PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PROGRAM BEF ORE-AF TER (BA) SERTIFIKASI GURU SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN KUALITAS GURU
BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh:
ARRUM DAMAYANTI 115030100111100/ 2011
DEWI PURNIMA 115030101111068/ 2011
LITA AYU 105030201111119/ 2010
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
ii FORMAT HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT
1. Judul Kegiatan : PROGRAM BEFORE-AFTER (BA) SERTIFIKASI
GURU SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN
KUALITAS GURU
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( √ ) PKM-GT
3. Ketua Kelompok
a.Nama Lengkap : Arrum Damayanti
b.NIM : 115030100111100
c.Jurusan : Administrasi Publik
d.Universitas : Brawijaya, Malang
e.Alamat Rumah/ Nomor Telepon : Jl. Raya Merakurak, Tuban f. Alamat E-mail : [email protected]
4. Anggota Penulis : 2 orang
5. Dosen Pendamping
a.Nama Lengkap dan Gelar : Moh. Said, S.Sos, MAP
b.NIP : 19780630 200812 1 003
Malang, 2 Maret 2012
Menyetujui,
Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana Kegiatan
Bidang Kemahasiswaan
(Drs. Heru Susilo, M.A) (Arrum Damayanti)
NIP. 19591210198601 1 001 NIM. 115030100111100
Pembantu Rektor Bidang Dosen Pembimbing
Kemahasiswaan
iii KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya. Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti Lomba Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Tinggi.
Karya tulis ini berjudul “Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru
sebagai Solusi Peningkatan Kualitas Guru.” Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan gagasan dalam memperbaiki sistem sertifikasi guru yang sudah berjalan, karena sistem sertifikasi guru yang sudah berjalan saat ini cenderung dirasakan kurang efektif.
Program BA ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas baik dari segi sertifikasi maupun dari segi kesiapan guru tersebut sebagai tenaga pendidik yang berkualitas. Program ini dibagi menjadi dua bagian yaitu program sebelum diadakannya sertifikasi dengan pelaksanaan mentoring dan program setelah sertifikasi yang berupa pemberian reward sesuai grade yang diterima setelah sertifikasi dan evaluasi berkelanjutan. Program BA ini dilaksanakan oleh kerjasama antara pihak swasta dengan pihak pemerintah.
Sejak awal sampai dengan akhir penulisan ini, tidak sedikit bantuan yang penulis terima dan karenanya dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Moh. Said, S. Sos, MAP selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan pada kelompok penulis, sehingga karya penulis lebih terarah.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan penulisan selanjutnya.
Malang, Februari 2012
iv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
RINGKASAN ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Manfaat ... 2
GAGASAN Gambaram Umum Kualitas Guru Di Indonesia ... 3
Sertifikasi Guru ... 3
Penyimpangan pada Pelaksanaan Sertifikasi Guru ... 4
Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru ... 6
KESIMPULAN Kesimpulan ... 9
DAFTAR PUSTAKA ... 10
v DAFTAR GAMBAR
vi DAFTAR TABEL
vii RINGKASAN
Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru sebagai Solusi Peningkatan Kualitas Guru
Disusun oleh: Arrum Damayanti, Dewi Purnima, dan Lita Ayu Jalan Veteran No. 06, Malang 65145
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Dalam dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang besar dan strategis. Perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula. Namun kualitas guru di Indonesia masih kurang baik, dilihat dari hanya 16,9 persen saja guru di Indonesia yang bersertifikasi. Banyaknya permasalahan menjadi halangan guru untuk mengikuti sertifikasi maupun untuk lolos sertifikasi. Karya tulis ini bertujuan mencapai peningkatan kualitas guru di Indonesia melalui stratifikasi guru dengan program pelatihan guru. Gagasan ini ditulis dengan dengan analisis dari beberapa permasalahan yang terjadi pada kualitas guru di Indonesia yang kurang baik dalam menghadapi sertifikasi guru maupun kualitas guru yang telah di sertifikasi. Maka penulis memberikan solusi dalam menghadapi permasalahan sertifikasi guru di Indonesia dengan sebuah Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru. Program ini dibagi menjadi dua bagian yaitu program sebelum diadakannya sertifikasi dengan cara meningkatkan kesiapan guru dalam menghadapi sertifikasi dengan pelaksanaan mentoring dan program setelah sertifikasi yang berupa pemberian reward sesuai grade yang diterima setelah sertifikasi dan evaluasi berkelanjutan. Program BA ini dilaksanakan oleh kerjasama antara pihak swasta dengan pihak pemerintah. Evaluasi juga mengikutsertakan peran dari siswa yang secara tidak langsung menerima implementasi dari sertifikasi guru.
Adanya program BA ini menjadi salah satu upaya untuk membantu peningkatan kualitas dan penerapan sertifikasi guru dengan baik. Dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia, sehingga berjalan dengan baik.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Pendidikan juga merupakan hal vital yang harus dimiliki setiap warga negara seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin meningkat. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga di Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sesuai dengan perannya, tenaga pendidik adalah pihak terpercaya sebagai pencerdas kehidupan bangsa. Salah satu komponen penting yang termasuk dalam tenaga pendidik ini adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Peranan guru antara lain selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut untuk memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.
2
lolos sertifikasi adalah mendapatkan tunjangan yang besar, sehingga hampir setiap guru berharap atau ingin bisa lolos dalam sertifikasi.
Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru, dan meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (Kemendiknas, 2011). Dalam penerapannya, proses sertifikasi terdapat berbagai permasalahan. Pertama adalah kurangnya minat guru untuk meneliti. Kedua, masalah kesejahteraan. Ketiga, guru kurang kreatifnya dalam membuat alat peraga atau media pembelajaran (Asriani, 2011).
Terdapat banyak kenyataan di lapangan mengenai kondisi guru di Indonesia. Ketika guru mendapatkan tugas untuk meneliti atau membuat karya tulis, banyak diantara guru-guru tersebut yang membuat portofolio secara instan yaitu dengan cara mengcopy-paste penelitian yang sudah ada. Kalaupun dilaksanakan melalui diklat yang dilakukan beberapa minggu tidak bisa memberikan perubahan yang begitu terlihat. Setelah guru dinyatakan lolos sertifikasi, hanya sedikit yang mau mengikuti seminar, workshop, ataupun melanjutkan pendidikan formalnya. Padahal guru seharusnya semakin terampil dan kreatif serta mampu menguasai dan membawa situasi pembelajaran dengan bekal keterampilan dan ide-ide kreatifnya.
Dengan sertifikasi guru akan meningkatkan kualitas guru dan selanjutnya memperbaiki kualitas pendidikan. Proses yang dilakukan harus dengan profesional yang nantinya juga bisa menghasilkan guru yang profesional. Karena didalam proses itulah tahapan yang paling penting. Tentunya apa yang sudah diberikan haknya terlebih dahulu berupa tunjangan profesi haruslah diimbangi dengan melaksanakan kewajiban yang semestinya dilakukan. Sehingga semua tidak menjadi percuma. Karena masih ada banyak komponen dan sektor pendidikan yang juga harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Untuk mengatasi permasalahan diatas diperlukan kerjasama dengan semua pihak. Apabila kerjasama ini dapat terwujud, maka kualitas pendidikan akan meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan efektif sebagai jalan peningkatan kualitas guru. Dibutuhkan suatu gagasan untuk meningkatkan kualitas dam mutu guru sebagai pendidik melalui peningkatan kualitas sertifkasi dalam rangka meningkatkan kualitas guru. Bertitik tolak dari pemaparan tersebut, maka penulis mengangkat karya tulis yang berjudul “Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru sebagai Solusi Peningkatan Kualitas Guru”.
Tujuan
1. Menggambarkan kualitas guru di Indonesia. 2. Menjelaskan proses stratifikasi guru di Indonesia.
3. Menjelaskan perbaikan stratifikasi guru yang lebih efisien.
Manfaat
Manfaat Akademis
1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wacana kepada masyarakat mengenai sertifikasi guru di Indonesia
Manfaat Praktis
3
2. Mendapat wadah yang tepat dalam meningkatkan kualitas guru.
3. Memberi sumbangan ide dalam mengatasi permasalahan sertifikasi guru dan kualitas guru.
GAGASAN
Gambaram Umum Kualitas Guru Di Indonesia
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Oleh karena itu, keberhasilan suatu sistem pendidikan juga sangat tergantung kepada kemampuan seorang guru dalam mendidik anak didiknya.
Namun kondisi sesungguhnya yang terjadi di lapangan, keadaan guru di Indonesia sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan masih sedikit dan rendahnya guru yang telah tersertifikasi. Hal ini di dukung dengan bukti dari Kemendiknas bahwa hanya 16,9 persen atau 575 ribu orang guru yang memiliki sertifikasi (Liputan6.com, 2011). Selain itu, guru yang telah disertifikasipun masih banyak yang memiliki kemampuan yang masih sama dengan guru yang masih belum tersertifikasi (Kurnia Septa, 2011). Kondisi ini terjadi dikarenakan banyak guru yang mengikuti sertifikasi hanya termotivasi pada tunjangan yang diberikan sehingga setelah mendapatkan sertifikasi mereka mengabaikan tugas-tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan.
Rendahnya kualitas dan kuantitas guru berdampak besar terhadap mutu pendidikan kedepannya. Secara tidak langsung, rendahnya kuantitas dan kualitas guru dalam mengajar juga mengakibatkan rendahnya pula mutu pendidikan siswa yang diajar oleh guru tersebut. Guru sebagai lini depan dalam pendidikan memerlukan perhatian yang besar guna membangun sistem pendidikan yang lebih baik. Oleh karena itu, perlu diadakan sebuah perbaikan kualitas guru yang salah satunya adalah dengan pembaharuan sistem pemberian sertifikat terhadap guru-guru. Sertifikasi guru saat ini cenderung tidak berpengaruh bagi pendidikan.
Sertifikasi Guru
4
berupa pemberian tunjangan profesi bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik. Di beberapa negara, sertifikasi guru telah diberlakukan, misalnya di Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Memang terdapat beberapa negara yang tidak melakukan sertifikasi guru, tetapi melakukan kendali mutu dengan mengontrol secara ketat terhadap proses pendidikan dan kelulusan di lembaga penghasil guru, misalnya di Korea Selatan dan Singapura. Semua itu mengarah pada tujuan yang sama, yaitu berupaya agar dihasilkan guru yang bermutu (Kemendiknas, 2011). Di Indonesia program sertifikasi guru telah berjalan. Guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran secara formal dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Dalam UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran.
Seseorang yang ingin menjadi guru yang bersertifikat pendidik harus mengikuti program pendidikan profesi guru dan uji kompetensi dalam program sertifikasi calon guru. Jika dinyatakan lulus sertifikasi, maka berhak menyandang
“guru pemula yang bersertifikasi profesi”. Sedangkan bagi guru di sekolah (guru dalam jabatan) yang ingin memperoleh sertifikat pendidik, dapat mengajukan ke Depdiknas Kabupaten atau Kota setempat untuk diseleksi (internal skill audit). Apabila hasil dari seleksi tersebut memenuhi syarat, kemudian diikutkan dalam uji sertifikasi yang diselengkarakan oleh Laporan Penelitian Tindakan Kelas (LPTK) yang ditunjuk. Setelah mengikuti berbagai jenis tes dan dinyatakan lulus maka akan memperoleh sertifikat pendidik dan mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok dari pemerintah. Bagi guru dalam jabatan yang tidak lolos dalam internal skill audit maka disarankan mengikuti inservice training dahulu.
Penyimpangan pada Pelaksanaan Sertifikasi Guru Guru Melakukan Segala Cara untuk Melengkapi Portofolio
Fenomena yang terkait dengan sertifikasi guru adalah guru sebagai tenaga pendidik yang sering disebut sebagai agent of learning (agen pembelajaran) menjadi sosok yang cenderung certificate oriented bukan program oriented. Sebagian guru rela mengumpulkan sertifikat dengan segala cara untuk melengkapi portofolio dalam sertifikasi daripada memikirkan strategi atau teknik apa yang akan digunakan ketika mengajar. Mereka tidak segan untuk membeli sertifikat pada panitia workshop atau seminar yang terkait dengan pengembangan pengajaran dan legalisasi ijazah dengan cara scan. Salah satu penyebab terjadinya penyimpangan tersebut adalah lemahnya pengarsipan data. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwasannya tim penilai sebagai orang yang menilai portofolio melakukan kesalahan dan tidak cermat dalam melakukan penilaian (Hidayatullah, 2011).
Guru Menjadi Miskin Keterampilan dan Kreatifitas
5
kecurangan mengakibatkan guru menjadi miskin ketrampilan dan kreatifitas serta menjadikan guru tidak lebih berkembang. Padahal guru yang baik seharusnya adalah guru yang terampil dan kreatif sehingga mampu menguasai dan membawa situasi pembelajaran dengan bekal keterampilan dan ide-ide kreatifnya. Sehingga peserta didik pun lebih interest mengikuti pelajaran, tidak jenuh dan berpikiran bahwa guru tersebut adalah orang yang handal dan mempunyai banyak pengalaman (Hidayatullah, 2011).
Merosotnya Kompetensi Profesi
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi berbasis portofolio. Namun sertifikasi yang berbasis portofolio tersebut menjadi keprihatinan banyak pihak. Hal ini dikarenakan pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tidak lebih dari penilaian terhadap tumpukan kertas. Kelayakan profesi guru dinilai berdasarkan tumpukan kertas yang mampu dikumpulkan. Padahal untuk membuat tumpukan kertas itu pada zaman sekarang amatlah mudah. Fenomena ini menerangkan bahwa sertifikasi berbasis portofolio menyebabkan merosotnya kompetensi profesi guru (Hidayatullah, 2011).
Dari ketiga dampak tersebut dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah selaku promotor program sertifikasi belum melaksanakan program secara maksimal. Pemerintah cenderung mementingkan formalitas daripada kualitas dari sertifikasi itu sendiri. Padahal sertifikasi adalah program yang sangat penting bagi terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Dari fenomena ini dapat diketahui bahwa pemerintah tidak bisa sendiri dalam menghadapi penyelenggaraan sertifikasi. Perlu ada pihak atau badan lain yang membantu terlaksananya sertifikasi guru secara baik seperti pihak swasta.
Tabel 1. Permasalahan pada Proses Sertifikasi Guru
6
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2012
Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas guru sehingga akan berdampak positif bagi kemajuan pendidikan. Namun dalam kondisi di lapangan banyak permasalahan yang terjadi selama proses sertifikasi guru. Permasalahan yang terjadi mulai dari banyaknya guru yang melakukan segala cara untuk melengkapi dan mendapatkan sertifikat hingga melakukan manipulasi data. Segala hal ini sangat kontradiktif sekali dengan tujuan dan terobosan pemerintah terkait dengan pengembangan mutu pendidikan di Indonesia. Bahkan sertifikasi ini akan mebuat merosotnya kompetensi profesi guru itu sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tidak lebih dari penilaian terhadap tumpukan kertas.
Dari rangakaian dampak-dampak yang telah dipaparkan, perlu diadakan suatu program demi mendukung kelancaran sertifikasi guru yang dianggap penting sebagai lisensi resmi dan pengakuan tertulis atas keprofesionalitasan seorang guru. Penulis mengusulkan gagasan berupa program Before-After (BA) Sertifikasi Guru. Program ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas baik dari segi sertifikasi maupun dari segi kesiapan guru tersebut sebagai tenaga pendidik yang berkualitas. Konsep ini merupakan suatu kerja sama antara pihak pemerintah dengan pihak swasta dalam melaksanakan program sertifikasi guru, sehingga proses sertifikasi guru benar-benar terlaksana dengan baik dan guru yang disertifikasi terjamin kualitasnya.
7
Gambar 1. Konsep Program BA Sertifikasi Guru Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2011
Terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan konsep Program BA yaitu program before (sebelum) yang dilaksanakan sebelum sertifikasi guru dan program after (setelah) yang dilaksanakan setelah program sertifikasi guru. Pada Program BA ini akan dilaksanakan Mentoring, pengawasan sertifikasi, dan evaluasi. Adapun dalam program ini akan dibentuk sebuah kerjasama antara pihak pemerintah dengan pihak swasta yang membatasi peran pemerintah untuk mencegah wewenang yang berlebihan dari pemerintah yang merupakan hasil dari pengadaan tender dengan pihak swasta yang peduli dengan pendidikan. Swasta dibentuk sebagai badan konsultan yang juga melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses sertifikasi. Swasta dalam hal ini juga harus
Turun Naik
Evaluasi
Tunjangan
AFTER
Grade B
Grade C
Lulus Tdk lulus
Grade A Tunjangan
Sertifikasi
Seminar Diskusi Kunjungan berkala Kelengkapan
Administratif Mengoreksi Paper Uji Tindakan Kelas
Wawancara/ presentasi Penilaian Siswa
SWASTA Kualitas
Mentoring SWASTA Guru
Materi Fasilitas
8
memiliki beberapa kriteria. Kriteria swasta yan dapat dipilih harus berdasarkan pada beberapa indikator seperti:
1. Harus memiliki pengalaman di bidang akademisi atau pendidikan. 2. Berbentuk badan hukum.
3. Memiliki kualifikasi tenaga ahli.
Untuk menghadapi kesiapan dalam melaksanakan program sertifikasi, maka swasta yang dibentuk oleh pemerintah melaksanakan mentoring dan briefing. Program ini dilaksanakan sebelum proses sertifikasi yang meliputi pembekalan dan pemahaman seperti apa proses sertifikasi yang akan dilaksanakan pihak swasta Dalam program mentoring ini diberikan seminar, diskusi, dan kunjungan berkala di setiap sekolah. Guru dilatih untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan pendidikan, melaksanakan forum ilmiah, dan pembinaan budaya menulis di kalangan guru. Dalam program ini juga guru diberi pembinaan sesuai bidang profesi guru masing-masing sehingga guru memiliki kesiapan yang baik untuk mengikuti program sertifikasi.
Selanjutnya adalah program yang dilaksanakan pada saat sertifikasi. Pihak swasta melaksanakan program sertifikasi guru. Pihak swasta dalam hal ini bertugas memeriksa kelengkapan administratif, mengoreksi paper, uji tindakan kelas, wawancara dan presentasi, serta penilaian siswa. Penilaian ini juga termasuk kriteria yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial. Penilaian siswa diambil dengan sampel karena siswa adalah objek utama yang secara tidak langsung terkena dampak dari sertifikasi guru tersebut.
Berdasarkan hasil dari sertifikasi, apabila seorang guru lulus, maka seharusnya dikelompokkan berdasarkan nilai yang dicapai pada proses sertifikasi selain dari golongan guru tersebut menjabat, sehingga terdapat grade yang membedakan antara satu dengan yang lain. Grade ini juga digunakan untuk mengetahui besarnya jumlah tunjangan yang akan diberikan. Karena semakin tinggi grade yang dicapai oleh seorang guru, maka semakin tinggi kualitas dari seorang guru, jadi semakin tinggi reward tunjangan yang akan diterima. Adapun pembagian grade dari hasil program sertifikasi guru dapat dibagi dengan kriteria sebagai berikut:
1. Grade A dengan nilai 80 sampai 100 2. Grade B dengan nilai 60 sampai 80 3. Grade C dengan nilai 40 sampai 60
4. Grade D dengan nilai 0 sampai 40 yang berarti tidak lulus
Dalam hal ini apabila grade dari seorang guru tidak mencukupi atau tidak lulus dalam proses sertifikasi, maka seorang guru perlu untuk memperbaiki kualitasnya. Seorang guru diberi kesempatan untuk memperbaikinya dengan cara mengikuti program mentoring seperti yang dilakukan sebelum melaksanakan program sertifikasi guru sekali lagi sebelum mengikuti sertifikasi selanjutnya. Hal ini dilakukan agar seorang guru dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik. Program mentoring ini akan terus dilakukan untuk guru-guru yang tidak lolos sertifikasi untuk terus memperbaiki kualitas dirinya.
9
kunjungan harinya, penilaian dari siswa, penilaian dari guru yang sebelumnya telah tersertifikasi, dan penilaian dari pihak swasta yang berpengalaman dalam bidang yang dimiliki oleh guru tersebut. Evaluasi juga dapat dilaksanakan dengan cara mengadakan forum ilmiah dari komunitas tertentu untuk membahas perkembangan guru. Dalam penilaian dari siswa, hal ini dilakukan dikarenakan guru memberikan materi dan fasilitas kepada siswa, bagaimana kedekatan guru kepada siswa, dan pemberian nilai terhadap siswa. Guru yang telah disertifikasi dan melaksanakan kinerja yang baik, tentu dapat lebih berdedikasi membimbing muridnya dengan baik dan memberikan hasil yang baik. Sementara guru yang tidak menjalankan kinerjanya dengan lebih baik tentu perlu ditindak atas sertifikasi gurunya. Guru juga seharusnya mengembangkan diri, seperti tetap melakukan penelitian, mengikuti seminar dan pelatihan. Apabila kualitas seorang guru semakin naik maka guru yang bersertifikasi berhak mendapat tunjangan yang lebih baik, dan apabila dalam evaluasinya turun, guru perlu diberi peringatan untuk menjaga kualitas mengajar guru tersebut. Apabila dalam tiga kali peringatan guru tetap tidak mengembangkan kualitas mengajarnya, maka sertifikat guru tersebut perlu dicabut dan guru dapat mengikuti mentoring sekali lagi.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Indonesia masih jauh dari negara-negara lain dalam masalah kualitas dan keprofessionalan seorang guru. Keadaan guru di Indonesia juga sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya, Hal ini dibuktikan dengan masih sedikit dan rendahnya guru yang telah tersertifikasi. Selain itu, guru yang telah disertifikasipun masih banyak yang memiliki kemampuan yang masih sama dengan guru yang masih belum tersertifikasi. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kualitas pendidikan Indonesia secara keseluruhan.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan sebagai tenaga pendidik professional. Adapun proses sertifikasi guru diawali setelah guru menempuh dan lulus pendidikan profesi, kemudian mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dalam program sertifikasi calon guru. Jika dinyatakan lulus sertifikasi, maka
berhak menyandang “guru pemula yang bersertifikasi profesi”. Sedangkan bagi
10
Dari rangakaian fenomena diatas, penulis mencetuskan gagasan Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru. Proses before diawali dengan memberikan mentoring kepada guru sebagai pelatihan sebelum sertikasi, dan pelaku dalam penegecekan, pengawasan adalah pihak swasta. Karena pihak swasta adalah lembaga professional yang memiliki prinsip efektif, efiensi, dan ekonomis yang kuat. Untuk penilaian sertifikasi nantinya didasarkan pada grade yang telah dicapai, karena akan lebih mengetahui kualitas individu setiap guru dan sebagai klasifikasi atas tunjangan yang di dapat. Dalam program after sebagai program berkelanjutan sertifikasi yang dilaksanakan oleh BKP sebagai pihak pengevaluasi atas guru yang telah bersertifikasi dan siswa sebagai objek, untuk mengetahui bagaimana perkembangan kualitas guru setelah disertifikasi agar tidak berhenti di tempat.
Mentoring dalam program BA dilaksanakan sebelum pelaksanaan sertifikasi melalui seminar, diskusi, dan kunjungan berkala di setiap sekolah. Pelaksanaan mentoring ini bertujuan untuk memperbaiki kesiapan guru dalam mengikuti sertifikasi. Dalam pelaksanaan program BA, pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta sebagai pelaksana sertifikasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam proses sertifikasi sendiri swasta berperan untuk memeriksa kelengkapan administratif, mengoreksi paper, melakukan wawancara mendalam, melakukan uji tindakan kelas, dan penilaian dari siswa. Penilaian dalam sertifikasi guru sendiri seharusnya diklasifikasikan menjadi beberapa grade yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Penerapan grade ini juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya tunjangan, semakin tinggi grade yang dicapai maka semakin tinggi tunjangan yang akan diterima. Berdasarkan uraian program yang penulis gambarkan, diharapkan program ini dapat memperbaiki kualitas guru Indonesia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, program ini dapat dijadikan sebagai alternatif atau pembahari bagi program yang sudah ada saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2011. Guru Jangan Hanya Copy Paste RPP (Online), (http://www.ispi.or.id/2011/02/25/guru-jangan-hanya-copy-paste-rpp/, diakses pada 1 Maret 2012)
Asriani, Oktiva. 2011. Problem di Sekitar Sertifikasi Guru (Online), (http://umk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1 88:problem-di-sekitar-sertifikasi-guru&catid=199:problem-di-sekitar-sertifikasi-guru&Itemid=184, diakses pada tanggal 18 Desember 2011)
Hidayatullah, Afif. 2011. USPE (University Screaning and Profesional Education) Solusi Kreatif Meningkatkan Profesionalitas Guru di Indonesia (Online), (http://kem.ami.or.id/2011/12/solusi-kreatif-meningkatkan-profesionalitas-guru-di-indonesia/, diakses pada 19 Desember 2011) Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Kerangka Acuan Program Sertifikasi
11
Nurfatimah, Titi. 2011. Prosedur Sertifikasi Guru (Online),
(http://afrizaldaonk.blogspot.com/2011/01/prosedur-sertifikasi-guru.html, diakses pada 18 Desember 2011)
Riski, Adam. 2011. Kualitas Guru Indonesia Harus Ditingkatkan (Online), (http://berita.liputan6.com/read/360011/kualitas-guru-indonesia-harus-ditingkatkan, diakses pada 18 Desember 2011)
Septa, Kurnia. 2011. Sertifikasi Guru Tidak Menjamin Kualitas Pendidikan Lebih Baik (Online), (http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/14/sertifikasi-guru-tidak-menjamin-kualitas-pendidikan-lebih-baik/, diakses pada 18 Desember 2011)
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE KETUA KELOMPOK
Nama : Arrum Damayanti
NIM : 115030100111100
Tempat Tanggal Lahir : Tuban, 3 Mei 1993 Fakultas/ Prodi : Ilmu Administrasi/ Publik Alamat di Malang : Jl. Kertoleksono 12 B Malang
No Telepon : 085334540200
Alamat Email : [email protected] Riwayat Pendidikan Formal
1999 – 2005 : SD Negeri Bangah 1 Sidoarjo 2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Merakurak 2008 – 2011 : SMK Negeri 1 Tuban
2011– Sekarang : FIA Publik Universitas Brawijaya Malang
Penulis,
Arrum Damayanti
CURRICULUM VITAE ANGGOTA KELOMPOK
Nama : Dewi Purnima
NIM : 115030101111068
Tempat Tanggal Lahir : Malang, 4 September 1993 Fakultas/ Prodi : Ilmu Administrasi/ Publik
Alamat di Malang : Jl. Letjend S. Parman VI/ C 05 Malang
No Telepon : 081945325855
Alamat Email : [email protected] Riwayat Pendidikan Formal
1999 – 2005 : SD Islam Sabilillah Malang 2005 – 2008 : MTsN Malang I
2008 – 2011 : MAN Malang I
2011– Sekarang : FIA Publik Universitas Brawijaya Malang
12
Dewi Purnima
CURRICULUM VITAE ANGGOTA KELOMPOK
Nama : Lita Ayu
NIM : 105030201111119
Tempat Tanggal Lahir : Malang, 30 Agustus 1992 Fakultas/ Prodi : Ilmu Administrasi/ Bisnis
Alamat di Malang : Desa Petungsewu RT 15/RW 3 Dau Malang
No Telepon : 085646655267
Alamat Email : [email protected] Riwayat Pendidikan Formal
1998 – 2004 : SDN Petungsewu II Malang 2004 – 2007 : SMP Negeri 13 Malang
2007 – 2010 : SMA Laboratorium UM Malang
2010– Sekarang : FIA Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Penulis
Lita Ayu
CURRICULUM VITAE DOSEN PEMBIMBING
Nama : Moh. Said, S.Sos, MAP
NIP : 19780630 200812 1 003
Fakultas/ Jurusan : Ilmu Administrasi/ Publik Alamat di Malang : Jl. Semanggi Barat 30 Malang
No Telepon : 08123475877
Dosen pembimbing