1
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada proses pembelajaran yang salah satunya bertujuan untuk mengembangkan potensi diri peserta didik dan sangat dibutuhkan dalam bidang studi atau ilmu-ilmu yang lain (Samsarif, 2009). Senada dengan pernyataan tersebut, Uno (2007:136) menyatakan bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan beberapa persoalan praktis yang unsur-unsurnya logika dan instuisi, analisis dan konstruksi, generalitas, dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geomatri, dan analisis. Lebih lanjut, Shadiq (2015: 37) juga mengemukakan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu yang diberikan atau pembekalan untuk siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, dan sampai jenjang Perguruan Tinggi. Suatu proses transfer ilmu dalam bidang studi dilakukan salah satunya dengan pembelajaran didalam kelas. Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor kemampuan atau mutu guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan adanya interaksi antara guru dan siswa serta kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran (Wijaya, 2000). Guru sebagai pendidik yang menduduki posisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan (Suryosubroto, 2002).
diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan, maka pembelajaran yang akan terjadi merupakan pembelajaran yang lebih bermakna (meaningful), siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to
know about), tetapi juga belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai
(learning to be), belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn), serta bagaiman cara bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together). Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika seyogyanya siswa dikondisikan untuk mencari tahu dan menemukan konsep tentang jumlah, bentuk-bentuk ruang, bilangan, dan simbol-simbolnya sehingga matematika bukan hanya penguasaan kesimpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut Ruseffendi (2005: 17), didalam Model Pembelajaran Konvensional guru dianggap sebagai gudang ilmu dan bertindak otoriter dalam pembelajaran. Dalam model pembelajaran konvensional ditandai dengan metode ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Sejak dahulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa ialah secara lisan atau ceramah. Model Pembelajaran Konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Model Pembelajaran Konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru (Setiawan 2011). Dampak dari Model Pembelajaran Konvensional yaitu tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu, penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas serta daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.
Tugas seorang guru adalah merangsang dan membina perkembangan intelektual dan membina pertumbuhan sikap serta nilai-nilai dalam diri anak, serta mempunyai wewenang yang dianggap tepat dan efektif untuk menjadi solusi bagi permasalahan diatas. Salah satu cara yang dapat dipakai dalam pelajaran matematika adalah penggunaan Model Pembelajaran Discovery yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Bell dalam M.Hosnan (2014:281), Model Pembelajaran Discovery adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga siswa menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan membuat masalah.
IPA kelas IV SDN Gendongan 01 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012” menunjukan bahwa Model Pembelajaran Discovery dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa. Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 32 siswa dengan 16 siswa sebagai kelas kontrol dan 16 siswa sebagai kelas eksperimen. Kelas kontrol dan kelas eksperimen dikelompokan secara seimbang, sehingga kedua kelas tersebut setara. Kemudian pada kelas kontrol dikasih metode konvensional ceramah dan pada kelas eksperimen di kenai Model Pembelajaran Discovery. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas kontrol yang didapatakan 69,69 sedangkan pada kelas eksperimen adalah nilai rata-ratanya 79,3. Hal tersebut menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Discovery meningkatkan nilai yang menjadi tolak ukur hasil belajar siswa, dengan
demikian Model Pembelajaran Discovery berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Model Pembelajaran Discovery adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah (Syaiful Bahri 2006:13) Berdasarkan permasalahan yang disampaikan diatas maka dapat ditarik suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas 5 Gugus dr. Wahidin Sudiro Husodo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Semester II Tahun Pelajaran 2014 / 2015”.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Discovery terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas 5 Gugus dr. Wahidin Sudiro Husodo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Sebagai suatu karya ilmiah, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi masyarakat luas, pada umumnya mengenai penggunaan Model Pembelajaran Discovery terhadap konsep pemahaman siswa serta memberikan wacana baru tentang pembelajaran aktif melalui Model Pembelajaran Discovery dan informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih menciptakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu kepada para pendidik atau guru untuk mengetahui penggunaan Model Pembelajaran Discovery terhadap konsep pamahan siswa.
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja guru serta sebagai masukan untuk mengelola pembelajaran.
b. Bagi Siswa
c. Bagi Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas sekolah yang diwujudkan melalui nilai yang diperoleh siswa serta perbaikan proses pembelajaran matematika.
d. Bagi Peneliti Lain