• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan Psikologi Pendidikan Kepada Guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kepentingan Psikologi Pendidikan Kepada Guru"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KEPENTINGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN KEPADA GURU

 Memahami dan menjelaskan ciri-ciri penyuburan pertumbuhan dan perkembangan kanak-kanak dalam bilik darjah.

 Memahami tingkahlaku kanak-kanak

 Meramal dan mengawal tingkah laku kanak-kanak

 Menghuraikan perbezaan individu dan rancangkan aktiviti pengajaran dan pembelajaran mengikut keperluan dan kebolehan pelajar.

 Menyelesaikan masalah kanak-kanak dalam situasi pembelajaran.

 Menggerakkan kanak-kanak mengikut kebolehan.

 Memahami dan menjelaskan naluri, desakan, keperluan, perbezaan individu, personaliti dan konsep kendiri.

 Menjalankan penyelidikan psikologi pendidikan.

(2)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Pendahuluan

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.

B. Mendorong Tindakan Belajar

Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan

pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka dapatkan sebagai individu terdidik.

Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan lagi mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Gugus pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya menjejalkan informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun demikian bukan berarti fungsi traidisional pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini, dalam batas-batas tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka.

Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.

Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1972) menyebutnya sebagai “learning to be”.

(3)

hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Whiteherington, 1982:77). Inilah fungsi motivator, inspirator dan fasilitator dari seorang pendidik.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).

1. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.

Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.

Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.

2. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah.

Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1. Perhatian

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

(4)

2.2. Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.

Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.

Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.

2.3. Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.

Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.

Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.

Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.

2.4. Berfikir

(5)

dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

2.5. Motif

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

(6)

UNIT 1 ASAS PSIKOLOGI BAB 1 KONSEP ASAS PSIKOLOGI

Slide 2

1.1 DEFINISI PSIKOLOGI Psikologi berasal dari perkataan tamaddun Greek purba ‘psyche’ dan ‘logos’. ‘Psyche’ bermaksud jiwa. ‘Logos’ bermaksud kajian mengenai sesuatu (kajian mengenai pemikiran yg dapat mempengaruhi sikap dan pelakuan organisme). Psikologi merupakan satu kajian mengenai sesuatu yg memberi kesan kpd jiwa seseorang.

Slide 3

Definisi Psikologi (Kamus Dewan) “Kajian tentang proses mental dan pemikiran, terutamanya berhubung dengan perlakuan manusia dan haiwan; pola pemikiran dan perlakuan seseorang atau sesuatu kumpulan tertentu; dan kebijaksanaan memahami sifat manusia.”

Slide 4

Definisi Psikologi yang lain: “The scientific study of the way the human mind works and how it influences behaviour or the influence of a particular person’s character on their behaviour”. (Cambridge International Dictionary of English, p.383). “Psychology may be defined as the systematic study of behaviour and mental life”. (Henry L. Roediger dan rakan,1984).

Slide 5

Definisi Psikologi yang lain: “Psikologi ialah kajian sistematik tentang tingkah laku manusia dan pengalaman”. (Kalat,1999). “Psikologi sebagai satu cabang penyiasatan saintifik untuk tingkah laku dan aktiviti”. (Williams, 1960). “Psikologi ialah sains tingkah laku--kajian mengenai jiwa atau aspek rohani manusia secara saintifik.(Wittaker,1970 dlm buku Introduction To Psychology). Psikologi sebagai satu cabang penyiasatan saintifik ke atas mental dan tingkah laku manusia dan haiwan.

Slide 6

1.2 SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

Slide 7

sambungan…..

Slide 8

(7)

memperkatakan tentang manusia terdiri drp ‘gabungan pemikiran dan badan’ atau ‘jasad dan roh’. Menentang pendapat dualisme yg menyatakan manusia terdiri drp jasad yg terpisah drp roh.

Slide 9

(b) Aliran Empirisme Muncul pada abad ke 17 dan 18 di England. Tokoh-tokoh spt John Locke(1632- 1704) dengan konsep ‘tabula rasa’, iaitu jiwa manusia kosong semasa dilahirkan, dan George Berkeley(1685-1753).

Slide 10

(c) Aliran Strukturalisme Muncul di Jerman. Menumpukan kajian kpd pengalaman sedar(apa yg boleh dinyatakan dlm pengalaman sedarnya) dan afeksi. Tokoh spt Wilhelm Wundt(1832-1920) telah mengkaji perasaan, sikap, persepsi dan tanggapan individu terhadap sesuatu keadaan. Digelar sebagai “Bapa Psikologi”.

Slide 11

(d) Aliran Functionalisme Timbul di Amerika. Di asaskan oleh John Dewey(1859-1952), dan William James(1842-1910) yg dianggap sebagai ahli psikologi Amerika yg pertama. Menekankan pengalaman sedar dan tingkah laku(mengkaji bagaimana manusia

menggunakan mindanya untuk berfikir dan menghasilkan tingkah laku). Proses mental sentiasa aktif dan berterusan. Dipengaruhi oleh teori evolusi manusia Darwin dan falsafah pragmatisme(pemikiran praktikal bukan teori).

Slide 12

(e) Aliran Behaviorisme Muncul di Amerika Utara. Di asaskan oleh J.B. Watson(1878-1958) yg popular dgn Teori Pelaziman Klasik. Dlm “Psychology as the Behaviorist Views It” Watson(1913) mengatakan psikologi ialah ilmu yg mengkaji tingkah laku yg nyata(overt behaviour). Tokoh lain spt Pavlov, Thorndike, Skinner, Hull dll.

Slide 13

sambungan….. Aliran Behaviorisme juga dikenali sebagai Associationism iaitu mengkaji kaitan mental antara dua peristiwa atau idea yg membawa kpd terjadinya pembelajaran. Menjalankan kajian ke atas haiwan. Prinsip pembelajaran atau tingkah laku hasil drp kajian akan diaplikasikan kpd manusia. Mengfokus kajian kpd tingkah laku manusia dan menolak aspek kerohanian.

Slide 14

(8)

definisi operasional(operational definition) yg merujuk kpd proses pengukuran kpd sesuatu yg dikaji. Behavioris menegaskan bahawa tujuan ilmu psikologi ialah untuk menghurai, menerang, meramal dan mengawal tingkah laku.

Slide 15

(f) Aliran Psikologi Gestalt Timbul di Jerman sebagai reaksi kpd pendapat ahli strukturalisme. Berpendapat manusia mempersepsi dunia dlm bentuk satu

keseluruhan(unity whole), atau ‘gestalt’ dari perkataan Jerman gestalten yg bermaksud ‘keseluruhan’, ‘pola’ atau ‘terorganisasi’. Diasaskan oleh tokoh spt Max Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler(1887-1967) dan Kurt Koffka(1886-1941).

Slide 16

(g) Aliran Humanistik Diasaskan oleh Abraham Maslow(1908-1970) dan Carl Rogers(1902-1987). Menekankan cara fikiran, pengamatan serta interpretasi tentang sesuatu peristiwa atau kejadian. Mempercayai bahawa individu bertanggung jawab ke atas tindakannya(berusaha kearah pencapaian matlamat hidupnya). Kuasa motivasi individu ialah kecenderungannya untuk berkembang dan mencapai pemenuhan kendiri(self- actualisation). Konsep ini dipelopori oleh Maslow. Individu mempunyai keperluan untuk mengembangkan potensinya ke tahap maksima.

Slide 17

(h) Aliran Kognitivisme(Cognitivism) Dipelopori oleh tokoh spt ahli psikologi gestalt, Piaget, Vygotsky, Gagne, Bruner dan Ausubel. Berminat mengkaji pemikiran manusia, persepsi dan penanggapan, kognisi, metakognisi, kemahiran berfikir kritis dan kreatif, kemahiran belajar, motivasi dll.

Slide 18

(i) Aliran Konstruktivisme (Faham Binaan) Timbul drp ahli-ahli psikologi kognitif. Diasaskan oleh tokoh spt Von Glaserfeld, Piaget, Vygotsky, Confrey dan Seymour Peppert. Mengambil kira bagaimana individu membina kefahaman terhadap bahan yg dipelajari. Menekankan peranan aktif pelajar semasa proses pengajaran dan

pembelajaran. Kaedah yg sesuai untuk mengajar Matematik dan subjek Sains(fizik, kimia, biologi).

Slide 19

(9)

Slide 20

sambungan….. Menurut pendekatan behaviorisme tingkah laku ialah satu siri gerak balas yg berlaku dgn wujudnya ransangan. Pendekatan ini juga dikenali sebagai psikologi ransangan gerak balas atau R-G Ahli psikologi behaviorisme spt Watson, Ivan Pavlov, B.F. Skinner dan E.L. Thorndike.

Slide 21

sambungan….. Pavlov(1849-1936), dikaitkan dgn konsep pelaziman klasik. Eksperimen ke atas anjing bagi menunjukkan perkaitan antara ransangan(makanan) dgn gerak balas(air liur)

Slide 22

sambungan….. Thorndike(1874-1949) memperkenalkan Teori Pelaziman Cuba

Jaya(Theory Of Trial And Error Conditioning). Prinsip asas pembelajaran ialah pengaruh ganjaran dan denda. Organisme akan membuat sesuatu yg membawa keseronokan dan mengelakkan melakukan sesuatu yg membawa kesakitan atau membahayakan diri.

Slide 23

sambungan….. Menurut Thorndike, ganjaran mendorong organisme mengulangi sesuatu gerak balas. denda boleh menyekat organisme drp melakukan sesuatu gerak balas. organisme mengaitkan gerak balas tertentu dgn ransangan tertentu. jenis pembelajaran ini dilabel sebagai “pembelajaran instrumental atau operan”.

Slide 24

sambungan….. Skinner(1904-1990) memperluaskan Teori Thorndike. Terkenal dgn pelaziman operan yg mengukur pengaruh ganjaran dan dendaan. Eksperimen ke atas tikus dan burung merpati. Dapat mengukur proses pembelajaran dgn cara menukar frekuensi ganjaran dan dendaan.

Slide 25

1.3.2 Pendekatan Psikoanalitik Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh proses-proses psikologi tidak sedar spt konflik dalaman, dorongan(impulses), kemahuan dan motif-motif yg tidak disedari. Semua tingkah laku, normal dan abnormal adalah hasil drp interaksi faktur genetik dan persekitaran. Zaman awal individu penting dan memberi kesan sepanjang hayat pada keadaan psikologi individu.

(10)

sambungan….. Sigmund Freud(1856-1939) adalah pelopor ahli teori psikoanalitik. Teori struktur personaliti Freud membahagikan struktur psikik kpd 3 bahagian iaitu; (a) Id (b) Ego (c) Superego.

Slide 27

sambungan….. Id Sumber dorongan dan nafsu yg diwarisi, primitif, mementingkan diri sendiri dan tidak ada pengaruh dunia realiti (pengaruh tamaddun). Dominan pada bulan-bulan awal kehidupan bayi(dorongan dan kemahuan kuat mempengaruhi tingkah laku). Elemen psikik yg pertama mempengaruhi tingkah laku manusia.

Slide 28

sambungan….. (b) Ego Bertanggungjawab dan mengawal dorongan dan desakan primitif id agar mengikut kehendak persekitaran (kehendak moral dan piawai etika masyarakat). Beroperasi berpandukan prinsip realiti(mengiktiraf permintaan atau kehendak masyarakat yg realistik).

Slide 29

sambungan….. (c) Superego Merupakan sumber asal suara hati(conscience) iaitu

kebolehan membezakan yg baik dgn buruk. Muncul bila kanak-kanak mula mempelajari peraturan yg digunakan ibu bapa utk menginterpretasi jangkaan masyarakat. Secara evolusi kanak-kanak akhirnya membina set piawai dalamannya sendiri.

Slide 30

sambungan….. Kanak-kanak yg dibesarkan secara melampau mempunyai superego tidak fleksibel sehingga mencegah diri drp menikmati keseronokan normal yg sepatutnya. Kanak-kanak superego punitif yg meningkat remaja akan menghadapi masalah dlm memenuhi permintaan superego. Cth: Kesukaran mengawal permintaan seksual yg meningkat pada usia baligh.

Slide 31

sambungan….. Freud percaya kerisauan(anxiety) dan kemurungan datang bersama kehendak superego yg melampau. Id, ego dan superego mempunyi matlamat dan kaedah yg berbeza. Konflik dalaman wujud bila id dan superego menguasai ego. Menurut Teori Freud, konflik antara id, ego dan superego membawa kpd kecelaruan mental.

Slide 32

sambungan….. Psikoanalisis menekankan kesan peristiwa silam terhadap kanak-kanak apabila meningkat dewasa. Freud percaya kanak-kanak melalui pelbagai tahap

(11)

Slide 33

sambungan….. Kanak-kanak yg melalui tahap oral, anal, falik, latensi dan genital dgn memuaskan akan menjadi orang dewasa yg normal. Kekecewaan atau kelebihan pada mana-mana tahap menyebabkan fixation pada tahap tersebut dan ini akan mempengaruhi kehidupan dewasanya. Cth: Orang yg makan terlalu banyak di tahap oral mungkin mempunyai fixation di tahap ini dan menjadi gemuk atau penagih dadah bila dewasa.

Slide 34

1.3.3 Pendekatan Kognitivisme Dipelopori oleh ahli-ahli psikologi gestalt, Piaget, Vygotsky, Gagne, Bruner dan Ausubel. Memberi perhatian khusus kpd proses pemikiran manusia spt persepsi dan penanggapan, kognisi, metakognisi, kemahiran berfikir kritis dan kreatif, kemahiran belajar, motivasi dll. Percaya bahawa peristiwa dalaman yg berlaku mesti dikaji utk memahami keseluruhan tingkah laku

Slide 35

sambungan….. Pendekatan kognitivisme sangat berbeza dgn pendekatan psikoanalisis yg memfokus kpd pemikiran tidak sedar. Pendekatan kognitivisme juga berbeza dgn

pendekatan behaviorisme yg memfokus kpd faktur persekitaran dan tingkah laku.

Slide 36

1.3.4 Pendekatan Humanistik Berpandangan bahawa manusia adalah individu yg bebas dan baik, berpotensi utk berkembang dan ada sasaran utk dicapai. Menyatakan bahawa manusia terdorong bertindak kerana mempunyai kemahuan atau keperluan. Berpendapat yg manusia sentiasa aktif.

Slide 37

sambungan….. Ahli psikologi pendekatan humanistik spt Abraham Maslow, Rollo May, Carl Rogers dan Gordon Allport. Abraham Maslow(1970) mengemukakan Teori Hierarki Keperluan Maslow yg mengandaikan manusia tidak pernah berasa puas dgn apa yg dicapai. Mengikut Maslow, kehendak manusia terbahagi kpd lima peringkat mengikut hirarki iaitu drp keperluan peringkat rendah(keperluan asas) sehingga keperluan peringkat tertinggi (keperluan bersifat psikologi).

Slide 38

Hierarchy of Needs Abraham Maslow 5. Self-Actualization 4. Esteem: Respect 3. Belonging: Family & Friends 2. Safety: Shelter& Security 1. Physiological: Food & Water

(12)

sambungan….. Rogers(1956) mengatakan bahawa: - manusia sentiasa berusaha

memahami diri sendiri, mempengaruhi dan mengawal perlakuan dirinya dan orang lain. - pada dasarnya manusia baik dan dilahirkan dgn kecenderungan utk kesempurnaan. Pendekatan humanistik memfokus kpd kemahuan dan keunikan manusia serta kebebasan utk memilih matlamat hidup.

Slide 40

1.3.5 Pendekatan Biologi Juga dikenali sebagai pendekatan biomedik, Model

Penyakit(Desease Model) atau Model Perubatan. Mengandaikan manusia sebagai sistem fizikal dan mesti difahami dari sudut fizikalnya spt keadaan fisiologi dan sifat sistem saraf . Berpendapat masalah yg kita hadapi adalah hasil kecacatan tubuh badan, kecederaan atau penyakit yg selalunya mempunyai kesan ke atas otak.

Slide 41

sambungan….. Ahli fisiologi Jerman iaitu Edward Hitzig(1893-1927) dan Gustav Fritsch(1839-1907) menjalankan eksperimen ke atas anjing. Mendapati bahawa struktur otak tempat asal usul urat saraf, berkait rapat dgn tingkah laku manusia. Otak boleh memberi tindak balas bila ransangan elektrik diberi secara langsung dan ini memberi kesan ke atas tingkah laku individu.

Slide 42

sambungan…… Pendekatan Biologi memfokus kpd peranan sistem saraf pusat yg bertanggungjawab mengawal setiap pemikiran dan pergerakan manusia.

Slide 43

1.4 PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN Bidang psikologi pendidikan menggabungkan dua bidang iaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi ialah kajian tentang pemikiran dan tingkah laku individu dan kumpulan secara saintifik. Pendidikan merupakan proses utk mengembangkan potensi dan kemahiran individu dlm bidang tertentu.

Slide 44

Banks dan Thompson(1995), Psikologi ialah ilmu yg mengkaji tingkah laku manusia. Pendidikan adalah profesion yg mengkaji dan membina metodologi atau pendekatan pengajaran pembelajaran utk digunakan di sekolah. Psikologi pendidikan ialah kajian tentang perlakuan atau tingkah laku manusia dlm proses pengajaran dan pembelajaran dlm bilik darjah.

(13)

Borich dan Tambori(1997), Psikologi pendidikan ialah satu disiplin yg memfokuskan kajiannya kpd pengetahuan teoretikal dan pengetahuan empirikal mengenai pengajaran dan pembelajaran dlm bilik darjah. Clifford,1984 (dlm Henson dan Eller, 1999),

Psikologi pendidikan ialah “applying the methods of psychology to studying the process of education”. Grinder(1981), Psikologi pendidikan ialah mengaplikasi pengetahuan psikologi ke dlm situasi bilik darjah.

Slide 46

Tugas ahli psikologi pendidikan ialah mengaplikasi prinsip psikologi kpd pendidikan dan di sepanjang kerjayanya, mengkaji pelajar, proses belajar dan strategi pengajaran utk meningkatkan pembelajaran. Kesimpulannya: Psikologi pendidikan amat berguna bagi guru utk tujuan memahami tingkah laku pelajar dan memudahkan proses pengajaran dan pembelajaran.

Slide 47

1.5 TUJUAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN Memahami(memerihal dan menerangkan) tingkah laku pelajar dlm proses pengajaran dan pembelajaran. Meramalkan tingkah laku gantian yg mungkin berlaku dan mengawal tingkah laku tersebut.

Slide 48

Menurut Abd. Majid Mohd. Isa dan Rahil Mahyuddin(1997), matlamat ahli psikologi tertumpu kpd empat bidang iaitu: Memerihalkan(describe), Menerangkan(explain), Mengawal(control) dan Meramalkan(predict) sesuatu perlakuan.

Slide 49

1.6 KEPENTINGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN KEPADA GURU - Membolehkan guru memahami mengapa pelajar bertingkah laku sedemikian, - membantu pelajar memahami diri mereka, - membantu guru merancang objektif dan matlamat pembelajaran yg sesuai dgn pelajar dan - merumuskan langkah supaya pelajar dapat mencapai matlamat dan objektif pembelajaran yg telah ditetapkan.

Slide 50

sambungan….. - Membolehkan guru meramal tingkah laku dan kegemaran pelajar pada peringkat umur tertentu, serta - merancang peneguhan yg sesuai dlm usaha mengawal tingkah laku dan memotivasikan mereka.

Slide 51

(14)

selidik utk mengenal pasti tahap perkembangan pelajar dan menyediakan program yg sesuai utk meningkatkan prestasi.

Slide 52

sambungan….. 5. - Data dan maklumat yg diperolehi dari penyelidikan berkaitan isu dlm pendidikan membolehkan guru membantu pelajar menyelesaikan masalah dan

meningkatkan kualiti pengajaran dan pembelajaran. 6. - Membolehkan guru memahami personaliti dan konsep kendiri pelajar dan membantu mereka membentuk konsep kendiri yg positif.

Slide 53

Sekian, terima kasih.

(15)

Topik 1 Latihan 1

Pengertian Psikologi Pendidikan

Psikologi Pendidikan ialah penggabungan bidang psikologi dan pendidikan, iaitu kajian saintifik terhadap tingkah laku murid dalam situasi pendidikan .aspek aspek psikologi dalam kajian meliputi tingkahlaku murid terhadap segala aktiviti pengajaran – pembelajaran dalam situasi bilik darjah.

Atan Long (1976) menghuraikan psikologi pendidikan sebagai sains yang mengkaji tingkahlaku pelajar dalam suasana pembelajaran dalam bilik darjah .Smith ( 1978) menjelaskan psikologi pendidikan sebagai kajian saintifik terhadap tingkahlaku dalam pendidikan, termasuk prinsip-prinsip dan kaedah pengajaran dan pembelajaran yang digunakan untuk mrnyelesaikan masalah pendidikan.

Slavin (1991) menyatakan psikologi pendidikan ialah kajian tentang murid ,pengajaran dan pembelajaran yang mengfokus proses proses pengetahuan kemahiran nilai dan sikap dialihkan daripada guru kepada murid dalam bilik darjah termasuk aplikasi prinsip-prinsip psikologi dalam pengajaran .

Ilmu psikologi merangkumi pelbagai topic yang boleh diaplikasikan didalam berbagai-bagai bidang khasnya bidang pendidikan seperti pemikiran dan tingkahlaku manusia terhadap pembelajaran.

Kebanyakan teori berladaskan hipotesis yang mengandungi andaian-andaian berdasarkan daripada perhatian atau pengalaman yang serupa.Hipotesis merupakan andaian-andaian yang belum dapat dibuktikan, manakala teori merupakan definisi yang dibentuk daripada kajian saintifik.

Untuk membentuk teori pembelajaran pelbagai jenis penyelidikan telah dikaji dan digunakan .Secara keseluruhannya jenis-jenis penyelidikan boleh digolongkan dalam dua kategori yang utama

a)Penyelidikan Kuantitatif

Penggunaan data untuk menjelaskan fenomena pembelajaran.Ia merangkumi kajian pembolehubah –pembolehubah yang dikawal atau tidak dikawal

b)Penyelidikan Kualitatif

(16)

Konsep Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan ialah satu displin ilmu yang mengkaji tingkahlaku murid dngan aplikasi prinsip-prinsip psikologi ke atas segala aktiviti pengajaran dan pembelajaran dalam situasi bilik darjah .

Menurut Banks dan Thompson (1995) psikologi adalah pengetahuan mengenai kajian tingkahlaku manusia dan pendidikan adalah profesion yang mengkaji dan membina metodologi dalam pengajaran dan pembelajaran dibilik

Kepentingan Pendidikan Psikologi

Matlamat pendidikan psikologi ialah untuk memahami tingkahlaku murid dalam proses pengajaran dan pembelajaran melalui pemerhatian oleh guru.Dengan cara ini ,guru dapat membina kebolehan membuat jangkaan tingkahlaku alternative yang diperlukan untuk menggantikan tingkahlaku yang tidak dikehendaki.

Kepentingan psikologi pendidikan kepada guru ialah:-

a)memberikan ilmu pengetahuan tentang teori dan prinsip psikologi kepada guru supaya mengamalkannya dalam bilik darjah

b)Menyedarkan guru terhadap perbezaan individu dari segi mental, fizikal, minat demi membolehkan mengajar murid-murid mengikut kebolehan mereka dengan menggunakan aktiviti kumpulan.

c)Membekalkan ilmu pengetahuan tentang tingkahlaku murid agarmembolehkan guru mencegah masalah displin yang tidak diingini dalam bilik darjah dengan berkesan .

d)melengkapkan ilmu psikologi murid tentang sahsiahnya dapat membantu guru membentuk personality mereka yang sihat dan konsep kendiri yang positif dengan bimbingan yang wajar.

e)melengkapkan guru dengan teori dan prinsip psikologi akan membantunya meningkatkan kualiti pengajaran dalam bilik darjah.

f)memberikan guru kefahaman tentang naluri dan keperluan murid akan membantu guru penggunakan teknik motivasi yang berkesan serta mewujudkan hubungan baik diantara guru dan muridnya.

(17)

Aktiviti Berkaitan Dengan Psikologi

Aktiviti yang berkaitan dengan psikologi adalah seperti tabiat membaca, tabiat suka mengira, mendengar muzik, minat bersukan , seni dan berkarya.Melalui kebolehan-kebolehan ini, guru mestilah mengenalpasti kebolehan-kebolehan setiap murid-murid adalah berlainan antara satu sama yang lain.Sekaligus guru dapat membantu sahsiah murid serta memperkembangkan potensi murid dalam diri mereka. Sehubungan itu guru juga kan dapat menyelesaikan masalah dalam bilik darjah dengan mudah.

Aktiviti Berkaitan Dengan Bukan Psikologi

Aktiviti berkaitan dengan bukan psikologi adalah seperti kajian tentang hidupan laut dan marin, kajian tentang alam sekitar, kajian pembangunan dan kajian masyarakat dan sosial, Aktiviti ini bukan Psikologi kerana bidang-bidang kajian tersebut bukan mengkaji mengenai tingkahlaku manusia sebagaimana seperti pendapat-pendapat ahli falsafah di atas. Ini kerana bidang-bidang tersebut mengkaji kepentingan dan keperluan dalam hidup manusia sejagat. Unsur-unsur seperti menangani masalah yang berkaitan sehingga lah kepada aspek yang memberi manfaat kepada manusia itu sendiri. Contohnya manusia membuat pembangunan adalah untuk tujuan memberi keselesaan dan kemudahan kepada masyarakat.Disamping itu timbul juga masalah daripada pembangunan tersebut seperti masalah setinggan, masalah jenayah dan kemiskinan hidup masyarakat.Tanpa mengira aspek-aspek psikologi masyarakat itu sendiri, misalnya rumah flat yang dibina saiznya amat kecil tidak dapat menampung saiz keluarga yang besar. Secara tidak langsung akan wujudnya masalah seperti kesesakan dalam isirumah , penempatan bilik untuk anak perempuan dan anak lelaki

(18)

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES

BELAJAR MENGAJAR.

Psikologi dan Pendidikan.

Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak. Oleh karena itu yang sangat mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yaitu dalam wujud perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan dasar ini maka psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Whiterington (1982:10) bahwa pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar.[1] Itu artinya bahwa tindakan-tindakan belajar yang berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan pertumbuhan pengetahuan dan perilaku sesuai dengan tingkatan pembelajaran yang dilalui oleh individu sendiri melalui proses belajar-mengajar. Karena itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, metode dan pendekatan yang benar dalam proses pendidikan sangat

diperlukan.

Kalau kita berbicara tentang individu yaitu manusia, maka kita akan bertemu dengan beberapa keunikan perilaku/jiwa (psyche), dan faktor ini akan berhubungan erat bahkan menentukan dalam keberhasilan proses belajar. Didasari pada begitu eratnya antara tugas psikologi (jiwa) dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin yaitu psikologi pendidikan (educational psychology).

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.

Peran Psikologi Pendidikan Dalam Proses Belajar-Mengajar

Dalam bukunya, Drs. Alex Subor, M,si.[2]mendefinisikan bahwa Psikologi Pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.

(19)

1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.

2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.

3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.

Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang perlu dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu :

1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (The science of educational psychology)

2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity) 3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).

4. Perkembangan siswa (growth).

5. Proses-proses tingkah laku (behavior proses).

6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).

7. Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that condition learning) 8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning). 9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/

evaluasi. (measurement: basic principles and definitions).

10. Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters)

11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement).

12. Ilmu statistic dasar (element of statistics).

13. Kesehatan rohani (mental hygiene).

14. Pendidikan membentuk watak (character education).

15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah. (Psychology of secondary school subjects).

16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school).

(20)

dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori

perkembangan individu.

2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.

3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.

Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

(21)

Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat

menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis

penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

Penutup.

Sebagi objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.

(22)

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES

BELAJAR MENGAJAR.

Psikologi dan Pendidikan.

Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak. Oleh karena itu yang sangat mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yaitu dalam wujud perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan dasar ini maka psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Whiterington (1982:10) bahwa pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar.[1] Itu artinya bahwa tindakan-tindakan belajar yang berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan pertumbuhan pengetahuan dan perilaku sesuai dengan tingkatan pembelajaran yang dilalui oleh individu sendiri melalui proses belajar-mengajar. Karena itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, metode dan pendekatan yang benar dalam proses pendidikan sangat

diperlukan.

Kalau kita berbicara tentang individu yaitu manusia, maka kita akan bertemu dengan beberapa keunikan perilaku/jiwa (psyche), dan faktor ini akan berhubungan erat bahkan menentukan dalam keberhasilan proses belajar. Didasari pada begitu eratnya antara tugas psikologi (jiwa) dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin yaitu psikologi pendidikan (educational psychology).

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.

Peran Psikologi Pendidikan Dalam Proses Belajar-Mengajar

(23)

Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam[3]:

1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.

2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.

3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.

Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang perlu dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu :

1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (The science of educational psychology)

2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity) 3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).

4. Perkembangan siswa (growth).

5. Proses-proses tingkah laku (behavior proses).

6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).

7. Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that condition learning) 8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning). 9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/

evaluasi. (measurement: basic principles and definitions).

10. Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters)

11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement).

12. Ilmu statistic dasar (element of statistics).

13. Kesehatan rohani (mental hygiene).

14. Pendidikan membentuk watak (character education).

15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah. (Psychology of secondary school subjects).

16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school).

(24)

mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori

perkembangan individu.

2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.

3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.

Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

(25)

5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat

menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis

penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

Penutup.

Sebagi objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.

Guru sebagai pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan mataeri pelajaran.

(26)

TEORI PEMBELAJARAN

KONSEP PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Konsep Psikologi.

 KAJIAN SAINTIFIK TINGKAH LAKU MANUSIA DAN PROSES MENTAL

Whittaber William (1960) = Kajian saintifik tingkah laku dan aktiviti manusia.

Baron (1989) = Kajian saintifik tingkah laku manusia dan proses mental

Cambridge International Dict. = kajian saintifik mengenai cara manusia berfikir

dan pengaruhnya terhadap tingkah laku atau pengaruh peribadi individu terhadap tingkah lakunya.

KONSEP PENDIDIKAN

Dewey : proses memperbaiki keadaan manusia.

 Milton : Pendidikan menyeluruh membolehkan seseorg bertindak secara adil, terlatih dan bertimbangrasa dalam tugasan.

 Langford: aktiviti yg mempunyai matlamat yg prktikal dan berbeza dari aktiviti yg mempunyai matlamat berdasarkan teori.

 SATU PROSES LATIHAN DAN AKTIVITI UTK MEMBENTUK TINGKAH LAKU.

 Pendapat Pendidik secara umum:

 I - Bentuk persekolahan formal - aktiviti p&p dirancang oleh pakar  Ii - Proses perkembangan - Mental, fizikal, sosial dan emosi.  Iii - Proses berterusan - Peluang belajar sepanjang hayat  Iv - Proses bersepadu dan mencapai matlamat.

KEPENTINGAN PENDIDIKAN PSIKOLOGI

 Menggambarkan, menerangkan, mengawal dan meramal tingkah laku  Sbg panduan penyediaan PnP

(27)

 Dapat mengaplikasikannya dalam proses PnP.

FITRAH MANUSIA

Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

U - Berlaku daripada umum kepada khusus.

R - Menunjukkan peningkatan kerumitan

B - Berlaku pada kadar yang berbeza

T- Mengikut tertib

A - Berlaku secara beransur - ansur

Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan.

Pertumbuhan.

 Perubahan Kualitatif - -boleh ukur  Perubahan fizikal.

Perkembangan

 Perubahan Kuantitatif dan kualitatif

 Berlaku secara berterusan kepada manusia.

Teori PerKembangan

 Teori Kematangan Gesell

 Perkembangan berlaku secara dalaman

Faktor2 Mempengaruhi Perkembangan

1. Kontrevesi baka dan persekitaran

(28)

Persekitaran - pengalaman sejak lahir

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

- terdapat 4 tahap perkembangan

1. Deria Motor 2. Pra Operasi 3. Operasi Konkrit

4. Operasi Formal

Konsep Teori Piaget

Organisasi

Proses berterusan menyusun maklumat dan pengalaman ke sistem atau kategori.

 Adaptasi

o Menyesuaikan diri dgn dua cara

r asimilorsi

\ akomodasi

 Equblirasi : Proses penyesuaian.

TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON

 Perkembangan individu berlaku pd bbrp peringkat dgn matlamat, kebimbangan, pencapaian dan bahaya.

Peringkat Anggran

(29)

Kepercayaan VS ketidak percayaan

0 - 1 1/2 tahun

 Bayi menjalankan hubungan kasih sayang dan kepercayaan kepada pengasuh atau

membentuk perasaan tidak percaya.

Autonomi VS malu/ ragu

1 1/2 tahun - 3 tahun

 Kanak2 mengerah tenaganya utk perkembangan fizikal.

 Boleh belajar mengawal tetapi mungkin membentuk perasaan malu atau ragu jika tidak diuruskan.

Inisiatif VS

Perasaan Bersalah 3 - 6 thn

 Kanak - kanak menjadi lebih mendesak tetapi bila melampau akan menimbulkan persaan bersalah.

Ketekunan Vs

rendah diri 6 - 12 tahun

 Mesti manghadapi pembelajaran baru atau terpaksa menghadapi perasaan rendah diri.

Indentiti VS

kekeliruan Identiti 12 - 18 thn

 Remaja mesti berjaya mencari identiti dalam kerjaya, peranan jantina, politidk dan agama.

Kerapatan VS

Pengasingan 18 - 35 thn 

Dewasa membina hubungan atau terasing

Generativiti VS

Pemusatan Kendiri 35 - 60 thn

 Stp jalan itk memuaskan hati dan menyokon generasi akan datang

Kesepaduan VS

putus asa 60 - akhir hayat

(30)

 Ransangan baru timbul bersama dengan ransangan tak terlazim TEORI PEMBELAJARAN HUMANISTIK

 Abraham Maslow dan Carl Rogers

 Murid bermoivasi secara semulajadi utk belajar dgn syarat pengalaman pengalaman pndidikan adalah bermakna.

Pelaziman

Pelaziman Operan (Skinner)

 Ransangan dgn ganjaran TEORI KONSTRUKTISME

 ilmu yg dibina adalah berdasarkan kepada interaksi sosial, alat budaya dan aktiviti yg membentuk pembinaaan dan pembelajaran individu.

Referensi

Dokumen terkait

Potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik / sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan. dikembangkan

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek

Pada pelajaran sebelumnya, peserta didik telah belajar menghargai sesama manusia dengan pemahaman bahwa semua manusia sama derajatnya di hadapan Allah dan mencoba

a. Mengenal dan memahami setiap peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Memantau perkembangan perilaku peserta didik secara kontinyu. Mampu memotivasi peserta

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesadaran akan masalah yang dihadapi dapat mendorong individu untuk mengambil langkah berbeda terkait perilaku, pikiran,

Asumsi-asumsi; tujuan mengubah perilaku yang teramati dan terukur, sumber tujuan pendidikan berbasis kompetensi, karakteristik peserta didik anak sebagai individu yang aktif,

Pada pelajaran sebelumnya, peserta didik telah belajar menghargai sesama manusia dengan pemahaman bahwa semua manusia sama derajatnya di hadapan Allah dan mencoba

Guru yang memiliki pengalaman lebih banyak menunjukkan sikap lebih positif terhadap pendidikan inklusi.Pengalaman tidak berpengaruh pada self-efficacy dalam mengajar pesesta didik