• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA Buku siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA Buku siswa"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA

MAKALAH

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : DRS. YUSRAN ADENIN, MA

OLEH

MUKHLISA

PRODI / SEMESTER : PAI - IV A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAM’IYAH MAHMUDIYAH

TANJUNG PURA

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkat atas kehadirat Allah yang maha Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Drs. Yusran Adenin, MA mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Perkembangan Kognitif Siswa ” sehingga dengan ini kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga penulis dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

(3)

Tanjung Pura, 7Juni 2017

Penyusun

Mukhlisa

(4)

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Penulisan...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Perkembangan Kognitif Siswa...2

B. Arti penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar Siswa...6

C. Faedah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa...7

BAB III...11

PENUTUP...11

A. Kesimpulan...11

B. Saran...11

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, dan sangat menetukan keberhasilan mereka di sekolah. Guru dan mahasiswa calon guru khususnya sebagai tenaga pendidik yang bertanggung jawab melaksanakan interaksi edukasional di dalam kelas, perlu memahami hal yang berkaitan dengan perkembangan kognitif. Karena dengan bekal tersebut dapat membantu guru dalam melaksanakn proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik.

Perkembangan kognitif peserta didik merupakan suatu hal yang penting diketahui oleh tenaga pendidik sehingga pembelajaran yang disuguhkan penuh dengan makna. Hal ini mempengaruhi cara pendekatan dan proses pendidikan yang diberikan. Semakin banyak tenaga pendidik mempelajari perkembangan peserta didik, semakain banyak dipahami tentang cara yang tepat untuk kegiatan pembelajaran peserta didik.

Proses perkembangan anak dapat dilihat dari perkembangan kognitif, bahasa, dan emosionalnya. Namun, kajian dalam makalah ini hanya menekankan pada aspek kognitif saja. Jika hal ini terabaikan oleh pendidik maka kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan tidak akan memberikan makna dalam perkembangan peserta didik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan kognitif siswa?

(6)

3. Bagaimana faedah perkembangan ranah kognitif siswa?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa

2. Untuk mengetahui arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa.

3. Untuk mengetahui faedah perkembangan ranah kognitif siswa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif Siswa

Istilah “cognitive” berasal dari cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer, sebagai salah satu wilayah atau ranah psikologis manusia yang meliputi tingkah laku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,dan keyakinan.

(7)

Seorang pakar terkemuka dalam di siplin psikologi kognitif dan psikologi anak , Jean Piaget mengklasifisikanperkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan : 1

1. Tahap sensori motor

Selama perkembangan dalam periode sensori motor yang berlangsung anak lahir sampai usia 2 tahun, inteligensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada prilaku terbuka. Inteligensi sensori motor dipandang sebagai inteligensi praktis yang berfaidah bagi anak yang berusia 0-2 tahun untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berfikir mengenai hal yang sedang ia perbuat. Anak pada periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu dalam memahami hal yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan.

Ketika bayi berinteraksi dengan linkungannya, ia akan mengasimilasikanskema sensori motor sekedemian rupa dengan mengarahkankemampuan akomodasi yang ia miliki hingga mencapai ekulibrium yang memuaskan kebutuhannya. Proses asamilasi dan akomodasi dalam mencapai ekulibrium seperti diatas selalu dilakukan bayi, baik ketika ia hendak memenuhi dorongan lapar dan dahaganya maupun ketika bermain dengan benda-benda mainan yang ada disekitarnya.

2. Tahap pra-operasional

Periode perkembangan kognitif pra-operasional terjadi pada diri anak ketika berumur 2 sampai 7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memiliki penguasaan sempurna menjadi object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap “eksisnya” suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan,

(8)

atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi eksistensi dari benda tersebut berbeda dengan periode sensori motor, tidak lagi bergantung dengan pengamatannya belaka.2

Perolehan kemampuan berupa kesadaran terhadap eksistensi object permanence (ketetapan adanya benda) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru yang disebut representation atau mental representation (gambaran mental). Secara singkat representasi adalah sesuatu yang mewakili atau menjadi symbol atau wujud sesuatu yang lainnya. Representasi mental merupakan bagian penting dari skema kognitif yang memungkinkan anak berfikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tertentu walaupun benda atau kejadian itu berada diluar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya.

Representasi mental juga memungkinkan anak untuk mengembangkan deferred-imitation (peniruan yang tertunda) yakni kapasitas meniri prilaku orang lain yang sebelumnya pernah ia lihat untuk merespon lingkungan. Seiring dengan munculnya kapasitas deferred-imitation, muncul pula gejala insight-learning, yaitu gejala belajar berdasarkan tilikan akal. Dalam hal ini, anak mampu melihat situasi problematic, yakni memahami bahwa sebuah keadaan mengandung masalah, lalu berfikir sesaat.

Dalam periode perkembangan pra-operasional, disamping di perolehnya kapasitas-kapasitas seperti tersebut di atas, yang juga sangat penting ialah di perolehnya kemampuan berbahasa. Dalam periode ini anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekpresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.

Hal lain yang sehubungan dengan penggunaan skema kognitif anak yang masih terbatas itu ialah bahwa pengamatan dan pemahaman anak

(9)

terhadap situasi linkungan yang ia tanggapi sangat di pengaruhi oleh watak egocentrism (egosentrisme). Maksudnya anak tersebut belum bisa memahami pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangan sendiri. Gejala egosentrisme ini di sebabkan oleh masih terbatasnya conservation (Konservasi/pengekalan) yaitu operasi kognitif yang berhubungan dengan pemahaman anak terhadap aspek dan dimensi kuantitatif materi lingkungan yang ia respons.3

Sebagai catatan akhir untuk uraian periode pra-operasional ini, patut penyusun tegaskan bahwa kemampuan-kemampuan skema kognitif anak dalam rentang usia 2-7 tahun memang masih sangat terbatas. Namun, demikian, secara kualitatif,fenomena prilaku-prilaku ranah cipta, seperti yang penyusun paparkan di atas, jelas sudah sangat berbeda dengan kemampuan intelegansi sensori motor yang dimiliki anak ketika berusia 0-2 tahun.

3. Tahap Konkret-operasional

Dalam inteligensi operasional anak yang sedang berada pada tahap konkret-operasional terdapat system operasi kognitif yang meliputi : conservation, addition of classes, multiplication of classes.

Conservation (konservasi/pengekalan) adalah kemampuan anak dalam memahami dalam aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah. Anak yang mampu mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa sifat kuantitaf benda tersebut tidak akan berubah secara sembarangan.

Addition of classes (penambahan golongan benda) yakni kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang di anggap berkelas lebih rendah .Di sampind itu , kemampuan ini juga

(10)

meliputi kecakapan untuk memilah-milah benda-benda yang tergabung dalam sebuah yang berkelas tinggi menjadi benda-benda yang berkelas rendah.

Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda) yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda (seperti warna bunga dan tipe bunga) untuk membentuk gabungan golongan benda (seperti mawar putih mawar merah dan seterusnya). Selain itu, kemampuan ini juga meliputi memahami cara sebaliknya.4

Berdasarkan hasil ekprimen dan observasinya, Piaget menyimpulkan bahwa pemahaman terhadap aspek kuantitaf materi,pemahaman terhadap penggolongan benda, dan pemahaman terhadap pelipatgandaan benda merupakan cirri khas perkembangan kognitif anak berusia 7-11 tahun. Perolehan pemahaman tersebut diiringi dengan banyak berkurangnya egosentrisme anak. Artinya anak sudah mulai memiliki kemampuan mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya sendiri, dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu dari sekian banyak pandangan orang. Jadi, pada dasarnya perkembangan kognitif anak tersebut di tinjau dari sudut karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa.

Namun demikian, masih ada keterbatasan-keterbatasan kapasitas anak dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Anak-anak dalam rentang usia 7-11 tahun baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Inilah yang menjadi alasan perkembangan kognitif anak pada usia 7-11 tahun tersebut dinamakan tahap konkret operasional.

4. Tahap Formal-operasional

(11)

Dalam tahap perkembangan Formal- operasional, anak yang sudah menjelang atau yang sudah menginjak usia remaja, yakni 11-15 tahun akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran konkret operasional. Tahap perkembangan kognitif terakhir yang menghapus keterbatasan-keterbatasan tersebut sesungguhnya tidak hanya berlaku bagi remaja dan bahkan orang dewasa yang berusia lebih tua. 5

Dalam tahap perkembangan terakhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yaaitu : kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan Dasar), seorang remaja akan mampu berfikir hipotesis , yakni berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalahdengan menggunakan anggapan dasar yang relefan dengan lingkungan yang ia respon. Sementara itu , dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak.

B. Arti penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar Siswa

Tanpa ranah kognitif, sulit di bayangkan seorang siswa dapat berfikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berfikir mustahil siswa tersebut dapat dapat memahami dan meyakini faidah-faidah materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Tanpa berfikir juga sulit bagi siswa untuk mengangkat pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaranyang ia ikuti.Walaupun demikian, tidak berarti fungsi afektif dan psikomotor seorang siswa tidak perlu. Kedua fungsi psikologis siswa ini juga penting, tetapi seyogyanya cukup dipandang sebagai buah-buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan aktifitas fungsi kognitif.

Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan yang besar kepada para siswa dalam menyelesaikan

(12)

tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana dan yuwana, yakni anak-anak dan remaja yang duduk di sekolah dasar dan menengah. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya sangat banyak manfaatnya.

Salah satu kesulitan pokok yang dialami para guru dalam semua jenjang pendidikan adalah menghayati makna yang dalam mengenai hubungan perkembangan khususnya ranah kognitif dengan proses belajar-mengajar yang menjadi tanggung jawabnya.

Ranah psikologi siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan dalam otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa).6

Demikian pula halnya orang yang menyalahgunakan kelebihan kemampuan otak untuk memuaskan hawa nafsu, dengan mempertuhan hawa nafsunya, martabat orang tersebut tidak lebih dari martabat hewan atau mungkin lebih rendah lagi. Kelompok orang yang bermartabat rendah ini dilukiskan dalam surat Al-Furqan : 44, yang artinya : “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka mendengar atau memahami. Meereka itu, tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.”

Selain itu, orang yang memiliki kelebihan pengetahuan yang sudah tentu karena kelebihan kemampuan otak, apabila tidak disertai dengan iman mungkin pula akan memanipulasi kebenaran dari Allah yang semestinya dipertahankan. Orang-orang seperti ini dikecam oleh Allah dalam surat Al-Baqarah : 75, yang artinya : “Apakah engkau masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu,

(13)

padahal seglongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya sedang mereka mengetahui.”

Itulah sebabnya, pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian rupa agar ranah kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab dalam arti tidak menimbulkan nafsu serakah dan kedustaan yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri saja, tetapi juga merugikan orang lain.

C. Faedah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa

Diatas sudah penulis paparkan kelebihan – kelebihan fungsi ranah kognitif , khususnya bagi siswa yang sedang belajar mengembangakan seluruh potensi psikologinya , baik yang berdimensi afektif maupun psikomotor. Oleh karenanya , upaya perkembangan kognitif siswa secara terarah, baik oleh orang tua maupun oleh guru , sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak fositif bukan hanya terhadp ranah afektif dan psikomotor seperti yanga akan penulis uraikan lebih lanjut.

1. Mengembangkan Kecakapan Kognitif

Upaya pengembangan kognitif siswa secara terarah baik oleh orang tua maupun oleh guru, sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psiko-motor.

Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni :7

a. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran.

b. Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.

(14)

Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, sepertinya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri.

Strategi adalah sebuah istilah popular dalam psikologi kognitif, yang berarti prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi upaya yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognitif atau pilihan-pilihan kebiasaan belajar siswa. Pilihan kebiasaan belajar ini secara garis besar terdiri dari :

a. Menghafal prinsip yang terkandung dalam materi.

b. Mengaplikasikan prinsip materi.

Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikkan. Menurut Dart and Clarke (1990), aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam, melainkan sekedar asal lulus atau naik kelas semata. Preferensi yang kedua biasanya timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motif instrinsik), dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan materi pelajaran yang disajikan gurunya. Siswa ini lebih memusatkan perhatiannya untuk benar-benar memahami dan juga memikirkan cara menerapkannya (Good and Brophy, 1990). Untuk mencapai aspirasi, ia memotivasi diri sendiri untuk memusatkan perhatiannya kepada aspek signifikansi materi dan mengaplikasikannya dalam arti menghubungkannya dengan materi-materi lain yang relevan.

(15)

beberapa jenis materi yang memerlukan atau dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.8

Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi kepada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran.guru diharapkan mampu menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akal yang hanya mengarah ke aspirasi asal naik atau lulus. Guru juga diharapkan mampu menjelaskan nilai moral yang terkandung dalam materi yang ia ajarkan, sehingga keyakinan para siswa terhadap faedah materi tersebut semakin tebal dan pada gilirannya kelak ia akan mengembangkan dan mengaplikasikannya dalam situasi yang relevan.

Guru juga dituntut untuk mengembangkan kecakapan kognitif para siswa dalam memecahkan masalah dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya.

2. Mengembangkan Kecakapan Afektif

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya membuahkan kecakapan kognitif , tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran yang disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para siswa. Peningkatan ranah afektif ini antara lain, berupa kesadaran diri yang mantap.

Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental yang lebih tegas dan lugas sesuai dengan tuntunan yang telah ia pahami dan yakini secara

(16)

mendalam. Sebagai contoh, apabila seorang siswa diajak temannya untuk berbuat yang tidak baik, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan itu dengan segenap daya dan upaya nya.

3. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif lainnya yaitu kecakapan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Di samping itu, kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan kognitif, ia juga banyak terikat pada kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap meltalnya.9

Salah satu contoh bahwa kecakapan kognitif berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah shalat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan member pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Karena ia merasa member bantuan adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa upaya guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah psikologis lainnya.

(17)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ranah psikologi siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan dalam otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa).

2. Perkembangan kognitif dalam belajar siswa sangat penting karna tanpa ranah kognitif, sulit di bayangkan seorang siswa dapat berfikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berfikir mustahil siswa tersebut dapat dapat memahami dan meyakini faidah-faidah materi pelajaran yang disajikan kepadanya.

3. Diantara faedah dari perkembangan kognitif anak adalah untuk mengembangakan kecakapan kognitif siswa, mengembangakan kecakapan afektif siswa dan mengembangakan kecakapan psikomotor siswa.

B. Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M.Ngalim. 1986.Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya. Syah, Muhibin. 2015.Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Batuan yang ada di goa Seropan pada umumnya adalah batugamping, berdasarkan Klasifikasi Massa Batuan Rock Mass Rating (Bieniawski, 1989) atau dikenal

signifikansi yang diperoleh adalah 0,200 yang lebih besar dari 0,05, maka kesimpulannya variabel pelayanan memiliki distribusi data yang normal..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:(1) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara siswa yang bersekolah di SMA dengan status

Dapat diketahui bahwa responden yang memiliki perilaku kurang dalam penggunaan alat kontrasepsi banyak ditemukan pada kelompok suami yang tidak mendukung sebesar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, variabel ukuran perusahaan, kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit

Nah, kalau kalian pengen banget fokus ngerjain tugas dan butuh tempat wifi cepat di surabaya, kalian bisa manfaatin Wifi Corner.. Wifi Corner ada di setiap

4.3.4 Pernyataan Informan tentang Tujuan Pelaksanaan PJKMU Madani Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam orang informan yang diwawancarai, empat orang informan menyatakan

Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan yang terjadi antara investasi pemerintah dan pertumbuhan ekonomi Kota Palembang adalah dengan menggunakan uji kausalitas Granger..