• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN DIAGNOSA

MEDIS POST OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI LETAKSUNGSANG DI RUANG MAWAR KUNING

RSUD BANGIL PASURUAN

Oleh:

FITRI HIDAYATI NIM : 1601009

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2019

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI LETAK

SUNGSANG DI RUANG MAWAR KUNING RSUD BANGIL PASURUAN

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh:

FITRI HIDAYATI NIM : 1601009

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2019

(3)

Nama : Fitri Hidayati

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Diagnosa Medis Post Op Sectio Caesareaa Dengan indikasi Letak Sungsang Di Ruang Mawar Kuning RSUD Bangil

Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal: 24 Juni 2019.

Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes Ns.Riesmiyatiningdyah, M.Kes NIDN. (0703087801) NIDN.(0725027901)

Mengetahui, Direktur

Akademi Keperawatan Kerta Cendekia

Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes NIDN. (0703087801)

ii

(4)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fitri Hidayati

NIM : 1601009

Tempat,Tanggal lahir : Gresik, 22 Agustus 1998

Institusi : Akademi keperawatan kerta cendekia

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini berjudul : “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI LETAK SUNGSANG DI RUANG MAWAR KUNING RSUD BANGIL”adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan ,kecuali dalam bentuk kutipan yang telah di sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apa bila pernyataan ini tidak benar ,saya bersedia mendapat sanksi .

Sidoarjo, 20 Juni 2019 Yang menyatakan

Fitri Hidayati

Pembimbing 1 pembimbing 2

Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes Ns.Riesmiyatiningdyah, M.Kes NIDN. (0703087801) NIDN.(0725027901)

iii

(5)

Telah diuji dan disetujui oleh tim penguji pada sidang di program D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : 20 Juni 2019

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : Ns. Meli Diana, S.Kep., M.Kes ...

Anggota : 1. Ns.Riesmiyatiningdyah,M.Kes ...

2. Agus Sulistyowati, S.Kep,M.Kes ...

Mengetahui, Direktur

Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep,M.Kes (NIDN. 0703087801)

xiv

(6)

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.K Dengan Diagnosa Medis Post Op Sectio Caesareaa Dengan indikasi Letak Sungsang Di Ruang Mawar Kuning RSUD BANGIL” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik.

2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga semua bisa berjalan lancar.

3. Kakak tercinta yang selalu mendukung dan membiayai saya sampai saat ini.

4. Teman - teman yang saya sayangi Nanda, Nora, Nadia, Ikhwan, Bagus, Doni, Dodik, Yusuf yang selalu menemani saya dalam suka maupun duka.

5. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

6. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing 1 dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah

7. Ns.Riesmiyatiningdyah, M.Kes selaku pembimbing 2 dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah

8. Hj. Muniroh Mursan, Lc selaku petugas perpustakaan yang telah membantu dalam kelengkapan literature yang dibutuhkan

9. Pihak – pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu

iv

(7)

kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi keperawatan.

Sidoarjo, 23 Mei 2019

Penulis

v

(8)

Mulailah Dari Tempatmu Berada. Gunakan Yang Kau

Punya. Lakukan Yang Kau Bisa.

Arthur Ashe.

vi

(9)

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya hunturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

Kakak dan Ibu saya yang telah memberikan dukungan moral maupun materi serta do’a, dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja tak kan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah perembahan bakti dan cintaku untuk kalian Kakak dan Ibu saya.

Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan sayamenjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

Teman-teman saya yaitu Nora, Naput, Bagus, Ikhwan, Doni, Dodik, Yusuf, Nanda yang sudah mau menemani saya di saat senang maupun duka.

vii

(10)

Sampul Depan ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Metode Penulisan ... 5

1.5.1 Metode ... 5

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.5.3 Sumber Data ... 5

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Penyakit ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Etiologi ... 9

2.1.2.1 Etiologi yang Berasal dari Ibu ... 9

2.1.2.2 Etiologi yang Berasal dari Janin ... 10

2.1.3 Indikasi ... 10

2.1.3.1 Indikasi Ibu ... 10

2.1.3.2 Indikasi Janin ... 11

2.1.3.3 Indikasi Ibu dan Janin ... 11

2.1.4 Kontra Indikasi ... 12

2.1.5 Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea ... 13

2.1.6 Komplikasi ... 15

2.1.7 Persiapan Pra Bedah ... 17

2.1.7.1 Persiapan Penderita ... 17 viii

(11)

2.1.8 Perawatan Pasca Operasi ... 19

2.1.8.1 Perawatan Luka Insisi19 2.1.8.2 Pemberian Cairan 19 2.1.8.3 Diet 19 2.1.8.4 Nyeri 20 2.1.8.5 Mobilitasi 20 2.1.9 Dampak Masalah ... 21

2.2 Konsep Letak Sungsang ... 21

2.2.1 Pengertian Letak Sungsang ... 21

2.2.2 Etiologi Letak Sungsang ... 22

2.2.3 Manifestasi Letak Sungsang ... 23

2.2.4 Diagnosa Banding ... 23

2.2.5 Komplikasi Pada Ibu ... 24

2.2.5.1 Komplikasi pada Janin 25 2.2.6 Pemeriksaan Penunjang ... 26

2.2.6.1 Pemeriksaan Laboraturium 26 2.2.6.2 Mikroskopik 26 2.2.6.3 Pemeriksaan Ultrasonografi 26 2.2.7 Pencegahan ... 27

2.2.8 Penatalaksanaan ... 27

2.2.9 Dampak Masalah ... 29

2.3 Konsep ASKEP Post SC Indikasi Letak Sungsang ... 29

2.3.1 Pengkajian ... 29

2.3.1.1 Pengumpulan Data 30 2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik 31 2.3.2 Analisa Data ... 34

2.3.3 Diagnosa Keperawatan ... 34

2.3.4 Intervensi ... 34

2.3.5 Implementasi ... 40

2.3.6 Evaluasi ... 42

2.4 Kerangka Masalah ... 43

BAB 3 Tinjauan Kasus ... 45

3.1 Pengkajian ... 45

3.1.1 Identitas ... 45

3.1.2 Identitas Penanggung jawab ... 45

3.1.3 Riwayat Keperawatan ... 46

3.1.3.1 Keluhan Utama 46 3.1.3.2 Riwayat masuk Rumah Sakit 46 3.1.4 Riwayat Obstetri ... 46

ix

(12)

3.1.4.3 Genogram 47 3.1.4.4 Persalinan Sekarang 47

3.1.5 Riwayat keluarga berencana ... 50

3.1.6 Riwayat Kesehatan ... 50

3.1.7 Riwayat Lingkungan... 51

3.1.8 Aspek Sosial ... 51

3.1.9 Pola Kebiasaan Yang Memepengaruhi Kesehatan ... 51

3.1.10 Pemeriksaan Fisik ... 52

3.1.10.1 Keadaan Umum 52 3.1.11 Pemeriksaan Diagnostik ... 55

3.1.12 Terapi ... 56

BAB 4 Pembahasan ... 69

4.1 Pengertian ... 69

4.2 Diagnosa Keperawatan ... 73

4.2.1 Diagnosa Keperawatan ... 73

4.2.2 Diagnosa Keperawatan ... 73

4.2.3 Diagnosa Keperawatan ... 73

4.2.4 Diagnosa Keperawatan ... 74

4.2.5 Diagnosa Keperawatan ... 74

4.2.6 Diagnosa Keperawatan ... 74

4.2.7 Diagnosa Keperawatan ... 74

4.3 Intervensi ... 75

4.4 Evaluasi ... 76

BAB 5 Penutup ... 77

5.1 Kesimpulan... 77

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 83

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Studi Kasus ... 84

Lampiran 2 Surat Balasan Pengambilan Studi Kasus ... 85

Lampiran 4 Lembar konsultasi Pasca Proposal ... 86

x

(13)

No Lampiran Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Studi Kasus ... 83

Lampiran 2 Surat Balasan Pengambilan. Studi Kasus ... 84

Lampiran 3 Informed Consent ... 85

Lampiran 4 Lembar Konsultasi ... 86

Lampiran 5 Format Pengkajian Pada Ibu Hamil Post Operasi ... 87

xi

(14)

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.3 Diagnosa banding Letak Sungsang ... 21

Tabel 2.4 Perencanaan keperawatan Post SC indikasi Letak sungsang ... 31

Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu ... 47

Tabel 3.2 Genogram 3 Generasi ... 47

Tabel 3.3 Pemeriksaan Diagnostik ... 55

Tabel 3.4 Analisa Data ... 57

Tabel 3.5 Rencana Tindakan Keperawatan ... 60

Tabel 3.6 Implementasi Keperawata ... 63

Tabel 3.7 Catatan Perkembangan ... 65

Tabel 3.8 Evaluasi Keperawatan ... 67

xii

(15)

No Gambar Judul Gambar Hal 2.1 Kerangka Masalah ... 43

xiii

(16)

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Adapun pengeluaran hasil konsepsi yang lahir melalui jalan lahir yaitu partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. dan pengeluaran hasil konsepsi yang lahir melalui jalan lahir yaitu partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi sesarea. Operasi sesarea terjadi karena adanya masalah dalam proses persalinan letak sungsang. Dalam menghadapi persalinan letak sungsang yang terpenting adalah menentukan apakah anak akan lahir per vaginam atau harus dilahirkan dengan seksio sesarea. dilihat dari sudut anak, maka S.C adalah cara yang terbaik, oleh karena persalinan per vaginam bagi anak membawa angka kematian yang tinggi (Mochtar, 2012) Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian bawah (di daerah pintu atas panggul) (Sarwono,2010). Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah ( presentase bokong ).

Persalinan letak sungsang selalu menarik untuk dibicarakan. Sedangkan

1

(17)

Prognosa untuk ibu tidak berbeda jika dibandingkan dengan persalinan presentase kepala. Pada zaman dahulu orang beranggapan bahwa bayi sungsang itu bisa diatasi dengan memijat kepala ibu supaya kepala janin jatuh kebawah. Jika tidak ke dukun bayi biasanya ibu melakukan aktivitas seperti menyapu, mengepel, dan lain-lain. Tetapi pada zaman sekarang tidak dianjurkan untuk ibu melakukan pemijatan untuk mengubah posisi bayi karena dapat menyebabkan lilitan tali pusat. Jika ada bayi sungsang maka dokter akan menganjurkan untuk melakukan operasi SC untuk keselamatan ibu dan bayi.

(Rukiyah,2011)

Menurut WHO ( Word Health Organization) tahun 2010, dilaporkan kejadian sectio caesaria 5 kali dibandingkan tahun sebelumnya. Mengacu pada WHO, Indonesia mempunyai kriteria angka sectio caesaria standart antara 15- 20% untuk RS rujukan. Angka itu dipakai juga untuk pertimbangan akreditasi Rumah Sakit (Gondo,2015). Di Indonesia, meskipun survey Demografi dan Kesehatan tahun 1997 dan tahun 2002-2003 mencatat angka persalinan bedah sectio caesaria secara nasional hanya berjumlah kurang lebih 4% dari jumlah persalinan, berbagai survey dan penelitian lain menemukan bahwa presentase persalinan sectio caesaria di Rumah Sakit pemerintah adalah sekitar 20- 26%dari total persalinan, sedangkan di Rumah Sakit swasta jumlahnya sangat tinggiyaitu sekitar 30-80% total persalinan (Mulyawati dkk,2015). Tingkat persalinan Sectio Caesaria di indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun wakti5 tahun terakhir yang diwawancarai di 33 provinsi (RISKESDAS,2015). Angka kejaidian dari kehamilan letak sungsang berkurang mulai dari 20% pada usia kehamilan 28 minggu, hingga mencapai

(18)

3-4% saat usia kehamilan sudah aterm sehubungan dengan bayi yang secara spontan berputar untuk mencapai presentasi kepala ketika usia kehamilan semakin tua (Alston,2014). Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit RSUD Bangil pada 2017, kejadian Sectio Caesaria indikasi letak sungsang dari bulan januari 2017 sampai dengan bulan Desember di dapat total 25 kasus.

Etiologi tentang Post Op Sectio Caesaria dengan indikasi letak sungsang yaitu bayi kembar, terjadi CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion), Preeklamsi berat, faktor hambatan jalan lahir, kepala bayi tidak turun ke atas panggul, adapun faktor-faktor yang menyebabkan persalinan Sectio Caesaria menurut Caterini (2012) diantaranya usia ibu, letak sungsang, letak lintang, plasenta previa, gawat janin dan lain-lain. Selain faktor di atas (faktor medis) terdapat pula faktor lain yaitu akses terhadap layanan kesehatan, dan faktor-faktor yang tidak diketahui atau tidak diperkirakan, sehingga dapat meningkatkan persalinan dengan Sectio Caesaria. Pertolongan letak sungsang melalui jalan vagina memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Pada ibu hamil dengan letak janin sungsang ditambah lagi dengan indikasi belum pernah Sectio Caesaria kehamilan sudah cukup bulan dan taksiran berat janin besar maka untuk ibu dianjurkan agar melakukan operasi Sectio Caesaria.

Ibu hamil yang mengalami bedah caesar akibat letak sungsang harus diberikan perawatan dan pengawasan yang itensif. Dari sinilah peran perawat sangat diperlukan. Perawat harus mampu memberikan perawatan yang komprehensif, Berkesinambungan, teliti dan penuh kesabaran. Dengan solusi penanganan klien dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien

(19)

tentang mobilisasi post Sectio Caesaria , merawat luka post Sectio Caesaria agar tidak terjadi infeksi.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Post SC dengan indikasi letak sungsang membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Post SC dengan indikasi letak sungsang di Ruang Bersalin RSUD BANGIL ? “

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Post SC dengan indikasi Letak sungsang di Ruang Bersalin RSUD BANGIL 1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji klien dengan Post SC dengan indikasi letak sungsang di Ruang Bersalin RSUD BANGIL

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa Post Sc dengan indikasi letak sungsang di Ruang Bersalin RSUD BANGIL 1.3.2.3 Merencanakan asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Post SC

dengan indikasi Letak Sungsang di Ruang Bersalin RSUD BANGIL 1.3.2.4 Melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Post Sc

dengan indikasi Letak Sungsang di Ruang Bersalin RSUD BANGIL 1.3.2.5 Mengevaluasiklien dengan diagnosa Post Sc dengan indikasi Letak

sungsang di Ruang Bersalin RSUD BANGIL

(20)

1.3.2.6 Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan klien dengan diagnosa Post Sc dengan indikasi Letak Sungsang di Ruang Bersalin RSUD BANGIL 1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1.4.1 Akademis hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien dengan Post Sc dengan indikasi letak sungsang

1.4.2 Secara praktis,tugas akhir ini akan bermanfaat bagi : 1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rs agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan klien dengan Post Sc dengan indikasi Letak Sungsang dengan baik.

1.4.2.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada klien dengan Post Sc dengan indikasi Letak Sungsang.

1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Post Sc dengan indikasi Letak Sungsang.

(21)

1.5 Metode Penulisan 1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien 1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data 1.5.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien 1.5.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, catatan medk perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi Keputusan

(22)

Studi keputusan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

1.6.1 Bagian awal, memuat halam judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, dan persembahan, kata pengantar, daftar isi

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut ini :

Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, sistematika penulisan studi kasus.

Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan Asuhan Keperawatan klien dengan diagnosa Post Sc dengan indikasi Letak sungsang serta kerangka masalah.

Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan evaluasi.

Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran 1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenal konsep penyakit dan asuhan keperawatan ibu dengan post SC dengan indikasi letak sungsang konsep penyakit akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada ibu post SC dengan indikasi letak sungsang dengan melakukan asuhan keperawataan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evalusi.

2.1 Konsep Sectio Caesaria

2.1.1 Pengertian SC (Sectio Caesaria)

Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani,2010).

Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak

lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. (Harry O & William R,2010)

2.1.2 Etiologi

Manuba (2011) Indikasi ibu dilakukan Sectio Caesaria adalah ruptur uteri iminen, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini.

Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi

8

(24)

4.000 gram. Dari beberapa faktor Sectio Caesaria diatas dapat diuraikan beberapa penyebab Sectio Caesaria sebagai berikut :

2.1.2.1 CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Dispropotion ( CPD ) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

2.1.2.2 PEB ( Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.

Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan parinatal paling penting dalam ilmu kebidanan, Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

2.1.2.3 KPD ( Ketuban Pecah Dini )

(25)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.

2.1.2.4 Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

2.1.2.5 Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

2.1.3 Manifestasi Klinik

Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu : Perawatan post operatif dan perawatan post partum. Manifestasi klinis Sectio Caesaria ( Doenges,2011), antara lain :

2.1.3.1 Nyeri akibat ada luka pembedahan

2.1.3.2 Adanya luka insisi pada bagian abdomen

2.1.3.3 Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

(26)

2.1.3.4 Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (Lokhea tidak banyak )

2.1.3.5 Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml

2.1.3.6 Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi baru

2.1.3.7 Biasanya terpasang kateter urinarius

2.1.3.8 Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar

2.1.3.9 Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah

2.1.3.10 Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler\

2.1.3.11 Pada kelahiran secara SC (Sectio Caesaria) tidak direncanakan maka biasanya kurang paham prosedur

2.1.3.12 Bonding dan Attachment pada anak yang dilahirkan.

2.1.4 Jenis- Jenis Sectio Caesaria

Secara umum tindakan Sectio Caesaria dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis (Mochtar R,2013) yaitu :

2.1.4.1 Sectio Transperitonealis Profunda

Merupakan pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan insisi di segmen bawah uterus.

1) Keunggulan / kelebihan cara ini antara lain sebagai berikut : (1) Perdarahan luka insisi tidak banyak

(27)

(2) Penjahitam luka lebih mudah

(3) Penutupan luka dengan reperitonital yang baik

(4) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritonium.

(5) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar di kemudian hari.

2) Kelemahan / kerugian adalah sebagai berikut :

(1) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat menyebabkan putusnya arteri uterina.

(2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

2.1.4.2 Sectio Korporal atau klasik insisi di buat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah dilakukan, hanya diselengga apabila ada halangan untuk melakukan Sectio Caesaria Transperitonialis Profunda misalnya, melekat erat uterus pada dinding perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan yang banyak.

1) kelebihan :

(1) Mengeluarkan janin lebih cepat

(2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

(3) Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal.

2) Kekurangan :

(1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik.

(2) Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.

(28)

2.1.4.3 Sectio Caesareal Peritoneal

Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini jarang di lakuakan. Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Sayatan memanjang (Longitudinal) 2) Sayatan melintang ( Transversal )

Berdasarkan saat dilakukan Sectio Caesaria dapat dibagi atas :

(1) Sectio Primer : Direncanakan pada waktu antenatal care.

(2) Sectio Sekunder : Tidak direncanakan terlebih dahulu sewaktu sulit.

2.1.5 Patofisiologi

Sc merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak sungsang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kongitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka

(29)

dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakuakan operasi pasien perlu dilakuakn anastesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anastesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anastesi janin sehingga kadang- kadang bayi lahir dalam keadaan Upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anastesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristalstik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mobilitas yang menurun maka peristalstik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi ( Saifuddin, Mansjoer & Prairohardjo,2012 )

2.1.6 Indikasi SC (Sectio Caesaria)

Indikasi Sectio Caesaria mrnurut Cuningham (2013) :

(30)

2.1.6.1 Riwayat Sectio Caesaria

Uterus yang memiliki jaringan perut dianggap sebagai kontraindikasi untuk melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi repture uteri. Risiko ruptur uteri meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan perut mnelintang yang terbatas disegmen uterus bawah, kemungkinan mengalami robekan jaringan perut simtomatik pada kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri beresiko mengalami kekambuhan, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.

2.1.6.2 Distosia Persalinan

Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat diproporsi antara bagian presentasi janin dan jal;an lahir, kelainan persalinan terdiri dari :

1) Ekspulsi ( Kelainan Gaya Dorong )

Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik ( disfungsi uterus ) dan kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala dua.

2) Panggul sempit

3) Kelainan presentasi, posisi janin.

4) Kelainan jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi turunnya janin,

5) Gawat janin

(31)

Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan janin, jika penetuan waktu sectio caesaria terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk Sectio Caesarea.

6) Letak Sungsang

Janin dengan presentase bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam dibandingkan dengan janin presentase kepala.

2.1.7 Kontra Indikasi SC (Sectio Caesaria)

Dalam praktik obstetri modern pada hakekatnya tidak terdapat kontra indikasi, meskipun demikian perlu diingat bahwa sectio caesaria dilakuakan untuk menyelamatkan ibu maupun janin, oleh sebab itu sectio caesaria dilakukan hanya dalam keadaan bila ada indikasi (Cunningham,2013).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

2.1.8.1 Hemoglobin atau hematokrit, untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

2.1.8.2 Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

2.1.8.3 Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah 2.1.8.4 Urinalisis/kultur urine

2.1.8.5 Pemeriksaan elektrolit (Manuaba,2010) 2.1.9 Penatalaksanaan 2.1.9.1 Pemberian Cairan

(32)

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa digunakan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

2.1.9.2 Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flaktus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan proral.

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

2.1.9.3 Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap sebagai berikut :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.

3) Hari ke dua post operasi, penderita dapat di dudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler).

(33)

5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai hari ke 5 pasca operasi.

2.1.10 Katerisai

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.

Kateter biasanya terpasang 24-48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

2.1.10.1 Pemberian obat-obatan

1) Antibiotik dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda setiap rumah sakit.

2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan.

3) Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan carbonasia seperti neurobian vit.C (1) Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.

(2) Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi dan pernafasan. (Manuba,2010)

(34)

2.2 Pengertian Letak Sungsang

2.2.1 Pengertian

Persalinan pada bayi dengan presentase bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (di daerah pintu atau panggul/simfisis). (Sarwono,2010)

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentase bokong). (Rukiyah,2010)

2.2.2 Etiologi letak sungsang

2.2.2.1 Dari sudut ibu

1) Multiparitas 2) Plasenta Previa 3) Panggul sempit

2.2.2.2 Dari sudut janin

1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat 2) Hidrosefalus atau anensefalus

3) Kehamilan kembar

4) Hidramnion atau oligohidraminionPrematuritas

(Wiknjosastro,2011)

2.2.3 Tanda dan Gejala

(35)

2.2.3.1 Keluhan umum yang sering dikatakan ibu dengan kehamilan letak sungsang adalah terasa penuh dibagian atas dan gerakan janin terasa lebih banyak dibagian bawah.

2.2.3.2 Pada pemeriksaan abdomen , tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba teraba di fundus uteri. Kadang- kadang bokong janin teraba bulat dan memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Auskultasi menunjukkan DJJ lokasinya setinggi atau sedikit lebih tinggi dari umbilikus.

2.2.3.3 Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letakknya tidak sejajar dengan jari jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. (Wiknjosastro,2012)

2.2.4 Kriteria Letak Sungsang

2.2.4.1 Letak bokong murni (frank breech) : bokong yang menjadi bagian depan kedua tungkai lurus ke atas.

2.2.4.2 Letak bokong kaki ( Complete breech) : di samping bokong teraba kaki, biasa disebut letak bokong kaki sempurna,jika di samping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna, jika di samping bokong teraba satu kaki.

(36)

2.2.4.3 Letak kaki ( incomplete presentation) : presentasi kaki (Rukiyah,2011)

2.2.5 Patofifiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala. Letrak sungsang atau letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada di ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan janin sebagian besar ditemukan dalam presentase kepala. (Winkjosastro,2012)

2.2.6 Diagnosa Banding

Kehamilan dengan letak sungsang dapat di diagnosa dengan kehamilan dengan letak muka. Pada presentase fisik dengan palpasi leopold masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut akan meraba tulang

(37)

rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau Rontgen sangatlah dapat dibedakan, (Manuba,2010)

2.2.7 Komplikasi

2.2.7.1 Komplikasi pada ibu 1) Perdarahan

2) Robekan jalan lahir 3) Infeksi

2.2.7.2 Komplikasi pada bayi Trias Komplikasi asfiksia, trauma persalinan, infeksi :

1) Asifikasi bayi dapat disebabkan oleh

(1) Kemacetan persalinan kepala, aspirasi air ketuban/lender (2) Perdarahan atau edema jaringan otak

(3) Kerusakan medulla oblongata (4) Kerusakan persendian tulang leher (5) Kematian bayi karena asfikasi berat 2) Trauma Persalinan

(1) Dislokasi fraktur persendian, tulang ekstermitas

(2) Kerusakan alat vital : limpa hati, paru-paru atau jantung

(3) Dislokasi fraktur perendian tulang leher, fraktur tulang dasar kepala, fraktur tulang kepala, kerusakan pada mata, hidung atau telinga, kerusakan pada jaringan otak. Infeksi dapat terjadi karena :

(38)

((1) Persalinan berlangsung lama

((2) Ketuban pecah pada pembukaan kecil

((3) Manipulasi dengan permeriksaan dalam ( Manuaba,2010)

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak plasenta, menentukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak. (Hanifa,2013)

2.2.9 Pencegahan

2.2.9.1 Melakukan senam hamil

2.2.9.2 Nutrisi selama hamil terpenuhi

2.2.9.3 Rutin memeriksaan kandungannya di bidan atau dokter kandungan

2.2.9.4 USG rutin

(39)

2.2.10 Penatalaksanaan

2.2.10.1 Penanganan sewaktu hamil

Karena kita tahu bahwa pragnosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar. Tujuannya adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala. Hal ini dilakukan pada primi dengan kehamilan 34 minggu, multi dengan usia kehamilan 36 minggu, dan tidak ada panggul sempit, gemeli, atau plasenta previa syarat :

1) Pembukaan kurang dari 5 cm 2) Ketuban masih ada

3) Bokong belum turun atau masuk P.A.P (pintu atas panggul) teknik : (1) Lebih dahulu bokong lepaskan dari P.A.P dan ibu berada

dalam posisi trendelennburg.

(2) Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong

(3) Putar ke arah muka / peut janin

(4) Lalu tukar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan di kepala

(5) Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi tensi, DJJ serta ketuban

2.2.10.2 Penanganan Pada Saat Persalinan

Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya ) dan manulalaid ( manual hilfe ). Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :

(40)

1) Fase 1 : Fase menunggu

Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi.

Bila tangan tidak menjungkit ke atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaliknya jangan dilakukan ekspresi kristeller, karema hal ini akan memudahkan terjadinya nechee arm.

2) Fase II : Fase untuk bertindak cepat

Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu dalam 8 menit, untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual.

2.2.10.3 Cara Melahirkan Bahu dan Lengan

1) Cara Klasik (Deventer)

Pegang bokong dengan menggunakan ibu jari berdampingan pada os sakrum dan jari lain dilipat paha. Kemudian janin ditarik kearah bawah, sehingga skapals berada dibawah simphisis, lalu lahirkan bahu dan lengan belakang, kemudian lengan depan.

2) Cara Lovset

Setelah sumbu bahu janin berada dalam ukuran belakang, tubuhnya ditarik kebawah lalu dilahirkan bahu serta lengan belakang.

Setelah itu janindiputar 90ᵒ sehingga bahu depan menjadi bahu belakang, lalu dikeluarkan seperti biasa.

(41)

3) Cara Mueller

Tarik janin vertikal kebawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu lengan depan bisa sepontan atau dikait dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki keatas lalu bahu lengan belakang dikait menyapu kepala.

4) Cara Bracht

Bokong ditangkap, tangan diletakkan pada paha dan sakrum, kemudian janin ditarik keatas. Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan multipara.

5) Cara Potter

Dikeluarkan dulu lengan dan bahu dengan menarik janin kebawah dan menekan dengan 2 jari pada skapula. Badan janin diangkat keatas untuk melahirkan lengan 2 jari pada skapula. Badan janin diangkat keatas untuk melahirkan lengan dan bahu belakang dengan menekan skapula belakang.

2.2.10.4 Melahirkan Kepala

1) Cara Mauriceau

Masukkan jari-jari dalam mulut (muka mengarah kekiri = jari kiri, mengarah ke kanan = jari kanan). Letak anak menunggang pada lengan sementara tangan lain memegang pada tengkuk, lalu tarik kebawah sampai rambut dan kepala dilahirkan.

Kegunaan jari dalam mulut, hanya untuk menambah fleksi kepala.

(42)

2) Cara De Snoo

Tangan kiri menandah perut dan dada serta 2 jari diletakkan di leher (menunggang kuda) tangan kanan menolong menekan diatas symphisis. Perbedaannya dengan mauriceau ialah disini tangan tidak masuk dalam vagina.

3) Cara Wigand Martin-Winckel

Satu tangan (Kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulai janin sedang jari tengah dan ibu jari pada rahang bawah.

Tangan lain menekan diatas simfisis atau fundus.

4) Cara Naujoks

Satu tangan memegang leher janin dari depan, tanagn lain memegang leher pada bahu, tarik janin kebawah dengan bantuan dorongan dari atas simfisis.

5) Cara Praque Terbalik

Dilakukan pada ubun-ubun kecil terletak sebelah belakang.

Satu tangan memegang bahu janin dari belakang. Tangan lain memegang kaki lalu menarik janin kearah perut ibu dengan kuat.

(Rustam Mochtar,2013) 2.2.11 Dampak Masalah

Dampak masalah yang terjadi pada letak sunsang adalah cedera lahir, infeksi akibat tingginya intervensi, hipoksia janin, hal ini dapat terjadi akibat propalps tali pusat atau kompresi, plasenta lepas sebelum waktunya. (Faser,2012)

(43)

2.3 Konsep Post Anasthesi

Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnyareflek (Smeltzer, S C, 2002). Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, danmenurut jenis kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai hilangnyakesadaran, sedangakan anestesi regional dan anestesi local menghilangya rasanyeri disatu bagian tubuh saja tanpa menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat &De Jong, 2012).

Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukanpembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh(Morgan, 2011)

2.3.1 Tujuan Anestesi

Menurut Brunton, dkk tahun 2011 perkembangan senyawa – senyawaanestesi disebabkan oleh tiga tujuan umum :

2.3.1.1 Meminimalkan potensi efek membahayakan dari senyawa dan teknik anestesI

2.3.1.2 Mempertahankan homeostatis fisiologis selam dilakukan prosedur pembedahan yang mungkin melibatkan kehilangan darah, iskemiajaringan, reperfusi jaringan yang mengalami iskemia, pergantian cairan, pemaparan terhadap lingkungan dingin, dan gangguan koagulasi.

2.3.1.3 Memperbaiki hasil pascaperasi dengan memilih teknik yang menghambat tau mengatasi komponen – komponen respons stres pembedahan, yang dapat menyebabkan konsekuensi lanjutan jangkapendek ataupun panjang.

(44)

2.3.2 Macam – Macam Anestesi

Menurut Potter & Perry tahun 2006, pasien yang mengalami pembedahan akan menerima anestesi dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut:

2.3.2.1 Anestesi Umum

Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.

2.3.2.2 Anestesi Regional

Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu. Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epiduralanestesi, kaudal anestesi. Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestes regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang tiba – tiba.

(45)

2.3.2.3 Anestesi Lokal

Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat anestesi menghambat konduksi saraf sampai obatterdifusi ke dalam sirkulasi. Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.

2.4 Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan suatu proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya.

Pengkajian dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat kelompok dan dianalisis untuk menegetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap keperawatan menurut (Dongoes,2012). Hasil pengkajian pada klien post op meliputi :

2.4.2 Pengumpulan Data

2.4.2.1 Indentitas

Di dalam identitas yang beresiko tinggi meliputi umur yaitu ibu yang mengalami kehamilan pertama dengan indikasi letak (primigravida), kehamilan dengan indikasi letak yaitu umur diatas 30 tahun (primiparatua), nama, no RM, sttus perkawinan, agama, pekerjaan, alamat, pendidikan.

(46)

2.4.2.2 Keluhan Utama

Pada kasus kehamilan letak sungsang keluhan yang dirasakan ibu adalah gerakan janin terasa lebih banyak bagian perut bagian bawah (Winknjosastro,2012).

2.4.2.3 Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, banyaknya, menstruasi teratur atau tidak, sifat darah, disminorhoe atau tidak (Prawirohardjo,2011).

2.4.2.4 Riwayat Hamil

HPHT : Dikaji untuk menghitung usia kehamilan dsn tsnggsl tafsiran persalinan (Winknjosastro,2011).

2.4.2.5 Riwayat Keluarga Berencana

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah menjadi akseptor KB atau belum, dan pada multigravida dianjurkan untuk menjarangkan kehamilan, dengan jumlah 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-3 tahun (Sujiatini dkk,2011).

2.4.2.6 Riwayat Kesehatan

Kesehatan yang pernah dialami klien, seperti mual, pusing, atau kencing-kencing dan lain-lain atau juga hipertensi, DM.

(47)

2.4.2.7 Riwayat Kehamilan Dahulu

Riwayat kehamilan premature, multi para, riwayat kelainan letak sungsang, hydramnion, placenta previa, panggul sempit beresiko untuk terjadi kelainan letak sungsang.

2.4.2.8 Pengkajian Nifas

Pada persalinan lalu apakah pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaanperineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respond an support keluarga.kontraksi kuat dan terletak di umbilikus

2.4.3 Pemeriksaan Fisik

2.4.3.1 Keadaan Umum

Biasanya pada pasien post op keadaan umumnya lemah.

2.4.3.2 Tanda-Tanda vital meliputi pemeriksan fisik, tekanan darah, sushu, pernafasan, nadi.

1) B1 (Breathing)

(1) Inspeksi : Bentuk dada simetris,pola nafas teratur, tidak ada retraksi otot bantu nafas.

(2) Palpasi : Vocal premitus terdapat getaran suara.

(3) Perkusi : suara perkusi resonan.

(4) Auskultasi : tidak ada suara tambahan.

(48)

2) B2 (Blood)

(1) Inspeksi : CRT (Capillary Refill Time) <2 detik.

(2) Palpasi : pulsasi kuat, nadi akan melambat sekitar 60 x/menit pada waktu selesai persalinan.

(3) Auskultasi : irama jantung kuat, bunyi jantung S1 (lub), S2(dub).

3) B3 (Brain)

(1) Inspeksi : Kesadaran composmentis, orientasi baik.

4) B4 (Bladder)

(1) Inspeksi : Menggunakan Kateter, warna urine kuning kemerahan, berbau amis, terdapat lochea rubra sekitar 90 cc.

5) B5 (Bowel) (1) Inspeksi -

(2) Palpasi : Kontraksi uterus bisa baik/tidak (3) Auskultasi : Bising usus melemah 5x/ menit 6) B6 (Bone)

(1) Inspeksi : tugor kulit elastis,, Terdapat luka post op masih dibalut, terdapat strie, abdomen mengecil, payudara menonjol, aerola hitam, putting menjol,warna kulit sawo matang atau kuning langsat, tidak ada oedema, kekuatan otot

5 5

4 4

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

(49)

7) B7 (Pengindraan)

(1) Inspeksi : Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang tidak ditemukan adanya kerusakan pengindraan.

8) B8 (Endokrin)

(1) Inspeksi : Pada pasien ibu hamil dengan indikasi letak sungsang tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar endokrin.

(Muttaqin,2011) 2.4.3 Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat mengembangkan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi pengalaman meliputi data subjektif dan data objektif (Perry dan Potter, 2012).

2.4.4 Diagnosa Keperawatan

2.4.4.1 Nyerib.d Terputusnya kontinuitas jaringan skunder akibat pembedahan

2.4.4.2 Resiko infeksi b.d proses pembedahaN

2.4.4.3 Konstipasi penurunan peristaltic b.d trauma skunder terhadap post op section caesarea.

2.4.4.4 Hambatanmobilitas fisik b.d adanya nyeri akibat insisi pembedahan

2.4.4.5 Defisit perawatan diri b.d kelemahan otot

(50)

2.4.5 Perencanaan Keperawatan

2.4.5.1 Diagnosa 1 : Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan nyeri berkurang, Dengan Kriteria Hasil : 1) Mampu mengontrol nyeri.

2) Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi, tanda nyeri)

3) Skala nyeri menurun

4) Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri 5) Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan

6) TTV dalam batas normal, S : 36-37ᵒC, TD : 120/80 mmHg, RR : 18-20x/menit, N: 80-100 x/menit.

Intervensi :

(1) Bina hubungan saling percaya.

R/ Dengan rasa percaya, pasien dapat mengungkapkan perasaannya sehingga akan mempermudah melakukan tindakan keperawatan.

(2) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuesi, kualitas, dan faktor presipitasi.

R/ Untuk mengetahui secara jelas tentang nyeri yang di alami pasien dan dapat melakukan tindakan management nyeri untuk mengatasi nyeri yang timbul.

(51)

(3) Berikan penjelasan pada pasien tentang nyeri dan penyebab nyeri.

R/ Memberi pemahaman nyeri pada pasien.

(4) Observasi TTV

R/ Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

(5) Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam.

R/ Penarikan nafas dalam secara perlahan-lahan dapat mengurangi rasa nyeri jika sewaktu-waktu muncul.

(6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik.

R/ Pemberian obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2.4.5.2 Diagnosa 2 : Resiko infeksi b.d proses pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien tidak terjadi infeksi. Dengan Kriteria Hasil:

1) Bebas dari tanda dan gejala infeksi.

2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.

3) Mampu untuk mencegah timbulnya infeksi.

Intervensi :

(1) Berikan penjelasan pada pasien tentang penyebab dan cara mencegah infeksi.

R/ Untuk mempermudah pasien agar dapat mencegah terjadinya infeksi.

(2) Kaji luka insisi pada abdomen.

(52)

R/ Untuk mengidentifikasi apakah keadaan luka sudah kering atau masih basah dan apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak, adanya pusatau tidak

(3) Ajarkan pada pasien untuk menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan, serta teknik rawat luka dengan antiseptic.

R/ Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang atau penyebaran organism infeksi.

(4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotic.

R/ Pemberian obat anti biotik dapat mencegah terjadinya infeksi.

2.4.5.2 Diagnosa 3 : Konstipasi b.d trauma skunder terhadap post op sectio caesaria

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan konstipasi tidak terjadi. Dengan Kriteria Hasil :

1) Bising usus normal

2) Tidak teraba massa abdomen 3) Frekuensi defekasi kembali normal

Intervensi :

(1) Observasi tanda dan gejala konstipasi R/ Untuk mengetahui perkembangan pasien.

(2) Monitor bising usus

R/ Untuk mengetahui adanya penurunan bising usus.

(3) Kaji feses : frekuensi dan konsistensi.

R/ Untuk mengetahui perkembangan pasien.

(53)

(4) Anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan banyak minum.

R/ Agar konsistensi padat dan mengurangi konstipasi.

(5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat laktasif.

R/ Pemberian obat laktasif dapat melunakkan feses sehingga tidak terjadi konstipasi.

2.4.5.3 Diagnosa 4 : Hambatan mobilitas fisik b.d adanya nyeri akibat insisi pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik.

Kriteria Hasil : 1) Keadaan umum baik.

2) Dapat beraktivitas secara mandiri.

3) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi.

Intervensi :

(1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk beraktifitas.

R/ Mengetahui tingkat kemampuan dalam melakukan aktifitas mandirinya.

(2) Berikan penjelasan pada pasien tentang pentingnya mobilisai dini post op section caesaria.

R/ Memberikan penjelasan pada pasien agar melakukan mobilisasi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya thrombosis.

(54)

(3) Anjurkan pasien untuk mobilitas dini : mika miki,duduk.

R/ untuk mempercepat pemulihan fisik serta untuk membantu flatulensi.

(4) Bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan.

R/ Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada pasien karena kebutuhan pasien terpenuhi serta mempermudah pasien untuk bermobilisasi.

(5) Evaluasi perkembangan dan kemampuan pasien dalam beraktivitas.

R/ Mengetahui kondisi umum pasien.

2.4.5.4 Diagnosa 5 : Devisit perawatan diri b.d kelemahan otot skunder.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene dengan,

1) Pasien dapan menjaga personal hygienenya.

2) Mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.

(1) Bina hubungan saling percaya.

R/ Dengan rasa saling percaya, pasien dapat mengungkapkan perasaannya sehingga akan mempermudah melakukan tindakan keperawatan.

(55)

(2) Berikan penjelasan tentang pentingnya perawatan diri.

R/ Agar pasien dapat memahami pentingnya perawatan diri.

(3) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam perawatan diri.

R/ Mengetahui kemampuan pasien dalam personal hygiene.

(4) Anjurkan dan libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien

R/ Keluarga merupakan orang terdekat yang paling penting dan tepat untuk masalah ini dan membuat pasien merasa lebih diperhatikan.

(5) Anjurkan pasien mengganti baju 1 hari sekali.

R/ Kebersihan dapat mencegah terjadinya penyebaran organisasi infeksius.

2.4.6 Implementasi

Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan, selama 2X24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa membina hubungan saling percaya kepada klien, mengkaji nyeri secara komprehensif, menjelaskan informasi tentang nyeri dan penyebab nyeri, mengobservasi TTV, melakukan teknik relaksasi dan distraksi, berkolaborasi pemberian obat analgesik.

Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan proses pembedahan, selama 2X24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa menjelaskan informasi tentang penyebab dan cara mencegah infeksi, memantau insisi pada abdomen, mengajarkan klien menjaga kebersihan

(56)

sekitar luka dan lingkungannya, merawat luka dengan antiseptik, berkolaborasi pemberian obat antibiotik.

Pada diagnosa konstipasi penurunan peristaltic berhubungan dengan trauma sekunder terhadap post op sectio caesaria, selama 2X24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa memantau tanda dan gejala konstipasi, memonitor bising usus, memantau feses frekuensi dan konsistensi, menganjurkan klien makan tinggi serat dan banyak minum,berkolaborasi pemberian obat laktasif.

Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri akibat insisi pembedahan, selama 2X24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa memantau tingkat kemampuan klien untuk beraktifitas, menjelaskan klien tentang pentingnya mobilisasi post op section caesaria, menganjurkan klien untuk mobilitas dini, membantu klien pemenuhan aktivitas sehari-hari, mengevaluasi perkembangan dan kemampuan klien.

Pada diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder, selama 2X24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa membina hubungan saling percaya ke klien, menjelaskan tentang pentingnya perawatan diri, memantau tingkat kemampuan klien dalam perawatan diri, menganjurkan dan libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygine klien, menganjurkan klien mengganti baju sehari sekali.

(57)

2.4.7 Evaluasi

Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan nyeri klien berkurang di tandai dengan mampu mengontrol nyeri, mampu mengenal nyeri, skala nyeri 0-1 (dari 0-10), dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri, kooperatif dengan tindakan yang dilakukan, TTV dalam batas normal.

Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan proses pembedahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan klien tidak terjadi infeksi di tandai dengan bebas dari tanda dan gejala infeksi, mendeskripsikan proses penularan penyakit faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, mampu untuk mencegah timbulnya infeksi.

Pada dignosa konstipasi penurunan peristaltic berhubungan dengan trauma sekunder terhadap post op sectio caesaria. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan konstipasi tidak terjadi di tandai dengan mempertahankan bentuk feses lunak, bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi, feses lunak dan berbentuk.

Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri akibat insisi pembedahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam di harapkan klien dapat meningkatkan mobilitas fisik di tandai dengan keadaan umum baik, dapat beraktifitas secara mandiri, mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi.

(58)

Pada diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan dapat memenuhi kebutuhan personal hygine di tandai dengan klien dapat menjaga personal hyginenya, mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu

(59)

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan maternitas dengan diagnosa medis post Op sectio Caesarea atas indikasi letak sungsang, post sectio caesarea hari ke-0 maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 06-09 januari 2019 dengan data pengkajian mulai tanggal 06 januari 2019 jam 19.00 WIB. Anamnese diperoleh dari pasien dan file register sebagai berikut.

3.1 Pengkajian

Tanggal masuk : 05 januari 2019 Jam Masuk : 08.20 WIB

Ruang/kelas :Nifas Kamar No : 06 (Mawar)

Pengkajian tanggal :06 januari 2019 Jam : 11.00

3.1.1 IDENTITAS PASIEN

Klien atas nama Ny.K berusia 30tahun, bersuku bangsa indonesia, beragama islam, mempunyai tingkat pendidikan SMA, bekerja sebagai Guru, beralamatkan di pandean rt/rw 02/06, sudah menikah.

3.1.2 IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Untuk penanggung jawab selama perawatan yaitu Ny.C berusia 24th, merupakan adik dari Ny.K, Berjenis kelamin perempuan, bersuku bangsa indonesia, beragama islam, berpendidikan SMA, bekerja sebagai karyawan swasta, beralamatkan di Dusun krajan, bersatus belum menikah.

45

(60)

3.1.3 RIWAYAT KEPERAWATAN

3.1.3.1 Keluhan Utama Op

: Pasien Mengatakan Nyeri pada luka post

3.1.3.2 Riwayat Masuk Rumah Sakit : Pasien mengatakan pada saat USG pada tanggal 04 januari 2019 dokter mengatakan bahwa letak janin pada posisi sungsang, sehingga dokter menyarankan untuk menjalani operasi Sectio Caesarea, hingga akhirnya pada pukul 08.00 pasien datang ke MNE RSUD bangil pada tanggal 05 januari 2019, Kemudian pasien dipindahkan ke ruang Nifas pada pukul 08.20 untuk persiapan operasi. Klien merasa lemas dan nyeri seperti ditusuk-tusuk pada luka post op, terjadi saat melakukan aktiuvitas, dengan skala nyeri 6.

3.1.4 RIWAYAT OBSETRI 3.1.4.1 Riwayat Menstruasi

1) Menarche: 12tahun 4) Siklus : Teratur

2) Banyaknya: ± 3xsehariganti 5) Lamanya: 7-8 hari 3) HPHT : 15 April 2018 6) Keluhan: Tidak ada

(61)

3.1.4.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu :

Tabel 3.1

Anak

Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak

Ke

Umur

N Us Penya Jen Penolo Penyu Laser Infek Pendarah Jeni B

kehami PJ

o ia kit is ng lit asi si an s B

lan

1 3 38 - SC RS Letsu - - - L 34 50

th minggu 00 c

m

2 01 38 - SC RS Letsu - - - L 32 48

har minggu 00 c

i m

3.1.4.3 Genogram

Gambar 3.2 Genogram Pada Pasien.

keterangan : Laki-Laki : Perempuan : Pasien : Meninggal :

Tinggal satu rumah :

Referensi

Dokumen terkait

• Perusahaan mengurangi jumlah karyawan untuk setiap divisi dan juga termasuk tenaga keamanan, parkir dan kebersihan. Tetapi penambahan ini akan selalu dilakukan secara

1. Impairment : a) Adanya kelemahan pada otot- otot wajah kiri b) Adanya penurunan fungsional wajah kiri. Functional of limitation : a) Adanya gangguan saat

Hal ini dikarenakan beberapa konsumen menyatakan bahwa kurang baiknya dari kualitas pelayanan diantaranya tercermin dari fasilitas fitnes yang tidak sesuai, pelayanan yang tidak

APLIKASI DATA MINING DENGAN MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES UNTUK PREDIKSI PENENTUAN RESIKO KREDIT PADA KOPERASI SIDO.. MAKMUR

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dibutuhkan pemahaman yang baik

Maka semakin tinggi persentase kepemilikan asing dalam suatu perusahaan , maka menunjukkan proses pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh pihak asing akan

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP) Dishubkominfo Kota Mataram Tahun 2015 yang merupakan uraian tentang capaian indikator kinerja kegiatan,

Sugiyono, 2011, „Pengaruh Variasi Kadar Amilum Biji Durian (Durio zibethius, Murr) Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tablet Paracetamol‟,