• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELANGGARAN HAM ORMAS NU PADA PERISTIWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELANGGARAN HAM ORMAS NU PADA PERISTIWA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PELANGGARAN HAM ORMAS NU PADA PERISTIWA 1965

Dosen Pengampu Dr. Marzuki, S.Ag, M,Ag

Disusun Oleh

M. Abdul Hadi (16112144027)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang bertema “HAM dalam Islam”.

Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi membantu saya terutama kepada bapak Dr. Marzuki, M, Ag, selaku dosen Pendidikan Agama Islam.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

(3)

3

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... 1 Kata Pengantar ... 2 Daftar Isi ... 3 BAB I PENDAHULUAN

A. Abstrak ... 4 B. Latar Belakang ... 4 BAB II PEMBAHASAN

A. HAM dalam Pandangan Islam ... 6 B. Pelanggaran HAM yang dilakukan NU terkait peristiwa 1965 ... 8 BAB V PENUTUP

(4)

4 BAB 1 ABSTRAK

Makalah mengkaji pelanggaran HAM yang pernah dilakukan oleh salah satu ormas

Islam terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama. Pelanggaran HAM ini terjadi dalam upaya

membantu pemerintah Orde Baru untuk menghabisi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI)

pasca kejadian G 30 S/PKI. Pemuda yang tergabung dalam kelompok sipil bersenjata seperti

Ansor dan Banser menganggap bahwa pembunuhna terhadap orang-orang komunis di Indonesia

pada masa itu merupakan perang suci yang didasari oleh misi keagamaan.

Adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh sebagian umat Islam ini tidak

menunjukkan bahwa ajaran Islam mendukung upaya-upaya kekerasan tersebut. Adanya

peristiwa kelam ini menggambarkan kepada kita bahwa banyak dari ajaran Islam masih

dipahami mentah-mentah oleh sebagian masyarakat. Hal ini sudah sepatutnya diambil pelajaran

agar tidak terulang lagi di masa yang akan datang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sepanjang rezim Orde Baru, banyak pelanggaran-pelanggaran HAM yang sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah. Media massa tak mempunyai kuasa untuk memberitakan berbagai kejahatan, kriminalitas, diskriminasi terhadap kelompok-kelompok kecil, pelenggaran-pelanggaran HAM yang diam-diam hingga terang-terangan dilakukan terhadap kaum minoritas oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab.

(5)

5

dipenjara, beberapa juga mempekerjakan mereka di penjara secara paksa (Ahmad, 2012, hal 176-180) atau memaksa wanita-wanita yang menjadi korban kekerasan itu menjadi “istri” mereka (Hearman, 2012, hal 129-130).

Salah satu hal yang disayangkan adalah keterlibatan ormas Nahdhatul Ulama (NU) pada upaya pembersihan terhadap anggota PKI tersebut. Pada masa itu, Nahdhatul Ulama (NU) adalah organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia. NU menggagas kelompok militer dari rakyat sipil yang dinamakan “Banser” dan “Ansor” yang memiliki tugas untuk membantu para militer untuk membersihkan “lingkungan yang tidak bersih” dengan menangkapi orang-orang yang terlibat dengan PKI dan antek-anteknya seperti BTI, Gerwani, dll. Mereka mendatangi rumah-rumah penduduk yang dicurigai terlibat dengan PKI dan membawa para korban untuk diadili secara paksa. Pemukulan, penjarahan, hingga pemerkosaan sempat terjadi selama upaya pembersihan tersebut. Agama yang seharusnya menjadi pedoman untuk berkasih sayang dan melarang perilaku keji dan amoral ikut ternodai karena perilaku tersebut.

Islam tidak memandang HAM seperti halnya HAM dalam pandangan Barat. Islam mempunyai perspektif seputar HAM yang sesuai dengan nilai-nilai Al-qur’an dan As-sunnah. Namun bukan berarti, Islam menghalalkan darah secara semena-mena. Islam tidak mengajarkan untuk menghakimi seseorang secara sembarangan. Islam melindungi hak milik dan properti. Islam mengutuk penjarahan dan pemerkosaan. Islam melarang keras perilaku pembunuhan. Oleh karena itu, peristiwa kelam pada tahun 1965 terhadap kaum PKI yang dituduhkan kepada anggota ormas NU adalah perilaku yang berseberangan dengan ajaran Islam.

(6)

6 BAB II PEMBAHASAN A. HAM dalam Islam

Islam memiliki konsep sendiri seputar HAM yang berbeda dengan konsep HAM yang dideklarasikan oleh PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Hak Asasi Manusia dalam Islam akan selalu meniti rambu-rambu Al-qur’an dan As-sunnah. Tidak seperti HAM dalam perspektif Barat. Misalnya, salah satu poin HAM yang ditawarkan PBB adalah Hak Kebebasan Individu. Dengan Hak Individu ini, digagaslah akan kebebasan untuk memilih pasangan sekehendak hati mereka. Maka pada tahun 2015, Amerika Serikat mengeluarkan undang-undang yang melegalkan pernikahan sesama jenis, homoseksual, lesbian, dan transgender. Dukungan penelitian genom dan hak kebebasan individu mendasari keluarnya peraturan tersebut. Semua hal itu tak lepas dari dukungan HAM seperti yang ditawarkan oleh PBB.

Islam bukannya membatasi kebebasan individu, tapi kebebasan yang ditawarkan Islam memiliki batas ujung untuk tidak menyalahi fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Islam memiliki konsep HAM sendiri dan Islam selamanya tidak akan pernah menghalalkan adanya perkawinan sesama jenis, lesbian, homoseksual, dan transgender.

Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam secara konseptual pertama diikrarkan pada khutbah perpisahan (Khutbah al-Wada’) Rasulullah SAW. Khutbah al-Wada’ disampaikan nabi pada tanggal 9 Dzulhijjah di Padang Arafah.

Wahai sekalian umat manusia! Ingatlah bahwa sesungguhnya tuhan kalian itu

satu, dan bapak kalian itu satu. Ingatlah tidak ada keutamaan bagi orang arab

atas orang Ajam (non-Arab), dan tidak ada bagi orang Ajam atas orang Arab,

tidak bagi orang kulit merah atas kulit hitam, dan tidak bagi kulit hitam atas kulit

merah kecuali dengan takwa. Bukankah telah aku sampaikan?

Wahai manusia dengarkan kata-kataku. Wahai manusia, harta, dan darah kamu

adalah tabu (haram) di antara kamu, seperti haramnya hari ini di tempat kamu

(7)

7

pertanggung jawaban kamu. Maka hendaklah yang diberi amanat segera

menyampaikan amanat itu.

Khutbah al-Wada’ di atas mengandung enam unsur utama dalam hak dasar Islam. Yang pertama adalah hak hidup, sangat dihargai sekali. Yang kedua adalah hak harta. Rasulullah SAW menyatakan bahwa siapa pun yang mempertahankan hartanya mereka matinya adalah syahid. Ketiga adalah mengenai riba, “Semua riba dihapuskan”. Keempat adalah penghapusan balas dendam. “Semua darah yang biasa dilakukan pada masa jahiliyah dihapuskan”. Oleh Islam diganti dengan qishash, kecuali jika korban mengikhlaskan dan membayar diyat. Kelima adalah hak mengenai perempuan. “Kamu mempunyai hak terhadap para istri kamu, dan mereka mempunyai hak atas diri kamu”. Keenam adalah hak persaudaraan. “Sesungguhnya antarorang

mukmin adalah saudara.”

Selanjutnya pilar HAM dalam Islam juga disusun oleh Imam al-Ghazali (w. 1111 M) yang mencoba merumuskan tujuan dasar syari’at Islam (maqashid al-syari’ah) yakni pertama, Islam menjamin hak kelangsungan hidup (hifz al-nafs). Kedua, Islam menjamin hak kebebasan beropini (hifz al-aql) . Ketiga Islam menjamin hak kebebasan beragama (hifz al-din). Keempat, Islam menjamin hak dan kesehatan reproduksi (hifz an-nasl) untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Kelima Islam menjamin hak properti (hifz al-maal) , yakni hak mendapat pekerjaan dan upah yang layak, serta hak memperoleh jaminan perlindungan dan kesejahteraan (Siti Musdah Mulia, 2010: 11).

Hak kelangsungan hidup (hifz al-nafs) dalam Islam sangat dijunjung tinggi sekali. Seperti tertuang pada salah satu ayat Al-qur’an, “Karena itulah kami tuliskan kepada Bani Israil, barang siapa membunuh suatu jiwa bukan karena pembunuhan suatu jiwa atau yang membunuh karena perusakan di muka bumi, maka seolah-olah membunuh manusia semuanya”.

Namun ada kalanya pembunuhan dilegalkan dalam Islam, misalnya ketika berperang. Ketika diserang musuh, atau ketika harus menegakkan hukum Allah swt di muka bumi dengan wujud rajam terhadap laki-laki atau wanita muhshon yang melakukan zina. Penegakan hukum qishash dan hukuman bagi orang yang murtad, keluar dari agama Islam. Aturan-aturan tentang

(8)

8

pedangnya untuk membunuh musuh dan seketika musuh tersebut mengucapkan syahadat. Sahabat tersebut murka karena ia berpendapat bahwa musuh tersebut melontarkan kalimat syahadat hanya untuk melindungi diri agar tak dibunuh di medan perang. Maka ia tetap mengayunkan pedangnya dan membunuh sosok musuh tersebut. Ketika hal tersebut dilaporkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beliau menjadi berang dan murka. Ia menegur sahabat tersebut dengan keras agar perilaku tersebut tak pernah diulangi lagi di lain kesempatan.

B. Pelanggaran HAM yang Dilakukan NU

“Jika kita tetap diam, kita mati”

Kata-kata ini dilontarkan oleh Munasir Ali di pertemuan organisasi Nahdhatul Ulama (NU) di Jakarta tiga hari setelah garakan 30 September 1965 PKI telah dilumpuhkan oleh militer yang dipimpin oleh Jendral Soeharto. Setelah kejadian utama G 30 S/PKI dituntaskan oleh para tentara, NU ikut berpartisipasi menjadi aktor penting dalam upaya pembersihan sisa-sisa anggota PKI yang masih ada.

Pada masa itu, pembunuhan terhadap anggota PKI (disebut juga genosida di Indonesia) merupakan pembantaian paling kelam dalam sejarah Indonesia. Tercatat sekitar lima ratus ribu orang mati terbunuh dan satu juta sisanya dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan hukum.

Pada bulan April 1934, didirikan organisasi kemasyarakatan pemuda Islam yang dinaungi oleh organisasi besar Nahdhatul Ulama yang bernama Gerakan Pemuda Ansor. Dalam perkembangannya kelak, berdiri pula gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdhatul Ulama) yang umumnya disebut Banser (Barisan Serbaguna). Dua gerakan pemuda ini kelak yang dipersenjatai pada Oktober 1965 untuk melenyapkan sisa-sisa orang PKI.

(9)

9

politik. Pembantaian terhadap anggota komunis dilakukan oleh para pemuda, dengan dipandu oleh angkatan bersenjata, memburu orang-orang komunis.

Pada tahun 1963, sempat terjadi konflik antara partai Nahdhatul Ulama (NU) dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dan seusai gerakan G 30 S/PKI, konflik tersebut menyala kembali dan berubah penjadi pembantaian berdarah pada minggu kedua Oktober 1965. Kelompok Muslim Muhammadiyah menyatakan pada awal November 1965 bahwa pembasmian “Gestapu/PKI” merupakan suatu perang suci. Pandangan tersebut didukung oleh kelompok-kelompok Islam lainnya di Jawa dan Sumatera. Bagi banyak pemuda, membunuh orang komunis merupakan suatu tugas keagamaan. Di tempat-tempat adanya pusat komunis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kelompok-kelompok muslim menganggap bahwa mereka adalah korban serangan komunis supaya mereka memperoleh pembenaran atas pembantaian yang mereka lakukan. Mereka biasanya mengungkit peristiwa Madiun pada tahun 1948. Selain itu para pelajar Katolik di daerah Yogyakarta meninggalkan asrama mereka pada malam hari untuk ikut membunuh orang-orang komunis yang tertangkap.

(10)

10 BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara dan bangsa yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Salah satu ajaran Islam yang paling dasar adalah menghormati HAM dan melaksanakan kewajiban asasi kita sebagai manusia. Dan dewasa ini, praktek HAM di Indonesia cukup membanggakan. Akan tetapi di masa lalu, banyak sekali kasus buram terkait pelanggaran HAM yang sengaja ditutup-tutupi dan tak terungkap hingga sekarang. Kasus pembunuhan pejuang HAM, Munir, hilangnya wartawan, hingga genosida PKI pada tahun 1965. Yang sangat disayangkan, pada peristiwa genosida terhadap anggota PKI tersebut, tercatat adanya keterlibatan ormas dan partai Islam, Nahdhatul Ulama (NU). Nahdhatul Ulama pada saat itu adalah ormas Islam terbesar di Indonesia. Keterlibatannya terhadap peristiwa ini berperan penting dalam penangkapan anggota-anggota PKI di berbagai daerah di Indonesia.

Keterlibatan umat Islam dalam pelanggaran HAM yang terjadi tidak menunjukkan bahwa ajaran Islam membolehkan kekerasan yang mereka lakukan.

Pengungkapan-pengungkapan seputar pelanggaran HAM yang dilakukan oleh ormas NU bukan bermaksud menjelek-jelekkan ormas terkait, bukan juga untuk membuka luka lama yang hampir sembuh namun hal ini bertujuan sebagai ibrah dan butir-butir pelajaran agar kesalahan tersebut tak lagi berulang di masa yang akan datang.

B. Saran

1. Salah satu cara untuk mengungkap kebenaran adalah dengan perlunya dilakukan upaya penulisan kembali sejarah Indonesia yang bebas dari unsur-unsur politik dan subjektivitas dalam rezim pemerintahan tersebut.

(11)

11

(12)

12

DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, dkk. 2016. Dinul Islam, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press

McGregor, Katherine. 2008. Study Memory and Human Rights In Indonesia. Australia: Australian National University

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembantaian _di_Indonesia_1965-1966

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap refleksi dan evaluasi, dosen memberikan angket untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa dan memberikan soal kuis sebanyak 4 soal dengan alokasi waktu

Dengan demikian haji merupakan salah rukun Islam yang wajib kita laksanakan sebagai seorang Muslim (jika sudah mampu), dalam pelaksanaan haji sendiri, mempunyai

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan diketahui pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Samboja struktur jenis vegetasi dan komposisi jenis terdiri dari 342

Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian sosial tersebut adalah ...A. meningkatkan rating stasiun

Hasil analisis denyut nadi sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol memperlihatkan bahwa denyut nadi kelompok intervensi (65 kali/ menit)

Penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktural pembelajaran dalam pendidikan IPS sangat penting bagi guru karena siswa sekolah menengah diharapkan telah

Tingkat Kesesuaian Dimensi Kualitas Jasa Layanan Terhadap Kepuasan Penumpang Maskapai Garuda Indonesia Rute Makassar – Jakarta. Makasar: Program Magister Manajemen Fakultas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan pola asuh authoritative dan permisive akan menciptakan lebih banyak anak yang memiliki harga diri