20 BAB III
METODE PENELITIAN TINDAKAN LAYANAN
A. Setting PTL
Menurut Sutja dkk (2017:140) menyatakan bahwa PTL adalah usaha penemuan perbaikan dan pemantapan praktik layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan secara sistematis, berdaur ulang (siklus) dan bersifat reflektif yang dilakukan oleh praktisi BK secara kolaboratif dengan setting kelas, kelompok atau individual. Jadi PTL adalah penelitian yang sesuai dengan kebutuhan konselor karena berkaitan langsung dengan keinginannya meningkatkan Bimbingan Konseling di lapangan (Sutja, dkk 2017:141). Pada penelitian ini peneliti akan menerapkan metode jigsaw untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan siswa kelas X.
Tempat penelitian ini dilakukan di lingkungan SMA Negeri 3 Kota Jambi yang berada di Jl. Guru Mukhtar No. 1 Jelutung Kota Jambi, Provinsi Jambi, yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 8 orang siswa kelas X dan proses kegiatan dilakukan di ruang kelas.
B. Subjek Penelitian
Menurut Sutja (2017: 148) Subjek dalam PTL adalah pihak atau sekelompok individu yang terlibat atau dikenai secara langsung oleh tindakan/layanan, sama halnya dengan populasi dan sampel dalam penelitian konvensional. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 8 orang siswa
21
dengan kriteria : siswa tidak mampu memperhatikan dan mendengarkan, tidak dapat menjawab pertanyaan, tidak dapat mengajukan pertanyaan, tidak mampu memberikan pendapat ketika berdiskusi, tidak mampu berbicara dengan jelas dan lancar dan tidak mampu menggunakan bahasa baik dan benar. Adapun inisial siswa sebagai berikut : IK, JY, AN, AD, UC, JH, AR, CC.
C. Instrumen Penelitian
Dalam membantu peneliti untuk menemukan data yang akurat, diperlukannya instrumen-instrumen yang dapat mendukung peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam PTL sendiri terdapat dua macam data yang perlu dikumpulkan. Pada kedua data ini perlu dihimpun secara bersamaan dengan pelaksanaan penelitian yaitu data tentang tindakan atau layanan dan data tentang hasil dari tindakan atau layanan tersebut yang di mana data yang dibutuhkan PTL adalah data proses dan hasil (out-put), Sutja dkk (2017:149).
Hasil data (out-put) adalah target capaian sesuai dengan rumusan masalah. Sedangkan data tentang proses yaitu segala informasi tentang perlakuan yang di mana menyangkut layanan, seperti data tentang orang atau pelaksanaan, pendekatan, media, materi, waktu dan suasana selama pemberian layanan terhadap subjek dari awal hingga selesai. Adapun instrumentasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu:
22 1. Teknik Analisis Data
Adapun analisis data dilakukan dengan menganalisis perhitungan yang ditabulasi dalam bentuk persentase sederhana yaitu: untuk menganalisis hasil observasi menggunakan rumus:
Presentase nilai rata-rata (NR) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100%
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal menggunakan rumus:
KK=𝑁
𝑠𝑡 x 100%
Keterangan:
KK : Ketuntasan klasikal
N : Jumlah peserta didik yang tuntas ST : Jumlah peserta didik seluruhnya.
Agar data yang dihimpun dari penjaringan Teknik pengumpulan data berupa lembar observasi dan kriteria keberhasilan dapat dimaknai dan diinterpretasikan maka, semua hasil yang diperoleh selanjutnya dikonversikan kedalam kategori seperti berikut ini:
Tabel 1
Konversi Interpretasi Skor Kategori (%) Interpretasi 90 – 100 Sangat Tinggi 75 – 89,99 Tinggi
55 – 74,99 Cukup 30 – 54,00 Rendah
0 Sangat Rendah
23 2. Alat Pengumpulan Data
a. Observasi
Menurut Sutja dkk (2017:151) observasi adalah cara pengumpulan data di mana peneliti terjun ke dalam proses layanan dengan cara mengamati layanan tersebut secara langsung, atau melihat dengan mata kepalanya. Dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasif.
Observasi partisipasif (participant observation) di mana peneliti masuk menjadi bagian dari layanan itu, tidak memperlihatkan diri sebagai pengamat tetapi melaksanakan layanan sekaligus juga mengamati proses layanan itu layaknya spionase (Sutja, dkk 2017:151).
Di dalam observasi partisipatif peneliti tidak menggunakan alat apapun, instrumen pengumpulan datanya adalah peneliti sendiri (human instrument). Meskipun peneliti sebagai instrumen namun ia tetap mengumpulkan data, dari sudut pandang subjek (orang yang ditelitinya), bukan menurut pandangan atau pendapatnya. Pada penelitian ini peneliti melakukan saat pra penelitian dan saat proses penelitian atau pemberian tindakan yang dilakukan. Yang di mana menjadi observer adalah kolaborator secara langsung.
Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan kolaborator (yang menjadi observer) yaitu guru BK di sekolah tersebut, untuk lebih mendapatkan data yang sesuai. Lalu kolaborator juga bertugas untuk dapat melakukan evaluasi yang dinilai melalui lembar pedoman observasi, di mana dalam proses konseling kolaborator melihat secara langsung proses konseling yang dilakukan oleh konselor kemudian
24
menilai dari hasil tersebut lalu dilakukan evaluasi untuk memperbaiki proses konseling yang dilakukan untuk perbaikan teknik yang akan diberikan selanjutnya.
Pengumpulan data dengan menggunakan cara seperti ini sangat memungkinkan terpeliharanya setting yang natural, di mana tidak berpura-pura atau terhindar dari apa yang telah diistilahkan Tomal 2010 yaitu hawthorne effect (Sutja, dkk 2017:151). Yaitu sebuah perbaikan perilaku akibat seseorang mengetahui ia sedang diamati, dengan terjaganya setting dari hawthorne effect ini diharapkan setting PTL menjadi natural, sehingga peneliti mendapatkan data yang benar-benar asli dan walaupun dengan waktu yang lama kehadirannya dianggap tidak asing.
Tabel 2 Pedoman Observasi
NO Tahap Metode Jigsaw
Hasi Pengamatan
1 2 3
1 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Banyak kelompok adalah hasil bagi jumlah siswa dengan banyak bagian materi. Ada 8 siswa, maka banyak kelompok adalah 2, karena materinya 4 bagian. Selanjutnya kepada setiap anggota dalam satu kelompok diberikan satu bagian materi.
2 Anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama membentuk kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli (expert group).
Banyaknya kelompok ahli ini sama dengan banyaknya bagian materi. Pada kelompok ahli inilah siswa melakukan
25
diskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya.
3 Setelah materi didiskusikan dan dibahas pada kelompok ahli, masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya (home teams) untuk mengajarkan kepada anggota teman-temannya. Karena ada 4 bagian materi, maka ada 4 orang yang mengajar secara bergantian.
4 Menyimpulkan secara bersama-sama dengan siswa terhadap keseluruhan materi yang telah dipelajari.
5 Penutup, yaitu menutup kegiatan sebagaimana biasanya.
b. Wawancara
Menurut Sugiyono (2017:137), Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
D. Prosedur
Penelitian yang akan dilakukan peneliti direncanakan dalam 2 siklus, namun bukan berarti cukup dua siklus saja. Siklus dalam PTL sama halnya dengan jumlah pengulangan unlimited (tidak terbatas). Batasannya adalah pemahaman peneliti, apabila peneliti sudah menemukan pemahaman atas tindakan terbaik dari berbagai siklus yang dilakukan, maka penelitian dapat dihentikan, dan tidak perlu lagi dilanjutkan ke siklus lainnya, meskipun peneliti baru melakukan dua siklus, apabila sudah ditemukan yang efektif atau
26
terbaik, dua siklus itu sudah cukup. Dengan kata lain di dalam penelitian PTL jumlah siklus minimal 2 siklus dan maksimal tidak terbatas, (Sutja, dkk, 164:2017).
Dalam satu siklus peneliti hanya melaksanakan layanan selama 1 kali pertemuan, jika 2 siklus sudah terlihat meningkat dari hasil pelaksanaan layanan yang dilakukan, maka peneliti hanya akan melaksanakan 2 siklus saja, akan tetapi jika 2 siklus telah dilakukan tetapi tidak ada perubahan maka peneliti akan melanjutkan ke siklus ke 3.
Gambar 2 Siklus Penelitian
1. Rencana (Skenario)
Dalam melaksanakan kegiatan, diperlukan rencana tindakan, yang merupakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan. Rencana tindakan ini berupa penyusunan rencana penelitian operasional atau dikenal dengan skenario penelitian. Kemudian, selain skenario penelitian, juga memuat
Siklus I Siklus 2
Rencana
Tindakan Tindakan
Rencana
Refleksi Refleksi
Evaluasi Evaluasi
Siklus 3
Rencana
Refleksi Tindakan
Evaluasi
27
rencana pengumpulan data dari segi teknik dan alat pengumpulan data.
Adapun skenario penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 3 Skenario Metode Jigsaw
Langkah 1 : Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Banyak kelompok adalah hasil bagi jumlah siswa dengan banyak bagian materi. Ada 8 siswa, maka banyak kelompok adalah 2, karena materinya 4 bagian. Selanjutnya kepada setiap anggota dalam satu kelompok diberikan satu bagian materi.
Langkah 2 : Anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama membentuk kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli (expert group). Banyaknya kelompok ahli ini sama dengan banyaknya bagian materi. Pada kelompok ahli inilah siswa melakukan diskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya.
Langkah 3 : Setelah materi didiskusikan dan dibahas pada kelompok ahli, masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya (home teams) untuk mengajarkan kepada anggota teman-temannya.
Karena ada 4 bagian materi, maka ada 4 orang yang mengajar secara bergantian.
Langkah 4 : Menyimpulkan secara bersama-sama dengan siswa terhadap keseluruhan materi yang telah dipelajari.
Langkah 5 : Penutup, yaitu menutup kegiatan sebagaimana biasanya.
2. Pelaksanaan/ Observasi a. Siklus 1
1) Perencanaan Layanan
Pada tahap perencanaan tindakan disusun dengan serangkaian kegiatan yaitu antara lain : mempersiapkan bahan materi, membuat dan menyiapkan prosedur pelaksanaan penelitian tindakan layanan, menyiapkan instrumen penelitian lembar observasi/ penilaian.
2) Pelaksanaan Layanan
Pada tahap tindakan pelaksanaan peneliti menerapkan metode jigsaw bersama kolaborator yakni guru BK sekaligus yang
28
bertindak sebagai observer. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah :
a) Langkah 1 : Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Banyak kelompok adalah hasil bagi jumlah siswa dengan banyak bagian materi. Ada 8 siswa, maka banyak kelompok adalah 2, karena materinya 4 bagian. Selanjutnya kepada setiap anggota dalam satu kelompok diberikan satu bagian materi.
b) Langkah 2 : Anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama membentuk kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli (expert group). Banyaknya kelompok ahli ini sama dengan banyaknya bagian materi. Pada kelompok ahli inilah siswa melakukan diskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Langkah 3 : Setelah materi didiskusikan dan dibahas pada kelompok ahli, masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya (home teams) untuk mengajarkan kepada anggota teman-temannya. Karena ada 4 bagian materi, maka ada 4 orang yang mengajar secara bergantian.
d) Langkah 4 : Menyimpulkan secara bersama-sama dengan siswa terhadap keseluruhan materi yang telah dipelajari.
e) Langkah 5 : Penutup, yaitu menutup kegiatan sebagaimana biasanya.
29 3) Evaluasi
Peneliti mencatat hasil observasi partisipatif yang dilakukan untuk melihat kelemahan dan kekurangan dari proses kegiatan yang telah dilakukan.
4) Refleksi
a) Peneliti menganalisis hasil observasi selama proses kegiatan berlangsung dengan melihat catatan observasi dari kegiatan yang dilakukan.
b) Peneliti menelaah mencari kekurangan dengan membuat perencanaan perbaikan untuk menyempurnakan tindakan yang telah dilakukan pada tiap siklusnya.
c) Peneliti akan mengadakan siklus ke II agar mengetahui seberapa aktif siswa di kelas dengan menggunakan metode jigsaw.
b. Siklus 2
Pada siklus 2 dilaksanakan atas bahan refleksi 1. Kalau masih ada permasalahan baru yang muncul maka dibuatkan perencanaan tindakan ke-2, lalu pelaksanaan tindakan ke-2. Setelah itu, diamati, di refleksi, dan di evaluasi apakah sudah ada perubahan kearah perbaikan atau belum. Jika tidak memerlukan perbaikan berarti siklus sudah selesai dilaksanakan dan hasil tindakan sudah dilakukan siswa.
30 c. Siklus 3
Pada siklus 3 dilaksanakan atas bahan refleksi 2. Kalau masih ada permasalahan baru yang muncul maka dibuatkan perencanaan tindakan ke-3, lalu pelaksanaan tindakan ke-3. Setelah itu, diamati, di refleksi, dan di evaluasi apakah sudah ada perubahan kearah perbaikan atau belum. Jika tidak memerlukan perbaikan berarti siklus sudah selesai dilaksanakan dan hasil tindakan sudah dilakukan siswa.
3. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah upaya menganalisa dan memaknai data yang terkumpul pada tahap pelaksanaan penelitian, baik data tentang proses maupun hasil. Kedua data ini saling ketergantungan sehingga perlu dianalisis sekaligus. Ketepatan atau efektivitas suatu proses diukur dari kualitas hasil yang dicapainya. Sebaliknya hasil yang berkualitas menandakan proses sudah berjalan secara baik (Sutja, dkk. 2017:167).
4. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil yang di dapat sebelum dan sesudah dilakukan tindakan untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan kegiatan.
Peneliti mencari kekurangan dan membuat perencanaan perbaikan untuk menyempurnakan tindakan yang telah dilakukan pada siklus pertama.
Peneliti melakukan tindakan ulang sekaligus memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Setelah melaksanakan evaluasi dan
31
mendapat hasilnya, maka apapun hasilnya akan menentukan langkah dalam penelitian selanjutnya. Jika pelaksanaan sebelumnya kurang sempurna maka akan dilanjutkan lagi pada siklus II.
E. Kriteria Keberhasilan
Dalam penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila siswa telah mencapai skor maksimal 80% dengan melihat indikator keberhasilan yang menunjukkan keaktifan siswa sudah meningkat. Dengan beberapa item sebagai berikut:
siswa mampu memperhatikan dan mendengarkan, siswa menjawab pertanyaan, siswa mengajukan pertanyaan, siswa mampu memberikan pendapat ketika berdiskusi, siswa dapat berbicara dengan jelas dan lancar, siswa menggunakan bahasa baik dan benar, siswa antusias mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, dan siswa menjelaskan materi yang telah dibahas.