MATERI
PELATIHAN PERAWATAN JENAZAH
MASJID AL MANAAR KALANGAN
22 Oktober 2017
Bersama YAYASAN BUNGA SELASIH YOGYAKARTA
A. MEMANDIKAN JENAZAH
1. Hukum Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah (mayit) merupakan fardhu kifayah atas orang-orang yang masih hidup. Adapun yang wajib dimandikan adalah jenazah muslim yang bukan karena mati syahid. Maksud dari orang yang mati syahid disini adalah orang yang mati karena dalam pertempuran fi sabilillah melawan kaum kafir. 2. Orang yang Mati Syahid
Orang yang mati syahid tidak dimandikan, sebagaiman asabda Rasulullah SAW tentang orang-orang yang gugur dalam perang
Uhud. “Jangan kamu mandikan mereka, karena sesungguhnya
setiap luka dan darah akan semerbak bau kasturi pada hari
kiamat, dan tidak usah mereka dishalati.” (HR. Ahmad)
3. Macam-macam Orang yang Mati Syahid
3.1. Orang yang mati karena pertempuran fi sabilillah melawan kaum kafir.
3.2. Orang yang mati di jalan Allah yang tidak terbunuh di dalam pertempuran melawan orang kafir.
3.3. Orang yang mati karena wabah. 3.4. Orang yang mati karena sakit perut.
3.5. Orang yang mati karena tenggelam. 3.6. Orang yang mati karena penyakit dalam. 3.7. Orang yang mati karena terbakar.
3.8. Orang yang mati karena tertimpa reruntuhan. 3.9. Orang yang mati karena melahirkan.
3.10. Orang yang mati karena membela hartanya. 3.11. Orang yang mati karena membela diri.
3.12. Orang yang mati karena membela keluarganya.
Keterangan: Untuk No. 3.1 tidak dimandikan dan tidak dishalati. Sedangkan No. 3.2 s/d 3.12 semuanya dimandikan dan di shalati.
4. Orang yang Memandikan Jenazah
Sebaiknya orang yang memandikan jenazah adalah keluarga terdekat dari si jenazah, kalau dia tahu cara memandikannya. Apabila mayit itu laki-laki seharusnya yang memandikan juga laki-laki. Apabila jenazah itu pereempuan maka yang memandikan adalah perempuan, kecuali suami. Suami boleh memandikan istrinya dan begitu sebaliknya. Terkecuali apabila yang meninggal (jenazah) anak kecil, maka dalam hal ini boleh dimandikan oleh orang yang berlainan jenis kelamin.
5. Cara Memandikan Jenazah
a. Hendaknya jenazah itu diletakkan di tempat yang tinggi sehingga memudahkan mengalirnya air yang telah disiramkan ke tubuh jenazah.
b. Melepaskan pakaian jenazah, lalu tubuh jenazah ditutupi dengan kain supaya tidak terlihat auratnya walaupun oleh orang yang memandikannya. Kecuali anak kecil maka tidak perlu di tutupi.
c. Memulai membasuh anggota badan jenazah sebelah kanan dan anggota wudhu. Hadits Nabi: “Sewaktu kami memandikan puteri Nabi Saw, beliau bersabda: Mulailah dengan anggota sebelah kanannya dan tempat-tempat
anggota wudhu dari padanya.” (HR. Jama‟ah dari Ummi
Athiyyah).
d. Orang yang memandikan sebaiknya memakai kain (washlap) untuk melapis tangannya buat menggosok badan si jenazah, terutama waktu menggosok bagian auratnya.
e. Membasuh rata seluruh tubuh tiga kali, lima kali, atau lebih asal ganjil, diantaranya dicampur dengan daun bidara atau lainnya, yang terakhir dicampur dengan kapur barus.
f. Mengurut perut jenazah dengan pelan-pelan agar kotoran yang ada dalam perut bisa keluar. Kecuali kalau jenazah itu perempuan yang sedang hamil dan janinnya sudah dalam perut Ibunya.
g. Setelah selesai dimandikan maka tubuh jenazah itu dikeringkan, misalnya dengan handuk.
h. Untuk perempuan setelah dimandikan dan dikeringkan, kemudian rambutnya di kelabang menjadi tiga, yaitu
sebelah kiri, kanan, dan ubun-ubun, lalu ketiganya dilepas ke belakang.
6. Mewudlukan Jenazah
Ada sebagian orang yang mewudlukan jenazah baik sebelum atau sesudah dimandikan. Padahal kalau kita teliti hadits dari Rasulullah Saw tidak ada satu hadiots pun yang menerangkan bahwa jenazah itu harus diwudhukan. Sedangkan hadits Ummu Athiyah sebagaimana dijelaskan di atas hanya memerintahkan supaya dalam memandikan jenazah itu didahulukan menyiram anggota badan sebelah kanan dan anggota wudhu. Jadi tidak mewudlukannya, apabila mewudlukan sesudah dimandikan. 7. Mentayamumkan Jenazah
Jenazah ditayamumkan sebagai ganti dari memandikannya apabila:
a. Tidak ada air.
b. Jasad si jenazah dikhawatirkan rusak apabila dimandikan dengan air. Hal ini dianalogikan dengan orang hidup yang sakit manakala ia mandi.
c. Jenazah perempuan tidak mempunyai suami dan tidak ada wanita lain, atau sebaliknya apabila jenazah laki-laki tidak punya isteri dan tidak ada laki-laki lain.
8. Keharusan dan Anjuran bagi Orang yang telah Memandikan Jenazah
a. Orang yang memandikan jenazah hendaknya jangan membuka rahasia si mayit yang dapat merugikan.
“Barangsiapa memandikan mayit, lalu dia melakukan tugas
dia keluar dari dosa-dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh
ibunya”. Dan sabda beliau: “Hendaknya mengerjakannya
orang yang terdekat dengan mayit kalau dia tahu caranya. Kalau dia tidak mengetahui maka orang yang kamu lihat
mempunyai ketaqwaan dan amanah.” (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah dari „Aisyah).
b. Dianjurkan bagi orang yang telah memandikan jenazah
supaya mandi. Sabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa telah
memandikan mayit hendaknya dia mandi, dan barangsiapa
mengangkatnya hendaknya dia berwudlu.”
(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Shabar dari Abi Hurairah).
B. MEMANDIKAN JENAZAH
1. Alat-alat yang perlu disediakan dalam memandikan Jenazah, antara lain:
a. Tempat tidur yang tinggi 90 cm , lebar 90 cm dan panjang 2 m, untuk tempat meletakkan jenazah.
b. Air suci dan yang mensucikan (secukupnya).
c. Tempat air seperti ember atau lainnya sebanyak 6-8 buah, beserta gayung. Jika memakai selang yang disambungkan dengan kran air juga bisa.
d. Bangku atau dingklik untuk menempatkan ember berisi air (jika tidak memakai selang yang disambungkan dengan kran air)
e. Tabir, untuk menutup tempat memandikan agar tidak terlihat dari luar.
f. Gunting
g. Sarung tangan dari karet untuk dipakai pada waktu memandikan agar tangan kita bersih dan terhindar dari penyakit menular.
h. Sabun Mandi
i. Sampo untuk membersihkan rambut j. Kapur barus yang telah dihaluskan
k. Tangkai padi/tusuk gigi untuk membersihkan kuku
l. Kapas untuk membersihkan bagian tubuh yang halus seperti: mata, hidung, telinga dan bibir.
m.Handuk yang bersih, sediakan 3 atau 4 helai untuk mengeringkan tubuh
n. Kain (jarik) sediakan 3 atau 4 helai untuk menutup aurat jenazah pada waktu dimandikan, dan yang lain digunkana untuk menutup badan jenazah apabila telah selesai dikeringkan.
2. Pelaksanaan Memandikan Jenazah
a. Mandikanlah jenazah di tempat yang terbatas dan tertutup. b. Bujurkan jenazah di tempat tidur, diutamakan menghadap
kiblat dengan kepala sebelah timur, kalau tempatnya tidak memungkinkan, bujurkan jenazah itu ke utara – selatan dan kepala sebelah utara.
c. Lepaskanlah seluruh pakaian-pakaian yang menutup jenazah, serta lepaskan pengikat dagu, pergelangan tangan dan pengikat kaki.
d. Tutuplah aurat jenazah dengan kain.
f. Memulai menyiram anggota wudlu secara urut/tertib dan rata hingga tiga kali serta memulainya dari anggota sebelah kanan.
g. Menyiram seluruh tubuh badan hingga rata dan dimulai sebelah kanan badan.
h. Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
i. Bersihkan kotoran, najis dengan didudukkan dan mengurut bagian perutnya hingga kotoran keluar.
j. Miringkan jenazah ke sebelah kiri, bersihkan dengan air dan sabun anggota badan bagian kanan dan bagian belakang, kemudian miringkan ke sebelah kanan dan bersihkan anggota badan sebelah kiri dan bagian belakang sehingga bersih.
k. Menyiram berulang-ulang hingga rata dan bersih,kalau mungkin dengan jumlah ganjil misalnya: 5, 7, 9 dan seterusnya.
l. Bersihkan rongga mulut, lubang hidung, lubang telinga, dsb. m.Bersihkan kuku-kuku jari tangan dan kaki dengan tangkai
padi atau tusuk jari.
n. Siramlah dengan larutan kapur barus.
o. Keringkan seluruh tubuhnya dengan handuk hingga kering.
Catatan: Pada waktu menyiram air pada wajah, tutuplah lubang mata, lubang hidung, lubang mulut dan telinga, agar tidak kemasukan air. Khusus jenazah wanita, rambutnya diikatkan menjadi tiga pintalan/kepangan.
C. MENGKAFANI JENAZAH
1. Hukum Mengkafani Jenazah
Sebagaimana hukum memandikan jenazah, maka
mengkafaninya juga termasuk fardhu kifayah. Adapun cara mengkafani jenazah adalah dengan cara memberi minimal satu lapis kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya. Rasulullah Saw menjelaskan:
“Sesungguhnya Mush’ab bin Umar terbunuh pada perang Uhud,
sedangkan ia tidak meninggalkan apa-apa selain selembar daster. Maka apabila kami menutupkannya pada kepalanya, tampaklah kedua kakinya, sedang apabila kami menutup kedua kakinya tampaklah kepalanya. Kemudian Rasulullah Saw menyuruh kami supaya menutupkannya pada kepalanya dan
menaruh diatas kedua kakinya sedikit rumput idzkhir.” (HR. Jama‟ah selain Ibnu Majah dari Khabbab bin Arats).
Dari Hadits tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengkafani jenazah itu cukup dengan satu lembar kain yang dapat menutup seluruh anggota badannya.
Akan tetapi jika dan ingin lebih baik adalah sebagai berikut: a. Hendaklah jenazah itu dikafani dengan baik. Artinya adalah
jenazah itu dikafani dengan cara yang baik, yang suci, bersih dan tidak berlebih-lebihan.
b. Hendaknya kain kafan itu berwarna putih.
d. Lulurlah jenazah dengan wangi-wangian, misalnya cendana dan kapur barus. Cara melulurinya ditaburkan diatas kapas, kemudian diletakkan di ruas sendi tubuh.
2. Mensedekapkan Jenazah
Sebagian orang ada yang mensedekapkan jenazah, artinya kedua tangannya diletakkan
diatas dadanya, yang kanan diatas tangan kiri sebagaimana orang yang sedang shalat, kemudian baru dibungkus dengan kafan. Tentang menyedekapkan jenazah hal tersebut tidak ada ketentuan dari Rasulullah Saw yang menerangkannya.
3. Biaya Kain Kafan
Biaya mengkafani jenazah dan juga biaya untuk
menguburkannya diambilkan dari harta orang yang meninggal.
4. Praktek Mengkafani Jenazah
Alat-alat yang perlu disediakan dalam menyiapkan kain kafan: a. Kain Kafan kurang lebih 12 m.
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus yang telah dihaluskan. d. Kayu cendana yang telah dihaluskan. e. Sisir untuk menyisir rambut.
f. Tempat tidur atau alas lainnya untuk membentangkan kain kafan
5. Cara Membuat Kain Kafan dan Kapas
a. Cara Membuat Kain Kafan, gunting/potonglah kain tersebut menjadi:
1) Kain kafan sebanyak 3 helai ukuran panjangnya adalah sepanjang atau setinggi badan jenazah ditambah 50 cm. 2) Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai, lebar tali 5-7 cm. Tali
tersebut 7 helai untuk tali kain kafan, dan 1 helai untuk cawat.
3) Cawat. Guntinglah kain sepanjang 50 cm
4) Sorban/Kerudung. Guntinglah sepanjang 90 cm, kemudian lipatlah antara sudut sehingga membentuk segitiga.
5) Sarung. Guntinglah kain sepanjang 125 cm.
6) Baju. Guntinglah kain sepanjang 125 cm, dengan cara kain dilipat menjadi dua bagian yang sama membentuk segi empat, lalu gunting bagian tengan berbentuk segitiga, buka kain yang lapisan luar lalu di belah, sehingga membentuk sehelai baju.
b. Cara Membuat/Mempersiapkan Kapas
1) Penutup wajah berbentuk bujur sangkar 30 cm sebanyak 1 helai.
2) Bagian penutup persendian anggota badan berbentuk bujur sangkar dengan sisi 10 cm sebanyak 29 helai dan ditabur cendana serta kapur barus yang dihaluskan.
3) Bagian cawat sepanjang 50 cm sebanyak 1 helai.
4) Penutup lubang hidung dan telinga dibentuk bulat sebanyak 4 buah.
6. Cara Membuat Kain Kafan dan Kapas
bawah dagu, bawah tangan yang telah disedekapkan,bagian pantat, lutut, betis dan bawah telapak kaki.
b. Bentangkan kain kafan tersebut dengan susunan antara lapis pertama dengan lapis lainnya tidak tertumpuk sejajar, tetapi tumpangkan sebagian saja.
c. Taburkan pada kain kafan tersebut kapur barus yang telah dihaluskan.
d. Letakkan kain surban/kerudung yang berbentuk segi tiga dengan bagian alas di sebelah atas. Diperkirakan surban tersebut pada kepala jenazah.
e. Bentangkan kain baju yang telah disiapkan, lubang yang berbentuk belah ketupat adalah untuk leher jenazah. Bagian sisi yang telah digunting dihamparkan ke atas.
f. Bentangkan kain sarung di tengah kain kafan. Diperkirakan letak pantat jenazah.
g. Bujurkan cawat yang telah disediakan di bagian tengah untuk menutup qubul dan dubur jenazah.
7. Pelaksanaan Mengkafani Jenazah
Letakkan jenazah membujur diatas kain kafan dalam tempat tertutup dan terselubung kain.
a. Sisirlah rambut jenazah tersebut. b. Pasang cawat yang telah disediakan.
c. Tutuplah lubang hidung, lubang telinga dengan kapas yang berbentuk bulat.
d. Dekapkan kedua tangan jenazah.
e. Tutuplah dengan lembaran kapas sendi-sendi tubuh pada: 1) Sendi-jari kaki, kaki kanan dan kaki kiri
2) Mata kaki bagian dalam dan luar, baikkakikanan dan kiri 3) Lingkaran lutut,kaki kanan dan kiri
4) Sendi-sendi jari tangan kanan dan kiri 5) Sendi pergelangan tangan kanan dan kiri 6) Siku bagian dalam dan luar kanan dan kiri 7) Pangkalan lengan dan ketiak, kanan dan kiri 8) Leher bagian kanan dan kiri
9) Wajah si jenazah
f. Lipatkan kain sarung yang telah di sediakan g. Kenakan baju
h. Ikatkan surban/kerudung yang berbentuk segitiga dengan ikatan di bawah dagu
i. Lipatkan kain kafan melingkar ke seluruh tubuh jenazah, selapis demi selapis sambil ditarik pada ujung atas kepala dan ujung bawah telapak kaki.
j. Kemudian talikan dengan tali yang telah tersedia pada 1) Bagian atas kepala
2) Bagian bawah dagu
3) Bagian bawah tangan yang telah di dekapkan 4) Bagian pantat
5) Bagian lutut 6) Bagian betis
7) Bagian bawah telapak kaki.
Daftar Pustaka:
I.N. Mufti Abu Yazid. (2012). “Perawatan Jenazah Menurut Islam dan Medis”. Yogyakarta: Yayasan Bunga Selasih.
Mu‟inan Rafi. (2016). “Praktek Memandikan dan Mengkafani Jenazah”.
Niat Memandikan Mayit / Jenazah Laki-laki
NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAA-DZAL MAYYITI LILLAAHI TA'AALA
Artinya : Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena Allah Ta'ala
Niat Memandikan Jenazah / Mayit Perempuan
NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAADZIHIL MAYYITATI LILLAAHI TA'AALA
Artinya : Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini karena Allah Ta'ala
Do’a menjenguk mayat
A’ZHAMALLAHU AJRAKA WAAHSANA WA’AZAMAKA WAGHAFARA LIMAUTIKA
Do’a memejamkan mata mayat
BISMILLAHI WA’ALAMILLATI RASULILLAHI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
Doa mengkafani
ِمْيِرَكْلا ِنَع ُهَساَبِلاَذه ْلَعْجا َّمُهَّللا م.ص ِلله ِلْوُسَر ِةَّلِم َىلَعَو
َفَك َّنِاَو
ْثَم َةَّنَجْلا ِلَعْجاَو ِهِسْرَع ْيِف ُهُنا
ُهاَو
WA’ALA MILLATI RASUULILLAHI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM,
ALLAHUMMAJ’AL HAZA LIBASAHU ‘ANIL KARIM WAINNAKAFANUHU FI’ARSIHI WAJ’ALILJANNATA MASWAHU
Niat Menyalatkan Jenazah
Niat menyalatkan mayat laki-laki / perempuan dewasa
َضْرَف ٍتَرِبْكَت َعَبْرا )ِتَتِّيَمْلا( ِتِّيَمْلا)ِهِذَه(اَذَه ىَلَع ىِّلَصُا
َىلاَعَت ِلله ِةَياَفِكْلا
Niat menyalatkan mayat laki-laki / perempuan kecil
ٍتَرِبْكَت َعَبْرَا )ِةَلْفِط ِتَتِّيَمْلا( ِلْفِّطلا ِتِّيَمْلا)ِهِذَه(اَذَه ىَلَع ىِّلَصُا
َىلاَعَت ِلله ِةَياَفِكْلا َضْرَف
Takbir pertama : Membaca surat al-fatihah
Takbir ke-dua : Membaca shalawat
Takbir ke-tiga : Membaca do’a untuk si mayat
ُهَلُزُن ْمِرْكَاَو ُهْنَع ُفْعَو ِهِفاَعَو ُهْمَحْراَو ُهَلْرِفْغا َّمُهَّللا
اَياَطَخْلا َنِم ِهِّقَنَوٍدَرَبَو ٍجْلَّسَو ٍءاَمِب ُهْلِسْغاَو ُهَلَخْدَم ْعِّسَوَو
ْنِم اًرْيَخاًراَد ُهْلِدْبَاَو ِسَنَّدلا َنِم ُضَيْبَ ْلْا ُبْوَّسلا ىَّقَنُياَمَك
ِهِراَد
ِهِقَو ِهِجْوَز ْنِم اًرْيَخ اًجْوَزَو ِهِلْهَا ْنِم اًرْيَخ ًلاْهَاَو
ِراَّنلا َباَذَعوِرْبَقْلا َةَنْتِف
ALLAHUMMAGHFIRLAHU WARHAMHU WA’AFIHI WA’FU’ANHU WAAKRIM
WALBARADIN WANAQQIHI MINAL KHATHAYA KAMAYUNAQQASSAUBUL ABYADHU MINADDANAS WAABDILHU DARAN KHAIRAN MIN DARIHI WAAHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WAZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WAQIHI FITCNATAL QABRI WA’AŻABANAR.
Takbir ke-Empat : Membaca do’a untuk yang tinggal
ُهَرْجَااَنْمِرْحَتَلْ َّمُهَّللا
ُهَلَواَنَلْرِفْغاَو ُهَدْعَب اَّنِتْفَت َلَْو
اَنِبْوُلُق ْيِف ْلَعْجَتَلَْو ِناَمْيِ ْلِااِب َنْوُقَباَس َنْيِذَّلااَنِناَوْخِ ِلَِو
ٌمْيِحَّرٌفْوُؤَر َكَّنِااَنَّبَراْوُنَمَا َنْيِذَّلِّل َّلِغ
ALLAHUMMA LATAHRIMNA AJRAHU WALATAFTINNA BA’DAHU WAGHFIRLANA WALAHU WALI IKHWANINALLAŻINA SABAQUNA BIL IMAN WALA TAJ’AL FIQULUBINA GHILLALLILLAŻINA AMANU RABBANA INNAKA RAUFURRAHIM.
Doa saat memasukkan jenazah keliang kubur
بِسبِِ اللهِ وَبِلَىِ بنوةو واللهبِسبِِ ِِ
BISMILLAAHIبWAب‘ALAAبSUNNATIبRASULILLAAH.ب
artinya, “Dengan nama Allah dan di atas petunjuk Rasulullah”
[HR. Abu Dawud 3/314 dengan sanad yang shahih. Untuk Imam Ahmad
meriwayatkanبsebagaiبberikut:ب“Bismillaahبwaب‘alaaبmillatiبRasulillaah”,بsedangب
sanadnya shahih.]
Doa setelah jenazah dimakamkan
بوَبَِّ ُمِوابَِِرَةلوَبَِّولب َِم َبَِِرَةل
TATACARA PENGUBURAN JENAZAH
1. Sesampainya di tempat pemakaman, keranda diletakkan di selatan liang kubur dengan posisi kepala jenazah di utara dan kaki di selatan.
2. Ada 3 orang petugas yang turun lebih dahulu ke liang kubur untuk siap menerima jenazah dengan posisi menghadap ke kiblat. Seorang siap bertugas menerima pada bagian pundak dan kepala jenazah, seorang pada bagian tengahnya (punggung dan pantat), dan seorang pada bagian kaki.
3. Kain penutup keranda dibuka dan dibentangkan di atas liang kubur. kemudian beberapa orang mengangkat jenazah sambil membaca :
”
َِّاللَّ ِلْوُسَر ِةَّلِم ىَلَع َو ِ َّاللَّ ِمْسِب
”.Sementara itu keranda segera disingkirkan, agar tidak mengganggu dan merepotkan. Kemudian jenazah diturunkan secara hati-hati untuk dimasukkan dan diberikan kepada ketiga orang petugas yang sudah berada didalam liang kubur. Sunnah dimasukkan dari arah kaki jenazah (dari arah selatan / kakikubur). Jika kesulitan, boleh dari arah mana saja.
4. Ketiga orang petugas menerima jenazah dan menurunkannya ke dasar liang sambil membaca
”
َِّاللَّ ِلْوُسَر ِةَّلِم ىَلَع َو ِ َّاللَّ ِمْسِب
”Jenazah terus dibaringkan pada lambung kanannya, dengan posisi miring menghadap ke arah kiblat dan ditempelkan ke dinding kubur.
6. Di bagian belakang badan jenazah, mulai dari kepala kepala, pundak, punggung, sampai kaki sunnah disangga (diganjel, bhs. Jawa) dengan beberapa butir bantal tanah (gelu, bhs Jawa) berjumlah ganjil (3, 5 atau 7 butir), agar jenazah tetap dalam posisi miring menghadap ke kiblat dan tidak roboh / telentang.
Masing-masing Gelu atau bantalan tanah tersebut sebaiknya terlebih dahulu dibacakan surat Al-Qodar sekali atau 7 kali, kemudian baru dipakai untuk mengganjal. Hikmah pembacaan ini adalah agar mayit tidak disiksa atau akan diperingan siksanya dalam kubur.
7.Sebelum ditutup papan dan diuruk dengan tanah, sebagian ulama’ mensunnahkan untuk membacakan adzan dan iqomah. Kesunnahan ini diqiyaskan (disamakan) pada adzan dan iqomah sewaktu anak baru lahir.
8. Liang kubur ditutup dengan papan kayu atau penutup lainnya, agar tubuhnya tidak langsung tertimbun tanah. Setelah itu baru diuruk tanah sampai permukaan tanah dan sebaiknya ditinggikan lagi kira-kira sejengkal.
Pada saat pengurukan ini, orang-orang yang ada di pinggir liang kubur disunnahkan mengambil tanah dengan kedua tangannya sebanyak 3 genggam.
Genggaman pertama dibacakan :
”
ُهَتـَّجُح ِةَلَأسَمْلا َدْنِع ُهْنِّقَل َّمـُهَّللَأ
.ْمُكاَنـْقَلَخ اَهـْنِم
”
(Dari tanah ini, Kami menciptakan kalian. Ya Alloh, tuntunlah jawaban untuk dia sewaktu dia ditanya”, lalu dilemparkan kedalam liang.)
Genggaman kedua dibacakan :
”
ِهِحْوُرِل ِءاَمَّسلا َباَوْبَأ ْحَتْفا َّمـُهَّللَأ
.ْمُكُدْيِعُن اَه
ـْيِفَو
”
(Di dalam tanah ini Kami mengembalikan kalian. Ya Alloh, bukalah pintu-pintu langit untuk ruhnya”, lalu dilemparkan kedalam liang.)
Genggaman ketiga dibacakan :
”
ْنَع َضْرَ ْلْا ِفاَج َّمـُهَّللَأ
. ىَرْخُأ ًةَراَت ْمُكُجِر
ْخُن اَهـْنِم َو
ِهْيَبْنَج
”
(Dan dari tanah ini, Kami akan membangkitkan kalian, pada kesempatan yang lain. Ya Alloh, bentangkanlah bumi untuk kedua sisi badannya)”, lalu dilemparkan kedalam liang.