• Tidak ada hasil yang ditemukan

P15 HUBUNGAN GERAKAN KOPERASI DENGAN PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "P15 HUBUNGAN GERAKAN KOPERASI DENGAN PE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR

Bahan Kajian : Perkoperasian

Jumlah SKS : 2 SKS

Kode : EKO 014

Program Studi : Pendidikan Ekonomi, Manajemen, dan Ekonomi Pembangunan

Pertemuan Ke : 5

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran ) Terkait KKNI:

Materi:

HUBUNGAN GERAKAN KOPERASI DENGAN PEMERINTAH

A. Tahapan Dini Pertumbuhan Gerakan Koperasi Dilihat Dari Segi Hukum

Gerakan koperasi dunia dipelopori oleh negara-negara Eropa Barat. Hendrojogi (2010: 291-296), menjelaskan pertumbuhan gerakan koperasi dilihat dari segi hukum di Inggris, Jerman, Belanda, dan Swedia.

1. Inggris

The Rockdale Pioneers yang berdiri tahun 1884 berbadan hukum menurut Friendly Societies Act tahun 1973, kemudian diamandir tahun1834. Friendly Societies Act menganggap bantuan yang diberikan koperasi bersifat amal seperti untuk orang sakit dan orang jompo. Hal ini tidak sesuai dengan konsep koperasi. Oleh karena itu, Pemerintah Inggris mengeluarkan suatu undang–undang baru yaitu The Industrial and provident Societies Act tahun 1853 yang memberikan arti penting bagi kehidupan gerakan koperasi Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan dini pertumbuhan gerakan Koperasi dilihat dari segi hukum, dan sikap pemerintah di negara-negara di dunia terhadap gerakan Koperasi .

(2)

di Inggris karena membuka kesempatan bagi penciptaan produk– produk hukum tentang perkoperasian di kemudian hari.

2. Jerman

Koperasi pertama yang lahir di Jerman adalah koperasi kredit (tahun 1848). Koperasi kredit Raffeisen didirikan untuk kepentingan penduduk desa dan pertanian sementara koperasi Schulze ditujukan untuk masyarakat perkotaan. Status hukum koperasi awalnya didasarkan pada undang-undang sejak 27 Maret 1867, yang mengatur badan hukum semua badan usaha.

Jerman mengeeluarkan undang-undang perkoperasian pada tanggal 1 Mei 1989 dan merupakan dasar bagi pemberian status badan hukum bagi perkumpulan koperasi. Undang–Undang tersebut mengalami amandemen beberapa kali. Beberapa amandemen penting yang dilakukan pada masa rezim Hitler adalah :

a. Diwajibkannya koperasi menjadi anggota koperasi jasa audit (1934).

b. Koperasi konsumen direkonstruksikan tapi akhirnya dibubarkan. Para anggota dan asetnya diambil alih oleh The German Labor Front melalui pemerintah khusus tanggal 18 Februari 1941.

Pada tanggal 31 Juli 1941 The Allied Military Authorities ( AMA), tentara sekutu yang menduduki Jerman mengembalikan status badan hukum koperasi sebagai organisasi yang berasaskan sukarela karena undang–undang yang dibuat pada rezim Hitler telah merugikan konsumen.

2. Belanda

Pemerintah Belanda mengeluarkan undang–undang tentang perkoperasian pada bulan November 1876 dan diamandir pada bulan Mei tahun 1925. Meskipun demikian, masih banyak koperasi yang berdiri sesudah tahun 1876 yang menggunakan undang– undang tentang persekutuan dan yayasan tahun 1855, dengan alasan banhwa lebih mudah dan murah biaya pengurusannya dibandingkan jika menggunakan undang– undang tahun 1876.

(3)

3. Swedia

Pemerintah Swedia mengeluarkan undang–undang perkumpulan koperasi pertama pada tahun 1895, kemudian diganti dengan yang baru tahun 1911 dengan modifikasi dan tambahan yang berlaku sampai akhir tahun 1952 yaitu saat undang–undang baru tertanggal 1 Juni 1951 diterapkan. Tak satu pun dari undang–undang tersebut dikenal sebagai undang–undang koperasi melainkan disebut sebagai undang–undang perkumpulan ekonomi, dimana semua usaha–usaha biasa yang menghasilkan laba dapat dijamin sebagai anggota perkumpulan ekonomi. Dengan dikeluarkan undang–undang tahun 1951, mulai diberlakukan undang–undang yang menyatakan bahwa koperasi dapat termasuk sebagai anggota dari usaha yang didaftar di bawah undang–undang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam masa pertumbuhan awal koperasi di dunia dapat dilihat bahwa ada negara yang memperlakukan koperasi sebagai organisasi yang mencari keuntungan, ada negara yang menganggap koperasi sebagai perkumpulan biasa dan ada pula yang memperlakukan koperasi sebagai yayasan. Melihat adanya perbedaan sifat–sifat yang dimiliki oleh koperasi dibandingkan usaha perorangan dan perseroan, dalam perkembangannya mulailah pemerintah dari banyak negara membuat undang–undang atau peraturan khusus tentang perkoperasian.

B. Sikap Pemerintah di Negara-Negara di Dunia Terhadap Gerakan Koperasi

Hendrojogi (2010: 297-323), menjelaskan sikap pemerintah di dunia terhadap gerakan koperasi dikelompokkan menjadi sikap pemerintah yang netral, sikap yang menghambat atau menghalang-halangi, sikap pemerintah yang membantu dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan gerakan koperasi, dan sikap pemerintah yang ingin menjadikan koperasi sebagai alat untuk melaksanakan kebijaksanaan nasionalnya.

1. Sikap Pemerintah yang Netral

(4)

Pemerintah di negara Eropa bagian Utara seperti Denmark, umumnya bersikap netral terhadap gerakan koperasi karena negara tersebut tidak memiliki undang–undang khusus tentang perkoperasian dan koperasi hanya mendapat bantuan yang sangat marjinal dari pemerintah. Meskipun demikian, hubungan antara koperasi dengan pemerintahnya sangat baik sehingga koperasi di Denmark tetap bisa mempertahankan pendiriannya yaitu dengan “menolong diri sendiri”.

Gerakan koperasi di Denmark merupakan yang paling ekstensif di dunia. Kebanyakan kebutuhan masyarakat dipenuhi melalui berbagai jenis koperasi. Keberhasilan koperasi di Denmark didukung oleh Sekolah Tinggi Rakyat yang mendidik masyarakat untuk mempelajari ilmu secara konkret, berdiskusi dan aktif dalam pengambilan keputusan secara demokrasi. Dengan cara seperti ini dasar–dasar tentang kemanusiaan untuk gerakan koperasi disiapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk gerakan koperasi di Denmark 1) tidak mempunyai perundang–undangan khusus tentang perkoperasian, 2) tidak ada kementerian koperasi atau menteri koperasi, 3) bentuk koperasi–koperasinya adalah single purpose, dan 4) Mempunyai pangsa pasar yang luas.

2. Sikap Pemerintah yang Menghambat Perkembangan Gerakan Koperasi

Sikap pemerintah yang menghambat atau melarang perkembangan koperasi terdapat dalam 2 bentuk yaitu :

a. Sikap pemerintah yang tidak memberikan kemudahan–kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan koperasi seperti yang dialami oleh gerakan koperasi di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda.

b. Sikap pemerintah yang melarang dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang menyatakan larangan adanya perkumpulan koperasi seperti yang dialami oleh gerakan koperasi di Indonesia pada zaman penjajahan Jepang atau menjadikan koperasi sebagai toko milik negara seperti yang dilakukan di Rusia.

Contoh pemerintah yang menghambat perkembangan gerakan koperasi adalah Rusia, Jerman, dan Indonesia.

a. Rusia

(5)

demikian, secara tidak langsung pemerintah telah melarang adanya koperasi yang berasaskan kesukarelaan.

b. Jerman

Semasa Rezim Hitler koperasi konsumsi direkonstruksi tetapi akhirnya dibubarkan dan melalui perintah tanggal 19 Februari 1941 asetnya diambil alih oleh German Labor Front.

c. Indonesia

Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, larangan bagi berdirinya koperasi tidak ada, namun peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda pada waktu itu tidak mendorong berkembangnya gerakan koperasi. Peraturan–peraturan yang menghambat itu seperti 1) anggaran dasar koperasi harus dibuat dalam Bahasa Belanda, 2) Akta pendirian harus dibuat dengan Akta Notaris, 3) harus meminta izin Gubernur Jenderal, dan 4) Akta dan Surat Izin harus dicatat di Pengadilan Keresidenan dan harus diumumkan dalam Javasche Courant atau surat kabar dalam Bahasa Belanda dan Melayu. Alasan sikap pemerintah Hindia Belanda menghalang– halangi pertumbuhan dan perkembangan gerakan koperasi karena khawatir perkembangan koperasi akan memunculkan persatuan perkumpulan organisasi politik dari masyarakat Indonesia.

Pada masa penjajahan Jepang dikeluarkan peraturan yang melarang orang berkumpul lebih dari lima orang. Pemerintah Jepang khawatir akan muncul pergerakan pemuda Indonesia untuk mengusir Jepang. Memang pada waktu penjajahan Jepang dibolehkan dibentuknya organisasi yang disebut ‘Kumiai’, jenis koperasi yang dianjurkan Jepang, ternyata hanya merupakan alat beagi Jepang untuk mengumpulkan hasil–hasil produksi rakyat dengan alasan untuk mengisi lumbung–lumbung paceklik padahal sebenarnya untuk kepentingan dan keperluan logistik balatentara Jepang. Jenis koperasi yang ditawarkan oleh Jepang menghasilkan kesengsaraan dan kemelaratan bagi rakyat. Kenyataan demikian menimbulkan dampak negatif tentang koperasi pada rakyat yang mempunyai pengetahuan rendah sehingga membuat mereka trauma dan tidak tertarik untuk berkoperasi.

3. Sikap Pemerintah yang Mendukung Gerakan Koperasi

(6)

pemerintah seperti memberikan landasan kedudukan hukum bagi koperasi, memberikan petunjuk operasional, memberikan prasarana yang memudahkan kegiatan koperasi, memberikan fasilitas–fasilitas, dan lain-lain. Sikap yang melindungi pertumbuhan dan perkembangan gerakan koperasi tidak hanya terdapat di negara yang menganut paham sistem ekonomi campuran, namun juga ada di negara dengan sistem ekonomi kapitalis seperti Amerika Serikat (AS).

Berikut contoh sikap pemerintah yang mendukung gerakan koperasi: a. Amerika Serikat (AS)

Sikap pemerintah AS yang membantu gerakan koperasi adalah melindungi dan memberikan bantuan terhadap pertumbuhan dan pengembangan gerakan koperasi di AS. Pemerintah AS memberlakukan Sherman Antitrust Act untuk melindungi para petani atau koperasi. Masalah yang membahayakan kedudukan petani dikoreksi dengan dikelaurakannya Clayton Amandement (1914) yang menyatakan bahwa organisasi yang mempunyai sifat tolong menolong di bidang pertanian dan holtikura tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.

b. Indonesia

(7)

koperasi. Undang-Undang tentang Perkoperasian yang digunakan saat ini adalah UU No. 17 tahun 2012, yang menjadi pedoman bagi setiap koperasi yang ada di Indonesia.

4. Sikap Pemerintah yang Menjadikan Gerakan Koperasi untuk Melaksanakan Kebijaksanaan Nasionalnya

Sikap seperti ini umumnya ditemukan di negara berkembang, seperti di Negara-Negara Amerika Latin, Afrika, dan beberapa negara di Asia mempunyai undang–undang atau peraturan dimana pemerintah berperan dalam pengawasan kegiatan koperasi. Tujuan dibuatnya undang–undang atau peraturan yang mendetail adalah agar adanya campur tangan pemerintah dalam kehidupan koperasi dan menjadikan koperasi sebagai alat pemerintah untuk mencapai tujuan dari kebijaksanaannya. Bagi gerakan koperasi dengan kondisi seperti ini maka koperasi akan bersikap dualisme. Koperasi pada satu sisi harus dihadapkan pada otoriter pemerintah dan pada sisi lain harus betanggungjawab pada anggota sesuai dengan anggaran dasar organisasi. Kondisi dualisme seperti ini pernah dialami oleh gerakan koperasi Indonesia khususnya KUD dimana koperasi dijadikan alat oleh pemerintah untuk mencapai tujuan walaupun hanya bersifat parsial. Pemerintah menggunakan KUD sebagai alat untuk mendistribusikan pupuk pada para petani dengan harga yang bersaing. Bahkan untuk kegiatan ini, koperasi diberikan kedudukan monopoli untuk menyalurkan pupuk kepada petani. Campur tangan pemerintah untuk hal ini memberikan hasil yang posistif dimana kedua belah pihak tidak dirugikan bahkan mendapatkan keuntungan.

Daftar Bacaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dianalisis tentang faktor gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap komitmen tenaga kerja UMKM

Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang

32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap pencemaran sungai oleh pabrik-pabrik karet yang ada di Kota Padang, yaitu dilihat dari aspek sosialisasi

Isi pesan (What to say) yang ingin disampaikan dari perancangan promosi Toko Roti Djitsin ini adalah Toko Roti Djitsin merupakan salah satu dari toko roti yang sudah ada sejak

denan e.berian !bat terlebih dahulu* Sesudah encabutan ua diberi/an !bat sebaai antisiasi .unculn,a infe/si .eninat infe/si .udah

Arcamanik Endah Ujungberung Mandalajati 417 Taman Median Jalan Komplek Tamansari Bukit Bandung Ujungberung Mandalajati 418 Taman Median Depan Ruko Komplek Tamansari Bukit

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa media komik yang dikembangkan layak digunakan, dibuktikan dengan data hasil validasi dari ahli materi dan ahli

Dalam penelitian ini diambil rumusan permasalahan yaitu mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh di tiap kabupaten/kota penduduk miskin di Propinsi Jawa Timur