• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI MATRA DARAT, PESISIR DAN LAUT PADA TATA RUANG PROVINSI SUMATERA UTARA PASCA PENGESAHAN UNDANG-UNDANG NOMOE 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "INTEGRASI MATRA DARAT, PESISIR DAN LAUT PADA TATA RUANG PROVINSI SUMATERA UTARA PASCA PENGESAHAN UNDANG-UNDANG NOMOE 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

923

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

INTEGRASI MATRA DARAT, PESISIR DAN LAUT PADA TATA RUANG PROVINSI SUMATERA UTARA PASCA PENGESAHAN UNDANG-UNDANG

NOMOE 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA Oleh :

Matius Bangun

Universitas Darma Agung, Medan E-mail :

[email protected]

ABSTRACT

The origins of the progress of the government system in Indonesia, from the proclamation of Indonesian independence to the application of regional autonomy, have basically received special attention by the founders of the nation who agreed to use the concept of distributing authority in the administration of regional government by incorporating it into the Constitution. The purpose of this research is how changes in local regulations that already exist in North Sumatra Province after the ratification of Law no. 11 of 2020 Concerning Job Creation and What are the Implications (revised, revoked or made a new regional regulation with the passage of Law No. 11 of 2020 concerning Job Creation for Changes to Regional Regulations in North Sumatra. The results of this research are that North Sumatra Province will occur amendments to the Regional Regulation regarding Regional Regulation Number 2 of 2017 regarding the Spatial Concept of North Sumatra Province in 2017–2037 and Regional Regulation Number 4 of 2019 regarding the Zoning Concept of Coastal Areas and Small Islands of North Sumatra Province Year 2019–2039 as the linkages to the enactment of Law Number 11 of 2020 and the Linkages of the enactment of Law No. 11 of 2022 are the immediate formulation of the Regional Regulation Concept regarding Spatial Planning which integrates land, coast and sea as a reaction to the ratification of Law No. 11 of 2020 concerning Job Creation .

Keywords: Integration of Land, Coastal and Sea Dimensions in Spatial Planning ABSTRAK

Dalam asal usul kemajuan sistem pemerintahan di Indonesia dari diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia hingga aplikasi otonomi daerah pada dasarnya telah memperoleh atensi spesial oleh pendiri bangsa yang bersepakat dengan memakai konsep membagikan kewenangan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan memasukkannya ke dalam Undang- Undang Dasar. Tujuan Penelitian ini adalah Bagaimana perubahan peraturan daerah yang sudah ada di Provinsi Sumatera Utara pasca pengesahan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan Bagaimana Implikasi (direvisi, dicabut atau di buat peraturan daerah yang baru dengan disahkanya Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap Perubahan Peraturan Daerah di Sumatera Utara. Hasil penelitian ini adalah Provinsi Sumatera Utara hendak terjadi perubahan atas Peraturan Daerah mengenai Peraturan Daerah Nomor. 2 Tahun 2017 mengenai Konsep Tata Ruang daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017– 2037 dan Peraturan Daerah Nomor. 4 Tahun 2019 mengenai Konsep Zonasi kawasan Pantai serta Pulau- Pulau Kecil Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019– 2039 selaku keterkaitan diberlakukannya UU Nomor. 11 tahun 2020 dan Keterkaitan dari pemberlakuan Undang- Undang No 11 tahun 2022 merupakan segera merumuskan Konsep Peraturan Daerah mengenai Tata Ruang yang berintegrasi antara darat, pantai serta laut selaku reaksi atas pengesahan Undang-Undang No 11 tahun 2020 mengenai Cipta Kerja.

Kata kunci : Integrasi Matra Darat, Pesisir, Dan Laut Pada Tata Ruang

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Pemerintahan yang dianut oleh Negara Republik Indonesia merupakan sesuatu Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia( NKRI) yang memahami sistem Pemerintahan(

Pusat) serta Pemerintahan Daerah.

Pemerintahan Daerah terdiri dari Pemerintahan Propvinsi serta Pemerintah kabupaten atau Kota begitu juga yang tertuang dalam pasal 18 Undang- Undang Dasar 1945( UUD 45) mengenai Pemerintahan Daerah yang berbunyi kalau Negara Kesatuan Republik Indonesia(

NKRI) dipecah atas daerah- daerah provinsi serta daerah provinsi itu dipecah atas kabupaten serta kota, dimana tiap provinsi terdiri dari pemerintah kabupaten atau kota.

Arti dari sistem ini kalau negara Indonesia terdiri atas wilayah - wilayah otonom yang dibagi di semua wilayah ataupun yang biasa diucap selaku Otonomi Wilayah. Perihal ini dipertegas pada Undang- Undang Nomor. 23 Tahun 2014 mengenai Pemerintahanm Daerah khususnya pada Pasal 1 Ayat 6 yang berkata kalau yang diartikan dengan Otonomi Daerah yaitu hak, wewenang, serta peranan wilayah otonom buat menata serta mengurus sendiri hal pemerintahan serta kebutuhan komunitas sesuatu warga

setempat warga yang bertempat tinggal dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia( NKRI).

Arti serta tujuan yang akan digapai dalam pemberian otonomi daerah merupakan: Menyujudkannya independensi wilayah yang jelas, dinamis serta bertanggung jawab. Independensi yang jelas memiliki arti terdapatnya faktor- faktor, perhitungan- perhitungan serta tindakan- tindakan ataupun kebijakan- kebijakan dan sejenisnya yang betul- betul bisa menjamin daerah otonom yang berhubungan dalam melaksanakan kewajiban utama serta gunanya dalam melayani kebutuhan warga banyak(

publik).

Dalam asal usul kemajuan sistem pemerintahan di Indonesia dari diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia hingga aplikasi otonomi daerah pada dasarnya telah memperoleh atensi spesial oleh pendiri bangsa yang bersepakat dengan memakai konsep membagikan kewenangan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan memasukkannya ke dalam Undang- Undang Dasar. Perihal ini mengenang begitu besar wilayah Indonesia serta beragamnya identitas warga yang terdapat di dalamnya baik suku, suku bangsa, agama, golongan serta lain sejenisnya.

(3)

925

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

Keadaan begitu terus menjadi jelas sesudah masa reformasi dimana orang menuntut dilaksanakannya otonomi daerah yang terus menjadi jelas. Perihal ini nampak dimulai dengan lahirnya Undang- Undang Nomor. 22 Tahun 1999 mengenai Sistem Pemerintahan Daerah. Memandang Undang- Undang ini diharapkan kemampuan yang di miliki daerah- daerah yang terdapat di Indonesia bisa membagikan kemandirian wewenang pada daerah- daerah buat bawa keselamatan serta perkembangan masing masing daerah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinnya bagus kemampuan sumberdaya alam( SDA) ataupun kemampuan sumberdaya manusia( SDM) yang terdapat di daerah masing masing.

Perihal perihal yang lebih khusus yang diatur dalam peraturan perundang- undangan mengenai independensi wilayah di Indonesia antara lain merupakan selaku selanjutnya:

a. Undang-Undang No. 22 Tentang Pemerintahan Daerah 1999 dimana DPRD dapat memberhentikan dan mengangkat Gubernur maupun Bupati.

b. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengenai pemilihan Gubernur dan Bupati/walikota beserta wakilnya secara langsung.

c. Undang-Undang No. 23 Tentang Pemerintahan Daerah 2014 yaitu pemberian otonomi yang seluas- luasnya kepada daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip negara kesatuan.

Namun pada kenyataannya yang ada saat ini, potret otonomi daerah dalam tata negara Indonesia masih jauh harapan sebagaimana diharpkan sebelumnya.

Setiap peraturan perundang-undangan yang mengatur atau terkait dengan otonomi daerah dalam implementasinya mengalami berbagai hambatan hambatan.

Wujud yang diharapkan untuk menciptakan kemandirian di setiap daerah dengan ditetapkannya asas desentralisasi sebagai wujud dari negara demokrasi ternyata masih sangat perlu pembenahan pembenhan dan penyempurnaan.

Dalam implementasiny kendati pelaksanaan otonomi daerah telah berjalan akan tetapi permasalahan di lapangan tetap tidak dapat dielakan sehingga pemerintah pusat memandang di perlukan suatu perangkat Undang-Undang yang dapat mengakselarisasi investasi dan pembukaan lapangan kerja. Hal ini dilakukan mengingat pertumbuhan ekonomi yang di harapkan dimasa masa yang akan datang pasca hamper setip negara terkena dampak dari Covid 19.

(4)

Undang Undang tersebut adalah dengan disahkannya pemberlakuan Undang-Undang No.11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja pada tanggal 5 Oktober 2020 yang lalu diharapkan dapat menjadi tonggak baru dalam dalam peningkatan investasi serta pembukaan lapangan kerja. Dalam kaitan dengan ini di perlukan juga suatu regulasi yang bersinergi dan harmonis antara pusat dan daerah baik itu daerah provinsi ataupun daerah kabupaten / kota.

Keberadaan Undang-Undang yang baru yaitu Undang=Undang No.11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja yang disahkan pada tanggal 5 Oktober 2020 ini diharapkan daerah daerah termasuk di Provinsi Sumatera Utara juga akan membuat penyesuaian-penyesuaian dalam sebuah sistem hukum nasional sebagai konsekuensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang antara pusat dan daerah harus memeiliki suatu sistem hukum pemerintahan yang harmonis dan bersinergi. . Untuk itu maka beberapa peraturan daerah seyogianya akan di revisi atau bahkan ada pembentukan peraturan daerah yang baru atau juga ada peraturan yang dihilangkan / dicabut sebagai implikasi dari undang-undang Cipta Kerja di maksud.

Bebarapa peraturannya adalah yang berkaitan dengan perencanaan tata ruang.

Bahwa dalam Undang-Undang Cipta Kerja sesuai dengan Undang-Undang Npmor 11 tahun 2020, penataan ruang merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga ada perubahan substansi pada empat undang-undang yang sudah ada sebelumnya yaitu :

a) Undang-Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang,

b) Undang-Undang No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, c) Undang-Undang No. 32/2014

tentang Kelautan, dan

d) Undang-Undang No. 4/2011 tentang Informasi Geospasial.

Berdasarkan situasi latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin memeberikan sumbangan pemikiran dan saran - saran terhadap pemerintah khususnya Pemerintah Sumatera Utara sebagai implikasi perubahan Peraturan daerah yang ada di Peovinsi Sumatera Utara dengan pemberlakukan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 Cipta Kerja tersebut.

Di Provinsi SUMUT setiaknya terdapat 2 (dua) Peraturan daerah yang berhubungan langsung dengan perencanaan penataan ruang yaitu :

(5)

927

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

a) Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2017 – 2037 dan

b) Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019-2039.

1.2 Identifikasi Masalah

Bebarapa Identifikasi Masalah di dalam riset ini yaitu antara lain :

a) Diberlakukannya Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja akan berdampak terhadap penyesuaian baik revisi, pencabutan atau pembuatan peraturan daerah yang baru menyesuaikan dengan Undang- Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang baru tersebut.

b) Salah satu yang mengalami perubahan tersebut adalah tentang perencanaan tata ruang yang selama ini terpisah antara matra ruang darat, pesisir dan laut

1.3 Permasalahan

Berdasarkan Latar Belakang dan Identifikasi Masalah tersebut maka Perumusan Masalah dalam tulisan antara lain :

a) Bagaimana perubahan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam penyusunan Perda tentang Wilayah Tata Ruang pasca pengesahan Undang-Undang No.

11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja ?

b) Bagaimana Implikasi dengan disahkanya Undang-Undng No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap Perubahan Perencanaan Tata Ruang di Sumatera Utara ? 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari Riset tersebut antara lain :

a) Bagaimana perubahan peraturan daerah yang sudah ada di Provinsi Sumatera Utara pasca pengesahan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

b) Bagaimana Implikasi (direvisi, dicabut atau di buat peraturan daerah yang baru dengan disahkanya Undang-Undang No.

11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap Perubahan Peraturan Daerah di Sumatera Utara.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Kepustakaan dan Kerangka Berpikir 2.1 Sistem Pemerintahan

Syafiie (2011:23) menambahkan kalau Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang

(6)

menekuni gimana melakukan pengurusan (eksekutif), pengaturan (legislatif), kepemimpinan serta koordinasi pemerintahan (baik pusat dengan daerah, ataupun orang dengan pemerintahnya) dalam berbagai insiden serta gejala pemerintahan.

Pemerintahan ialah organisasi ataupun media orang yang memiliki kekuasaaan serta lembaga yang mengurus permasalahan kenegaraan serta kesejahteraan rakyat. Pemerintah dalam maksud luas adalah seluruh lembaga negara yang terdiri dari lembaga- lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dalam maksud yang kecil pemerintahan adalah seluruh aktivitas, guna, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga eksekutif buat menggapai tujuan negara.

Dengan cara umum dalam sistem Pemerintahan Indonesia, tingkatan pemerintahan dibagi atas Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah( Provinsi, Kabupaten, Kota serta Desa).

Pemerintah pusat merupakan penyelenggara pemerintahan bangsa Indonesia yang terdiri dari kepala negara serta wakil kepala negara yang dibantu oleh para menteri. Sedangkan pemerintah daerah yakni penguasa pemerintahan yang menyuruh di daerah baik kabupaten ataupun kota melalui otonomi daerah.

Sedangkan sesuai dengan Undang- Undang Dusun ada pula pemerintahan pada tingkat dusun ialah Penguasa Dusun ialah pemerintahan dusun yang di pimpin oleh seseorang Kepala Dusun.

2.2 Analisis

Kata analisa dalam catatan ini dipakai saat hendak melaksanakan penyelidikan atau mengamati sesuatu karangan, penelitian, uraian, atau sesuatu insiden yang terjalin. Analisa itu ialah usaha yang di; akukan penulis dengan metode tertentu buat mencermati sesuatu dengan cara perinci kepada kasus yang lagi ditulis.

Begitu pula bagi Kamus Besar Bahasa Indonesia( KBBI), pengertian analisa merupakan penyelidikan kepada sesuatu insiden buat mengenali kondisi yang sesungguhnya. Analisa amat diperlukan buat menganalisa serta mencermati suatu yang pastinya bermaksud buat memperoleh hasil akhir dari observasi yang telah dicoba.

Syafnidawaty( 2022) melanjutkan kalau analisa merupakan kegiatan yang memuat beberapa aktivitas semacam mengurai, membedakan, memilah suatu untuk digolongkan serta dikelompokkan kembali bagi kriteria khusus setelah itu dicari kaitannya serta ditafsirkan maknanya. analisa ialah penjabaran dari sesuatu sistem informasi yang utuh ke

(7)

929

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

dalam bermacam berbagai bagian komponennya dengan arti supaya bisa mengenali ataupun menilai bermacam berbagai permasalahan yang hendak mencuat pada sistem, alhasil permasalahan itu bisa ditanggulangi, diperbaiki ataupun pula dicoba pengembangan.

Bagi asal katanya itu, analisa merupakan cara membagi poin ataupun substansi yang kompleks jadi bagian- bagian yang lebih kecil buat memperoleh uraian yang lebih bagus. Jadi dengan cara biasa, penafsiran analisa merupakan kegiatan yang terdiri dari serangkaian aktivitas semacam; mengurai, membedakan, serta memilah suatu buat dikelompokkan kembali bagi kriteria khusus serta kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya.

Ditambahkan oleh Harahap( 2004), kalau analisa merupakan sesuatu usaha buat membongkar ataupun menguraikan suatu bagian menjadi bermacam unit- unit yang lebih kecil. Sedangkan itu begitu juga yang dipaparkan oleh Komaruddin dalam Muhammad Yunus( 2021), analisa merupakan aktivitas berasumsi buat menguraikan sesuatu totalitas jadi bagian alhasil bisa memahami isyarat bagian, hubungannya satu serupa lain serta guna tiap- tiap dalam satu totalitas yang terstruktur. Demekian pula Sugiono

( 2015: 335), meningkatkan Analisa merupakan aktivitas buat mencari

pola, ataupun metode berasumsi yang berhubungan dengan pengetesan dengan cara analitis kepada suatu buat memastikan bagian, ikatan dampingi bagian, dan hubungannya dengan totalitas.

2.3 Peraturan Daerah

Bagi Undang- Undang Nomor. 10 Tahun 2004 mengenai Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan kalau yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda) merupakn peraturan perundang- undangan yang dibangun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah( DPRD) dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.

Peraturan Wilayah itu masuk dalam jenjang Peraturan Perundang- Undangan, yang rwetuang dalam Pasal 7 ayat( 1) Undang- Undang Nomor. 12 Tahun 2011. Peraturan daerah terletak di jenjang terakhir di bawah UUD 1945, Ketetapan MPR, UU atau Perppu, Peraturan Pemerintah serta Peraturan Kepala negara. Maria Farida Indrati(

2018), meningkatkan kalau peraturan wilayah merupakan peraturan yang terbuat oleh kepala wilayah provinsi ataupun Kabupaten atau Kota bersama- sama dengan Badan Perwakilan Orang Wilayah(

DPRD) Provinsi ataupun Kabupaten atau Kota, dalam ranah penerapan penajaan independensi wilayah yang jadi keabsahan ekspedisi eksekusi penguasa wilayah.

(8)

Sedangkan bagi Jimmly Asshiddiqie( 2010), Peraturan Daerah(

Perda) merupakan wujud ketentuan eksekutif Hukum selaku peraturan perundang- undangan yang lebih besar.

Wewenang peraturan wilayah berasal dari wewenang yang sudah didetetapkan sesuatu Undang- Undang. Peraturan wilayah pula bisa dibangun buat menata keadaan yang wewenang buat menata keadaan itu tidak diatur dengan cara akurat oleh sesuatu Undang- Undang. Perda bisa dicoba sesuai dengan ketentuan ketentuan UUD 1945 begitu juga diartikan dalam pasal 18 ayat( 3) dan( 4).

2.4 Integrasi Tata Ruang

Bermacam kasus yang terjalin dalam tata ruang, antara lain konflik kepentingan, koordinasi yang tidak berbarengan, dan cara perizinan yang rumit serta berbelit- belit. Diharapkan melalui Undang- Undang Nomor. 11 Tahun 2020 ataupun Undang- Undang Cipta Kerja( UUCK) bisa mempermudah cara tersebut Aturan ruang yang sudah diatur dalam Undang- Undang Nomor. 26 Tahun 2007, tetapi implementasinya sedang memunculkan banyak kasus.

Melalui Undang-undang Cipta Kerja (UUCK) permasalahan dan hambatan tersebut dapat di minimalisasi khususnya laju masukknya investasi serta

yang menghambat kesempatan dan pembukaan lapangan kerja yang baru.

Dalam UUCK di maksud semua perizinan yang terkesan berbelit belit dapat di sederhanakan sehingga jika seseorang atau badan usaha ingin memulai kegiatan usaha dapat menempuh mekanisme lebih sederhana. Dengan demikian waktu relative lebih singkat dengan biaya yang lebih efisien.

Jika terdapat ketentuan pengurusan yang selama ini di lakukan secara bertahap maka diharapkan setelah adanya Undang=Undang Cipta Kerja da[at dilakukan secara bersamaan termasuk dalam pemanfaatan ruang, sehingga tidak terpisah seperti peraturan sebelumnya antara perda tentang ruang darat dan perda tentang pesisir dan laut. Tidak hanya itu, konsep tata ruang kawasan strategis bagi UUCK berarti memberikan wewenang merancang kawasan penting pada pemerintah pusat. Perihal ini buat menanggulangi konflik kebutuhan antara daerah terpaut konsep tata ruang.

Selaku tahap sambungan dari Undang- Undang Membuat Kegiatan, pemerintah juga sudah membuat Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang(

KKPR). Gunanya selaku pengawas ataupun ajudan dalam pemograman tata

(9)

931

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

ruang, paling utama di wilayah. Bila sepanjang ini dalam merancang aturan ruang kerap terbentur permasalahan regulasi, hingga KKPR diserahkan untuk pelaku upaya atau non- berusaha, selaku bawah eksploitasi ruang.

2.5 Kerangka Berpikir

Dari Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, dan Peneltian Terdahulu maka Kerangka Berpikir dapat di urailan sebagao berikut :

Gambar Kerangka Berpokir {enelitian, 2022 Dari Kerangja Berpikir tersebut di atas

dapat di jelaskan hal jal sebagai beikut : 1) Di Provinsi Sumatera Utara terdapat

peraturan Daerah yang mengatur tentang detail ruang wilayah darat, pesisir dan laut,

2) Sesuai dengan amanah UU No, 11 Tahun 2022 bahwa untuk efisiensi perizinan, memperlancar arus investasi dan pembukaan kesempatan dan lapangan kerja di lakukan Integarsi Ruang baik antara darat, pesisir dan laut.

3) Dengan integrasi Ruang antara darat, pesisir dan laut akan di peroleh suatu efisiensi dan debirokratisasi sehingga akan meningkatkan invesatasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) ialah bagian dari konsep rinci tata ruang.

yang jadi prinsip untuk pemerintah baik pusat, provinsi ataupun kabupaten atau kota buat menggapai sasaran pembangunan dalam waktu durasi serta lingkup khusus. Konsep aturan ruang dibagi jadi 2, ialah konsep biasa yang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah(

RTRW) Nasional, RTRW Provinsi serta RTRW Kabupaten atau Kota dan konsep rinci yang terdiri dari RTR Pulau, RTR Kawasan Strategis Nasional dan RDTR Kabupaten serta Kota). Kategorisasi RDTR sendiri sudah diamanatkan dalam Undang- Undang Penyusunan Ruang ialah Rencana Tata

Ruang Darat Peraturan Daerah

Sumatera Utara Integrasi Ruang sesuai

Amanah UU No. 11 Thn 2020 Rencana Zonasi

Pesisir dan Laut Ruang

(10)

Undang- Undang No 26 Tahun 2007 mengenai penyusunan Ruang.

Pada hukum itu yang diartikan dengan Ruang adalah media yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi selaku satu kesatuan wilayah, tempat orang serta insan lain hidup, melaksanakan aktivitas, serta menjaga kesinambungan hidupnya.

Tata ruang merupakan bentuk struktur ruang dan pola ruang yang diatur diatur lebih jauh di dalam peraturan menteri yang diterbitkan pada tahun 2011 serta diperbaharui pada tahun 2018. Pada peraturan itu diatur hal keadaan dan muatan substansi yang wajib dipadati dalam menata dokumen RDTR, yang terdiri dari dokumen RDTR serta Peraturan Zonasi( PZ). Ada pula yang jadi muatan substansi dari RDTR merupakan tujuan penyusunan Bagian Wilayah Perkotaan( BWP); konsep bentuk ruang;

konsep pola ruang; penentuan sub BWP yang diprioritaskan penindakannya; serta ketentuan eksploitasi ruang.

Peraturan Menteri Agraria serta Tata Ruang Nomor. 16 Tahun 2018 mengenai Prinsip Kategorisasi Konsep Detail Tata Ruang serta Peraturan Zonasi Kabupaten atau Kota mengambil alih peraturan lebih dahulu yang berhubungan dengan kategorisasi substansi RDTR. Pada peraturan terkini, ada pergantian lapisan materi substansi dari dokumen RDTR.

Pada peraturan yang terkini, dokumen RDTR dengan cara totalitas terdiri dari 7 ayat, yang pula mengganti sub ayat ketentuan spesial serta standar teknis jadi modul harus yang wajib terdapat di dalam dokumen RDTR.

Di dalam peraturan yang mengatur hal RDTR, dengan cara biasa kategorisasi RDTR mempunyai salah satu guna ialah buat memastikan kesesuaian akta pemograman dengan aplikasi pembangunan di lapangan. RDTR ialah bawah referensi dari diterbitkannya dokumen perizinan terpaut gedung. Tanpa terdapatnya dokumen RDTR hingga dokumen itu tidak bisa dikeluarkan. Bila lebih dahulu buat mendirikan gedung dibutuhkan IMB, hingga saat ini sudah bertukar jadi PBG( Persetujuan Bangunan Gedung).

Dokumen RDTR belum segenap ada pada tiap kabupaten atau kota di Indonesia. Dokumen RDTR biasanya disusun bila dokumen RTRW yang sudah terdapat tidak mempunyai substansi yang sanggup melingkupi data perinci.

Kehadiran dokumen RTRW pula belum seluruhnya ada, walaupun jumlahnya tidak lebih sedikit dari kekurangan dokumen RDTR.

Dengan begitu hingga buat memesatkan cara ini untuk sediakan dokumen RDTR, hingga penguasa lewat Kementerian ATR atau BPN tengah

(11)

933

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

mempercepat program kategorisasi RDTR lewat RDTR Edukasi Teknis, RDTR Dorongan Teknis Reguler, serta RDTR Online Single Submission(

OSS). Diharapkan dengan terdapatnya program ini hingga ketersediaan dokumen RDTR bisa lekas terkabul.

Bagi Ketua Pembinaan Pemograman Tata Ruang Daerah Wilayah I, Reny Windyawati, sesuai amanat UUCK, pemerintah wilayah wajib menata RDTR dalam wujud digital berbasis Online Single Submission(

OSS) serta sesuai standar. Wilayah RDTR itu melingkupi wilayah administrasi, kawasan fungsional bagian dari wilayah kabupaten atau kota yang mempunyai karakteristik perkotaan, area penting kabupaten atau kota yang mempunyai karakteristik kawasan perkotaan yang jadi bagian daerah kabupaten, serta kota yang ialah wilayah pedesaan serta diencanakan jadi daerah perkotaan.

Undang- Undang Nomor. 11 Tahun 2020 mengenai Cipta Kerja( disingkat UU Ciptaker ;atau UU CK) merupakan Hukum di Indonesia yang sudah disahkan pada bertepatan pada 5 Oktober 2020 oleh DPR RI serta diundangkan pada 2 November 2020 dengan tujuan buat menghasilkan alun- alun kegiatan serta tingkatkan pemodalan asing serta dalam negara dengan kurangi persyaratan peraturan buat permisi upaya.

Selaku keterkaitan dampak disahkannya Undang- Undang Membuat Kegiatan ini pasti mempengaruhi spesialnya yang terpaut penyusunan ruang naik ruang darata, pesisr, pulau pulau kecil serta laut. Ada pula Peraturan yang berhubungan dengan zona Penyusunan Ruang serta Pertanahan Penguasa sudah menerbitkan penguasa antara lain merupakan selaku selanjutnya:

Semua peraturan setingkat Peraturan Pemerintah do ayas tentu akan merubah peratiran peraturan daerah yang sebelumnya yang sudah di sahkan di

Sumatera Urara khususnya Peraturan daerah :

1) Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 – 2037 dan

2) Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 - 2039.

Melalui pemberlakuan Hukum No 11 tahun 2021 mengenai Membuat Kegiatan ajan merombak beberapa ketentuan dalam Undang- Undang Nomor.

(12)

26 Tahun 2007 mengenai Penyusunan Ruang nama lain Undang- Undang Tata Ruang. Keseluruhan terdapat 38 pasal ketentuan Tata Ruang yang diganti, dihapus, ataupun ditambahkan.

Spesial tata ruang, Undang-

Undang Membuat Kegiatan

menghilangkan 6 pasal terpaut konsep penyusunan ruang kawasan perdesaan yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor. 26 Tahun 2007 mengenai Penyusunan Ruang ialah, Pasal 49 sampai 54. Pada Pasal 49- 51 Hukum Nomor. 26 Tahun 2007 menarangkan mengenai pemograman aturan ruang di kawasan perdesaan serta kawasan agropolitan.

Kemudian, Pasal 52 serta 53 muat mengenai determinasi eksploitasi serta pengaturan ruang daerah perdesaan di daerah kabupaten. Sedangkan, Pasal 54 bermuatan metode kegiatan serupa penyusunan ruang di daerah perdesaan dampingi wilayah.

Diberlakukannya Undang- Undang Membuat Kegiatan oleh Pemerintah pada sebagian durasi kemudian membagikan sebagian akibat pada bermacam sektor di Indonesia, salah satunya yang sangat mempengaruhi merupakan merupakan sektor tata ruang. Perihal ini pula setelah itu mendesak penguasa buat menghasilkan Peraturan Pemerintah Nomor. 21 Tahun 2021 mengenai Penyelenggaraan

Penyusunan Ruang selaku amanat dari determinasi yang sudah diresmikan dalam Hukum Membuat Kegiatan. Hukum Membuat Kegiatan mengganti beberapa bagasi dalam Hukum Penyusunan Ruang, Hukum Pengurusan Wilayah Pantai serta Pulau- Pulau Kecil, dan Undang- Undang Maritim. Alhasil dengan kata lain, Hukum Membuat Kegiatan jadi landasan hukum untuk penyelenggaraan penataan ruang dengan cara nasional.

Seperti dikenal kalau tata ruang sendiri sudah diatur lebih dahulu dalam Hukum Nomor. 26 Tahun 2007 mengenai Penyusunan Ruang. Dengan dikeluarkannya Undang- Undang Nomor.

11 Tahun 2020 mengenai Membuat Kegiatan hingga dengan cara otomatis mengganti sebagian perihal yang lebih dahulu sudah diatur dalam Undang- Undang Nomor. 26 Tahun 2007 mengenai Penyusunan Ruang.

Undang- Undang Nomor. 11 Tahun 2020 mengenai Membuat Kegiatan serta PP Nomor. 21 Tahun 2021 ditaksir oleh penguasa selaku salah satu tahap penting dalam menanggulangi kasus pemodalan serta invensi lapangan kerja, yang salah satunya disebabkan oleh menumpang bertumpukan pengaturan penataan ruang.

Peraturan ini pula dikeluarkan untuk membagikan keringanan pemodalan lewat konkretisasi eksploitasi ruang yang

(13)

935

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

penting. Sepanjang ini cara penataan ruang dikira kompleks serta rumit alhasil dengan dikeluarkannya peraturan perundangan ini bisa memutuskan kasus yang terdapat serta membagikan kemudahan dalam kondisi iklim pemodalan. Perihal ini cocok dengan harapan Delegasi Aspek Koordinasi Pengembangan Wilayah serta Aturan Ruang Kemenko Perekonomian, Wahyu Utomo, yang dikutip dari hukumonline, kalau zona penataan ruang sangatlah berarti buat dioptimalkan supaya bisa mensupport aktivitas ekonomi, spesialnya mengenai kesesuaian aktivitas pemanfataan ruang dalam perizinan berusaha.

Dalam PP Nomor. 21 Tahun 2021 dituturkan kalau penyelenggaraan tata ruang yang dimaksudkan buat menggabungkan bermacam kebutuhan rute zona, rute wilayah, serta rute pengelola kebutuhan yang termanifestasi ke dalam kategorisasi Konsep Tata Ruang, pemaduserasian antara bentuk ruang serta pola ruang, harmonisasi antara kehidupan orang dengan lingkungan, konkretisasi penyeimbang perkembangan serta kemajuan antardaerah, dan invensi situasi Peraturan Perundang- Undangan aspek penyusunan ruang yang mensupport iklim pemodalan serta kemudahan berusaha.

Dikutip dari kontan, Ketua Jenderal Tata Ruang, Abdul Kamarzuki,

melaporkan kalau tata ruang jadi prasyarat bawah prinsip upaya ataupun industri yang hendak berdiri. Dalam Hukum Membuat Kegiatan, persyaratan bawah perizinan pemodalan serta upaya mencakup kesesuaian aktivitas eksploitasi ruang, persetujuan lingkungan serta persetujuan gedung.

Saat ini pemerintah telah gencar mensosialisasikan PP Nomor. 21 Tahun 2021 dengan cara besar supaya warga bisa menguasai serta membiasakan keadaan yang berhubungan dengan penyusunan ruang. Salah satu inovasi yang dicoba penguasa lewat PP Nomor. 21 Tahun 2021 merupakan dengan mengganti lapisan bagasi akar pada akta Konsep Tata Ruang daerah( RTRW). Ada pula dokumen RTRW saat ini menggabungkan aturan ruang laut, bumi, hawa, serta dalam alam ke dalam satu kesatuan akta. Ada pula bagasi yang tercantum dalam PP Nomor.

21 Tahun 2021 mengenai Penyelenggaraan Penyusunan Ruang dengan cara garis besar menata berbagai ketentuan yang berhubungan dengan penataan ruang, semacam:

a) Pemograman tata ruang yang menata ketentuan hal kategorisasi serta penentuan konsep biasa tata ruang serta konsep rinci tata ruang.

(14)

b) Eksploitasi ruang yang menata ketentuan kesesuaian aktivitas eksploitasi ruang serta penyerentakan program eksploitasi ruang.

c) Pengaturan eksploitasi ruang, yang menata evaluasi penerapan kesesuaian aktivitas eksploitasi ruang, evaluasi konkretisasi konsep tata ruang, pemberian insentif serta disinsentif, pengenaan hukuman, serta penyelesaian sengketa penyusunan ruang.

d) Pengawasan penataan ruang, yang mencakup pengamatan penilaian, serta pelaporan merupakan upaya untuk menjaga kesesuaian penyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan, yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.

e) Pembinaan penataan ruang yang menata mengenai wujud serta aturan metode pembinaan penyusunan ruang yang diselenggarakan dengan cara sinergis oleh pemerintah pusat, pemerintah wilayah, serta warga.

f) Pembinaan penyusunan ruang juga melingkupi pengaturan hal

pengembangan pekerjaan perencana tata ruang buat mensupport kenaikan mutu serta daya guna penyelenggaraan penataan ruang.

g) Kelembagaan penyusunan ruang yang menata hal wujud, kewajiban, keahlian, serta aturan kegiatan forum penataan ruang.

Bermacam hasil catatan atau opini yang berkaitan dengan catatan ini antara lain merupakan Suciwati( 2006) mengenai Kesertaan warga dalam Kategorisasi Konsep tat Ruang di Kota Pati Propinsi Jawa Tengah.

Suciwati (2006) beranggapan bahwa pendekatan terkini di dalam penataan ruang menuntut pemerintah berfungsi dalam menggali serta meningkatkan visi dengan cara bersama antara Penguasa serta golongan warga di wilayah dalam merumuskan wajah ruang di era depan.

Cara kategorisasi Perbaikan Konsep Umum Tata Ruang Kota Pati Tahun 2005–2014 sudah dilaksanakan pada tahun 2004 yang kemudian. Pada cara kategorisasi itu buat awal kalinya sudah dilaksanakan dengan melibatkan tata cara partisipasi warga, ialah dengan metode melaksanakan penjaringan harapan warga serta seminar rancangan rencana

(15)

937

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

bersama warga. Pengarang beranggapan jika bahwa kebijaksanaan kategorisasi rencana biasa tata ruang Kota Pati pada prakteknya nyatanya ada sebagian perbandingan dengan normatifnya. Wujud kesertaan warga didominasi oleh wujud donasi masukan atau saran atau ide serta donasi data atau informasi.

Begitu pula opini Respati Wikaantivoso( 2017) mengenai Reviw Kebijakan Penataan Ruang Berintegrasi(

Implementasi One map Policy) dalam Penataan Ruang Berkepanjangan mengataakan kalau problematika penataan ruang pada 3 dekade terakhir membuktikan kalau produk pemograman kota sedang jauh dari situasi berintegrasi bagus dari bagian integrasi vertikal ataupun horizontal( sektoral).

Pemograman aturan ruang ialah sesuatu kebijaksanaan publik yang berintegrasi serta berkepanjangan dalam eksploitasi ruang kota.

Ketidak cukupan informasi serta data serta atau ataupun pemahaman informasi yang tidak pas jadi pangkal mutu substansi konsep tata ruang. Integrasi serta koordinasi kebijaksanaan dampingi zona terus menjadi berarti dalam kategorisasi kebijaksanaan aturan ruang.

Kebijaksanaan aturan ruang selaku wujud kebijaksanaan publik serta mengikat kebutuhan khalayak mewajibkan

terdapatnya keikutsertaan stakeholders dalam penyusunannya.

Review kebijaksanaan ini bermaksud buat mendapatkan solusi sinergis, berintegrasi dalam menciptakan usaha penyusunan ruang yang berintegrasi.

Review kebijaksanaan penyusunan ruang berintegrasi ini dicoba dengan. Ulasan hendak menciptakan desain kebijaksanaan penyusunan ruang kota yang berintegrasi serta berkepanjangan dalam satu kerangka" One Map Policy".

Dari pendapat Respati Wikaantivoso (2017) dapat di lihat tentang pentingnya mengkaji ulang kebijakan yang sudah ada (Reviw Kebijakan) khususnya di daerah terhadap perubahan yang ada di pemerintah pusat. Perumahan di maksud akan membuat suatu sistem hukum yang harmonis dan terintegrasi yang dapat memperkuat Sisten negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

4. SIMPULAN

a) Provinsi Sumatera Utara hendak terjadi perubahan atas Peraturan Daerah mengenai Peraturan Daerah Nomor. 2 Tahun 2017 mengenai Konsep Tata Ruang daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017– 2037 dan Peraturan Daerah Nomor. 4 Tahun 2019 mengenai Konsep Zonasi kawasan Pantai

(16)

serta Pulau- Pulau Kecil Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019– 2039 selaku keterkaitan diberlakukannya UU Nomor. 11 tahun 2020.

b) Keterkaitan dari pemberlakuan Undang- Undang No 11 tahun 2022 merupakan segera merumuskan Konsep Peraturan Daerah mengenai Tata Ruang yang berintegrasi antara darat, pantai serta laut selaku reaksi atas pengesahan Undang-Undang No 11 tahun 2020 mengenai Cipta Kerja.

Saran

Diperlukan beberapa perubahan kebijakan (Reviw Kebijakan) terhadap perubahan kebijakan tingkat pusat sehingga terdapat sinkronisasi dan harmonisasi hukum di wilayah NKRI.

Sebelum melaksanakan perubahan ranperda maka terlebih dahulu ada Sosialisasi yang memadai sehingga dapat melibatkan partisipasi sebesar besarnya darai berbagai kelompok masyarakat.

5. DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku :

Asshiddiqie, Jimly. 2010. Perihal Undang- Undang. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.Bagong,

Suyanto & Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai

Alternatif Pendekatan. Jakarta:

Kencana. Bungin,

Fraenkel, J.R. & Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York:

H.M. Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan kebijakan Publik Serta Ilmu- ilmu Sosial Lainnya,Cet.6. Jakarta:

Kencana. Devito,

Hamidi. 2007. Metodologi Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang:

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Rosda Karya. Notoatmodjo. 2010.

Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Syafnidawaty. (2020, October 25).

METODOLOGI PENELITIAN.

Diambil kembali dari raharja.ac.id:

https://raharja.ac.id/2020/10/25/me todologi-penelitian/

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi.

2008. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B.

Bandung:

(17)

939

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 1, (2022) April : 923 - 939

Jurnal-Jurnal

B. M. Habibullah Tarigan. 2021.

Permasalahan penataan Ruang di Indonesia Berdasarkan Undang- Undang tata Ruang ISSN Print:

2774-7840 ISSN Online: 2774- 7905 Volume 2 Nomor 1 Februari 2021 Halaman 11 – 21.

Diyan Nur Rakhmah W. dan Son Diamar (2021) Kajian rancangan masterplan ruang terbuka hijau kota Bogor (Study of Draft Green Open Space's masterplan in Bogor municipality)

URI:https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20299 919&lokasi=lokal

Eko Sugiarti Hanapi (2012) Analisis Ekonomi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sigi. Master Thesis thesis, Universitas Tadulako.

Respati Wikaantivoso (2017) Reviw Kebijakan Penataan Ruang Terintegrasi (Implementasi One map Policy) dalam Penataan Ruang Berkelanjutan.

Suciwati (2006). Tesis. Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Tencana Umum Tata Ruang Kota Pati. Ubiversitas Barawijaya.

Malang Jawa Tengah.

Peraturan-Peraturan :

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Undang-Undang No. 32 Tahun 2014

tentang Kelautan,

Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial Undang-Undang No. 11 Tahun 3020

tentang Cipta Kerja.

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun dan Pendaftaran Tanah

PP 19/2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar

Peraturan pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

Referensi

Dokumen terkait

Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengubah beberapa substansi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 yaitu terkait tanggung jawab dan kewenangan serta

Selain itu Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja menggunakan metode omnibus law yang dapat mengatur berbagai sektor pembahasan, sehingga Undang-undang

bahwa dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, maka terdapat perubahan terhadap ketentuan dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun

bahwa dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan

Menyatakan apabila dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun pembentuk undang- undang tidak dapat menyelesaikan perbaikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

6 Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga sosial dan/atau keagamaan yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilana. - Pasal