• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTA PERBEDAAN DATA PENDUDUK TINGGI TINGGI DI TIGA INSTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTA PERBEDAAN DATA PENDUDUK TINGGI TINGGI DI TIGA INSTANSI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SINERGI

SINERGI

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

PENTINGNYA DATA KEPENDUDUKAN

DALAM PEMBANGUNAN

FAKTA PERBEDAAN DATA

PENDUDUK TINGGI TINGGI

DI TIGA INSTANSI

TINJAU UJIAN NASIONAL

SMP

D I L E M A

(2)

KETUA PENGARAH :

Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi ) WAKIL KETUA PENGARAH :

H. Irham Taufik, SH, M.AP (Wakil WaliKota Tebing Tinggi )

PENGENDALI : H. Johan Samose Harahap, SH, MSP

(Sekdako Tebing Tinggi Deli ) PENANGGUNG JAWAB :

Ir. H. Zainul Halim (Asisten Administrasi Umum )

PIMPINAN REDAKSI : Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP)

REDAKSI :

Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda BENDAHARA : Jafet Candra Saragih KOORDINATOR LIPUTAN :

Drs Abdul Khalik, MAP SEKRETARIS REDAKSI :

Dian Astuti

LAYOUT DESAIN GRAFIS Edi Suardi, S.Sos Aswin Nasution, ST

LIPUTAN DAN REPORTER : Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP,SIM,Paspor) dan Redaksi berhak m e n g u b a h t u l i s a n s e p a n j a n g t i d a k m e n g u b a h i s i d a n maknanya.

Tulisan dikirim ke alamat redaksi :

Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi

Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Deli Deli Eimail : majalah_sinergi@yahoo.co.id

SALAM REDAKSI

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI

NO.480.05/286 TAHUN 2002

SINERGI

Pembaca Budiman...

Ketika edisi April 2013 ini dalam proses pengerjaan, ada banyak pergantian yang terjadi. Berupa keluar masuknhya personil yang bertu-gas dalam menyukseskan penerbitan. Beberapa nama yang masuk, dihara-pkan akan mampu mendukung kinerja yang dinilai sudah baik selama ini. Ada juga beberapa rekan jurnalis di unit Pemko Tebing Tinggi yang mulai melirik, bahkan berambisi untuk mempercantikan SINERGI di masa depan. Tak jurang pula, ada niat sejumlah orang yang punya obsesi untuk mengendalikan masa depan majalah kesayangan kita ini. Alasannya seder-hana, mereka ingin mendarma baktikan ilmu pengetahuan dan skill yang ada pada mereka untuk kemajuan majalah yang telah berusia satu dekade lebih ini.

Semua itu, kita sambut dengan senang hati, karena atas nama kema-juan, siapa pun dia dan bagaimanapun jalan berfikirnya. Jika semua keinginan dan kemauan itu disikapi dalam tendensi positif, pasti akan berbuah manis. Tak lupa kami memohon kemaafan yang amat dalam, karena ketr-lambatan penerbitan edisi April 2013 ini, hingga baru beberapa bu-lan kemudian bisa beredar ke tangan Anda sekalian. Ini karena ber-bagai kendala teknis yang dihadapi jajaran redaksi. Mulai dari persoalan personil, manajemen pengelolaan berita serta pendanaan yang tersendat-sen-dat, akibat ketatnya pengeluaran keuangan yang seharusnya bisa mudah. Edisi kali ini, kami menampilkan rubrik utama berupa laporan tentang dilema data kependudukan. Banyak yang tidak menyangka, beta-pa data kependudukan sangat penting artinya dalam pengambilan kebi-jakan dalam pemerintahan. Bahkan, bagi para staholders di bidang lain. Untuk persoalan ini, redaksi coba mengingatkan, harus ada upaya sis-tematis dilakukan pemerintah agar data penduduk dikelola secara baik, sistematis dan selalu up to date. Tak lupa kami membeberkan soal data kependudukan di kota Tebingtinggi yang kelihatan menyimpan dilema akut.

(3)

DAFTAR ISI

SINERGI EDISI 124 APRIL 2013

4. MOMENTUM

8. SINERGITAS

)

Penduduk

9. UTAMA

)

Pentingnya Data Kependudukan Dalam

Pembangunan

)

Fakta Perbedaan Data Penduduk

T.Tinggi Di Tiga Instansi

15 . PENDIDIKAN

)

Tinjau UN SMP

16. EKONOMI

)

Penataan pasar Pasar Gambir TebingTinggi

17. KESEHATAN

)

Perawat Dituntut Tingkatkan Kompetensi

18. WANITA

)

Pemko Tebingtinggi Peringati Hari Kartini

19. PARLEMENTARIA

)

Reses Menjaring Aspirasi

)

Reses Dprd Tebingtinggi Dapil II Padang

Hulu

)

Reses anggota DPRD Kota Tebing Tinggi

Daerah Pemilihan III Kecamatan Rambutan

dan Bajenis

22. HUKUM

"

Sejarah Pengadilan Agama

"

Tebing Tinggi

.

25. PEMKO KITA

)

Hari Otda dan Linmas Diperingati

Pem-ko Tebingtinggi

)

Realisasi Belanja APBD T.Tinggi 2012

Rp 479 Miliar

)

BPS Tebingtinggi Sosialisasikan Sensus

Pertanian 2013

)

Semarak Paskah Raya,

Ratusan Wanita Kristen Ikuti Seminar

Kesehatan

)

RPJMD Kota Tebingtinggi Sebagai

Evalu-asi Kinerja Pembangunan

)

Optimalisasi Asset BMD Berperan

Pent-ing TPent-ingkatkan PAD

)

FKUB Sarana Pemersatu Lintas Agama

)

Tebingtinggi Juara III Kategori Guide di

PRSU

)

Peringatan HUT Provsu ke 65 di Kota

Tebingtinggi

36 . AGAMA

)

Naik Sepeda Mengajar Mengaji Keliling

Kota Tebing Tinggi

37. INFONASIONAL

)

Penduduk Dunia Mencapai 7,2 Miliar Jiwa

)

Penduduk Indonesia 250 Juta Jiwa

Tahun 2013

)

Tahun Pemilu, SBY Minta Tiga Agenda

Terjaga

39. OLAH RAGA

)

Kejuaraan Bulu Tangkis Usia Khusus SD a

40. SASTRA

)

Demi Putri Tercinta Apapun Akan

Kulaku-kan

42. SOSIAL

)

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM

43. RAGAM/PLURALIS

)

Manado : Negeri Pembuangan Para

Combatan

47. LENSA PEMKO

)

Peringatan Hari Kartini Ke 134 Tahun 2013

)

Pengukuhan Pengurus Bkprm

)

Pembukaan Mtq Ke-45 Kota Tebing Tinggi

)

Walikota Tebing Tinggi Ir. H. Umar Zunaidi

Hasibuan, Mm Menerima Audiensi Dan

Memberi Bantuan Kepada Pemain Sepak

Bola Anak-Anak

58. IKLAN GRATIS OVOP

59. TEPIAN

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

SINERGITAS

Dalam ilmu sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang

menem-pati wilayah geografi dan ruang tertentu.

Daerah-daerah yang mereka tempati memiliki berbagai macam

karakteris-tik. Ada yang menempati daerah pegu -nungan, ada yang menempati daerah

pantai, dan sebagainya. Sifat seseorang didaerah tersebut juga berbeda-beda.

Yang berbeda dari suatu penduduk

tidah hanya sifat mereka tetapi juga

penduduk di suatu daerah tertentu

ter-diri dari beragam golongan manusia.

Ada yang berasal dari golongan orang muda, ada yang dari golongan orang tua, orang-orang yang berusia muda dan

ada juga yang berusia sudah sangat tua.

Penduduk dalam suatu daerah akan bertambah jumlahnya dari waktu

ke waktu.Faktor-faktor yang mempen -garuhi pertumbuhan penduduk ada 3

(tiga), yaitu: Pertama, Fertilitas atau Kelahiran sebagai istilah demografi di -artikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau

sekelom-pok wanita. Dengan kata lain kelahiran

menyangkut banyaknya bayi yang

da-pat lahir dan hidup. Natalitas memiliki

arti yang sama dengan kelahiran hanya

saja berbeda ruang lingkupnya. Kela -hiran menyangkut perana banyaknya angka kelahiran pada perubahan

pen-duduk. Sedangkan natalis menyang -kut perana kelahiran pada perubahan

penduduk dan reproduksi manusia.

Sedangkan kedua, Mortalitas atau kematian merupakan salah satu

diantara tiga komponen demografi yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan

penduduk. Informasi tentang kema -tian penting, tidak hanya bgi

pemerin-tah tetapi juga bagi pihak swasta. Yang

terutama yang berdiri pada bidang

kesehatan, dan ekonomi. Dan ketiga, Migrasi yang merupakan salah satu fak

-tor fundamental mempengaruhi jumlah peduduk. Peninjauan migrasi secara

regional sangat penting untuk di tel-aah secara khusus, mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi

penduduk yang tidak merata. Adanya faktor pendorong dan penarik bagi

orang-orang untuk melakukan imigrasi

Atas terjadinya perkembangan jumlah penduduk, maka sangat perlu

diadakan pengendalian. Pengendalian

penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya

den-gan mengurangi jumlah kelahiran. Doku -men dari Yunani Kuno telah membukti-kan adanya upaya pengendalian jumlah

penduduk sejak zaman dahulu kala.

Salah satu contoh pengendalian pen-duduk yang dipaksakan terjadi di Cina yang terkenal dengan kebijakannya 'satu anak cukup'; kebijakan ini diduga ban-yak menyebabkan terjadinya aksi pem-bunuhan bayi, pengguguran kandungan

yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.

Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program Keluarga berencana

(KB). Tapi pergerakan program ini cend

-erung bersifat persuasif ketimbang di

-paksakan. Program ini dinilai berhasil

menekan tingkat pertumbuhan

pen-duduk Indonesia. Berkurangnya jum -lah penduduk menyebabkan turunnya

jumlah populasi pada sebuah daerah.

Hal ini disebabkan oleh perpindahan

atau oleh emigrasi besar-besaran. Juga

bisa oleh penyakit, kelaparan maupun

perang. Namun seringkali oleh gabun

-gan faktor-faktor tersebut. Di masa lam -pau penurunan jumlah penduduk

dis-ebabkan terutama sekali oleh penyakit.

Aspek kependudukan merupa-kan hal paling mendasar dalam

pemban-gunan. Dalam nilai universal, penduduk

merupakan pelaku dan sasaran pem-bangunan sekaligus menikmati hasil

pembangunan. Dalam kaitan peran pen -duduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang melekat, dan pewujudan kelu-arga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk menskenario kuantitas

pen-duduk dan persebaran kepenpen-dudukan.

Penyebaran penduduk yang tidak merata akan mengakibatkan

pemanfaatan sumber daya manusia tidak atau kurang efektif. Di luar Jawa

banyak sumber daya alam yang

be-lum atau kurang dimanfaatkan karena

kekurangan tenaga kerja, sementara

di Jawa banyak pengangguran karena

terbatasnya lapangan kerja, kualitas penduduk rendah, yang ditandai den-gan tingkat pendidikan, tingkat kes-ehatan, dan pendapatan perkapita yang

rendah. Semua ini akan menjadi ham

-batan pembangunan. (khairul hakim)

P e n d u d u k

(9)

UTAMA

Jalanan sesak dan macat

ka-rena padatnya kenderaan. Mall

dan pusat perbelanjaan

di-jejali warga yang hilir mudik

sepanjang hari. Atau,

pem-bangunan perumahan yang

tidak pernah berhenti dan

selalu laris manis terjual.

Se-mua itu, hampir tak pernah

disadari masyarakat awam.

Yang mereka tahu, kondisi itu berbeda jauh dengan keadaan sekira 20-30 tahun lalu, di saat mana, jalan

masih lengang dan lancar. Pusat perb -elanjaan masih sedikit dan orang bebas

berkeliaran. Demikian pula, perumahan

masih jarang, sehingga lingkungan

tera-sa nyaman, terhindar dari kebisingan.

Udara masih bersih dan sejuk di pagi

hari. Alam terasa bersahabat, karena

pepohonan menghijau dihiasi gem-ericik air jernih yang bisa langsung diminum, saat leher terasa haus dan

gerah. Berbeda dengan sekarang, air

sungai menguning dan sering membawa

malapetaka banjir. Pohon sudah mulai

menghilang, sehingga bumi terasa

ger-sang. Lalu apa gerangan yang terjadi

dalam pergerakan waktu tiga dekade itu? L e d a k a n P e n d u d u k Salah satu jawaban utama, adalah ter-jadinya ledakan penduduk yang berada

diluar kontrol alam dan pemerintah.

Hanya dalam rentang waktu satu Abad, jumlah penduduk Indonesia bertumbuh

signifikan. Jika tahun 1900 penduduk

Indonesia diperkirakan hanya mencapai 40,2 juta jiwa, pada tahun 2000

mening-kat lima kali lipat menjadi 205,6 juta jiwa.

Meskipun laju pertumbu-han penduduk (LPP) menurun dari 1,34% tahun 2005 menjadi 1,18% ta-hun 2015, namun jumlah absolut

pen-duduk masih cukup besar kenaikannya. Jumlah penduduk meningkat dari 219 juta

jiwa tahun 2005 menjadi sekitar 248 juta

jiwa tahun 2015. Jumlah penduduk

yang besar ini, disumbangkan dari sejarah pertumbuhan penduduk yang

tinggi di masa 1970-1980an yang mencapai

sekitar 2,32 persen per tahun. Meski -pun upaya penurunan laju pertumbuhan penduduk sudah berhasil dilakukan, namun jumlah penduduk besar masih

akan terus bertambah setiap tahunnya.

Secara absolut pertambahan penduduk Indonesia masih akan men-ingkat sekitar 3 sampai 4 juta jiwa per

tahun. Penambahan jumlah penduduk

yang besar ini disumbangkan oleh

jum-lah kejum-lahiran yang masih tinggi. Jum -lah ke-lahiran per tahun masih tinggi

sekitar 4,279 juta tahun 2009 – 4,243 tahun 2014. Apabila dilihat pertum

-buhan penduduk dengan tingkat fer -tilitas, maka terdapat kecenderun-gan bahwa jumlah penduduk besar

terjadi jika tingkat fertilitas juga tinggi.

Secara global, persebaran pen-duduk dunia juga memperlihat

ket-impangan yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, Asia Tenggara (Indone

-sia, Malay-sia, Singapura, Filpina, Burma, Thailand, Brunei Darussalam) saat ini di

huni sekira 600 juta jiwa penduduk dari

(10)

UTAMA

dari total penduduk dunia per 2011

mencapai 7 milyar jiwa. 40 persen dari

600 juta jiwa itu mendiami pulau-pulau

Indonesia. Sedangkan benua Asia secara

keseluruhan menjadi hunian 60 persen

warga dunia. Berbeda dengan Eropah dan Afrika yang hanya dihuni 13,5 persen

penduduk dunia, atau Amerika yang

di-huni 11 persen dari total penduduk dunia.

Data Kependudukan

Sayangnya, hingga kini pen-gelolaan pertumbuhan penduduk neg-eri terbesar keempat di dunia itu, sesu-dah Cina, India, Amerika dan Rusia,

belum dikelola secara baik. Mulai dari aspek fertilitas (kelahiran), mortalitas

(kematian) juga bersoalan mobilitas (perpindahan), semua berlangsung se-cara alamiah, tanpa adanya manajemen

kependudukan yang memadai. Pada -hal, sama diketahui, lemahnya pengelo-laan penduduk akan berdampak luas dan besar, bahkan bisa memunculkan kiamat kecil sebelum datangnya kia-mat besar, ketika alam menolak

kehad-iran manusia di atas permukaannya.

Paling tidak, menurut Prof. Dr.

Sri Moertiningsih Adioetomo, SE, MA, PhD (2011) ada enam isu utama dan strategis persoalan kependudukan saat

ini. Pertama, jumlah penduduk besar yang terus bertambah. Kedua, leda -kan penduduk usia kerja muda, Ketiga, jumlah penduduk lansia yang mening-kat, keempat, mobilitas penduduk yang meningkat, kelima, data kependudukan yang belum memadai; serta keenam

kualitas manusia yang belum memadai.

Dari keenam isu strategis dan utama persoalan kependudukan itu,

faktor kunci yang menjadi dasar, ada -lah bagaimana data kependudukan yang ada dikelola, sebagai salah satu sarana menangani berbagai

permasala-han yang ada. Data kependudukan

membutuhkan akurasi yang tinggi dan

kuat, sebagai sumber utama informasi

dalam mengambil kebijakan terhadap

persoalan kependudukan yang ada.

Namun, jika data kependudukan yang

dimiliki validitasnya sangat lemah, di -pastikan pengambilan kebijakan oleh Negara akan menghadapi kendala besar

dan akan berakhir dengan kegagalan.

Contoh paling mudah dari dampak lemahnya data kependudukan, adalah pemberian subsidi

pemerin-tah yang tidak tepat sasaran. Berbagai

pemberian subsidi (kenaikan BBM, dll) yang digulirkan pemerintah kepada warga kurang mampu/miskin, sejak bertahun-tahun, selalu memunculkan

persoalan ditengah masyarakat. Mis -alnya, ada subsidi dinikmati oleh yang

tidak berhak. Pada saat bersamaan, ban -yak pula masyarakat yang seharusnya mempunyai hak atas subsidi itu, justru

tidak mendapatkannya. Akibatnya, ter

-jadi ketidak puasan massif yang ber -muara pada insiden kekerasan di sana

sini. Hal itu bisa terjadi, diakibatkan

data yang diperoleh pemerintah dari

unsur pemerintah terbawah (RT/RW, Kadus), validitasnya rendah, sehingga penyalurannya kemudian bermasalah.

Tak sampai di situ, pemberian

subsidi yang salah sasaran, juga mem-perpanjang rantai persoalan, karena si penerima subsidi yang salah, justru

memanfaatkan subsidi itu untuk mem -perkuat posisinya ditengah persaingan

hidup yang kian berat. Akibat berikutnya,

jurang antar di kaya dan si miskin kian melebar, sehingga memunculkan kecem-buruan sosial yang mudah memicu tin-dak kekerasan dan kerusuhan ditengah

masyarakat. Amuk massa yang belakan -gan sering meletup di berbagai daerah,

merupakan dampak ikutan oleh faktor-faktor kebijakan yang salah, saat suatu kebijakan diluncurkan pemerintah. Kes -alahan itu, awalnya dipicu oleh

keterse-diaan data yang tidak akurat dan valid.

Inilah bahaya sosial yang jarang disa-dari para pengambil keputusan, terkait

data kependudukan yang ada sekarang.

Secara sederhana, terjadinya ketidak

puasaan massif dan berujung pada

kerusuhan dalam soal subsidi itu, kro-nologisnya dimulai dari data warga

miskin yang diambil dari Ketua RT/ RW atau kepala dusun di kelurahan dan desa suatu daerah. Diperkirakan, ka -rena minimnya pengetahuan soal peta

kemiskinan atau ada unur subjektifitas,

petugas pencacah melakukan

pencata-tan serampangan. Maka diperoleh lah

data warga miskin yang tak sesuai

den-gan persyaratan yang telah ditentukan.

Data itu, selanjutnya

diperguna-rahan sebagai bahan laporan ke

kecama-tan. Pihak kecamatan pun menggunakan

laporan itu untuk disampaikan kepada

atasannya, begitu selanjutnya. Diting -kat pusat, data itu diolah sedemikian rupa untuk jadi acuan dalam

pelaksan-aan subsidi. Tapi apa lacur, karena me -mang data warga miskin sejak awal su-dah salah, penerapannya pun kemudian menjadi salah dan menimbulkan

persoa-lan di kapersoa-langan warga. Data yang lazim

berubah-ubah dan dikenal dengan isti-lah ‘data bergerak’ itu banyak digunakan instansi berbasis bantuan masyarakat,

semisal Dinas Sosial. Atau instansi poli -tis semisal Dinas Kependudukan dan

Capil. Juga termasuk didalamnya KPU.

BPS sebagai lembaga resmi pemerintah yang memasok data, say-angnya menggunakan ‘data tetap’ seba-gai laporan, melalui Sensus periodik yang

dilakukan 10 tahun sekali. Dengan pen -dekatan itu, umumnya data BPS menjadi

out of date akibat terjadinya arus perger -akan kependudukan yang tinggi, dalam

ketiga aspek, yakni fertilitas, mortalitas dan mobilitas penduduk. Dengan pen -dekatan itu, tidak heran pula jika data yang disajikan BPS, selalu tidak

nyam-bung dengan kondisi kekinian. Dampakn -ya juga akan sama dengan data bergerak di atas, yang diolah dengan akurasi ren-dah, berupa kesalahan dalam

pengam-bilan kebijakan terhadap masyarakat.

Penduduk dan Pembangunan

Dalam Rencana Jangka Panjang

Nasional 2005-2025, Indonesia sesung-guhnya telah menempatkan kependudu-kan sebagai indikator kemajuan suatu

bangsa. Ini menunjukkan bahwa pemer -intah sendiri mengakui pentingnya

kependudukan dalam pembangunan.

Namun, dengan laju pertumbu-han penduduk yang masih tinggi, diser-tai persebaran penduduk yang timpang, serta rendahnya kualitas penduduk, menunjukkan bahwa pembangunan kependudukan di Indonesia masih

be-lum optimal. Peringkat Indeks Pem -bangunan Manusia (IPM) Indonesia yang hanya berada di urutan 124 dari

187 negara menunjukkan masih ren

(11)

UTAMA

Apa pun argumennya, hal ini

menunjuk-kan bahwa posisi relatif Indonesia me -mang masih di bawah 123 negara

lain-nya. Bagaimanapun juga, kependudukan bersifat multidimensi karena terkait dengan berbagai aspek pembangunan.

Mengabaikan isu kependudukan akan menciptakan konsekuensi terhadap

pembangunan. Penduduk (orangnya)

dan kependudukan (hal ihwal yang terkait penduduk) menjadi determinan

(penentu) keberhasilan pembangunan.

Tanpa pengendalian kelahiran

yang memadai, laju pertumbuhan

pen-duduk akan tinggi. Mengurangi makna dari pertumbuhan ekonomi. Fakta mem

-perlihatkan pembangunan di Asia Timur dan Asia Tenggara dalam beberapa ta -hun terakhir sangat berhasil, dan ini tidak terlepas dari keberhasilan masing-masing pemerintahnya dalam

mengen-dalikan ang ka kelahiran. Dampaknya, ukuran keluarga menjadi lebih kecil.

Struktur penduduk menurut

umur mengalami perubahan. Jumlah

bayi dan penduduk usia muda dalam

suatu keluarga berkurang. Anggota ke

-luarga berusia produktif meningkat, beban setiap keluarga berkurang. Ber -dampak pada peningkatan kemampuan

menabung penduduk yang lebih besar.

Program Keluarga Berencana (KB) memang menekankan pada aspek pengendalian kelahiran, namun makna KB sesungguhnya jauh melampaui hal

itu. KB bukan hanya sekadar kontrasep -si, tetapi juga mendorong peningkatan

kualitas keluarga. Terkadang ada pen -dapat yang menyatakan bahwa banyak orang yang sanggup membiayai anak

dalam jumlah yang banyak. Uang diarti

-kan mampu memenuhi kebutuhan anak.

Padahal, anak tidak sekadar membutuhkan uang, melainkan juga

perhatian, waktu, dan kasih sayang. Oleh

karenanya, KB harus dimaknai dengan

filosofi yang benar, dan bukan sekadar pengendalian kelahiran. Mundurnya pro -gram KB nasional setelah otonomi dae-rah perlu mendapatkan perhatian serius

dari pemerintah. KB tidak lagi menjadi ukuran kinerja pembangunan daerah.

Padahal, kegagalan program KB tidak hanya berdampak terhadap

lonja-kan penduduk saja, tetapi juga lambatnya peningkatan kualitas penduduk

Indone-sia. Selain jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk, kita juga perlu mencermati distribusi penduduk antarpulau yang

tidak merata. Data menunjukkan bahwa

ada keterkaitan yang erat antara

distri-busi penduduk dan kontridistri-busi ekonomi.

Sebagai contoh, dari data BPS

ta-hun 2010, Pulau Jawa, Madura, dan Bali

yang dihuni hampir 60 persen penduduk Indonesia, ternyata menyumbangkan sekitar 62 persen perekonomian

Indo-nesia. Demikian juga dengan Sumatra

yang dihuni oleh sekitar 21 persen pen-duduk Indonesia, juga memiliki kon-tribusi ekonomi sebesar 21 persen

ter-hadap perekonomian nasional. Papua,

dengan penduduk 1,24 persen, meny-umbangkan ekonomi sebesar 1,28

pers-en terhadap perekonomian Indonesia.

Ini memperlihatkan bahwa

besaran aktifitas ekonomi serupa den

-gan besaran jumlah penduduk. Data

kependudukan harus menjadi basis bagi perencanaan pembangunan nasional

maupun daerah. Setiap perencanaan sektoral harus menggunakan informasi

tentang situasi kependudukan sebagai

asumsi penyusunan perencanaan. Vari -abel kependudukan tidak hanya menjadi target dalam perencanaan pembangu-nan, melainkan juga sebagai asumsi

pe-nyusunan perencanaan pembangunan.

Sebagai contoh, dalam penyu-sunan APBD seharusnya berangkat dari asumsi jumlah, struktur, dan persebar

an penduduk. Mungkin saja kita akan

kagum dengan nilai nominal alokasi

ang-garan kesehatan di suatu daerah. Namun

kita tidak perlu terkejut jika ternyata setelah dibagi jumlah penduduk

meng-hasilkan nilai yang kecil. Data penduduk

seharusnya tidak hanya digunakan

un-tuk keperluan pemilihan umum saja. Tidak hanya untuk keperluan memper

-oleh dana alokasi umum saja. Tetapi leb -ih dari itu, data situasi kependudukan mencerminkan sebuah sinyal tentang

apa yang dibutuhkan oleh penduduk.

Tentang bagaimana strategi

yang tepat, untuk menghasilkan

pem-bangunan yang sesungguhnya. Dengan

menjadikan penduduk sebagai

sub-jek dan obsub-jek pembangunan. Sebagai

subjek, penduduk harus berkualitas agar mampu berpartisipasi secara

op-timal dalam pembangunan. Sebagai

objek, penduduklah yang harus

me-nerima manfaat pembangunan.

Dengan jumlah penduduk Indo-nesia yang saat ini diperkirakan sudah mencapai 240 juta jiwa, Indonesia perlu segera menata kependudukannya secara

serius. Data kependudukan tidak hanya dimaknai sebagai pelengkap profil ne

-gara atau daerah saja. Tetapi harus men

-jadi pijakan dasar dalam pembangunan.

Kependudukan menjadi pe-nentu utama keberhasilan pemban-gunan, dan hasil pembangunan itu sendiri akan memengaruhi situasi

kependudukan. Pengabaian terhadap

isu kependudukan dapat menjadi "bom

waktu" bagi generasi mendatang.

Integrasi Dimensi Kependudukan Dan Perencanaan Pembangunan

Pembangunan kependudukan adalah

pembangunan sumberdaya manusia.

Berbagai studi dan literatur memperli-hatkan bahwa kualitas sumberdaya ma-nusia memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

suatu negara. Dalam jangka pendek in

-vestasi dalm sumberdaya manusia me -mang nampak sebagai suatu upaya yang

“sia-sia”. Naum dalam jangka panjang investasi tersebut justru mendorong pertumbuhan ekonomi. Johnson dan Lee (1987) melakukan analisis regresi ter -hadapa pertumbuhan penduduk dengan

pertumbuhan ekonomi pada 75 negara berkembang. Dua ukuran pertumbuhan

ekonomi yang dipergunakan yaitu GNP

pada tahun 1987 dan GNP per capita antara tauhun 1980–1987. pertumbu -han penduduk dibagi menjadi dua ba-gian yaitu pertumbuhan penduduk masa lalu yaitu pertumbuhan penduduk per

tahun antara 1965–1980 dan pertumbu -han penduduk saat ini yaitu pertumbu-han penduduk per tahun antara tahun

1980–1987. pembagian ini dilakukan

karena adanya dampak jangka pendek dan jangka panjang dari pertumbuhan penduduk itu terhadap pertumbuhan

ekonomi. Studi tersebut menemukan

hubungan bahwa pertumbuhan

(12)

UTAMA

GNP per kapita pada tahun 1987 dan juga berhubungan dengan rendahnya per-tumbuhan GNP antara tahun 1980–1987

Demikian pula berbagai studi dan literatur memperlihatkan bahwa investasi dalam kesehatan dan pendidikan dalam jangka panjang berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Studi yang dilaku-kan oleh Rosenzwig (1988) misalnya mene-mukan hubungan positif sebesar 0.49 anta-ra enrollment anta-rate sekolah dasar dari wanita usia 10–14 tahun terhadap peningkatan GNP per kapita. Demikian pula ditemukan hubungan positif sebesar 0.54 antara ting-kat melek huruf dengan pertumbuhan GNP per kapita. Studi tersebut dilakukan atas data makro dari 94 negara berkembang.

Dalam hal mengintegrasikan di-mensi kependudukan dalam perencanaan pembangunan (baik nasional maupun daerah) maka manfaat paling mendasar yang diperoleh adalah besarnya hara-pan bahwa penduduk yang ada didae-rah tersebut menjadi pelaku pembangu-nan dan penikmat hasil pembangupembangu-nan. Itu berarti pembangunan berwawasan kependudukan lebih berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan pen-duduk secara keseluruhan dibanding den-gan orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth).

Dalam pembangunan berwa-wasan kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada pem-bangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah(bottom up planning), disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.

Sebaliknya orientasi pemban-gunan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membawa pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu cepat memang akan meningkatkan efisiensi dan produk-tivitas namun sekaligus juga meningkatkan pengangguran dan setengah menganggur. Sebagaimana yang terlihat selam ini di In-donesia. Demikian pula dalam pertumbu-han (growth) ada yang dinamakan dengan ‘limit to growth’. Konsep ini mengacu pada kenyataan bahwa suatu pertumbuhan ada

yang kemudian terjadi adalah terjadinya ‘pemusnahan’ atas hasil-hasil pembangu-nan tersebut. Nampaknya ini yang sedang berlangsung di Indonesia dengan ter-jadinya krisis ekonomi sekarang ini. Jika diingat beberapa tahun yang lalu selalu ada peringatan bahwa perekonomian kita ter-lalu memanas dan lain sebagainya. Itu tidak lain adalah kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi kita sedang memasuki apa yang disebut dengan “limit to growth’. Bnahwa pertumbuhan ekonomi tersebut tidak da-pat dipacu lebih tinggi lagi dengan meli-hat pada kondisi fundamental yang ada.

Ada beberapa kritik lagi yang ditujukan kepada konsep pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan, yaitu: (1) prakasa biasanya dimulai dari pusat dalam bentuk rencana formal; (2) proses penyusunan program bersifat statis dan didominasi oleh pendapat pakar dan teknokrat; (3) teknologi yang digunakan biasanya bersifat ‘scientific’ dan bersum-ber dari luar; (4) mekanisme kelembagaan bersifat ‘top-down’; (5) pertumbuhannya cepat namun bersifat mekanistik; (6) or-ganisatornya adalah para pakar spesialis; dan (7) orintasinya adalah bagaimana me-nyelesaikan program/proyek secara cepat sehingga mampu menghasilkan pertumbu-han. Dengan melihat pada kreteria di atas nampak bahwa peranan penduduk lokal dalam proses pembangunan sangat sedikit.

Kritik para ahli terhadap orientasi pembangunan yang mengutamakan pada pertumbuhan tersebut telah berlangsung pada paruh waktu pertama tahun 1980-an. Para cendekiawan dari MIT dan Club of Rome pada kurun waktu tersebut secara gencar mengkritik orientasi pembangunan ekonomi tersebut. Dari berbagai kajian dan diskusi tersebut kemudian munculah pers-pektif pembangunan yang kemudian dike-nal dengan konsep pembangunan berkelan-jutan (sustainable development). Konsep pembangunan berkelanjutan dapat didefin-isikan sebagai pembangunan utuk memen-uhi kebutuhan pada saat ini tanpa mengor-bankan kebutuhan generasi mendatang. Dalam konsep pembangunan berkelan-jutan secara implisit terkandung makna pentingnya memperhatikan aspek pen-duduk dalam pelaksanaan pembangunan.

Pembangunan berwawasan kependudukan menurut pada strategi pem-bangunan yang bersifat ‘bottom-up

plan-seluruh proses pemabngunan adalah lebih memeratakan kesejahteraan penduduk dar-ipada mementingkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Karena itu pendekatan ‘bottom-up’ berupaya mengoptimalkan penyebaran sumberdaya yang dimiliki dan potensial ke seluruh wilayah dan membangun sesuai dengan potensi dan masalah khusus yang dihadapi oleh daerah masing-masing.

Saat ini banyak pemerintah di negara-negara berkembang mengikuti al-iran ‘bottom-up planning’ dengan mak-sud lebih menyeimbangkan pelaksanaan pemabngunan, dalam arti memanfaatkan ruang dan sumberdaya secara lebih efisien. Pendekatanbottom-up mengisyaratkan kebebasan daerah atau wilayah untuk me-rencanakan pembangunan sendiri sesuai dengan keperluan dan keadaan daerah masing-masing. Oleh karena itu otonomi yang seluas-luasnya perlu diberikan ke-pada masing-masing daerah agar mampu mengatur dan menjalankan berbagai kebi-jaksanaan yang dirumuskan sendiri guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah atau kawasan yang bersangkutan. Melalui otonomi daerah, yang berarti ada-lah desentralisasi pembangunan, maka laju pertumbuhan antar daerah akan semakin seimbang dan serasi, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional serta hasil-hasilnya semakin merata di seluruh Indonesia.

Beberapa kata kunci yang perlu diberikan penekanan pada pemabngunan daerah adalah (1) pembangunan daerah disesuaikan dengan prioritas dan potensi masing-masing daerah, dan (2) adanya keseimbangan pemabngunan antar dae-rah. Kata kunci pertamamengandung makna pada kesadaran pemerintah untuk melakukan desentralisasi pemabngunan terutama berkaitan dengan beberapa sek-tor pembangunan yang dipandang sudah mampu dilaksanakan di daerah masing-masing, berarti pengambilan keputusan pembangunan berada pada tingkat daerah.

(13)

UTAMA

perbedaan potensi antar daerah ini menyebabkan peran pemerintah pusat sebagai ‘pengatur kebijaksanaan pema-bngunan nasional’ tetap diperlukan agar timbul keselarasan, keseimbangan dan keserasian perkembangan semua

dae-rah. Baik yang memiliki potensi yang

berlebihan maupun yang kurang

memi-liki potensi. Dengan demikian, melalui

otonomi dalam pengaturan pendapatan, sistem pajak, keamanan warga, sistem perbankan, dan berbagai pengaturan lain yang diputuskan daerah sendiri,

pemabngunan setemapat dijalankan.

Ada beberapa ciri kependudu-kan Indonesia dimasa depan yang harus dicermati dengan benar oleh para per-encana pembangunan baik di tingkat

pusat maupun di tingkat daerah. Be -berapa ciri tersebut antara lain adalah:

1. Penduduk Dimasa Depan Akan

Se-makin Tinggi Pendidikannya. Penduduk

yang makin berpendidikan dan sehat akan membentuk sumber daya

ma-nusia yang makin produktif. Tantan -gannya adalah menciptakan lapangan

kerja yang memadai. Sebab bila tidak,

jumlah penganggur yang makin

ber-pendidikan akan bertambah. Keadaan

ini dengan sendirinya merupakan

pem-borosan terhadap investasi nasional.

Karena sebagian besar dana tercurah dalam sektor pendidikan, disamp-ing kemungkinan terjadinya implikasi

sosial lainnya yang mungkin timbul. 2. Penduduk Yang Makin Sehat Dan

Angka Harapan Hidup Naik. Usia hara -pan hidup yang tinggi dan jumlah pen-duduk lanjut semakin besar akan juga menuntut kebijaksanaan-kebijaksan-aan yang serasi dan sesuai dengan

pe-rubahan tersebut. Suatu tantangan pula untuk dapat memanfaatkan pan -duduk usia lanjut yang masih

poten-sial agar dapat dimanfaatkan sesuai pengetahuan dan pengalamannya. 3. Penduduk Akan Bergeser Ke Usia

Yang Lebih Tua. Pada saat ini di Indo -nesia telah terjadi proses transisi umur penduduk Indonesia dari penduduk

muda ke pensusuk tua (ageing process).

Pergeseran struktur umur muda ke umur

tua produktif akan membawa konsekue -nsi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi dan

kesem-patan kerja. Sedang pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada akh

-irnya akan mempunyai dampak terha-dap persoalan penyantunan penduduk

usia lanjut. Bersamaan dengan peruba -han sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga kepada

institu-si. Apabila hal ini terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat. 4. Penduduk Yang Tinggal di Perko

-taan Semakin Banyak. Seiring dengan

peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, presentase penduduk yang tinggal diperkotaan meningkat dari

ta-hun ke tata-hun. Masalah urbanisasi akan

menjadi masalah yang semakin

menin-jol. Penduduk perkotaan akan bertam -bah terus sejalan dengan pertumbuhan

penduduk. Dengan demikian, tuntu

-tan fasilitas perkotaan akan bertambah pula. Tambahan volume fasilitas perko -taan akan sangat berpengaruh

terha-dap keadaan dan perkembangan fisik kota yang bersangkutan. Meningkatnya

sarana perhubungan dan komunikasi antar daerah, termasuk di daerah desaan, menyebabkan orang dari per-desaan tidak perlu lagi melakukan

mi-grasi dan berdiam di daerah perkotaan.

Mereka cukup menuju daerah perkotaan

manakala diperlukan. Hal ini dapat di -lakukan dalam kurun waktu harian,

mingguan, bahkan bulanan. Dengan se -makin berkembangnya sarana trans-portasi dan komunikasi, pola mobilitas penduduk seperti itu akan semakin ban-yak dilakukan, sementara migrasi

per-manen cenderung akan makin menurun. 5. Jumlah Rumahtangga akan Mening

-kat namun Ukurannya Makin Kecil. Pe -rubahan pola kelahiran dan kematian akan berpengaruh pada struktur

rumah-tangga. Dimasa depan ukuran rumah -tangga akan semakin mengecil, namun

jumlahnya akan semakin banyak. Den -gan makin sedikitnya jumlah anak yang dimiliki dan disertai dengan peningka-tan kesehapeningka-tan penduduk, seiring tingkat pendidikan dan keterampilan yang lebih baik, memberikan kesempatan pula bagi

individu maupun keluarga untuk mel

-akukan mobilitas kedaerah lain. Apalagi

bilamana otonomi daerah

dilaksana-kan sesuai aturan dan keperluannya. 6. intensitas Mobilitas Penduduk Yang

Makin Tinggi. Mobilitas penduduk yang

makin tinggi baik secara internal mau-pun internasional menuntut jaringan

prasarana yang makin baik dan luas.

Selain itu akan membawa kepada per-geseran norma-norma masyarakat,

sep-erti ikatan keluarga dan kekerabatan.

Kesemuanya ini dapat membawa damp-ak yang berjangka panjang terhadap

perubahan sosial budaya masyarakat. 7. Masih Tingginya Pertumbuhan Ang

-katan Kerja. Sejalan dengan pertumbu -han penduduk yang tinggi, maka laju per-tumbuhan angkatan kerjanya pun cukup

tinggi. Permasalahan yang ditimbulkan

oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih

besar. Dipihak lain menuntut pembinaan

angkatan kerja itu sendiri agar mampu menghasilkan keluaran yang lebih ting-gi sebagai prasyarat untuk memasuki

era globalisasi dan perdagangan bebas. 8. Terjadi Perubahan Lapangan Kerja.

Sejalan dengan perkembangan

ekono-mi dan bersifat primer, seperti perta -nian, pertambangan, menuju lapangan

pekerjaan sekunder atau bangunan.

Lalu pada akhirnya akan menuju

lapa-ngan kerja tersier atau sektor jasa. Berbagai ciri dan fenomena diatas su -dah sepantasnya diamati secara sek-sama, dalam rangka menetapkan

al-ternatif kebijaksanaan selanjutnya.

Penutup

Dalam perspektif demikian, data

kependudukan menjadi penting bila di-hadapkan dengan berbagai persoalan

kebangsaan di masa mendatang. Potensi

penduduk yang besar jika tidak dikelo-la dengan baik, akan menimbulkan

masalah besar, bagi bangsa Indonesia.

Ketersediaan data kependudukan yang akurat menjadi persoalan utama untuk bisa menciptakan

pembangu-nan berbasis penduduk. Dengan data

akurat, persebaran hasil pembangunan akan kian baik dan mampu meredam ketidak puasan sosial yang dapat

memicu terjadinya berbagai kerusuhan.

Diperlukan sebuah lembaga yang khusus mengelola data kependudukan untuk

menjaga akurasinya, sebagai bahan infor -masi pemngambilan kebijakan yang

ter-ukur dan valid dalam rangka proses pem

-erataan hasil-hasil pembangunan. Abdul

(14)

UTAMA

Fakta Perbedaan Data Penduduk T.Tinggi Di Tiga Instansi

Akurasi

dan validasi data,

inilah kunci awal suksesnya sebuah penyelenggaraan kebijakan yang akan diluncurkan pemerintah, mulai

dari pusat hingga daerah. Jika akur -asi data yang dimiliki lemah, maka dampaknya akan sangat luar biasa

bagi pemerintah itu sendiri. Bah -kan, bisa menimbulkan prasangka di banyak kalangan yang punya

kepent-ingan terhadap data dimaksud.

Sebagai contoh, adalah data penduduk dewasa yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam

pemilihan umum (Pemilu). Terda -pat sejumlah perbedaan antara data bergerak dan tidak bergerak soal

jum-lah penduduk. Perhatikan laporan ini. Jumlah penduduk kota Tebingtinggi dari tiga instansi yang me -miliki otoritas untuk pendataan,

ternya-ta daternya-tanya berbeda satu dengan lainnya.

Diperkirakan, perbedaan jumlah pen-duduk dari tiga instansi, yakni Badan Pu-sat Statistik (BPS), Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil serta Komisi Pemilihan Umum (KPU), berakibat dugaan adanya

data penduduk fiktif, tak bisa dihindari. Kepala BPS kota Tebingtinggi Ridwan, SH, saat dikonfirmasi, belum

lama ini, mengatakan berdasarkan

data BPS penduduk kota Tebingtinggi mencapai 146.606 jiwa. Data itu hasil

dari proyeksi pertumbuhan penduduk 1,6 persen per tahun dari Sensus

Pen-duduk (SP) 2010 lalu sebesar 145.248 jiwa. “Dengan proyeksi pertumbu -han 1,6% dalam dua tahun, total

pen-duduk kota Tebingtinggi sebesar itu,” ujar Ridwan, SH, di ruang kerjanya.

Ditambahkan, jumlah

pen-duduk yang berusia 17 tahun ke atas dan berhak memiliki KTP serta memilih hanya dalam kisaran 98-99 ribu jiwa saja. Karena pada SP 2010 jumlah pen

-duduk usia 17 tahun ke atas mencapai 96 ribu jiwa. Diterangkan, metode pen -gumpulan data penduduk, dilakukan BPS dengan cara door to door menger-ahkan pencacah langsung ke rumah

penduduk. Bahkan, guna mendukung validitas data, pendataan dilakukan den -gan jadwal pendataan (time light) yang

ketat. “Kami mendata hanya 1 bulan menjaga akurasinya,” tegas Ka BPS itu.

Berbeda dengan jumlah data

BPS itu, Disdukcapil kota Tebingtinggi

justru memiliki data jumlah penduduk

yang berhak memiliki KTP atau berusia 17 tahun ke atas, sementara ini men

-capai 100.585 jiwa. Data itu diperoleh dari hasil pendataan KTP elektronik yang kini tengah dilaksanakan. Dari

penduduk yang belum mendaftar atau didaftar mengurus e-KTP. Kemudian,

jika digabungkan keseluruhan data

yang terdaftar dan belum terdaftar ada 107 ribu lebih warga berusia 17 ta

-hun ke atas di kota itu. Jika dibanding dengan data BPS dalam kisaran 98-99 ribu, terdapat selisih mencapai 8-9 ribu jiwa penduduk usia 17 tahun ke atas.

Pun begitu, salah seorang Ca-mat mengakui sisa warga yang belum

terdaftar e-KTP validitasnya diragukan.

Pada salah satu kecamatan misalnya,

terdapat 1.600 warga belum terdaf

-tar. Namun, diperkirakan hanya sekira 600 jiwa saja secara faktual data itu ada, selebihnya tidak ada. “Dari jum

-lah 6.000 itu, paling yang memang ada hanya 2.000 saja lah,” ujar Camat yang minta namanya tak dimuat. Tapi diakui,

menghilangkan data penduduk

merupa-kan pelanggaran UU No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Terkait itu, data pemilih di KPUD kota Tebingtinggi, juga menun

-jukkan adanya perbedaan signifikan. Ketua KPUD Wal Ashri, SP, MM, mengin

-formasikan data pemilih untuk Pilgubsu 2013 mencapai 119.355 pemilih. Data awal itu berdasarkan DPT Pilkada kota Tebingtinggi 2010 mencapai 113 ribu lebih pemilih. Kemudian diperbarui oleh petugas pendata daftar pemilih (PPDP) di setiap lingkungan. Dari data itu, hanya

dalam tempo dua tahun terdapat

pertam-bahan penduduk kota Tebingtinggi yang berhakmemilih mencapai 6 ribu jiwa.

Selisih data kependudukan dari tiga intansi itu , khususnya yang

beru-sia 17 tahun ke atas, berhak punya KTP dan berhak memilih, cukup signifikan. Di mana data BPS hanya 98-99 ribu jiwa, tapi Disdukcapil mencapai 100.585 yang jika ditambah yang belum terdaftar 2 ribu jiwa menjadi 102.585, sedangkan data KPUD mencapai 119.355 pemilih. Artinya

rata-rata selisih masing-masing instansi

mencapai 4 ribu jiwa hingga 19 ribu jiwa.

Kelang setahun kemudian, KPUD

kota Tebingtinggi melakukan pendataan kembali dalam rangka Pemilu 2014. Has -il dari pendataan lembaga penyeleng-gara demokrasi itu, ternyata berbeda

lagi dari tahun sebelumnya. Ada pertam

-bahan penduduk mencapai sekira 7 ribu jiwa lebih. Persoalannya, hasil pendataan itu mematok pemilih mencapai 126.434 jiwa dari sebelumnya 119.355 jiwa pe

-milih Pilkada 2011. Inilah fakt pertum -buhan penduduk yang tinggi dalam dua

tahun terakhir di kota Tebingtinggi.

Pemilih Pileg Di T.Tinggi

126.434 Jiwa

Ketua Komisi Pemilihan Umum

Daerah (KPUD) Kota Tebingtinggi Wal Ashri, SP, MM, mengatakan daftar pe -milih sementara (DPS) Pemilu

legis-latif (Pileg) di Kota Tebingtinggi ber

-jumlah 126.434 pemilih yang tersebar di 405 TPS (tempat pemungutan su

-mumkan DPS Pileg Kota Tebingtinggi sampai 24 Juli 2013. Jika ada warga

masyarakat yang belum tercantum namanya di DPS agar segera mem-beritahukan ataupun melaporkan-nya ke KPU atau PPS setempat," je-lasnya, sembari menyebutkan KPU

Tebingtinggi telah memberikan sofcopy DPS kepada Parpol tingkat kecamatan.

Ditegaskannya, Parpol

pe-serta Pileg harus ikut pro aktif untuk

mengecek nama masyarakat yang sudah diklaim sebagai peserta pemilih dari

parpol yang bersangkutan. Diutarakan -nya, seandainya nanti ada masyarakat

tidak terdaftar dalam DPT yang akan

diumumkan KPU secara nasional 23 September 2013, maka tetap dapat

dii-kutkan menjadi pemilih pada Pileg 9 April 2014. Artinya, KPU tetap men -gakomodir seluruh masyarakat untuk memilih asalkan memenuhi

persyara-tan, misalnya sudah berusia 17 tahun. KPU Tebingtinggi juga, kata dia,

akan memberikan salinan DPS kepada parpol yang menjadi peserta Pemilu

Legislatif untuk mengetahui nama-nama pemilih dari parpol yang bersangkutan.

Data yang disampaikan KPUD kota

Tebingtinggi ini berbeda dari tahun ke

tahun serta data tetap yang dilansir

BPS kota Tebingtinggi. Misalnya, pada

Pilkada 2011 tercatat pemilih hanya

120 ribu lebih. Sedangkan dari Sensus

BPS 2010, jumlah pemilih

diperkira-kan hanya berkisar 102 ribu jiwa saja. Jika melihat dari pertumbu -han jumlah pemilih di atas, diperkira-kan terjadi arus mobilisasi yang tinggi

di kota Tebingtinggi dalam beberapa tahun belakangan. Ini menunjukkan

kota lintasan itu akan mengalami prob-lema kependudukan yang akut, jika tidak dilakukan langkah penanganan

sejak awal. Rata-rata pertumbuhan penduduk dari faktor mobilitas menca

-pai 4 ribu-5 ribu jiwa pertahun. Pada -hal, angka pertumbuhan hanya dipatok

(15)

PENDIDIKAN

TINJAU UN SMP “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan bersama Kadis Pendidikan Drs H Pardamean Siregar terlihat meninjau pelaksanaan Ujian Nasional di SMP Negeri 1 di Jalan Sutomo kota setempat”.

TINJAU UN SMP

37 Siswa Tidak Ikut Ujian

Meskipun persoalan distribusi naskah soal UN SMP/MTs Negeri dan Swasta di Kota Tebingtinggi dinyata-kan lengkap dan pelaksanaannya berja-lan berja-lancar, namun hingga hari kedua Ujian Nasional Tingkat SMP dikota itu, Selasa (23/4) diketahui sebanyak 37 siswa yang tidak mengikuti ujian.

Hal itu diketahui saat Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM bersama Kadis Pendidikan Drs H Pardamean Siregar meninjau pelaksanaan UN SMP ke sejumlah sekolah dikota itu.

Dari catatan yang diperoleh, se-banyak 37 orang murid yang tidak ikut UN SMP, tiga orang diantaranya karena sakit, selebihnya belum diketahui penyebabnya.

Ada juga murid yang bersangku-tan (tak ikut ujian) akibat telah mening-gal dunia, namun namanya masih tercan-tum dalam NIS (Nomor Induk Siswa). Lalu sebahagian lagi dinyatakan telah pindah sekolah ke luar Kota Tebingtinggi.

“Sekolah yang terbanyak mu-ridnya tidak mengikuti UN adalah SMP Negeri 5 sebanyak lima orang, selanjutnya MTs Percontohan lima orang dan SMP Negeri 3 empat orang”, jelas Pardamean Siregar sembari menjelaskan bagi yang ab-sen UN masih diperbolehkan mengikuti ujian susulan pada bulan Mei mendatang.

Kadisdik kembali menjelaskan bahwa pelaksanaan UN tingkat SMP/MTs Negeri dan Swasta dikota itu berjalan lan-car, tidak ada terjadi kekurangan naskah

soal. “Meskipun molor mendistribusikan naskah soal UN dari Provinsi Sumut ke

Disdik Kota Tebingting-gi pada malam minggu kema-rin (20/4), namun semua dokumen soal dinyatakan lengkap”, jelasnya.

(16)

EKONOMI

Kondisi di seputar

ka-wasan Pasar Gambir yang

ter-letak di inti Kota Tebingtinggi,

kian hari tidak teratur dan

se-makin semrawut. Pasalnya, para

pemilik toko, pedagang dan

abang beca seakan berlomba

menempati ‘lapak gratis’

hing-ga nyaris menutup badan

ja-lan. Akibatnya pengguna jalan

dan calon pembeli saling

‘ber-himpitan’ di kawasan tersebut.

Kesemrawutan ini bukan hanya di Jalan Iskandar Muda, juga di kawasan Pasar Bunga dan Jalan KH Ahmad Dahl-an, tata letak pedagang kaki lima yang berjualan buah-buahan, sayuran bah-kan pakaian nyaris menutupi akses ke-luar masuk konsumen yang ingin berb-elanja di toko-toko yang menjajakan barang-barang kelontong dan pecah belah.

"Bukan kami tidak mau jualan ke dalam kios yang telah disediakan Pemko, tapi pedagang tidak kompak semua. Se-bahagian masih ada yang berjualan di pinggir jalan, kalau jualan di dalam ge-dung otomatis tidak laku,”kata salah se-orang pedagang, Julia kepada SINERGI

Menurut Julia, selain kha-watir dagangannya tidak laku, kondisi pasar seperti bangunannya sudah ban-yak yang rusak dan sepertinya harus diperbaiki. Sebab, kebanyakan kondi-si pintu kios sudah banyak yang

ru-sak dan bahkan warga banyak mem-buang kotoran di dalam pasar tersebut hingga menimbulkan bau menyengat.

“Itulah salah satu faktor yang membuat pedagang juga mau pindah ke dalam, seharusnya gedung Pasar Gambir dilakukan perbaikan terlebih dahulu, baru direlokasi. Dengan hara-pan kami diperlakukan melalui pen-dekatan secara kekeluargaan,”harap Juli.

Pengguna jalan, Joni (47) men-gaku kesal dengan ulah sejumlah pada-gang kaki lima yang mangkal di Jalan Iskandar Muda Kota Tebing Tinggi dan masih menggelar lapak dagan-gannya hingga nyaris memakan selu-ruh badan jalan, sehingga membuat kemacetan lalu lintas. Selain itu, ban-yak penarik beca bermotor seenaknya memakirkan kendaraan di tepi jalan.

Sementara petugas dari Di-nas Perhubungan dan Polantas ja-rang ada di lokasi pasar untuk menga-tur lalu lintas. "Kemacetan di sekitar pasar itu sudah sangat menggang-gu warga. Karenanya, Pasar Gambir harus segera direlokasi,"harap Joni.

Keterangan dari berbagai sumber menyebutkan bahwa, pedagang K-5 yang berjualan di badan jalan sudah memiliki ijin siluman, khabarnya mereka dikena-kan ‘kutipan sukarela.’ Praktek ini di laku-kan oknum yang tidak bertanggung jawab pada hari-hari tertentu dan apabila tidak membayar upeti, maka sejumlah oknum berseragam akan memberangus lapak

pedagang yang tidak membayar upeti Sebelumnya, Kadispenda Kota Tebing Tinggi Jeffry Sembiring men-gatakan, " program khusus penanga-nan pedagang pasar gambir sedang kita rumuskan “.Menurut Jeffry, dua pasar tradisional kota Tebing Tinggi yang persis berada di bantaran sungai diren-canakan akan alih fungsi sebagai ruang terbuka hijau . Kedua pasar itu yakni Pasar Senangin berada di bantaran Sun-gai Padang dan pajak kain alias Pasar In-pres yang ada di bantaran Sei Bahilang nantinya semua pedagang akan di re-lokasi ke Pasar Gambir atau Pasar Sakti.

Rencana alih fungsi lahan Pasar Senangin dan Pajak Kain itu berdasar-kan pada sejumlah peraturan terkait pelestarian dan perlindungan sungai. misalnya peraturan pemerintah no 38 ta-hun 2011 tentang sungai serta sejumlah undang-undang yang berada diatasnya.’

Menurut Jefry ,untuk pedagang pajak kain di Jln Haryono nantinya akan disiapkan lapak pasar gambir yang akan di modifikasi sebelumnya,sedangkan pasar senangin rencananya akan di relokasi ke pasar sakti. ” antara jalan Pattimura dan lahan pajak kain akan terintegrasi men-jadi taman kota” terang Jefry. (Juanda)

Penataan Pasar

(17)

KESEHATAN

Tenaga perawat merupakan armada terbesar dalam pelayanan kes-ehatan, namun besarnya kuantitas orang yang berprofesi sebagai perawat be-lum diimbangi dengan kualitas pelay-anan keperawatan yang baik. Untuk itu, tenaga profesi keperawatan dituntut terus meningkatkan kompetensi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.

“Untuk meningkatkan kompeten-si perawat, perlu adanya kordinakompeten-si dan kompeten- sik-ronisasi antara pendidikan dengan praktek dipelayanan. Diperlukan Uji Kompetensi yang akan menjadi landasan bagi lulusan untuk memberikan pelayanan yang baik”, demikian tegas Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan saat mem-buka Pelatihan Basic Trauma Life Support (BTLS) yang diselenggarakan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota

Tebingtinggi bekerjasama dengan Pro Emer-gency Jakarta, Selasa (23/4) di aula Akade-mi Kebidanan (Akbid) Pemko Tebingting-gi Jalan Gunung Leuser kota setempat. Saat ini, lanjut walikota, kompe-tensi perawat masih diragukan oleh be-berapa pihak. Banyak perawat yang dinilai belum berkompeten dalam melaksanakan tugasnya, misalnya, hanya sedikit perawat yang mampu menghafal sedikitnya ‘de-lapan asuhan keperawatan’ di luar kepala apalagi menerapkannya. “Padahal asu-han keperawatan merupakan inti dari pe-layanan keperawatan”, imbuh walikota. Selain itu, perawat juga diharapkan mempunyai skill mix kompetensi (kombi-nasi dengan tim kesehatan lain). “Aplikas-inya adalah adanya kerjasama antara dok-ter, perawat, tenaga kesehatan serta tenaga penunjang kesehatan lainnya”, katanya.

Pada kesempatan itu, walikota juga menghimbau kepada para peserta Pelatihan BTLS agar dapat mengikuti kegiatan itu dengan sebaik-baiknya seba-gai bagian dari upaya untuk membangun profesionalisme. “Dengan perawat yang professional maka perawat akan men-jadi garda terdepan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya di Kota Tebingtinggi”, tegas walikota.

Kegiatan pembukaan Pelati-han BTLS yang diselenggarakan selama tiga hari itu turut dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebingtinggi dr H Vive Kananda Sp THT, Direktris Akbid Pemko Dra Hj Suaidah Lubis, Ketua PPNI Kota Tebingtinggi serta puluhan peserta yang be-rasal dari perawat rumah sakit dan puskes-mas di Kota Tebingtinggi.**(Juanda).

(18)

W A N I T A

Pemko Tebingtinggi Peringati Hari Kartini

"Kepeloporan Kartini Patut Dihargai"

HARI KARTINI “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM didampingi Wakil Walikota H Irham Taufik SH MAP serta Ketua TP PKK Kota Tebingtinggi Ny Hj Sri Kurnianingsih pada Peringatan Hari Kartini ke 134 di Kota Tebingtinggi”.

Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi MM

men-gatakan, perjuangan kaum perempuan yang dipelopori oleh ibu RA Kartini sangat patut dihargai dan dibanggakan, dengan keberanian-nya menyuarakan hak-hak kaum perempuan dimasa itu. Sosok RA Kartini juga menolak feodalisme, poligami dan adat istiadat yang mengungkung kaum perempuan saat itu.“RA Kartini berjuang tidak menggunakan senjata dan kekerasan, tapi dia berjuang mela-lui tulisan surat-surat yang mengungkapkan perasaan dan rinti-han hatinya melihat kehidupan kaum perempuan bangsa ini yang masih terbelakang, dan surat-surat tersebut dikumpulkan menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang”. kata Umar Zunaidi Ha-sibuan pada peringatan Hari Kartini ke 134, Jumat (26/4) digedung Balai Pertemuan Kartini Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi.

Diharapkannya, para kaum perempuan zaman sekarang harus dapat membantu perekonomian keluarga melalui berbagai usaha ekonomi kreatif dengan melihat peluang usaha yang ada saat ini. Sehngga usaha ekonomi kreatif keluarga menjadi maju, mandiri dan mempunyai daya jual yang tinggi. Selain itu, kaum perempuan sudah seyogianya sebagai motor penggerak pembangunan, dengan menampilkan kemampuan dalam bermasyarakat dan berbangsa.

(19)

PARLEMENTARIA

RESES MENJARING ASPIRASI

Mahyan Zuhri juru bicara Team Reses DPRD DAPEM I ” Setiap kali DPRD Melakukan Reses Sejak Tahun

2010 Lalu, Pelayanan Rsud Terhadap Pengguna Kartu Jamkesmas Dan Jamkesda Tetap Saja Menjadi

Keluhan warga ”

Anggota DPRD Tebingtinggi Daerah Pemilihan I Kecamatan Padang Hilir saat Melaksanakan Reses di Kelurahan Bagelen Kecamatan Padang Hilir.

Anggota DPRD Daerah

Pemilihan I Kecamatan Padang

Hilir Kota Tebing Tinggi merasa

prihatin atas pelayanan

diberi-kan pihak RSUD dr. Kumpulan

Pane Kota Tebingtinggi kepada

pasien Jamkesmas maupun

Jam-kesda. Pelayanan terkesan buruk.

Anggota DPRD Tebingtinggi ini berjanji akan mengundang Direktur Ru-mah Sakit Umum (RSU) Kota Tebingtinggi untuk dimintai keterangan dan akan men-jadikan program prioritas lembaga legislatif dalam membahas masalah keluhan warga masyarakat mengenai pelayanan diberikan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tebingtinggi bersama pihak eksekutif.

Hal tersebut mengemuka dalam pertemuan reses beberapa ang-gota DPRD Tebingtinggi Daerah Pemili-han I Kecamatan Padang Hilir, dalam menanggapi keluhan warga masyarakat mengenai pelayanan terhadap pasien pengguna Jamkesmas dan Jamkesda di RSUD dr.Kumpulan Pane Tebingtinggi, Jumat (19/4) di Aula Kelurahan Bage-len Kecamatan Padang Hilir Tebingtinggi.

Di hadapan warga daerah pe-milihan I Kecamatan Padang Hilir DPRD melalui juru bicaranya Mahyan Zuhri (Golkar) didampingi Alensudin Purba (PD-P) Hj. Sofiyani Tambunan, (PDI-P) dan Erwin Harahap (PIB) serta Lurah Bagelen Rusli menyampaikan, penggu-naan kartu Jamkesmas maupun Jamkesda oleh warga yang membutuhkan pelay-anan kesehatan di RSUD bukan gratis. Pemerintah sudah mensub-sidi dana yang cukup besar bagi RSUD untuk melayani pasien pengguna Jam-kesmas maupun Jamkesda. Dananya sudah dibayar pemerintah. Itu bu-kan gratis, tegas Alensudin Purba. Sedangkan Mahyan Zuhri merasa sangat prihatin atas kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tebingtinggi yang setiap kali DPRD melakukan Reses sejak Ta-hun 2010 lalu, masalah keluhan pelayanan pengguna kartu Jamkesmas dan Jamkesda tetap saja menjadi keluhan warga. Dewan berjanji akan memperjuangkan agar warga dapat merasakan pelayanan yang baik.

Seorang warga, Yatim Muly-adi melalui reses kepada DPRD ber-harap agar di lingkungan sekolah di Jalan Kelurahan Begelen yang terke-san padat lalulintasnya dipaterke-sang ram-bu-rambu minimal rambu zebra cross.

Menurut Mulyadi masalahnya sudah dibahas melalui Musrenbang na-mun pihak Dishub berjanji tidak usah dibahas melalui Musrenbang akan segera direalisasikan tetapi hingga saat ini jangan-kan terealisasi disurvei saja tidak pernah. Menanggapi masalahnya DPRD akan segera mengundang Kepala Di-nas Perhubungan Kota Tebingting-gi untuk segera merealisasikannya.

Sedangkan Abdullah kepada DPRD minta agar Kantor Kepala Kelu-rahan Bagelen segera dibangun karena lokasi tanah yang ada dikhawatirkan akan digarap orang karena diterlantarkan, pada-hal masalah ini juga sudah dibahas melalui Musrenbang namun sudah tiga tahun ber-jalan tidak kunjung terealisasi sedangkan kondisi Kantor Lurah Bagelen sudah layak untuk segera dibangun, cetus Abdulah.

(20)

PARLEMENTARIA

“Kami selaku warga masyarakat meminta kepada bapak-bapak anggota

DPRD Tebingtinggi yang datang kemari

untuk menindak lanjuti permintaan war-ga ini,” ungkap Rosirawati (45) warwar-ga Lingkungan II Kelurahan Lubuk Baru

Ke-camatan Padang Hulu Kota Tebingting -gi saat digelar Reses DPRD di Kantor

Camat Padang Hulu Jalan Gatot Sub

-roto Kota Tebingtinggi, Kamis (18/4).

Terkait masalah lampu pen -erangan jalan, banyak warga yang merasa ketakutan apabila melintas masuk ke dalam perkampungan dengan kondisi gelap, padahal setiap bulannya pihak PLN telah mengutip pajak pen-erangan jalan yang bekerjasama

den-gan Pemko Tebingtinggi melalui dinas terkait. “Kami mewakili seluruh warga berharap Pemko Tebingtinggi mela -lui anggota DPRD agar meminta dinas terkait memasang lampu jalan langsung

dengan tiangnya,” pinta Rosirawati.

Sementara warga lainnya, Siti Hajar (54) warga Kelurahan Pabatu juga menyoroti masalah parit yang ru-sak sehingga jika turun hujan lebat akan

terjadi banjir. Parit drainase yang su

-dah rusak hingga sekarang belum ada perbaikan, selain itu, dia juga meminta

kepada anggota DPRD Tebingtinggi

agar memberi perhatian kepada seki-tar 40 kepala keluarga yang tinggal di belakang Kantor Camat Padang Hulu

Kota Tebingtinggi tetapi akses jalan

masuk ke dalam kondisinya belum

pernah mendapatkan pengaspalan.

“Kami berharap kepada DPRD

Tebingtinggi dan Camat untuk meli -hat langsung kondisi jalan tersebut, warga hanya meminta pengerasan ja-lan saja terlebih dahulu, karena apa-bila turun hujan, kondisi jalan san-gat licin bahkan banyak pengguna

roda dua sering terjatuh,” ungkap Siti.

Demikian juga masalah

pe-layanan Jamkesda oleh rumah sakit yang ditunjuk Pemko Tebingtinggi un -tuk menangani warga miskin yang se-dang sakit, warga menilai pihak rumah sakit terkesan ‘separo hati’ sehingga menyebabkan masyarakat enggan

un-tuk berobat ke rumah sakit tersebut.

“Kalau hari libur, kami sangat dipersulit, banyak alasan mereka terkait surat meny-urat,” lugas Siti dihadapan anggota DPRD

Tebingtinggi yang melakukan reses.

Menanggapi aspirasi

masyaraka-ta, Ketua Tim Reses H Amril Harahap ber -janji akan menindak lanjuti permintaan

warga kepada pihak Pemko Tebingtinggi melalui SKPD yang ada. Memang menu

-rut Amril, bukan Pemko Tebingtinggi

tidak mau menampung semua per-mintaan warga, tetapi anggaran di Pemko

Tebingtinggi masih terbatas dan masih banyak lagi alokasi yang lebih penting. “Tetapi pada tahun 2013 ini, kita ber -harap permintaan warga bisa ditampung

pada PAPBD. Satu-satu kita selesaikan,

semuanya butuh proses, lebih penting warga bisa mengusulkan langsung pada saat Musrembang tingkat lingkungan,

kelurahan dan kecamatan,” jelas Amril.

Tampak hadir anggota DPRD

Dapil II Padang Hulu antara lain, Par-lindungan Raja Gukguk (PDI-P), H Amril Harahap (PIB), Cristop Munthe (Par-tai Barnas) dan Cornel Sialoho (Par(Par-tai Golkar), Camat Padang Hulu Bambang Sudaryono serta SKPD seperti Dinas

Sosial Tenaga Kerja, Dinas Catatan Sip -il, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan

Umum dan SKPD lainnya. (Juanda)

RESES DPRD TEBINGTINGGI

DAPIL II PADANG HULU

Ketua Tim Reses H Amril Harahap “ Satu-Satu Kita Selesaikan, Semuanya Butuh Proses”

Warga di Kelurahan Lubuk Baru Kecamatan Padang Hulu Kota Tebingtinggi

mengeluhkan masalah banjir yang disebabkan oleh parit dan pelayanan pihak

rumah sakit pemerintah atas Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang

(21)

PARLEMENTARIA

Reses Anggota DPRD Kota Tebing

Tinggi Daerah Pemilihan III

Kecamatan Rambutan Dan Bajenis

Ketua DPRD Tebing Tinggi H.Syahrial Malik " Hasil Reses Akan Kami Bawa Dalam Rapat

Untuk Diperjuangkan Dan Direalisasikan,”

RESES: Ketua DPRD

Tebingting-gi H.Syahrial Malik

didamp-ingi anggota DPRD dan

Lu-rah Pinang Mancung Susnah,

menyampaikan reses di

Ke-lurahan Pinang Mancung

Tebingtinggi, Selasa (23/4).

Warga Kelurahan Pinang Man

-cung, Kecamatan Bajenis Tebingtinggi, mengeluhkan pembangunan Jalan Siba -rou dilaksanakan Dinas Pekerjaan Umum yang merubuhkan atau meratakan

ban-gunan benteng swadaya masyarakat. Akibatnya warga sering kebanjiran.

Terealisasinya pembangunan Jalan Sibarou Kelurahan Pinang Man -cung merupakan hasil reses DPRD tahun lalu, tetapi benteng yang dibangun oleh swadaya masyarakat guna

mengantisi-pasi banjir itu diratakan. Akibatnya war -ga jadi kebanjiran padahal sebelumnya

daerah ini bukan kawasan rawan banjir.

Sedangkan Jalan Jalak Lingkun -gan I Kelurahan Pinang Mancung

Kecama-tan Bajenis Kota Tebingtinggi, sudah ber -ulangkali dibahas dalam Musrenbang,

namun hingga saat ini belum diaspal.

Hal tersebut dikemukakan Kepala Lingkungan I Kelurahan Pinang Mancung Sugiono pada pelaksanaan

reses Anggota DPRD Tebingtinggi dae -rah pemilihan III, Kecamatan Rambutan dan Kecamatan Bajenis, Selasa (23/4)

di Aula Kelurahan Pinang Mancung.

Selain itu Amrizal Lubis warga Lingkungan II Kelurahan Pinang Man-cung, menyampaikan keluhannya

kondi-si Jalan Cenderawakondi-sih di Lingkungan

II, meski sudah berulang kali dibahas melalui Musrenbang namun jalan

Cend-erawasih tidak ada parit atau drainase.

Menanggapi keluhan warga, an-gota DPRD Daerah Pemilihan III Kecama-tan RambuKecama-tan dan Bajenis yang reses

yakni Zulfikar (PKS) H.Syahrial Malik

(Golkar) yang juga selaku Ketua DPRD

Tebngtinggi, dan Agustami SH (PD) melalui juru bicaranya Zulfikar men -gatakan, reses adalah kewajiban DPRD dalam menampung aspirasi masyarakat

atau merevisi APBD. Tujuan reses un -tuk mendengar langsung keluhan saran

maupun pendapat warga masyarakat.

Reses kali ini mengundang Dinas PU yang diwakili Kabid

pen-gairan Yusuf agar sama-sama menden

-gar usulan untuk dijadikan prioritas.

Sementara itu H.Syahrial Malik (Golkar) juga Ketua DPRD Tebingting -gi, jangan ada lagi hasil reses yang

tidak terealisasi. "Hasil reses akan

kami bawa dalam rapat untuk diper-juangkan dan direalisasikan," janji

(22)

HUKUM

SEJARAH PENGADILAN AGAMA TEBING TINGGI

Oleh : Zulfi Pandapotan Nasution, S.Sos.I

(Staf Bagian Adm. Kesra Sekretariat Pemko Tebing Tinggi)

Pengadilan

Agama Tebing Tinggi merupakan Pengadilan Tingkat Pertama

yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 45 Tahun 1950 Jo.

Peraturan Menteri Agama Republik

Indo-nesia Nomor 58 Tahun 1957 dan bertin -dak sebagai salah satu pelaksana

kekua-saan kehakiman bagi pencari keadilan. Pengadilan Agama Tebing Tinggi me -nangani perkara perdata di wilayah Kota

Tebing Tinggi dan sebagian dari daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam se -jarah perjalanan pembentukan

Pengadi-lan Agama Tebing Tinggi tidak dapat

dipisahkan dari beberapa masa, yaitu :

1. Masa Penjajahan. Pengadilan Aga

-ma/Mahkamah Syar’iyah Tebing Tinggi

pada masa penjajahan sebenarnya telah ada bahkan jauh sebelum penjajah

meng-injakan kakinya ke bumi pertiwi. Ke -beradaannya telah ada pada masa kekua-saan kerajaan - kerajaan Islam, dan untuk daerah yurisdiksi Mahkamah Syar’iyah Kesultanan Deli di Medan, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda diben-tuklah suatu ketetapan dalam hal pem-bentukan Pengadilan Agama/Mahkamah

Syar'iyah Jawa dan Madura dengan Statblaad 1882 No.152 yang impectnya membias juga keluar Jawa dan Madura. 2. Masa Kemerdekaan. Berdirinya

Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah

Tebing Tinggi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1950 Jo. Peraturan Menteri Agama RI. Nomor 58 tahun 1957 tentang pembentukan Pen -gadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah di

luar Jawa dan Madura. Berdirinya Pen -gadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah

Tebing Tinggi sekitar bulan Januari 1960,

sebelum itu segala perkara yang timbul (sekarang menjadi wewenang Pengadi-lan Agama) diselesaikan oleh Majelis Agama Islam (MPAI) dengan lokasi

sid-ing di Tebsid-ing Tsid-inggi yang dibentuk ber

-dasarkan ketetapan Wali Negara Sumat

-era Timur, tanggal 1 Agustus No. 390 tahun 1950 termuat dalam Warta Resmi Negara Sumatera Timur tahun 1950 Nomor 78. Setelah dibentuk Pengadi

-lan Agama/Mahkamah Syar’iyah Tebing Tinggi dengan wilayah (kompetensi

paten Deli Serdang 2 (dua) Kecamatan, dalam dearah Kabupaten Asahan dan

kota Tebing Tinggi, untuk melaksanakan kegiatannya Pengadilan Agama Tebing Tinggi untuk sementara waktu sebe -lum mempunyai Gedung, berkantor di kota Medan, kemudian dipindahkan

ke Kantor Kewedanan Padang Tebing Tinggi Jalan Pahlawan Tebing Tinggi yang diketuai oleh H. Ok. Imran (Ketua Pertama) tahun 1960 s/d 1967, Pen

-didikan Aliyah, M. 1967, dan sebagai Panitera adalah Wan Mahmud Syafi’i. Pengadilan Agama Tebing Tinggi berja -lan seadanya bahkan belum memenuhi persyaratan yang baik sebagai instansi pemerintah, kantor saat itu masih me-miliki 3 (tiga) orang personil pegawai yang harus melayani masyarakat luas mengingat daerah hukumnya yang san-gat luas sebagaimana yang telah

diten-tukan diatas. Pada tahun 1967 kantor

Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah

Tebing Tinggi dipindahkan ke kantor Ex Kodim lama Jalan Sutomo Tebing Tinggi. 3. Sebelum berlakunya Undang -

Un-dang Nomor 1 Tahun 1974. Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah Tebing Tinggi dalam memeriksa, mengadili ser -ta memutus perselisihan an-tara suami isteri yang beragama Islam dan segala perkara yang menurut hukum Islam yang hidup diputus menurut agama Is-lam adalah yang berkenaan dengan

ni-kah, talak, pasakh, nafni-kah, mas kawin

(mahar), tempat kediaman, mut’ah dan sebagainya, hatlanah, waris mal waris,

wakaf, hibah, saqokah, baitull maal dan

lain-lain yang berhubungan dengan itu juga memutuskan Perkara Perceraian dan Mengesahkan syarat taklik talak masih berlaku Peraturan Pemerintah

nomor 45 tahun 1957 pasal 4 ayat ( 1 ). 4. Sesudah Undang - Undang Nomor

1 tahun 1974. Setelah lahirnya Undang - Undang Nomor 1 tahun 1974, ten -tang perkawinan, Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah menjadi lebih nampak peranannya di tengah - tengah

masyarakat Indonesia, volume perkara

meningkat sehubungan dengan absolut kompetensi bertambah luas serta diikuti

personil dan hukum formil maupun ma -teril lebih ditingkatkan untuk menun-jang kelancaran dan permasyarakatan

Undang - Undang Nomor 1 tahun 1974. Tanggal 26 Juni 1979 adalah merupa -kan lembaran sejarah baru yang nilainya tidak terhitung bagi Pengadilan Agama/

Mahkamah Syar’iyah Tebing Tinggi den -gan dibangun dan diresmikannya kan-tor baru Pengadilan Agama/Mahkamah

Syar’iyah Tebing Tinggi yang terletak di Jalan Rumah Sakit Umum No. 7 Ke

-lurahan Pasar Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi. Ge -dung tersebut diresmikan atas nama Direktur Badan Peradilan Agama Islam yang diwakili oleh Pengadilan Agama/

Mahkamah Syar’iyah Provinsi Sumat

-era Utara ditandatangani oleh H. Abd. Siradj, MA. Dan saat ini sedang dilaku -kan pembangunan gedung baru

Referensi

Dokumen terkait

Angket adalah serangkaian (daftar) pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden (siswa) mengenai masalah-masalah tertentu yang bertujuan untuk

Jual beli ‚Mahar‛ benda pusaka merupakan sesuatu yang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual, bisa berupa uang, amalan-amalan khusus, atau sesuai kehendak si penjual

Mungkin anda belum tahu bahwa nilai GML (Gov- ernance Maturity Level) Implementasi OPI Area Cempaka Putih Semester 1 tahun 2013 yang sangat “Mengerikan” yaitu masih dibawah level

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak,

Kita masih tidak menemukan nama Ezrael di antara nama-nama itu, dan tidak berarti bahwa itu hanya satu malaikat untuk semua manusia karena ini adalah sifat dari pencipta surga dan

Maksudnya, jika seseorang ingin bisa mensyukuri nikmat Allah l, hendaknya dia melihat kepada orang yang keadaannya lebih rendah dari padanya dalam hal kenikmatan yang ingin

Terlihat adanya pengaruh model kooperatif tipe CRH pada hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Tema II Persatuan dalam Perbedaan Kelas VI SDN 13 Pasar Kambang. Pengaruh

Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang