• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan Artikel Pilihan Muqaddimah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kumpulan Artikel Pilihan Muqaddimah"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Kumpulan Artikel Pilihan

Muqaddimah

Segala puji hanya milik Allah Subahanahu wata’aala Kita memuji

-Nya, memohon ma'unah dan Maghfirah--Nya, bertaubat dan

berlindung kepada-Nya dari kejahatan jiwa kita dan keburukan

amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah

Subahanahu wata’aala maka tiada yang dapat menyesatkanya, dan

barangsiapa yang disesatkan-Nya maka tiada yang dapat

menunjukinya.

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain

Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad

adalah hamba dan Rasul-Nya. Beliau diutus untuk membawa

agama dan petunjuk yang haq. Semoga shalawat dan salam tetap

tercurah atas beliau, keluarga dan sahabatnya.

Amma ba‟du :

Semoga Allah Subhanahu wa ta‟ala menjadikan ini sebagai ladang

amal bagi kami, bagi pembaca dan orang yang mengambil faidah

nya.

(2)

Mohonlah pertolongan kepada Allah

Kali pertama yang harus engkau datangi ketika bermasalah adalah Allah. Kali pertama yang harus engkau datangi untuk diminta tolong adalah Allah. Allah-lah pertama-tama yang harus engkau datangi.

"Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Al-A‟raf [7] : 128)

Kejarlah Allah dengan mengejar pertolongan-Nya, ridha-Nya, dan kasih sayang-Nya, sambil kita berikhtiar kepada dunia-Nya.

Sungguh, tidak ada yang bisa membayarkan utang-utangmu kecuali Allah. Sungguh, tidak ada yang bisa membebaskanmu dari kesulitan, baik itu penyakit, kemiskinan dan musibah kecuali Allah yang membebaskan-Nya. Sungguh, tidak ada yang bisa mendatangkan rezeki, harta kekayaan, dan anak keturunan kecuali Allah jua yang juga akan mempersembahkan-Nya. Pertolongan hanyalah milik Allah. Hanya kepada-Nya-lah kita meminta terhadap apa yang tidak bisa dipinta kepada makhluk-Nya.

Katakanlah: "Seluruh pertolongan itu milik Allah semata. Kepunyaan-Nya kekuasaan langit dan bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan" (Q.S. Az-Zumar [39] : 44)

Simaklah baik-baik kata di bawah ini..

Hati manusia itu ibarat burung. Apabila terbang tinggi, ia akan jauh dari bahaya. Semakin tinggi terbangnya, semakin jauh pula dari bahaya. Sebaliknya, semakin dekat dengan bumi, semakin besar pula bahaya yang mengancamnya.

Terbang tingginya burung dianalogikan dengan “terbangnya” jiwa ke hadirat Allah. Ketika seorang

hamba ikhlas dalam pengabdiannya, ketika itu pula jiwanya akan melangit, mendekati Dzat Yang Mahatinggi. Hatinya menjadi bersih dan bebas dari polusi dosa. Dengan cara apapun, setan sulit melepaskan panah-panah tipu daya dan kesesatan.

Namun ketika jiwa seorang hamba menukik ke bawah, menukik ke arah kenikmatan duniawi, saat itu pula setan akan mudah membidikkan panah-panahnya. Ketidakikhlasan yang melahirkan sikap riya, ujub, takabur, ataupun ketergantungan yang tinggi kepada makhluknya, terlalu cinta dunia yang melahirkan keserakahan adalah pertanda jiwa seorang hamba telah menukik dan terkena panah-panah setan..

Semoga Allah subhanahu wata¡¦ala memperbaiki qalbu kita semua, dan menjaganya dari penyakit-penyakit yang merusak dan membinasakan, Aamiin ...

Mendeteksi Sehatnya Qalbu

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Qalbu yang sehat memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab 'Ighatsatul Lahfan min Mashayid asy -Syaithan.¨

Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kesembuhan. Dia tidak memilih hal-hal yang berbahaya serta menjadikan sakitnya qalbu.

(3)

1. Mengembara ke Akhirat

Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putra-putra akhirat. Dia datang dan

berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang mengambil sekedar keperluannya, lalu akan segera kembali lagi ke negeri asalnya.

Nabi shallallhu 'alaihi wasallam bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang melewati suatu jalan." (HR. al-Bukhari)

Ketika qalbu seseorang sehat, maka dia akan mengembara menuju akhirat dan terus mendekat ke arahnya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan bila qalbu tersebut sakit, maka dia terlena mementingkan dunia dan menganggapnya sebagai negeri abadi, sehingga jadilah dia ahli dan hambanya.

2. Mendorong Menuju Allah subhanahu wata'ala

Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah selalu mendorong si empunya untuk kembali kepada Allah subhanahu wata'ala dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya.

Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah, kedekatan dan rasa jinak terhadap-Nya. Merasa tenang dan tentram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut kepada Allah semata.

Maka qalbu tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan ketenangan dan ketentraman bersama Ilah sembahannya. Sehingga tatkala itulah ruh benar -benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah subhanahu wata¡'ala inilah surga dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab -kitab diturunkan.

Abul Husain al-Warraq berkata, "Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang Maha Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya."

Oleh karena itu terputusnya seseorang dari Allah subhanahu wata'ala adalah sesuatu yang lebih dahsyat bagi orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, karena terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.

3. Tidak Bosan Berdzikir

Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah subhanahu wata'ala. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah subhanahu wata'ala atau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada-Nya.

4. Menyesal jika Luput dari Berdzikir

Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya.

5. Rindu Beribadah

(4)

6. Khusyu' dalam Shalat

Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.

7. Kemauannya Hanya kepada Allah

Qalbu yang sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang diridhai Allah subhanahu wata'ala.

8. Menjaga Waktu

Di antara tanda sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya hilang dengan percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.

9. Introspeksi dan Memperbaiki Diri

Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah subhanahu wata'ala dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah subhanahu wata'ala serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya.

Demikian di antara beberapa fenomena dan karakteristik yang mengindikasikan sehatnya qalbu seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa qalbu yang sehat dan selamat adalah qalbu yang himmah (kemauannya) kepada sesuatu yang menuju Allah subhanahu wata'ala, mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai tujuan. Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang diridhai Allah lebih dia sukai daripada segenap pembicaran yang lain, pikirannya selalu tertuju kepada apa saja yang diridhai dan dicintai-Nya.

Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah subhanahu wata'ala lebih dia sukai daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diridhai-Nya. Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya,

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya".(QS.Al-Fajr [89]:27-28)

Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarkannya nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya qalbu tersebut di hadapan Ilah dan Sesembahannya yang Haq akan terwarnai dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan.

Sehingga jadilah abdi sejati sebagai sifat dan karakternya, ibadah menjadi kenikmatannya bukan beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa suka, cinta dan kedekatan kepada Rabbnya.

Ketika disodorkan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya mengatakan, "Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya aku mendengarkan, taat dan akan melakukannya. Engkau berhak dan layak mendapatkan semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu".

(5)

Tidak ada tempat bersandar bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku dari pintu-Mu, dan tidak ada tempat untuk berlari dari-Mu".

Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah subhanahu wata¡¦ala, dan dia hanya bersandar kepada-Nya. Apabila menimpanya sesuatu yang tidak dia sukai maka dia berkata, "Rahmat telah dihadiahkan untukku, obat yang sangat bermanfaat dari Dzat Pemberi Kesembuhan yang mengasihiku." Jika dia kehilangan sesuatu yang dia sukai, maka dia berkata, "Telah disingkirkan keburukan dari sisiku."

Semoga Allah subhanahu wata¡¦ala memperbaiki qalbu kita semua, dan menjaganya dari penyakit-penyakit yang merusak dan membinasakan, Aamiin.

Cinta adalah Fitrah yang Suci

Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya.

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar-Rum ayat 21).

Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram.

Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka, lapang dan sempit.

Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya. Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan. Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik.

Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.

Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.

PERNIKAHAN TEMPAT BERMUARANYA CINTA

Tidak terlihat diantara dua orang yang saling mencintai (sesuatu yang sangat menyenangkan) seperti pernikahan” (Sunan Ibnu Majah)

Pernikahan dalam Islam merupakan sebuah kewajiban bagi yang mampu. Dan bagi insan manusia yang saling mencintai pernikahan seharusnyalah menjadi tujuan utama mereka.

(6)

Percintaan tanpa didasarkan oleh tujuan hendak menikah adalah sebuah perbuatan maksiat yang diharamkan oleh agama. Karena batas antara cinta dan nafsu birahi pada dua orang manusia yang saling mencintai sangatlah tipis sehingga pernikahan adalah sebuah obat yang sangat tepat untuk mengobatinya.

Pernikahan adalah sebuah perjanjian suci yang menjadikan Allah SWT sebagai pemersatunya. Dan tidak ada yang melebihi ikatan ini. Dan inilah puncak segala kenikmatan cinta itu dimana kedua orang yang saling mencinta itu memilih untuk hidup bersama dan saling berjanji untuk saling mengasihi dan berbagi hidup baik suka maupun duka.

DZIKIR, Jiwa Yang Tiada Tanding

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Allah SWT berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Qs. al-Baqarah [2]: 152)

Dzikir adalah tali koneksi antara Allah dengan seorang hamba. Orang yang mengingat Allah, maka Allah akan mengingatnya. Dan yang melupakan Allah, maka Allah juga akan melupakan dan membiarkannya larut, hanyut dan tenggelam dalam kealfaan yang panjang. Larut dalam gulita hati dan kekeruhan rohani. Hanyut dalam kekerasan hati dan ketulian kalbu.

Kita perlu mengingat Allah, karena kita memang membutuhkannya. Sementara Allah tak perlu kita mengingat-Nya, namun kitalah yang menghajatkan Dzat-Nya. Mengingat Allah adalah refleksi syukur kita, sedangkan melupakan-Nya adalah ungkapan nyata kekufuran (lihat Qs. Âli „Imrân [3]: 135). Setiap manusia pasti pernah alfa dan lalai. Namun sebaik-baik manusia yang berlaku salah adalah yang segera kembali ke akar penciptaannya, akar fitrah yang melekat pada dirinya. Ia akan segera berdzikir dan ingat kepada Allah, memohoan ampunan-Nya, mengemis welas asih-Nya, meratapi dosa-dosanya di hadapan kasih sayang-Nya. Karena ia sadar hanya Allah yang Maha Lapang rahmat-Nya, Maha Kasih, dan Maha Luas rahmat daripada murka-Nya (Qs. Âli „Imrân [3]: 191).

Orang-orang yang berakal akan senantiasa mengingat Allah, merapat ke hadirat-Nya, merindukan-Nya, dan masuk bersama-Nya. Ia akan senantiasa ingat dan dzikir kepada Allah dalam segala kondisi, hal, dan waktu.

Saat berdiri, duduk, atau berbaring ia ingat Allah. Ia dekat kepada Allah dengan dengan semua asma`-Nya, kekuasaan-Nya, kehendak dan iradat-Nya. Bagi dirinya, Allah adalah segalanya, di atas segala cintanya, termasuk diri sendiri.

Hal sebaliknya terjadi pada orang-orang munafik (Qs. an-Nisâ` [4]: 142). Mereka hanya mengingat Allah dengan volume sangat sedikit. Kalaupun d ia ingat, itupun lakukan saat berada di tengah banyak orang karena ingin mendapat pujian dan apresiasi. Namun sesungguhnya hati dan nuraninya kosong dari dzikir hakiki.

Berdirinya adalah kemalasan mengingat Allah, shalatnya dilakukan dengan ogah-ogahan dan berat. Ia bukan ingin pujian dari Allah, tapi dari manusia. Riya` menjadi selimut jiwanya, sehingga manusiapun merasakannya.

Cermin Takwa ...

Radar keimanan orang yang bertakwa akan senantiasa bergetar keras ketika datang bisikan jahat yang akan menghancurkan diri dan menenggelamkannya dalam maksiat kepada Allah.

(7)

Kebeningan hati mampu menyingkap kesalahan yang dilakukannya saat itu, kekeliruan yang sedang mengintai, dan kejahatan yang tengah membidik dirinya. Nuraninya tajam berkat dzikir (Qs. al-A‟râf [7]: 205).

Manusia bertakwa akan senantiasa berdzikir dalam hatiny a dengan perasaan rendah diri, tak berdaya di hadapan Allah. Perasaan takut menyelimuti jiwanya. Suaranya rendah dalam nyala kobaran dzikir dalam hatinya di pagi dan petang hari, di ubun-ubun siang dan jantung malam.

Kobaran dzikirnya membubung menyentuh „Arasy Sang Maha Rahman. Suara sunyinya demikian gemuruh di tengah para malaikat, melengking di tengah gemuruh tasbih malaikat yang mengitari Baitul Makmûr (Qs. al-Anfâl [8]: 2).

Hati mereka akan gemetar ketika nama Allah disebut, dzikir pun akan segera mel uncur dari mulut, membasahi lidah, dan memenuhi dadanya. Iman mereka melonjak tatkala ayat-ayat Allah dikumandangkan dan dialunkan. Tawakal menjadi hiasan hidupnya, dan memagari setiap geraknya (Qs. ar-Ra‟d [13]: 27).

Dalam dzikir mereka ada tobat. Hati mereka merasa damai, tenteram dan lembut dalam derasnya dzikir yang mengalir dari samudera keimanan. Ketentraman menghiasi hidupnya, melingkupi ruang jiwa, dan memadati kekosongan hatinya. Ia damai dalam dzikir. Tentram saat mengingat Allah.

Lalai Akibat Dunia ...

Banyak orang sering berpaling kepada dunia, dan mabuk di dalamnya. Ia hanyut di arus dunia, karena dzikir tak mengalir deras dari hati melalui gelombang lisannya. Ia akan silau dengan dunia (Qs. al-Kahfi [18]: 28).

Sementara orang yang suka berdzikir tak akan pernah terlalaikan oleh urusan bisnis di dunia, jabatan atau tugas-tugas kenegaraan, niaga, anak, dan harta harta benda. Karena mereka telah mengingatkan diri dengan langit, menyambungkan jiwa dengan Penguasa langit dan bumi (Qs. an-Nûr [24]: 37).

Jiwa mereka akan senantiasa mempersiapkan diri untuk semua “pertemuan akbar” di Padang

Mahsyar kelak, tatkala semua perbuatan dipertanyakan, semua ucapan dipersoalkan, dan semua tindakan dimintai pertanggungjawaban. Saat hati mengalami guncangan besar, saat jiwa dirasuki ketakutan.

Orang yang suka berdzikir akan mampu meneladani Rasulullah dalam semua tingkah laku, semua derap langkah, dan semua paradigma pikirnya. Rasulullah menjadi idola, kiblat perilaku moralnya (Qs. al-Ahzâb [33]: 21).

Karena dzikir berkobar menyala di jantung hatinya, ia akan senantiasa ingat kepada firman Allah,

“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (Qs. al-Ahzâb [33]: 41)

Ia senantiasa akan mampu memperbesar gelombang dzikirnya dalam sepi dan ramai, suka dan duka, susah dan senang.

Kulit orang yang dzikir akan bergetar manakala ayat-ayat Allah yang mulia dikumandangkan, dialunkan dan dilantunkan. Mereka akan tenang saat mengingat Allah mendengar Kitab Allah yang melahirkan damai, ketenangan, kesejukan jiwa, dan obat bagi para pembacanya (Qs. az-Zumar [39]: 23).

Kerugian akan menimpa orang-orang yang lupa kepada Allah karena anak-anak mereka, dan tidak menjadikan dzikir sebagai agenda hidupnya (Qs. al-Munâfiqûn [63]: 9).

(8)

Banyak Manfaat ...

Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Qs. al

-Muzammil [73]: 8) “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.” (Qs. al-Insân [76]: 29).

Mari kita kobarkan dzikir di nafas subuh, ubun siang, remang senja dan di jantung malam. Sebab, banyak sekali manfaat dalam dzikir:

Pertama, mengusir, menangkal dan menghancurkan setan. Membuat Allah ridha dan setan murka. Dzikir akan menghilangkan risau, gelisah, dan gundah, lalu menghadikrkan ketenangan.

Kedua, segala keburukan menjadi sirna, kalbu menjadi kuat, badan menjadi sehat, memperbaiki yang lahir dan batin. Wajah terang dan bersinar, rezeki menjadi gampang, ada wibawa mengitari diri, dan ketenagan menjalar di segala arah.

Ketiga, istiqamah akan kokoh, kebenaran akan menghampiri, murâqabah akan tinggi, ihsân akan terengkuh, iman akan meneguh, tobat terus merambat, inâbah akan merayap, taqarrub menjadi

mudah, ma‟rifat menjadi terbuka, dan khâsyiyah akan berkilauan.

Keempat, dzikir adalah makanan rohani, nutrisi bagi tubuh. Ia adalah pembersih jiwa, pembening hati, pengusir lalai, dan penakluk syahwat. Kelalaian lenyap bersamanya. Ia adalah lentera bagi gulitanya jiwa, pelebur dosa, dan pelenyap nestapa.

Kelima, mendatangkan sakinah, malaikat akan menaungi dengan sayap-sayap terbentang. Dzikir akan menghambarkan lisan untuk mengumbar ghibah, melempar dusta dan berlaku zhalim. Membuat teman duduknya tenteram. Dan dzikir adalah tanaman surga yang akan dipetik oleh orang yang rajin menyiraminya.

Keenam, mencegah kepikunan, dan mengatasi kelalaian. Hati pendzikir akan senantiasa menatap akhirat dan mengabaikan dunia. Karena dzikir adalah pondasi dan puncak rasa syukur.

Ketujuh, dzikir adalah api yang aktif bekerja menyirnakan sisa-sisa dosa, dan menghilangkan nodanoda kejahatan kita. Gunung, langit, bumi dan semesta, selain setan durjana, bangga dengan dzikir -dzikir manusia.

Kedelapan, dalam kobaran dzikir, ada kelezatan yang luar biasa, dan kenikmatan tiada tara. Kobaran dzikir yang terus menyala akan menjadi saksi bahwa kita benar-benar mencinta Sang Maha Kuasa. Di kobarannya kita masuk dengan damai dan tentram bersama Allah.

#Samson Rahman, MA

Pendakwah, Departemen Riset dan Kajian Ikatan Dai Indonesia (IKADI)

(9)

Makna Kebahagiaan Hakiki

Sahabat saudaraku fillah..Yang di Rahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Sejatinya seorang Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala,tidak hanya berfikir untuk

meraih kebahagiaan di dunia, tetapi ia juga akan berfikir untuk meraih kebahagiaan yang abadi di

akhirat kelak. Allah Subhanahu wa Ta‟ala, mengutus Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kepada

umat manusia untuk memberi petunjuk kepada jalan yang haq lurus, agar mereka bahagia didunia dan akhirat.

Meski demikian manusia menempuh, Jalan dan caranya masing-masing ,untuk menggapai

kebahagiaan, ada yang mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta‟ala, ada juga sekelompok manusia memilih jalan yang menyimpang dan dilarang, yaitu tunduk pada hawa nafsunya sendiri.

Walaupun hasilnya sama-sama mendapat kebahagiaan, namun maknanya berbeda. Mereka yang

memilih jalan Allah Subhanahu wa Ta‟ala akan mendapat kebahagiaan kekal abadi. Sementara yang memilih jalan yang dilarang dan menyimpang hanya mendapat kebahagiaan sesaat.

Setiap insan pasti menginginkan dan mendambakan kebahagiaan,sesungguhnya kebahagiaan itu tidaklah muncul dari luar diri kita, akan tetapi hadir dan datang dalam diri kita sendiri.Kebahagiaan akan terasa ketika kita memahami dan menyadari,bahwa semua yang kita terima sudah diatur oleh

Allah Subhanahu wa Ta‟ala,

Dan kitapun qana‟ah yaitu selalu merasa puas, dan menerima dengan senang hati dan lapang dada, apapun yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala, Apakah bentuk pemberian tersebut sesuai dengan keinginan kita ataupun tidak.

Dengan satu keyakinan, bahwa kenyataan tersebut itulah yang baik dan paling terbaik bagi kita,

sebab hanya Allah Subhanhu wa Ta‟ala Yang Maha mengetahui,Maha Bijaksana,Maha Pengasih dan

Maha Penyanyang terhadap hamba-hamba-Nya, dan kewajiban kita dianjurkan untuk berupaya ikhtiar maksimal,Berdoa dan Bertawakal.

Dalam hal ini menurut pandangan islam, bahwa kebahagiaan hakiki itu tidak diukur, dengan memiliki harta yang berlimpah,status sosial yang tinggi di masyarakat, dan semua standar ukuran-ukuran keduniaan lainnya,akan tetapi kebahagiaan itu akan hadir ketika setiap insan, berusaha

maksimal penuh keikhlasan serta kepasrahan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala, untuk

membersihkan hatinya (qalbu) dari hal-hal yang mengotorinya.

Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berfirman :

Sesungguhnya Berbahagialah orang-orang yang mensucikan jiwanya (Qalbu), Dan Sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya”. (QS. Asy Syams : 9-10)

Setiap muslim mempunyai kesempatan, untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman dalam jiwanya.Untuk menggapainya tentunya harus diusahakan, melalui Riyadhah (latihan), dan Mujahadah (tekun) untuk mensucikan jiwa (tazkiyatun Nafs) bisa dilakukan dengan dzikir,karena ketika berdzikir qalbu seorang hamba selalu berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta‟ala, sehingga dengan demikian melahirkan ketentraman dan Kebahagiaan.Terlebih selalu merasakan

diawasi dan mengalirkan Naungan dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berfirman :

Maka ingatlah Kepada-KU,Niscaya AKU (ALLAH) akan ingat pula kepada kalian.Dan Bersyukurlah Kepada-KU,serta janganlah kalian mengikari Nikmat-KU”.(QS. Al Baqarah : 152). Dari ayat tersebut diatas, mengisyaratkan adanya suatu anjuran untuk senantiasa ,berdzikir dan

selalu mengingat kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala, dan senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya,

karena dengan bersyukur atas karunia dan nikmat, yang Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah berikan,

(10)

Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan akan hadir di qalbu, manakalah setiap muslim mampu menyikapi apa saja yang menimpanya, selalu berbaik sangka (husnudzan) kepada Allah Subhanahu wa

Ta‟ala,baik disaat lapang maupun disaat dirundung kesempitan ,selalu diterima dengan sabar dalam

segala hal. Karena dengan keimanan yang kokoh yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta‟ala,

menetapkan segala sesuatu yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda:

"Dan Tidaklah seseorang di berikan satu pemberian lebih Baik, dan lebih luas dari pada kesabaran”. (HR. Bukhari dan Muslim )

Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa pada dasarnya seorang mukmin, hidupnya selalu dikelilingi kebaikan, baik ketika mendapat kesenangan,kelapangan maupun disaat ditimpa ujian,musibah, ada manfaat yang dapat ia ambil dari keduanya,ketika ia ditimpah ujian dan musibah, ia akan merasakan kebahagiaan.

Karena ia yakin bahwa ujian dan musibah pada hakikatnya, untuk membersihkan jiwa setiap insan hingga benar-benar ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta‟ala, dan membantunya meraih kebahagiaan dan kenikmatan-kenikmatan surga yang telah Allah Subhanahu wa Ta‟ala, janjikan kepada hamba-hamba-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berfirman :

Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabb-Mu dengan hati yang yang ridha dan diridhai-Nya.Masuklah kedalam hamba-hamba-KU,Dan masuklah ke dalam Surga-KU”.(QS. Al Fajr 27-30).

Demikian pula ketika ia mendapat kesenangan dan kelapangan, makin bertambah syukurnya,dan ia pun giat melakukan hal-hal yang di ridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala.Oleh karena itu semua urusan orang mukmin itu, adalah Kebaikan dan melahirkan kebahagiaan baik disaat senang maupun disaat diuji dengan musibah.Karena dengan keimanan yang terpatri dalam qalbu, yakin apapun yang

terjadi pada dirinya adalah sudah menjadi ketentuan dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

Sungguh Luar biasa Urusan orang mukmin itu,Sesungguhnya semua urusannya itu baik dan itu semua tidak dimiliki kecuali orang mukmin. Jika ia mendapatkan Kebaikan ia Bersyukur, dan itu sangat baik baginya.Jika ia ditimpa Cobaan,ia Bersabar dan itu sangat baik baginya.”(HR. Bukhari).

Dalam keadaan inilah kemilau seorang mukmin memancar,karena semua urusanya adalah mendatangkan dan melahirkan kebahagiaan, dan menjadikannya makin bertaqwa, karena hudhur

(kehadiran) Allah Subhanahu wa Ta‟ala,selalu dirasakan setiap saat menaungi langkah-langkahnya,

dalam Ma‟iyatillah (Kebersamaan Allah Subhanhu wa Ta‟ala) dalam semua urusannya. Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berfirman :

Dan DIA (ALLAH) memberi Rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.Dan Barangsiapa Bertawakkal kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan mencukupkan (keperluanya).Sesungguhnya ALLAH melaksanakan Urusan-Nya,sungguh ALLAH telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.(QS. At Thalaq : 3).

Sahabat saudaraku fillah..kehidupan seorang mukmin yang beriman, kepada kehidupan negeri akhirat yang kekal abadi,Tidaklah sama dengan kehidupan orang kufur, yang menganggap umurnya merupakan kesempatan pertama, dan terakhir untuk menghabiskan kenikmatan sementara duniawi.

(11)

Sahabat Saudaraku fillah yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta‟ala,demikian untaian sederhana ini, semoga manfaat buat kita semua,‟ Yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa

Ta‟ala,yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ‟‟Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq

Watawa saubil shabr “.Semoga Allah Subhanahu wa Ta‟ala . Senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahum Aamiin. Selesai…

Menikah Tanpa Pacaran

Dalam Islam adanya pacaran adalah setelah pernikahan.Hal ini akan lebih indah dan nyaman dibandingkan pacaran sebelum menikah karena belum memiliki ikatan apapun.Namun sebagian dari kita belum memahami akan hal ini dan menganggap aturan Islam membelenggu kebebasan kita.Padahal sesungguhnya segala aturan itu jika kita terapkan adalah demi kebaikan kita sendiri.Telah kita ketahui begitu dahsyatnya akibat pergaulan bebas antara pria dan wanita yang belum memiliki ikatan pernikahan.Dalam hal ini tentu pihak wanita yang sering menanggung akibat lebih besar.

Jika kita merasa siap menikah lebih baik ta‟aruf saja.Kalau merasa cocok bisa diurus lebih cepat dan

jika dibatalkanpun tak banyak pihak yang tersakiti.Dalam ta‟aruf kita boleh mengenal pasangan

namun harus disertai mahramnya yang telah dewasa agar tidak terjerumus dalam perbuatan zina.

Bagaimana agar menikah tanpa pacaran tidak menimbulkan penyesalan karena salah pilih? Menikahlah karena didasari niat beribadah kepada Allah. Sehingga kita akan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dan apapun keputusan-Nya pastilah yang terbaik untuk kita. Dengan kemantapan hati lewat istikharah,hati nurani serta tawakal kita harus yakin atas pilihan Allah..

Mari kita renungkan firman-Nya “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)...”(QS. An-Nur: 26).

Kita harus yakin bahwa seseorang yang akan mendampingi kita kelak adalah orang yang mempunyai tujuan sama yakni di jalan yang diridhai Allah. Jika tidak, Allah pasti akan menjauhkan dari kita dan mengganti dengan yang lebih baik. Dari ayat diatas sudah jelas bahwa Allah tidak mungkin menjodohkan kita dengan orang yang senang berbuat maksiat sedangkan kita sendiri menjauhi segala perbuatan maksiat.

Lantas bagaimana pula jika kita menikah nanti belum bisa sepenuhnya mencintai pasangan karena belum begitu mengenalnya? Tak perlu risau saudaraku..

Allah berjanji akan menumbuhkan cinta dan kasih sayang dalam pernikahan selama pernikahan tersebut didasari atas kecintaan kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar- Rum: 21).

Oleh karena itu saudaraku, janganlah pacaran sebagai solusi untuk mendapatkan jodoh. Hendaklah kita senantiasa menempuh jalan yang diridhai-Nya agar pernikahan kita kelak bisa menghadirkan

(12)

Solusi Berbagai Masalah

Dear sahabat fillah yang lapang hatinya..

Masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.

Itulah dimensi waktu yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia, di dunia ini.

Di manakah kita berada?

Jelas, kita berada pada masa sekarang.

Masa lalu telah menjadi sejarah.

Kita hanya bisa mengenangnya, melihat catatan-catatan peristiwa yang ada di dalamnya.

Bagaimana dengan masa depan?

Ia masih berupa misteri.

Jika demikian adanya, yang pasti dan yang benar-benar menjadi milik kita adalah masa sekarang.

Dialah hadiah dari Allah yang layak kita sambut dan kita manfaatkan sebaik -baiknya.

Dialah yang akan menentukan baik buruknya kita pada masa yang akan datang.

Dia pula yang akan mampu memperbaiki catatan-catatan buruk kita pada masa lalu.

Karena itu, PERLAKUKAN MASA LALU SEPERTI KACA SPION.

Cukuplah ia dilihat sekali-kali saja sebagai pemandu.

Tugas terbesar kita adalah menjalani masa sekarang dengan penuh kesungguhan dan memandang masa depan dengan pernuh perhitungan.

Nasehat Hasan Al Basri...

Suatu saat 4 orang datang kepada Hasan Al Basri dan bergantian menyampaikan masalahnya..

- Orang pertama datang mengadukan kekeringan yang melanda karena hujan tidak turun dari langit..

Hasan Al Basri memberi nasehat kepada orang tersebut untuk BERISTIGHFAR..

- Orang kedua datang mengadukan kemiskinan yang dideritanya..

Hasan Al Basri memberi nasehat kepada orang tersebut untuk BERISTIGHFAR.

- Orang ketiga datang mengadukan istrinya mandul..tidak bisa melahirkan.

Hasan Al Basri memberi nasehat kepada orang tersebut untuk BERISTIGHFAR..

- Orang keempat datang mengeluhkan kebunnya yang gersang tidak dapat menumbuhkan tanaman..

Hasan Al Basri memberi nasehat kepada orang tersebut untuk BERISTIGHFAR..

Mereka yang hadir heran karena mendapat nasehat yang sama...

Akhirnya mereka bertanya..

(13)

yaitu “istighfar”...

Hasan Al Basri menjawab..

Apakah kamu tidak membaca firman Allah berikut”...lalu beliau membaca Al Quran surat nuh yang artinya..

Mohonlah ampunan pada Tuhanmu sesungguhnya Dia Maha Pengampun..niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit..Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu dan mengadakan kebun-kebun untukmu.. dan mengadakan sungai-sungai untukmu”. ( QS Nuh: 10-12) Nasehat yang sangat bijak untuk semua orang yang masih mengakui keberadaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Memberi..Maha Pengasih..Maha Penyayang..

Sayidina Abu Bakar as-Siddiq mengemukakan..Ada delapan perhiasan indah bagi delapan hal lainnya..

1. PANTANG MEMINTA MINTA merupakan hiasan si miskin.. 2. BERSYUKUR merupakan hiasan bagi anugerah..

3. SABAR hiasan bagi musibah.. 4. SANTUN hiasan bagi ilmu..

5. BANYAK MENANGIS (menginggat dosa dosa) hiasan bagi orang bertaubat.. 6. MENYEMBUNYIKAN KEBAIKAN hiasan bagi kebajikan..dan

7. KHUSYUK hiasan bagi orang shalat.

Renungan, khusus untuk wanita

Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah saw menangis manakala ia datang bersama Fatimah.

Lalu keduanya bertanya mengapa Rasulullah saw menangis.

Beliau menjawab,

"Pada malam aku di-isra'- kan , aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya”.

Putri Rasulullah saw kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya.

"Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.

Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun- ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.

Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka.

Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.

Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.

Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya.

(14)

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?

Rasulullah menjawab,

"Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.

Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang mengotori' tempat tidurnya.

Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang

tidak mau mandi suci dari haiddan nifas.

Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.

Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.

Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.

Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta.

Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami."

Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada KAUM HAWA...

Allah masih sayang kepada kita

Bismillah ... Allah masih sayang kepada kita, tatkala kita bermaksiat ... inilah bukti betapa besar Kasih Sayang-Nya kepada kita ....

1. Allah masih menutup aib kita, .. seandainya Allah membongkar satu saja dosa/aib kita maka betapa malunya kita ...

2. Allah tidak langsung mengadzab kita, .. seandainya Allah langsung mengadzab setiap dosa yang kita lakukan tentu kita tidak akan bisa hidup diatas muka bumi ini .. tentu kita akan segera binasa sebelum sempet bertaubat ...

3. Bahkan Allah masih terus memberikan rezki kepada kita... bahkan terkadang ditambah rizki kita, apakah kita tidak malu ..? Bermaksiat tapi terus dibaiki oleh Allah ...??

4. Allah selalu memberi kesempatan bertaubat bagi kita ... bahkan hingga nafas terakhir kita ...

5. Bahkan Allah sangat gembira pada hamba-Nya yang bertaubat...(padahal baru saja sang hamba tenggelam dalam kemaksiatan) .. Subhanallah .. alangkah lembutnya kasih sayang Allah kepada hamba-Nya ...

6. Allah juga memberi ganjaran besar bagi kita yang bertaubat... lantas .. kenapa kita masih menunda taubat ..?, kenapa masih beristigfar tapi dengan hati lalai ..? Apakah kita akan terus demikian hingga Allah cabut rahmat-Nya sehingga kita meninggal dalam keadaan penuh berlumuran dosa ...

(15)

Dan, apabila seorang hamba Allah jatuh sakit, Allah akan mengutus 4 malaikat : 1. Malaikat Pertama akan mengambil SELERA MAKANNYA

2. Malaikat Kedua akan mengambil REZEKINYA

3. Malaikat Ketiga akan mengambil KECANTIKAN/KETAMPANAN WAJAH ( pucat )

4. Malaikat Keempat akan mengambil DOSANYA

Apabila telah sampai waktu yang telah Allah tetapkan untuk hambaNya kembali sehat, Allah akan menyuruh Malaikat Pertama, Malaikat Kedua dan Malaikat Ketiga agar mengembalikan apa yang telah diambil oleh mereka. Akan tetapi Allah tidak menyuruh Malaikat Keempat mengembalikan dosa hambaNya tersebut.

Subhanallah, betapa Mulia dan Kasih Allah terhadap kita. Janganlah bersangka buruk terhadap Allah ketika kita sakit, bersyukurlah dan ucaplah Alhamdulillah ke atasNya. Sesungguhnya setiap kesakitan itu adalah penghapus segala dosa

Empat Perkara Yang Sia-Sia

Menurut Syaqiq bin Ibrahim dalam Kitab Tanbighul Ghafilin, berkata bahwa apabila dihati seseorang ada rasa marah pada ALLAH, maka dia akan melakukan empat hal yang sia-sia.Yaitu:

1.Dia mengaku sebagai hamba,tetapi bertindak sebagai juragan.?

Allah dipaksanya untuk memenuhi segala keinginannya.

Misal : Diberi hujan oleh Allah, tapi karena saat itu dia punya hajat,sehingga hatinya marah-marah. Padahal yang membuat hujan adalah Allah.Diberi cobaan, tapi hatinya mengumpat, tidak terima dengan kesulitan itu. Apabila seorang hamba demikian, maka pengakuan kehambaannya kepada

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala akan sia-sia.

2 .Mengaku bahwa Allah yang menjamin rizkinya, tapi hati mereka tak tenang bila tak punya harta. ?

Apabila mempunyai rizki yang banyak, ia yakin itu adalah anugerah dari Allah, tapi menjadi gelisah ketika tidak memiliki harta. Hatinya menjadi tidak tenang. Hal demikian menunjukkan bahwa ada kemarahan kepada Allah. Maka key akinannya bahwa Allah yang menjamin rizkinya adalah sia-sia.

3. .Mengaku bahwa Akhirat adalah lebih utama dan lebih baik daripada dunia, namun mengumpulkan harta hanya untuk kepentingan dunia.?

Sehingga keyakinannya atas adanya kehidupan akhirat menjadi sia-sia. Harta yang dikumpulkan tidak untuk sedekah, hidup kikir. Harta yang dikumpulkannya telah melalaikannya akan kehidupan akhirat.

4. .Mengaku pasti akan mati, tapi berbuat seolah-olah dapat hidup selamanya.?

Maka keyakinannya tersebut menjadi sia-sia. menunda-nunda berbuat amal kebajikan, seolah-olah dapat menentukan umurnya sendiri. Tidak terima keputusan Allah adalah cerminan orang yang marah pada Tuhan-Nya. Padahal hidup ini atas kehendak Allah, Dia-lah yang berhak menentukan segala perjalanan nasib manusia.

Kadang apa yang tampak tidak baik bagi kita, ternyata menurut Allah adalah hal yang terbaik.Kesulitan yang dialami seseorang belum tentu hal yang menyedihkan.Sebagaimana Firman

(16)

Semua Tergantung bagaimana penyikapan seseorang dalam menghadapinya. Juga tergantung bagaimana keimanan seseorang dalam menghadapinya. Orang yang imannya kuat, cenderung menyandarkan persoalannya kepada Allah.Sedang orang yang kadar keimanannya tipis, senantiasa mengesampingkan Allah, dan menganggap bahwa kebahagiaan hidup itu hanya bisa dicapai dengan bergelimangnya materi. Ketika punya uang, ia senang, namun ketika sulit, jadi sedih bukan kepalang.

Pasang surutnya keimanannya sangat dipengaruhi berapa banyak simpanan hartanya. Orang yang demikian, jiwanya ringkih, kerdil dan tidak tangguh dalam menghadapi problematika hidup.

Allah Maha Tahu atas rahasia dialam semesta. Tidak ada secuilpun kejadian dalam ciptaanNya yang tidak berguna, jadi kewajiban kita adalah mensyukurinya. Kesulitan-kesulitan janganlah membuat kita menjadi kufur dan berbuat yang sia-sia atas nikmat yang diberikanNya. Kesulitan bukan berarti Allah tidak sayang kepada kita, tapi inilah cara Allah menunjukkan kasih sayangNya agar kita lebih mendekat dan bersyukur atas kenikmatan yang diberikanNya.

Sebgaimana Sabda RasuluLlah ? ”Sesungguhnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberikan cobaan kepada mereka. Siapa yang Ridha (terhadap cobaan itu), maka baginya keridhaanNya. Siapa yang murka(terhadap cobaan itu), maka baginya kemurkaanNya.

Akhirul kata, semoga kita menjadi manusia berjiwa tangguh, sabar dan menerima Qadha dan QadarNya.

Sumber : Islam Sampai Mati,

Menebar Energi Kasih Sayang

Tidaklah seseorang memiliki kasih sayang terhadap sesama, kecuali Allah SWT akan menghiasinya dengan kemuliaan. Dan tidaklah seseorang berlaku bengis terhadap sesamanya, kecuali Allah akan mencabut rasa kasih sayang dari dirinya dan mencampakkannya ke tempat yang hina.

Suatu hari Umar bin Khathab berjalan-jalan di seputar Madinah. Saat itu ia melihat seorang anak kecil sedang memainkan seekor burung pipit. Timbullah rasa iba dalam hati Umar. Ia pun segera membujuk si anak untuk menjual burung pipit mainannya. Anak itu setuju. Segera setelah bertransaksi, Umar melepaskan burung itu ke udara.

Setelah beliau wafat, sebagian sahabat mimpi berjumpa dengan Umar. Mereka bertanya,

Bagaimana Allah memperlakukan Anda?” Umar menjawab, “Allah mengampuni dan memuliakan.”

Para sahabat bertanya kembali, “Apakah sebabnya? Apa karena kedermawananmu, keadilanmu, atau karena kezuhudanmu?”.

Ketika manusia menguburkanku dan mereka pulang, tinggallah aku sendirian di dalam kubur. Maka datanglah dua malaikat. Akalku hilang dan aku pun gemetar ketakutan. Mereka mendudukkanku untuk menanyaiku.

Saat itulah terdengar suara tanpa rupa: „Wahai Malaikat, tinggalkanlah hamba-Ku ini! Tidak usah kalian tanya atau kalian takut-takuti dia, sebab Aku menyayanginya dan akan Aku bebaskan siksaan daripadanya. Karena dia adalah seorang yang mengasihi seekor burung pipit waktu di dunia. Maka di akhirat Aku menyayangi-Nya,” demikian keterangan Umar.

Di dunia ini berlaku hukum kekekalan energi. Satu hukum yang menjelaskan bahwa sebuah energi tidak akan pernah hilang, ia hanya sekadar berubah bentuk. Sebagai sebuah ilustrasi, dari dulu hingga sekarang jumlah benda cair selalu tetap jumlahnya, hanya bentuknya saja yang berubah-ubah.

(17)

Kita menolong orang yang kesusahan misalnya, maka energi positif tersebut akan selalu ada dan akan kembali pada kita. Bentuknya bisa sama, ditolong kembali oleh yang lain saat kita kesusahan, ataupun dalam bentuk berbeda, berupa pujian dari manusia, ketenangan jiwa, atau paha la di sisi Allah.

Bahkan, dalam pandangan Allah Swt, energi kebaikan tersebut akan dikembalikan kepada pembuatnya dalam jumlah yang berlipat-lipat. Difirmankan, Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walau sebesar zarrah, dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar (QS An-Nisa‟ [4]: 40).

Pengalaman Umar bin Khathab menjadi contoh konkret akan adanya hukum kekekalan energi. Walau hanya menolong seekor pipit, Allah SWT membalasnya dengan pahala yang teramat luar biasa.

Umar telah memberikan energi kasih sayangnya dan Allah SWT membalasnya dengan energi kasih sayang yang jauh lebih besar.

Tidak hanya itu, kebaikan yang terlihat “sepele” tersebut makin mengangkat derajat Umar di hadapan Allah dan semua makhluk-Nya.

Benar apa yang dikatakan Rasul bahwa tidaklah seseorang memiliki kasih sayang terhadap sesama, kecuali Allah Swt akan menghiasinya dengan kemuliaan. Dan tidaklah seseorang berlaku bengis terhadap sesamanya, kecuali Allah akan mencabut rasa kasih sayang dari dirinya dan mencampakkannya ke tempat yang hina.

Ada kisah lain yang menunjukkan betapa energi kasih sayang yang dianggap sepele, mampu mengangkat pelakunya pada tempat yang terhormat.

Di antaranya kisah seorang pezina yang diampuni Allah dan dimasukkan ke dalam surga hanya karena menolong anjing yang kehausan. Sebaliknya, ada seorang ahli ibadah yang divonis masuk neraka hanya karena mengurung seekor kucing tanpa diberi makan, sampai kucing tersebut mati kelaparan.

Kasih sayang dan kualitas beragama ...

Hakikat keberagamaan adalah terjalinnya kasih sayang. Allah SWT menurunkan Islam sebagai pemandu bagi manusia agar saling berkasih sayang dan menyebarkannya pada penghuni bumi yang

lain. Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya‟ [21]: 107).

Karena itu, tidak mungkin seorang yang mengaku Muslim tega menyakiti makhluk Allah lainnya tanpa alasan yang jelas. Mukmin adalah mereka y ang bisa memberi kedamaian kepada semua objek di sekitarnya.

Baginda Rasulullah SAW bersabda, “Kalian tidak dianggap beriman sebelum kalian saling menyayangi.

Para sahabat bertanya, “Bukankah masing-masing kita memiliki kasih sayang?”.

Beliau menjawab, “Yang dimaksud bukanlah kasih sayang seorang di antara kalian kepada sahabatnya. Tetapi kasih sayang untuk umat manusia, kasih sayang yang bersifat umum”.

Bila kasih sayang sudah menyebar di muka bumi, maka curahan kasih sayang Allah pun akan tertuang di atasnya. “Kasihilah yang ada di bumi, niscaya engkau akan dikasihi yang di langit”. Sebaliknya murka Allah akan turun tatkala kita menzalimi yang di bumi.

(18)

Saat teman sakit, kita anggap itu biasa dan tidak terenyuh untuk sekadar menanyakan kabar atau menjenguknya.

Saat ribuan TKI diusir dari negara lain, kita menganggapnya sebagai hal biasa. Jarang kita memberi perhatian pada mereka walau dengan seuntai doa.

Ada satu hadis dari Abu Hurairah yang layak kita renungkan.

Baginda Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman pada hari Kiamat,

Wahai Anak Adam! Aku telah sakit tetapi kamu tidak menjenguk-Ku‟. Dia (Anak Adam) menjawab, „Ya Rabbi, bagaimanakah aku menjenguk-Mu, padahal Engkau Rabb al-Alamin?‟.

Allah berfirman, „Tidakkah kamu tahu, bahwa hamba-Ku telah menderita sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Apakah kamu tidak tahu bahwa kalau kamu menjenguknya, niscaya kamu dapati (pahala dari) Ku berada di sisinya‟.

Wahai anak Adam! Aku meminta makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberi-Ku makan‟. Dia menjawab, „Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu makan, padahal Engkau Rabb al-Alamin?‟.

Allah berfirman, „Tidakkah kamu tahu bahwa hamba-Ku meminta makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya makan. Apakah kamu tidak tahu bahwa kalau kamu memberinya makan, niscaya kamu dapati balasannya ada pada-Ku‟.

Wahai anak Adam! Aku meminta minum, tetapi kamu tidak memberi-Ku minum‟. Dia menjawab:

Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Rabb al-‟Alamin?‟.

Allah berfirman, „Tidakkah kamu tahu bahwa hamba-Ku meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya minum. Apakah kamu tidak tahu bahwa kalau kamu memberinya minum, niscaya kamu mendapati balasannya ada pada-Ku‟. (HR Muslim).

Apa makna dari “Aku sakit engkau tak menjenguk-Ku, Aku lapar engkau tak memberi-Ku makan. Aku haus tapi engkau tak memberi-Ku minum?”.

Bagaimana Allah Yang Mahaperkasa, Yang Mahakaya berfirman bahwa Dia sakit, Dia lapar dan Dia haus?

Hakikatnya, Allah itu bersama orang-orang yang kesusahan. Siapa yang menyayangi dan menolong

mereka, nilainya sama dengan menyayangi dan “menolong” Tuhannya ...

Wallahu a‟lam bish-shawab ....

Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. .. AAMIIN ..

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..

Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

(19)

Tasbih yang berat timbangannya

Menurut Imam Al Ghazali, hanya ada satu amalan yang tidak dibatasi; yaitu zikir.

Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman:

بَ٠بَُّٙ٠َأ َٓ٠ِظٌَّاإَُِٛآاٚ ُغُوْطاَ َّللَّاا ًغْوِطا ًغ١ِثَو

Wahai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan zikir yang sebanyak-banyaknya.”(QS. Al-Ahzab: 41)

Dalam amalan-amalan lain selain zikir yang diutamakan adalah kualitasnya, bukan kuantitasnya. Yang penting adalah baik tidaknya amal bukan banyak tidaknya amal itu. Kata sifat untuk amal

adalah „amalan shâlihâ bukan „amalan katsîrâ. Tapi khusus untuk zikir, Al-Quran memakai kata sifat dzikran katsîrâ bukan dzikran shâlihâ. Betapa pun jelek kualitas zikir kita, kita dianjurkan untuk berzikir sebanyak-banyaknya. Karena zikir harus kita lakukan sebanyak-banyaknya, maka tidak ada batasan waktu untuk berzikir.

Allah swt memuji orang yang selalu berzikir dalam setiap keadaan. Al-Quran menyebutkan: Orang-orang yang berzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring. (QS. Ali Imran: 191)

Dalam ayat lain, Allah berfirman: Setelah selesai menunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah, dan berzikirlah kepada Allah sebanyak -banyaknya. Supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu‟ah: 10)

Bahkan ketika kita mencari anugerah Allah, bekerja mencari nafkah, kita tak boleh meninggalkan zikir.

Di antara kalimat-kalimat thayyibah (kalimat-kalimat yang baik dan akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT) yang dianjurkan untuk selalu dibaca dan dilantunkan dalam zikir kita adalah lafal :

ْبذج ؿ الله ٖضّذ ثْٚبذج ؿ الله ُ١ ظؼ ٌا

Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim”, Artinya “Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung.”

Zikir dengan menggunakan lafal “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” merupakan salah

satu kalimat yang banyak dianjurkan di dalam hadits-hadits Nabi saw, antara lain sebagai berikut:

1) Rasulullah Saw bersabda : “Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat subhanallah wabihamdihi, subhanallahil „Azhim (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung).” (HR Bukhari 7/168 dan Muslim 4/2072);

2) Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik ucapan kepada Allah SWT adalah kalimat subhanallah wa bihamdihi.” (HR Muslim dan Tirmidzi).

3) Diriwayatkan dari Abi Dzar. Rasulullah pernah ditanya, “Perkataan apa yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang dipilih oleh Allah bagi para malaikat dan hamba-hamba-Nya, yaitu subhanallah wabihamdihi (Mahasuci Allah dengan segala puji bagi-Nya).” (HR Muslim).

4) Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa mengucapkan subhanallah wabihamdihi seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di laut.” (HR Muslim dan Tirmidzi)

5) Ibnu Umar ra meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw berkata kepada para sahabatnya,

(20)

6) Dalam kitab “Syarhul Washiyah” diterangkan sebuah hadits mengenai keutamaan dzikir subhanallah wa bihamdihi. Dikatakan bahwa kalimat subhanallah wa bihamdihi adalah kalimat yang sangat dicintai Allah swt dan merupakan kalimat yang paling utama dari kalimat -kalimat lainnya. Barangsiapa mengucapkannya maka akan tertulis baginya kebaikan yang banyak dan Allah akan menghapus dosa orang yang mengucapkannya walau dosa orang tersebut lebih banyak daripada buih yang ada di lautan.

7) Dalam musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa ketika menjelang ajal Rasulullah saw, Beliau

memanggil putrinya dan berkata, “Aku perintahkan engkau agar selalu mengucapkan subhanallah wa bihamdihi, karena kalimat tersebut merupakan doa seluruh makhluk dan dengan kalimat itulah semua makhluk mendapat limpahan rezeki.

8) Abu Dzar berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw amal apakah yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab, „Yang telah dipilih Allah untuk para Malaikat-Nya, yaitu subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim.

9) Diriwayatkan dalam “Shahih Bukhari” bahwa suatu ketika datang seorang lelaki mengeluhkan

keadaannya kepada Rasulullah saw. Ia berkata, “Dunia ini telah berpaling dariku dan yang telah kuperoleh dari tanganku sangatlah sedikit.” Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apakah engkau tidak pernah membaca doanya para Malaikat dan tasbihnya seluruh makhluk yang dengan itu mereka mendapat limpahan rezeki?” Lelaki itu bertanya, “Doa apakah itu wahai Rasulullah?

Rasulullah saw menjawab, “Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim, dan beristighfarlah kepada Allah sebanyak seratus kali diantara waktu terbitnya fajar hingga menjelang waktu shalatmu, dengan itu dunia akan tunduk dan merangkak mendatangimu, dan Allah menciptakan dari setiap kalimat tersebut Malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah hingga hari kiamat dan untukmu pahalanya.

10) Dalam hadit riwayat Imam Muslim, zikir dengan ucapan lafal “ Subhanallahi wa bihamdihi „adada khalqihi,wa ridhaka nafsihi, wa ziinata „Arsyihi, wa midada kalimatihi‟(Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya sebanyak bilangan makhlukNya, dan sebesar ridha diriNya, dan seberat „Arasy-Nya,dan sebanyak hitungan kalimatNya).‟ (Hadis riwayat Muslim)

Hikmah Di balik Musibah

BERIKHITAR,BERSABAR,DAB BERTAWAKAL..

Nuansa keimanan, renungkan rasakan, Bahwa adalah sebuah cobaan yang berujung rahmat. Akankah kita mampu bersabar. Sabar mengandung makna kenikmatan. Perasaan akan memperoleh pahala memberikan kenikmatan yang jauh lebih besar. Penyakit memang menyiksa tapi ingat di belakangnya terdapat kenikmatan, dan berbuah pahala pengampunan dosa.

Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah merahmati kita semua- telah menjadi ketetapan dari Allah Azza wa Jalla bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami sakit dan musibah selama

hidupnya. Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan „Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji‟uun‟. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al -Baqaroh : 155-157).

Sakit dan musibah yang menimpa seorang mukmin mengandung hikmah yang merupakan rahmat

(21)

Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini”. (Syifa-ul Alil

fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta‟lil hal 452).

"BERSABAR PADA COBAAN DI DUNIA UNTUK MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN ABADI DIAKHIRAT"

Nabi SAW bersabda,“Jika Allah m'hendaki kebaikan untuk seorang hamba-Nya maka Allah akan menyegerakan hukuman untuknya didunia. Sebaliknya jika Allah menghendaki keburukan utk seorang hamba maka Allah akan biarkan orang tersebut dgn dosa2nya sehingga Allah akan memberikan balasan untuk dosa tersebut pd hari Kiamat nanti”(HR Tirmidzi, hasan)

Dalam menyikapi sakit dan musibah tersebut, berikut ini ada beberapa prinsip yang harus menjadi pegangan seorang muslim :

1. Sakit dan Musibah adalah Takdir Allah Azza wa Jalla

Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).

Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang melainkan dengan izin Allah” (QS. At -Taghaabun : 11).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).

2. Sakit dan Musibah Adalah Penghapus Dosa

Ini adalah hikmah terpenting sebab diturunkannya sakit dan musibah. Dan hikmah ini sayangnya tidak banyak diketahui oleh saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Acapkali kita mendengar manusia ketika ditimpa sakit dan musibah malah mencaci maki, berkeluh kesah, bahkan yang lebih parah meratapi nasib dan berburuk sangka dengan takdir Allah. Nauzubillah, kita berlindung kepada Allah dari perbuatan semacam itu. Padahal apabila mereka mengetahui hikmah dibalik semua itu, maka -insya Allah- sakit dan musibah terasa ringan disebabkan banyaknya rahmat dan kasih sayang dari Allah Ta‟ala.

Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana beliau bersabda:

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).

Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).

(22)

Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga ia menghapuskan setiap dosa darinya”.(HR. Al-Hakim I/348, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab

Shohih Jami‟is Shoghirno.1870).

Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya”. (HR. Muslim no. 2572).

Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka”. (HR. Al-Bazzar, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash Shohihah no. 1821).

Janganlah kamu mencaci-maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi”. (HR. Muslim no. 2575).

Walaupun demikian, apabila seorang mukmin ditimpa suatu penyakit tidaklah meniadakan usaha (ikhtiar) untuk berobat. Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya”. (HR. Bukhari no. 5678).

Dan yang perlu diperhatikan dalam berobat ini adalah menghindarkan dari cara-cara yang dilarang

agama seperti mendatangi dukun, paranormal, „orang pintar‟, dan sebangsanya yang acapkali dikemas dengan label „pengobatan alternatif‟. Selain itu dalam berobat juga tidak diperbolehkan

memakai benda-benda yang haram seperti darah, khamr, bangkai dan sebagainya karena telah ada larangannya dari Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam yang bersabda :

Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan yang haram”. (HR. Ad Daulabi dalam al-Kuna, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash- Shohihah no. 1633).

Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian pada apa-apa yang haram”.(HR. Abu

Ya‟la dan Ibnu Hibban no. 1397. Dihasankan oleh Syeikh Albani dalam kitabMawaaridizh Zham-aan no. 1172).

Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan penyakit kalian pada apa-apa yang diharamkan atas kalian”. (HR. Bukhari, di-maushulkan ath-Thabrani dalam Mu‟jam al Kabiir,

berkata Ibnu Hajar : „sanadnya shohih‟, Fathul Baari : X/78-79). 3. Wajib Bersabar dan Ridho Apabila Ditimpa Sakit dan Musibah

Apabila sakit dan musibah telah menimpa, maka seorang mukmin haruslah sabar dan ridho terhadap takdir Allah Azza wa Jalla, dan harapkanlah pahala serta dihapuskannya dosa-dosanya sebagai

ganjaran dari musibah yang menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman :

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan „Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji‟uun‟. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).

Dalam beberapa hadis Qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman :

Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surga”.(HR. Ibnu Majah no.1597, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam Shohih Ibnu Majah : I/266).

Maksud hadis diatas yakni apabila seorang hamba ridho dengan musibah yang menimpanya maka Allah ridho memberikan pahala kepadanya dengan surga.

“Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada malaikat-Nya : „Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?. Para Malaikat menjawab : „Ya, benar‟. Lalu Dia

bertanya lagi : „Apakah kalian mengambil buah hatinya?‟. Malaikat menjawab : „Ya‟. Kemudian Dia

(23)

kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja‟ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji‟un). Allah Azza wa

Jalla berfirman : „Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namai dengan (nama) Baitul Hamd (rumah pujian)‟.” (HR Tirmidzi no.1021, dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi no. 814)

Tidaklah ada suatu balasan (yang lebih pantas) di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman jika Aku telah mencabut nyawa kesayangannya dari penduduk dunia kemudian ia bersabar atas kehilangan orang kesayangannya itu melainkan surga”. (HR. Bukhari).

Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman : „Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya (yakni menjadikan seorang hamba kehilangan dua penglihatannya/buta) lalu ia bersabar maka Aku akan menggantikan keduanya dengan surga”. (HR. Bukhari).

Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah menyukai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho maka baginya keridhoan, dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan”. (HR. Tirmidzi no. 2396, Ibnu Majah no. 4031, dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi II/286).

Hikmah lainnya dari sakit dan musibah adalah menyadarkan seorang hamba yang tadinya lalai dan jauh dari mengingat Allah -karena tertipu oleh kesehatan badan dan sibuk mengurus harta- untuk kembali mengingat Robb-nya. Karena jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah barulah ia merasakan kehinaan, kelemahan, teringat akan dosa-dosa, dan ketidakmampuannya di

hadapan Allah Ta‟ala, sehingga ia kembali kepada Allah dengan penyesalan, kepasrahan, memohon ampunan dan berdoa kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”. (QS. Al-An‟aam : 42).

Sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran seorang hamba bahwasanya ia sangat membutuhkan Allah Azza wa Jalla. Tidak sesaatpun melainkan ia butuh kepada -Nya, sehingga ia akan selalu tergantung kepada Robb-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa mengikhlaskan dan menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan matinya, hanyalah kepada

Allah Subhanahu wa Ta‟ala semata.

Setiap kali Allah menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan (pula) obatnya.”(HR. Bukhari -Muslim)

Sampai saat ini, banyak jenis penyakit yang menurut kajian medis modern tidak ada obatnya atau tidak bisa disembuhkan. Penyakit seperti HIV atau AIDS, diabetes, demam berdarah, hepatitis, gagal ginjal, jantung, alergi, influensa, kista, kanker, tumor, dan lainnya. Bahkan, tidak sedikit dokter yang memberikan obat kepada pasiennya dengan pesan bahwa obat yang diberikan tidak menjamin kesembuhan, melainkan hanya mengurangi (menghilangkan) rasa sakit.

Sesungguhnya kenyataan ataupun teori adanya penyakit yang tidak ada obatnya atau tidak bisa disembuhkan bertentangan dengan aqidah Islam. Karena, sejak lima belas abad silam, Rasulullah Muhammad saw menegaskan, bahwa setiap penyakit ada obatnya dan bisa disembuhkan atas izin Allah swt, kecuali penuaan dan kematian. Sedangkan ragam obatnya sendiri sudah disediakan (diciptakan) oleh Sang Maha Penyembuh Allah swt, begitu pula teori dan praktik pengobatannya secara garis besar maupun detail telah disejajarkan Rasulullah saw selaku teladan utama dalam dunia kedokteran.

Imam Muslim meriwayatkan sabda Rasulullah saw yang mengatakan: “Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah mengenai penyakit, penyakit itu, pasti akan sembuh dengan izin Allah „Azza wa Jalla..”

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian bantuan beasiswa kepada siswa berprestasi Tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA serta SMK bertujuan memberikan bantuan beasiswa kepada siswa yang memperoleh nilai

Bahkan penyelesaian sengketa pilkada di MK adalah urgen sebab MK merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberikan perlindungan konstitusional terhadap warga

Berdasarkan hasil uji dari alat produksi hidrogen dengan proses elektrolisis dan korosi aluminium pada tangki storage untuk metode adsorpsi gas hidrogen produk reaktor

Hubungan antara pemakaian masker dengan konsentrasi timbal (Pb) dalam darah dianalisa menggunakan SPSS dengan uji Fisher-exact sehingga diperoleh nilai signifikansi (p

Walaupun, kerangka alternatif diakui oleh ramai pengkaji menjadi salah satu penghalang utama dalam pengajaran dan pembelajaran sains (Driver, 1985; Osborne dan Freyberg, 1985;

Maka jelas inovasi pembelajaran berupa model pembelajaran puppet BETON story mempunyai tujuan yang sama yaitu mendorong siswa untuk lebih aktif dalam

Hasil analisis dampak ekonomi pengoperasian Transjakarta dari 461 persepsi pengguna Transjakarta menunjukkan bahwa nilai pelayanan sebesar 85,69 dengan kriteria sangat

Oleh karena itu Fakultas Ekonomi sangat diharapkan untuk dapat memperbaiki sikap, norma subyektif dan pengontrolan perilaku mahasiswa, dan juga harus memperluas jurusan