• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi terhadap perubahan citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi terhadap perubahan citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

THE EFFECT OF WESTERN WOMAN IDEAL BODY IMAGING IN TELEVISION ADVERTISEMENT TOWARD BODY IMAGE CHANGES

IN INDONESIAN EARLY ADULT WOMAN

Katarina Ani Kristianingrum

ABSTRACT

This quasi-experimental study aimed to investigate the influence of Western woman Ideal body imaging in television advertisement toward body Image changes in Indonesian adult woman. This research held in Sanata Dharma University Yogyakarta on 6th September – 7th October 2013. The research subjects are 44 Sanata Dharma University female students from some various study program. From all subjects, 22 subjects serve as control group, while 22 subjects as experimental group. The experimental group was given an advertisement clips with Western woman body as the

model, whereas the control group didn’t get any treatments. Researcher hypothesis is that there is

an influence of western woman ideal body image on television advertisement toward the body dissatisfaction of Indonesian adult woman’s body image. The instrument that used is body image scale with reliability 0,927 to measure the pretest and posttest stage. This scale is used to measure

subject’s body image before and after the research given. This research began with constructing

the instrument and measurement, gave pretest, did the research by showing advertisement for experimental group, and gave posttest for each group in a different time. This analysis of ideal body imaging effect is using statistic analysis T-test. This research shown that 1) the difference between pretest and posttest on experimental group was shown with significancy 0,012 (p < 0,05) it mean that the change happened significantly, whereas in the control group got significancy 0,056 (p > 0,05), which mean there is a changes but not significant. 2) the overall difference between control and experimental group shown that generally there is no significant difference between the two groups, with significancy 0,329 (p>0,05). From this result we can conclude that Western woman ideal body imaging in television advertisement did not affect the body

dissatisfaction of Indonesian early adult woman’s body image.

(2)

PENGARUH PENCITRAAN TUBUH IDEAL WANITA BARAT DALAM IKLAN DI TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN CITRA TUBUH

WANITA DEWASA AWAL INDONESIA

Katarina Ani Kristianingrum

ABSTRAK

Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk menyelidiki adanya pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan di televisi terhadap citra tubuh wanita dewasa Indonesia. Penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tanggal 6 September-7 Oktober 2013. Subjek penelitian adalah 44 orang mahasiswi Universitas Sanata Dharma yang terdiri dari berbagai program studi. Dari keseluruhan subjek tersebut, 22 orang berfungsi sebagai kelompok kontrol, sedangkan 22 orang yang lain sebagai kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberikan tayangan iklan yang menggunakan model dengan tubuh wanita Barat, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun. Peneliti berhipotesis bahwa terdapat pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi terhadap penurunan citra tubuh wanita dewasa Indonesia. Instrumen yang digunakan berupa skala citra tubuh dengan reliabilitas 0,927 sebagai alat ukur bagi tahap pretest dan posttest. Skala tersebut digunakan untuk mengukur citra tubuh subjek sebelum dan sesudah penelitian berlangsung. Penelitian dimulai dengan penyusunan instrumen dan alat ukur, pemberian pretest, pelaksanaan penelitian dengan penayangan iklan bagi kelompok eksperimen, dan pemberian posttest bagi masing-masing kelompok pada waktu yang berbeda. Pengujian pengaruh pencitraan tubuh ideal tersebut menggunakan uji statistik uji-T. Hasil penelitian menunjukkan 1) Uji beda rata-rata pretest dan

posttest pada kelompok eksperimen dengan taraf signifikansi sebesar 0,012 (p < 0,05) menunjukan bahwa perubahan yang terjadi berbeda secara signifikan, sedangkan pada kelompok kontrol memperoleh taraf signifikansi 0,056 (p > 0,05), yang berarti terjadi perubahan namun tidak berbeda secara signifikan, 2) perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara keseluruhan menunjukan bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dengan taraf siginfikansi sebesar 0,329 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi tidak berpengaruh terhadap penurunan citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia.

(3)

BARAT DALAM IKLAN TELEVISI TERHADAP

PERUBAHAN CITRA TUBUH

WANITA DEWASA

AWAL INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Katarina Ani Kristianingrum NIM : 099114044

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Jika kau punya dua pilihan yang

sulit, pilih yang kata hatimu benar.

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan khusus dan

special

bagi Tuhan Yesus

Kristus yang sudah memberiku kesempatan berkarya untuk

membuat bangga keluarga hebatku (almarhum Papa, Mama,

(8)

vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Januari 2014

Penulis

(9)

vii

PENGARUH PENCITRAAN TUBUH IDEAL WANITA BARAT DALAM IKLAN DI TELEVISI TERHADAP PERUBAHAN CITRA TUBUH

WANITA DEWASA AWAL INDONESIA

Katarina Ani Kristianingrum

ABSTRAK

Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk menyelidiki adanya pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan di televisi terhadap citra tubuh wanita dewasa Indonesia. Penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tanggal 6 September-7 Oktober 2013. Subjek penelitian adalah 44 orang mahasiswi Universitas Sanata Dharma yang terdiri dari berbagai program studi. Dari keseluruhan subjek tersebut, 22 orang berfungsi sebagai kelompok kontrol, sedangkan 22 orang yang lain sebagai kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberikan tayangan iklan yang menggunakan model dengan tubuh wanita Barat, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun. Peneliti berhipotesis bahwa terdapat pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi terhadap penurunan citra tubuh wanita dewasa Indonesia. Instrumen yang digunakan berupa skala citra tubuh dengan reliabilitas 0,927 sebagai alat ukur bagi tahap pretest dan posttest. Skala tersebut digunakan untuk mengukur citra tubuh subjek sebelum dan sesudah penelitian berlangsung. Penelitian dimulai dengan penyusunan instrumen dan alat ukur, pemberian pretest, pelaksanaan penelitian dengan penayangan iklan bagi kelompok eksperimen, dan pemberian posttest bagi masing-masing kelompok pada waktu yang berbeda. Pengujian pengaruh pencitraan tubuh ideal tersebut menggunakan uji statistik uji-T. Hasil penelitian menunjukkan 1) Uji beda rata-rata pretest dan

posttest pada kelompok eksperimen dengan taraf signifikansi sebesar 0,012 (p < 0,05) menunjukan bahwa perubahan yang terjadi berbeda secara signifikan, sedangkan pada kelompok kontrol memperoleh taraf signifikansi 0,056 (p > 0,05), yang berarti terjadi perubahan namun tidak berbeda secara signifikan, 2) perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara keseluruhan menunjukan bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dengan taraf siginfikansi sebesar 0,329 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan televisi tidak berpengaruh terhadap penurunan citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia.

(10)

viii

THE EFFECT OF WESTERN WOMAN IDEAL BODY IMAGING IN TELEVISION ADVERTISEMENT TOWARD BODY IMAGE CHANGES

IN INDONESIAN EARLY ADULT WOMAN

Katarina Ani Kristianingrum

ABSTRACT

This quasi-experimental study aimed to investigate the influence of Western woman Ideal body imaging in television advertisement toward body Image changes in Indonesian adult woman. This research held in Sanata Dharma University Yogyakarta on 6th September – 7th October 2013. The research subjects are 44 Sanata Dharma University female students from some various study program. From all subjects, 22 subjects serve as control group, while 22 subjects as experimental group. The experimental group was given an advertisement clips with Western woman body as the

model, whereas the control group didn’t get any treatments. Researcher hypothesis is that there is

an influence of western woman ideal body image on television advertisement toward the body

dissatisfaction of Indonesian adult woman’s body image. The instrument that used is body image scale with reliability 0,927 to measure the pretest and posttest stage. This scale is used to measure

subject’s body image before and after the research given. This research began with constructing

the instrument and measurement, gave pretest, did the research by showing advertisement for experimental group, and gave posttest for each group in a different time. This analysis of ideal body imaging effect is using statistic analysis T-test. This research shown that 1) the difference between pretest and posttest on experimental group was shown with significancy 0,012 (p < 0,05) it mean that the change happened significantly, whereas in the control group got significancy 0,056 (p > 0,05), which mean there is a changes but not significant. 2) the overall difference between control and experimental group shown that generally there is no significant difference between the two groups, with significancy 0,329 (p>0,05). From this result we can conclude that Western woman ideal body imaging in television advertisement did not affect the body

dissatisfaction of Indonesian early adult woman’s body image.

(11)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Katarina Ani Kristianingrum

NIM : 099114044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat dalam Iklan Televisi Terhadap Perubahan Citra TubuhWanita Dewasa Awal Indonesia”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perputakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet dan media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 24 Januari 2014

Yang menyatakan,

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan

anugerah dan pendampingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat dalam

Iklan Televisi Terhadap Perubahan Citra Tubuh Wanita Dewasa Awal Indonesia.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran-saran dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Ratri Sunar Astuti S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ibu Dr. Tjipto Susana M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

sabar memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada peneliti selama

penyusunan skripsi.

4. Bapak Y. Agung Santoso S.Psi., M.A., M.Si selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan selama

peneliti belajar di Universitas Sanata Dharma.

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Psikologi, yang telah memberikan

bantuan serta pelayanan yang baik kepada peneliti selama menempuh studi

(13)

xi

6. Almarhum Papa yang luar biasa, Drs. Florentinus Suradi.

7. Mama hebat yang sabar dan pengertian, Damiana Wartini

8. Adik-adik gila yang selalu memberi dukungan yang aneh, Alfonsus Adi

Nugroho dan Bartolomeus Abdi Widyatama.

9. Gank Buntu (Christi, Yanti, Detha dan Steny) yang selalu ada dari awal

hingga akhir penulis berkuliah di Jogja.

10.Keluarga baru di kost musholla. Bunda We Es, dek Ay, dek Chint, dan

umi Nining yang selalu memberi semangat, menemani dan membantu

penulis menjelang akhir perkuliahan.

11.Sahabat-sahabat semasa SMA (Kania, Nia, Chintya, dan Ifa).

12.Mas Antonius Yuni Setiyawan yang telah sabar dan setia menemani serta

membantu peneliti selama ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun.

Penulis,

(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 8

C. TUJUAN PENELITIAN ... 8

D. MANFAAT PENELITIAN ... 8

1. Manfaat Teoretis ... 8

(15)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. CITRA TUBUH ... 10

1. Pengertian Citra Tubuh ... 10

2. Aspek Citra Tubuh ... 10

3. Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh...12

B. PENCITRAAN TUBUH IDEAL WANITA BARAT ... 14

1. Definisi Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat ... 14

2. Karakteristik Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat ... 15

3. Faktor Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat...16

C. IKLAN TELEVISI ... 17

D. PERUBAHAN NILAI ... 19

E. PERSEPSI ... 24

F. WANITA DEWASA AWAL ... 26

G. DINAMIKA ANTAR VARIABEL ... 28

H. LOGIKA EKSPERIMEN ... 31

I. HIPOTESIS ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. JENIS PENELITIAN ... 34

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 34

C. DEFINISI OPERASIONAL ... 34

1. Citra Tubuh ... 34

(16)

xiv

D. SUBJEK PENELITIAN ... 36

E. METODE PENGUMPULAN DATA ... 38

1. Materi Pretest dan Posttest ... 38

2. Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat ... 40

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN ... 41

G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 44

1. Validitas ... 44

2. Reliabilitas ... 50

H. METODE ANALISIS DATA ... 51

1. Uji Asumsi ... 51

2. Uji Homogenitas ... 51

3. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 53

1. Pretest ... 53

2. Kegiatan Penelitian pada Kelompok Eksperimen... 53

3. Kegiatan pada Kelompok Kontrol ... 54

B. DATA PENELITIAN ... 54

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 54

2. Deskripsi Data Penelitian ... 55

C. UJI ASUMSI ... 56

1. Uji Normalitas ... 56

(17)

xv

D. UJI HIPOTESIS ... 58

E. PEMBAHASAN ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. KESIMPULAN ... 64

B. KETERBATASAN PENELITIAN ... 65

C. SARAN ... 65

1. Bagi Wanita Indonesia ... 65

2. Bagi Produsen Iklan ... 65

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Kategorisasi... 37

Tabel 3.2 Kategorisasi Skor Skala Citra Tubuh ... 38

Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Citra Tubuh Setelah Uji Coba pertama ... 46

Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Citra Tubuh Setelah Uji Coba kedua ... 48

Tabel 3.5 Distribusi Item Skala Citra Tubuh untuk Penelitian ... 49

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 51

Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ... 55

Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Program Studi ... 55

Tabel 4.3 Deskripsi Data Penelitian ... 56

Tabel 4.4 Uji Normalitas ... 57

Tabel 4.5 Levene’s Test for Eguality of Variances ... 57

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Dinamika Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

terhadap Citra Tubuh Wanita Dewasa Awal ... 31

Gambar 2. Logika Eksperimen Pemaparan Citra Tubuh Wanita Barat dalam

Iklan Berpengaruh terhadap Ketidakpuasan Wanita Indonesia ... 33

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Skala Citra Tubuh (Try Out) ... 72

Lampiran B. Skala Citra Tubuh ... 80

Lampiran C. Uji Reliabilitas ... 87

Lampiran D. Uji Prasyarat ... 94

Lampiran E. Uji Beda (T-Test)... .99

Lampiran F. Prosedur Penelitian ... 102

Lampiran G. Rundown Acara Penelitian ... 105

(21)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Citra tubuh adalah gambaran mengenai tubuh yang meliputi persepsi

seseorang mengenai tubuhnya, kepuasan pada tubuh, hingga penghargaan

terhadap tubuh yang membentuk penilaian secara keseluruhan terhadap

penampilan tubuhnya sendiri (Thompson, Heinberg, Albate & Tantleff-Dunn,

2002). Beberapa penelitian menemukan bahwa keluarga, termasuk penilaian

dan komentar orang tua terhadap tubuh, mempengaruhi pembentukan citra

tubuh seseorang (Abraczinskas, Fisak, & Barnes 2011; Harris, 1995; Pratiwi,

2009). Lingkungan masyarakat, khususnya penilaian penampilan dari teman

sebaya juga mempengaruhi konseptualisasi citra tubuh (Harris, 1995; Pratiwi,

2009). Faktor media juga berpengaruh pada citra tubuh dengan pemaparan citra

wanita ideal yang ditampilkan oleh modelnya (Dittmar, 2009; Kasiyan, 2012;

Mask & Blanchard, 2010; Thomsen, Bower, & Barnes, 2004).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa citra tubuh negatif

berhubungan dengan kecenderungan mempercantik diri (Slevec & Tiggemann,

2010; Verstuyf, Vansteenkiste & Soenens, 2011). Menurut beberapa penelitian

di Indonesia, sebagian besar subjek penelitian, yaitu wanita yang memiliki

body dissatisfaction (ketidakpuasan terhadap tubuh), mempunyai

kecenderungan mempercantik diri yang tinggi (Astuti, 2009; Evahani, 2012;

(22)

ketidakpuasan terhadap tubuh, mendorong wanita untuk melakukan suntik

kurus (Pratiwi, 2009). Penelitian-penelitian di luar negeri juga menunjukkan

bahwa wanita yang mengalami ketidakpuasan terhadap tubuh memiliki

kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami gangguan makan dan regulasi

makan (Kim & Lennon, 2007; Verstuyf, dkk., 2011). Penelitian-penelitian

tersebut menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap tubuh dapat mengancam

kesehatan fisik dan psikologis wanita.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa ketidakpuasan seseorang

terhadap tubuhnya memiliki dampak yang buruk. Ketidakpuasan terhadap

tubuh salah satunya disebabkan oleh pencitraan tubuh yang ideal di media

massa. Di masyarakat kita, terdapat globalisasi ideologi yang mengacu pada

budaya barat yaitu adanya pencitraan tubuh wanita di media yang mengarah

pada bentuk tubuh wanita Eropa-Amerika (Kasiyan, 2012; Khatab, 2012). Hal

tersebut didukung oleh survei kecil yang dilakukan peneliti bersama 4 asisten

peneliti dengan mencatat secara serempak iklan komersial yang ditayangkan di

5 stasiun televisi nasional pada 12 Maret 2013 pukul 19.00-20.00. Shimp

(dalam Damayanti, 2007) menyampaikan bahwa bagi beberapa negara, pukul

19.00-22.00 adalah waktu utama (prime time) yang efektif bagi penayangan

iklan. Hasil survei yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa rata-rata, 24%

dari 292 iklan yang tercatat, menayangkan iklan yang menggunakan model

utama wanita dengan citra tubuh wanita Eropa-Amerika yang bertubuh

langsing dan berkulit putih. Selain itu, iklan yang menggunakan model utama

(23)

serta iklan yang hanya menampilkan gambar produknya saja 16%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa iklan yang menggunakan model utama wanita yang

bertubuh langsing dan berkulit putih memiliki prosentase penayangan yang

cukup besar. Walaupun prosentase penayangan terbesar adalah dengan

menggunakan model utama keluarga, namun prosentase iklan yang

menggunakan model utama wanita dengan citra tubuh Eropa-Amerika lebih

besar jika dibandingkan dengan iklan yang menggunakan model utama pria,

kelompok anak muda, group band, atau iklan yang hanya menampilkan

gambar produknya saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencitraan tubuh

wanita Barat pada tayangan iklan di televisi nasional Indonesia cukup banyak

ditampilkan.

Faktor pemaparan dari media khususnya iklan di majalah dan televisi

turut mempengaruhi pembentukan maupun perubahan citra tubuh pada wanita

(Dittmar, 2009; Kasiyan, 2012; Mask & Blanchard, 2010; Thomsen, Bower, &

Barnes, 2004). Pengaruh tersebut dapat terjadi karena adanya internalisasi nilai

yang dipaparkan melalui media secara terus-menerus. Tinjauan pustaka Bardi

dan Goodwin (2011) menunjukkan bahwa penyampaian informasi dengan

menggunakan isyarat yang sangat kuat (effortfull route) dapat mengaktifkan

nilai baru yang sebelumnya pernah diberikan (priming) untuk merespon

kejadian yang berkaitan dengan skema baru tersebut. Iklan televisi sebagai

stimulus kuat dengan menampilkan model dengan bentuk tubuh wanita

(24)

membentuk skema baru wanita Indonesia mengenai citra wanita yang ideal

sesuai gambaran tersebut.

Pengaruh paparan media terhadap citra tubuh wanita dewasa awal juga

dipengaruhi oleh tugas perkembangan masa dewasa awal. Salah satu tugas

perkembangan wanita dewasa awal adalah menyesuaikan diri dengan

lingkungan hidup baru serta kelompok orang dewasa seusianya (Hurlock,

1980). Dalam masa ini, wanita dewasa awal mengalami masa perubahan nilai

dalam diri mereka. Menurut Hurlock (1980), rasa ingin diterima dalam

kelompok orang dewasa membuat wanita dewasa awal harus menerima nilai,

keyakinan dan perilaku kelompok yang salah satunya dalam hal penampilan.

Hal tersebut memungkinkan wanita dewasa awal mengadopsi nilai yang ada

dalam masyarakat sekitarnya dalam memberi penilaian terhadap tubuh.

Penelitian-penelitian mengenai citra tubuh yang berkaitan dengan

pengaruh media, sebagian besar berfokus pada media cetak (Dittmar, 2009;

Kasiyan, 2012; Mask & Blanchard, 2010; Thomsen, dkk., 2004). Pengaruh

pemaparan media terhadap citra tubuh melalui media televisi, pernah diteliti

oleh Kim dan Lennon (2007). Hasil penelitian tersebut tidak menemukan

pengaruh pemaparan media televisi terhadap citra tubuh. Hal ini dikarenakan

tidak semua stasiun televisi menayangkan gambaran tubuh yang ideal dan tidak

realistis, sehingga pengukuran yang sebaiknya dilakukan adalah dengan

mengukur paparan acara televisi yang memiliki frekuensi penayangan

gambaran wanita ideal cukup besar. Kelemahan lain dari penelitian mereka

(25)

secara spesifik tetapi meninggalkan kesan untuk diinterpretasi oleh individu,

sehingga dirasakan paparan media massa akan bervariasi tergantung pada

persepsi subjek penelitian. Di sisi lain, Triyaningsih dan Triastity (2012)

menemukan bahwa iklan yang ditayangkan di televisi lebih mudah dipersepsi

konsumen dibandingkan iklan sama yang ditampilkan dalam media cetak. Hal

ini membuat penelitian terhadap iklan di televisi menjadi cukup penting untuk

dilakukan, karena iklan di televisi dapat memberikan daya tarik sebagai

stimulus yang lebih kuat dibanding iklan pada media cetak.

Meskipun uraian di atas berbicara tentang pengaruh, di Indonesia,

penelitian terhadap citra tubuh, sebagian besar merupakan penelitian

korelasional resiprokal yaitu untuk meneliti hubungan antara variabel citra

tubuh dengan variabel-variabel lain (Handayani, 2011; Hargiani, 2008;

Mahanani, 2012; Piganthi, 2009; Puspitasari, 2010; Putri, 2008; Sada, Hadju,

& Dachlan, 2012; Simanjuntak, 2009; Widianti, 2012). Desain penelitian

korelasional resiprokal digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua

variabel atau lebih tanpa saling mempengaruhi (Basuki, 2006; Sarwono, 2006;

Suryabrata, 2008) sehingga tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat.

Pada penelitian-penelitian lain di Indonesia, citra tubuh juga diteliti

menggunakan metode studi kasus untuk menggambarkan fenomena-fenomena

yang dialami wanita maupun remaja putri berkaitan dengan citra tubuhmereka

(Januar & Putri, 2007; Pratiwi, 2009; Satyawati, 2011). Penelitian studi kasus

mungkin dapat menemukan hubungan sebab akibat dari sebuah fenomena,

(26)

hasil penelitian ini kurang spesifik menggambarkan kekuatan pengaruh sebuah

variabel terhadap variabel lain.

Penelitian-penelitian terhadap citra tubuh yang telah dilakukan,

memiliki keterbatasan. Di sisi lain, menurut Kerlinger (2006), desain penelitian

adalah sekumpulan petunjuk bagi peneliti untuk mengumpulkan serta

menganalisis data. Oleh karena itu, fungsi teknis utama dari desain penelitian

adalah mengontrol varian, yaitu memaksimalkan varian sistematik,

mengendalikan varian sistematik ekstra, dan meminimalkan varian galat.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian korelasional

kausal dengan metode kuasi eksperimen selain karena di Indonesia belum

banyak digunakan untuk meneliti citra tubuh, dengan membandingkan antara

kelompok kontrol dan eksperimen, hubungan kausalitas antar kedua variabel

tersebut dapat terlihat.

Pemaparan sebelumnya menggambarkan adanya masalah mengenai

citra tubuh wanita Indonesia yang cenderung negatif menurut beberapa

penelitian. Salah satu faktor pembentuk yang dapat mempengaruhi

ketidakpuasan wanita terhadap tubuhnya adalah pemaparan dari media

Dittmar, 2009; Kasiyan, 2012; Kim dan Lennon, 2007; Mask & Blanchard,

2010; Thomsen, dkk., 2004) khususnya iklan di televisi. Hal tersebut didukung

oleh studi kepustakaan yang menjelaskan bahwa seseorang dapat

menginternalisasi nilai baru yang didapatkanya dan secara tidak sadar

menggunakan skema baru tersebut untuk merespon kejadian yang berhubungan

(27)

paparan bentuk tubuh model iklan yang menampilkan tubuh langsing dan

berkulit putih secara berulang-ulang dapat membentuk skema tubuh ideal bagi

wanita Indonesia sesuai penggambaran tersebut.

Tampilan iklan yang ditayangkan di Indonesia sebagian besar

menggunakan model utama wanita dengan bentuk tubuh seperti wanita

Eropa-Amerika. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan wanita Indonesia pada

tubuhnya, karena tampilan fisik mereka jelas berbeda dari model yang

dimunculkan dalam iklan. Ketidakpuasan tersebut menurut beberapa penelitian

menyebabkan gangguan psikologis yang berdampak pula pada gangguan

kesehatan fisik pada wanita (Kim & Lennon, 2007; Pratiwi, 2009; Verstuyf,

dkk., 2011).

Penelitian terhadap citra tubuh di Indonesia sebagian besar meneliti

hubungan citra tubuh dengan variabel lain, seperti variabel konformitas, harga

diri, kepercayaan diri, konsep diri, dan status gizi (Handayani, 2011; Hargiani,

2008; Mahanani, 2012; Piganthi, 2009; Puspitasari, 2010; Putri, 2008; Sada,

Hadju, & Dachlan, 2012; Simanjuntak, 2009; Widianti, 2012) yang tidak dapat

menemukan hubungan sebab akibat diantara variabel citra tubuh dengan

variabel-variabel tersebut. Penelitian lain di Indonesia juga meneliti deskripsi

citra tubuh berkaitan dengan fenomena tertentu dengan metode studi kasus

(Januar & Putri, 2007; Pratiwi, 2009; Satyawati, 2011) dengan kurangnya

kontrol terhadap variabel lain yang mungkin mempengaruhi, membuat hasil

penelitian studi kasus kurang spesifik dalam menggambarkan hubungan sebab

(28)

penelitian-penelitian sebelumnya tentang citra tubuh, maka peneliti ingin meneliti dampak

dari pemaparan media yang menggunakan pencitraan tubuh ideal wanita Barat

dalam iklan di televisi pada konseptualisasi citra tubuhwanita Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah pencitraan tubuh ideal wanita Barat dalam iklan di televisi

mempengaruhi citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Menyelidiki adanya pengaruh pencitraan tubuh ideal wanita Barat

dalam iklan di televisi terhadap citra tubuh wanita dewasa awal Indonesia.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis

Kurangnya penelitian tentang pengaruh pencitraan tubuh ideal

wanita Barat dalam iklan di televisi terhadap citra tubuhwanita Indonesia,

menjadikan penelitian ini dapat melengkapi teori citra tubuh pada ranah

psikologi sosial. Selain itu, penggunaan teori priming dalam penelitian ini

dapat menambah informasi bagi ranah psikologi kognitif. Bagi ranah

psikologi konsumen, hasil penelitian ini menambah teori mengenai

dampak persuasif iklan komersial bagi konsumen sebagai sasaran utama

penayangannya. Hasil penelitian ini juga memberikan tambahan teori

dalam psikologi perkembangan mengenai dampak media massa terhadap

pembentukan dan perkembangan citra tubuh wanita pada masa

(29)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada wanita

dewasa awal Indonesia mengenai pentingnya media massa dalam

pembentukan citra tubuh. Hal tersebut dapat membantu wanita Indonesia

agar lebih peka dalam menonton tayangan iklan yang memaparkan bentuk

tubuh ideal yang berbeda dengan kondisi biologisnya, yang akan

membentuk cara penilaian mereka terhadap tubuhnya sendiri. Bentuk

kepuasaan wanita Indonesia terhadap tubuhnya dapat mencegah adanya

(30)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. CITRA TUBUH

1. Pengertian Citra tubuh

Menurut Grogan (1999), citra tubuh adalah persepsi, pikiran, dan

perasaan seseorang mengenai tubuhnya. Ditambahkan pula oleh Schilder

(dalam Grogan, 1999) bahwa citra tubuh adalah gambaran seseorang

mengenai tubuhnya yang dibentuk oleh pikiran, dengan kata lain gambaran

tubuh menurut orang itu sendiri. Cash dan Pruzinsky (dalam Grogan ,1999)

juga menyatakan bahwa citra tubuh memiliki aspek termasuk pikiran dan

perasaan seseorang mengenai tubuhnya. Citra tubuh adalah gambaran

mengenai tubuh yang meliputi persepsi seseorang mengenai tubuhnya,

kepuasan pada tubuh, hingga penghargaan terhadap tubuh yang membentuk

penilaian secara keseluruhan terhadap penampilan tubuhnya sendiri

(Thompson, Heinberg, Albate & Tantleff-Dunn , 2002).

Dari berbagai definisi tersebut, dapat dirumuskan bahwa citra tubuh

adalah hasil berpikir seseorang yang melibatkan perasaan dan merupakan

hasil penilaiannya terhadap bagian tubuh tertentu maupun keseluruhan

penampilan tubuhnya.

2. Aspek Citra Tubuh

Menurut Schilder (dalam Grogan, 1999), yang termasuk

(31)

tentang tubuhnya. Komponen persepsi termasuk estimasi pada ukuran

tubuh. Komponen pikiran termasuk penilaian seseorang terhadap daya tarik

yang dapat dimunculkan oleh tubuhnya. Komponen perasaan termasuk

emosi yang diasosiasikan dengan bentuk dan ukuran tubuhnya.

Menurut Thompson, dkk. (2002), aspek-aspek citra tubuh

yaitu aspek kognitif, behavioral, dan perseptual. Aspek kognitif terdiri atas

ekspektansi seseorang terhadap penampilan mereka berkaitan dengan figur

tubuh ideal yang mereka inginkan. Aspek behavioral berkaitan dengan

usaha seseorang untuk menghindari situasi mencemaskan mengenai kondisi

tubuhnya. Aspek perseptual adalah kebiasaan mendefinisikan atau memberi

penilaian yang berlebihan terhadap ukuran tubuh.

Dari berbagai penjelasan di atas, aspek-aspek citra tubuh dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Aspek Kognitif, yaitu proses yang melibatkan pikiran dan persepsi individu dalam memberikan penilaian terhadap tubuhnya sendiri. Proses

ini berkaitan dengan pembentukan skema diri dalam diri individu

berdasarkan pengalamannya. Orang dapat memiliki skema diri tentang

tubuh yang jelek ketika sering diberi sebutan oleh orang lain sebagai

orang yang jelek. Hal tersebut berkembang menjadi skema utama yang

akan digunakan individu untuk membandingkan keadaan tubuhnya

dengan keadaan tubuh orang lain orang lain.

(32)

diasosiasikan dengan penampilan (bentuk dan ukuran tubuh)

memunculkan emosi yang dapat membentuk penilaian individu

mengenai gambaran tubuhnya.

c. Aspek Perilaku, yaitu bentuk manifestasi (perwujudan) aspek lain dari citra tubuh. Bentuk manifestasi ini adalah proses penghindaran individu

dari keadaan yang dapat menimbulkan kecemasan berkaitan dengan

kondisi tubuhnya. Skema mengenai tubuh ideal yang dimiliki individu

mendorong individu untuk lebih dekat dengan gambaran tubuh ideal

yang dapat memunculkan rasa aman bagi dirinya dibandingkan dengan

gambaran yang kurang ideal.

Dari pemaparan tersebut, aspek-aspek citra tubuh yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu aspek kognitif, perasaan, dan

perilaku.

3. Faktor yang Mempengaruhi Citra tubuh

Menurut beberapa penelitian, terdapat faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi citra tubuh. Faktor-faktor tersebut adalah faktor keluarga,

lingkungan, dan media massa.

a. Keluarga

Harris (1995) menemukan adanya pengaruh keluarga terhadap

ketidakpuasan pada tubuh secara total maupun kepuasan pada area

(33)

penelitian untuk mengetahui citra tubuh remaja putri yang melakukan

suntik kurus. Dari hasil penelitian kualitatifnya, Pratiwi mendapatkan

hasil bahwa faktor keluarga juga mempengaruhi konseptualisasi citra

tubuh remaja putri. Dalam penelitian lain, Abraczinskas, Fisak, dan

Barnes (2011) menemukan bahwa komentar orang tua terkait masalah

makan, berpengaruh secara signifikan terhadap keinginan seseorang

untuk menjadi kurus dan mengalami Bulimia.

b. Lingkungan

Selain faktor keluarga, lingkungan juga menjadi faktor lain yang

mempengaruhi pembentukan dan pengembangan citra tubuh dalam diri

seseorang. Harris (1995) menemukan adanya pengaruh lingkungan

terhadap pembentukan dan konseptualisasi citra tubuh. Menurut hasil

penelitiannya, variabel sosial budaya berhubungan dengan evaluasi

penampilan diri. Sementara itu, Pratiwi (2009) juga menemukan adanya

faktor lingkungan yaitu teman sebaya yang mempengaruhi citra tubuh

remaja putri. Teman-teman sebaya subjek memiliki tubuh yang kurus,

sehingga mendukung penilaian diri subjek yaitu bentuk tubuh yang

ideal adalah yang tubuh yang kurus. Hal ini menunjukkan pentingnya

peran masyarakat dalam pembentukan citra tubuh seseorang.

c. Media Massa

Faktor lain yang ditemukan dapat mempengaruhi citra tubuh

yaitu faktor media massa. Thomsen, Bower, dan Barnes (2004)

(34)

citra tubuh atlet bola Voli wanita. Hal tersebut didukung pula oleh Kim

dan Lennon (2007) yang menemukan bahwa pemaparan dari majalah

berpengaruh secara signifikan pada citra tubuh. Penelitian lain juga

menemukan adanya pengaruh media terhadap gambaran tubuh yang

ideal bagi seorang wanita (Dittmar, 2009; Mask & Blanchard, 2010).

Penelitian-penelitian tersebut menegaskan pentingnya media sebagai

pembawa informasi yang dekat dengan kehidupan kita juga memiliki

pengaruh terhadap pembentukan citra tubuh.

Penelitian ini mengacu pada faktor media massa sebagai faktor

pembentuk citra tubuh seseorang, dengan memberikan gambaran tubuh yang

ideal melalui tayangan iklan yang diberikan.

B. PENCITRAAN TUBUH IDEAL WANITA BARAT 1. Definisi Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

Obsesi ketubuhan Barat atau Indo adalah penggambaran sosok

wanita Barat atau Indo sebagai gambaran ideal yang dianggap memiliki daya

tarik luar biasa (Kasiyan, 2012). Ishiguro (dalam Turner & Yangwen, 2009)

mengemukakan bahwa westernisasi gambaran tubuh wanita adalah

representasi gambaran tubuh wanita Barat sebagai gambaran tubuh yang

ideal atau standar kecantikan bagi wanita. Idealisasi fisik wanita menurut

budaya Barat adalah nilai pusat dalam berpenampilan atau aturan sosial yang

dapat memberikan jaminan rasa aman, keintiman hubungan sosial,

(35)

Dari beberapa pengertian tersebut, pencitraan tubuh Ideal wanita

Barat adalah gambaran tubuh wanita Barat sebagai standar ideal yang dapat

memberikan daya tarik luar biasa sehingga seseorang dapat merasa aman,

mudah berelasi sosial dan meraih kesuksesan serta merasakan kepuasan

pada tubuhnya.

2. Karakteristik Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

Menurut Kasiyan (2012), karakteristik ketubuhan Barat atau Indo

adalah penggunaan sosok model perempuan Barat atau model Indo yaitu

orang hasil dari perkawinan campur antara orang pribumi dan Barat.

Ciri-ciri model yang menggambarkan bentuk tubuh wanita Barat adalah model

berkulit putih khas Barat yang dapat mengubah standar ideal warna kulit

bangsa Asia yang berkulit sawo matang, kuning langsat, coklat, kuning, atau

hitam (Kasiyan, 2012). Khattab (2012), menjelaskan pula bahwa konstruksi

global tubuh ideal wanita mengacu pada citra wanita sempurna yaitu berkulit

cerah, muda, berbahasa Inggris, kurus dan heteroseksual. Ishiguro (dalam

Turner & Yangwen, 2009) menambahkan bahwa standar kecantikan Barat

adalah memiliki bentuk tubuh yang seimbang dengan bentuk wajah kecil,

mata besar, bulu mata panjang, dan kaki yang ramping. Rovi’atin (2010)

menambahkan bahwa konsep wanita cantik sesuai gambaran fisik wanita

Barat adalah wanita yang berkulit putih, bertubuh langsing, dan berambut

(36)

Dari beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pencitraan

tubuh ideal wanita Barat adalah pencitraan wanita dengan bentuk tubuh

langsing dan berkulit putih sebagai bentuk tubuh yang ideal.

3. Faktor Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat

Pencitraan tubuh ideal wanita Barat ini termasuk dalam salah satu

konsep penting dalam teori postcolonial. Said (dalam Kasiyan, 2012)

menjelaskan bawa postcolonial adalah dampak yang diteliti berdasarkan

catatan sejarah pada negara-negara bekas jajahan (kolonialisme) yang terkait

dengan masalah ketidakadilan hubungan dialektis seperti eksploitasi,

marginalitas, dan rasialisasi. Hal tersebut membuat pengaruh budaya Barat

lebih dominan bagi masyarakat budaya timur, khususnya pada

penggambaran tubuh ideal bagi wanita.

Selain dampak dari poskolonialisme, Isiguro (dalam Turner &

Yangwen, 2009) menambahkan mengenai adanya globalisasi budaya pada

masa kini. Perkembangan teknologi, ekonomi, dan tren yang berpusat dari

negara adi kuasa, Amerika Serikat, menciptakan sebuah sistem sosial yaitu

standar bahwa budaya Barat yang lebih popular dan dominan untuk

negara-negara lain di dunia. Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam semua bidang,

seperti periklanan tidak bisa lepas dari tolak ukur atau standar dari budaya

Barat yang lebih disukai oleh masyarakat. Dominasi tersebut membuat

iklan-iklan yang ditayangkan juga menggunakan model dan budaya Barat

(37)

C. IKLAN TELEVISI

Klepper (dalam Widyatama, 2005) menyebutkan bahwa advertising

berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperasikan pikiran dan

gagasan kepada pihak lain. Menurut Kasali (1992), iklan adalah pesan yang

disampaikan melalui suatu media, diarahkan untuk membujuk orang membeli

atau menawarkan suatu barang kepada masyarakat. Iklan adalah bentuk

komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan

produk-produk yang ditujukan untuk masyarakat umum melalui media massa (Lee &

Johnson, 2004). Ditambahkan pula oleh Widyatama (2005), bahwa iklan

adalah pesan yang disampaikan komunikator (sponsor) yang dilakukan dengan

cara nonpersonal kepada khalayak dan mengharapkan dampak tertentu. Dari

definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa iklan adalah pesan yang

disampaikan produsen kepada masyarakat umum melalui media publikasi

massa yang ditujukan untuk menawarkan atau memperkenalkan produk atau

jasa yang dimilikinya untuk menghasilkan suatu respon tertentu yang

diinginkan.

Nilai ekonomis atau manfaat iklan yang paling penting adalah

membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada masyarakat

(Kasali, 1992). Hal tersebut menunjukkan bahwa promosi yang dilakukan

melalui iklan sama pentingnya dengan biaya pengemasan produk dan biaya

ditribusi yang merupakan investasi untuk mendapatkan laba. Penawaran

produk melalui iklan memiliki tujuan agar produk tersebut dikenal oleh

(38)

penontonnya. Respon emosional tersebut merupakan efek komunikasi yang

dilakukan melalui iklan yang diharapkan dapat diasosiasikan dengan merek

sehingga menghasilkan seleksi merek atau yang biasa disebut kesadaran merek

dan sikap teradap merek. Efek komunikasi tersebut mempengaruhi seseorang

dalam mempertimbangkan hingga mengambil keputusan dalam pembelian. Hal

ini lah yang dapat mempengaruhi keuntungan dari produk tersebut. Lee dan

Johnson (2004) juga menambahkan bahwa fungsi iklan adalah memberikan

informasi mengenai produk, membujuk konsumen untuk membeli produk,

mengubah sikap konsumen terhadap merek atau produk tersebut, dan

mengingatkan konsumen sehingga tetap membeli produk yang diiklankan

tanpa memperdulikan merek lain.

Selain manfaat yang menghasilkan keuntungan, iklan juga dapat

menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Kasali (1992) menjelaskan

penyalahgunaan iklan yang dilakukan untuk meraih keuntungan yang besar,

justru mengubah sudut pandang pemirsa bahwa realitas yang dimunculkan di

dalam iklan merupakan realitas yang sebenarnya. Orang dapat membeli barang

yang sebenarnya tidak ia butuhkan karena terbuai tawaran dalam iklan dan

melakukan pemborosan. Lee dan Johnson (2004) juga menjelaskan dampak

buruk lain dari iklan yaitu penciptaan stereotip atau proses kategorisasi

individu-individu yang menimbulkan diskriminasi terhadap mereka khususnya

diskriminasi seks dalam iklan produk kecantikan.

Lee dan Johnson membagi media periklanan menjadi tiga jenis yaitu

(39)

internet. Iklan televisi adalah iklan yang ditayangkan di televisi jaringan atau

televisi kabel. Kekuatan utama televisi yang membuatnya menarik sebagai

media periklanan adalah metode yang cukup efisien untuk menjangkau banyak

orang. Televisi juga memungkinkan dilakukannya demonstrasi produk atau

jasa yang ditawarkan. Sebagai media visual, televisi juga memungkinkan

adanya kombinasi suara, warna, dan gerakan membuat iklan yang ditayangkan

lebih kuat dalam menciptakan dampak emosi bagi penontonnya. Selain

kekuatan, iklan melalui media televisi juga memiliki kekurangan yaitu biaya

produksi dan penayangan yang sangat tinggi yang mengakibatkan pemadatan

waktu penayangan untuk menekan biaya serta kemungkinan penonton

melewatkan iklan dengan meloncat dari satu stasiun ke stasiun lain

menggunakan remote control.

Dari pemaparan tersebut, iklan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah iklan komersial yang mampu memberikan daya tarik sebagai bentuk

persuasi bagi subjek yang menyaksikan.

D. PERUBAHAN NILAI

Menurut Bardi dan Goodwin (2011), nilai adalah struktur kognitif yang

memandu seseorang untuk mempersepsikan sesuatu, mencapai tujuan,

bersikap, dan berperilaku. Nilai merupakan konstruksi abstrak yang dapat

membantu seseorang dalam berperilaku, memilih keadaan-keadaan yang

diinginkan serta hasil yang ingin diperoleh (Dayakisni & Yuniardi, 2008).

Rokeach (dalam Dayakisni & Yuniardi, 2008) juga menambahkan bahwa nilai

(40)

keadaan akhir yang lebih diinginkan secara pribadi atau sosial. Dari

definisi-definisi tersebut, nilai merupakan struktur kognitif yang memandu seseorang

untuk mempersepsi sesuatu agar dapat berperilaku dengan tepat sesuai hasil

akhir atau tujuan yang diinginkan baik secara pribadi maupun sosial.

Nilai bisa berubah sementara (temporary) atau jangka panjang. Bardi

dan Goodwin (2011), menjelaskan beberapa tingkat perubahan nilai yaitu mean

level change dan intra-individual change. Mean level change adalah tingkat

perubahan nilai yang berarti bagi individu yang mengacu pada perubahan

berdasarkan rata-rata nilai yang penting dalam masyarakat. Intra-individual

change adalah perubahan dari dalam diri individu yang mengacu pada

perbedaan individual dalam menciptakan perubahan sesuai keinginan dirinya

sendiri untuk memilih nilai mana yang penting bagi dirinya.

Terdapat dua bentuk perubahan nilai yaitu route to initial value cange

dan route to long-term value change. Route to initial value cange adalah

perubahan nilai awal yang terbentuk melalui dua cara yaitu:

1. The automatic route to initial value change, yaitu perubahan otomatis yang

disebabkan isyarat lingkungan individu sehingga dapat diasosiasikan dalam

ingatan yang telah membentuk nilai yang sudah pasti. Asosiasi ini

menyebabkan perubahan nilai yang membentuk nilai baru dalam diri

individu.

2. Effortfull route to initial value cange, yaitu perubahan nilai yang dilakukan

(41)

perubahan nilai sehingga perlu usaha lebih keras agar nilai yang dimilikinya

berubah.

Perubahan nilai sementara dapat menjadi awal perubahan jangka

panjang dengan cara effortfull dengan adanya priming secara otomatis. Priming

secara otomatis dapat mengaktivasi pikiran mengenai nilai baru yang pernah

diberikan. Isyarat tersebut akan menjadi lebih kuat jika ada pengulangan dan

memunculkan skema baru tersebut berulang kali. Hal ini yang dapat

menciptakan perubahan awal pada nilai individu.

Route to long-term value change adalah pemeliharaan nilai yang telah

diubah secara awal pada tahap sebelumnya, menjadi perubahan jangka panjang.

Perubahan ini dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. The automatic route to preserving initial value change.

Skema otomatis perlu diberikan berulang agar berangsur-angsur

menguatkan hubungan dari satu skema ke skema lain hingga skema

alternatif tersebut menjadi skema utama dan lebih dominan dalam

mempengaruhi persepsi dan perilaku orang tersebut.

2. The effortfull route to preserving initial value change

Adanya pengulangan pada aspek yang sama yaitu tantangan yang

sama yang didapat dari perubahan awal perlu diingatkan agar individu

mengingat nilai baru yang sudah berubah sebelumnya. Setiap pengingat

(42)

Dalam perubahan nilai, terdapat beberapa fasilitator yang dapat

mempermudah perubahan nilai, yaitu proses priming, adaptasi, identifikasi,

pemeliharaan konsistensi, dan upaya persuasi secara langsung.

1. Priming

Priming adalah hasil pengaruh isyarat lingkungan yang

membentuk skema dalam pikiran seseorang yang memandunya untuk

merespon kejadian yang diasosiasikan sesuai dengan skema tersebut.

Priming merupakan awal dari perubahan nilai yang bersifat sementara.

Jika proses priming tersebut diulang melalui situasi kehidupan yang baru

(misalnya, orang tua) atau lingkungan (misalnya, budaya baru), perubahan

nilai awal menjadi yang lebih permanen dapat terjadi.

2. Adaptasi

Perubahan hidup yang disertai dengan isyarat lingkungan

kehidupan baru yang dialami, dapat mengarahkan individu pada perubahan

nilai baik melalui cara otomatis atau dengan usaha lebih besar. Individu

cenderung mengganti nilai-nilai lama mereka yang tidak adaptif dengan

nilai baru yang sesuai dengan kondisi lingkungan baru yang mereka alami.

3. Identifikasi

Identitas sosial yang penting dapat diinternalisasi oleh individu

sebagai nilai-nilai sehingga nilai yang dimiliki individu dapat berubah

sebagai akibat dari identifikasi. Internalisasi nilai kelompok dapat terjadi

ketika anggota baru mengadopsi intepretasi dari cara anggota lama

(43)

Anggota baru tersebut menggunakan skema alternatif yang sama untuk

menafsirkan peristiwa yang akhirnya dapat mengubah nilai lama mereka

menjadi nilai baru. Identifikasi nilai kelompok ini juga didukung oleh

adanya komunikasi dalam kelompok yang menjadikan nilai kelompok

lebih menonjol sehingga individu baru tertarik memikirkan hal tersebut

dan menjadikannya nilai yang penting bagi dirinya.

4. Pemeliharaan Konsistensi

Orang memiliki inkonsistensi mengenai konsep diri dalam dirinya.

Hal tersebut terjadi karena situasi atau tindakan yang mereka lakukan tidak

sesuai dengan harapan mereka terhadap diri mereka sendiri.

Ketidakpuasan pada diri ini mendorong individu untuk mengatasi

inkonsistensi mereka dengan menginduksi ketidakpuasan tersebut yang

menghasilkan perubahan nilai pada diri mereka. Proses pemeliharaan

konsistensi ini juga berkaitan dengan perubahan lingkungan, budaya, dan

peran seseorang dalam masyarakat.

5. Usaha Persuasi Langsung

Upaya persuasi langsung dalam perubahan nilai dapat dilakukan

melalui pesan media, program pendidikan, dan program sosialisasi nilai

dalam organisasi. Perubahan nilai dengan upaya persuasi langsung

dilakukan secara effortful karena proses ini dilakukan dengan mendorong

seseorang untuk berpikir tentang nilai yang baru. Upaya ini lebih dapat

(44)

kelompok lebih penting dari pada individu dibandingkan budaya

individual yang mendorong orang untuk berpikir mandiri.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan citra tubuh atau

perubahan penilaian seseorang berkaitan dengan citra tubuhnya. Citra

tubuh awal seseorang yang kemudian berubah setelah penelitian,

menggambarkan adanya perubahan struktur kognitif yang memandu

seseorang dalam mempersepsi bentuk tubuh maupun penampilan tubuhnya

secara keseluruhan.

E. PERSEPSI

Menurut Suharnan (2005), persepsi adalah proses mengintepretasi

informasi yang diperoleh melalui sistem indera manusia dengan menggunakan

pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam pemrosesan informasi, persepsi

menjadi tahap awal dalam proses tersebut.

Berdasarkan definisi tersebut, menurut Suharnan (2005), persepsi

mencakup dua proses yaitu Bottom-up dan Top-down. Bottom-up atau data

driven processing adalah proses dimana aspek-aspek dunia luar ditangkap oleh

individu sebagai sebuah informasi (Stimulus-informasi). Top-down atau

conceptually driven processing merupakan proses penggunaan pengetahuan

relevan yang telah tersimpan di dalam ingatan individu untuk mengolah

(45)

seseorang mengenai suatu objek dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri

serta pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai objek tersebut.

Proses persepsi meliputi tiga aspek yaitu pencatatan indera, pengenalan

pola, dan perhatian. Pencatatan indera adalah proses penerimaan informasi

berupa bentuk yang masih kasar atau belum memiliki makna melalui alat

indera. Setelah proses pencatatan indera, proses dilanjutkan pada

pengorganisasian informasi agar memiliki makna tertentu yang disebut

pengenalan pola. Proses ini berkaitan dengan objek atau pengalaman yang

tersimpan dalam ingatan yang diasosiasikan dengan hal baru yang memiliki

makna hampir serupa. Proses terakhir adalah proses pemberian perhatian yaitu

pemusatan pikiran pada suatu objek dan mengabaikan objek-objek lain pada

saat yang bersamaan.

Dalam proses mempersepsi, terdapat dua macam realitas yaitu realitas

objektif yang berkaitan dengan fisik dan geografis serta realitas subjektif yang

berkaitan dengan psikologis individual (Suharnan, 2005). Menurut Suharnan

(2005), sikap dan perilaku manusia, lebih banyak dipengaruhi oleh realitas

subjektif karena ketergantungannya pada konteks, pengetahuan, dan

pengalaman masing-masing orang menghasilkan persepsi orang terhadap suatu

objek dapat berbeda antara orang satu dengan yang lain. Di sisi lain, kesalahan

persepsi dapat disebabkan karena seseorang mempersepsikan suatu objek tidak

tepat atau tidak sesuai keadaan sebenarnya (realitas objektif).

Dari pemaparan di atas, persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini

(46)

tayangan iklan, menggunakan nilai yang telah subjek miliki sebelumnya

mengenai penilaian terhadap tubuh.

F. WANITA DEWASA AWAL

Santrock (1995) menyebutkan bahwa masa dewasa awal adalah masa

transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang ditandai dengan

kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam mengambil keputusan. Menurut

Hurlock (1980), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 sampai kira-kira 40

tahun. Masa ini adalah masa pencarian kemantapan dan reproduksi yang penuh

dengan masalah dan gangguan emosional, kreatifitas, dan penyesuaian diri

pada pola hidup yang baru.

Papalia, Olds, dan Feldman (2008) mengatakan bahwa pada masa

dewasa awal, seseorang sedang berada dalam kondisi fisik yang prima dan

kemampuan sensoris yang sempurna. Seseorang memperoleh puncak

kemampuan fisiknya pada masa dewasa awal ini. Hal serupa juga disampaikan

Hurlock (1980) bahwa orang dewasa awal mencapai puncak kemampuan fisik

yaitu kecepatan respon maksimal dan kecepatan belajar menguasai suatu

keterampilan motorik yang baru. Mereka melakukan banyak aktivitas dan

mulai memiliki masalah dengan pola makan tidak teratur dan tidak terkontrol

yang membuat mereka bermasalah dengan kelebihan berat badan. Hal tersebut

memicu mereka untuk melakukan pengurangan berat badan dengan yang

(47)

1995). Program diet seperti berolah raga hingga mengkonsumsi obat diet

menjadi kebutuhan wanita dewasa awal untuk mengurangi berat badannya.

Pada masa dewasa awal, Santrock (1995) berpendapat bahwa seseorang

merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah, namun melakukan

pendekatan terhadap masalah tersebut secara sistematis dengan mengandalkan

analisis yang logis untuk memecahkan masalah. Ia juga berpendapat bahwa

orang pada masa ini memiliki pemikiran beragam yaitu kepercayaan bahwa

setiap orang memiliki pandangan hidup dan pendapat masing-masing. Papalia,

dkk. (2008) menyatakan bahwa orang dewasa awal menghadapi keadaan

ketidakpastian, kontradiksi, ketidaksempurnaan, dan kompromi dengan

pemikiran yang fleksibel, terbuka, adaptif dan individualis berdasarkan

pengalaman subjektif dan intuisi, serta logikanya. Pemikiran pragmatis tersebut

digunakan dalam mencapai tujuan jangka panjang yang berkaitan dengan

pencapaian karir. Hal tersebut didukung oleh Hurlock (1980) yang mengatakan

bahwa orang dewasa awal memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan

menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru dengan menggunakan ingatan yang

telah dipelajari untuk melakukan penalaran dengan analogis dan berpikir secara

kreatif.

Pada aspek sosial, wanita dewasa awal memiliki ketertarikan pada

orang yang memiliki kesamaan dengannya dalam sikap dan perilaku (Santrock,

1995). Pada masa ini, wanita dewasa awal mulai membangun hubungan sebaya

yang intim. Relasi sosial orang dewasa awal (Papalia, dkk., 2008) dikaitkan

(48)

stres sehingga dapat menunjang kesehatan fisiknya. Menurut Hurlock (1980),

masa dewasa awal adalah masa perubahan nilai dalam diri seseorang.

Keinginan untuk dapat diterima dalam kelompok orang dewasa membuat orang

dewasa awal harus menerima nilai-nilai kelompok dalam hal keyakinan dan

perilaku salah satunya yang berkaitan dengan penampilan. Penampilan orang

dewasa merupakan simbol status yang mengidentifikasikannya dengan suatu

kelompok sosial tertentu. Selain sebagai identifikasi kelompok, cara

berpenampilan orang dewasa awal juga menunjukkan individualitas pribadi

untuk menimbulkan daya tarik bagi orang lain.

G. DINAMIKA ANTAR VARIABEL

Pencitraan tubuh ideal wanita Barat adalah penggambaran tubuh

wanita Eropa-Amerika sebagai tubuh yang dapat memberikan daya tarik

sehingga dapat menimbulkan kepuasan dan keuntungan bagi wanita.

Pencitraan tersebut terjadi karena adanya dominasi budaya Barat dalam segala

bidang, termasuk periklanan. Penggunaan model iklan dengan citra tubuh

wanita Barat, merupakan isyarat lingkungan yang ditangkap oleh wanita

Indonesia sebagai hal yang menarik. Dalam hal ini, proses penangkapan

informasi sebagai aspek dari luar diri individu (Bottom-up) terjadi yang

membentuk skema yang mungkin akan digunakan individu untuk merespon

kejadian yang serupa (priming).

Kecenderungan individu yang akan resisten dengan perubahan nilai

(49)

terjadinya perubahan nilai, salah satunya dengan persuasi langsung dari media.

Iklan yang menampilkan pencitraan tubuh ideal wanita Barat secara

berulang-ulang merupakan upaya persuasi langsung yang dapat mendorong wanita

dewasa awal Indonesia untuk berpikir tentang citra tubuh wanita Barat. Upaya

ini dapat merubah nilai awal yang dimiliki wanita Indonesia yang digunakan

untuk menilai tubuh menjadi nilai baru, yaitu citra tubuh wanita Barat sebagai

citra tubuh yang ideal. Citra ideal ini mendorong wanita dewasa awal Indonesia

merubah standar ideal bagi tubuh mereka agar sesuai dengan tubuh wanita

Barat.

Pencitraan ideal wanita Barat yang dipaparkan di media massa,

menjadi citra tubuh ideal yang umum bagi wanita di Indonesia. Standar ideal

tersebut diidentifikasi oleh wanita Indonesia yang memiliki tugas

perkembangan dewasa awal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

kelompoknya. Citra ideal wanita Barat dalam iklan yang ditayangkan

berulang-ulang menjadikan standar nilai ini menonjol sehingga mendorong wanita

dewasa awal di Indonesia untuk berpikir bahwa standar tersebut merupakan

standar yang penting bagi mereka. Hal tersebut membuat wanita dewasa awal

di Indonesia mengadopsi standar tersebut dan menggunakannya untuk menilai

tubuhnya sendiri.

Adanya pemaparan iklan tersebut secara terus menerus membuat

bentuk tubuh wanita Barat adalah bentuk tubuh yang dapat memberikan

kepuasan bagi wanita. Hal tersebut berkaitan dengan inkonsistensi seseorang

(50)

dengan bentuk tubuh wanita Barat menyebabkan ketidakpuasan wanita

Indonesia pada tubuhnya. Ketidakpuasan tersebut berkaitan dengan konsep

bahwa bentuk tubuh yang ideal bagi wanita adalah bentuk tubuh wanita Barat.

Ketidakpuasan ini juga mendorong wanita Indonesia untuk mengatasi

inkonsistensi mereka dengan mengurangi ketidakpuasan yang menghasilkan

perubahan nilai yang dapat mengarahkan individu untuk lebih dekat dengan

citra idealnya.

Perubahan standar penilaian wanita dewasa awal Indonesia pada citra

tubuh ideal mereka agar sesuai dengan tubuh wanita Barat melalui persuasi

iklan, merupakan perubahan dini. Pengulangan pemberian informasi atau cara

meyakinkan yang lebih dalam, mengenai standar ideal tersebut diperlukan

untuk terjadinya perubaan jangka panjang. Penafsiran wanita pada sebuah

situasi yang mengacu pada standar ideal tersebut, membentuk skema mengenai

standar ideal wanita Barat sebagai skema utama. Skema ini yang menghasilkan

perubahan nilai jangka panjang sehingga setiap kali wanita dewasa awal

Indonesia dihadapkan pada situasi yang memerlukan penilaian terhadap tubuh

(citra tubuh) wanita, mereka menggunakan gambaran tubuh wanita Barat

sebagai gambaran yang ideal. Hal ini lah yang membuat pencitraan tubuh ideal

wanita Barat dalam iklan, secara berangsur-angsur dapat merekonstruksi

penilaian wanita terhadap tubuhnya (citra tubuh) yang mengarah pada standar

(51)
[image:51.595.102.535.180.593.2]

Gambar 1

Dinamika Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat terhadap Citra

Tubuh Wanita Dewasa Awal

H. LOGIKA EKSPERIMEN

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa pencitraan tubuh

ideal wanita Barat dalam iklan dapat mempengaruhi penilaian wanita

Indonesia terhadap tubuhnya. Hal tersebut diawali oleh adanya priming

tentang citra tubuh wanita Barat yang kemudian menjadi standar umum di

masyarakat. Wanita Indonesia mengidentifikasikan standar tubuh tersebut

menjadi standar ideal yang digunakan untuk memberikan penilaian bagi

tubuh. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pada wanita Indonesia yang

memiliki bentuk tubuh berbeda dengan wanita Barat.

Pencitraan tubuh ideal wanita

Barat

Priming Identifikasi dengan

standar sosial

Perubahan awal/sementara Perubahan nilai

jangka panjang

Priming nilai secara berulang upaya persuasi

langsung (iklan)

Penilaian ulang (penilaian tubuh menggunakan standar baru)

Ketidakpuasan Standar

umum

Pemeliharaan konsistensi

Tubuh Ideal Wanita Barat

(52)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan efek priming. Priming

adalah pemberian skema baru yang tidak dianggap penting namun dapat

mengaktifasi pikiran dan perasaan pada suatu stimulus yang digunakan untuk

merespon situasi yang hampir serupa dengan situasi sebelumnya. Efek

priming terjadi ketika pengaktifan pikiran, ide, dan gagasan yang berhubungan

atau diasaosiasikan dengan kejadian yang telah di-priming sebelumnya.

Pada penelitian ini, pemaparan citra tubuh wanita Barat yang

diberikan pada kelompok eksperimen merupakan skema alternatif awal yang

diberikan kepada subjek. Dalam hal ini, digunakan upaya persuasi langsung

untuk menyampaikan pesan yang berbeda mengenai citra tubuh wanita. Proses

ini mendorong subjek pada kelompok eksperimen untuk berpikir tentang nilai

baru yang diterimanya. Citra tubuh yang ditayangkan dalam iklan yang

diberikan pada subjek, menciptakan standar penilaian tubuh ideal sesuai

dengan model-model dalam iklan-iklan tersebut. Pada tahap ini, terjadi proses

identifikasi individu terhadap standar di masyarakat yang digambarkan oleh

model-model yang digunakan dalam setiap tayangan. Identifikasi tersebut

membuat individu tertarik memikirkan hal tersebut dan mengadopsi skema

baru tersebut untuk merespon hal yang sama. Skema tersebut kemudian

digunakan oleh subjek untuk memberikan penilaian pada tubuhnya. Paparan

yang menampilkan citra tubuh yang tidak sesuai dengan bentuk fisik subjek

(53)
[image:53.595.95.535.193.599.2]

Gambar 2

Logika Eksperimen Pemaparan Citra Tubuh Wanita Barat dalam Iklan

Berpengaruh terhadap Ketidakpuasan Wanita Indonesia

I. HIPOTESIS

Dari penjelasan di atas, muncul dugaan bahwa pencitraan tubuh ideal

wanita Barat dalam iklan televisi dapat mempengaruhi ketidakpuasan citra

tubuhwanita dewasa awal Indonesia.

Citra tubuh wanita

Barat

Priming upaya persuasi Identifikasi

langsung (iklan)

Penilaian ulang (penilaian tubuh menggunakan standar baru)

Ketidakpuasan Standar

(54)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional kausal dengan

metode eksperimen yang bertujuan untuk mengukur akibat suatu perlakuan

dari satu atau lebih variabel kepada variabel lain (Kerlinger, 2006). Peneliti

memilih desain penelitian ini karena ingin melihat pengaruh pencitraan tubuh

ideal wanita Barat dalam iklan komersial di media televisi terhadap citra

tubuh wanita dewasa Indonesia.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas : Pencitraan Tubuh Ideal Wanita barat

2. Variabel tergantung : Citra tubuh

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Citra tubuh

Citr

Gambar

Gambar 2. Logika Eksperimen Pemaparan Citra Tubuh Wanita Barat dalam
gambar produknya saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencitraan tubuh
Gambar 1 Dinamika Pengaruh Pencitraan Tubuh Ideal Wanita Barat terhadap Citra
Gambar 2 Logika Eksperimen Pemaparan Citra Tubuh Wanita Barat dalam Iklan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis biaya yang nilainya tidak tergantung pada kelipatan jumlah produk/jasa yang dihasilkan perusahaan disebut dengan.. Biaya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik tiga responden yaitu key informans, masyarakat pengguna jalan, dan masyarakat sekitar memilih

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, nilai rata-rata dan persentase

Serapan zat warna pada panjang gelombang sinar tampak yaitu 400 nm -800 nm (Supratman, 2010), sehingga sebagian zat warna yang tidak nampak pada pada daerah panjang

Dorongan orang tua dalam rangka meningkatkan minat baca siswa dapat dilakukan dengan cara: 1) membuat suasana rumah tenang dan nyamanuntuk kegiatan membaca, 2)

Berdasarkan hasil pengamatan visual di lapangan ditemukan gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga hama yang berada pada bagian daun dari tanaman famili myrtaceae jambu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui metode inkuiri terbimbing mendorong keaktifan siswa dalam bertanya jawab kepada