• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 2 2014 PEMBUKAAN RAHASIA BANK UNTUK KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3 2 2014 PEMBUKAAN RAHASIA BANK UNTUK KE"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Berikut ini adalah versi HTML dari file http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/1056/2/lw-11-02-2011-pembukaan_rahasia_bank_untuk.pdf.

Googl e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.

Page 1

PEMBUKAAN RAHASIA BANK UNTUK KEPENTINGAN

PEMERIKSAAN PERPAJAKAN MENURUT

PERUNDANG-UNDANGAN

YANG BERLAKU DI INONESIA

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan

Kementerian Keuangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Agung.wibisono18@gmail.com; chamelia.gunawan@gmail.com

Abstract

(2)

89 welfare of people in Indonesia.

Key Words: Bank Secrecy, Tax Audit, Bank Secrecy Disclousure

A. Pendahuluan

Bank adalah suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan dari para nasabahnya yang mempercayakan dana simpanan mereka pada bank. Oleh karena itu bank sangat berkepentingan agar kadar kepercayaan masyarakat, yang telah maupun yang akan menyimpan dananya, terpelihara dengan baik dalam tingkat yang tinggi. Mengingat bahwa bank adalah bagian dari sistem keuangan dan system pembayaran dimana masyarakat luas berkepentingan atas kesehatan dari sistem-sistem tersebut,

Page 2

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan: Pembukaan Rahasia Bank Untuk Kepentingan ...

maka terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga untuk kepentingan masyarakat banyak.1

Salah satu faktor untuk dapat memelihara dan meningkatkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank pada khususnya dan perbankan pada umumnya ialah kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank.

(3)

90

secara mudah dapat dikesampingkan dengan dalih karena kepentingan umum menghendaki demikian.2

Di lain sisi, kerahasiaan bank tersebut dapat berpengaruh kontradiktif terhadap pemeriksaan data dari nasabah untuk kepentingan tertentu, misalnya untuk pemeriksaan pajak yang dilakukan demi kepentingan negara, bangsa dan masyarakat umum. Perspektif kerahasiaan bank yang berlawanan tersebutlah yang terkadang menghambat Direktorat Jenderal Pajak dalam pemeriksaan pajak.

Pengaturan tentang kewenangan yang terkait dengan pemeriksaan data wajib pajak pada bank diatur pada Pasal 35 Undang-Undang No 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 (“UU KUP”). Akan tetapi

pada kenyataannya Direktorat Jenderal Pajak memiliki keterbatasan untuk

1 Lihat Sutan Remy Sjahdeini, Kerahasiaan Bank; Berbagai Masalah di Sekitarnya,

Makalah ini disajikan sebagai bahan diskusi mengenai legal isues seputar Pengaturan Rahasia Bank bertempat di Bank Indonesia, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta. Senin 13 Juni 2005

2 Dennis Campbell (General Ed.). International Bank Secrecy, (London: Sweet & Maxwell, 1992), hal. 663

Page 3

Law Review Volume XI No. 2 - November 2011

(4)

91

pemeriksaan pajak.

Terdapat suatu contoh yang menarik pada kasus pembukaan kerahasiaan bank di luar negeri, yaitu pembukaan kerahasiaan bank di luar negeri adalah penyerahan data 4.450 nasabah bank UBS Swiss kepada pihak otoritas pajak Amerika Serikat (Internal Revenue Service).3 Contoh kasus ini

menarik karena melibatkan institusi perbankan dan otoritas pajak dari Negara yang berbeda, dimana ketika Otoritas Pajak Indonesia saja masih kesulitan untuk mengakses institusi perbankan dalam negeri, sementara itu otoritas pajak Amerika Serikat telah dapat menembus institusi perbankan Swiss yang terkenal sebagai “dewa”nya kerahasiaan bank. Pada bulan Juni 2007 Bank UBS Swiss memberikan data 250 penabung rahasia mereka kepada IRS. Selain itu mereka membayar denda US$ 780juta kepada pemerintah Amerika untuk menghindari tuntutan pengadilan. Pihak bank mengakui telah membantu nasabah mereka di Amerika tidak membayar pajak selama tahun 2000 sampai dengan 2007. Pada 19 Agustus 2009 Bank UBS sepakat membuka lagi data nasabah mereka sebanyak 4.450 nasabah yang memiliki asset senilai US$ 18miliar. Akan tetapi dengan syarat disetujui oleh Parlemen Swiss. Pada bulan Juni 2010 parlemen Swiss menyetujui hal tersebut.4

Untuk itu amatlah menarik untuk membahas pembukaan kerahasiaan bank di Indonesia untuk kepentingan pemeriksaan perpajakan.

3 Tempo, Bank Swiss Tak Suci Lagi, Majalah Tempo Edisi 28 Juni-4 Juli 2010, hal. 135 4 Ibid.

Page 4

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan: Pembukaan Rahasia Bank Untuk Kepentingan ... B. Analisis Yuridis Terhadap Pembukaan Rahasia Bank Untuk

Kepentingan Pemeriksaan Perpajakan 1. Definisi Rahasia Bank

(5)

92

keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya.5 Pengertian

rahasia bank berdasarkan Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 (“UU Perbankan”) ini memberikan rumusan bahwa hal-hal yang wajib disimpan oleh bank adalah rahasia dari nasabah penyimpan (penabung) dan tidak lagi termasuk pinjaman (kredit) dari nasabah.6 Namun

percantuman perkataan “segala sesuatu” masih menunjukan keluasan rahasia dari nasabah penyimpan yang wajib dijaga (disimpan) oleh bank.Rahasia bank di Indonesia mempunyai pengecualian, sehingga terdapat kemungkinan untuk dapat membuka rahasia bank.

Rahasia bank dari nasabah penyimpan dapat diterobos apabila menyangkut kepentingan, sebagai berikut :7

a) Perpajakan,

b) Penyelesaian piutang negara, c) Peradilan pidana,

d) Perkara perdata,

e) Tukar menukar informasi antara bank, dan f) Permintaan tertulis nasabah penyimpan.

g) Ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan dalam hal nasabah

penyimpan telah meninggal dunia (Pasal 44A ayat (2) UU Perbankan)

2. Pembukaan Rahasia Bank untuk Kepentingan Pemeriksaan Perpajakan

Pembukaan rahasia bank untuk kepentingan pemeriksaaan perpajakan telah diatur dalam sistem hukum Indonesia, antara lain pada UU Perbankan,

5 Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Perbankan.

6 Rahasia Bank Dalam Kaitannya Dengan Kejahatan Perbankan, http://bhocet85. wordpress.com/2009/04/01/rahasia-bank-dalam-kaitannya-dengan-kejahatan-perbankan/, diakses pada tanggal 2 Mei 2011.

7 Pengecualian Terhadap Rahasia Bank dari Nasabah Penyimpan, http://www.citraniaga. com/index.php?option=com_content&view=article&id=91:pengecualian-rahasia-bank&catid=54:tanya-jawan-perbankan&Itemid=41 diakses pada tanggal 3 Mei 2011.

(6)

Law Review Volume XI No. 2 - November 2011

UU KUP, Peraturan Menteri Keuangan No. 201/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak-Pihak yang Terikat

oleh Kewajiban Merahasiakan ( Selanjutnya disebut “PMK No. 201 Tahun 2007”), dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/ 19 /PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin tertulis Membuka Rahasia Bank (selanjutnya disebut PBI No. 2/19/PBI/2000).

a. Pembukaan Rahasia Menurut UU Perbankan

Pembukaan rahasia bank untuk kepentingan perpajakan diatur dalam ketentuan pasal 41 ayat 1 UU Perbankan yang menentukan bahwa:

“Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas

permintaan Menteri Keuangan berwenang untuk mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan

memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.”

Untuk pembukaan atau pengungkapan rahasia bank, Pasal 41 ayat (1) UU Perbankan menetapkan unsur-unsur yang wajib dipenuhi, sebagai berikut:8

i. Pembukaan rahasia bank untuk kepentingan perpajakan.

ii. Pembukaan rahasia bank itu atas permintaan tertulis Menteri Keuangan. iii. Pembukaan Rahasia Bank itu atas perintah tertulis Pimpinan Bank

Indonesia.

iv. Pembukaan Rahasia Bank ini dilakukan oleh Bank dengan memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan yang namanya disebutkan dalam permintaan tertulis Menteri Keuangan.

v. Keterangan dengan bukti-bukti tertulis mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan tersebut diberikan kepada pejabat pajak yang namanya disebutkan dalam perintah tertulis Pimpinan Bank Indonesia. Pengecualian untuk kepentingan perpajakan bagi kerahasiaan bank yang diatur dalam Pasal 41 ayat 1 UU Perbankan tersebut merupakan paksaan hukum demi kepentingan umum, yaitu kepentingan negara serta kepentingan masyarakat

(7)

93

Page 6

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan: Pembukaan Rahasia Bank Untuk Kepentingan ... b. Pembukaan Rahasia Bank Menurut UU KUP

Seperti yang telah dijabarkan di atas, pengaturan tentang kewenangan yang terkait dengan pemeriksaan data wajib pajak di bank diatur pada Pasal 35 UU KUP. Adapun isi dari Pasal 35 UU KUP tersebut adalah :

“(1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga lainnya, yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta.

(2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terikat oleh kewajiban merahasiakan, untuk keperluan pemeriksaan, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank, kewajiban merahasiakan ditiadakan atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan.

(3) Tata cara permintaan keterangan atau bukti dari pihak-pihak

yang terikat oleh kewajiban merahasiakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.”

(8)

94

c. Tata Cara Permintaan Dokumen Menurut PMK No. 201 Tahun 2007

Pengaturan hukum terhadap tata cara proses permintaan dokumen, bukti-bukti, atau keterangan dari Pihak Ketiga yang terikat dengan kewajiban untuk merahasiakan diatur lebih jelas pada PMK No. 201 Tahun 2007. Ketentuan ini mengatur bahwa proses permintaan data atau keterangan yang

Page 7

Law Review Volume XI No. 2 - November 2011

pada bank ini harus berdasarkan pada permintaan dari Menteri Keuangan kepada Gubernur Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam UU Perbankan. Permintaan tertulis dari Menteri Keuangan tersebut harus terdapat hal-hal sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 PMK No. 201 Tahun 2007, sebagai berikut :

i. identitas Wajib Pajak.

ii. keterangan dan/atau bukti yang diminta, dan

iii. maksud dilakukannya permintaan keterangan dan/atau bukti.

Adapun bank wajib untuk memberikan data, bukti-bukti, atau informasi yang diminta terkait dengan wajib pajak yang diperiksa, setelah Pemeriksa Pajak yang dilengkapi permintaan tertulis dari Menteri Keuangan tersebut meminta dokumen-dokumen, bukti-bukti, dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan kepada bank. Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 PMK No. 201 Tahun 2007, pihak bank wajib memberikan dokumen-dokumen, bukti-bukti, atau keterangan yang diminta paling lambat 7 hari sejak diterimanya surat permintaan keterangan atau bukti atau surat izin dari pihak yang

berwenang. Penolakan untuk pemberian data-data, dokumen, atau bukti-bukti yang bersifat rahasia tersebut dapat berakibat pelanggaran hukum di bidang pidana. Hal ini sebagaimana diatur pada Pasal 2 ayat 4 PMK No. 201 Tahun 2007 jo. Pasal 41 A UU KUP, yaitu:

“Pasal 2

(9)

95 dipenuhi, pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat

(2) dapat dipidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Pasal 41A

Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). “

Page 8

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan: Pembukaan Rahasia Bank Untuk Kepentingan ... d. Penerobosan Rahasia Bank Menurut PBI No. 2/19/PBI/2000

Ketentuan tentang pengecualian terhadap rahasia terkait pemeriksaan pajak tersebut dijabarkan dalam peraturan pelaksanannya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu PBI Nomor 2/19/PBI/2000. PBI Nomor 2/19/ PBI/2000 mengatur bahwa penerobosan rahasia bank demi kepentingan perpajakan terlebih dahulu harus diperoleh izin atau perintah tertulis untuk membuka rahasia bank dari Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan. Permintaan penerobosan rahasia bank tersebut harus disertai tanda tangan dengan membubuhkan tanda tangan basah dari Menteri Keuangan. Pimpinan Bank Indonesia mengeluarkan perintah tersebut kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.

Terdapat 5 hal yang harus tercantum didalam permohonan tertulis kepada bank untuk dapat dilakukan penerobosan rahasia bank, yaitu:9

(10)

96

ii. Nama nasabah penyimpan, wajib pajak yang dikehendaki keterangannya; iii. Nama kantor bank tempat nasabah mempunyai simpanan;

iv. Keterangan yang diminta;

v. Alasan diperlukannya keterangan.

Hal-hal yang harus dicantumkan dalam permohonan tertulis tersebut lebih lengkap dalam pengaturan PBI No. 2/19/PBI/2000 dibandingkan hal-hal yang harus dicantumkan sebagaimana diatur dalam PMK No. 201 Tahun 2007. Adanya hal-hal yang harus dicantumkan yang lengkap tentunya dapat menjadi optimalkan pertimbangan dari Gubernur Bank Indonesia yang lebih efektif, sehingga perintah atau izin dari Bank Indonesia tersebut tidak dapat disalahgunakan

Kemudian, Gubernur Bank Indonesia wajib menjawab atau memberi tanggapan terhadap permohonan tertulis dari Menteri Keuangan untuk

pembukaan rahasia bank terkait dengan pemeriksaan pajak selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 hari setelah surat permintaan diterima

9 Ibid.

Page 9

Law Review Volume XI No. 2 - November 2011

secara lengkap oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia sebagaimana diatur pada Pasal 10 ayat 1 PBI No. 2/19/PBI/2000.

Penolakan Permohonan

Tanggapan atau jawaban dari Gubernur Bank Indonesia dari

(11)

97

Indonesia, akan tetapi berdasarkan Pasal 11 ayat 1 jo ayat 2 PBI No. 2/19/ PBI/2000 dapat juga dilakukan oleh Deputi Gubernur Senior atau salah satu Deputi Gubernur.

Adanya permintaan tertulis yang disampaikan kepada bank melahirkan kewajiban bagi bank untuk melaksanakan perintah Pimpinan Bank Indonesia tersebut. Bank dilarang memberikan keterangan tentang keadaan keuangan nasabah penyimpan selain yang disebutkan dalam perintah atau izin tertulis dari Bank Indonesia. Bank hanya dapat memberikan keterangan baik lisan maupun tertulis, memperlihatkan bukti-bukti tertulis, surat-surat, dan hasil cetak data elektronis tentang keadaan keuangan nasabah penyimpan yang disebutkan dalam perintah atau izin tertulis yang disampaikan kepada bank tersebut.

Ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Perbankan tersebut maupun dalam Peraturan Bank Indonesia pada prinsipnya sejalan dengan apa yang menjadi tuntutan UU KUP. Peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan perbankan secara bersama-sama mengatur

mempermudah proses dan upaya dari pemeriksa pajak untuk melakukan pemeriksaan pajak, termasuk untuk upaya untuk memperoleh data-data, bukti-bukti, atau informasi dari wajib pajak yang terdapat pada bank. Efektifitas dari pelaksanaan sistem pembukaan rahasia bank untuk kepentingan perpajakan tentunya juga perlu didukung kerjasama yang baik antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan pihak bank yang terkait.

Page 10

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan: Pembukaan Rahasia Bank Untuk Kepentingan ... 3. Hambatan-Hambatan Pemeriksaan Pajak Terkait Pembukaan

Rahasia Bank Untuk Kepentingan Perpajakan di Indonesia

(12)

98

bank untuk kepentingan perpajakan telah diatur dalam hukum Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak masih menemui hambatan-hambatan dalam melakukan pembukaan rahasia bank. Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah:

a. Kekosongan Hukum Atas Pembukaan Rahasia Bank Terhadap Nasabah Debitur dan Nasabah Penyimpan

Permasalahan hukum yang muncul terkait dengan pembukaan rahasia bank untuk kepentingan perpajakan tersebut adalah data atau informasi wajib pajak sebagai nasabah debitur sekaligus nasabah penyimpan yang diduga melakukan pelanggaran hukum di bidang perpajakan. Proses pemeriksaan pajak terhadap nasabah penyimpan oleh pemeriksa pajak pada sebuah bank memerlukan izin dari Gubernur Bank Indonesia berdasarkan permintaan tertulis dari Menteri Keuangan. Pengungkapan rahasia bank pada nasabah debitur tidak terikat pada ketentuan rahasia bank, artinya bahwa kepadanya dapat dilakukan pemeriksaan tanpa prosedur sebagaimana diberlakukan kepada nasabah penyimpan. Dirjen Pajak dapat langsung melakukan pemeriksaan pada bank tertentu tersebut.

Ketentuan hukum perbankan di Indonesia tidak mengatur mengenai pembukaan rahasia bank untuk wajib pajak yang berstatus nasabah debitur sekaligus nasabah penyimpan. Akibat dari adanya kekosongan hukum ini, pemeriksa pajak seringkali terlibat konflik dengan pihak perbankan mengenai data nasabah debitur yang juga menjadi nasabah penyimpan. Pihak perbankan menentukan bahwa posisi nasabah debitur yang demikian dianggap berkedudukan sebagai nasabah penyimpan, artinya bahwa prosedur penerobosan rahasia

Page 11

(13)

99

bank harus tetap dilalui untuk dapat dibukanya keterangan dan informasi mengenai keadaan keuangan nasabahnya. Akibatnya waktu penerobosan yang seharusnya dapat dipersingkat menjadi lebih lama karena harus menjalani prosedur pembukaan rahasia bank layaknya nasabah penyimpan.

b. Proses Birokrasi Perizinan Yang Memakan Waktu Lama dan Berbelit-Belit

Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pemeriksa pajak yang akan melakukan pembukaan rahasia bank harus mendapatkan perintah tertulis dari Gubernur Bank Indonesia berdasarkan permintaan tertulis Menteri Keuangan. Pemeriksa pajak harus menyampaikan maksudnya kepada atasannya, Kepala Kantor yang merupakan pejabat Eselon III, mengenai perlunya pembukaan rahasia bank sehubungan dengan pemeriksaan pajak, dari Kepala Kantor dilanjutkan dengan menyampaikan surat kepada Kepala Kantor Wilayah surat akan disampaikan ke Direktur Jenderal Pajak yang akan menyampaikan surat tersebut kepada Menteri Keuangan. Selain itu, proses birokrasi perizinan tersebut juga harus menempuh proses perizinan di Bank Indonesia, sehingga baru dapat sampai dan disetujui untuk mendapatkan perintah pembukaan rahasia bank. Permasalahannya akan diperparah dengan kondisi petugas pajak yang membutuhkan untuk membuka rahasia bank tersebut adalah petugas pajak yang berada di daerah. Prosedur yang harus dilalui oleh petugas pajak di daerah pasti lebih lama dibanding petugas pajak yang berada di Jakarta.

c. Ketidakpastian Hukum Terhadap Pemberian Izin Untuk Membuka Rahasia Bank

Ketidakpastian hukum terhadap pemberian izin untuk membuka rahasia bank ini terlihat dari:

i. Tidak ada standar tertentu yang dapat dijadikan pedoman dalam hal pengabulan permohonan pembukaan rahasia bank.

(14)

Page 12

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan: Pembukaan Rahasia Bank Untuk Kepentingan ...

Bank Indonesia dengan Menteri Keuangan terkait dengan alasan pembukaan rahasia bank. Permohonan pembukaan rahasia bank tidak dikabulkan atau tidak diterima oleh Gubernur Indonesia

karena tidak adanya bukti-bukti yang cukup untuk membuka rahasia bank. Sedangkan, menurut pemeriksa pajak yang mengajukan pembukaan rahasia bank tersebut, mereka telah menyampaikan bukti-bukti yang cukup. Untuk itu, untuk menjamin kepastian hukum dalam pemberian izin untuk membuka rahasia bank diperlukannya standar tertentu yang dapat dijadikan pedoman dalam hal pengabulan permohonan pembukaan rahasia bank. ii. Ketentuan rahasia bank tidak diatur secara lengkap dalam UU

Perbankan

Ketentuan Pasal 41 UU Perbankan tidak membantu petugas pajak dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui kondisi keuangan nasabah bank yang juga merupakan wajib pajak. Lebih lanjut, UU Perbankan tidak secara jelas mengatur apakah ketentuan rahasia bank juga berlaku terhadap mantan nasabah suatu bank.

d. Ketakutan Bank Untuk Melakukan Pembukaan Rahasia Bank

Proses pembukaan rahasia bank yang mudah untuk dibuka

berpengaruh terhadap kemungkinan turunnya kuantitas dana masyarakat yang diserahkan pada bank, yang apabila hal ini dilakukan dalam

(15)

100

yang mempersulit pihak pemeriksa pajak adalah dengan mengulur waktu dalam memberikan data wajib pajak. Sedang dilain pihak, pemeriksa pajak terbentur dengan jangka waktu pemeriksaan yang

Page 13

Law Review Volume XI No. 2 - November 2011

sangat terbatas dan memerlukan waktu yang cepat dalam melakukan pembukaan rahasia bank dalam pemeriksaan pajak.

Dalam hal ini, pihak bank tidak bisa pula secara sewenang-wenang untuk tidak melakukan perintah membuka rahasia bank tersebut, karena hal ini ditetapkan sanksi dalam UU Perbankan yang menentukan

bahwa adanya kesengajaan untuk tidak memberikan keterangan yang dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank dapat dikenakan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling lama 7 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,-(empat milyar rupiah) dan paling banyak Rp 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah).

e. Keterbatasan Untuk Melakukan Akses Data Wajib Pajak

Pasal 7 ayat 2 jo. Pasal 8 PBI No. 2/ 19 /PBI/2000 menyatakan:

“Pasal 7

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan oleh Bank dengan memberikan keterangan baik lisan maupun tertulis, memperlihatkan bukti-bukti tertulis, surat-surat, dan hasil cetak data elektronis, tentang keadaan keuangan Nasabah Penyimpan yang disebutkan dalam perintah atau izin tertulis tersebut.”

Pasal 8

Bank dilarang memberikan keterangan tentang keadaan keuangan Nasabah Penyimpan selain yang disebutkan dalam perintah atau

(16)

101

Adanya pembatasan terhadap informasi dan data nasabah penyimpan tersebut membuat pihak pemeriksa pajak tidak bisa melakukan pemeriksaan pajak secara menyeluruh dan komprehensif kepada wajib pajak yang melanggar.

C. Kesimpulan

Berdasarkan Pasal 35 ayat (2) UU KUP jo Pasal 41 UU Perbankan, persyaratan untuk mengajukan pembukaan rahasia bank harus berdasarkan permintaan tertulis dari Menteri Keuangan yang ditujukan kepada Pimpinan

Page 14

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan: Pembukaan Rahasia Bank Untuk Kepentingan ...

Bank Indonesia. Adanya permintaan tertulis dari Menteri Keuangan tersebut menjadi dasar pertimbangan dari Gubernur Bank Indonesia selaku Pimpinan Bank Indonesia untuk memberikan persetujuan dan perintah tertulis untuk membuka rahasia bank untuk kepentingan perpajakan. Hal ini dikarenakan permohonan dari Menteri Keuangan tersebut sebagaimana diatur pada Pasal 2 ayat (1) PMK No. 201 Tahun 2007 dan PBI No. 2/19/PBI/2000 terdapat keterangan yang diminta dan alasan diperlukannya keterangan dari bank tersebut. Bank wajib memberikan data-data yang diminta oleh Direktorat Jenderal Pajak setelah adanya perintah atau persetujuan tertulis dari Gubernur Bank Indonesia. Apabila pihak Bank menolak untuk melakukan membuka rahasia bank untuk kepentingan perpajakan setelah ada perintah tertulis dari Gubernur Bank Indonesia, maka hal ini merupakan pelanggaran hukum dan dapat dikenakan sanksi sebagaimana ditegaskan Pasal 41A UU KUP.

(17)

102

Direktorat Jenderal Pajak dalam membuka rahasia bank terkait kepentingan perpajakan, antara lain :

a. Kekosongan hukum atas pembukaan rahasia bank terhadap nasabah debitur dan nasabah penyimpan;

b. Proses birokrasi perizinan yang memakan waktu lama dan berbelit-belit; c. Ketidakpastian hukum terhadap pemberian izin untuk membuka rahasia

bank;

d. Ketakutan Pihak Bank untuk melakukan pembukaan rahasia bank,

termasuk ketakutan akan pelanggaran peraturan, maupun ketakutan akan hilang atau perginya nasabah.

e. Keterbatasan Direktorat Jenderal Pajak Untuk Melakukan akses data wajib pajak.

Page 15

Law Review Volume XI No. 2 - November 2011

Daftar Pustaka

Buku

Campbell, Dennis Campbell. International Bank Secrecy. London: Sweet & Maxwell, 1992

Djumhana, Muhamad, Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006

Husein, Yunus. Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum. Jakarta, Universitas Indonesia Fakultas Hukum, 2003.

____________, Rahasia Bank dan Penegakkan Hukum. Jakarta: Pustaka Juanda Tigalima, 2010

Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati. Segi Hukum Lembaga Keuangan

(18)

103

Pardiat, Pemeriksaan Pajak Edisi Kedua. 2008 Jakarta: PT. Mitra Wacana Media,

Ratnawati, Endan . Dilema Ketentuan Rahasia Bank.. Sinar Harapan, Selasa 24 Januari 2006. hal. II.

Karya Ilmiah berupa Makalah

Sjahdeni, Sutan Remy. Kerahasiaan Bank; Berbagai Masalah di Sekitarnya. Makalah ini disajikan sebagai bahan diskusi mengenai legal isues

seputar Pengaturan Rahasia Bank bertempat di Bank Indonesia, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta. Senin 13 Juni 2005.

Artikel dalam Jurnal, Majalah, Surat Kabar, dan Internet

Gibert, Bruno. France: Consolidation and Developing the French Advance

Pricing Agreement Procedure. Dalam European Taxation, IBFD,

Februari 2005

Indragayus, Slamet. Tax Planning, Tax Avoidance, dan Tax Evasion di Mata

Perpajakan Indonesia.Inside Tax, September 2007.

Rachmat, Rudi. Rahasia bank dan target pajak,

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Rahasia%20bank%20dan%20 target%20pajak.htm

Page 16

Agung Wibisono dan Chamelia Gunawan: Pembukaan Rahasia Bank Untuk Kepentingan ...

Tempo, Bank Swiss Tak Suci Lagi, Majalah Tempo Edisi 28 Juni-4 Juli 2010. Puspitasari, Chandra Dewi Puspitasari. Penerobosan Rahasia Bank : Upaya

Penegakan Kepatuhan Pajak, http://www.scribd.com/doc/55476925/ Rahasia-Bank-Informasi

Rahasia Bank Dalam Kaitannya Dengan Kejahatan Perbankan, http://

bhocet85.wordpress.com/2009/04/01/rahasia-bank-dalam-kaitannya-dengan-kejahatan-perbankan/.

(19)

104

www.citraniaga.com/index.php?option=com_content&view=art icle&id=91:pengecualian-rahasia-bank&catid=54:tanya-jawan-perbankan&Itemid=41

2008, Ditjen Pajak Bidik 200 WP Besar, http://www.pajakonline.com/ engine/artikel/art.php?artid=1221

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan, UU No. 7 Tahun 1992, LN. No. 31 Tahun 1992 TLN No, 3472 Jo. UU No. 10 Tahun 1998, LN. No. 182, TLN No. 3790.

________. Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009. LN. No. 62 Tahun 2009, TLN No. 4999.

Kementerian Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Tentang Tata

Cara Pemeriksaan Pajak, Peraturan Menteri Keuangan No. 199/

PMK.03/2007 sebagaimana telah diubah dengan 82/PMK.03/2011. Internal Revenue Service, Disclosure and Privacy Law, Reference Guide,

Referensi

Dokumen terkait

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investaasi Arus kas dari aktivitas pendanaan. Pembayaran

a) Manfaat riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat bagi pihak lain. Demikian pula biaya riil adalah biaya

Dua kelompok ini, yang berasal dari dua wilayah di Pulau Jawa, dengan kultur yang sangat berbeda juga menggunakan teknologi media video, gambar bergerak, dan bunyi, yang

stamineus menunjukkan bahwa pada pemberian ekstrak dengan kadar 800 mg/kg secara signifikan dapat menurunkan kadar glukosa darah (Gambar 2 dan dan Tabel 1) dan tidak

brand image untuk KPR bersubsidi sudah ada di websitenya bank BTN, palingan ditambah dengan stand baner, sama brosur Ada, publikasi dilakukan dengan bekerjasama dengan

Dari dua bentuk gaya mengajar yang dilakukan yaitu gaya inkuiri dan komando yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, jelas bahwa masing-masing gaya mengajar

Angket yang telah disebarkan kepada 21 responden dengan 7 item pernyataan diperoleh nilai dengan rata-rata 30, 05, maka penerapan metode bermain peran ( role play )

komponen safety relay bertugas untuk membentuk sistem pengaman bagi sistem starting. Ciri khas motor starter alat berat mempunyai prinsip kerja dua tingkat yang diatur