• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MAKNA ṢABAR DAN MUṢĪBAH QS. AL-BAQARAH AYAT 153 -157 (Studi Komparasi Tafsir Al Miṣbah dan Tafsir Al Munir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of MAKNA ṢABAR DAN MUṢĪBAH QS. AL-BAQARAH AYAT 153 -157 (Studi Komparasi Tafsir Al Miṣbah dan Tafsir Al Munir)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

13

MAKNA ṢABAR DAN MUṢĪBAH QS. AL-BAQARAH AYAT 153 -157 (Studi Komparasi Tafsir Al Miṣbah dan Tafsir Al Munir)

Muhamad Irfan, Ahsin Wijaya muhirfan205@gmail.com

ABSTRACT

This study discusses the meaning of patience and calamity in the Koran surah al-Baqarah verses 153-157 (Comparative Study of Al-Munir's Tafsir and Al-Misbah's interpretation). Today the world community is experiencing many disasters, including the Covid 19 virus which until now has not ended. As the people of the Prophet Muhammad SAW must be able to fully understand what the meaning of patience and what the meaning of calamity according to the Koran. So that there is an appropriate solution according to the guidance of the holy book of the Koran. The results of the study illustrate that the word patience in the Koran is evidence of the importance of patience in this life, and has a high position in religion. Likewise with calamities that cannot be separated from patience, until Allah equates the words patience and calamity in Surah al-Baqarah verses 153-157. And the views of the two commentators above are related to the meaning of patience and calamity.

Keywords:patience,calamity,al-qur'an

PENDAHULUAN

Ṣabar (

برص

) dan Muṣībah (

ةبيصم

) adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, yang sudah di jadikan bahasa sehari-hari dalam bahasa kita yaitu bahasa nusantara. Ṣabar (

برص

) berasal dari fiil madi Ṣabara (

ََرَ بَص

) yang di taṣrif menjadi ṣabran (

َ اربرَص

) sebagai masdar, yang berarti tabah dalam menahan diri dari kesusahan dan pesakitan, tidak cepat emosi dan mudah memaafkan.

Sedangkan kalau dilihat dari sisi bahasa arab, (

برص

) adalah tabah dan kuat dari sesuatu yang tidak di sukai. Kemudian kalau di lihat dari istilah (

برص

) artinya

memperkuat diri sendiri dari segala sesuatu yang menjadikan susah, gelisah dan membentengi diri sifat pemarah, menahan lisan dari ucapan-ucapan yang tidak pantas, dan selalu berusaha menjaga tangan, kaki, mulut, telinga dari sesuatu yang bertentangan dengan moral dan syariat islam ṣabar adalah kekuatan jiwa yang menunjukan kepada seseorang untuk menjalankan perbuatan yang terpuji. Ṣabar (

برص

) merupakan daya kekuatan yang bisa membentengi seseorang dari berbuat kejahatan.

Ṣabar (

برص

) menurut ‘ulama ahli taṣawuf adalah energi positif yang bersemayam dalam jiwa seseorang yang mendorong untuk selalu berbuat

(2)

14

kebaikan dan tabah dalam menghadapi ujian, kuat dalam pendirianya, tidak mudah tergoda oleh bujukan, tegas pada pendirianya, selalu memegang prinsipnya, tidak mudah goyah dalam menghadapi kondisi apapun. Selanjutnya al-Gazāli, memberikan penjelasan tentang

برص

adalah keteguhan jiwa dalam menjalankan syari‘at islam agar terhindar dari godaan syetan.1

Sedangkan Muṣībah (

ةبيصم

) merupakan sebuah ujian atau peringatan yang diberikan Allah swt. kepada manusia untuk mengetahui seberapa besar keimanan mereka. Ukuran kadar keimanan seseorang itu dapat dilihat dari cara mereka menyikapi muṣībah (

ةبيصم

) yang menimpa mereka. Orang yang kuat imannya pada saat terkena musibah selalu ber ṣabar, ikhlas, riḍa dan tawakkal. Mereka menganggap bahwa semua itu adalah ujian dari Allah swt. untuk meningkatkan iman dan ketakwaan mereka sehingga mereka tidak terlena dalam kenikmatan dunia yang bersifat sementara. Orang yang lemah imannya, ketika di timpa muṣībah (

ةبيصم

) dia akan berputus asa dan mempermasalahkan muṣībah (

ةبيصم

)

yang menimpanya. Bahkan mereka lupa bahwa semua yang ada di alam ini adalah milik Allah swt. yang hanya barang titipkan dan pasti akan diambil kembali ketika waktunya telah tiba. Allah swt. menganjurkan umatnya ketika ditimpa musibah, baik kecil maupun besar, untuk membaca kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah swt.), yakni innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn (

نوعجارَهيلاَاناوَللهَانا

)

Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS al-Baqarah/2: 157,

Ṣabar (

برص

) dan Muṣībah (

ةبيصم

) adalah sesuatu yang tidak bisa terpisahkan, sehingga penting untuk mengetahui apa itu muṣībah, Muṣībah (

ةبيصم

)

dapat diartikan 1). Sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang menyedihkan yang menimpa manusia. 2). Malapetaka atau bencana yang di alami oleh semua makhluq.2 Menurut sastra Arab kata (

ةبيصم

) berasal dari huruf

صو ب

yang

tersusun menjadi (

ََب ََو ََص

) sedangkan al-Asfahani berpendapat bahwa (

ةبيصم

)

berasal dari lafaź aṣāba - yuṣῑbu (

َُبريِصُي ََباَصَا

) yang mengndung makna segala sesuatu yang keberadaanya tidak di inginkan oleh siapapun. (

ةبيصم

) melanda kepada manusia di sebabkan prilaku dosa yang di langgar oleh manusia, seabagaimana yang di ucapkan salah satu dari golongan ulama salaf, Ibnu Qoyim al-Jauziyah belio berpendapat bahwa salah satu bahaya dari melakukan perbuatan dosa adalah hilangnya keni‘matan dan karunia dari seeorang hamba, dan karena perbuatan dosa pula manusia akan mendapat ujian atau musibah (

ةبيصم

). Banyak

1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 181.

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014, h. 942

(3)

15

manusia lupa akan dirinya dalam melakukan dosa sehingga baru menyadaari akan kesalahnya setelah di cabut kenikmatan darinya. Sebagaimana di jelaskan dalam QS. Ar-rum ayat 41 yang artinya “kerusakan di bumi dan lautan itu akibat perbuatan manusia”

Dan muṣībah (

ةبيصم

) itu bisa menimpa siapa saja tanpa terkecuali, baik itu Orang beriman atau tidak, dan pada akhir-akhir ini banyak Muṣībah yang terjadi di sekitar kita, khususnya adanya virus covid 19 yang sampai saat ini belum berakhir dan mengakibatkan banyak korban jiwa kematian, kehilangan pekerjaan. Dan semua itu diciptakan oleh Allah supaya manusia mengfungsikan akal dan pikiran mereka dalam mencari solusi sesuai dengan tatacara yang di ridoi Allah, yaitu ikhtiar dohir sambil di iringi dengan doa dan tawakal kepada Allah. Sebab semua ujian yang di alami oleh setiap manusia tatkala tidak kuat lagi untuk menghadapinya maka jalan terbaiknya sabar dan berserah diri kepada Allah Subhanahu Wata‘ala, sambail menunggu pertolonganya.

Dalam surah al-Baqarah di jelaskan bahwa ṣabar (

برص

) dan ṣalat (

ةلاص(

sebagai

solusi atas segala kesulitan dan problematika yang datang silih berganti, dan banyak sekali mufassir melakukan penafsiran terhadap ayat al-Qur’an tentang ṣabar dan muṣībah, (

ةبيصم َ(

kemudian permasalahan yang ada disekitarnya dapat diselesaikan dengan nilai nilai al-Qur’an. Dan diantara bukti kasih sayang Allah SWT kepada manusia, yaitu Allah memberikan solusi dari semua musibah dan permasalahan yang ada.

Karena Begitu pentingnya ṣabar (

برص

)

َ

dalam menghadapi setiap muṣībah, dalam kehidupan di dunia yang fana‘ ini samapai Allah dan Utusanya menjelaskan secara gamlang khikmah di balik dari sifat ṣabar yang sudah di jelaskan dalam al-quran dan sunnah Nabi muhmmad SAW. Karena sifat ṣabar merupakan sifat yang harus di miliki setiap orang mukmin yang hidup di dunia untuk menghadapi berbagai muṣībah

)ةبيصم(

dan ujian, dan untuk meraih cita-cita yang luhur. Karena posisinya yang begit tinggi dalam islam, para pakar ilmuan selalu berusaha untuk mencari kebenaran dan menggali hakekat dari ṣabar dan muṣībah, baik dalam al-Qur’an maupun hadis Nabi SAW.

Hal-hal dan probematika diatas menyentuh kami untuk mengambil tema tesis dengan mengambil judul: “Makna Ṣabar dan Muṣībah dalam Al-Qur’an:

Studi Komparasi Antara Penafsiran Prof.Dr.Wahbah Az-Zuhaili dengan Prof. M.

Qurasih Shihab”. Dengan begitu, penelitian ini berusaha memadukan pendapat para mufassir tentang mana Ṣabar (

برص

) dan Muṣībah

)ةبيصم(

dari tokoh Mufasir kontemporer dalam kajian tafsir mereka.

(4)

16

Penyusunan artikel ini adalah usaha untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan al-quran dan hadis terkait makna Ṣabar (

برص

) dan Muṣībah

)ةبيصم(

dikarenakan mayoritas masyarakat muslaim belum mengetahui makna Ṣabar (

برص

) dan Muṣībah

)ةبيصم(

yang sesui dengan al-Qur’an. .

Beberapa sumber pustaka yang dijadikan acuan adalah Tesis Fajrul Munawir fakultas ushuludin yang berjudul “Konsep ṣabar dalam al-Qur’ān”.

Dalam tesis ini penulis mencoba mengkritisi pemahaman konsep Ṣabar (

برص

)

yang sering diidentikan dengan sikap pasrah, pasif dan nrimo, sehingga berkonotasi pada sikap negtif dan kemudian menempatkannya pada pemahaman yang obyektif dengan cara melihat the origin meaning sabar dalam al-Qur’ān melalui pendekatan tafsir tematik, sehingga menghasilkan pemahaman yang komprehensif tentang sabar.3 Jurnal ruhama Volume 1 No.2, Mei 2019,

“KONSEP ṢABAR DALAM AL-QURAN DAN KONTEKSTUALISASINYA DALAM TUJUAN HIDUP MANUSIA MELALUI PENDIDIKAN” (The Concept of Patient in Al-Quran and Kontekstualisasinya in Purpose Human Life Through Education ). Jurnal At-Tibyan Volume 3 No. 2, Desember 2018 Ulfa Muazioh dan Zukhrifa ‘Amilatun Sholiha, yang berjudul “AKTUALISASI KONSEP ṢABAR DALAM PERSPEKTIF ALQURAN” (Studi Terhadap Kisah Nabi Ayyub) Actualization Of The Patient’s Concept In Qur'anic’s Perspective (Study of the Prophet Ayyub’s Stories) Sabar adalah separuh dari iman, rahasia kebahagiaan manusia, sumber kekuatan dikala tertimpa cobaan, bekal seorang mukmin saat terjadi beragam bencana, dan fitnah yang berkelanjutan, dan senjata seorang sufi melawan hawa nafsunya, membawanya untuk konsisten dalam menjalankan syariat Allah, dan menjaganya dari keterjerumusan kedalam jurang kebinasaan dan kesesatan.

Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empris dan Non Empiris 1 (1),2015, Subhan El Hafiz, Ilham Mundzir, Fahrul Rozi, Lila Pratiwi, Judul

“PERGESERAN MAKNA ṢABAR DALAM BAHASA INDONESI” Ṣabar merupakan kata serapan dari bahsa arabyang banyak di gunakan dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga memiliki makna yang berhubungan dengan nilai agama islam.

Jurnal Analytica Islamica 1 (1),148-162, 2012. Abdul Rahman Rusli, Judul

“MUṢĪBAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN” Study Analisis Tematik, termasuk kata yang sering di gunakan dalam al-Qur’an yaitu kata Muṣībah beserta derivasinya. Jika menelaah al-Qur’an maka kata musibah yang berasal dari

3Muh.Fajrul Munawir, Konsep sabar dalam Al-Qur’an pendekatan tafsir tematik tesis diterbitkan,jogjakarta, Program Pascasarjana UIN sunan Kalijaga 2005

(5)

17

kata ‘aṣāba ini banyak ditemukan, ada sekitar 77 kali di sebutkan dalam al-Quran.

Dan khusus kata Muṣībah 10 kali. dan kata Muṣībah mempunyai nialai yang sangat penting dalam islam.

Jurnal Intervensi Psikologi 4 (2),2012. Qurotul Uyun, Rumaini, “ṢABAR DAN ṢALAT SEBAGAI MODEL UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI DI DAERAH BENCANA, YOGYAKARTA Dari telaah pustaka yang telah penulis lakukan, terlihat belum ada yang mengkomparasikan antara penafsiran Prof.

Dr.Wahbah az-Zuhaili dan Prof. Dr.Quraish Shihab terkait konteks mengenai ṣabar (

برص

) dan Muṣīibah (

ةبيصم

) Disinilah letak perbedaan penelitian yang penulis lakukan, kemudian penelitian ini menemukan sebuah kebaharuan dari konteks ṣabar (

برص

) dan Muṣīibah (

ةبيصم

). Hemat penulis penelitian ini layak untuk dilakukan, melihat kondisi kedua tokoh muffasir yang sama-sama bersal dari Ulama Kontemporer.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai bahan acuan penulis mengambil hasil-hasil dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, di antanranya dalam persepektif al-quran” dalam Tesis dan Jurnal tersebut di paparkan mengenai ayat –ayat tentang ṣabar, medan pemaparan ṣabar , jenis – jenis ṣabar, sumber kesabaran, latihan kesabaran, serta balasan bagi orang- orang yang ber ṣabar. Dalam tesis ini penting dilakukan untuk membedakan dan membandingkan penelitian yang akan di lakukan, hal ini juga di anggap penting jika sebelumnya belum ada penelitian tentang hal tersebut.4

َ

Oleh karena itu sejauh pengamatan penulis, memang telah ada beberapa pengkaji dan peneliti yang membahas judul yang di kemukakan penulis

Metodologi

Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. “Penelitian kualitatif biasanya disebut dengan metode penelitian naturalistik sebab penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), yaitu penelitian dengan melihat serta mengumpulkan data secara langsung tanpa adanya perubahan dari kenyataanya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif interpretatif yaitu “pendekatan yang digunakan oleh seseorang atau peneliti dalam melakukan penelitian teks atau literatur tafsir yang fungsinya untuk memberikan penjelasan atas teks tafsir yang sedang dibahas.

4SuharsimiArikunto,”Prosedur penelitian:Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta:PT.Rineka Cipta,1998), hal.40.

(6)

18

Beberapa metode yang merupakan bagian dari penelitian ini adalah studi kasus, wawancara, dan penelitian kritis.

Dalam penelitian ini pendekatan deskriptif interpretatif digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan ayat-ayat tentang Ṣabar

َ)برص(

dan Muṣībah dari dalam penafsiran syekh Wahbah Az Zuhaili dan Prof. Quraish Shihab. Penulisan dalam penelitian mengenai penafsiran Syekh Wahbah Az Zuhaili dan Quraish Shihab tentang sabar dalam Alquran ini termasuk jenis metode penulisan yang bersifat kepustakaan (library research) yakni penulisan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dari bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di ruang perpustakaan, buku-buku agama dan ensiklopedi yang merupakan kepustakaan umum. Adapun kepustakaan khusus seperti jurnal, disertasi dan lain sebagainya. Sedangkan kepustakaan cyber yang digunakan yaitu melalui kepustakaan global yang terdapat dalam internet, dan lain-lain.

Jenis data yang dipergunakan dalam penulisan ini ialah data kualitatif yaitu data yang terdiri dari pemaparan kata-kata serta data tertulis seperti dokumen dan lain-lain yang relevan dengan pokok masalah yang dikaji. Adapun sumber data dalam penulisan ini adalah penafsiran ayat-ayat tentang Ṣabar

)برص(

dan Muṣībah

)ةبيصم(

dalam al-Quran, adapun sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kitab tafsir Al-Munir karya Syekh Wahbah Az Zuhaili dan Tafsir Al- Misbah karya Prof. Dr. Quraish Shihab.

Penulis menghimpun data dari studi kepustakaan (book survey). Setelah data terkumpul, maka penulis mengkaji serta membahas dan mengolah sumber data yang telah ditemukan, sehingga menjadi suatu susunan masalah yang dimaksud serta menghasilkan kesimpulan.

Pembahasan

A. Makna ṣabar dalam al-Qur’an

Al-Qurˈan merupakan ujung tombak dari semua ilmu pengetahuan, sudah menjelaskan lafaź ṣabar pada beberapa ayat dan surat. sedangkan prediksi para mufasir, terkait lafaz ṣabar di dalam Al-Qur’an itu diungkapkan sebayak 70 ayat lebih atau 100 kata lebih. Dan para mufasir ulama berbeda pandangan terkait jumlah ayat yang berhubungan dengan kata ṣabar di dalam Al-Qur’an. Jumlah ayat Al-Qur’an yang mengandung lafaz ṣabar yaitu seperti pendapat para ulama berikut ini:

1. Abū Ṭālib al-Makki, menjelaskan lafaz ṣabar dalam al-Qur’an berjumlah lebih dari 90 kali.

(7)

19

2. imam Abū Hāmid al-Gazālī, menjelaskan lafaz ṣabar dalam al-Qur’an berjumlah kurang lebih sekitar 70 titik.5

Kemudian sampai terjadinya perbedaan dalam menentukan jumlah kata sabar dalam al-quran di sebabkan adanya beda pandangan para ulama dalam menentukan jumlah kata ṣabar yang tertulis di dalam Al-Qur’an, sedangkan al- Qarḍawi, sendiri berpendapat bahwa adanya berbedaan pendapat itu bukan krena prokontra dalam Al-Qur’an itu sendiri. Tetapi Namun beda Pendapat itu terjadi di sebabkan banyak ayat yang ada di dalam al-Qur’an, itu ada kata ṣabar yang disebutkan dalam jumlah yang banyak, tentu dengan derivasi dari asal kata ṣabar

َ

(

برص(

Adapun kata ṣabar dalam bentuk isim masdar disebutkan enam kali di dalam al-Qur’an. Penyebutan kata ṣabar

َ

(

برص(

yang begitu banyak di dalam al- Quran itu menunjukkan pentingnya prilaku ṣabar

َ

(

برص(

dalam kehidupan beragama dan bermasarakat, di samping itu ṣabar termasuk bagian dari akhlak yang sangat penting.

يِلعَاَي

َوَ َلَاعتَللهاَِةعاَطَىَلعَُبرصلاَ:تاَم َلاَعَُث َلاَثَِروُبصلِلَو ََ

َُبرصلاوَِةبيِصلماََىلعَُبرصلا

َ للهاِءاضقَىَلع

Wahai Ali: bagi penyabar ada tiga tanda: ṣabar untuk taat terhadap Tuhanyan Allah swt., ṣabar terhadap muṣībah, dan sabar terhadap ketetapan Allah swt.

Jadi makna ṣabar

َ

(

برص(

tidak melulu mengenai ujian dan cobaan. Tetapi makna sabar juga tercakup dalam hal menjalankan ketaatan dan menerima ketetapan. Selain itu, makna ṣabar yang lain disebutkan juga yaitu ṣabar

َ

(

برص(

dalam menghindari kemaksiatan.

Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat dijelaskan bahwa kesabaran itu menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat, dan pahit, yang harus diterima dan dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Allah Subhanahu Wataala, Juga dengan tegas menyuruh kepada orang-orang mukmin agar selalu ber ṣabar seperti pada QS. Ᾱli ᾿Imran/

)

3

(

:200:

ََّللاَاوُقَّ تاَوَاوُطِباَرَوَاوُرِباَصَوَاوُِبررصاَاوُنَمآََنيِذَّلاَاَهُّ يَأاَي

ََه

ََعَل (ََنوُُِلرُْ تَرَُُّْل ۰۲۲

)

“wahai orang-orang mukmin kalian harus bersabar dan memperkuat lagi sabar itu dan haruslah tetap waspada serta bertakwalah kepada Allah, supaya kalian menjadi orang yang beruntung. (QS. Ᾱli ᾿Imran/

)

3

(

:200

Pada pemahaman Ayat diatas selain menegaskan untuk ṣabar juga menganjurkan Ṣābirū

َ ) َ ا َورباص

) artinya ber

َ

ṣabar dalam pergauln ketika berhadapan dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan kita. Kesabaran

5 Sopyan Hadi, konsep ṣabar dalam al-qur’an, J. Madani., Vol. 1, No. 2, September 2018 (473- 488)

(8)

20

harus di hadapi dengan kesabaran pula, di karenakan siapa di anataranya yang lebih sabar dan lebih bertahan lama dalam menghadapi kesulitan, maka dialah pemenag yang sebenarnya.6

ََعَمََهَّللاََّنِإَِة َلاَّصلاَوَِربرَّصلاِبَاوُنيِعَترساَاوُنَمآََنيِذَّلاَاَهُّ يَأاَي (ََنيِرِباَّصلاَ

) 351

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” QS. Al-Baqarah(2) : 153

َ

B. Makna Muṣībah dalam al-Qur’an

Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, kata Muṣībah (

ةبيصم

) di dalam al-Qur’an disebut sebanyak sepuluh kali7 dianataranya, yaitu:

Dalam . QS al-Baqarah/2: 155-156. Allah swt. menyebutkan berbagai macam muṣībah yang akan ditimpakan kepada manusia sebagai ujian dalam kehidupan di dunia, yaitu: ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah- buahan.

َرَُُّْنَوُلر بَنَلَو

َ ءريَشِب َ

ََنِم َ

َِفروَرلْا َ

َِعوُرلْاَو َ

َ صرقَ نَو َ

ََنِم َ

َِلاَورمَرلْا َ

ََرلْاَو َ

َِ ُْر ن

َِتاَرَمَّثلاَو

َِرِّشَبَو َ

ََنيِرِباَّصلا َ (

٥١١

ََنيِذَّلا َ) اَذِإ َ

َرُْهر تَ باَصَأ َ

َ ةَبيِصُم َ اوُلاَق َ

َ اَّنِإ

َََّلِل اَّنِإَو َِهَ

َِهريَلِإ َ

ََنوُع ِجاَر َ

َ ) ٥١١ (

Kata muṣībah (

ةببيصم

) dengan segala bentuk kata jadiannya digunakan dalam al-Qur’an sebanyak 77 kali, yang tersebar pada 56 ayat, di 27 surah. 33 kali dalam bentuk kata kerja lampau fi’il maḍi, (

ضامَلعف

) 32 kali dalam bentuk kata kerja sekarang fi’il muḍari’,

) عراضمَ لعف(

dan 12 kali dalam bentuk kata benda (isim).8 Dari segi leksikal, kata muṣībah (

ةببيصم

) berarti ibtalāhu bi al-maṣāib liyuṣībahu ‘alaiha wa huwa al-amr al-makruh yanzilu bi al-insan

َ بئاصلماب َ هلاتبا ( )ناسنلاابَ لزنيَ هورُلماَ رملااَ وهوَ هبيصيل

9 (ujian yang menimpa manusia atau yang serupa atasnya, yakni segala hal yang negatif yang datang menimpa manusia).

C. Persamaan dan perbedaan dua mufassir dalam QS.Al-baqarah (2) 153-157

Setelah penulis menganalisa ternyata dalam menafsirkan QS. Al-Baqarah (2) 153-157 antara Prof. Wahbah Az-zuhaili dan Prof. Quraish Shihab terdapat kesamaan dan perbedaan. Kesamaan antara kedua mufasir dalam menafsirkan

6 M. Quraish Shihab, op.cit., Vol 2, h. 323.

7 Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an (Cet. III; Jakarta: Amzah, 2008), h. 204.

8 Fu’ad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim, (Bairut: Dar alFikr, 1401 H/ 1981 M), h. 415-416.

9 Abual-Fadl Jamal al-Din Muhammad bin Mukrim bin Manzur, Lisan al-‘Arab, h. 24

(9)

21

lafaż (

برصلا

) Aṣ-ṣabru yaitu keduanya sama-sama mengartikan ṣabar sebagai penguat jiwa agar mampu menghadapi kenyataan hidup yang penuh cobaan dan derita. Dan juga keduanya sama-sama mengartikan ṣabar sebagai sarana meraih kebahagian di dunia dan akhirat dengan bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dalam beribadah, dan menjauhi larangan-laranganya, dengan menjauhi dari perbuatan maksiat.

Kemudian menurut penulis perbedaan antara keduanya dalam memahami kata ṣabar (

برص

) antara Quraisy Shihab dan Wahbah az-Zuhaili. Menurut prof.

Quraisy Shihab bahwa ṣabar yang paling tinggi kedudukanya adalah ṣabar ketika mempertahankan kebenaran dalam beragama walaupun harus menghadapi kematian dalam mempertahankan prinsip aqidahnya, sehingga pada ayat berikutnya Allah menyinggung tentang keadaan orang-orang mu’min yang meninggal dunia dalam peperangan melawan orang-orang kafir, bahwa sesungguhnya mereka tidak mati bahkan mereka masih hidup dan selalu mendapat rizqi dari sisi Allah.

Sedangkan Prof. Wahbah az-Zuhaili berpendapat bahwa ṣabar yang sebenarnya adalah ṣabar dalam berusaha mendapatkan petunjuk kebenaran dan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat untuk meraih kebahgiaan dunia akhirat, dan selalu ṣabar dalam menjalankan ibadah kepada Allah, sehingga pelakunya di sebut

‘ȃbid, dan berṣabar dari perbebuatan ma‘siat.dan pelakunyadi sebut mujahid.

ṣabar yang paling besar pahalanya adalah orang bisa bertahan ketika mendapat musibah yang pertama.

Kemudian dalam masalah muṣībah Quraisy Shihab berpendapat bahwa muṣībah terbesar adalah kegagalan dalam menghadapi cobaan, khususnya dalam kehidupan beragama, Takut menghadapi ujian adalah pintu kegagalan dalm menghadapi muṣībah. Dan menurut Quraisy Shihab kunci rahasia mengahdapi muṣībah adalah mengucapkan kalimat Innȃ lillȃhi wainnȃ ilaihi rȃji‘ȗn sehingga muṣībah itu akan terasa ringan dan hati akan merasa tenang karena di kembalikan kepada Allah SWT. Sedangkan Wahbah az-Zuhaili menyatakan bahwasanya muṣībah adalah segala hal yang menyakitkan jiwa, harta, atau keluarga.

Kemudian pada akhir ayat di tutup dengan

َ)نيربا صلاَعمَللهاَنا(

di artikan oleh Quraisy Shihab bahwa Allah bersama-sama orang-orang yang ṣabar

Di situ menjelaskan bahwa jika seseorang ingin bisa mengatasi penyebab kesedihan atau kesulitannya, maka ia harus bersama Allah dalam setiap langkahnya. la harus bersama Allah dalam setiap kesulitannya, dan dalam perjuangannya. Ketika itu, Allah Yang Maha Mengetahui, Maha kuat, lagi Maha Kuasa pasti akan menolongnya, karena Dia selalu bersama hamba-Nya. Tanpa itu

(10)

22

semua, kesulitan tidak akan teratasi bahkan tidak mustahil kesulitan akan tambah besar karena bisikan ṣeṭan dan pengaruh nafsunya sendiri. Karena itu kesabaran sangat di perlukan untuk membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan, maka manusia tidak boleh berputusasa, atau terbawa kesedihan oleh petaka yang dialaminya, ia harus berjuang dan berjuang. Memperjuangkan kebenaran, dan menegakkan keadilan.

Sedangkan Menurut Prof. Wahbah Aaz-Zuhaili lafadz (

برصلا

) Aṣ-ṣabru artinya mengukuhkan jiwa agar kuat menanggung derita. Menahan diri dari segala bentuk kesulitan, tabah dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak di sukai dan di benci. Maksud dari ayat tersebut” mintalah pertolongan kepada Allah untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan cara bersabar dalam menjalankan ibadah kepada Allah, serta bersabar dari perbuatan maksiat, orangnya di sebut mujahid (

َ دهامج

) dan masih menurut Wahbah az-Zuhaili kenapa Allah menyebutkan secara khusus lafaż ṣabar (

برص

) di sini, karena ia adalah faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap jiwa, sedangkan ṣalat (

ةلاصلا

) di sebutkan karena ia adalah amal fisik yang paling besar pengaruhnya terhdap manusia sebab dengan ṣalat manusia terputus hubunganya dengan dunia dan ia menhadapkan diri kepada Allah dengan khusyu’.

Kemudian menurut Quraish Shihab dalam memaknai lafaż ṣalat (

ةلاصلا

)

kenapa Allah secara khusus menyebutkan ṣalat di sandingkan dengan ṣabar karena ia berulang-ulang di kerjakan dan nilanya sangat agung. Dalam bahasa arab, ṣalat artinya doa, kalau dari malaikat, ia bermakna istigfar; sedang kalau dari Allah ia bermakna rahmat.

Menurut Wahbah az-Zuhaili lafaż (

ُْنولبنلو

) di artikan; sungguh akan kami uji kalian. Kata ini berasal dari kata al-ibtila, (

ءلاتبلاا( َ

yang artinya: ujian untuk mengetahui kedaan orang yang di uji. Yang dimaksud dengan firman ini adalah kami akan memberi kalian cobaan untuk menguji keadaan kalian, dengan rasa khauf (

فولحا

) takut kepada musuh, penyakit, (

عولْاو

) Paceklik, sulitnya perekonomian, di phk. (

لاوملااَ نم َ صقنو

) kekeurangan harta karena rusak, bangkrut. (

ْنلااو

) kekurangan jiwa karena terbunuh, meninggal karena terkena penyakit. (

تارمثلاو

) kekurangan buah-buahan karena terserang hama (

نيرباصلاَرشبو

)

dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang ṣabar menghadapi ujian bahwa mereka akan masuk surga.10

Sedangkan menurut Quraisy Shihab lafaż

َرَُُّْنَوُلر بَنَلَو

“Sungguh, Kami pasti akan terus menerus menguji kamu” ini mengisyaratkan bahwa hakikat kehidupan

10 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2013), Jilid 1 (Juz 1-2), Cet I, hal. 298

(11)

23

dunia, antara lain ditandai oleh keniscayaan adanya cobaan yang beraneka ragam.

Ujian atau cobaan yang dihadapi itu pada hakikatnya kecil, sedikit, sehingga sebesar apapun cobaan itu akan terlihat kecil apabila di bandingkan dengan imbalan pahala yang akan di terimanya kelak.11, sehingga setiap orang yang diuji akan mampu memikulnya jika ia menggunakan logikanya untuk berfikir tentang betapa besar nikmat dan karunia Allah yang kita terima. Ini tidak ubahnya dengan ujian pada lembaga pendidikan. Soal-soal ujian disesuaikan dengan tingkat pendidikan masing-masing. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin berat soal ujian. Begitu pula Semakin tinggi derajat seseorang di sisi Allah maka semakin berat ujianya.

D. Relevansi penafsiran dari QS. al-baqarah ayat 153 -157 dengan kehidupan sekarang.

Setelah penulis mempelajari penafsiran dari dari dua muafassir Prof.

Wahbah az-zuhaili dan Prof. Quraisy Shihab. Selanjutnya penulis bisa menganalisa lebih detail pendapat siapa yang lebih relevan / tepat untuk di terapkan pada masa-masa sekarng ini, di mana saat ini umat manusia sedang di uji kesabaranya dengan berbagai muṣībah,di antaranya adanya wabah virus covid 19, di tambah dengan adanya pemberitaan yang simpang siur sehingga rakyat semakin bingung, banyaknya orang-orang meninggal dunia yang melanda seluruh negara di dunia termasuk indonesia.

Maka sikap kita sebagai seorang muslim dalam menghadapi muṣībah yang sedang melanda saat ini adalah minta pertolongan kepada Allah dengan bersabar dan berdoa yang di sertai ikhtiar lahir maupun batin, sebagaimana pendapat Quraisy Shihab bahwa segala sesuatu yang menjadikan kita susah dan sedih itu adalah muṣībah termasuk keadaan sekarang ini yng menjadikan semua orang mengalami kesusasahan yang di akibatkan adanya pandemi, sehingga sulit mencari pekerjaan, ekonomi , banyak yang sakit bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia.

Dari pemaparan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendapat yang relevan dengan saat sekarang adalah pendapat Prof. Quraisy shihab yang berpendapat bahwa ṣabar adalah penolong untuk menghadapi cobaan dan segala bentuk kesulitan, Karena ṣabar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menghadapi kehidupan sehari-hari yang penuh dengan ujian dan cobaan.

Kita di minta untuk selalu ṣabar dan tabah kapan dan dimana saja, karena hanya dengan ṣabar itulah kita mampu menjalani kedaan yang di hadapi saat ini

11 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,(Jakarta:Lentera hati,2002) vol. 01, 364

(12)

24

walaupun sesulit apapun, termasuk dalam menghadapi masa pandemi covid 19 sekarang ini. Ada banyak hal yang harus dihadapi dengan sikap ṣabar salah satu di antaranya ketika di timpa muṣībah maka harus di hadapi dengan ṣabar dan kita kembalikan kepada Allah SWT. Dengan mengucapkan kalimat istirja’ Sambil mengahayati makna dari kalimat tersebut sehingga kita akan sadar bahwa sebenarnya kita milik Allah dan psti akan kembali kepada Allah SWT. Denagn begitu hati akan menjadi lebih tenang dan riḍa dengan semua ketetapan Allah.

Selanjutnya yang berkaitan dengan muṣībah Allah SWT. Bersumpah:

demi Allah kami akan memberikan cobaan kepada kalian wahai orang-orang yang beriman, dengan rasa takut kepada musuh, kelaparan yang di sebabkan paceklik, kekeringan, hilanya nyawa, banyaknya kematian akibat peperangan atau di sebabkan penyakit yang menimpa mereka. Dan semua itu Allah ceritakan agar hati kaum muslimin merasa lega dan tenang dalam menghadapi kejadian-kejadian yang menimpa mereka di masa depan dan agar mereka rela dengan taqdir Allah, apabila mereka terkena muṣībah seperti adanya wabah penyakit menular yang menimpa mereka karena sakit atau peperangan. sehingga pada akhir ayat di tutup dengan

َ)نيرباصلاَعمَللهاَنا(

di artikan oleh Quraisy Shihab bahwa Allah bersama- sama orang-orang yang ṣabar.

Di atas menginformasikan bahwa jika seseorang ingin bisa mengatasi semua masalah ujian atau cobaan yang sedang dihadapi, maka ia harus menyertakan Allah dalam setiap langkahnya, setiap gerakanya, la harus bersama Allah dalam menghadapi kesulitannya, dan dalam perjuangannya. Ketika itu, Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Perkasa, lagi Maha Kuasa pasti akan membantunya, karena Dia pun telah bersama hamba-Nya. Tanpa kebersamaan itu, kesulitan tidak akan teratasi bahkan tidak mustahil kesulitan akan bertambah besar oleh bisikan setan dan nafsu

. Kesimpulan

Berdasarkan analisis penulis terhadap penafsiran Prof. Wahbah az-Zuhaili dan Prof, Quraisy Shihab pada tafsir al-munir dan tafsir al-misbah pada QS. Al- baqarah :153-157, dapat kami simpulkan sebagai berikut:

Di dalam penafsiran Prof. Wahbah az-Zuhaili dan Prof, Quraisy Shihab dalam tafsir al-munir dan tafsir al-misbah pada QS. Al-baqarah :153-157 ada kesamaan dan perbedaan dalam memahami makna ṣabar dan muṣībah, Menurut Quraisy Shihab ṣabar tertinggi adalah ṣabar dalam rangka berusaha untuk mempertahankan suatu kebenaran agama walaupun sampai nyawa jadi taruhanya.

(13)

25

Dan muṣībah terbesar menurut Quraisy Shihab adalah kegagalan dalam menghadapi muṣībah itu sendiri.

Sedangkan menurut Wahbah az-Zuhaili ṣabar yang tertinggi adalah ṣabar dalam rangka usaha untuk mendapatkan kebenaran dalam beragama, yang terkait akidah dan prinsip kebenaran. Dan menurut Wahbah az-Zuhaili muṣībah adalah segala sesuatu yang menjadikan seseorang susah, seperti adanya kelaparan, kematian. sehingga kita bisa membuat perbandingan diantara pendapat kedua mufassir dan mana yang lebih tepat untuk di terpakan pada saat ssat sekarang ini.

Sehingga dari pendapat kedua mufassir, menurut analisis penulis bahwa yang lebih relevan dengan saat sekarang adalah pendapat Prof Quraisy Shihab.

Di dalam Al-Qurˈan banyak ditemukan perintah untuk ṣabar dalam menghadapi problem kehodupan sehari-hari, karena dengan ṣabar bisa membent k manusia yang lebik bijak dan dewasa. al-Quran juga mengajak manusia untuk berhias diri dengan kesabaran karena dengan ṣabar akan menjadi manusia yang kuat dalam menghadapi segala macam ujian dan cobaan yang di alami dalam kehidupan di dunia dan menguatkan jiwa untuk mendekatkan diri pada sang Pencipta.

(14)

26

DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 181.

Muh.Fajrul Munawir, Konsep sabar dalam Al-Qur’an pendekatan tafsir tematik tesis diterbitkan,jogjakarta, Program Pascasarjana UIN sunan Kalijaga 2005

SuharsimiArikunto,”Prosedur penelitian:Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta:PT.Rineka Cipta,1998), hal.40.

Sopyan Hadi, konsep ṣabar dalam al-qur’an, J. Madani., Vol. 1, No. 2, September 2018 (473-488)

Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an (Cet. III; Jakarta: Amzah, 2008), h.

204.

Fu’ad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim, (Bairut:

Dar alFikr, 1401 H/ 1981 M), h. 415-416.

Abual-Fadl Jamal al-Din Muhammad bin Mukrim bin Manzur, Lisan al-‘Arab, h.

24.

Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta:

Gema Insani, 2013), Jilid 1 (Juz 1-2), Cet I, hal. 298

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa menurut Ibn Kathir dan Wahbah Zuhaili dalam menafsirkan ayat 282 dari surat al-Baqarah yakni kewajiban menulis dalam

Ibid., hlm.. yang difanatikinya, yakni Syafi‟i. Dan sesungguhnya kefanatikan madzhab adalah pedang yang sangat tajam maka banyak ulama yang menolong madzhab. Pada

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah dengan Hamka dalam Tafsir al-Azhar terhadap kata Isjudū li Ādama dalam surat al-Baqarah ayat 34 dan al-Kahfi ayat 50 dilakukan atas

Secara ringkas, mengutip dari berbagai definisi dan arti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian al-z}an disini adalah prasangka atau tuduhan terhadap

Maka akan melahirkan pemahaman yang rasional dan komprehensif, di samping itu tafsir al-Azhar dengan corak kontekstual adalah metode penafsiran yang paling dekat

Dari beberapa pemaknaan penulis menyimpulkan bahwa tabayyun ini memiliki definisi arti mencari kejelasan, yakni menjelaskan dengan tampak dan tidak ada kesalahan

Khalîfah fil ardhi itu (dimulai dengan Nabi Adam `alaihissalam) adalah manusia baru. Nabi Adam dan Siti Hawa Diciptakan langsung oleh Allâh dengan Kedua TanganNya, bukan

Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka 103 Sesungguhnya orang-orang munafik itu pada tempat atau tingkat yang paling bawah dari neraka yakni bagian