PENGENALAN KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI
Sejarah K3
Ramses II (Mesir) 1500 SM, terusan dari mediterania ke laut merah dan disediakan tabib untuk menjaga kesehatan para pekerjanya. Abad 16, Paracelsus pada jaman renaissance memperkenalkan penyakit yang menimpa para pekerja tambang dan Agricola telah menganjurkan penggunaan ventilasi dan tutup muka yang longgar. Paracelus dianggap sebagai bapak toksikologi modern.
Bernardine Ramazzini (1633-1714) dari Universitas Modena,Italia, dianggap sebagai bapak kesehatan kerja, menguraikan hubungan berbagai macam penyakit dengan jenis
pekerjaannya, dan menganjurkan agar seorang dokter dalam memeriksa pasien, selain menanyakan riwayat penyakitnya, juga harus menanyakan pekerjaan pasien dimaksud.
Sejarah K3 di Indonesia
1852 untuk melindungi tenaga kerja yang memakai pesawat uap, ditetapkan peraturan perundang-undangan tentang pesawat uap. Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Veilegheids Reglement (Undang-undang Keselamatan) tahun 1905 Stbl. No.251
(diperbaharui pada tahun 1910), sampai kemudian dicabut oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang No.13 Tahun 2003, yang memperbaharui pengaturan pokok tentang perlindungan keselamatan kerja.
PRINSIP K3
Semua Cedera dapat dicegah. Lingkungan Dapat Dilindungi.
Keterlibatan setiap pekerja adalah sangat Penting
Bekerja secara Aman adalah syarat yang dituntut dalam melaksanakan pekerjaan. Setiap supervisor bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya cedera dan menjaga
lingkungan.
Semua paparan akibat dari kegiatan pekerjaan harus dapat diberi perlindungan atau tindakan pengamanan.
Pelatihan karyawan untuk dapat bekerja dengan aman dan peduli lingkungan adalah penting dalam satu kegiatan usaha yang baik.
Tujuan Dasar K3
Untuk meniadakan / mengeliminasi cedera dan kondisi buruk bagi kesehatan karyawan dengan terus menerus meningkatkan kondisi tempat kerja dan praktek kerja karyawan. Kecelakaan (Accident) adalah Suatu kejadian yang tidak diinginkan dan berakibat penderitaan bagi manusia, kerusakan harta benda, atau kehilangan suatu proses.
- Cedera serius - Cedera minor - Kerusakan barang
- Insiden tanpa cedera dan kerusakan
AKIBAT KECELAKAAN
A. MANUSIA : - Penderitaan, Cacat, Kematian - Tekanan Kejiwaan
- Penderitaan Keluarga - Beban masa depan - Faktor Sosial
B. PERUSAHAAN: - Biaya Pengobatan dan Ganti Rugi - Sanksi Pemerintah
- Beralihnya Penanam Modal
- Hilangnya Kepercayaan Bank dan Konsumen - Turunnya Produktivitas, Moral Kerja dan Mutu - Hilangnya Waktu Kerja dan Produksi
C. PEMERINTAH: - Kehilangan warga negara - Biaya terhadap instansi terkait - Masalah sosial kerkembang
Teori Gunung Es yakni Suatu permasalahan kecil yang dapat menimbulkan accident dan incident yang besar
Hirarki Pengendalian Bahaya 1. Alat Pelindung Diri 2. Administratif
ASPEK HUKUM K3 DI INDONESIA
UUD. 1945 Pasal 27 ayat (2)
“ Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “
UU. No. 14 Tahun 1969 Pasal 9
“ Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan moral agama “
U.U no.1 - 1970
DASAR PERTIMBANGAN;
a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas serta produktivitas Nasional;
b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya
c. Bahwa setiap sumber produksiperlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma-norma perlingdungan kerja
e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu di wujudkan dala undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuanumum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik, dan teknologi
U.U No.1 - Tahun 1970 pasal 8
1. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang akan diberikan padanya.
2. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya secara berkala pada dokter yang di tunjuk oleh pengusaha dan di berikan pada direktur.
3. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.
U.U No.1 - Tahun 1970 BAB VII. Tentang KECELAKAAN Pasal 11
2. Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
U.U No.1 - Tahun 1970 BAB VIII tentang KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA Pasal 12.
a. Memberi keterangan yang benar
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat Keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat Keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Latar Belakang
- Industri konstruksi mengandung unsur yang berbahaya - Kecelakaan kerja dalam pelaksanaan proyek sering terjadi - Kompensasi biaya terjadinya kecelakaan kerja
- K 3 adalah bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek
Sistem Manajemen K 3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan SD yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan K 3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Perlunya K 3
- Sisi kemanusiaan - Sisi ekonomi
- Hukum dan aturan yang berlaku - Pertanggungjawaban
Permasalahan K 3
1. Keselamatan Kerja 2. Kesehatan Kerja
Faktor Penentu
1. Faktor perilaku : - Pekerja
-Lingkungan pekerjaan
2. Faktor fisik : -Kondisi pekerjaan
-Penyingkitan bahaya mekanis
Dampak Kecelakaan Kerja 1.Biaya langsung
- Kompensasi
- Kesehatan (medical) - Dampak hukum (legal) 2.Biaya tidak langsung
- Penurunan kemampuan mesin/peralatan - Biaya training dan biaya penggantian - Kerusakan peralatan
- Material waste
- Penurunan tingkat produksi
Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja 1. Tindakan tidak aman :
- Tidak mengindahkan peraturan - Bekerja tanpa kewenangan
2. Kondisi tidak aman : - Layout pekerjaan - Penggunaan peralatan - Kebisingan
- Kondisi atmosfir kerja 3. Force majeure
K3 pada Konstruksi
“Business is Behavior”* (Sebuah bisnis itu akan sukses atau gagal tergantung dari performa
pekerjanya)
Apa yang pekerja inginkan?
- Lingkungan kerja yang aman - Lingkungan kerja yang positif - Peduli satu sama yang lain - Tidak ada pekerja yang terluka Apa yang manajemen inginkan?
- Lingkungan pekerjaan yang bebas kecelakaan - Pekerja yang produktif
- Proses kerja proaktif
- Meminimalisir biaya langsung dan tidak langsung dari kecelakaan yang terjadi
Mengapa program K3 tidak bekerja?
- Keselamatan adalah prioritas, bukan nilai
- Keselamatan tidak dikelola dengan cara yang sama seperti masalah produksi, kualitas, dan biaya
- Keselamatan tidak didorong melalui perbaikan terus-menerus
Hierarki intervensi keselamatan:
1. Upaya untuk menghilangkan bahaya setelah karyawan bekerja di sekitar bahaya 2. Menjaga atau peringatan karyawan tentang bahay
3. Pelatihan karyawan untuk menangani secara aman dengan bahaya
Jika Intervensi keselamatan bekerja efektif, maka:
2. Kedua jumlah pengamatan dan tingkat partisipasi meningkat 3. Frekuensi & keparahan cedera menurun
4. Peningkatan penerimaan tanggung jawab dan akuntabilitas untuk perilaku pribadi Mengapa pelatihan keselamatan sangat diperlukan?
1. Klaim kompensasi pekerja dan premi 2. Waktu yang hilang dari pekerjaan
3. Waktu Pengawas & mgmt: pelaporan, menyelidiki, menanggapi kecelakaan 4. Perbaikan peralatan
5. Denda karena gagal mematuhi peraturan keselamatan 6. Biaya hukum akibat kecelakaan / insiden
7. Sanksi Penjara
Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan (7-Langkah) 1. Tentukan APA pelatihan diperlukan
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan 3. Identifikasi Sasaran & Tujuan
4. Kegiatan belajar 5. Melakukan Pelatihan