah oleh perusa haan dan tenaga

kerja semakin banyak pula mendapatkan bagian untuk memproduksi.

Akhirnya upah yang diterima oleh tenaga kerja juga meningkat.

UU No. 13 Tahun 2003 tentang pengupahan. Pasal 88 ayat 1, 2, 3

mengatur hak-hak tenaga kerja dan kewajiban yang ha rus dipenuhi

perusahaan. (1) Buruh berhak memenuhi penghidupan yang layak, (2) sesuai

dengan hak buruh mendapatkan penghidupan layak maka perusahaan wajib

memberi perlindungan dengan kebijakan pengupahan sedang pada (3)

kebijakan penguahan untuk melindungi tenaga kerja seperti upah minimum,

upah kerja lembur, dan tata cara pengupahan lain. Dengan adanya UU yang

tertera tersebut di atas, maka pemilik usaha harus mampu mensejahterakan

tenaga kerjanya. Ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan yang di

maksudkan tersebut menjadi tolak ukur kenaikan pengupahan.Pemilik usaha

merasa perlu menaikkan upah tenaga kerjanya. Rata-rata per potong proses

pembatikan yang dilakukan oleh tenaga kerjanya dihargai Rp 5.000, apabila

ia bisa membatik 10 potong saja maka dalam seharinya tenaga kerja itu

memperoleh Rp 50.000. dengan begitu selama seminggu ia bisa memperoleh

Rp 350.000, dan satu bulan ia memperoleh Rp 1.300.000. Dan itu berarti

sudahterealisasi Pasal 88 ayat 3 pada UU yang sama, diketahui UMK

Kabupaten Klaten sebesar Rp 1.026.600 pada tahun 2014. Keadaan itu dapat

terjadi dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi, ketekunan dan kesabaran

tenaga kerja diuji disini. Salah satu faktor yang menyebabkan upah naik

Produktivitas barang yang diproduksi per orang berpengaruh terhadap

kenaikan upah mereka. Semakin banyak produksi yang dihasilkan oleh tenaga

kerja maka semakin besar pula upah yang diterima tenaga kerja. Intinya

semakin banyak batik yang diproduksi oleh tenaga kerja semakin besarlah ia

mendapat upah.

Itulah keunggulan sekaligus kelemahan sistem upah ini, bagaimana

tidak dengan sistem ini tenaga kerja sangat besar berpengaruh terhadap

perusahaan. Saat tenaga kerja menunjukkan etos kerja yang semakin baik

dengan melakukan proses pembatikan yang banyak, produksi meningkat

diikuti penjualan perusahaan meningkat, namun bila sekali saja semua tenaga

kerja mogok, maka sekali itu juga perekonomian lumpuh. Karena batik

menjual seni kerajinan yang asli diciptakan tangan-tangan manusia. Melihat

situasi seperti ini, maka perhatian usaha batik semakin tampak, semakin

terlihat jelas bahwa keberadaannya sungguh tak dipungkiri karena adanya

tenaga kerjanya.

Perhatian pemilik usaha dengan memberikan nilai ukur bahan baku

yang dibatik oleh tenaga kerja semakin tinggi. Rata-rata 1 kaos/baju dihargai

5.000-10.000 sedang 1 kain jarik dihargai 15.000-25.000 tergantung jenis

kain yang di batik, kain yang dibatik umumnya adalah kain mori, sutra, juga

ada proses pembatikan pada kayu. Semakin hari harga yang ditetapkan

semakin tinggi melihat kondisi ekonomi yang timbul saat ini harga kain batik

Grafik 5.6.1

Trend Upah Tenaga Kerja

Sentra Batik Jarum, Bayat 2009-2013 (Rupiah)

Sumber: Data Diolah, 2014

Menurut John Stuart Mill, yang mengemukakan tentang teori dana

upah, ia berpendapat bahwa tinggi rendahnya tingkat upah ditentukan oleh

permintaan dan penawaran kerja. Permintaan kerja ditentukan oleh dana upah

yang tersedia (sejumlah modal tertentu yang dipakai untuk membayar upah).

Sedangkan penawaran kerja ditentukan oleh jumlah penduduk.Menurut Von

Thunen, yang mengemukakan teori upah etis, bahwa tinggi rendahnya upah

kerja tergantung pada naik turunnya biaya hidup dan produktivitas kerja

buruh.Menurut Karl Marx, yang mengemukakan teori nilai lebih, ia

berpendapat bahwa buruh itu memiliki nilai tukar dan nilai pakai, kelebihan

nilai pakai atas nilai tukar menjadi milik pengusaha, kelebihan tersebut

dinamakan nilai lebih. Marx lebih lanjut mengatakan bahwa kelebihan yang

merupakan keuntungan itu sebenarnya diperoleh dengan memeras buruh

karena tingkat upah ditekan sampai batas biaya hidup buruh (Sutrisno : 2010).

0 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 3.500.000.000 4.000.000.000 4.500.000.000 2009 2010 2011 2012 2013 Y Y'

Dari teori yang tertera di atas dan masih banyak lagi teori yang

dikemukakan para ahli dapat dijelaskan yang sejalan dengan hasil

pengamatan di lapangan adalah teori dari Von Thunen. Produksi batik yang

dihasilkan tenaga kerja menjadi standar kelayakan pengupahan yang berlaku

di usaha ini. Tenaga kerja layak mendapatkan upah sesuai banyaknya

produksi batik yang dihasilkan (baca: dibatik) dalam satuan jumlah dan

dihargai dengan upah sesuai dengan harga tertentu dalam satuan uang.

Produktivitas dilihat begitu penting dalam penelitian ini. Ditunjukkan dengan

jumlah produksi yang banyak memberikan kontribusi yang besar pula pada

upah yang diterima tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan besarnya upah

yang diterima, seorang tenaga kerja selalu menginginkan produksi yang

lebih, ia berani membatik beberapa potong, dengan harapan memperoleh

upah yang lebih. Sebab sistem yang dipakai oleh usaha- usaha batik di sini

adalah sistem upah menurut banyaknya produksi.

Teori yang disampaikan oleh Karl Marx juga sejalan dengan temuan

di lapangan, dengan melihat situasi yang terjadi di usaha batik ini, seorang

pembatik yang semakin banyak membatik, ia mendapatkan upah yang lebih

banyak menurut hasil kerjanya. Meski begitu tak boleh dipungkiri mereka

sama-sama membutuhkan, pemilik usaha membutuhkan tenaga kerja untuk

bisa eksis dengan operasi usahanya, sedang tenaga kerja membutuhkan upah

untuk kelangsungan hidupnya. Dari kacamata pemilik usaha maupun tenaga

kerja, mereka sama-sama diuntungkan dan menguntungkan. Itulah yang

Dalam penelitian ini penulis membandingkan antara upah total dengan

upah rata-rata tenaga kerja yang bekerja di Sentra Batik Jarum, Bayat tahun

2009-2013 upah rata-rata dimaksudkan sebagai hasil bagi antara upah total

tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di Sentra Batik Desa

Jarum, Bayat, Klaten 2009-2013. Upah rata-rata tenaga kerja dapat dilihat

pada tabel 5.7 di bawah ini:

No Nama Usaha Upah Rata-RataTK (Rupiah)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Batik Purwanti 22.857.143 18.333.333,3 15.684.210,5 13.043.478,26 20.869.565 2 Nardho Batik 16.666.667 14.142.857,1 13.125.000 13.200.000 13.333.333 3 Batik Unik Suroto 14.461.538 14.484.6154 13.000.000 13.333.333,33 15.000.000 4 Batik Natural Sarwdi 17.500.000 14.200.000 14.545.454,5 12.142.857,14 12.571.429 5 Batik Sekar Mawar 19.000.000 11.875.000 10.105.263,2 11.250.000 11.250.000 6 Batik Suhodo 16.818.182 13.214.285,7 1.392.8571,4 14.000.000 12.352.941 7 Raka Batik 10.000.000 6.363.636,36 10.000.000 15.000.000 16.363.636 8 Batik Giyarto 10.000.000 12.500.000 10.000.000 12.000.000 12.000.000 9 Batik Giyatno 16.666.667 16.666.666,7 16.428.571,4 14.375.000 14.375.000 10 Batik Hardi 30.833.333 18.181.818,2 16.363.636,4 15.000.000 15.000.000 11 Batik Harsiyem 20.000.000 21.428.571,4 18.571.428,6 16.250.000 15.625.000 12 Batik Jumiyati 18.461.538 17.857.142,9 18.000.000 19.333.333,33 18.125.000 13 Batik Miyono 21.818.182 22.272.727,3 20.416.666,7 20.000.000 13.333.333 14 Batik Sajino 18.181.818 15.384.615,4 19.230.769,2 19.230.769,23 1.938.4615 15 Batik Sudarji 18.000.000 18.000.000 18.200.000 17.200.000 17.200.000 16 Batik Sri Miyono 10.000.000 10.250.000 11.714.285,7 9.111.111.111 9.333.333,3 17 Batik Sularto 25.714.286 30.000.000 28.571.428,6 16.428.571,43 17.500.000 18 Batik Sunardi 6.363.636.4 8.181.818,18 8.181.818,18 6.666.666,67 8.333.333,3 19 Batik Suparman 2.333.333.3 2.333.333,33 2.333.333,33 2.333.333,33 2.333.333,3 20 Batik Warna Alami 2.666.666.7 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 21 Batik Suyanto 1.133.3333 12.285.714,3 9.947.368,42 10.526.315,79 10.526.316 22 Batik Umi 16.800.000 17.000.000 18.000.000 26.428.571,43 24.625.000 23 Batik Yadino 6.250.000 6.250.000 6.500.000 6.750.000 6.875.000 Jumlah 352.726.324 323.206.136 314.847.806 305.603.341,1 308.310.169

Sumber: data diolah, 2014

Seperti halnya dengan perhitungan trend sebelumnya, upah rata-rata tenaga kerja juga dianalisis dengan cara yang sama dengan rumus:

Tabel 5.7.1

Perhitungan Upah Rata-Rata TK Sentra Batik 2009-2013 Tahun Y X XY 2009 352.726.324 -2 4 -705.452.648 2010 323.206.136 -1 1 - 323.206.136 2011 314.847.806 0 0 0 2012 305.603.341,1 1 1 305.603.341,1 2013 308.310.169 2 4 616.620.338 JMLH 1.604.693.776 0 10 -106.435.105

Sumber: Data diolah, 2014

Untuk mengetahui besarnya Y‟ maka perlu mengetahui besarnya konstanta a

dan b. Konstanta a dan b dapat dicari dengan rumus:

Konstanta a dan b disubstitusikan ke dalam pers amaan maka akan

diperoleh persamaan trend linear yang memenuhi persamaan kuadrat terkecil sebagai berikut:

Y‟= a+bX

Y‟= + X

Keterangan:

Y‟ adalah nilai trend yang ditaksir

b= adalah perubahan per tahun secara linear

X adalah unit tahun yang dihitung dari X= 0

Perhitungan trend Upah rata-rata Sentra Batik Desa Jarum, Bayat, Klaten dari tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut:

a. Tahun 2009 Y‟= + Y‟= +212.870.210 Y‟= 533.808.965,2 b. Tahun 2010 Y‟= + Y‟= + Y‟= 427.373.860,2 c. Tahun 2011 Y‟= + Y‟= +0 Y‟= d. Tahun 2012 Y‟= + Y‟= -Y‟= 214.503.650,2

e. Tahun 2013

Y‟= +

Y‟= – 212.870.210

Y‟= 108.068.564

Dari data dan rumus yang telah diperoleh tersebut maka perhitungan trend dari upah rata-rata yang diberikan pemilik usaha kepada tenaga kerjanya

adalah sebagai berikut:

Tabel 5.7.2

Nilai Trend dari Upah Rata-Rata Tenaga Kerja Sentra Batik Jarum, Bayat 2009-2013

Tahun Y X XY Nilai Trend( Y’)

2009 352.726.324 -2 4 -705.452.648 533.808.965 2010 323.206.136 -1 1 -323.206.136 427.373.860 2011 314.847.806 0 0 0 320.938.755,2 2012 305.603.341,1 1 1 305.603.341,1 214.503.650 2013 308.310.169 2 4 616.620.338 108.068.564 JMLH 1.604.693.776 0 10 -106.435.105

Sumber: Data Diolah, 2014

Grafik 5.7.2

Upah Rata-Rata Tenaga Kerja Sentra Batik Jarum, Bayat 2009-2013

Sumber: data diolah,2014

0 100.000.000 200.000.000 300.000.000 400.000.000 500.000.000 600.000.000 2009 2010 2011 2012 2013 Y Y'

Terlihat dalam grafik 5.6.1 dengan grafik 5.7.2 di atas, situasi yang

jomplang (baca: berbanding terbalik) antara trend upah total yang diterima tenaga kerja dengan trend upah rata-rata yang diterima tenaga kerja di Sentra Batik Desa Jarum, Bayat. Dari grafik 5.7.2 ini upah rata-rata tenaga kerja

menurun, sedangkan dilihat dari upah total tenaga kerja menaik/meningkat

terlihat pada grafik 5.6.1. tentu ada hal menarik di sini yang perlu dikaji.

Kecenderungan upah total menaik diketahui karena peningkatannya

semata-mata dilihat secara independen tanpa memerhatikan faktor lain yang ik ut memengaruhinya. Namun secara mendalam ketika upah total tadi dikaitkan

dengan variabel lain, yaitu peningkatan jumlah tenaga kerja. Maka yang

didapat adalah upah rata-rata yang tampak seperti tabel 5.7 di atas.

Keadaan ini memberikan gambaran bahwa tidak semua upah yang

diterima tenaga kerja dari tahun 2009-2013 meningkat secara individu,

melainkan kadang naik kadang turun (lihat tabel 5.7).Dengan melihat

perbandingan ini berarti produktivitas tenaga kerja dalam membatik

sebenarnya juga mengalami pasang surut. Upah secara total meningkat sangat

mungkin dipengaruhi oleh peningkatan tenaga kerja dan barangkali bukan

semata- mata karena peroduksi batik yang melonjak.

2. Pembahasan Trend Omset Penjualan yang dite rima Usaha-usaha Batik pada tahun 2009-2013

Omset adalah total penghasilan total kotor. Pendapatan keseluruhan

omset yang diperoleh usaha- usaha batik pada tahun 2009-2013 selalu

meningkat. Garis trend Ini menunjukkan adanya trend positif yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kenaikan itu dapat dilihat dengan

persamaan Y‟= 11.407.288.000+(325.418.000X).Dengan begitu diperkirakan Omset Penjualan Batik Di desa Jarum, Bayat, Klaten akan terus mengalami

peningkatan.

Peningkatan Omset Penjualan ini dipicu oleh beberapa faktor yang

penting. Yang utama adalah karena harga batik meningkat. Kemudian karena

peminat batik itu sendiri mengalami peningkatan, anak-anak muda sekarang

juga menyukai batik. Berbagai model batik yang ada menggugah mereka

untuk ikut tampil dengan busana khas daerah, busana asli Indonesia, yaitu

batik. Selera yang muncul sepeti ini menciptakan iklim ekonomi yang baik

bagi pemilik usaha batik. Berbagai mode, model busana berbahan kain batik

mulai ngetren (diminati) oleh anak-anak muda, juga anak-anak kecil yang sejak dini dikenalkan oleh orang tuanya tentang kain batik. Begitu juga

dengan produksi batik yang meningkat meningkatkan income yamg meningkat juga.

Batik itu elegan, batik itu ciri khas bangsa Indonesia, “Cintai produk-produk Indonesia”. Iklan- iklan semacam ini juga marak di media massa, sering terdengar seruan-seruan supaya memakai produk dalam negeri, batik

termasuk produksi dalam negeri. Promosi yang tak langsung seperti ini juga

menimbulkan minat dan selera konsumen, yang pada akhirnya membuat batik

Lebih spesifik lagi, promosi batik di Desa Jarum, Bayat, Klaten saat

ini juga lebih menonjol. Media massa seperti internet, koran, radio, yang tak

kalah penting adalah promosi “gethok-tular” antara pelanggan yang satu dengan pelanggan lain menjadi motor penjualan produk batik. “gethok-tular”

menjadi sangat bermakna dan relevan karena promosi ini efektif namun

murah, sebab yang menjadi promotor adalah pelanggan itu sendiri. Pelanggan

yang puas atas mutu dan bentuk dari batik asli banyak ini sering menciptakan

testimoni di media massa.

Sering juga pelancong manca ataupun lokal yang datang ke

Yogyakarta, terutama yang berlibur (holiday) ke Prambanan, Borobudur, atau daerah-daerah lain bersedia menyempatkan diri untuk datang dan menengok

usaha- usaha batik di Klaten. Mereka yang datang biasanya ingin mengetahui

lokasi real/nyata usaha-usaha batik ini. Kedatangan mereka membawa berkah tersendiri bagi pemilik usaha batik karena mereka sering membeli produk

batik relatif banyak.

Perhatian pemerintah terhadap usaha batik juga semakin ditunjukkan

dengan adanya pameran-pameran, juga pada pelantikan kabinet kerja yang

dilaksanakan oleh presiden terpilih periode 2014-2019, Bapak Joko Widodo

mengkomando seluruh menteri terpilih untuk menggunakan busana batik

pada acara pelantikannya. Peran pemerintah seperti ini yang secara tak

langsung ikut mempromosikan batik ke hadapan muka internasional. Selain

itu peran yang menonjol datang dari salah satu Universitas di Surakarta.

Bayat, Klaten dalam membuat pameran-pameran batik di desa ini. Dampak

positif yang diperoleh pada akhirnya adalah usaha- usaha batik di desa ini

adalah semakin familiar, menjadi semakin dikenal oleh khalayak ramai yang menciptakan pasar baru, atau setidaknya mengokohkan keberadaannya di

pasaran.

Semakin sering diadakan even-even desa seperti pentas tari, musik tradisional gamelan, keroncong, dan juga musik modern seperti organ

tunggal, dangdut, band semakin menyemarakkan desa. Adanya acara seperti

itu menciptakan daya tarik bagi masyarakat sekitar sekaligus masyarakat luar.

Yang pada ujungnya semakin populer nama Jarum sebagai desa penghasil

batik.

Tahun 2014 ini tepatnya pada bulan April Desa Jarum disahkan oleh

Kabupaten sebagai desa wisata. Tepat sekali, dengan berbagai usaha batik,

usaha patung dari kayu, beragam kesenian (musik, tari, wayang).Seni

pewayangan sangat kental di desa Jarum. Dengan menyandang nama sebagai

desa wisata, Jarum semakin dikenal oleh masyarakat tentang batiknya. Jadi

salah satu terjadinya peningkatan omset penjualan produk batik adalah karena

Tabel 5.8

Pertumbuhan Omset Penjualan Batik tahun 2009-2013 (%)

Tahun Omset (Y) Pertumbuhan (%)

2009 10.904.500.000 -

2010 11.021.700.000 1,07 %

2011 11.260.500.000 2,16 %

2012 11.614.600.000 3,14 %

2013 12.235.140.000 5,34 %

Sumber: data diolah, 2014

Grafik 5.8.1

Trend Omset Penjualan

Sentra Batik Jarum, Bayat 2009-2013 (Rupiah)

Sumber: Data Diolah,2014

3. Pembahasan Trend Jumlah Tenaga Ke rja di Usaha-usaha Batik pada

tahun 2009-2013

Dari hasilperhitungan yang telah dilakukan didapatkan persamaan

yang Y‟= 270,8+18,1X. Persamaan ini mengukur nilai pertumbuhan Tenaga kerja yang menunjukkn trend positif. Trend mengarah ke kanan atas, menaik

9.500.000.000 10.000.000.000 10.500.000.000 11.000.000.000 11.500.000.000 12.000.000.000 12.500.000.000 13.000.000.000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Y Y'

ke titik yang memberikan pemahaman adanya tenaga kerja yang terus

meningkat.

Lihat Tabel 5.8 di bawah ini, pertumbuhan tenaga kerja terjadi pada

tahun 2010 sebesar 11,90 %. Pertumbuhan yang sedemikian disebabkan oleh

faktor yang lainnya seperti, upah yang meningkat, layanan perusahaan dengan

fasilitas yang diberikan oleh usaha- usaha batikseperti tunjangan hari raya

yang sebesar kalkulasi pendapatannya selama sebulan. Biasanya tenaga kerja

memperoleh upah mingguan, tetapi THR diberikan oleh pemilik usaha

sebesar penghasilan tenaga kerja selama sebulan.

Pertumbuhan yang paling kecil adalah pada tahun 2013 yang hanya

sebesar 3,67%. Perlu diingat Pertumbuhan ini dimaksudkan sebagai

penambahan tenaga kerja dari tahun 2009-2013, jadi walaupun pertumbuhan

kecil dalam persen, itu tidak semata- mata dapat diartikan kalau tenaga kerja

sedikit.

Tenaga kerja dari tahun ke tahun selama 2009-2013 mengalami

peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh produktivitas yang semakin

banyak oleh usaha batik. Dengan produksi barang yang meningkat tanpa

diimbangi oleh karyawan yang bartambah pula itu akan menjatuhkan usaha

ke dasar. Kenapa demikian? Tentu saja itu terjadi karena produksi yang

diutamakan, menonjol, dilestarikan oleh usaha-usaha batik di Desa Jarum,

Bayat ini adalah batik tulis. Batik yang kental sekali dengan aspek manusia,

pada kain atau kayu.Pertumbuhan produksi dan permintaan pasar semakin

memacu kebutuhan usaha- usaha ini akan tenaga kerja.

Salah satu sisi positif dari pertumbuhan usaha-usaha batik ini adalah

terserapnya orang-orang yang ada di sekitar usaha untuk menjadi tenaga kerja

di sentra batik. Pengangguran masyarakat yang berkurang.

Diperkirakan ke depan tenaga kerja akan terus bertambah seiring

dengan usaha batik yang semakin lama semakin tumbuh besar. Ciri khas,

keunikan, sisi pembeda (dalam bentuk, warna, pola, garis) akan tetap

dilestarikan. Cara kerja manual dengan manusia sebagai pembuat produk

akan tetap dilakukan. Sebab batik tulis itu unik.

Tenaga kerja semakin hari semakin bertambah juga dipengaruhi oleh

menjamurnya usaha batik di Desa Jarum, Bayat. Pertumbuhan usaha yang

berdiri semakin hari semakin banyak. Ada dua calon usaha batik yang akan

berdiri pada saat penulis mengetik tulisan ini. Kabar itu penulis peroleh dari

kantor kepala desa pada tanggal 25 Agustus 2014. Informasi itu mengatakan

ada perusahaan batik asal Solo yang akan mendirikan usahanya di desa

Jarum.

Tenaga kerja meningkat dikarenakan semakin banyak masyarakat

yang memanfaatkan peluang bisnis itu sebagai usahanya. Usaha dengan dasar

melestarikan budaya batik itu dapat meningkatkan lapangan pekerjaan yang

Tabel 5.9

Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja tahun 2009-2013 (%)

Tahun TK (Y) Pertumbuhan (%)

2009 210 - 2010 235 11,90 % 2011 255 8,51 % 2012 272 6,66 % 2013 282 3,67 % Sumber :datadiolah, 2014 Grafik 5.9

Trend Jumlah Tenaga Kerja

Sentra Batik Jarum, Bayat 2009-2013 (orang)

Sumber: diolah, 2014 0 50 100 150 200 250 300 350 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Y Y'

4. Pembahasan Luas Pemasaran Sentra Batik pada tahun 2009-2013

Seperti yang ada dalam tabel 5.4 di atas. Pemasaran produk sebagian

besar terkonsentrasi di Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Sumatra. Di Jawa bisa

ditemukan di DIY, Solo, Semarang, Pekalongan, juga di Klaten sendiri. Juga

sebagian Batik asal Jarum, Bayat, Klaten sudah merambah dunia

Internasional. Jepang, Australia, Amerika adalah beberapa negara yang

menerima Ekspor Batik khas ini. Batik memang telah menjadi ikon

Indonesia, menjadi ciri khas bangsa Indonesia, warisan budaya yang melekat

pada bangsa.

Meski demikian saat ini masih minim ekspor batik yang merambah

dunia internasional. Terkonsentrasinya pemasaran di Jawa yang terjadi saat

ini perlu diperlebar, dalam hal ini peran pemerinta h sangatlah diperlukan.

Akses ke daerah luar jawa perlu diperlancar.

Banyak wisatawan yang datang ke Jarum, Bayat, Klaten menjadi

peran penting dalam pasar usaha-usaha ini. Mereka barasal dari wilayah

sendiri ataupun dari daerah lain. Sebagian adalah turis mancanegara yang

biasa datang ke Prambanan (DIY) atau sekitarnya meluangkan waktu untuk

mampir di usaha batik Jarum, Bayat, Klaten.

Pemasaran yang dilakukan oleh Sentra Batik Desa Jarum, Bayat ini

mempunyai berbagai strategi yang populer seperti iklan di media internet,

mengiklankan di radio-radio, bekerja sama dengan lembaga- lembaga industri

kreatif, bekerja sama dengan salah satu lembaga pendidikan di Surakarta,

usaha lokal yang ada di Surakarta dan daerah sekitarnya. Keadaan ini menjadi

salah satu jalan yang dilangkahi oleh usaha-usaha batik Jarum untuk semakin

dikenal khalayak ramai.

Dari berbagai strategi yang dilakukan yang menarik menarik justru

tampak dari strategi produksinya. Sebagian besar usaha-usaha batik di desa

ini khas, mereka menciptakan kualitas yang lain dengan batik-batik di kota

lain. Kekhasan dari bahan produksinya terutama pewarna. Pewarna yang

digunakan oleh usaha-usaha batik ini adalah warna alami. Pewarna yang

dibuat sendiri oleh pemilik usaha.Dengan kualitas yang bagus seperti itu,

menciptakan iklim pemasaran yang menonjol. Strategi yang lain adalah

adanya “gethok tular” yang artinya penyebaran informasi berantai, ini terjadi karena kepuasan yang diperoleh konsumen. Konsumen yang puas dengan

produk batik desa Jarum, Bayat ini lantas sering memberitakan ke

kenalannya, kerabatnya, teman-temannya. Akhirnya informasi itu menyebar,

dan batik ini di kenal oleh khalayak ramai.

Dokumen terkait