• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I V docx 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab I V docx 1"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UIN Walisongo Semarang dalam mewujudkan tujuan-tujuan diatas mencoba untuk memfasilitasi mahasiswanya dengan membuka beberapa jurusan dengan kajian berbeda-beda. Salah satunya adalah Fakultas Dakwah sebagai salah satu fakultas di lingkungan UIN Walisongo Semarang merupakan salah satu fakultas yang mengemban tugas mulia tersebut, yakni berusaha membentuk sarjana Muslim yang ahli dan Profesional dibidang Dakwah, baik secara manajemen, penyuluhan ataupun melalui komunikasi. Untuk menyengsong hal tersebut, dikeluarkanlah kebijakan yang diatur masing-masing fakultas. Oleh karenanya fakultas harus memberikan bekal bagi mahasiswa agar bisa terjun di lapangan sesuai dengan profesi yang dicita-citakan oleh mahasiswa fakultas Dakwah dan Komunikasi. Salah satu sarana untuk mewujudkan ketrampilan dan pengalaman tersebut adalah dengan dilaksanakannya KKL (Kuliah Kerja Lapangan).

KKL ini merupakan salah satu bentuk metode belajar praktek yang diterapkan di Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang. Dalam hal ini KKL bertujuan untuk memformulasikan teori-teori yang telah didapatkan dalam perkuliahan dengan realitas kegiatan ilmu dakwah khususnya bimbingan dan penyuluhan islam seperti Laborat Dakwah yang berfungsi sebagai sebuah tempat observatorium yang memiliki orientasi pendidikan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Selain itu KKL juga merupakan wahana untuk mengimplementasi teori-teori mata kuliah yang telah diberikan. Terutama teori-teori beberapa mata kuliah khusus yakni mata kuliah yang berkaitan dengan Bimbingan dan Penyuluhan islam, sehingga sangat erat kiranya apabila Ponpes Inabah XIX Suryalaya Surabaya , dan Yayasan Laroyba (Ponpes Bali Bina Insani) Meliling, Tabananan Bali dijadikan sebagai obyek KKL. Hal ini dikarenakan dua tempat tersebut merupakan institusi yang bersentuhan langsung dengan kajian ilmu dakwah khususnya Bimbingan dan penyuluhan islam yang selama ini menjadi focus kajian bagi Konsentrasi Ilmu Dakwah.

(2)

sebagaimana diungkap diatas akan dapat terwujud bersama-sama dan bisa menjadi sebuah kontribusi yang signifikan bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia.

Adapun tujuan dan Persyaratan KKL mengandung maksud untuk memperdalam keahlian kemampuan mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang di dalami di fakultas, sehingga menghasilkan generasi mahasiswa yang Profesional dalam pekerjaannya hal ini dibuktikan dengan kehandalan mahasiswa dalam penguasaan teori dan implementasinya di lapangan.

Dilihat dari substansi pentingnya pelaksanaan KKL, pemberian materi atau bekal bagi mahasiswa dalam ranah praktik sangatlah dibutuhkan. Maka dari itu komposisi arahan yang lebih bagus dengan kolaborasi format, sistematika, dan desain untuk pelaksanaan KKL sangat perlu untuk dikembangkan. Agar ide mahasiswa (peserta) KKL tidak hanya terbayang pada tulisan (teori) ilmu dakwah. Akan tetapi mahasiswa juga bisa menguasai bagaimana praktik dari teori-teori yang telah diberikan. Selain itu dalam KKL ini mahasiswa juga diharapkan bisa mengamati langsung bagaimana system kerja Ponpes Inabah dan Ponpes Bali Bina Insani yang selama ini hanya didengar dari beberapa pihak yang pernah berkunjung ke tempat tersebut.

Disini, obyek KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang adalah di Bali. Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang dijadikan destinasi wisata para wisatawan dalam negeri maupun wisatawan manca negara. keindahan yang berbeda dengan pulau yang lain menjadi daya tarik tersendiri dalam memikat setiap wisata yang berkunjung. kekayaan akan seni, budaya dan tradisi pun menjadi sorotan tajam bagi siapa saja yang datang disetiap tempatnya. Bali yang dikenal dengan sebutan pulau wisata, pastinya Bali memiliki sejuta pesona. Bahkan terkadang Pulau Dewata ini lebih dikenal di kancah internasional dibanding nama Indonesia.

Pulau Bali termasuk pulau yang kecil bila dibandingkan dengan pulau-pulau lain yang ada di Indonesia. Luasnya adalah 5.632,86 km2, dan dihuni oleh penduduk yang

berjumlah ± 3 890 757 jiwa. Perbandingan pemeluk agama satu dengan yang lainnya adalah sebagai berikut: pemeluk Agama Hindu (96 %), Agama Islam (2,5 %), Agama Protestan (0,5 %), Agama Katholik (0,5 %), dan Agama Budha (0,5 %). Oleh karena penduduk Bali sebagian besar penganut Agama Hindu maka corak masyarakat Bali terutama di pedesaan akan tampak sangat khas.1

(3)

peserta Kuliah kerja Lapangan (KKL) Fakultas Dakwah dan Komuikasi Universitas Agama Islam Negeri Walisongo Semarang (UIN Walisongo Semarang) Tahun 2015 di Pulau Bali pada tanggal 10– 15 November 2015. Karena kemampuan penguasaan dalam pemahaman teori belum tentu bersinergi jika menghadapi tantangan masyarakat dengan berbagai fenomena yang ada.

Sebagai pulau wisata, Bali juga kental dengan kultur relegiusitasnya. Umat Hindu Bali sangatlah kental dengan upacara-upacara keagamaan. Hal tersebut merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain arsitektur yang bernilai seni tinggi. Dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang berlibur di Pulau Bali tentulah membawa dampak bagi Bali pada khususnya, dan juga Indonesia pada umumnya.

Kultur religius semakin bergeser dengan kehidupan modern. Potret kehidupan barat bisa tergambar di Pulau Dewata. Hal ini yang menjadikan pemeluk keagamaan yang kurang memahami dasar-dasar agama secara pasti, menyebabkan melakukan beberapa aksi yang mengundang sensasi. Bom Bali I dan II salah satunya. Yang dilakukan oleh sekelompok Muslim radikal. Hal ini menyebabkan hubungan antara satu pemeluk agama dengan yang lain menjadi merenggang.

Kajian tentang pondok pesantren erat kaitannya dengan pembinaan karakter dan pendidikan moral kepada para santrinya. Apalagi dinamika sosial yang semakin mencerminkan degradasi moral para pemuda sekarang ini. mengingat pentingnya pembentukan kararker, pendidikan dengan sanntri tidak boleh dikesampingkan, apalagi pondok pesantren bina insani berada ditengah-tenagh masyarakat yang mayoritas pendududnya adalah Hindu. Sehingga sebagai kaum minoritas, umat islam harus terdorong untuk menengakkan pendidikan yang berbasis keislaman. Disamping itu juga keberhasilan dakwah islamiyah adalah ketika bisa membina mengajak masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan menggunakan berbagai sistem, norma, nilai yang bernuansakan keislaman.

(4)

hal yang lazim terlihat disepanjang jalan bali, yang dimana-mana identik dengan hal-hal tersebut.

B. Pengertian KKL

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menambah wawasan dan mendapatkan pengalaman nyata di instansi, lembaga atau organisasi yang berkaitan dengan disiplin keilmuan dan kompetensi yang dikembangkan Jurusan/Program Studi.

2. Untuk memperluas wawasan terkait dengan pengembangan profesi/keahlian yang memungkinkan mahasiswa menentukan pilihan profesi kerja.

3. Untuk memberikan peluang terjalinnya hubungan kerjasama antara Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan lembaga/instansi terkait.

D. Tahapan pelaksanaan KKL 1. Orientasi / coaching

Peserta KKL sebelum terjun lapangan diberikan orientasi/coaching yaitu penataran atau penyegaran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan KKL, penentuan lokasi KKL, tata tertib pelaksanaan KKL, obyek-obyek yang akan dikunjungi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan KKL.

2. Observasi

Observasi dilakukan pada lembaga-lembaga atau instansi yang mempunyai kegiatan terkait dengan bidang kompetensi makro dan mikro yang dikembangkan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, seperti :

a. Organisasi-organisasi dakwah/zending/misi

(5)

m. Panti sosial n. Rumah sakit o. Masjid

p. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) q. Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS)

3. Kuliah Lapangan

Dalam kuliah lapangan ini para mahasiwa mendengarkan informasi/kuliah dari pengelola/pengasuh lembaga-lembaga/instansi-instansi yang dikunjungi. Pelaksanaan Kuliah lapangan ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Materi kuliah lapangan itu diharapkan mencakup penjelasan tentang:

a. Sejarah berdiri dan perkembangannya b. Tujuan dan program-programnya c. Pelaksanaannya

d. Hasil-hasil yang dicapai

e. Faktor-faktor penunjang/penghambat f. Tanggapan masyarakat

g. Potensi pengembangan jalinan kerjasama

BAB II

DESKRIPSI OBYEK KKL (MAYOR DAN MINOR)

A. Pondok Pesantren Inabah Suryalaya Surabaya (Yayasan Rehabilitasi Narkoba) 1) Sejarah Pondok Pesantren Inabah Surayala.

(6)

Wafa’Tadjul Arifin (Abah Anom).

Seperti yang dilansir di website resmi Pondok Pesantren Suryalaya telah menjelaskan bahwa Pondok Pesantren ini dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sekitar. Alasan mengapa pondok tersebut dinamakan Suryalaya, karena tempat berdirinya pertama di daerah masyarakat sunda. Maka nama Suryalaya itu sendiri diambil dari bahasa sunda yaitu Surya berarti matahari dan Laya berarti tempat terbit, jadi Suryalaya secara istilah mengandung arti tempat matahari terbit. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru 1 Hasil wawancara dengan Pak Sutrisno Sekretaris Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya, pada tanggal 13Juni 2011 pukul 10.00 WIB 56 57 mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin. Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan2.

Pondok pesantren ini dalam kesehariannya sama dengan pondok lain yaitu mencetak anak bangsa untuk meneruskan visi dan misi para ulama dalam menyebarkan agama Islam. Pondok ini memiliki dua bentuk kegiatan. Yakni progam pendidikan formal dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dan progam pendidikan non formal yaitu pengamalan dzikir tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan orang wakil talqin (seseorang memberikan nasehat kepada santri), dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu tanbih (wasiat untuk para murid berupa do’a yang mengandung pengertian mencari ridlo Allah). 58 Pada tahun 1971, banyak orang tua yang memiliki anak berprilaku menyimpang, maka kemudian mereka menitipkan anak mereka untuk dibina di pondok pesantren Suryalaya.

(7)

pemerintah, dalam hal ini Badan Koordinasi Intelejen Negara yang dipimpin oleh Mayor Jendral (Purn) Yoga Sugama melakukan kerjasama dengan abah Anom selaku sesepuh pondok pesantren, dalam upaya penanggulangan peredaran narkoba dan kenakalan remaja dengan membentuk BAKOLAK ( Badan Koordinasi Penanggulangn Narkoba dan Kenakalan Remaja) berdasarkan inpres No.6 tahun 1971.

Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu (mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur’an yakni dalam Luqman surat ke-31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10; dan pada surat yang lainnya.

Abah Anom menggunakan nama inabah menjadi metode bagi program

2) Gambaran Umum Santri di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya.

Jumlah santri pada awal tahun 2010 mencapai 36 santri, akan tetapi dikarenakan keluar masuk santri yang dikarenakan alansan biaya dan keluarga yang ingin mengambil anak tersebut. Untuk awal tahun 2012 ini jumlahnya bertambah hingga mencapai 80 orang. Karna itu adalah batas maksimal santri yang diterima oleh pondok inabah ini. Bahkan, masih ada sekitar 10 calon santri yang sudah mengantri untuk masuk dipondok ini karna pondok inabah ini merupakan salah satu pondok pembinaan rehabilitasi yang paling di akui disurabaya. Kami mencoba mencari data lengkap para santri yang telah keluar masuk pondok Inabah XIX Surabaya, akan tetapi dengan adanya pembatasan informasi, kami tidak memiliki data kongkrit berapa jumlah santri. Namun dari hasil wawancara, gambaran umum dari pondo inabah ini seperti yang kami sampaikan diatas.

(8)

praktis didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulam. 3) Landasan Teori Metode Terapi Inabah

Menurut Juhaya S Praja ( 2001:267) Inabah sebagai suatu metode, baik secara teoritis maupun praktis didasarkan kepada Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad para ulama sebagai berikut: Para korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya yang bertalian dengan kenakalan remaja serta berbagai bentuk penyakit kerohanian (selanjutnya disebut Anak Bina) dianggap sebagai orang yang berdosa karena melakukan maksiat. Orang berdosa dalam Islam harus bertaubat. Taubat secara etimologis berarti kembali dari melakukan dosa kepada ketaatan atas segala perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan dalam terminologi Islam, taubat ialah meninggalkan dosa karena kejelekannya disertai rasa penyesalan karena melakukannya serta dibarengi dengan tujuan kuat untuk meninggalkan selamanya. Dalam konsep Tasawwuf dikenal beberapa maqomat (station) yang harus dilalui oleh orang-orang yang ingin membersihkan diri dari berbagai dosa dan berusaha kembali mendekatkan diri kepada Allah. Adapun maqomat pertama adalah taubat, yaitu upaya membersihkan diri dan ruh dari berbagai dosa kecil dan dosa besar. Dalam maqomat taubat ini ada tiga tahapan (stage), yaitu :

Pertama, Intiqolah adalah fase pertama berupa meninggalkan dosa (Proses Takholli). Kedua, Inabah adalah fase dimana selain meninggalkan dosa sekaligus kembali menuju jalan Allah dengan menebus kesalahan melalui berbagai aktivitas ibadah (Proses Tahalli).

Ketiga, Taubat dengan menyesali berbagai dosa yang pernah dilakukannya dan berusaha tidak melakukannya lagi serta diganti dengan melaksanakan berbagai amal baik (ibadah) (Proses Tajalli). Dasar teori bahwa taubat merupakan proses awal perawatan Anak Bina di Inabah adalah: Al-Quran, pertama, adalah sebagaimana difirmankan dalam surat al-Baqarah ayat 222 yang artinya :“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. Kedua, dalam surat Ali Imran ayat 135 yang artinya :“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.

(9)

هل بن ذ ل نمك بنذلا نم بئ اتلا Artinya : “Orang yang bertaubat dari dosa, maka ia seperti orang yang tidak pernah melakukan dosa”

Ijtihad Para Ulama, diantaranya seperti dijelaskan oleh al-Qusyairi bahwa taubat adalah stasiun pertama dari stasiun-stasiun yang dilewati oleh orang-orang yang sedang menempuh perjalanan mendekati Allah dan anak tangga pertama dari anak-anak tangga yang sedang dicapai oleh orang-orang yang sedang bekerja keras mendekati Allah.

Dari penjelasan diatas sangat jelas bahwa konsep terapi yang digunakan di Inabah adalah diturunkan dari amalan Tasawwuf TQN yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, serta contoh-contoh pelaksanaan yang telah dipraktekkan oleh para ulama yang sholih berupa mandi, sholat, dan dzikir, dan berbagai amalan sunat lainnya. Bagaimana cara mengamalkan ketiga konsep diatas agar orang-orang yang terkena narkotika menjadi sembuh dalam arti berubah dari kondisi ketagihan (edict, sakar) kepada kondisi tidak ketagihan? Secara ringkas fase pemulihan kesadaran dan pembersihan diri ( dari segala dosa)

4) Metode – Metode Yang Dilakukan Antara Lain: a. Mandi.

Lemahnya kesadaran anak bina akibat mabuk, dapat dipulihkan dengan mandi dan wudlu. Mandi dan wudlu akan mensucikan tubuh dan jiwa sehingga siap untuk 'kembali' menghadap Allah Yang Maha Suci. Makna simbolik dari wudlu adalah: mencuci muka, mensucikan bagian tubuh yang mengekspresikan jiwa; mencuci lengan, mensucikan perbuatan; membasuh kepala, mensucikan otak yang mengendalikan seluruh aktifitas tubuh; membasuh kaki, dan mensucikan setiap langkah perbuatan dalam hidup.

b. Sholat.

Anak bina yang telah di bersihkan atau disucikan melalui proses mandi dan wudlu, akan dituntun untuk melaksanakan sholat fardhu dan sunnah sesuai dengan metode inabah. Tuntunan pelaksanaan sholat fardhu dan sunnah sesuai dengan ajaran islam dan kurikulum ibadah yang dibuat oleh Abah Anom.

(10)

Progam Terapi yang dilaksanakan oleh pondok pesantren Inabah XIX Surabaya begitu banyak bentuknya, mulai dari shalat, mandi dan dzikir. Walaupun terapi yang dilakukan bersifat Islami dan religi, akan tetapi sentuhan medis juga diperlukan disini. Akan tetapi tidak semua santri yang akan masuk ke pondok pesantren. Hanya beberapa korban penyalahgunaan narkoba yang parah dan belum bisa sadar. Maka dibutuhkan medis sebagai langkah awal sebelum dilakukan terapi. Karena terapi tidak mungkin dilakukan jika ada ikhwan yang belum sadar. 63 Berikut adalah progam terapi dzikir di pondok pesantren Inabah XIX Surabaya. Anak bina yang telah pulih kesadarannya diajarkan dzikir melalui talqîn dzikr. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qalbu. Dzikir tidak cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut pula, melainkan harus dipancarkan dari qalbu untuk dihunjamkan ke dalam qalbu yang di talqin. Yang dapat melakukan talqin dzikir hanyalah orang-orang yang qalbunya sehat (bersih dari syirik) dan kuat (berisi cahaya ilahi).

d. Pembinaan

Anak bina ditempatkan pada pondok inabah guna mengikuti program Inabah sepanjang 24 jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh Abah Anom mencakup mandi dan wudlu, shalat dan dzikir, serta ibadah lainnya.

Disamping kegiatan-kegiatan tersebut diatas, juga diberikan kegiatan tambahan berupa : Pelajaran baca Al-Qur’an, berdoa, tata cara ibadah, ceramah keagamaan dan olah raga. Setiap anak bina di evaluasi untuk mengetahui sejauhmana perkembangan kesehatan jasmani dan rohaninya. Evaluasi diberikan dalam bentuk wawancara atau penyuluhan oleh ustadz atau oleh para pembina inabah yang bersangkutan.

Atas keberhasilan metoda Inabah tersebut, KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse, dan juga penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh DR. Juhaya S. Praja, dalam tahun 1981-1989, 93,1% dari 5.845 anak bina yang mengikuti program inabah dapat dikembalikan ke keadaan semula dan dapat kembali hidup di masyarakat dengan normal.

(11)
(12)

Shalat sunnah Ba’da Dzikir

21.00

Shalat sunnah Syukrul Wudlu Shalat sunnah Mutlaq Shalat sunnah Istikhoroh Shalat sunnah hajjat

B. Pondok Pesantren Bali Bina Insani Tabanan Bali

1) Sejarah Berdirinya dan Perkembangannya

Cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Bali Bina Insani tgl, 27 Oktober 1996 adalah berawal dari pendirian Pondok Yatama tgl 27 Oktober 1991. Sejak mudir ma`had masuk di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathon tahun 1968, jiwa pondok pesantren mulai tersemai. Hal ini lebih terasa sejak belajar di Pondok Pesantren Assyafi`iyah Jakarta tahun 1977 dan sering silaturrahmi ke Pondok Pesantren Darunnajah. Setelah menyelesaikan kuliah di Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Syari`ah Jakarta tahun1983 dan mulai bertugas di Pengadilan Agama Denpasar tahun 1984, suatu saat bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang Sumbawa. Saat itulah betul-betul tersentuh dengan kehidupan pondok pesantren yang terasa damai , sederhana dan sangat bersahabat.

(13)

tidak menyurutkan tekad untuk mencarikan solusi terhadap problem umat di atas melalui lembaga pendidikan pondok pesantren.

Pada saat ceramah di pengajian Masyarakat Sulawesi Selatan Monang Maning Denpasar, seorang peserta pengajian bernama Hj. Sopiah Dewa Pere bertanya dan mengajak mendirikan panti asuhan dengan menyiapkan rumahnya sendiri di Sembung Gede Tabansan sebagai asrama, serta kesanggupan untuk mencarikan kebutuhan sehari-hari santri. Peluang emas ini tidak disia-siakan untuk mendirikan pondok pesantren meskipun letaknya di Tabanan, (sebuah kabupaten terdekat dengan Denpasar).

Diresmikanlah lembaga pendidikan yang bernama Pondok Yatama tgl. 27 Oktober 1991 oleh Bapak H. Zayadi, Kakanwil Depnaker Bali, dengan didampingi Bapak Kakanwil Sosial, Bapak Said Djamaludin serta umat Islam lainya. Rekomendasi pendiriannya dari Bupati Tabanan baru keluar tgl. 7 Juni 1996 no. 451.44 / 2609 / 505. Priode awal ini santrinya 7 orang anak yatim laki-laki, (Roy Teguh Musa dkk) dengan seorang Ustad dari Darunnajah Jakarta yaitu Yuli Saiful Bahri yang kemudian diteruskan oleh Nur Kholik, Agam Indrapura dan Qosim Tutu Deket.

Agar keberadaan pondok sesuai dengan peraturan yang berlaku, didirikanlah badan hukum dengan nama Yayasan La-Royba pada tgl.30 April 1992 dengan nama notaris Amir Syarifudhin, SH. Dan memperoleh izin Kakanwil Depsos Bali no. 118 / BBS / 05 / XI / 92 dengan ketua Drs. Kt. Imaddudin Djamal, SH. sekretaris Hj. Sofiah Dewa Pere, bendahara Dewi Yana Robi, penasehat di antaranya Prof. KH. Ali Yafie dan Ny. Hj. Ratna Maida Hasjim Ning.

Perkembangan Pondok Yatama yang cukup pesat melahirkan simpati dan juga antipati. Ketidaksenangan banyak pihak dihadapi dengan sabar, tawakal, penuh kesabaran, penuh harap kepada Allah sembari membenahi segala yang diperlukan, kerja keras dan pendekatan kultural kepada semua pihak. Pembenahan yang dilakukan termasuk merancang pemindahan pondok ke lokasi yang lebih luas dan prospektif, mengingat lokasi sekarang hanya 4 are, bising dan sudah tidak memadai untuk menampung santriwan-santriwati yang terus bertambah.

(14)

teman-teman diantaranya Bapak Dr. Hasjim Ning, yang membantu 25 juta, Bapak Subur Karsono, Bapak Abdullah Bamasak dll..Peletakan batu pertama dilaksanakan pada tgl. 27 Oktober 1993 (Ultah ke 3) oleh Bapak Dr. Hasjim Ning dan do`a oleh Direktur Pondok Pesantren Darunnajah Bapak KH. Drs. Mahrus Amin.

Bertepatan dengan kepulangan dari Mekah tahun 1995, selesai pembangunan asrama putra dan hijrahlah para santriwan menuju lokasi baru di Meliling, dengan ittiba' kepada Baginda Rasul Muhammad saw, maka proses kepindahan dilakukan dengan jalan kaki sebagaimana Rasululloh saw hijrah ke Madinah. Pada ulangtahun ke 6 asrama putri yang dibantu sepenuhnya oleh Bapak H. Faisal Hashim selesai, dengan menelan biaya 52 juta dan mulai ditempati. Program selanjutnya membuat sarana ibadah, proyek ini di biayai oleh Ibu Hj. Ari Murti Rosarius dengan biaya 37 juta. Dan sarana Ibadah ini diresmikan tahun 1997 oleh Pangdam IX Udayana, Bapak Mayjen H. Adam Damiri, sejak itulah diresmikan pula nama Ma`had Bali Bina Insani berikut Madrasah Tsanawiyah Bali Bina Insani.

Program untuk membuat Darunnajah kecil di Bali mengharuskan pembenahan management pendidikan, perekrutan guru-guru dari pondok pesantren yang menerapkan sistem bahasa asing (Arab, Inggris) dalam komunikasi sehari-hari seperti Darunnajah, Al-Ikhlas, Baitul Arqom. Begitu juga pendirian Madrasah Tsanawiyah Bali Bina Insani tgl, 9 Agustus 1997 dengan kepala madrasah pertama Ibu Ety Supriati, BA. Selama ini anak-anak belajar pada sekolah-sekolah umum di luar pondok pesantren dengan segala problemanya seperti transportasi, biaya tinggi dan masalah moralitas. Adanya lembaga formal menyebabkan instansi terkait memberikan atensi seperti pendirian kantor, dibantu oleh Depag dengan biaya 10 juta, perpustakaan dibantu oleh Depdikbud dengan biaya 12,5 juta.

(15)

MA dibantu oleh banyak pihak di antaranya satu ruangan dari Bapak H. Isfan Fajar Satrio, putra Wakil Presiden, Bapak Tri Sutrisno. Satu ruangan dari Rotary Club Nusa Dua. Dapur umum dari Ibu Hj. Siti Hardianti Indra Rukmana, putri presiden RI Bapak H. Soeharto. Kebutuhan mes dan tempat tinggal guru yang sudah berkeluarga dibangun oleh Ibu Hj. Ny. Soebechan Soekandar senilai 125 juta. Bangunan laboratorium MA senilai 80 juta serta ruang belajar MTs, dibantu oleh Depag.

Pembenahan pada kurikulum terimbangi dengan penugasan Ustad Yuli Saiful Bahri dkk. dari Darunnajah, Ustadzah Darmawati dkk. dari Al-Ikhlas, Ustad Anton dkk. dari Al-Iman Gontor, Ustad Fauzi dkk. dari Nahdlatul Wathan Pancor, Ustad Turoichan dkk dari Jawa Tengah dll. Mereka adalah sebagai pegasuh yang siap 24 jam membimbing dan mengajar para santriwan/ti dengan nilai-nilai agama khususnya bahasa Arab atau Inggris. Pendidik dari luar dengan merekrut guru-guru dari sekolah umum negeri sebagai tenaga honorer di MTs dan MA tanpa melihat idiologinya dengan tujuan agar pengalaman dan pencapaian kurikulum terdapat keseimbangan.

Ada ketertarikan tersendiri bagi tamu luar yang berkunjung ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani misalnya Prof. Dr. Azyumardi Azra direktor UIN Jakarta sangat respek terhadap 6 orang guru non muslim (pada waktu itu) yang mengajar di pondok ini. Sebagai wujud Rahmatan Lil `Alamin, kata beliau. Begitu juga ANTV pernah meliput seluruh kegiatan dalam 24 jam. Karena ketertarikannya terhadap pelestarian kultur masyaraskat Bali di pondok di antaranya dengan melakukan pembahasan kitab Ta`limul Muta`allim dengan menggunakan bahasa Bali. Belum lagi kesiapan tidak berbeda dalam perbedaan, sebagai wujud toleransi beragama, mengingat Pondok Pesanten Bali Bina Insani berada dalam lingkup yang semua penduduk aslinya beragama Hindu.

Pengembangan pondok untuk memisahkan asrama putra dan asrama putri di lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak dikehendaki, memberikan rasa aman pada orang tua dan untuk memudahkan menegement. Pelaksanaan program ini dilakukan pada tahun 2004 dengan membebaskan tanah seluas 12 are dengan harga 48 juta berlokasi tidak jauh dari asrama lama. Para donatur diantaranya Ibu Hj. Swanita Ning yang menyumbang sebesar 14 juta. Untuk pembangunan asramanya Depdiknas membantu sebesar 75 juta.

(16)

a) Panti Pondok Yatama La-Royba (1991-Sekarang) b) Pondok Pesantren (Induk Lembaga) 1996-Sekarang c) Madin Bali Bina Insani (1998-Sekarang)

d) Mts Bali Bina Insani (1997-Sekerang) e) MA Bali Bina Insani (2000-Sekarang) f) SMK TI Bali Bina Insani (2013-Sekarang) g) TPQ Bali Bina Insani (2013-Sekarang)

2) Tujuan dan Program-Programnya

 Tujuan PP Bali Bina Insani terlihat pada visi dan misi nya sebagai berikut : VISI

Menjadikan Pondok Pesantren sebagai sumber ilmu pengetahuan, keterampilan dan peradaban dalam rangka mengabdi pada agama, bangsa dan negara.

MISI

 Membentuk SDM yang unggul, berkualitas, berbudi luhur, berbadan sehat dan berpengetahuan luas.

 Mewujudkan Islam sebagai Rahmatan Lil `Alamin dalam berbagai aktivitas pengabdian kemasyarakatan.

 Bersahabat dengan semua umat tanpa melihat sekat baik etnis, geografis dan ideologis.

 Menyiapkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(17)

Kurikulum Pendidikannya sebagai berikut :

Kurikulum Pontren: Bayna Kholafy Wa Salafy yang disempurnakan Madrasah berbentuk:

 Kurikulum 2006 Ktsp Plus Berkarakter Yang Disempurnakan Dengan Metode Quantum Teaching And Learning

 Kurikulum 2013 +

Sedangkan Lembaga Formal & Ekstra Unggulan PP Bali Bina Insani dari Madrasah Tsanawiyah – Madrasah Aliyah – SMK TI sebagai berikut :

 Pramuka  Osis

 Pidato (Arab-Inggris)  Sablon

 Kelas Unggulan (akselerasi great)  Beladiri (Silat-Karate)

 Kajian Kitab Kuning

 Tahfidzul Qur’an (Juz 30, 3 Juz Lainnya)

 Magang Kerja / Job Training (Toko Surabaya, Hotel Alam Kulkul *4, Purnama Jaya Garment, Mas/Acess Asia Holiday/Globalindo Tour & Travel)

 KTI (Karya Tulis Ilmiah)  Khitobah Wal Imamah  Micro Teaching

 PPM (Kabupaten Buleleng-Amlapura-Jembrana)

3) Pelaksanaanya

Pelaksanaan program harian PP Bali Bina Insani, aktivitasnya dimulai semenjak bangun tidur para santri sebagia berikut :

(18)

 07.30-10.10 Belajar formal di kelas  10.10-10.30 Bsholat Dluha

 10.30-13.10 Belajar formal di kelas

 13.10-13.45 Sholat Dzuhur dan Kajian Al Qur’an (tartil, tahfidz, tilawah)  13.45-14.25 Makan Siang

 14.25-15.45 Belajar formal di kelas  15.45-16.25 Sholat ashar

 16.25-17.45 Kegiatan ekstra  17.45-18.30 Mandi, tadarrus

 18.30-20.00 Sholat maghrib, MADIN  20.00-22.00 makan malam, belajar mandiri  22.00-04.00 Tidur nyenyak

4) Hasil-Hasil yang dicapai

Prestasi-prestasi yang didapatkan semenjak 2013-2014 tingkat propinsi adalah sebagi berikut :

 Juara I Pidato Bahasa Inggris (Aksioma) Tingkat Propinsi di Denpasar  Juara II Pidato Bahasa Inggris – Pospeda di Denpasar

 Juara I Silat Kelas C Putri Pospeda di Denpasar  Juara II Olimpiade Fisika MTS di Buleleng

 Juara IV LKBB Tingkat Propinsi diselenggarakan Oleh Universitas Hindu Bali di Denpasar

 Juara III Jambore Pramuka Madrasah (Ma-Mts) di Tabanan

 Juara III Debat Bahasa Inggris – Bahasa Arab Kemenag di Klungkung  Juara di Musabaqoh Syarhil Qur’an, MTQ 2014 di Buleleng

 Juara Favorite Lomba Akapela di Denpasar

 Juara Harapan Lomba Majalah Dinding Yang diselengarakan Oleh KNPI 5) Faktor Penunjang Dan Penghambat

(19)

a) Tawakkal dan ikhtiar

b) Kebersamaan pengurus pontren dan yayasan

c) Tasammuh kemasyarakatan yang berbuah positif, kita ada 17 guru hindu d) Kepasrahan orang tua wali santri berbuah prestasi

e)Sedikit publikasi di http://www.ppbalibinainsani.com dan akun facebook  Faktor Penghambat

a) Secara umum adalah keuangan

b) Secara fisik adalah minimnya tukang pada saat diperlukan

c) Pemahaman konsep pondok pesantren dari para orang tua wali yang belum penuh.

BAB III

ANALISA ( ANALISIS TERHADAP SELURUH MATERI KULIAH LAPANGAN) Pondok Pesantren Bali Bina Insani mengadopsi sistem yang ada di Pondok Pesantren Darusssalam, Gontor, Darunnajah Jakarta yaitu mencoba menerapkan komunikasi sehari-hari dengan menggunakan bahasa arab dan inggris yang dibimbing langsung oleh Ustad dan Ustazah yang menguasai bidang ini. Sistem ini diterapkan agar para santri dapat mengkaji literatur klasik (kitab kuning) serta mempersiapkan mereka agar mampu memasuki pangsa kerja sebagai guide di bidang kepariwisataan mengingat Bali merupakan primadona wisatawan manca negara.

(20)

kursus-kursus. Kursus yang sedang dilaksanakan pada saat ini yaitu kursus otomotif kerja sama antara Pondok dan LLK Tabanan (Depnaker).

Kajian-kajian terhadap kitab kuning salah satunya dengan menggunakan pengantar Bahasa Bali yaitu : membahas Kitab Attargib wat tarhib, Ta’limul Muta’allim. Ini dilakukan untuk memberikan bekal kepada santri agar mereka memahami Bahasa Bali serta tidak tercabut dari akar dan tradisi masyarakat Bali.

Faktor yang dapat menunjang perkembangan pondok pesantren Bina Insani salah satunya adalah faktor geografis, letak lokasi pondok berada di Bali yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, secara tidak langsung mendapat sorotan dari pemerintah, seperti dari Departemen Agama maupun lembaga pemerintahan lainnya. Selain itu, riwayat perkembangan pondok yang yang sudah lama, membuat kepercayaan para wali santri untuk menitipkan anak-anaknya dipondok pesantren tersebut lebih besar, selain itu dengan para pengajar yang profesional, bisa menghantarkan para santri untuk dapat meraih juara di berbagai bidang perlombaan.

Faktor penghambat pertumbahan pondok pesanteren bina insani adalah perkembangan masyarakat, yang mayoritas beragama Hindu. Walaupun toleransi beragama tetap dijalankan, tetap saja ada kecurigaan maupun fikiran negatif masyarakat- masyarakat yang beragama lain.

Masyarakat memberikan tanggapan posistif, sehingga dalam Yayasan Pondok Pesantren Bina Insani dapat berkembang beberapa sekolah dari berbagai tingkatan, yaitu dari mulai tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, dan dari kesemuanya ada siswa atau santrinya, dan mayoritas berasal dari Bali. Basic UIN Walisongo Semarang yang juga Islami, memberikan potensi yang besar untuk dapat berkerjasama dengan Pondok Pesantren Bina Insani, yaitu dengan cara menjadi tenaga pengajar dari Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang.

Adapun faktor pendukung kegiatan kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Adanya fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Fasilitas yang dimaksud antara lain seperti fasilitas yang dibawa oleh kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi meliputi alat dokumentasi.

2. Dengan segenap ilmu dan pengalaman yang dimiliki kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi miliki.

(21)

Pembina, awalnya mereka akan ditanyakan secara detail dan lengkap data kesehatan mereka. Para santri ini diperiksa secara medis untuk mengetahui penyakit apa yang dibawa saat mereka sebelum masuk ke pondok Inabah XIX. Bukan hanya itu, para Pembina juga ingin mengetahui seberapa besar ketergantungan mereka terhadap narkoba dan jenis narkoba yang mereka gunakan.

Kebanyakan santri sekitar 44,4% santri telah mengkonsuumsi narkoba jenis sabu. Maka Pembina akan mengetahui kebiasaan dari pecandu seperti ini. Dengan mengetahui semua itu maka akan lebih mudah dalam penanganannya1 . Karena setiap narkoba memiliki ciri-ciri atau dampak sendiri-sendiri. Dampak penggunaan narkoba seperti; imajinasi yang tinggi, rasa ketakutan yang berlebihan atau kebiasaan yang biasanya dilakukan oleh para santri ini adalah berbohong. Jika ciri-ciri salah satu santri adalah suka berbohong, maka dapat dipastikan mereka adalah pengguna yang sudah kecanduan2 . Sesuai dengan tingkat berapa banyak narkoba yang mereka telah salah gunakan.

Latar belakang mereka saat diwawancarai, mengapa memilih masuk pondok pesantren, menyatakan bahwa mereka masuk pondok pesantren ada yang karena dirinya sendiri dan kebanyakan dibawa oleh keluarga mereka. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menggunakan narkoba tentu bebeda-beda, yang berarti dari semua sisi narkoba mampu mempengaruhi siapapun dan kapanpun. Bisa jadi karena factor individu, lingkungan bahkan teman. Hasil wawancara yang kami lakukan, para santrai menyatakan bahwa kebanyakan mereka memakai narkoba karena ikut-ikutan pergaulan dengan temannya.

Terapi pembinaan santri korban penyalahgunaan narkoba di pondok pesantren Inabah XIX Surabaya khususnya dalam penerapan materi terapi dzikir ditempuh dalam minimal waktu selama 6 bulan dan terkadang melihat dari standar kesembuhan anak bina. Bila anak bina selama 6 bulan belum sembuh maka mereka masih mengikuti terapi dzikir yang ada. Proses terapi dzikir yang diberikan terhadap anak bina korban penyalahgunaan narkoba ini dilaksanakan setiap hari. Akan tetapi kebanyakan yang terjadi adalah santri yang baru 3 bulan sudah mulai pulih dan tidak merasa kecanduan atau bisa dikatakan nafsu untuk menggunakan narkoba telah hilang.

(22)

Kegiatan lantas tidak berhenti setelah mandi kemudian kembali ke tempat tidur mereka, akan tetapi santri diharuskan mengerjakan shalat sunah seperti shalat tahajud, istikhoroh, dan witir. Sampai menjelang subuh tiba kondisi santriharus tetap berada ditempat shalat untuk senantiasa berdzikir yang dipimpin oleh Mursyid(ustadz atau Pembina dari pondok).

Sampai 3 atau 6 bulan, santri yang sudah hilang Progam pembinaan lanjutan ini rasa ketergantungannya terhadap narkoba akan diserahkan dipembinaan lanjutan yang ada di Jl. Benteng No.5. Suasana tetap sama dengan di Inabah XIX, akan tetapi santri lebih bebas keeluar masuk pondok pesantren. Pembinaan lanjutan ini dilakukan untuk para ikhwan yang telah selesai menempuh terapi di pondok pesantren Inabah XIX . Fungsi dari terapi dzikir lanjutan adalah bisa dikatakan sebagai santri atau anak bina Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya yang baru selesai menjalani terapi dzikir, yaitu diibaratkan bagaikan tumbuhan yang keluar kuncupnya sehingga perlu dilakukan penyiraman secara terus menerus untuk menumbuhkan kekokohan jiwanya.Namun bagi anak bina yang tidak mengikuti terapi dzikir lanjutan masih sangat rentan untuk kembali terjun dan terjerumus dalam komunitas narkoba.

(23)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Serangkaian kegiatan KKL mulai pemberangkatan hingga kembali ke kampus telah terlaksana. Kami dari kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi merasa bersyukur dapat melaksanakan KKL tersebut. Berbagai kegiatan, mulai dari studi outcampus bersama Pondok Pesantren Annaba’Surabaya dan bersilaturahmi serta belajar melihat lingkungan Islam yang berkembang ditengah-tengah masyarakat mayoritas Hindu yaitu pondok Pesantren Bali Bina Insani “La Royba”. Meskipun demikian, pasti masih ada kekurangan dalam kegiatan-kegiatan KKL yang telah laksanakan.

Kesimpulan yang kami dapatkan dari kegiatan KKL antara lain sebagai berikut: 1. KKL dengan menggunakan metode PAR (Partisipation Action Research) dapat

(24)

masyarakat di zaman yang banyak tantangan seperti ini. Di tengah rusaknya moral sebagian masyarakat, mahasiswa akan menjadi tokoh penggerak dan pelestari kultur budaya luhur masyarakat yang semakin pudar.

2. Mahasiswa belajar di kampus sebagian besar adalah teori. Kegiatan KKL akan membantu mahasiswa agar dapat mengaktualisasikan dan mengimplementasikan ilmunya untuk kemaslahatan dan problem solving ummat. Ilmu dari kampus, baik ilmu organisasi maupun ilmu akademik sangat dinanti untuk di aktualalisasikan. Sehingga ilmu itu akan semakin berkembang dan maju.

3. KKL bagi mahasiswa merupakan sebuah keniscayaan dan keharusan. KKL memilki dampak positif, bagi mahasiswa yang menjalankannya dan masyarakat ketika kembali nanti. Bagi mahasiswa KKL adalah salah satu sebagai bekal kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa juga bagian dari masyarakat. Sudah barang tentu belajar bermasyarakat sangat dibutuhkan sebelum mereka benar-benar terjun bermasyarakat setelah lulus nanti.

B. Saran

Kami selaku mahasiswa pelaksana kegiatan KKL kali ini memberikan saran sebagai berikut:

 Harapan bagi panitia KKL agar kedepannya lebih diperjelas dan diperinci tentang penerapan atau aplikasi KKL dengan metode yang akan diterapkan.

 Harapan bagi panitia KKL berikutnya agar bisa melanjutkan penerapan metode tahun lalu yang sudah ada dan bisa ditingkatkan kembali.

C. Kata Penutup

Demikianlah laporan kegiatan KKL kelompok I jurusan Manajemen Dakwah konsentrasi Manajemen Bisnis Islam yang telah kami selesaikan. Tentu dalam hal ini masih ada kekurangan dari kami dalam kegiatan tersebut. Kami akan menerima saran dan kritik dari semua pihak demi terwujudnya kegiatan-kegiatan KKL yang lebih baik ke depannya nanti.

Semarang, 12 Desember 2014 Hormat kami,

(25)

Koordinator Sekretaris

Syihabuddin Najih NIM. 121 111 099

Mengetahui,

Dosen Pembimbing KKL Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Dr Ali Murtadlo , M.Pd . Dra. H. Maryatul Qibtiyyah, M.Pd NIP. 19690818 199503 1 001 NIP. 19730427 199603 1 001

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Jakarta : Dana Bhakti Waaf.

Tim Penyusun. 2014. Panduan Teknis: Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Semarang : Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

“Analisis

“Pondok Pesantren Bali Bina Insani Tabanan Bali”,

http://www.rumahkitab.com/profil-pesantren/pondok-pesantren-bali-bina-insani-tabanan-bali.html. Kamis, 11 Desember

(26)

LAMPIRAN

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil kegiatan menunjukkan guru-guru SD UPTD Pendidikan Kecamatan Gayamsari mendapatkan pengetahuan pemahaman konsep penilaian otentik untuk mencapai kompetensi sikap

a) Harga barang itu sendiri. Variable yang termasuk dalam poin ini adalah biaya atau harga kunjungan. b) Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut. Variable

Kita sesuaikan dengan keadaan materi, cara mengajar yang efektif sesuai Kurikulum 13 menurut saya dengan memanfaatkan kelompok-kelompok. Sebenarnya banyak

Sehingga jika merujuk pada konsepsi sistem ekonomi dan perburuhan yang dilandaskan pada nilai-nilai Pancasila yang kemudian diatur melalui ketentuan dalam UUD 1945, maka

Tiga puluh pasang saraf tepi yang keluar dari sumsum tulang belakang merupakan campuran serabut saraf sensoris dan serabut saraf motoris. Serabut saraf

Analisis komponen utama (AKU) terhadap rataan spektrum inframerah yang dihasilkan dari kombinasi segitiga kisi 6 ekstrak SDSBL menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU

47 Serokan Sampah Pantai Bahan : Stenleis Steel, uk.. 620 mm, berwarna tulisan

Perolehan TiO 2 dapat ditingkatkan dengan mengeliminasi Fe menjadi FeCl 2 pada proses pelarutan HCl baik yang berasal dari proses reduksi karbon maupun