DARI SUSU SAPI SEGAR
Disusun Oleh:
Putri Susanti
(I8315043)
Ridha Ajeng Pangestu
(I8315049)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI
Nama/NIM : 1. Putri Susanti (I8315043)
2. Ridha Ajeng Pangestu (I8315049)
Judul TA : Pembuatan Sabun Susu Padat dari Susu Sapi Segar Tanggal mulai Bimbingan :
Dosen Pembimbing : Dr. Ari Diana Susanti S.T., M.T.
No
. Tanggal Konsultasi
Paraf
Keterangan Mahasisw
a Dosen
*Jumlah konsultasi dengan pembimbing minimal 8 kali untuk dapat dinyatakan selesai
Dinyatakan selesai Tanggal:
Dosen Pembimbing
Dr.
NIP 19750123 200812 2 002 KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Pembuatan Sabun Susu Padat dari Susu Sapi Segar.
Pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Pelaksanaan dan penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Orangtua dan anggota keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan lancar.
2. Mujtahid Kaavessina, S.T., M.T., Ph.D. selaku Kepala Program Studi D-III Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Dr. Ari Diana Susanti S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir. 4. LPPM UNS atas dukungan dana Tugas Akhir ini melalui skema Program
Kuliah Kerja Nyata (PKKN) PNBP UNS 2018.
5. Seluruh Staff Pengajar program Studi DIII Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
6. Rekan-rekan angkatan 2015 serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, maka masukan dan kritikan yang bersifat membangun penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Skema Kerangka Pemikiran Pembuatan Sabun Susu Padat... Gambar III.2 Diagram Blok Pembuatan SabunSusu Padat dengan Proses
Dingin... Gambar III.3 Diagram Blok Pembuatan Sabun Susu Padat dengan Proses
Panas... Gambar IV.1 Penampakan Hasil Sabun Susu Padat dengan Proses Dingin (A)
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Karakteristik Sabun... Tabel II.2 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Zaitun...
Tabel II.3 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa...
Tabel II.4 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa...
Tabel II.5 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa Sawit... Tabel II.6 Sifat Fisikia-Kimia Minyak Kelapa Sawit...
Tabel II.7 Komposisi Susu Sapi untuk setiap 100 gram...
Tabel II.8 Komposisi Asam Lemak Susu Sapi...
INTISARI
Putri Susanti dan Ridha Ajeng Pangestu, 2018. “Pembuatan Sabun Susu Padat dari Susu Sapi Segar” Program Studi DIII Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kualitas dan kuantitas susu sapi hasil perahan sangat ditentukan oleh jenis sapi, jenis makanan, umur sapi, proses memerah susu, dan perawatan sapi. Daya simpan susu sapi segar cenderung singkat. Oleh karena itu perlu dicari cara untuk memperpanjang daya simpan susu sapi segar, salah satunya dengan mengolah susu sapi segar menjadi produk lain, semisal sabun padat.
Tugas Akhir ini diawali dengan studi eksplorasi untuk memilih metode penyabunan yang tepat. Metode yang diperbandingkan adalah metode proses dingin (cold process) dan proses panas (hot process). Berdasarkan penampakan fisik (warna dan tekstur) dari hasil sabun yang diperoleh, metode proses dingin lebih tepat untuk penyabunan susu sapi segar. Selanjutnya dilakukan uji pengaruh jenis minyak nabati yang akan digunakan sebagai bahan utama kedua. Minyak nabati yang digunakan adalah campuran minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit. Karakter yang dilihat adalah kekerasan, tekstur, dan pembusaan dari sabun yang dihasilkan. Minyak zaitun menghasilkan sabun yang lembut di kulit dan terasa lembab, minyak kelapa menghasilkan sabun dengan busa yang banyak, dan minyak kelapa sawit menghasilkan sabun yang padat/keras. Jumlah basa yang digunakan dalam proses penyabunan ditentukan berdasar uji bilangan penyabunan. Proses selanjutnya adalah menentukan formula bahan utama pembuat sabun, yaitu komposisi susu sapi segar, minyak nabati, dan basa NaOH. Hasil sabun yang diperoleh kemudian dilakukan uji laboratorium dan uji penerimaan produk oleh calon konsumen. Uji laboratorium meliputi uji derajat keasaman (pH), kadar air, kadar alkali bebas, dan stabilitas busa.
Berdasarkan serangkaian percobaan laboratorium yang telah dilakukan, dipilih proses penyabunan dengan proses dingin, komposisi optimum minyak zaitun (11%), minyak kelapa (22%), minyak sawit (22%), susu sapi segar (33%), dan NaOH pelet (12% - setara 9,2 N). Uji terhadap sabun padat yang dihasilkan dari komposisi optimum menunjukkan pada curing 24 jam: pH 10,8, kadar air 0,77%, kadar alkali bebas 1,24%, dan stabilitas busa 66,67%. Pada waktu curing 3 minggu diperoleh kadar alkali bebas telah turun menjadi 0,56%.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Susu adalah cairan yang diperoleh dari proses pemerahan hewan ternak seperti sapi, kambing, dan kerbau. Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa / BPMPD (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas susu sapi perah antara lain jenis sapi, jenis makanan, umur sapi, proses memerah susu, dan perawatan sapi. Kualitas susu sapi segar hasil pemerahan juga ditentukan oleh cara dan durasi penyimpanan. Daya simpan susu sapi segar cenderung singkat. Usaha untuk memperpanjang daya simpan diantaranya dengan cara mengolah susu sapi segar tersebut menjadi produk pangan lain, diantaranya susu bubuk, susu UHT, keju, yoghurt, es krim, dan butter (mentega). Alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu memanfaatkan susu sapi segar terutama yang berkualitas rendah sebagai bahan baku pembuatan sabun susu padat.
Metode pembuatan sabun padat secara rumahan (home made) yang banyak dilakukan adalah dengan proses dingin (cold process) maupun proses panas (hot process) (Dana,2016). Pada Tugas Akhir ini, dilakukan serangkaian percobaan untuk menentukan pilihan metode penyabunan, pilihan jenis dan komposisi minyak nabati, formulasi bahan baku minyak optimum, dan uji produk sabun susu. Uji produk sabun susu meliputi uji laboratorium dan uji penerimaan produk oleh calon konsumen. Uji laboratorium dilakukan terhadap produk sabun susu dari berbagai formulasi dan sabun susu komersial di pasaran. Optimasi formula pembuatan sabun susu dari susu sapi segar didasarkan pada hasil uji laboratorium. Uji laboratorium meliputi derajat keasaman (pH), kadar air, kadar alkali bebas, dan stabilitas busa. Uji penerimaan produk dilakukan dengan membandingkan produk sabun susu hasil optimasi formula terhadap sabun susu komersial yang meliputi uji aroma, uji daya busa, dan tekstur dalam penggunaan sabun.
evaluasi ekonomi digunakan untuk mengetahui potensi ekonomi produksi sabun susu padat dari susu sapi segar.
I.2 Rumusan Masalah
Tugas Akhir ini akan menjawab bagaimana cara membuat sabun susu padat dari susu sapi segar yang optimum dan bagaimana prospek ekonominya? Optimasi meliputi pemilihan proses dan formula bahan baku yang didukung dengan uji laboratorium dan uji penerimaan produk oleh calon konsumen. Prospek ekonomi sabun susu padat dari susu sapi segar ditentukan melalui metode evaluasi ekonomi sederhana.
I.3 Tujuan
1. Menentukan metode pembuatan sabun padat yang tepat untuk bahan baku susu sapi segar.
2. Mempelajari pengaruh jenis minyak nabati yang ditambahkan dalam pembuatan sabun susu padat.
3. Melakukan karakterisasi minyak nabati yang ditambahkan dalam pembuatan sabun susu padat, yaitu berdasar bilangan penyabunan.
4. Melakukan uji laboratorium terhadap produk sabun susu padat dan sabun susu komersial di pasaran. Uji laboratorium meliputi pH, kadar air, alkali bebas, dan stabilitas busa.
5. Optimasi komposisi (formula) bahan baku pembuatan sabun susu padat. 6. Melakukan uji penerimaan produk oleh calon konsumen dengan
membandingkan produk sabun susu padat hasil optimasi formula terhadap sabun susu komersial yang meliputi uji aroma, uji daya busa, dan tekstur dalam penggunaan sabun.
I.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, Tugas Akhir ini memberikan pengalaman langsung aplikasi Teknik Kimia dalam industri rumahan (home made), memenuhi syarat kelulusan, danmemberikan wawasan tentang proses pembuatan sabunsusupadat berbahansusu sapi segar yang dapat digunakan untuk pengetahuan berwirausaha.
2. Bagi ilmu pengetahuan, optimasi pembuatan sabun susu padat yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap cara pengolahan susu sapi segar menjadi produk turunannya yang telah ada sebelumnya.
BAB II LANDASAN TEORI
II.1Sabun
Menurut Badan Standarisasi Nasional, sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dengan asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan (SNI, 1994). Salah satu aplikasi senyawa sabun adalah sebagai sabun mandi yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari debu, keringat, dan kotoran karena aktivitas yang dilakukan. Berbagai sabun mandi beredar di pasaran, baik yang berbentuk padat maupun cair.
Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida melalui reaksi dengan basa semisal natrium hidroksida (NaOH). Proses saponifikasi minyak akan menghasilkan produk samping yaitu gliserin.
Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut:
C3H5(OCR)3 + 3 NaOH 3 RCOONa + C3H5(OH)3
minyak yang digunakan antara lain minyak kelapa dan minyak kelapa sawit (Barel dkk., 2009).
Asam lemak hewani yang sangat disuka dalam pembuatan sabun mandi kecantikan adalah asam lemak dari susu, semisal susu sapi dan susu kambing. Sabun susu terbuat dari susu murni dan bahan-bahan alami yang direaksikan dengan lye (larutan NaOH) sebagai agen alkali. Lye dalam pembuatan sabun susu biasanya tidak meninggalkan sisa karena telah bereaksi menjadi sabun dan gliserin (Husnawati, 2002).
Reaksi penyabunan dapat dilakukan dengan metode proses dingin (cold process) dan proses panas (hot process). Perbedaan kedua proses tersebut terletak pada ada dan tidaknya proses pemanasan setelah reaksi penyabunan terjadi. Pemanasan yang dilakukan ditujukan untuk mempercepat penghilangan sisa alkali sehingga memperpendek waktu curing. Sabun yang dihasilkan dengan metode proses dingin memerlukan waktu curing 2-4 minggu. Sedangkan sabun yang dihasilkan dengan metode proses panas dapat digunakan setelah 1 jam (Dana, 2016).
II.2 Minyak Nabati
Minyak nabati merupakan sumber asam lemak. Asam lemak adalah monokarboksilat berantai panjang jenuh ataupun tidak jenuh, dengan panjang rantai berbeda-beda tetapi bukan siklik atau bercabang (Winarno, 1997).
Tabel II.1 Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Karakteristik Sabun Asam Lemak Rumus Molekul Karakteristik Sabun
Asam laurat (C11H23COOH) Keras, kelarutan tinggi, menghasilkan busa lembut
Asam palmitat (C13H31COOH) Keras, menghasilkan busa yang stabil Asam stearat (C13H31COOH) Keras, menghasilkan busa yang stabil Asam oleat (C13H33COOH) Melembabkan kulit
Asam linoleat (C13H31COOH) Melembabkan kulit
Asam miristat (C13H27COOH) Keras, daya detergensi tinggi, menghasilkan busa yang lembut
(Cavitch, 2001)
Beberapa minyak nabati yang umum digunakan pembuatan sabun minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit.
1) Minyak Zaitun
Minyak zaitun (olive oil) adalah minyak yang didapat dari buah zaitun (olea europaea) yang merupakan tanaman khas di daerah basin Mediterania. Minyak zaitun memiliki warna kuning dan bermanfaat sebagai penambah cita rasa makanan, untuk kesehatan, dan untuk kecantikan. Menurut Karleskind (1992), bilangan penyabunan minyak zaitun sebesar 184-196. Komposisi asam lemak dalam minyak zaitun disajikan pada Tabel II.2.
Tabel II.2 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Zaitun
Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)
Asam palmitat C13H31COOH 0,3-5
kelapa memiliki kandungan asam laurat yang dominan yaitu 44% dan berperan dalam pembuatan sabun dan pembusaan (Ketaren, 1986). Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa digolongkan kedalam asam laurat karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan dangan asam lemak lainnya. Komposisi asam lemak dari minyak kelapa disajikan pada Tabel II.3.
Tabel II.3 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa
Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)
Asam laurat C11H23COOH 44-52
Beberapa sifat fisika-kimia dari minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel II.4.
Tabel II.4 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa
(Ketaren, 1986)
3) Minyak Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit terdiri atas 80% pericarp dan 20% daging buah yang dilapisi kulit tipis. Kadar minyak dalam pericarp sekitar 34-40% (Ketaren, 1986). Pengolahan minyak kelapa sawit diawali dengan pengepresan menghasilkan minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil - CPO). Proses selanjutnya adalah
Sifat Minyak kelapa
Berat jenis 0,907-0,913
Indeks bias pada 40˚C 1,488-1,450
Bilangan iod 7-12
pemurnian melalui beberapa proses yaitu degumming, netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilanagan bau (deodorization) (Patterson, 1992).
Minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap. Komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel II.5.
Tabel II.5 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa Sawit
Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)
Asam miristat C13H27COOH 1,1-2,5
Sifat fisika-kimia dari minyak sawit disajikan pada Tabel II.6.
Tabel II.6 Sifat Fisikia-Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat Minyak Sawit
Berat jenis 0,900
Indeks bias pada 40˚C 1,4565-1,4585
Bilangan iod 46-48
Bilangan penyabunan 196-206
(Ketaren, 1986)
II.3 Susu Sapi
Secara kimiawi, susu merupakan emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal (Rahman dkk., 1992). Lemak susu mengandung trigliserida (komponen dominan), digliserida, monogliserida, asam lemak, sterol, karotenoid (warna kuning dari lemak), dan vitamin-vitamin (A, D, E, dan K) (Bylund, 1995).Komposisi susu sapi disajikan pada Tabel II.7.
Tabel II.7 Komposisi Susu Sapi untuk setiap 100 gram
Komposisi Kimia Jumlah
(Maheswari dan Ronny, 2002) Penanganan susu sapi segar diperlukan tidak hanya pada produk olahannya saja, namun sejak proses pemerahan, dan distribusi. Disisi lain, susu segar harus disimpan pada suhu kurang dari 7˚C agar tidak cepat rusak selama pengiriman (Husnawati, 2002). Pengolahan sususapi segar bertujuan untuk memperoleh berbagai jenis produk susu dengan kualitas dan kadar gizi yang tinggi, tahan selama penyimpanan, mempermudah pemasaran dan transportasi, serta meningkatkan nilai ekonomi dan daya guna susu sapi segar (Saleh, 2004).
membersihkan kotoran lebih baik dibanding tallow (Bylund, 1995). Komposisi asam lemak pada susu sapi disajikan pada Tabel II.8.
Tabel II.8 Komposisi Asam Lemak Susu Sapi
Asam Lemak Rumus Molekul Jumlah
Asam laurat (C11H23COOH) 5,8
Asam plamitat (C13H31COOH) 22,6
Asam stearat (C13H31COOH) 7,7
Asam oleat (C13H33COOH) 36,4
Asam linoleat (C13H31COOH) 8,3
(Maheswari dan Ronny, 2002)
II.4 Mutu Sabun Padat
Sabun padat yang berkualitas harus memenuhi beberapa persyaratan sehingga layak untuk digunakan dan dipasarkan. Persyaratan sabun padat menurut SNI 06-3532-1994 meliputi pH, kadar air, dan alkali bebas (% NaOH) (SNI, 1994). Kriteria persyaratan sabun padat menurut SNI disajikan dalam Tabel II.9.
Tabel II.9 Mutu Sabun Standar Nasional Indonesia
No
. Uraian Standar SNI
1. pH 8-10
2. Kadar Air (%) Maks. 15
3. Alkali Bebas (% NaOH) Maks. 0,1
1) Uji Derajat Keasaman (pH)
gatal, atau mengelupas (Widya, 2017). Selain itu nilai pH yang terlalu rendah atau tinggi dapat menyebabkan kulit kering.
2) Uji Kadar Air
Kadar air dan zat menguap pada sabun akan berpengaruh terhadap karakteristik sabun, baik pada saat digunakan maupun saat disimpan. Menurut Spitz (1996), banyaknya air yang terkandung dalam sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air, sehingga sabun semakin cepat mengalami penyusutan bobot dan dimensi.
3) Uji Alkali Bebas
Sabun merupakan hasil dari reaksi saponifikasi antara asam lemak dengan basa. Sabun yang baik dihasilkan dari reaksi saponifikasi yang sempurna sehingga diharapan tidak terdapat sisa basa setelah reaksi. Kelebihan alkali pada proses pembuatan sabun dapat disebabkan karena adanya jumlah alkali berlebih yang digunakan dalam proses saponifikasi. Sabun dengan kandungan alkali bebas tinggi memiliki nilai pH yang tinggi juga. NaOH memiliki sifat higroskopi sehingga dapat menyerap kelembaban kulit dengan cepat dan kulit menjadi kering (Widya, 2017).
4) Uji Tambahan
Selain uji yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI), perlu dilakukan uji tambahan yang meliputi uji stabilitas busa dan penerimaan produk oleh calon konsumen. Uji peneriman produk oleh calon konsumen meliputi uji aroma, uji daya busa, dan tekstur dalam penggunaan sabun.
Uji Stabilitas Busa
yang bersifat aktif permukaan (sabun). Kecepatan pembentukan dan stabilitas busa yang dihasilkan merupakan dua hal penting untuk produk pembersih tubuh. Busa yang banyak dan stabil lebih disukai daripada busa yang sedikit dan tidak stabil (Martin, dkk., 1993).
Uji Peneriman Produk oleh Calon Konsumen
Uji penerimaan produk oleh calon konsumen dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen dengan membandingkan produk yang dihasilkan terhadap produk komersial di pasaran. Kriteria yang digunakan adalah aroma, daya busa dan tekstur dalam penggunaan pada kulit. Skala penilaian yang digunakan adalah (1) tidak suka, (2) agak tidak suka, (3) biasa, (4) agak suka, dan (5) suka.
II.5 Evaluasi Ekonomi Sederhana
Potensi ekonomi pembuatan sabun susu padat berbahan baku susu sapi segar dapat dianalisa melalui evaluasi ekonomi sederhana meliputi perhitungan biaya produksi spesifik, Return On Investment (ROI), Pay Out Time (POT) dan
Break Even Point (BEP).
Biaya Produksi Spesifik
Biaya produksi spesifik menggambarkan total biaya yang diperlukan per satuan produk dan dapat digunakan untuk memperkirakan harga jual produk. Biaya tersebut didasarkan pada biaya bahan baku, pengemasan, utilitas, tenaga kerja, dan depresiasi alat.
Return on Investment (ROI)
ROI=keuntungan pertahuninvestment x100% (1)
Pay Out Time (POT)
POT adalah waktu pengembalian modal sebagai hasil pembagian totalinvestasi terhadap keuntungan dan depresiasi. Nilai POT dapat dihitung dengan persamaan:
POT=keuntunganinvestment +depresiasi
(2)
Break Even Point (BEP)
Studi literatur: sabun, minyak nabati, susu sapi, standarisasi, uji, dan evaluasi ekonomi
Pengujian produk sabun susu padat: uji laboratorium dan uji penerimaan produk Pemilihan metode pembuatan sabun susu: proses dingin dan proses panas
Formulasi: komposisi bahan baku
Karakterisasi minyak nabati: minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit
Evaluasi ekonomi sederhana: biaya produksi spesifik, ROI, POT, BEP BAB III
METODOLOGI
III.1 Kerangka Pemikiran
Penelitian pembuatan sabun susu padat berbahan baku susu sapi segar secara garis besar dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu (1) penentuan metode pembuatan sabun susu padat, (2) karakterisasi minyak nabati, (3) formulasi pembuatan sabun susu padat, (4) pengujian produk sabun susu padat, dan (5) evaluasi ekonomi sederhana. Skema kerangka pemikiran penelitian disajikan dalam Gambar III.1.
Gambar III.1 Skema Kerangka Pemikiran Pembuatan Sabun Susu Padat
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun susu padat dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu bahan baku pembuatan sabun susu padat dan kemikalia uji.
1) Bahan baku pembuatan sabun susu padat
1. Susu sapi segar diperoleh dari peternak sapi perah di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.
2. NaOH (soda kaustik) diperoleh dari Toko Cipta Kimia, Surakarta. 3. Minyak zaitun (olive oil) diperoleh dari Pasar Swalayan Luwes,
Kartasura.
4. Minyak kelapa (coconut oil) diperoleh dari Pasar Swalayan Luwes, Kartasura.
5. Minyak kelapa sawit (palm oil) diperoleh dari Pasar Swalayan Luwes, Kartasura.
6. Bahan pewangi (fragrance) diperoleh Toko Agung Jaya, Surakarta. 2) Kemikalia Uji
1. Akuades diperoleh dari Laboratorium Pusat sub kimia UNS.
2. Alkohol 96% diperoleh dari Laboratorium Dasar Teknik Kimia UNS. 3. IndikatorPhenolphthalein, HCl , KOH, H2SO4, dan BaCl2 diperoleh dari
Laboratorium Proses Teknik Kimia UNS.
III.3 Alat
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan sabun susu padat dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu alat pembuatan sabun susu padat dan uji. 1) Alat pembuatan sabun susu padat:
Baskom, sendok, timbangan, mixer, dan centakan. 2) Alat uji
1. Gelas beker 500 mL 9. Labu leher tiga500 mL 2. Erlenmeyer 200 mL 10. Pendingin tegak
3. Pipet tetes 11. Magnetik stirer
4. Batang pengaduk 12. Buret 50 mL
5. Pipet volume 5 mL 13. Klem dan statif
6. Cawan petri 14. Vortex
7. Botol timbang 15. Sendok
8. pH meter 16. Oven
fragrance Susu 450 gram
Minyak kelapa sawit 300 gram Minyak kelapa 300 gram
NaOH 165 gram
MIXING MIXING 2
MIXING
Minyak zaitun 150 gram
trace
PENCETAKAN
1) Pembuatan sabun padat dari susu sapi segar dengan proses dingin
Prosedur pembuatan sabun padat dari susu sapi segar dengan proses dingin secara diagramatis disajikan dalam Gambar III.2.
Gambar III.2 Diagram Blok Pembuatan SabunPadat dengan Proses Dingin
Prosedur kerja secara mendetail sebagai berikut:
1. Menimbang 450 gram, 165 gram NaOH, 150 gram minyak zaitun, 300 gram minyak kelapa, dan 300 gram minyak kelapa sawit.
2. Membuat larutan susu-NaOH dengan cara mencampurkan NaOH ke dalam susu sapi segar sedikit demi sedikit.
3. Mencampurkan minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak zaitun dalam satu wadah.
4. Mencampurkan larutan susu-NaOH ke dalam minyak, lalu aduk hingga mengental (trace).
5. Menambahkan fragrance 10 mL ke dalam adonan sabun. 6. Mencetak sabun.
Minyak zaitun 150 gram
fragrance Susu 450 gram
Minyak kelapa sawit 300 gram Minyak kelapa 300 gram
Prosedur pembuatan sabun padat dari susu sapi segar dengan proses panas secara diagramatis disajikan dalam Gambar III.3.
Gambar III.3 Diagram Blok Pembuatan SabunPadat dengan Proses Panas
Prosedur kerja secara mendetail sebagai berikut:
1. Menimbang 450 gram susu sapi, 165 gram NaOH, 150 gram minyak zaitun, 300 gram minyak kelapa, dan 300 gram minyak kelapa sawit. 2. Melarutkan NaOH sedikit demi sedikit ke dalam susu sapi segar.
3. Mencampurkan minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak zaitun dalam satu wadah.
4. Menuangkan larutan susu - NaOH ke dalam minyak, lalu mengaduk campuran hingga mengental (trace).
5. Menambahkan fragrance 10 mL ke dalam adonan sabun. 6. Memanaskan adonan sabun selama 1 jam.
7. Mencetak adonan sabun dalam cetakan.
Uji bilangan penyabunan dilakukan terhadap masing-masing minyak nabati yang digunakan dalam pembuatan sabun susu padat dari susu sapi segar. Minyak nabati yang digunakan adalah minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit. Prosedur uji bilangan penyabunan adalah:
1. Menimbang 5 gram minyak nabati.
2. Melarutkan 40 gram KOH dalam 1 liter alkohol 96%.
3. Mencampurkan 50 mL larutan KOH dengan 5 gram minyak nabati dalam erlenmeyer 200 mL.
4. Memasang pendingin balik dan mendidihkan campuran selama 30 menit. 5. Mendinginkan hingga suhu ruang
6. Menambahkan 3 tetes indikator phenolphthaleinke dalam erlenmeyer. 7. Menitrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan standarHCl 0,5N. 8. Menghitung bilangan penyabunan dengan persamaan:
Bilangan Penyabunan=28,05x(titrasi blankoberat sampel−titrasi sampel)
(3)
(Sudarmadji, 1997) 4) Uji Derajat Keasaman (pH)
1. Menimbang 5 gram sampel sabun susu padat.
2. Melarutkan sampelsabun susu padat ke dalam 10 mL akuades. 3. Mencuci pH meter dengan akuades.
4. Memasukkan pH meter ke dalam larutan sabun. 5. Mencatat pH yang terbaca.
5) Uji Kadar Air
1. Memasukkan cawan porselin ke dalam oven bersuhu 105˚C selama 1 jam. 2. Mengeluarkan cawan porselin dan memasukkan ke dalam desikator. 3. Memasukkan 5 gram sampel sabun susu padat ke dalam cawan porselin,
4. Memasukkan sampel dalam cawan porselin ke dalam oven selama 1 jam suhu 105˚C.
5. Mengeluarkan sampel dari oven, memasukkan ke dalam desikator, menimbang sampel (W2).
6. Mengulangi langkah 4-5 hingga nilai W2 konstan.
7. Menghitung kadar air sampel sabun susu padat dengan persamaan:
Kadar air=W1W−W2
1 X100 % (4)
6) Uji Alkali Bebas
1. Memasukkan 5 gram sampel sabun susu padat dalam erlenmeyer. 2. Menambahkan 15 mL alcohol 96%.
3. Memanaskan campuran hinggalarut.
4. Menambahkan 10 mL BaCl 20% dan 3 tetes indikator phenolphthalein.
5. Menitrasi dengan H2SO4 1N hingga warna merah jambu hilang. 6. Menghitung alkali bebas dengan persamaan:
Alkali bebas(%)=V HBerat sampel2SO4x3,1 (5)
(SNI, 1994)
7) Uji Stabilitas Busa
1. Menimbang 1 gram sampel sabun susu padat dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 9 mL akuades.
3. Mengocok larutan sabun selama 30 detik dengan menggunakan vortex.
4. Mengukur ketinggian busa yang terbentuk (h0). 5. Mendiamkan larutan sabun selama 1 jam 6. Mengukur tinggi busa akhir (ht).
7. Menghitung stabilitas busa dengan persamaan:
Stabilitas busa(%)=tinggiakhir (h¿¿t) tinggi awal(h0)
x100 %¿
(Piyali, 1999)
8) Uji Penerimaan Produk oleh Calon Konsumen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Penentuan Metode Pembuatan Sabun Susu Padat
Metode pembuatan sabun susu padat secara rumahan (home made) dari susu sapi segar dalam Tugas Akhir ini dilakukan menggunakan proses dingin (cold process) dan proses panas (hot process). Hasil percobaan dengan kedua proses tersebut disajikan dalam Gambar IV.1.
(A)
(B)
Gambar IV.1 Penampakan Hasil Sabun Susu Padat dengan Proses Dingin (A) dengan Proses Panas (Hot Process) (B)
produk sabun dari kedua metode tersebut tidak menunjukkan perbedaan. Akan tetapi secara visual dan estetika, sabun yang dihasilkan dengan proses dingin memberikan penampakan yang lebih bisa diterima oleh calon konsumen. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam proses produksi sabun susu padat selanjutnya adalah proses dingin. Kelemahan metode proses dingin terkait dengan waktu curing yang lama akan diantisipasi dengan optimasi formula bahan baku sehingga basa yang digunakan tidak memberikan kadar alkali bebas yang tinggi.
IV.2 Karakterisasi Minyak Nabati
Karakterisasi minyak nabati yang digunakan dalam pembuatan sabun susu padat dilakukan dengan mencampurkan larutan susu - NaOH dengan minyak nabati menggunakan proses dingin. Minyak nabati yang dicobakan adalah minyak zaitun, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan campuran ketiga minyak nabati tersebut. Sabun yang dihasilkan dilihat dari bentuk fisiknya yaitu warna, tekstur dan daya busa. Hasil Tugas Akhir mengenai formulasi minyak nabati dalam pembuatan sabun dapat dilihat pada Tabel IV.1.
Tabel IV.1 Pengaruh Formulasi Minyak Nabati terhadap Penampakan Fisik
Sabun Padat
Sampel Jenis minyak Warna Tektur Daya busa
A Minyak zaitun Kekuningan Lunak Busa
sedikit
B Minyak kelapa Putih Sedikit keras Busa
banyak
C Minyak kelapa sawit Kecoklatan Sangat keras sedikitBusa
(A) (B)
(C) (D)
Gambar IV.2 Penampakan Hasil Sabun dengan Minyak Kelapa Sawit (A), Minyak Kelapa dan Campuran Minyak Zaitun, Minyak Kelapa, dan Minyak
Kelapa Sawit(B)
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, minyak nabati yang digunakan adalah campuran minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit. Minyak zaitun menghasilkan sabun yang lembut di kulit namun daya busa sedikit, minyak kelapa menghasilkan sabun yang keras dan busa yang banyak, dan minyak kelapa sawit menghasilkan sabun yang sangat padat/keras namun busa sedikit.
Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan alkali. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun padat berasal dari tiga minyak yaitu minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit. Uji yang digunakan terhadap minyak yang digunakan sebagai sumber asam lemak dalam pembuatan sabun padat adalah bilangan penyabunan. Hasil pengujian bilangan penyabunan dari minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit disajikan pada Tabel IV.2
Tabel IV.2 Hasil Uji Bilangan Penyabunan
Bahan Hasil Uji Bilangan
Penyabunan
Literatur
Minyak Zaitun 186,74 184-196a
Minyak Kelapa 256,47 250-264b
Minyak Kelapa Sawit 201,68 196-206c
a = BPOM,2016 b= Ketaren,1986 c= Ketaren,1986
Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari bebat minyak yang diuji, berdasarkan hasil uji diperoleh bahwa bilangan penyabunan tertinggi dimiliki oleh minyak kelapa. Hal ini disebabkan karena asam lemak dominan dalam minyak kelapa yaitu asam laurat memiliki bobot molekul paling kecil jika dibandingkan dengan asam lemak dominan dalam minyak kelapa sawit, dan minyak zaitun. Sama halnya dengan bilangan penyabunan minyak kelapa sawit yang lebih tinggi dari minyak zaitun karena bobot molekul asam palmitat lebih kecil daripada bobot molekul asam oleat. Dalam pembuatan sabun padat bilangan penyabunan digunakan untuk menghitung jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan seluruh minyak yang digunakan secara sempurna.
Pembuatan sabun dilakukan dengan metode eksperimental dengan variabel yang dirubah adalah jumlah susu yang ditambahkan. Formula pembuatan sabun dengan perbedaan jumlah susudapat dilihat pada Tabel IV.3 dan pengaruh formulasi tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.4.
Tabel IV.3 Formulasi Pembuatan Sabun Padat dari SusuSapi
Bahan P1 Perlakuan (%berat)P2 P3
Susu sapi 14 25 33
NaOH 15 14 12
Minyak kelapa 28 25 22
Minyak kelapa sawit 28 25 22
Minyak zaitun 14 12 11
Tabel IV.4 Pengaruh Formula Pembuatan Sabun Padat dari Susu Sapi
Sampel tMixing (menit) Pencetakan Kekerasan
Perlakuan 1 (P1) 3 Sulit +++
Perlakuan 2 (P2) 5 Agak sulit ++
Perlakuan 3 (P3) 8 Mudah +
IV.5 Hasil Uji Sabun Padat
Sabun susu padat yang dihasilkan diuji laboratorium dan uji penerimaan produk sabun susu oleh calon konsumen. Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui mutu sabun meliputi uji derajat keasaman (pH), kadar air, alkali bebas dan stabilitas busa.Sedangkan uji penerimaan produk oleh calon konsumen dilkukan dengan membandingkan produk sabun hasil optimasi formula terhadap2 sabun susu komersial. 2 sabun komersial yang digunakan adalah Leivy yang disimbolkan dengan K1, dan Vienna dengan K2. Berikut hasil dan pembahasan dari uji yang dilakukan:
Nilai pH yang diperoleh sabun padat dengan P1, P2, P3, K1 dan K2 secara berturut-turut adalah 11,85; 11,19; 10,8; 10,26; dan 9,98. Hasil pengukuran terhadap pH sabun yang telah dibuat menunjukkan bahwa produk sabun susu memiliki pH basa, hal ini dikarenakan bahan dasar penyusun sabun padat yang dihasilkan adalah NaOH yang bersifat basa. Grafik hasil nilai pH pada sabun susu dapat dilihat pada Gambar IV.6.
P1 P2 P3 K1 K2
Gambar IV.7 Nilai pH dari Sampel Sabun Susu
Sampel Sabun Susu
pH
2) Uji Kadar Air
P1 P2 P3 K1 K2
Gambar IV.8 Nilai Kadar Air dalam Sampel Sabun Susu
P1 P2 P3 K1 K2
Gambar IV.7 Nilai Alkali Bebas daalam Sampel Sabun Susu
Sampel Sabun Susu
Berdasarkan grafik diatas, P3 dilakukan ujikembali dengan variabel yang diamati adalah pengaruh lama waktu curing terhadap nilai alkali bebas. Hasil dari pengamatan tersebut dapat dilihat pada Gambar IV.8.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Gambar IV.9 Pengaruh Lama Waktu Curing terhadap Nilai Alkali Bebas
Berdasarkan Gambar IV.8 dapat ditarikkesimpulan bahwa semakin lama waktu curing nilai alkali bebas akan turun. Nilai alkali bebas dalam 26 hari curing
sebesar 0,50%. Nilai tersebutbelum memenuhi SNI yaitu 0,1%, sehingga diperlukan waktu curing yang lebih lama.
4) Uji Tambahan Uji Stabilitas Busa
Stabilitas busa diukur untuk mengetahui persentase busa yang bertahan pada selang waktu tertentu. Uji ini dilakukan untuk membandingkan sampel dengan sabun komersial. Grafik hasil uji stabilitas busa dapat dilihat pada Gambar IV.4.
Gambar IV.8 Nilai Kadar Air dalam Sampel Sabun Susu
Sampel Sabun Susu
Uji Penerimaan Produk oleh Calon Konsumen
yang dilakukan meliputi aroma, daya busa, dan tekstur dalam penggunaan. Total koresponden pada uji ini sebanyak 22 orang. Hasil uji penerimaan calon konsumen dapat dilihat pada Tabel IV.5.
5) Rangkuman Hasi Uji Produk Sabun Padat Susu dan Sabun Komersial Berdasarkan serangkaian pengujian yang telah dilakukan hasil-hasil tersebut disajikan dalam Tabel VI..
Tabel IV. Rangkuman Hasil Pengujian Terhadap Sabun Susu
Sampel Merk Susu Harga Sabun padat susu hasil percobaan
P1
Sapi 11,85 0,36 1,55% 0,36
P2 11,19 0,52 1,36% 0,52
P3 10,8 0,77 1,24% 0,77
Sabun padat susu komersial
K1 Leivy Kambing 9500 10,26 0,51 0 0,51
BAB V
PENUTUP V.I Kesimpulan
1. Metode yang tepat dalam proses pembuatan sabun susu padatdari susu sapi segar adalah proses dingin (cold process).
2. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh bilangan penyabunan dan karakteritik minyak nabati disajikan pada Tabel V.1.
Tabel V.1 Karakterisasi Minyak Nabati Minyak Nabati Karakter Minyak
terhadap Sabun
Bilangan Penyabunan
Minyak zaitun Melembutan di kulit,
dan terasa lembab 186,74
Minyak kelapa Menghasilka banyak
busa 256,47
Minyak kelapa sawit Sabun mejadi
padat/keras 201,68
3. Hasil uji laboratorium yang telah dilakukan terhadap sabun susu yang dihasilkan dan sabun susu komersial disajikan dalam Tabel V.2.
Tabel V.2 Hasil Uji Laboratorium
Stabilitas Busa (%) Kadar Air pH Alkalibebas Harga(Rp)
1. Perlu dilakukan Tugas Akhir lebih lanjut mengenai penambahan antiseptik ke dalam sabun susu.
2. Perlu dilakukan Tugas Akhir lebih lanjut mengenai cara mengurangi waktu
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI). Sabun Mandi Padat. 1994. SNI.
Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI). Susu Segar. 2011. SNI.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD). 2017. http:// bpmpd.ntbprov.go.id/index.php/2017/04/04/faktor-peningkat-kualitas-susu-sapi/. Diakses pada 26 Mei 2018.
Barel, A. O., Paye, M., dan Maibach, H.I. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology. 3rd ed.New york: Informa Healthcare USA, Inc.
Bylund G. 1995. Dairy Processing Handbook,1st ed. Lund(SE): Tetra Pal Processing Systems AB.
Cavitch, S. M. 2001. Choosing Yours Oil, Oil Properties of Fatty Acid.
Dana. 2016. Cara Membuat Sabun Mandi Sederhana.
https://banaransoap.com/cara-membuat-sabun-mandi-sendiri/. Diakses pada 27 Mei 2018.
Husnawati.2002. Penerapan Pengendalian Mutu pada Susu UHT di PT Prima Japfa Jaya. Bogor:Institut Pertanian Bogor.
Karleskind, A. 1992. Manual des Crops Gras. AFCEG Paris; Londres.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Martin, A, J. Swarbick, dan Cammantara. 1993. Buku Farmasi Fisik. Edisi ketiga. Jilid 2 Terjemahan. Jakarta: UI Press.
Maheswari, R.R.A., dan Ronny, R. N. 2008. Perbandingan Kandungan Nutrisi ASI, Susu Sapi, dan Susu Kambing. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Patterson, H. B. W.1992. Bleaching and Purifying Fats and Oils. Illinois:AOCS Press.
Piyali, G., R R. G. Bhirud dan V V. Kumar. 1999. Detergency and Foam Studies on Linear Alkylbenzene Sulfonate and Secondary Alkyl Sulfonate, Journal of Surfactants and Detergent.
Rahman, A. S. Fardian,W. P. Rahayu, Suliantari dan C.C. Nurwitiri. 1992.
Teknologi Fermentasi Susu. Bogor: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E.. 2009.Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6 th ed. USA: Pharmmaceutical Press.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan:Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Spitz, L. 1996. Bar Soap Finishing. AOCS Press, Illinois.
Sudarmadji, S. Haryono, dan B. Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk BahanMakanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta. Swern, D. 1976. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Volume I. Fourth
Edition. New York: John Wiley&Son.
Widya, Asri. Rahayu, Anisa Yanthy. Zain, Sudaryanto. 2017. Pembuatan Sabun Cair Berbasis Virgin Coconut Oil (VCO) dengan Penambahan Minyak Melati (Jasminum sambac) sebagai Essential Oil. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Widiyanti Y. 2009. Kajian Pengaruh Jenis Minyak Terhadap Mutu Sabun Transparan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN1
HASIL UJI DAN PERHITUNGAN
Dalam pembuatan produk sabun susu sapi padat untuk mendapatkan hasil sabun yang padat dan sesuai Standar Nasional Indonesia, maka dilakukan bebrapa tahapan yang terdiri:
A. Penentuan Bilangan Penyabunan minyak
Angka Penyabunan=28,05x(titrasi blankoberat sampel−titrasi sampel)
Tabel Lampiran I.1 Penentuan Bilangan Penyabunan Minyak
No Sampel Berat kelapa, minyak sawit didapatkan jumlah NaOH yang dibutuhkan yaitu:
Kebutuhan NaOH = berat minyak x bilangan penyabunan1000
= (100x186,74)+(2001000x256,47)+(200x201,68)
A. Uji Derajat keasaman (pH)
Tabel Lampiran I.2 Hasil Uji Derajat Keasaman (pH)
Sampel pH
Tabel Lampiran I.3 Hasil Uji Kadar Air
Sampel W1 (gram) W2 (gram) Kadar Air (%)
C. Uji Alkali Bebas
Tabel Lampiran I.2 Hasil Uji Alkali Bebas
Sampel Berat
sampel
V Kadar Alkali Bebas (%)
P1 5,007 2,5 1,55%
P2 5,012 2,2 1,36%
P3 5,001 2 1,24%
K2 5,002 0 (tidak terjadi perubahan ketika
penambahan PP)
K1 5,006 0
Perhitungan:
Hasil alkali bebas P3 dengan perbandingan lama waktu curing:
Tabel Lampiran I.2 Nilai Alkali Bebas selama Curing 26 Hari
Hari Berat (gram) V H2SO4(mL) Alkali Bebas (%)
LAMPIRAN III
ANALISIS EKONOMI
Basis perhitungan ekonomi
a. Basis waktu produksi = 1 hari produksi b. Waktu produksi = 26 hari dalam 1 bulan c. Kapasitas produksi = 100 sabun susu/hari
1. Biaya modal (Capital Investment)
Tabel Lampiran III.1 Biaya Modal Tetap (Fixed Capital Investment / FCI)
No Nama Alat Kebutuhan Harga tiap
satuan (Rp)
Harga alat (Rp)
1 Timbangan digital 1 150.000 150.000
2 Wadah plastik 2 15.000 30.000
3 Mixer 1 150.000 150.000
4 Baskom 2 20.000 40.000
5 Pengaduk kaca 2 8.000 16.000
6 Termometer digital 1 50.000 50.000
7 Sendok 2 2.000 4.000
8 Solet 1 8.000 8.000
9 Cetakan 100 600 60.000
10 Gelas ukur plastik 1 10.000 10.000
Total 548.000
2. Biaya Produksi (Production Cost) untuk 100 sabun susu a. Biaya bahan baku
Tabel Lampiran III.2 Daftar Biaya Bahan Baku
No. Bahan baku Jumlah
bahan Harga (Rp) Biaya (Rp)
2 Minyak kelapa 2000 gram 40.000/L 86.206,90
3 Minyak sawit 2000 gram 11.000/L 25.973,03
4 Minyak zaitun 1000 gram 70.000/500 ml 153.846,15
5 NaOH 1100 gram 25.000/kg 27.500
6 Fragrance 50 ml 1000/ml 50.000 Total 372.709,96
b. Biaya pengemasan
Tabel Lampiran III.3 Daftar Biaya Bahan Pengemasan
No Jenis Harga (Rp) Kebutuhan tiap
produksi
Biaya (Rp)
1 Plastik 35000 1 35.000
2 Stiker produk 400 100 40.000
Total 75.000
c. Utilitas
Tabel Lampiran III.4 Daftar Biaya Utilitas Jenis (Listrik) Harga (Rp) Pemakaia
n (jam) Waktu pekerjaan = 8 jam Jumlah pekerja = 2 orang
Gaji = 2 orang x 8 jam x Rp 8.750 = Rp 140.000
Total direct cost = Biaya bahan baku + pengemasan + utilitas + Tenaga kerja = 372.709,96 + 750.000+ 1.760,74 + 140.000
= 589.470,69/hari
Total biaya Direct Manufacturing Cost (DMC) = Rp 589.470,69/hari
3. Fixed Manufacturing Cost
Depresiasi = original valueservice value−salvage value
Depresiasi alat =
Alat Harga (Rp) Salvage value (Rp)
Timbangan digital 150.000 135.000
Mixer 150.000 135.000
Total 300.000 270.000
Depresiasi alat =Rp300.0005tahun−Rp270.000
= Rp 6.000/tahun = Rp 16,44/hari
Total biaya Fixed Manufacturing Cost (FMC) = Rp 16,44/hari Total biaya Manufacturing Cost (MC) = DMC + FMC
=Rp 589.470,69+ Rp 16,44 = Rp 589.487,13/ hari = Rp 15.326.665,38/ bulan = Rp 183.919.984,6 / tahun
Biaya produksi spesifik = total manufacturing costkapasitas produksi
=589.487,13100
= Rp 5.894,87
Berdasarkan biaya produksi spesifik, ditentukan harga jual sabun sebesar Rp 6.500,00/ kemasan (110,27%).
4. Keuntungan (Profit)
Profit = (Harga jual x jumlah produk) – (Total production cost +
Pajak pendapatan = 10% x keuntungan
= 10% x Rp. 60.512,87/hari = Rp 6.051,29/hari
Profit = Keuntungan sebelum pajak– pajak pendapatan = Rp 60.512,87– Rp 6.051,29
= Rp 54.461,58/ hari = Rp 1.416.001,16/ bulan = Rp 16.992.013,87/ tahun
5. %ROI (Return On Invesment) a. %ROI sebelum pajak
% ROI =keuntungan pertahuninvestment x100%
=18.880.015,41548.000 x100%
= 34,45% b. %ROI sesudah pajak
% ROI =keuntungan pertahuninvestment x100%
=16.992.013,87548.000 x100%
= 31,01%
6. POT (Pay Out Time)
a. POT sebelum pajak
=18.880.015,41548.000+6.000
= 0,029 tahun = 10,6 hari b. POT sesudah pajak
POT =keuntunganinvestment+depresiasi
=11.577.508,9958.000+6.000
= 0,047 tahun = 11,8 hari
7. BEP (Break Even Point)
BEP= FC+(0,3SVC)
S−(0,7SVC)−VC x100 %
= 16,44+(0,3x140.000)
LAMPIRAN III
GAMBAR PERCOBAAN DAN UJI
Pembuatan Sabun
1. Persiapan bahan baku
2. Proses pencampuran NaOH ke dalam susu sapi
3. Pencampuran minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit
4. Proses pencampuran larutan susu-NaOH ke dalam minyak
6. Proses Pencetakan 7. Proses Pengemasan
UjiLaboratorium Sabun Susu 1. Uji Stabilitas Busa
1. Siapkan sampel sebanyak 1 gram
3. Kocok sampel selama 30 detik dengan vortex
4. Ukur tinggi busa
2. Uji pH
2. Tambahkan 9 mL akuades ke dalam sampel
3. Ukur pH menggunakan pH meter
3. Uji Alkali Bebas
1. Siapkan sampel 5 gram 2. Tambahkan 10 mL alkohol 96% , lalu aduk sampai larut
3. Tambahkan 1 mL BaCl2 20% 1 mL dan indikator phenolptalein
5. Titrasi dengan H2SO4 1 N hingga warna merah jambu hilang