• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENG ENALAN PREDATOR DAN PARASITOID.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENG ENALAN PREDATOR DAN PARASITOID.docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENALAN PREDATOR DAN PARASITOID

Oleh:

Golongan A/ Kelompok 7

1. Nur Astrifa Maulidina (151510501235) 2. Keke YunadiaKumala Dewi (151510501227) 3. Yudistira Amarta Putra (151510501273) 4. Muhammad Faqih Zhakaria (151510501276) 5. Fauziah Nurul Laili (151510501278)

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya tanaman yang dilakukan oleh petani tidak terlepas dari adanya kerusakan tanaman yang disebabkan oleh adanya organisme pengganggu tanaman (OPT). Keberadaan OPT pada lahan pertanian dapat berpotensi mengurangi hasil produksi tanaman budidaya, oleh karena itu diperlukan pengendalian terhadap OPT. Jenis OPT yang dapat ditemui pada lahan pertanian dapat dibedakan menjadi serangga hama, penyakit, dan gulma. Pengendalian terhadap OPT yang biasa dilakukan oleh petani umumnya tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem lahan pertanian, yaitu dengan penggunaan bahan kimia (pestisida). Penggunaan pestisida dalam mengendalikan jumlah OPT akan berdampak pada penurunan kualitas lahan akibat residu bahan aktif dari pestisida. Penumpukan residu pestisida akan mengurangi kemampuan mikroorganisme tanah dalam menguraikan residu tersebut sehingga daya dukung lahan akan menurun. Banyaknya dampak negatif dari penggunaan pestisida dalam mengendalikan OPT (terutama untuk mengendalikan serangga hama) mengharuskan adanya inovasi baru dalam bidang pertanian untuk mengedalikan keberadaan OPT agar tidak mengganggu keseimbangana ekosistem.

(3)

Jenis agen hayati yang umum digunakan dalam pengendalian secara hayati yaitu predator dan parasitoid. Predator dan parasitoid merupakan agen hayati yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama. Predator merupakan serangga yang memangsa atau memakan serangga hama. Ukuran mangsa (serangga hama) dari predator umumnya lebih kecil daripada serangga yang bertindak sebagai predator. Imago serangga predator memiliki penglihatan yang baik, untuk melihat mangsa. Selain itu keberhasilan serangga predator dalam memakan mangsa ditentukan oleh peletakan telur oleh imago serangga yang berada pada lokasi dimana mangsa berada. Peletakan telur yang dilakukan didekat mangsa akan mempermudah progeny serangga predator dalam memangsa mangsanya. Parasitoid merupakan serangga yang fase pradewasanya berada pada tubuh serangga lain. Fase dewasa dari parasitoid hidup bebas mencari nektar dan embun madu sebagai makanannya. Parasitoid umumnya memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari pada serangga inang.

1.2 Tujuan

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian hayati merupakan salah satu cara pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman dengan menggunakan metode yang ramah lingkungan dan berbasis biologi tanpa menggunakan bahan kimia. Pengendalian hayati dalam penerapannya atau prakteknya banyak menggunakan agen hayati atau byological agent. Penggunaan agen pengendali hayati dalam pemberantasan hama dan penyakit tanaman pada masa sekarang mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut ditandai dengan adanya respon atau pengaruh positif terhadap penggunaan agen pengendali hayati seperti peningkatan kesehatan terhadap petani dan konsumen karena penggunaan agen hayati tidak menimbulkan efek negatif, tidak membunuh spesies tertentu yang dapat membantu hal-hal yang mungkin dapat terjadi dalam proses budidaya tanaman, dan penggunaan agen hayati dalam jangka panjang dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan alam serta mengembalikan keadaan ekosistem yang saat ini telah rusak akibat pemakaian bahan kimia (Sanda and Mustapha, 2014).

Sistem budidaya tanaman yang menerapkan pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan agen hayati atau byological agents dianggap sebagai metode yang lebih efektif dalam penerapan menuju pertanian yang berkelanjutan. Penggunaan agen hayati dalam jangka waktu yang panjang atau lama dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman, meminimalkan kerusakan lingkungan dan meningkatkan kesehatan para petani. Agen pengendali hayati dapat digunakan untuk menekan populasi hama dan penyakit. Agen pengendali hayati yang terdiri dari predator, parasitoid dan patogen antagonis merupakan organisme yang dapat menekan serangan hama dan penyakit tanaman (Tracy, 2014).

(5)

(pemangsaan secara langsung) dan predator fisiologi (pemangsaan dari dalam tubuh organisme hama) (Gunawan, 2011). Salah satu contoh predator adalah tungau A. swirskii dan P. Phytoseiulus, apabila kedua predator tersebut di aplikasikan secara bersamaan maka dapat meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan hama T. urticae. Hama T. urticae sendiri merupakan hama penting dalam tanaman yang dibudidayakan di green house (rumah kaca). Kedua predator tersebut apabila digunakan secara terpisah, maka sangat kurang efektif pengendaliannya dalam mengendalikan hama T. urticae (Fiedler, 2012).

Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga atau binatang antropoda lainnya. Parasitoid bersifat parasit pada fase pradewasa, sedangkan dewasanya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya. Parasitoid hidup menumpang di luar atau didalam tubuh inangnya dengan cara menghisap cairan tubuh inangnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Umumnya parasitoid menyebabkan kematian pada inangnya secara perlahan-lahan dan parasitoid dapat menyerang setiap fase hidup serangga, meskipun serangga dewasa jarang terparasit. Kondisi agroekosistem dapat mempengaruhi keanekaragaman serta keefektifan komunitas parasitoid sebagai musuh alami serangga hama (Nugraha dkk.,2014).

(6)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengendalian Hayati acara Pengenalan Predator dan Parasitoid dilaksanakan pada hari Senin tangga 03 April 2017 pukul 10.40-12.30 WIB bertempat di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

1. Serangga sesuai dengan masing-masing perlakuan (kel.7 telur ulat grayak) 2. Alkohol 90%

3.3 Pelaksanaan Praktikum 3.3.1 Predator

(7)

2. Mengamati serangga predator yang didapat dan mengidentifikasi ciri atau karalteristik penting dari serangga predator tersebut.

3. Menulis hasil identifikasi tersebut pada lembar pengamatan.

3.3.2 Parasitoid

1. Meletakkan tisu pada bagian kotak rearing sebagai alas.

2. Memastikan pada bagian tanaman sampel (tempat melekatnya telur atau larva) tidak terdapat serangga lain selain serangga sasaran rearing dan telah di lakukan perhitungan populasi serangga kecuali untuk serangga yang berada di dalam bagian tanaman (penggerek).

3. Melapisi atau tutup bagian tangkan daun/buah/batang dengan kapas lembab untuk mengurangi evaporasi pada bagian tanaman sampel.

4. Menutup rapat kotak rearing (dapat menggunakan plester atau perekat tidak permanen bila kotak rearing kurang rapat).

5. Memasang kotak perangkap diatas corong kotak rearing.

6. Mebungkus kotak rearing menggunakan kain atau plastik hitam, kecuali pada bagian kotak perangkap.

7. Meletakkan kotak rearing pada tempat yang terkena cahaya matahari atau dekat dengan lampu penerangan, membiarkan selama seminggu.

8. Memastikan area peletakan kotak rearing aman dari gangguan semut dan tikus.

9. Mengamati parasitoid yang muncul dan mengidentifikasi ciri atau karakter penting dari serangga parasitoid tersebut setelah 1 minggu.

3.4 Variabel Pengamatan

(8)

3.5 Analisis Data

(9)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Parasitoid

No. Foto/Gambar Parasitoid Keterangan

1.

Telenomus remus  Bersifat parasitoid (telur berada di tubuh inang)

 Merusak inang selama

perkembangan hidupnya.

 Bentuk tubuh : kepala, thorax, dan abdomen.

(10)

dalam telur inangnya yaitu Spodoptera liturayang akan menyerang inangnya pada fase telur sehingga telur tidak akan menetas. Telenomus remusbersifat endoparasitoid telur dimana parasitoid akan hidup didalam telur sehingga telur tersebut idiobiont karena telur dari inangnya tidak akan aktif. Penggunaan parasitoid telur sebagai agen pengendali hayati memiliki banyak keunggulan dibanding cara konvensional, diantaranya tidak berbahaya terhadap lingkungan sekitar dan dapat mengendalikan populasi hama pada stadium awal (Maulina, dkk., 2012).

Parasitoid merupakan serangga yang hidup di dalam tubuh serangga lain (inangnya) dan biasanya ukurannya lebih kecil dari tubuh serangga yang menjadi inangnya sehingga dapat mengganggu perkembangan serangga hama dengan cara menghisap cairan tubuh, darah atau sari makanan. Parasitoid biasanya menghancurkan inangnya selama masa perkembangannya sementara parasitoid dewasa hidup bebas. Diperlukan satu inang untuk hidupnya sehingga akan spesifik ketika mencari inangnya dan biasanya hanya betina yang akan aktif mencari inang. Parasitoid kebanyakan berasal dari ordo Hymenoptera dan Diptera seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2012) yaitu dari seluruh jenis parasitoid yang ditemukan menyerang serangga herbivora pada polong legum, semuanya tergolong ke ordo Hymenoptera. Sekitar 80% spesies parasitoid termasuk ke dalam Hymenopter. Parasitoid paling banyak diusahakan dalam pengendalian memanfaatkan musuh alami karena sifatnya yang spesifik. Keberadaan parasitoid sangat membantu untuk menekan keberadaan hama yang menyerang pada tanaman seperti halnya pada ulat grayak (Spodoptera litura). Semakin banyak parasitoid maka dapat menekan hama pada suatu daerah secara maksimal. Maka dari itu, untuk menjaga keberadannya diperlukan suatu penanganan salah satunya yaitu dengan menjaga kondisi lingkungan agar keberadaan prasitoid dapat berkembang dengan baik.

(11)

sifatnya dinamis bisa naik dan bisa turun tergantung dari besar kecilnya hambatan lingkungan. Ketinggian tempat sangat erat hubungannya dengan pengaruh suhu udara, semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, maka semakin rendah suhu udara sehingga semakin sulit bagi serangga untuk menjangkau. Hal ini sepertihalnya yang terjadi pada parasitoid, dengan ukuran tubuhnya yang sangat kecil sehingga kemampuannya untuk menjangkau inangnya sangat sulit karena terhambat oleh angin sehingga dalam mencari inangnya tidak sesuai dengan inang yang dikehendaki. Ketidaksesuain inang akan berpengaruh dalam peerkembangan parasitoid pada telur yanag menyebabkan efektifitas dalam mengendalikannya akan menurun.

(12)

5.1 Kesimpulan

Telenomus remusmerupakan jenis parasitoid telur yang menyerang telur ulat grayak (Spodoptera litura). Parasitoid merupakan serangga yang hidup didalam tubuh serangga lain yang menjadi inangnya dan biasanya berasal dari ordo Hymenoptera dan Diptera. Parasitoid sangat cocok digunakan sebagai agens pengendali hayati untuk dapat menenkan populasi OPT. Tingkat keberadaan prarasitoid pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor lingkungan meliputi angin, suhu, topogrfi.

5.2 Saran

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Fiedler, Z. 2012. Interaction Between Beneficial Organisms in Control of Spider Mite Tetranychus Urticae (Koch.). Plant Protection Research, 52(2): 226-229.

Gunawan. 2011. Untung Besar dari Usaha Pembibitan Kayu. Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka.

Hamid, H. 2012. Struktur komunitas serangga herbivora dan parasitoidpada polong tanaman kacang-kacangan(Fabaceae) di Padang. Entomologi Indonesia, 9(2) : 88-94.

Hidrayani, R.Rusli, dan Y.S.Lubis. 2013. Keanekaragaman Spesies Parasitoid Telur Hama Lepidoptera dan Parasitisasinya pada Beberapa Tanaman di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Nature Indinesia, 15(1): 9-14.

Junaedi, E., M. Yunus, dan Hasriyanty. 2016. Jenis Dan Tingkat Parasitasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga Innotata Walker) Pada Pertanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Dua Ketinggian Tempat Berbeda Di Kabupaten Sigi. Agrotekbis, 4(3): 280-287.

Maulina, F., N. Nelly, Hidrayani, dan H. Hamid. 2012. Keanekaragaman spesies dan parasitisasiparasitoid telur walang sangit (Leptocorisa oratoriusFabricus) di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Biodiversitas Indonesia, 2(1) : 109-112.

Nelly.N, Reflinaldon, dan K.Amelia. 2015. Keragaman Predator dan Parasitoid pada Pertanaman Bawag Merah: Studi Kasus di Daerah Alahan Panjang, Sumatera Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(5): 1005-1010.

Nugraha.N.M, D.Buchori, A.Nurmansyah, dan A.Rizali. 2014. Interaksi Tropik Antara Hama dan Parasitoid pada Pertanaman Sayuran: Faktor Pembentuk dan Implikasinya Terhadap Keefektifan Parasitoid. Entomologi Indnesia, 11(2): 103-112.

Sanda, N.B., dan Mustapha, S. 2014. Fundamentals of Biological Control of Pests. IJCBS, 1(6): 1-11.

(14)

DOKUMENTASI

Sampel telur ulat grayak yang terparasitoid

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Pada Bab II dan Bab III telah dibahas bahwa algoritma propagasi balik memiliki tingkat akurasi yang cukup bagus dalam proses klasifikasi pada sistem pengenalan

Dalam A Setya Marsudi, Imam Ghazali, Pengaruh Partisipasi Penganggaran Job Relevant Information (JRI) dan Volatilitas Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial Pada Perusahaan

Film ini ingin menggambarkan bagaimana kaum homoseksual dipandang memiliki orientasi seksual yang normal, yang sama seperti kaum heteroseksual di tengah masyarakat.. Kaum

Hal ini dikarenakan pada pembuatan papan komposit bahan baku yang digunakan berasal dari bahan baku daur ulang yang telah digunakan secara berulang-ulang yaitu

Hasil analisis data deskriptif menunjukkan bahwa kemampuan menulis penutup teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Labakkang Pangkep dengan memanfaatkan media

Kegiataan kepramukaan dilaksanakan melalui gugus depan gerakan pramuka yang berpangkalan di sekolah dan merupakan upaya pembinaan melalui proses kegiatan belajar.

Dimana orang-orangnya menisbatkan pada Arab atau kepada generasi sebelumnya yaitu sebagai keturuan Arab asli dan Arab keturunan, sama saja apakah mereka anak keturunan