• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR METODOLOGI EVALUASI INSTALASI PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEMINAR METODOLOGI EVALUASI INSTALASI PE"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

PT. Sinar Pangjaya Mulia Textile Industry

(2)

PT. Sinar Pangjaya Mulia Textile Industry

PT. Sinar Pangjaya Mulia Textile Industry yang bergerak dalam

bidang industri tekstil, berlokasi di Jl. Mahar Martanegara No.

175 Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi,

Provinsi Jawa Barat dengan luas lahan seluas 40.214 m

2

.

Denah lokasi Pabrik PT Sinar

Pang Jaya Mulia Textile

Industry

(3)

WARNA PADA LIMBAH MENJADI MASALAH

WARNA PADA LIMBAH MENJADI MASALAH

Bak

Clarifier

efluent

Bak netralisasi

(4)

LATAR BELAKANG PERENCANAAN

MENINGKATKAN

EFISIENSI IPAL EKSISTING

MENINGKATKAN

EFISIENSI IPAL EKSISTING

MELAKUKAN

PERBAIKAN SISTEM IPAL

MELAKUKAN

PERBAIKAN SISTEM IPAL EVALUASI UNIT IPALEVALUASI UNIT IPAL

ALTERNATIF DESAIN

ALTERNATIF DESAIN

WARNA PADA LIMBAH MENJADI

MASALAH

WARNA PADA LIMBAH MENJADI

(5)

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud

Maksud dari Tugas Akhir ini adalah memberi alternatif

sistem pengolahan air limbah PT. Sinar Pangjaya Mulia

Textile Industry.

Tujuan

Mengevaluasi kinerja IPAL eksisting untuk mencari

alternatif sistem pengolahan air limbah PT. Sinar

(6)

Ruang lingkup

Mencari alternatif sistem pengolahan air limbah

Mengumpulkan data uji laboratorium yang mendukung

perencanaan ini seperti pH, TSS, Warna, COD dan BOD

yang berasal dari air limbah IPAL eksisting

Melakukan evaluasi IPAL eksisting,

Menghitung efisiensi IPAL eksisting

Membuat desain pengolahan limbah dari sistem

alternatif terpilih.

(7)

METODOLOGI

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN

DATA

PERHITUNGAN DAN

PENGOLAHAN DATA

(8)

Melakukan studi literatur mengenai teori-teori

dan dasar-dasar perencanaan pengolahan air

limbah tekstil. Literatur yang digunakan dalam

studi literatur ini adalah:

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

Di Jawa Barat berdasarkan SK. Gubernur Jabar

No. 6 Tahun 1999

PermenLH No. 5 Tahun 2014 Lampiran XLII/42

tentang baku mutu air limbah bagi usaha

dan/atau kegiatan industri tekstil

buku atau jurnal serta referensi lainnya

mengenai pengolahan air limbah

(9)

Baku mutu limbah cair untuk industri tekstil

• Sumber:

• PermenLH No. 5 Tahun 2014 Lampiran

XLII tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri tekstil

Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Tekstil Permen LH Republik Indonesia No.5 Tahun 2014

Sumber:

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa Barat berdasarkan SK. Gubernur Jabar No. 6 Tahun 1999

Parameter Kadar Maksimum (mg/L)

Beban

Fenol Total 0,5 0,05

Krom Total (Cr) 1,0 0,1

Amonia Total (NH3

-N) 8,0 0,8

Sulfida (sebagai S) 0,3 0,03

Minyak dan Lemak 3,0 0,3

pH 6,0 - 9,0

Debit Limbah

Maksimum 100 m3 /ton Produk tekstil

Parameter Tinggi (mg/L)Kadar Paling

Beban Pencemaran Paling Tinggi

(kg/ton)

BOD5 60 6

COD 150 15

TSS 50 5

Fenol Total 0,5 0,05

Krom Total (Cr) 1,0 0,1

Amonia Total

(NH3-N) 8,0 0,8

Sulfida (sebagai S) 0,3 0,03

Minyak dan

Lemak 3,0 0,3

pH 6,0 - 9,0

Debit Limbah

(10)

PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan merupakan data

sekunder seperti;

debit IPAL,

parameter pH,

TSS,

Warna,

COD,

BOD,

Skema pengolahan air limbah.

(11)

Proses produksi

Jenis Produksi

Kapasitas Produksi

(per Tahun) Sifat Produksi Jenis Alat Angkut (Colt/Truk/

Trailer) Ijin*) Riil Bahan ½ Jadi Jadi

Produksi Utama

Kain Rajut 15.000.000 m 15.000.000 m  - Truk

Jenis dan kapasitas

proses produksi

(12)

Bahan Baku dan Bahan Penolong

JENIS BAHAN BAKU /

PRODUK % SISA

A. Bahan Baku

- Benang

(13)

Uraian Proses Produksi

Bahan Baku Benang

Bahan baku berupa Benang yang akan digunakan dalam proses produksi.

Perajutan

Pada proses weaving ini, benang dilakukan proses produksi yaitu perajutan pada bahan baku sehingga menjadi kain rajut. Limbah yang dihasilkan dari tahap ini yaitu limbah padat.

Grey

Dihasilkan produk dari proses produksi berupa kain grey.

Dyeing

Proses pencelupan meliputi proses pemasukan zat warna ke dalam permukaan tekstil secara merata dengan bantuan pelarutan air. Limbah yang dihasilkan dari tahap ini yaitu limbah cair dan bising.

Slitting

Adalah proses pembelahan dan buka kain setelah proses pencelupan, untuk menghasilkan kain rajut dalam keadaan terbuka lebar.

Stentering

Adalah tahap menentukan lebar pada kain dan proses pengeringan kain, untuk selanjutnya dilakukan pada berikutnya. Limbah yang dihasilkan dari tahap ini yaitu uap panas dari proses pengeringan.

Calender

Penyetrikaan dengan bantuan tekanan dan panas, dengan tujuan untuk menciptakan berbagai efek yang menarik pada permukaan bahan kain seperti efek licin. Limbah yang dihasilkan yaitu gas.

Packing

(14)

PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA

Karakteristik air limbah

Analisis dan evaluasi IPAL eksisting

1. Proses sistem IPAL eksisting

2. Analisis beban pencemar

3. Analisis efisiensi removal

4. Kesetimbangan massa

5. Rekomendasi evaluasi

(15)

Karakteristik air limbah

sistem IPAL dengan debit (Q = ±2305

m

3

/hari atau ±26,678 l/s)

Yang sangat mempengaruhi beban IPAL

adalah bahan-bahan yang berfungsi

sebagai pembantu zat warna. Pemberian

zat warna serta bahan kimia ini yang

(16)

• *) = Baku Mutu Surat Keputusan Gubernur Tingkat I Jawa Barat No. 06 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.

• Tanda (<) Menunjukkan hasil dibawah limit deteksi alat

Pengujian dilakukan oleh BINALAB Laboratorium Pengujian Kualitas LingkunganSumber : Dokumen Kualitas Air Limbah PT. Sinar Pangjaya Mulia Textile Industry

Bandung, 14 maret 2016

No Parameter Satuan

Kadar Maksimum Baku Kep. Gub.Tk

1 Jawa Barat No.6 Tahun 1999 *)

Hasil Metoda

FISIKA

1 Temperatur oC - 38,0 SNI 06-6989.23-2005

2 TSS (Zat Padatan

Tersuspensi mg/L 50 109,50 SNI 06-6989.3-2004

KIMIA

1 BOD5 mg/L 60 182,74 APHA 5210 B 2005

2 COD mg/L 150 698,63 SNI 06-6989.73-2011

3 Fenol Total mg/L 0,5 0,09 SNI 06-6989.21-2004

4 Krom Total mg/L 1,0 0,34 APHA 3111 B 2005

5 Sulfida (S’) mg/L 0,3 7,83 APHA 4500-S2- D 2005

6 Oil and Grease mg/L 3,0 19,49 SNI 06-6989.10-2011

7 pH - 6,0-9,0 8,2 SNI 06-6989.11-2004

PT. Sinar Pangjaya Mulia

(17)

No Parameter Satuan Jawa Barat No.6 Tahun

1 Temperatur oC - 31,4 SNI 06-6989.23-2005

-2 TSS (Zat Padatan

Tersuspensi mg/L 50 41,29 SNI 06-6989.3-2004 3,30 3 BOD5 mg/L 60 42,88 APHA 5210 B 2005 1,61 4 COD mg/L 150 141,55 SNI 06-6989.73-2011 14,08 5 Fenol Total mg/L 0,5 <0,001 SNI 06-6989.21-2004 0,00 6 Krom Total mg/L 1,0 0,01 APHA 3111 B 2005 0,01 7 Amonia (NH3-N) mg/L 8,0 7,81 SNI 06-6989.52-2005 0,34

8 Sulfida (H2S) mg/L 0,3 1,82 APHA 4500-S2- D 2005 0,02

9 Oil and Grease mg/L 3,0 9,0 SNI 06-6989.10-2011 0,26

10 pH - 6,0-9,0 7,6 SNI 06-6989.11-2004

Keterangan Pengambilan Contoh Uji

1 Kondisi Udara - - Cerah

Debit outlet adalah 52.000 m3/bulan

2 Temperatur Udara

o

C - 31,0 Termometer 3 Kelembaban

Udara % - 59,8 Higrometer

PT. Sinar Pangjaya Mulia

Textile Industry

(OUTLET)

• *) = Baku Mutu Surat Keputusan Gubernur Tingkat I Jawa Barat No. 06 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.

• Tanda (<) Menunjukkan hasil dibawah limit deteksi alat

• Pengujian dilakukan oleh BINALAB Laboratorium Pengujian Kualitas Lingkungan

• Data yang diperoleh untuk beban pencemar adalah sebesar 520 ton produk/bulan dan 26 hari kerja

(18)

1. Proses IPAL eksisting

Bak Pengumpul dan Saluran Pembawa

Bak pengumpul bertujuan untuk menampung air buangan yang berasal dari pabrik dan sisa air yang berasal dari wet scrubber dan juga sebagai pengatur debit limbah yang akan diolah agar dalam kondisi yang konstan serta

mengurangi buih yang terbawa dari hasil limbah industri.

Bak Ekualisasi

Bak ekualisasi berfungsi untuk meredam dan menurunkan fluktuasi karakteristik air limbah.

Bak Netralisasi

Bak netralisasi berfungsi untuk menetralkan sifat fluktuatif air limbah yang dihasilkan untuk derajat keasaman (pH) pada air limbah yang beragam.

Industri tekstil biasanya menghasilkan pH air limbah berupa basa (rentang ph 10-14).

Bak Transfer

(19)

Cooling Tower

Cooling Tower

berfungsi sebagai unit yang mengontakkan air limbah

dengan udara, dengan cara dijatuhkan dari ketinggian tertentu yang

kemudian akan menuju ke bak aerasi.

Bak Aerasi

Bak aerasi berfungsi sebagai unit untuk meningkatkan kadungan

dissolved

oxygen

(DO) dalam air limbah. Tujuan lain penggunaan aerator ini sebagai

penyedia oksigen untuk mencegah terjadinya reaksi anaerobik.

Bak

Clarifier

Bak

Clarifier

ini berfungsi sebagai unit untuk mereduksi partikel atau zat

padat yang terdapat dalam air buangan.

Bak

Return Active Sludge

(RAS)

(20)

Lamela

Lamela ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur sehingga

memisahkan lumpur yang padat dan air lumpur.

Belt Filter Press

Belt Filter Press

ini berfungsi untuk memeras

cake

(lumpur

dengan konsentrasi padatan yang tinggi) di atas

belt

(sabuk

berjalan) sehingga air yang masih terkandung di dalam cake

dapat keluar dan lumpur menjadi kering.

Outlet IPAL

Outlet ini berfungsi untuk mengeluarkan air limbah yang

telah melewati seluruh unit pengolahan yang kemudian

dibuang menuju sungai. Pada unit ini ada sebagian air

limbah yang diambil kembali untuk di recycle, hasil dari

recycle akan digunakan dalam pencucian pada saat

(21)
(22)

2. Analisis beban pencemaran

Analisis ini dilakaukan untuk mengetahui besarnya

beban pencemaran (BOD, COD, atau TSS) yang terdapat

dalam air limbah.

L=C x Q

Keterangan:

C = konsentrasi BOD, COD, atau TSS (mg/l)

Q = Debit air limbah (m3/hari)

L = beban bahan pencemaran (BOD, COD, atau TSS)

(kg/hari)

Sumber: MetCalf and Eddy, 2003

(23)

3. Analisis efisiensi removal

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi

setiap tahap pengolahan lembah dan efisiensi secara

keseluruhan pengolahan.

Efisiensi =(A-B)/A x 100%

Keterangan:

A = Nilai konsentrasi BOD, COD dan tss pada influent

B = Nilai konsentrasi BOD, COD dan tss pada effluent

(24)

4. Kesetimbangan massa

Analisis konsep keseimbangan massa digunakan untuk

menentukan kontribusi bahan pencemaran yang memasuki badan

perairan. Keseimbangan massa konsepnya dapat dihitung dengan

rumus:

Q

3

C

3

=(Q

1

C

1

+Q

2

C

2

)

Keterangan :

Q

1

= debit air sungai sebelum saluran air limbah

Q2 = debit air limbah

Q3 = debit air sungai setelah saluran air limbah

C1 = Konsentrasi BOD, COD dan TSS pada badan air penerima

sebelum menerima air limbah

C2= Konsentrasi BOD, COD dan TSS air limbah

C3 = Konsentrasi BOD, COD dan TSS pada badan air penerima setelah

menerima air limbah

(25)

5. Rekomendasi Evaluasi

Dari hasil evaluasi semua unit pengolahan akan ada beberapa alternatif

pengolahan atau sekedar penambahan pengolahan.

Contoh alternatif pengolahan:

PENGOLAHAN SECARA FISIKA KIMIA

Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara fisika kimia adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan pencemar yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan atau mengapungkan).Kekeruhan dalam air limbah dapat dihilangkan melalui penambahan/pembubuhan sejenis bahan kimia

yang disebut flokulan. Pada umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amoniumkhlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan.

Menambah unit koagulasi secara dua tahap.

(26)

PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI

pengolahan limbah secara biologi, yaitu dengan

memanfaatkan mikroorganisme untuk mendegradasi

molekul zat warna tekstil yang memiliki struktur kompleks

menjadi molekul yang lebih sederhana (Manurung dkk,

2004).

Bak biofilter anaerobik

Di dalam proses biofilter dengan sistem aerasi merata,

lapisan mikroorganisme yang melekat pada permukaan

media mudah terlepas, sehinggan seringkali proses menjadi

tidak stabil. Tetapi di dalam sistem aerasi melalui aliran

(27)
(28)

DAFTAR PUSTAKA

• Astirin,O.P dan Winarno, K. 2000. Peran Pseudomonas dan Khamir dalam Perbaikan Kualitas dan Deklorisasi Limbah Cair Industri Tradisional. BioSmart.2.(1) 7-12.

• Atmaji, Priyo, Purwanto, W dan Pramono. E.P.1999 Juli. Daur Ulang Limbah Hasil Pewarnaan Industri Tekstil. Jurnal Sains dan Teknologi.1 (4), 9-15.

• Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

• Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa Barat berdasarkan SK.

Gubernur Jabar No. 6 Tahun 1999

• PermenLH No. 5 Tahun 2014 Lampiran XLII tentang baku mutu air limbah bagi

usaha dan/atau kegiatan industri tekstil

• Linsley, R. K & Franzini, J.B. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.

• Mahida, U.N. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV

Rajawali.

• Said, N. I. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Biologis. Jakarta:

BPPT.

• Siregar, S.A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius

• Undang – Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(29)

Bak pengumpul

Saluran pembawa

(30)

Bak netralisasi 1

Bak netralisasi 2

(31)

Bak cooling tower

Bak aerasi

(32)

Bak lumpur aktif

lamela

(33)

ZAT WARNA YANG DIGUNAKAN

seperti Auxeleries, IM 9, Steutiv dan juga

Dyestuff yang berfungsi sebagai zat warna, tipe

pigmen dan tipe reaktif untuk memberikan

(34)

Bak Equalisasi

Bak ini berfungsi untuk menampung air sebelum

dilakukan pengolahan lebih lanjut. Bak Equalisasi ini

dimaksudkan untuk menangkap benda kasar yang

mudah mengendap yang terkandung dalam air

baku, seperti pasir atau dapat juga disebut partikel

diskret. Penggunaan unit Equalisasi selalu

ditempatkan pada awal proses pengolahan air,

sehingga dapat dicapai penurunan kekeruhan.

Equalisasi merupakan bak pengendapan material

pasir dan lain-lain yang tidak tersaring pada

screen

,

(35)

Perencanaan ulang ipal

Perencanaan ulang adalah mendesain

ulang dan mengganti beberapa unit

(36)

Bak biofilter anaerobik

Biofilter anaerob berdampingan dengan aerasi aerob

Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem

biofilter tercelup aerobik. Sistem suplai udara dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Sistem aerasi yang sudah

ada sangat mendukung untuk perencanaan penambahan

sistem anaerob secara biofilter. Di dalam proses biofilter

dengan sistem aerasi merata, lapisan mikroorganisme

yang melekat pada permukaan media mudah terlepas,

sehinggan seringkali proses menjadi tidak stabil. Tetapi di

dalam sistem aerasi melalui aliran putar, kemampuan

(37)

Bak biofilter anaerobik

untuk menghitung volume reaktor sebelumnya harus

diketahui dulu efisiensi penghilangan COD dari unit

sebelumnya.

Jumlah COD masuk Reaktor = Qal x konsentrasi COD masuk

Volume Efektif Reaktor = Jumlah COD masuk Reaktor / Beban

COD volumentrik

(38)
(39)

Contoh gambar sarang tawon berbahan

Referensi

Dokumen terkait

Semenjak diluncurkan pada Juni 2016, program Pengampunan Pajak mengundang pro dan kontra di kalangan publik, termasuk para pengguna Twitter. Penelitian ini menganalisa

(1) Satuan Pengelolaan mempunyai tugas pokok mengelola dan mengembangkan Jawa Barat Center sebagai pusat layanan informasi potensi Jawa Barat dalam bidang

Langkah-langkah dari penelitian ini adalah : merancang program dan tampilan program yang dibuat dengan menggunakan perangkat lunak bantu Matlab 7.1, membaca citra

Prosedur pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas, sesuai dengan Standard Operating

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN LARVA IKAN PERES.. Titeue

Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan pertumbuhan

pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Ketentuan Pokok Pelaksanaan Pemeliharaan Ketenteraman dan Ketertiban Umum di Wilayah Kabupaten mandailing