• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Ekonomi Kabupaten bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi Pengembangan Ekonomi Kabupaten bandung"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

JUDUL...1

DAFTAR ISI...2

DAFTAR TABEL...3

BAB I PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan & Sasaran...5

1.4 Ruang Lingkup...5

1.5 Sistematika Penulisan...5

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN & PUSTAKA...6

2.1 Kebijakan RTRW Kabupaten Pacitan...6

2.1.1 Kebijakan Ekonomi Kabupaten Pacitan...6

2.1.2 Kebijakan dan strategi kawasan strategis ekonomi (kawasan agropolitan)...6

2.1.3 Rencana pengembangan kawasan strategis agropolitan...6

2.2 RPJP Kabupaten Pacitan Tahun 2005-2025...12

2.2.1 Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pacitan...12

2.3 Analisis Location Quotient (LQ) dan Shiftshare Analysis (SSA)...13

2.3.1 Analisis Location Quotient (LQ)...13

2.3.2 Shiftshare Analysis (SSA)...13

2.4 Pengembangan Agropolitan...14

2.4.1 Kawasan Agropolitan...14

2.4.2 Tujuan Agropolitan...14

2.4.3 Teori Pendukung Konsep Agropolitan...15

2.5 Analisis SWOT...15

BAB III METODE PENELITIAN...18

3.1 Pendekatan Penelitian...18

3.2 Jenis Penelitian...18

3.3 Metode Pengumpulan Data...18

(3)

BAB IV PEMBAHASAN...20

4.1 Identifikasi Persoalan...20

4.2 Analisa Persoalan...20

4.2.1 Analisa Location Quotient...21

4.2.2 Analisa Shift Share...26

4.2.3 Analisis SWOT...28

BAB III KESIMPULAN...32

3.1 Kesimpulan...32

3.2 Lesson Learned...32

DAFTAR PUSTAKA...33

LAMPIRAN...34

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rencana Pengembangan Potensi Sektor Pertanian Berdasarkan Kesesuaian dan Potensi Lahan...7

Tabel 2 Deskripsi Analisis SWOT...16

Tabel 3 Metode Analisis...18

Tabel 4 Input Data PDRB Kabupaten Pacitan Menurut Lapangan Usaha Dalam Miliar Tahun 2011-2015...21

Tabel 5 Hasil Perhitungan Location Quotient...23

Tabel 6 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share...27

Tabel 7 Kriteria interpretasi KPP dan KPPW...28

Tabel 8 Identifikasi Potensi & Masalah...28

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh [ CITATION Bas09 \l 1057 ]. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi pembangunan yang dimiliki oleh daerah. Hal ini terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan kegiatan sektor ekonomi yang dominan (Syafrizal, 1999).

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah daerah dalam pembangunan ekonomi dan pelaksanaan otonomi daerah mengacu pada UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Daerah yang otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan melayani kepentingan masyarakat berdasarkan aspirasi masyarakat serta merencanakan pembangunan yang sesuai dengan peraturan perundang‐ undangan.

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu dari 38 Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terletak di bagian Selatan barat daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara 110º 55'-111º 25' Bujur Timur dan 7º 55'- 8º 17' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.389,8716 Km² atau 138.987,16 Ha. Luas tersebut sebagian besar berupa perbukitan yaitu kurang lebih 85 %, gunung-gunung kecil lebih kurang 300 buah menyebar diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan dan jurang terjal yang termasuk dalam deretan Pegunungan Seribu yang membujur sepanjang selatan Pulau Jawa, sedang selebihnya merupakan dataran rendah.

PDRB tahun 2010 – 2011 menjelaskan bahwa dari total produk domestik regional bruto (PDRB) Pacitan yang mencapai sebesar Rp3 triliun pada tahun 2011, paling atas diduduki sektor pertanian dengan donasi sebesar 37,15 persen, turun dibanding tahun 2010 yang mencapai 38,04 persen. meski menjadi yang terbesar dalam menyumbang PDRB secara keseluruhan tahunan, posisi sektor agraris dilematis karena sulit untuk terus ditingkatkan. Penyebabnya tak lain karena menyusutnya lahan pertanian sebagai dampak berkembangnya pemukiman serta penurunan minat kaum muda untuk bekerja di sektor tersebut dan memilih sektor industri yang banyak terdapat di luar daerah.

(5)

kehutanan dan perikanan, selain itu, sektor perdagangan dan konstruksi yang mencapai 68,26 persen.

Dengan angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pacitan yang terus menurun maka diperlukannya strategi dalam mengembangkan perekonomian yang ada di Kabupaten Pacitan melalui penentuan sektor basis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keunggulan kompetitif yang cukup tinggi (Sjafrizal, 2008). Dengan adanya sektor basis maka pemerintah daerah lebih mudah dalam menyusun strategi untuk mengembangkan kelebihan yang dimiliki oleh daerahnya. Makalah ini membahas mengenai penentuan sektor basis yang ada pada Kabupaten Pacitan dan penentuan strategi pengembangannya untuk mengembangkan perekonomian Kabupaten Pacitan.

1.2 Rumusan Masalah

Kabupaten Pacitan yang mengalami penurunan ekonomi, membutuhkan sebuah strategi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomiannya. Agar perekonomian Kabupaten Pacitan semakin berkembang maka diperlukannya Penentuan Sektor Basis untuk Menyusun Strategi Pengembangan Perekonomian di Kabupaten Pacitan.

1.3 Tujuan & Sasaran

Tujuan dalam penelitian kali ini adalah menyusun strategi pengembangan perekonomian di Kota Ambon melalui penentuan sektor unggulan. Sedangkan sasaran yang dilakukan untuk mecapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi sektor basis pada Kabupaten Pacitan.

b. Mengidentifikasi potensi masalah terhadap sektor basis di Kabupaten Pacitan.

c. Menganalisis struktur ekonomi sektor basis ekonomi di Kabupaten Pacitan

d. Menyusun strategi dalam mengembangkan perekonomian Kabupaten Pacitan.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah mengidentifikasi sektor basis yang ada pada Kabupaten Pacitan serta mengidentifikasi potensi masalah sektor basisnya. Eksplorasi potensi dari sektor unggulan dilakukan berdasarkan fakta dan literatur yang dapat digunakan. Pada akhirnya hasil identifikasi potensi dan masalah tersebut digunakan dalam penyusunan strategi pengembangan perekonomian Kabupaten Pacitan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

(6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA menjelaskan tentang landasan – landasan yang digunakan dalam penelitian. Landasan yang dimaksud dapat berupa teori yang menjadi dasar dalam melakukan analisa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan dalam proses penelitian. Proses penelitian berupa teknik pengumpulan data dan analisa yang digunakan dalam penelitian.

(7)

BAB II

TINJAUAN KEBIJAKAN & PUSTAKA

2.1 Kebijakan RTRW Kabupaten Pacitan

Kabupaten Pacitan mengusung visi penataan ruang yaitu "Pacitan Aman Damai, Adil Sejahtera dan Berakhlak Mulia". Adapun untuk mencapai visi tersebut, misi penataan ruang Kabupaten Pacitan terdiri dari:

1. Penataan kembali kawasan lindung diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan;

2. Percepatan pembangunan disegala bidang sesuai kaidah-kaidah pembangunan daerah;

3. Keseimbangan pertumbuhan wilayah dan ekonomi di seluruh wilayah berdasarkan potensi daerah masing-masing;

4. Optimalisasi sumberdaya manusia dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan wilayah;

5. Administrasi publik yang berjalan berdasarkan prinsip-prinsip good governance dan clean goverment;

6. Pemeliharaan komitmen semua pihak dalam kerangka membangun ”Sejuta Pesona Pacitan”;

7. Terciptanya iklim kondusif dan kepastian hukum dalam upaya meningkatkan daya tarik investasi.

Adapun tujuan dari penataan ruang Kabupaten Pacitan adalah:

1. mewujudkan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi terutama

pariwisata, pertanian, dan kelautan sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Pacitan;

2. mewujudkan perlindungan terhadap wilayah yang termasuk kedalam golongan kawasan lindung;

3. mewujudkan rencana pembangunan yang komprehensif guna mendukung fungsi Kabupaten Pacitan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah;

4. mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

2.1.1 Kebijakan Ekonomi Kabupaten Pacitan

1. Meningkatkan laju pertumbuhan sektor/sub-sektor ekonomi yang produk-produknya telah mampu bersaing dan mengisi pasar diluar Kabupaten Pacitan serta mengamankan dan memantapkan pasar domestik untuk meningkatkan ketahanan ekonomi wilayah kota.

(8)

3. Mengembangkan potensi ekonomi rakyat dan potensi perekonomian daerah dengan mengkaitkan ekonomi antara pusat-pusat pertumbuhan dengan daerah hinterland-nya.

2.1.2 Kebijakan dan strategi kawasan strategis ekonomi (kawasan agropolitan)

1. Kawasan Agropolitan terletak di Kecamatan Nawangan dan Bandar, adalah peningkatan pelayanan kebutuhan dasar guna mendukung kegiatan pertanian namun dengan prinsip utama mengarah pada pelestarian lingkungan hidup

2. Strategi kawasan strategis ekonomi (kawasan agropolitan) yang terletak di Kecamatan Nawangan dan Bandar, meliputi:

a. Pengembangan potensi pertanian dan industri yang mendukung dengan pendekatan agrobisnis.

b. Penyediaan infrastruktur yang memadai

2.1.3 Rencana pengembangan kawasan strategis agropolitan Rencana pengelolaan kawasan strategis agropolitan, meliputi:

1. Penyiapan Master Plan Kawasan Agropolitan termasuk didalamnya rencana-rencana prasarana dan sarana;

2. Percepatan pengembangan infrastruktur, terutama di Desa Jeruk Kecamatan Bandar sebagai pusat kawasan agropolitan, yang dilakukan dengan membentuk struktur ruang yang mendukung pengembangan kawasan agropolitan;

3. Pendampingan Pelaksanaan Program; dimana masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama sedangkan pemerintah berperan memberikan fasilitasi dan pendampingan;

4. Mendorong terwujudnya keterpaduan program dalam pengembangan agropolitan yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah;

5. Mendorong kemitraan antar wilayah dan antar stakeholder agar terjadi sinergi optimal;

6. Mendorong terciptanya community driven planning yang mengedepankan keunggulan lokal, tetapi dalam wadah NKRI;

7. Mendorong terwujudnya pola dan struktur ruang yang mendukung perwujudan agropolitan

Adapun rencana pengembangan sektor pertanian yang dapat dilakukan di setiap kecamatan berdasarkan kesesuaian dan potensi lahan dapat dilihat pada tabel berikut:

(9)

N o

Kecamat an

Kemungkinan Pengembangan Sektor Pertanian Berdasarkan Kesesuaian Lahan

Matriks Potensi Sektor

1 Bandar Hortikultura : kacang panjang, cabe, kangkung, terong, bayam, kacang merah, sawi,tomat,bayam & mentimun

Potensial

Buah-buahan : pepaya, sawo, nanas,jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis,

nangka,alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak & sukun

Unggul

Perkebunan : kelapa, panili, getah pinus, cengkeh,

kopi Unggul

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Ternak : Sapi Potong, Kambing, Ayam Buras Potensial

Sentra Produksi : Jahe gajah (bio farmaka), panili, getah pinus,

2 Ngadirojo Tanaman Pangan Lahan Basah Potensial

Buah-buahan: melinjo, durian, dukuh, pepaya, jeruk jambu biji, rambutan, sawo, nanas, manggis, nangka, alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak & sukun

Unggul

Perkebunan : kelapa, panili, getah pinus, cengkeh,

kopi, kakao Unggul

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Perikanan

Berkemban g

Sentra Produksi: sale pisang, kelapa & gula kelapa, getah pinus

Ternak : Sapi Potong, Kambing, Ayam Buras

3 Pacitan Tanaman Pangan Lahan Basah Potensial

Hortikultura : kangkung, terong, bayam, kacang panjang, cabe, kacang merah, sawi, tomat, bayam & mentimun

(10)

N o

Kecamat an

Kemungkinan Pengembangan Sektor Pertanian Berdasarkan Kesesuaian Lahan

Matriks Potensi Sektor

Perkebunan : kelapa Unggul

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Ternak : Sapi potong, Kambing & domba, Ayam

buras Potensial

Perikanan

Berkemban g

Sentra produksi: Belinjo - kolong - udang lobster – rumput, perikanan laut

4 Punung Hortikultura : kangkung, terong, bayam, kacang panjang, cabe kacang merah, sawi,tomat,bayam & mentimun

Potensial

Hortikultura : pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis, nangka, alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak & sukun

Unggul

Perkebunan : kelapa, kapas Unggul

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Ternak : Kerbau & Sapi Potong, Kambing , Ayam

Buras Potensial

5 Donorojo Hortikultura : kangkung, terong, bayam, kacang panjang, cabe, kacang merah, sawi, tomat, bayam & mentimun

Potensial

Buah-buahan : pepaya, sawo, nanas,jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis,

nangka,alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak & sukun

Unggul

Hortikultura : kelapa Unggul

Perkebunan: kapas

(11)

N o

Kecamat an

Kemungkinan Pengembangan Sektor Pertanian Berdasarkan Kesesuaian Lahan

Matriks Potensi Sektor

g

Ternak : Kerbau, Sapi Potong, Kambing , Ayam

Buras Potensial

Sentra Produksi: Gula Kelapa, Perikanan darat

6 Pringkuku Palawija : jagung, padi gogo, kacang tanah,

kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan kedelai Potensial

Hortikultura : kangkung, terong, bayam, kacang panjang, cabe, kacang merah, sawi,tomat,bayam & mentimun

Potensial

Buah-buahan : pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis, nangka, alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak & sukun

Unggul

Perkebunan : kelapa Unggul

Ternak : Kerbau, Sapi Potong, Kambing ,Ayam

Buras Potensial

Sentra produksi kelapa dan gula kelapa

7 Kebonagu

ng

Palawija : jagung, padi gogo, kacang tanah,

kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan kedelai Potensial

Hortikultura : kangkung, terong, bayam, k

panjang, cabe, kacang merah, sawi,tomat,bayam & mentimun

Potensial

Buah-buahan : pepaya, sawo, nenas,jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis,

nangka,alpukat, sirsak, belimbing

Unggul

Perkebunan: kelapa, cengkeh, kopi, kakao

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Ternak : Kerbau, Sapi Potong, Kambing Potensial

Sentra produksi kelapa dan gula kelapa

8 Arjosari Buah-buahan : pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis,

(12)

N o

Kecamat an

Kemungkinan Pengembangan Sektor Pertanian Berdasarkan Kesesuaian Lahan

Matriks Potensi Sektor

nangka,alpukat, sirsak, belimbing

Tanaman Hutan

Terbelakan g

9 Nawanga

n

Palawija : jagung, padi gogo, kacang tanah,

kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan kedelai Potensial

Buah-buahan : pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis, nangka,alpukat, sirsak, belimbing

Unggul

Perkebunan: panili, getah pinus, cengkeh, kopi

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Ternak : Sapi Potong, Kambing, Ayam Buras Potensial

Sentra produksi panili, jahe gajah (bio farmaka), getah pinus, anyaman bambu dan rotan,

1 0

Tegalomb o

Hortikultura: kangkung, terong, bayam, kacang panjang, cabe, kacang merah, sawi,tomat,bayam & mentimun

Potensial

Buah-buahan : pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis, nangka,alpukat, sirsak, belimbing

Unggul

Perkebunan : getah pinus, cengkeh,

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Ternak : Sapi Potong, Kambing Potensial

Sentra produksi jahe gajah (bio farmaka) dan getah pinus

1 1

Tulakan Palawija : jagung, padi gogo, kacang tanah,

kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan kedelai Potensial

Hortikultura : pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis,

nangka,alpukat, sirsak, belimbing

Unggul

(13)

N o

Kecamat an

Kemungkinan Pengembangan Sektor Pertanian Berdasarkan Kesesuaian Lahan

Matriks Potensi Sektor

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Ternak : Kerbau, Sapi Potong, Kambing Potensial

Sentra produksi jeruk manis

1 2

Sudimoro Palawija : jagung, padi gogo, kacang tanah,

kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan kedelai Potensial

Hortikultura : kangkung, terong, bayam, kacang panjang, cabekacang merah, sawi,tomat,bayam & mentimun

Potensial

Buah-buahan : pepaya, sawo, nanas, jeruk, durian, jambu biji, rambutan, melinjo, manggis, nangka,alpukat, sirsak, belimbing, mangga, pisang, salak & sukun

Unggul

Perkebunan : kelapa, panili, cengkeh Unggul

Tanaman Hutan

Terbelakan g

Ternak : Kerbau, Sapi Potong, Kambing Potensial

Perikanan

Berkemban g

Sentra Produksi: kelapa & gula kelapa

Sumber : RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028

Beberapa program yang perlu dilakukan untuk menunjang keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan adalah:

a. Penyiapan Master Plan Kawasan Agropolitan termasuk didalamnya rencana-rencana prasarana dan sarana.

b. Percepatan pengembangan infrastruktur, terutama di Desa Jeruk

Kecamatan Bandar sebagai pusat kawasan agropolitan. Pengembangan Infrastruktur dilakukan dengan membentuk struktur ruang yang

mendukung pengembangan kawasan agropolitan diantaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-sumber air dan jaringan utilitas (listrik dan

(14)

Pada tahun 1 (pertama) dukungan sarana prasarana diarahkan pada kawasan-kawasan sentra produksi, terutama pemenuhan kebutuhan air baku, jalan usaha tani, dan pergudangan.

Pada tahun ke 2 (kedua) dukungan sarana prasarana diprioritaskan untuk meningkatkan nilai tambah dan pemasaran termasuk sarana untuk menjaga kualitas serta pemasaran ke luar kawasan agropolitan

Pada tahun ke 3 (ketiga) dukungan sarana prasarana diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman

Adapun sistem pengembangan sarana penunjang yang harus disiapkan terdiri atas:

o Sarana pada kegiatan sub sistem agribisnis usaha tani

o Sarana pada kegiatan sub sistem pengolahan hasil

o Sarana pada kegiatan sub sistem pemasaran hasil

o Sarana yang berupa sub sistem jasa penunjang

c. Pendampingan Pelaksanaan Program; dalam pelaksanaan program agropolitan, masyarakat harus ditempatkan sebagai pelaku utama

sedangkan pemerintah berperan memberikan fasilitasi dan pendampingan sehingga mendapatkan keberhasilan yang lebih optimal.

Agar kawasan agropolitan ini dapat mempunyai daya saing yang sehat dengan kawasan lainnya, terutama dalam mengoptimalkan keunggulan komparatifnya, maka pengembangan kawasan agropolitan tersebut haruslah diberikan insentif yang mendorong perkembangannya. Pengembangan kawasan tersebut haruslah dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kawasan lain dalam sistem pengembangan wilayah secara menyeluruh.

Untuk itu disusun strategi pengembangannya yang mencakup pemberian modal awal, penyusunan kebijakan insentif dan disinsentif agar swasta ikut berperanserta, perlu dukungan sarana prasarana yang memadai, dan mendorong terbangunnya jaringan untuk pemasaran produknya. Dari aspek penataan ruang, strategi tersebut dijabarkan menjadi:

a) mendorong terwujudnya keterpaduan program dalam pengembangan agropolitan yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah

b) mendorong terjadinya kemitraan antar wilayah dan antar stakeholder agar terjadi sinergi optimal

(15)

2.2 RPJP Kabupaten Pacitan Tahun 2005-2025

Visi dalam RPJP Kabupaten Paacitan yakni “Pacitan Yang Mandiri, Berdaya Saing, Aman, Sejahtera yang Menjunjung Nilai-nilai Agama dan Budaya”. Dalam rangka mencapai visi, ditetapkan misi pembangunan yang terdiri dari:

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing, Mandiri, Berakhlak Mulia dan Berbudaya;

2. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Didukung oleh Industri Berbasis Pertanian (Agroindustri), Kelautan dan Pariwisata;

3. Mewujudkan Infrastruktur Daerah yang Berkualitas dalam Mewujudkan Aktifitas Ekonomi yang Stabil;

4. Mewujudkan Suasana Aman dalam Kehidupan Politik, Hukum, Ekonomi, dan Sosial Budaya;

5. Mewujudkan Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berwawasan Lingkungan;

6. Mewujudkan Pemerintahan yang Berkualitas, Berlandaskan Prinsipprinsip Good Governance dan Clean Government.

2.2.1 Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pacitan

Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pacitan Tahun 2005-2025 untuk menjawab isu strategis, diarahkan pada masing-masing misi sebagai berikut:

a. Misi Pertama, Pembangunan Pendidikan, Pembangunan Kesehatan, Pembangunan Kependudukan, Pembangunan Ketenagakerjaan, Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Pembangunan Pemuda dan Olahraga, Pemberdayaan Perempuan, Pembangunan dan Pemantapan Jatidiri Bangsa, Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Kehidupan Beragama, dan Pengembangan Kebudayaan;

b. Misi Kedua, Penguatan Struktur Perekonomian, Penguatan Struktur Industri, Revitalisasi Pertanian, Peningkatan Ketahanan Pangan, Peningkatan Investasi dan Perdagangan, Peningkatan Daya Saing Pariwisata, Peningkatan Daya Saing Industri, Pengembangan Potensi Sumber Daya Kelautan, Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, dan Optimalisasi Peran Lembaga Keuangan dan Perbankan;

c. Misi Ketiga, Pembangunan Transportasi, Pengelolaan Sumber Daya Air, Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Pengembangan Wilayah, Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pembangunan Sistem Informasi dan Komunikasi,;

d. Misi Keempat, Penyempurnaan Struktur Politik, Peningkatan Kualitas Proses Politik, Peningkatan Peranan Komunikasi dan Informasi, Penataan Peran Pemerintah dan Masyarakat, Pembangunan Keamanan dan Ketertiban;

(16)

Kerusakan Lingkungan, Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH, Peningkatan Kesadaran Masyarakat untuk Mencintai Lingkungan, dan Penanganan Bencana;

f. Misi Keenam, Pembangunan Hukum, Penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan Politik, Pembangunan Komunikasi dan Informasi, Peningkatan Kualitas Sumberdaya Aparatur, Pembangunan Keuangan Daerah

2.3 Analisis Location Quotient (LQ) dan Shiftshare Analysis (SSA)

2.3.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Aktivitas perekonomian regional digolongkan menjadi dua sektor kegiatan yakni aktivitas basis dan non basis. Aktivitas basis berperanan sebagai penggerak (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain maka akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, begitu juga sebaliknya. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang sering digunakan adalah Location Quotient (LQ).

Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. LQ adalah rasio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu atau PDRB terhadap total jumlah tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB di suatu daerah (kabupaten) dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama di provinsi dimana kabupaten tersebut berada dalam lingkupnya (Adisasmita, 2005). Tarigan (2004) menyatakan bahwa LQ digunakan sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan untuk sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut. Berikut merupakan rumus yang digunakan dalam menghitung LQ adalah sebagai beikut mernurut Aziz dalam Adisasmita (2005):

Dimana :

ViR = Jumlah PDRB suatu sektor i kabupaten/kota

V

R = Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota

Vi = Jumlah PDRB suatu sektor i tingkat propinsi

V

= Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat propinsi

Apabila hasil perthitungan LQ > 1 maka sektor i tersebut merupakan sektor basis dimana tingkat spesialisasinya kabupaten lebih tinggi dari tingkat propinsi. LQ < 1 maka sektor i tersebut merupakan sektor bukan non basis yang

LQ = Vi R

/VR

(17)

artinya sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat propinsi. Sedangkan nilai LQ = 1, berarti tingkat spesialisasinya kabupaten sama dengan tingkat propinsi.

2.3.2 Shiftshare Analysis (SSA)

Analisis shiftshare adalah metode analisis yang membadingkan perbedaan laju pertumbuhan dari berbagai sektor (industri) di daerah dengan nasional. Analisis shiftshare merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui proses pertumbuan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan perekonomian daerah acuan yaitu daerah yang lebih besar (regional atau nasional.

Teknik analisis shiftshare ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (G) suatu variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N), Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D). berikut bentuk umum

persamaan dari analisis shiftshare dan

komponen-komponennya menurut Prasetyo Soepomo (1993) :

2.4 Pengembangan Agropolitan

2.4.1 Kawasan Agropolitan

Kawasan Agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.

Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada secara utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan, terdesentralisasi, digerakkan oleh masyarakat, dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan perdesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urbanrural linkages) dan menyeluruh hubungan yang bersifat interdependensi/timbal balik yang dinamis.

Suatu kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) yang sudah berkembang harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian dan atau agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan terintegrasi mulai dari:

a. Subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup: mesin, peralatan pertanian, pupuk, dan lain-lain

(18)

b. Subsistem usaha tani/pertanian primer (on farm agribusiness) yang mencakup usaha: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan.

c. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) yang meliputi: industri-industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk

perdagangan untuk kegiatan ekspor

d. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah.

2. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang bersifat interdependensi/timbal balik dan saling membutuhkan di mana kawasan pertanian di perdesaan mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm), sementara kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian antara lain: modal, teknologi, informasi, peralatan pertanian, dan lain sebagainya.

3. Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk didalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata, dan jasa pelayanan.

4. Kehidupan masyarakat di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) sama dengan suasana kehidupan di perkotaan karena prasarana dan infrastruktur yang ada di kawasan agropolitan diusahakan tidak jauh berbeda dengan di kota.

2.4.2 Tujuan Agropolitan

Tujuan yang hendak dicapai dalam konsep agropolitan khususnya dalam pembangunan perdesaan adalah sebagai berikut:

1. Mengubah wilayah perdesaan dengan cara memperkenalkan dan memasukkan kegiatankegiatan non pertanian (industri, perdagangan, dan jasa) yang telah disesuaikan dengan lingkungan perdesaan tersebut sehingga dapat mengurangi arus migrasi desa-kota (Soenarno, 2003).

2. Menyeimbangkan pendapatan desa dan kota serta memperkecil perbedaan-perbedaan sosial ekonomi dengan cara memperbanyak kesempatan kerja produktif dari paduan sektor pertanian dan non pertanian (Lo dan Salih, 1981).

3. Pemanfaatan tenaga kerja secara tepat guna dengan membuka peluang kerja dan berusaha dari perluasan kegiatan usaha non pertanian dan pembangunan infrastruktur pembangunan.

(19)

5. Menyalurkan pengetahuan dan kepandaian penduduk setempat pada kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan keahliannya.

6. Memperbaiki nilai tukar barangbarang antara desa dan kota sehingga tercipta kesesuaian harga yang saling menguntungkan.

2.4.3 Teori Pendukung Konsep Agropolitan

Whitby (1984) dan Friedman (1966) mengemukakan bahwa dalam proses pembangunan perdesaan yang utama perlu diperhatikan adalah sektor pertaian yang merupakan basis perekonomian wilayah perdesaan. Kemudian meneliti wilayah-wilayah potensial untuk pengembangan pertanian. Hubungannya dengan agropolitan adalah bertitik tolak dari pengembagan sektor dasar (pertanian) dalam rangka pembangunan wilayah. Sebagai tindak lanjut dikembangkan industri-industri pengolahan dan jasa-jasa penunjang yang sesuai dengan lingkugan perdesaan. Hal ini sesuai dengan prinsip pembangunan berimbang antara sektor pertanian dan industri (Mubyarto, 1993). Dengan dikembangkannya sektor-sektor pendukung tersebut disamping akan meningkatkan kegiatan sektor pertanian melalui mekanisme keterkaitan sekaligus akan menambah lapangan kerja baru (Todaro, 1994).

Friedman (1976) mengatakan bahwa konsep agropolitan merupakan siasat pembangunan perdesaan yang dipercpat dan dilakukan melalui kerangka tata ruang untuk pembangunannya. Mohser (1969) megatakan bahwa proses produksi pertanian terjadi didalam kegiatan -kegiatan usaha yang tersebar diseluruh wilayah. Untuk menciptakan struktur perdesaan yang progresif diperlukan pusat pemasaran, jalan-jalan perdesaan, tempat percobaan dan penelitian, maupun fasilitas lain yang menunjang proses kegiatan usaha. Usaha-usaha tersebut saling bergantungan sehingga harus dilakukan secara bersama-sama. Strategi mohser tersebut merupakan prasyarat dasar pembagngan agropolitan.

2.5 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah proses identifikasi berbagai faktor secara sistematis guna menentukan rumusan yang tepat dan melakukan strategi perusahaan yang terbaik. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis perusahaan selalu berkaitan erat dengan pengembangan misi, visi, tujuan, strategi serta kebijakan perusahaan. Oleh karenanya perencanaan yang strategis sangat memerlukan analisa-analisa dari masing masing SWOT ini (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman). (Freddy Rangkuti, 2009: 18)

SWOT sangat diperlukan dalam menilai kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan serta menilai kesempatan-kesempatan eksternal maupun tantangan-tantangan yang dihadapi. (Jogiyanto, 2005:46)

(20)

Streghts (Kekuatan)

Pengertian Strenght / kekuatan adalah segala sumber daya yang dimiliki perusahaan baik sumber daya manusia, keterampilan, soft skill, maupun keunggulan lain yang dimiliki perusahaan yang mana dihubungkan dengan para pesaing perusahaan serta kebutuhan pasar. Kekuatan adalah sebuah persaingan khusus yang mampu memberikan keunggulan daripada perusahaan lain dalam hal kompetisi.

Weakness (Kelemahan)

Weakness / kelemahan merupakan suatu keterbatasan serta kekurangan dalam sebuah perusahaan (dalam hal sumber dayanya, kapabilitas karyawannya, serta penguasaan keterampilan dimana nantinya akan menghambat kinerja perusahaan ke depannya. Keterbatasan lain yang dapat menghambat jalannya perusahaan antara lain : fasilitas, tunjangan, sumber daya keuangan perusahaan, kapabilitas manajemen, serta kelihaian bagian pemasaran.

Opportunities (Peluang)

Peluang merupakan suatu kesempatan yang sangat penting yang sangat ditunggu oleh masing-masing perusahaan. Peluang-peluang yang datang ini pada umumnya bersifat akan menguntungkan perusahaan. Namun terkadang peluang yang datang ini belum tentu langsung bisa disambut oleh perusahaan tersebut dikarenakan kendala-kendala tertentu.Contoh peluang yang kedepannya bisa mendatangkan keuntungan kepada perusahaan antara lain perubahan teknologi, peningkatan hubungan dengan pembeli maupun supplier, dan lain-lain.

Threats (Ancaman)

Kebalikannya dengan peluang, Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan perusahaan. Hal ini menjadi pengganggu jalannya roda bisnis perusahaan dan mengancam posisi perusahaan di dalam pasar, maupun mengganggu tujuan perusahaan. Contoh ancaman yang sering dihadapi perusahaan yaitu aturan-aturan baru dari pemerintah yang sangat merugikan pengusaha.

Setelah menentukan apa saja yang termasuk kedalam masing-masing komponen, selanjutnya akan dilakukan perumusan strategi dengan menyilangkan antara komponen yang ada di Strengths dengan Opportunities, Strengths dengan Threats, Weakness dengan Opportunities, dan Weakness dengan Threats. Seperti yang digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 2 Deskripsi Analisis SWOT

Intern al

Strenghts Weakneses

1. terdapat 12 hydran 1. tidak terdapat prosesdur /

(21)

eksternal

2. terdapat alat

pemadam api ringan

penanganan kebakaran

2. penghuni pasar tidak dapat menggunakan alat pemadam api ringan

3. Tidak terdapat ahli K3

4. hydran tidak dapat digunakan

Opportunities Strategi S – O Strategi W – O

1. memiliki lokasi

yang dekat

dengan kantor pemadam

kebakaran

1. pembentukan sarana berupa pemadam api yang sesuai

dengan standar

penyediaan (S1, S2, O1)

2. menciptakan hubungan

kerjasama antara badan pengelola dengan dinas

pemadam kebakaran

setempat (W1, W2, W4, O1)

3. menciptakan petugas yang terlatih (W3, O1)

Threats Strategi S - T Strategi W – T

1. lokasi yang sulit dijangkau

karena memiliki kepadatan tinggi

2. pembentukan jalur evakuasi bencana di gedung dan sekitar Pasar Turi (S1, S2, T1)

3. ekskalasi kemampuan dalam

penanganan bencana

kebakaran (W1, W2, W3, W4, T1)

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalistik deduktif.

3.2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan yakni pendekatan campuran baik secara kuantitatif maupun kualitatif digunakan untuk mencapai setiap sasaran dalam penelitian.Sasaran satu dan sasaran dua menggunakan pendekatan kuantitatif, selanjutnya sasaran ketiga dan sasaran keempat menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis sektor basis dan perubahan struktur ekonomi daerah terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk merumuskan strategi peningkatan perekonomian dengan menganalisis potensi masalah baik dari internal dan eksternal.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah survei sekunder. Tahapan pengumpulan data melalui survei sekunder ini yakni dengan melakukan survei literatur dan survei instansi. Sesuai dengan data yang dibutuhkan, survei literatur diperlukan untuk melakukan sintesa variabel penelitian dan penyusunan hipotesis. Sedangkan survei instansi diperlukan untuk memperoleh data yang akan diproses dalam tahapan analisis. Data melalui instansi ini dipermudah dengan penyediaan data yang dapat diakses secara online.

3.4 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, teknik analisis yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif diantaranya adalah metode Location Quotient, Shift Share, Deskriptif kualitatif dan SWOT yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 3 Metode Analisis

(23)

Mengidentifikasi besaran peranan sektor ekonomi unggulan

Location Quotient Sektor ekonomi unggulan di Kota Ambon

Menganalisa

perubahan struktur ekonomi yang terjadi dengan menggambarkan kondisi kedudukan sektor unggulan

Shift-Share Gambaran kondisi sektor unggulan (tumbuh cepat atau lambat, daya saing, keunggulan komparatif)

Mengidentifikasi potensi dan masalah sektor unggulan

Potensi dan masalah pengembangan sektor

unggulan dari kondisi internal dan kondisi

eksternal

Merumuskan strategi peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas sektor basis

Hasil analisis sasaran satu sampai dengan tiga kualitas sektor basis

(24)
(25)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Persoalan

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Wilayah ini menyelenggarakan urusan pemerintahannya dengan mengacu pada prinsip otonomi daerah. Dimana setiap daerah dituntut untuk mampu mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Untuk menjalankan prinsip otonomi daerah ini, salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan kondisi perekonomian daerah yang berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam mendukung kompleksitas otonomi daerah di Kabupaten Pacitan maka sangat penting didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Sehingga struktur ekonomi dapat menjadi salah satu indikator menilai pertumbuhan ekonomi melalui perhitungan nilai total PDRB maupun peranan sub kategori terhadap kategorinya. Pada tahun 2014 besaran PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Pacitan sebesar Rp. 10,492 triliun dan tahun 2015 mencapai Rp. 11,591 triliun. Sedangkan berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2010, nilai PDRB pada tahun 2014 mencapai Rp. 8,582 triliun dan tahun 2015 sebesar Rp. 9,020 triliun ataun naik 5,10%. Sehingga, peresentase kenaikan kontribusi PDRB ini menunjukkan angka yang potensial bagi pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Pacitan.

Dalam struktur ekonomi Kabupaten Pacitan terdapat tiga lapangan usaha utama yaitu kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, seta kategori konstruksi menjadi penyumbang terbesar perekonomian Kabupaten Pacitan dengan kontribusi 61,39 persen pada tahun 2015. Penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Pacitan adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mampu menyerap tenaga kerja terbanyak 201.770 jiwa atau sekitar 57,69 persen dari total penduduk yang bekerja. Artinya dengan dominasi lahan pertanian yang cukup luas, pengelolaannya dapat menyerap tenaga dan sekaligus dapat berperan sebagai multiplier effect

(26)

sebuah peluang pengembangan. Untuk itu dilakukan analisis yang bertujuan mengetahui sektor basis dan analisis kondisi kedudukan sektor basis tersebut agar dapat dirumuskan strategi optimalisasi peningkatan perekonomian di Kabupaten Pacitan.

4.2 Analisa Persoalan

Analisa persoalan dilakukan dalam 2 (dua) tahapan yakni tahapan analisa location quotient dan analisa Shift Share. Proses analisa tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

4.2.1 Analisa Location Quotient

Metode analisa Location Quotient (LQ) memiliki logika dasar mengenai teori basis ekonomi. Teori ini secara umum menjelaskan mengenai sektor basis dan sektor non basis. Tarigan (2005) menjelaskan teori basis ekonomi merupakan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.

Pengertian dari sektor basis adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar di daerah maupun di luar daerah. Sehingga daerah memiliki kemampuan untuk melakukan ekspor barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain. Sedangkan sektor non basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya baik berupa barang atau jasa diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Hal ini sejalan dengan konsep swasembada, mandiri, kesejahteraan dan kualitas hidup sangat menentukan dalam kegiatan non basis ini.

Tabel 4 Input Data PDRB Kabupaten Pacitan Menurut Lapangan Usaha Dalam Miliar Tahun 2011-2015

Kateg

ori Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

A

Pertanian,

Kehutanan, dan

Perikanan 2255,6

2569,

1 2853,9 3203,6 3528,9 Pertanian, Peternakan,

Perburuan &

Js.Pertanian 1644,4

1814, 7

1971,

0 2173,9 2371,5

Tanaman Pangan 892,3 980,1 1052,2 1144,0 1243,0

Tanaman Hortikultura 127,5 130,9 138,8 151,4 164,8

Perkebunan 252,1 278,4 297,2 333,1 363,5

(27)

Jasa Pertanian dan

Perburuan 14,2 15,6 17,4 19,6 23,1

Kehutanan dan

Penebangan Kayu 38,6 55,6 67,0 79,8 90,2

Perikanan 572,6 698,8 815,9 950,0 1067,2

B Pertambangan dan Penggalian 493,7 507,7 543,3 619,4 681,0 Pertambangan Minyak,

Gas dan Panas Bumi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Pertambangan

Batubara dan Lignit 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Pertambangan Bijih

Logam 3,8 0,0 0,0 0,0 0,0

Pertambangan dan

Penggalian Lainnya 489,9 507,7 543,3 619,4 681,0

C Industri Pengolahan 552,0 586,8 638,9 703,8 763,1 Industri Batubara dan

Pengilangan Migas 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Industri Makanan dan

Minuman 182,3 202,1 223,5 249,6 281,0

Pengolahan Tembakau 49,2 55,0 61,2 68,8 77,8

Industri Tekstil dan

Pakaian Jadi 12,0 12,9 13,9 15,1 16,3

Industri Kulit, Barang

dari Kulit & Alas Kaki 0,6 0,6 0,7 0,8 0,9

Industri Kayu, Barang

dari Kayu dan Gabus 194,3 198,4 212,7 232,0 239,5

Industri Kertas dan

Barang dari Kertas 2,2 2,3 2,4 2,5 2,7

Industri Kimia, Farmasi

dan Obat Tradisional 12,6 14,3 15,9 17,6 19,1

Industri Karet, Barang

dari Karet dan 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Industri Barang Galian

bukan Logam 40,4 43,6 46,9 50,4 52,7

Industri Logam Dasar 4,7 0,0 0,0 0,0 0,0

Industri Barang dari

Logam, Komputer, 2,6 3,0 3,4 3,7 4,1

Industri Mesin dan

Perlengkapan YTDL 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Industri Alat Angkutan 1,1 1,2 1,2 1,3 1,3

Industri Furnitur 30,5 33,4 36,8 40,0 44,2

Industri pengolahan

lainnya, jasa reparasi 19,2 19,9 20,2 21,8 23,3

D Pengadaan Listrik dan Gas 2,8 2,9 2,9 3,0 3,3

Ketenagalistrikan 2,8 2,9 2,9 3,0 3,3

Pengadaan Gas dan

Produksi Es 0 0,0 0,0 0,0 0,0

E Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah 7,0 7,7 8,8 9,6 10,4

(28)

7 8 0

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi mobil 1200,3

1350,

4 1518,5 1669,3 1866,6 Perdag. Mobil/Motor

dan Reparasinya 103,4 112,7 126,4 135,5 146,2

Perdag. Besar dan Eceran, Bkn

Mobil/Motor

1096,9 1237,7 1392,1 1533,9 1720,3

H Transportasi dan Pergudangan 151,3 165,8 188,5 217,3 248,4

Angkutan Rel 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Angkutan Darat 120,4 131,3 149,4 173,4 199,9

Angkutan Laut 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Angkutan Sungai Danau &

Penyeberangan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Angkutan Udara 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Pergudangan & JPA,

Pos/Kurir 30,8 34,5 39,1 43,8 48,5

I Penyediaan Akomodasi dan

Makanan Minum 132,9 153,8 174,7 201,3 232,2

Penyediaan Akomodasi 4,2 5,2 6,3 8,0 8,7

Penyediaan Makan

Minum 128,7 148,5 168,4 193,4 223,5

J Informasi dan komunikasi 429,6 471,6 521,1 563,5 624,7

K Jasa Keuangan dan asuransi 127,0 151,3 178,5 202,2 227,9

Jasa Perantara

Keuangan 50,5 61,2 74,1 84,4 95,2

Asuransi dan Dana

Pensiun 27,8 33,1 38,4 43,1 48,6

Jasa Keuangan Lainnya 48,7 57,0 65,9 74,5 84,0

Jasa Penunjang

Keuangan 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1

L Real Estate 120,6 131,4 146,6 155,7 178,0 M,N Jasa Perusahaan 20,7 22,8 25,4 27,7 30,9

O Adm. Pemerintahan, Pertanahan&Jamina

n Sosial Wajib 382,6 415,0 433,2 446,6 483,8 P Jasa Pendidikan 336,9 393,4 451,3 509,0 569,1 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 64,7 73,5 83,9 95,6 106,6 R,S,T Jasa Lainnya 212,7 223,6 244,0 276,8 315,7

PDRB Sumber : Data BPS, 2017

Tabel 5 Hasil Perhitungan Location Quotient

(29)

Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan

Js.Pertanian 1,334286543 1,323132542 1,313823573 1,301473099 1,259530471 Tanaman Pangan 1,71937111 1,685240151 1,646056132 1,62391612 1,554879224 Tanaman Perkebunan 1,035117939 0,998287426 0,990313762 0,987038241 0,96878969

Peternakan 1,154870705 1,192902187 1,211745889 1,225999542 1,196563754 Jasa Pertanian dan

Perburuan Kehutanan dan

Penebangan Kayu

Perikanan 2,499905268 2,550225206 2,507727194 2,512523808 2,429892499 Pertambangan

dan Penggalian 0,725796486 0,727759251 0,701384148 0,74348477 1,007949468 Pertambangan

Minyak, Gas dan

Panas Bumi 0 0 0 0 0

Pertambangan Batubara dan

Lignit 0 0 0 0 0

Pertambangan

Bijih Logam 0,707626489 0 0 0 0

Pertambangan dan Penggalian

Lainnya 2,561227783 2,527857117 2,583284766 2,530760988 2,454426256 Industri Industri Batubara

dan Pengilangan

Migas 0 0 0 0 0

Industri Makanan dan Minuman

Tembakau 0,307863493 0,297714639 0,301027327 0,294132471 0,293883585 Industri Tekstil

dan Pakaian Jadi 0,310105956 0,293740774 0,287942573 0,281940322 0,277745086 Industri Kulit,

Barang dari Kulit

& Alas Kaki 0,018527399 0,016318244 0,016559685 0,016776966 0,016713111 Industri Kayu, Industri Kertas

dan Barang dari Industri Kimia,

(30)

Barang dari Karet

dan 62 62 1 09 17

Industri Barang Galian bukan

Logam 0,284031682 0,273959344 0,273959344 0,267959187 0,252530103 Industri Logam

Dasar 0,041280001 0 0 0 0

Industri Barang dari Logam,

Komputer, 0,02684728 0,027108554 0,026847281 0,02651908 0,02590133 Industri Mesin dan

Perlengkapan

YTDL 0 0 0 0 0

Industri Alat

Angkutan 0,060822495 0,06237329 0,05773143 0,058788568 0,053348257 Industri Furnitur 0,34079911 0,355077153 0,36077843 0,34418146 0,339990705 Industri

pengolahan lainnya, jasa reparasi

Listrik dan Gas 0,086644575 0,080615287 0,086141056 0,08197135 0,08475379 Ketenagalistrikan 0,305138739 0,296639534 0,295459529 0,298158688 0,293890466 Pengadaan Gas

dan Produksi Es 0 0 0 0 0

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah 1,212540879 1,228879372 1,283785693 1,317544945 1,292216449

Konstruksi 1,565588449 1,560537153 1,55226772 1,536805836 1,487721355 Perdagangan

Mobil/Motor dan Reparasinya Perdag. Besar dan

Eceran, Bkn

Mobil/Motor 1,428131154 1,428540172 1,437396688 1,436237264 1,393133167 Transportasi

dan

Pergudangan 0,891951828 0,820670822 0,785652611 0,773018245 0,765158826

Angkutan Rel 0 0 0 0 0

Angkutan Darat 2,399852073 2,419839305 2,416508271 2,413720195 2,401443083

Angkutan Laut 0 0 0 0 0

Angkutan Sungai Danau &

Penyeberangan 0 0 0 0 0

Angkutan Udara 0 0 0 0 0

Pergudangan &

JPA, Pos/Kurir 0,904518737 0,874863972 0,852913419 0,839542721 0,822527738 Penyediaan

(31)

Makanan Minum

Makan Minum 1,024419742 1,041136208 1,061012443 1,06175201 1,046638122 Informasi dan

komunikasi 1,277133452 1,253605728 1,24702685 1,245884343 1,225026496 Jasa Keuangan

dan asuransi Jasa Perantara

Keuangan 0,994234292 1,00219501 1,01322666 1,024618026 1,003289645 Asuransi dan

Dana Pensiun 1,251845906 1,256754199 1,246460495 1,227612591 1,202184622 Jasa Keuangan

Lainnya Jasa Penunjang

Keuangan 0

Real Estate 1,183376197 1,179719651 1,175348532 1,144910441 1,127531512

Jasa Perusahaan 1,141226671 1,132163072 1,113213895 1,09498385 1,077863408 Adm.

Pemerintahan, Pertanahan&Ja minan Sosial

Wajib 1,60491942 1,55421241 1,521887366 1,516722411 1,472069157

Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial 1,828957693 1,831400373 1,856554921 1,834699015 1,802584051

Jasa Lainnya Sumber : Hasil Analisa, 2017

Berdasarkan hasil perhitungan location quotient, terdapat beberapa sektor yang dinilai basis seperti :

 Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

 Sektor pengadaan listrik dan gas

 Sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah

 Sektor konstruksi

 Sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil

 Sektor informasi dan komunikasi

 Sektor jasa keuangan dan asuransi

 Sektor real estate

 Sektor jasa perusahaan

 Sektor adm. Pemerintahan, pertanahan & jaminan sosial wajib

(32)

 Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial

 Sektor jasa lainnya.

Untuk mencapai efektivitas peningkatan perekonomian daerah maka fokusan analisis juga mempertimbangkan analisis kebijakan. Dimana dalam kebijakan yang termuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan Tahun 2009-2028 mengarahkan pada pengembangan wilayah berbasis agropolitan dalam meningkatkan laju pertumbuhan sektor atau sub sektor ekonomi yang produk-produknya telah mampu bersaing dan mengisi pasar di luar Kabupaten Pacitan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi. Sehingga, analisis berfokus pada sektor pertanian.

Berdasarkan data perhitungan LQ di atas, dapat diinterpretasikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Pacitan karena sektor atau kegiatan ekonomi tersebut melayani baik pasar di daerah maupun di luar daerah. Sehingga daerah memiliki kemampuan untuk melakukan ekspor barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain.

Analisis ini sinergis dengan identifikasi persoalan yang ditinjau dari struktur perekonomian PDRB Kabupaten Pacitan pada bab sebelumnya. Sehingga hasil perhitungan LQ ini bersifat konfirmatif, yang kemudian dapat ditindaklanjuti dengan mengetahui kondisi pertumbuhan sektor pertanian. Untuk mengetahuinya, maka dilakukan analisa Shift Share.

4.2.2 Analisa Shift Share

Analisis shift share adalah salah satu metode analisa perubahan struktur ekonomi daerah dibanding perekonomian nasional. Selain itu analisis ini memberikan data terkait kinerja perekonomian yang meliputi :

1) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral yang dibandingkan dengan perubahan sektor yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan

2) Pergeseran proporsional dengan mengukut perubahan relatif pertumbuhan atau penurunan pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar dijadikan acuan. Pengukuran ini juga dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi perekonomian daerah

(33)

positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan

Formula analisis Shift Share adalah sebagai berikut : PE = KPN + KPP + KPPW Keterangan :

PE : Pertumbuhan ekonomi

KPN : Komponen Pertumbuhan Nasional KPP : Komponen Pertumbuhan Proporsional

KPPW : Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Keterangan :

Yt : Indikator ekonomi wilayah nasional,akhir tahun analisis/jumlah total PDRB Provinsi pada tahun akhir analisis

Yo : indikator ekonomi wilayah nasional, awal tahun analisis/jumlah total PDRB Provinsi pada awal tahunanalisis

Yit : indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, akhir tahun analisis/jumlah PDRB sektor i Provinsi akhir tahun analisis

Yio : indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, awal tahun analisis/jumlah PDRB sektor i Provinsi awal tahun analisis

Dengan menggunakan formula di atas maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 6 Hasil Perhitungan Analisis Shift Share

Substan si

KPN KPP KPPW PE

Analisis perhitun

gan kompone

n shift share

0,11483400980 485

0,0284624989277 269

-0,013291994571 9

0,1300045 14

Interpret asi

Nilai KPN 0,114 artinya persentase

KPP bernilai positif menjelaskan spesialisasi dalam

KPPW bernilai negatif menjelaskan

Angka pertumbuh

(34)

pengaruhnya terhadap pertumbuhan nasional sebesar

11,4%

sektor yang secara nasional tumbuh Sumber : Hasil Analisis, 2017

Analisis ini dapat dikembangkan dengan mengembangkan interpretasi KPP dan KPPW berpedoman pada kriteria berikut :

Tabel 7 Kriteria interpretasi KPP dan KPPW

KRITERIA KPPW (+) KPPW (-)

KPP (+ Sektor tersebut secara

Nasional tumbuh cepat dan memiliki daya saing keunggulan komparatif

Sektor tersebut secara Nasional tumbuh cepat tetapi tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif

KPP (-) Sektor tersebut secara Nasional tumbuh lambat tetapi memiliki daya saing keunggulan komparatif

Sumber : Studi Literatur, 2017

Berdasarkan kriteria interpretasi di atas, Sektor pertanian Kabupaten Pacitan memiliki kondisi secara nasional tumbuh cepat tetapi tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif. Selain itu hasil perhitungan bersih yang diperoleh dari jumlah persentase 1,52% artinya progresif.

4.2.3 Analisis SWOT

(35)

Share. Dari sumber-sumber tersebut, dihasilkan potensi dan masalah sebagai berikut:

Tabel 8 Identifikasi Potensi & Masalah

Potensi Masalah

 Penduduk Kabupaten Pacitan

mayoritas merupakan petani

 Lahan pertanian yang tersedia luas

 Sektor pertanian yang menjadi hal

utama dalam agropolitan merupakan sektor basis perekonomian

 Adanya arahan pengembangan

agropolitan dalam RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028

 Adanya arahan pengembangan

infrastruktur untuk mengarah ke agropolitan

 Kualitas pendidikan masyarakat

yang masih lulusan SD/Sederajat

 Sektor pertanian memiliki nilai

daya saing yang lemah

 Perubahan penggunaan lahan yang

mengikis lahan pertanian

 Adanya pengaruh persaingan

pasar global

Sumber : Hasil Analisis, 2017

Setelah dilakukan perumusan potensi dan masalah yang ada, selanjutnya dilakukan pengelompokan potensi dan masalah sesuai dengan sumbernya. Dimana potensi yang berasal dari internal akan dikelompokan kedalam Strength (Kekuatan), dan yang berasal dari eksternal akan dikelompokan kedalam Opportunity (Peluang). Sedangkan masalah yang berasal dari internal akan dikelompokan kedalam Weakness (Kelemahan), dan yang berasal dari eksternal akan dikelompokan kedalam Threat (Ancaman).

Pengelompokan potensi dan masalah yang ada kedalam kelompok-kelompok SWOT dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9 Identifikasi SWOT

Strength Weakness Opportunity Threat

 Penduduk yang masih lulusan

 Sektor pertanian yang

menjadi hal utama dalam agropolitan merupakan sektor basis

 Perubahan

(36)

petani memiliki nilai daya saing yang lemah

perekonomian

 Adanya arahan

pengembangan

agropolitan dalam RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028

 Adanya arahan

pengembangan infrastruktur untuk mengarah ke agropolitan

pertanian

 Adanya

pengaruh persaingan pasar global

Sumber : Hasil Analisis, 2017

Setelah dilakukan pengelompokan kedalam masing-masing kelompok SWOT, maka selanjutnya akan dilakukan analis SWOT dengan cara menyilangkan antara Strenght dengan Opportunity, Weakness dengan Opportunity, Strenght dengan Threat, dan Weakness dengan Threat. Secara detail dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 1 Analisis SWOT

Internal

Eksternal

Strenghts Weakneses

1. Penduduk Kabupaten Pacitan mayoritas merupakan petani

2. Lahan pertanian yang tersedia luas

1. Kualitas pendidikan masyarakat yang masih lulusan SD/Sederajat

2. Sektor pertanian memiliki nilai daya saing yang lemah

Opportunities Strategi S – O Strategi W – O

1. Sektor pertanian yang menjadi hal utama dalam agropolitan

1. Optimalisasi sektor pertanian dengan memanfaatkan SDM

(37)

merupakan se

2. ktor basis perekonomian

3. Adanya arahan pengembangan agropolitan dalam RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2028

4. Adanya arahan pengembangan infrastruktur untuk mengarah ke agropolitan

dan lahan pertanian yang ada (S1, S2, O1)

2. Pemanfaatan lahan pertanian untuk pengembangan infrastruktur kawasan agropolitan (S2, O2, O3)

(W1, O2)

4. Peningkatan nilai daya saing sektor pertanian dengan perbaikan infrastruktur

agropolitan (W2, O1, O3)

Threats Strategi S - T Strategi W – T

1. Perubahan

penggunaan lahan yang mengikis lahan pertanian

2. Adanya pengaruh persaingan pasar global

5. Peningkatan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan regulasi terkait kawasan agropolitan (S2 T1)

6. Pembentukan lembaga pertanian untuk

mempersiapkan masyarakat dalam emnghadapi persaingan global (S1, T2)

7. Peningkatan inovasi dalam pengembangan agropolitan agar dapat bersaing secara global (W1, W2, T1, T2)

Sumber : Hasil Analisis, 2017

Dari penyilangan tersebut, dapat ditarik strategi sebagai berikut:

(38)

2. Pemanfaatan lahan pertanian untuk pengembangan infrastruktur kawasan agropolitan

3. Peningkatan kualitas SDM terkait prinsip-prinsip agropolitan

4. Peningkatan nilai daya saing sektor pertanian dengan perbaikan infrastruktur agropolitan

5. Peningkatan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan regulasi terkait kawasan agropolitan

6. Pembentukan lembaga pertanian untuk mempersiapkan masyarakat dalam emnghadapi persaingan global

(39)

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Wilayah ini menyelenggarakan urusan pemerintahannya dengan mengacu pada prinsip otonomi daerah. Dimana setiap daerah dituntut untuk mampu mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Untuk menjalankan prinsip otonomi daerah ini, salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan kondisi perekonomian daerah yang berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam mendukung kompleksitas otonomi daerah di Kabupaten Pacitan maka sangat penting didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Sehingga struktur ekonomi dapat menjadi salah satu indikator menilai pertumbuhan ekonomi melalui perhitungan nilai total PDRB maupun peranan sub kategori terhadap kategorinya. Perhitungan tersebut digunakan untuk menentukan sektor basis yang dimiliki Kabupaten Pacitan.

Dari hasil perhitungan sektor basis didapatkan bahwa sektor basis yang dimilik oleh Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut :

 Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

 Sektor pengadaan listrik dan gas

 Sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah

 Sektor konstruksi

 Sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil

 Sektor informasi dan komunikasi

 Sektor jasa keuangan dan asuransi

 Sektor real estate

 Sektor jasa perusahaan

 Sektor adm. Pemerintahan, pertanahan & jaminan sosial wajib

 Sektor jasa pendidikan

 Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial

 Sektor jasa lainnya.

(40)

Dalam penyusunan strategi untuk meningkatkan perekonomian Pacitan, digunakan analisis SWOT yang berangkat pada potensi dan masalah yang dimiliki oleh Kabupaten Pacitan. Dan menghasilkan tujuh strategi dalam pengembangan perekonomian Kab. Pacitan berbasis Agropolitan sebagai berikut :

1. Optimalisasi sektor pertanian dengan memanfaatkan SDM dan lahan pertanian yang ada

2. Pemanfaatan lahan pertanian untuk pengembangan infrastruktur kawasan agropolitan

3. Peningkatan kualitas SDM terkait prinsip-prinsip agropolitan

4. Peningkatan nilai daya saing sektor pertanian dengan perbaikan infrastruktur agropolitan

5. Peningkatan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan regulasi terkait kawasan agropolitan

6. Pembentukan lembaga pertanian untuk mempersiapkan masyarakat dalam emnghadapi persaingan global

7. Peningkatan inovasi dalam pengembangan agropolitan agar dapat bersaing secara global

3.2 Lesson Learned

Dalam penyusunan makalah ini, lesson learned yang didapat oleh tim penyusun adalah :

 Efektivitas peningkatan perekonomian suatu wilayah dapat didorong

dengan pengembangan strategis sektor basis yang ada pada wilayah tersebut

 Peningkatan perekonomian perlu dilakukan sinergis dengan arahan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

RTRW Kabupaten Pacitan 2009-2029

RPJP Kabupaten Pacitan 2005 – 2025

Adisasmita, H. R. (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Karafir, Y. (2004). Pengembangan Agropolitan Grime-Sekori. Manokwari-Papua: Pusat Penelitian Pemberdayaan Fiskal dan Ekonomi Daerah.

Rustiadi, E., & Pranoto, S. (2007). Agropolitan : Membangun Ekonomi Perdesaan. Bogor: Crestpent Press.

(42)

LAMPIRAN

Berikut input data yang digunakan

1. PDRB Kabupaten di Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha Dalam Miliar Tahun 2011-2015

Kategor

i Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

A

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

145575,

0 164529,0

182781 ,9

204837, 4

228359, 7

Pertanian, Peternakan, Perburuan &

Js.Pertanian 118673,4 131748,1

144117,

0 160264,7 177658,9

Tanaman Pangan 49973,1 55866,5 61407,2 67592,1 75430,5

Tanaman Hortikultura 13757,3 14293,2 14977,8 16848,5 18651,6

Perkebunan 23451,9 26789,0 28829,8 32379,8 35403,6

Peternakan 29866,7 32999,7 36896,1 41141,6 45508,0

Jasa Pertanian dan

Perburuan 1623,7 1800,1 2006,5 2302,7 2664,8

Kehutanan dan

Penebangan Kayu 4845,9 6458,8 7409,5 8294,8 9259,3

Perikanan 22055,8 26321,9 31255,2 36278,3 41441,1

B

Pertambangan dan

Penggalian 65500,3 67013,5

74413,

1 79934,2 63750,1

(43)

Minyak, Gas dan Panas Bumi

Pertambangan

Batubara dan Lignit 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Pertambangan Bijih

Logam 517,1 540,8 509,1 648,3 525,1

Pertambangan dan

Penggalian Lainnya 18418,5 19292,9 20203,8 23483,0 26180,0

C Industri Pengolahan

210639,

8 233736,6

255086 ,6

285991, 6

315514, 2

Industri Batubara dan

Pengilangan Migas 899,4 754,4 886,2 920,2 908,9

Industri Makanan dan

Minuman 68214,4 75876,1 83445,4 93469,4 107604,6

Pengolahan Tembakau 15388,7 17746,2 19530,4 22442,9 24979,1

Industri Tekstil dan

Pakaian Jadi 3726,2 4218,6 4637,4 5138,7 5537,5

Industri Kulit, Barang

dari Kulit & Alas Kaki 3118,4 3532,0 4060,8 4575,2 5081,1

Industri Kayu, Barang

dari Kayu dan Gabus 19414,8 19779,9 21892,3 24377,0 25318,2

Industri Kertas dan

Barang dari Kertas 17796,5 18229,9 18410,9 19498,1 21274,1

Industri Kimia, Farmasi

(44)

Industri Karet, Barang

dari Karet dan 15608,4 16445,7 17124,2 18587,1 19604,2

Industri Barang Galian

bukan Logam 13696,5 13696,5 16445,7 18046,6 19691,1

Industri Logam Dasar 10963,6 11969,6 13093,7 15557,9 15672,2

Industri Barang dari

Logam, Komputer, #VALUE! 10630,6 12165,9 13386,8 14936,0

Industri Mesin dan

Perlengkapan YTDL 323,9 351,4 377,2 430,7 473,9

Industri Alat Angkutan 1741,5 1848,1 1996,8 2121,7 2299,3

Industri Furnitur 8617,8 9035,8 9798,8 11150,8 12266,7

Industri pengolahan

lainnya, jasa reparasi 2926,8 2993,9 3008,7 3290,6 3508,6

D

Pengadaan Listrik

dan Gas 3111,8 3455,6 3234,1 3511,5 3673,9

Ketenagalistrikan 883,6 939,1 942,9 965,4 1059,5

Pengadaan Gas dan

Produksi Es 2228,4 2516,7 2291,4 2546,1 2614,7

E

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah 555,9 601,9 658,5 699,1 759,4

F Konstruksi 67767,3 76987,8

86815,

0 99118,7

109088, 6

(45)

dan Eceran;

Reparasi mobil 5 ,4 6 1

Perdag. Mobil/Motor

dan Reparasinya 26447,8 29285,0 34160,8 36867,9 39437,6

Perdag. Besar dan Eceran, Bkn

Mobil/Motor 73959,5 83227,3 93037,8 102471,8 116515,6

H

Transportasi dan

Pergudangan 16334,0 19407,0

23048,

7 26971,4 30631,8

Angkutan Rel 101,4 131,0 148,2 189,1 241,3

Angkutan Darat 4831,0 5212,2 5939,2 6892,8 7854,4

Angkutan Laut 718,3 804,2 928,9 1088,8 1255,6

Angkutan Sungai Danau &

Penyeberangan 320,0 332,7 369,2 412,7 460,1

Angkutan Udara 7084,8 9138,9 11259,6 13382,3 15256,8

Pergudangan & JPA,

Pos/Kurir 3278,9 3788,1 4403,9 5005,7 5563,7

I

Penyediaan Akomodasi dan

Makanan Minum 13483,4 15350,8

17262,

3 20040,7 23057,6

Penyediaan

Akomodasi 1385,1 1648,8 2015,0 2564,0 2909,3

Penyediaan Makan

Gambar

Tabel 1 Rencana Pengembangan Potensi Sektor Pertanian Berdasarkan
Tabel 2 Deskripsi Analisis SWOT
Gambar 1 Kerangka Pikir
Tabel 4 Input Data PDRB Kabupaten Pacitan Menurut Lapangan UsahaDalam Miliar Tahun 2011-2015
+6

Referensi

Dokumen terkait

 Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi. dan Tata Kerja

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah mengenai “B agaimana pertunjukan seni terebang gebes grup Candralijaya pada

saat pengumpulan data penelitian, dilakukan dengan cara observasi non partisipan. Peneliti tidak terlibat dalam memainkan objek yang di teliti, melainkan hanya.. observasi

[r]

PERTUNJUKAN SENI TEREBANG GEBES GRUP CANDRALIJAYA PADA ACARA HAJAT LEMBUR.. DI KAMPUNG CIRANGKONG DESA CIKEUSAL KECAMATAN TANJUNGJAYA

Ruky (2001) menguraikan bahwa tercapai atau tidaknya suatu tujuan perusahaan tidak semata-mata karena perusahaan telah memiliki bawahan dengan kemampuan yang baik dan tinggi,

[r]

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.