• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH LANDASAN PSIKOLOGI DALAM PENGEMB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH LANDASAN PSIKOLOGI DALAM PENGEMB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH PENGANTAR KURIKULUM

Dosen: DR. KHAERUDIN, M.PD.

Disusun Oleh

1. Zara Larasati

2. Sania Rizka Fanida

3. Aelina Firtiani

4. Nafrah Zainab

5. Fauziyyah Rizky A.

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur bagi Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat da hidayah-Nya lah kami telah meyelesaikan malakah landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum ini. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan informasi agar dapat mengenal bagaimana peran psikologi dalam mengembangkan sebuah kurikulum.

Sebagaimana yang kita ketahui kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendididikan. Oleh karena itu, mengembangkan sebuah kurikulum bukanlah suatu hal yang mudah dan sederhana. Karena banyak sekali pertanyaan yang muncul. Seperti mengapa kurikulum mengandung aksen-aksen landasan psikologi dalam pengembangannya? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Kami berharap dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat lebih mengenal dan mengetahui tentang landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum ini. Sehingga dapat meningkatkan kreativtas mahasiswa dan keterlibatan aktif mereka dalam kegiatan belajar dalam mata kuliah pengantar kurikulum dan dapat menjadi calon pengembang kurikulum yang lebih baik dan lebih inovatif di masa depan.

Ucapan terima kasih kami yang setinggi-tingginya kepada dosen kami

DR.

KHAERUDIN, M.PD.,

karena beliau telah memberikan kami amanah untuk lebih mempelajari dan membuat makalah landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum ini yang jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masih perlu menyempurnaan lebih lanjut.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan dapat memberikan perubahan yang lebih baik bagi system pendidikan di Indonesia.

(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ……… 1

Daftar isi……… … 2

Bab 1 pendahuluan

Latar belakang………. .3

Rumusan masalah………3

Bab 2 pembahasan

Pembahasan……… .4

Bab 3 kesimpulan

Kesimpulan………....9

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam proses pengembangan sebuah kurikulum, banyak factor yang perlu diperhatikan, seperti landasan dalam pengembangannya. Landasan pengembangan kurikulum tersebut diantaranya, landasan fisiologis, landasan psikologis, landasan sosial dan budaya. maupun landasan filosofis pengembangan kurikulum. Dari sekian landasan tadi, kami ingin mencoba mengembangkan, menjelaskan dan memaparkan landasan psikologis dalam pengembangan suatu kurikulum.

Kurikulum sebagai suatu program dan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, mempunyai kedudukan cukup penting dalam dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Dalam hal ini kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berfungsi sebagai alat untuk mengubah perilaku peserta didik (peserta didik) ke arah yang diharapkan oleh pendidikan. Oleh sebab itu, proses pengembangan kurikulum perlu memperhatikan asumsi–asumsi yang bersumber dalam bidang kajian psikologi.

Landasan psikologis pengembangan kurikulum menuntut kurikulum untuk memperhatikan dan mempertimbangkan aspek peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum sehingga nantinya pada saat pelaksanaan kurikulum apa yang menjadi tujuan kurikulum akan tercapai secara optimal. Sehingga unsur psikologis dalam pengembangan kurikulum mutlak perlu diperhatikan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam pemaparan makalah ini, beberapa permasalahan yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini, antara lain seperti:

1. Bagaimana unsur psikologis mempengaruhi proses pengembangan kurikulum?

2. Mengapa aspek psikologis perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum?

3. Cabang psikologis apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum?

(5)

BAB 2 PEMBAHASAN

LANDASAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan, pengertian lainnya menyebutkan bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.

Peserta didik merupakan individu (seseorang) yang sedang berada dalam proses perkembangan (fisik, intelektual, social emosional, moral, dan lain-lainnya). Tugas utama seorang guru sebagai pendidik adalah membantu untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didiknya berdasarkan tugas–tugas perkembangannya.

Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan kurikulum ini diharapkan dapat diupayakannya pendidikan yang dilaksanakan relevan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi/bahan yang harus diberikan/dipelajari peserta didik, maupun dari segi penyampaian dan proses belajar serta penyesuaian dari unsur–unsur upaya pendidikan lainnya.

Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu yang berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. dan psikologi belajar mengkaji mengenai hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

(6)

landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan kurikulum. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan cara/metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran demi mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar.

Psikologi perkembangan sangat diperlukan terutama dalam hal penentuan isi kurikulum yang diberikan/dipelajari peserta didik, baik tingkat kedalaman dan keluasan materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta manfaatnya yang disesuaikan dengan tahap dan tugas perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan sumbangan terhadap pengembangan kurikulum terutama berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta didik dan bagaimana peserta didik harus mempelajarinya,yang berarti berkenaan dengan strategi pelaksanaan kurikulum.

1. Psikologi Perkembangan dan Kurikulum

Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan–keunikan yang berbeda satu sama lainnya, seperti dalam bentuk tangisan dan gerakan–gerakan tubuhnya. Hal ini menggambarkan bahwa sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk berkembang. Di dalam psikologi perkembangan terdapat banyak pandangan ahli berkenaan dengan perkembangan individu pada tiap–tiap fase perkembangan.

Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri yang memiliki perbedaan di samping persamaannya. Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum, antara lain;

1. Tiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya,

(7)

1. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat pada perubahan tingkah laku anak didik,

2. Bahan/materi pembelajaran yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat dan perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak,

3. Strategi pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tahap perkembangan anak,

4. Media yang digunakan selalu menarik perhatian dan minat anak didik, dan

5. Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan dilaksanakan secara terus – menerus.

2. Psikologi Belajar dan Kurikulum

Psikologi belajar dan kurikulum merupakan suatu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana individu belajar. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar berasal dari kata ajar yang berarti suatu petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui/diturut. Segala perubahan perilaku yang trejadi karena proses pengalaman dapat digolongkan sebagai perilaku belajar. Perubahan yang terjadi secara insting/terjadi karena secara kebetulan bukan termasuk belajar.

Psikologi belajar yang berkembang sampai saat ini, pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi 3 kelas, antara lain:

a. Teori disiplin daya/disiplin mental (faculty theory)

Menurut teori ini anak sejak dilahirkan memiliki potensi atau daya tertentu (faculties) yang masing–masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir, daya mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan sejenisnya. Potensi–potensi tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi secara optimal,daya berpikir anak sering dilatih dengan pembelajaran berhitung misalnya, daya mengingat dilatih dengan menghapal sesuatu. Daya yang telah terlatih dipindahkan ke dalam pembentukan lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui latihan (drill), karena itu pengertian pembelajaran dalam konteks ini melatih anak didik dalam daya-daya itu, cara pembelajaran pada umumnya melalui hafalan dan latihan-latihan.

(8)

Dalam aliran behaviorisme ini, terdapat 3 rumpun teori yang mencakup teori koneksionisme/asosiasi, teori kondisioning, dan teori operant conditioning (reinforcement). Behaviorisme muncul dari adanya pandangan bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu dipengaruhi oleh lingkungan (keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat. Behaviorisme menganggap bahwa perkembangan individu tidak muncul dari hal yang bersifat mental, perkembangan hanya menyangkut hal yang bersifat nyata yang dapat dilihat dan diamati.

Menurut teori ini kehidupan tunduk pada hukum S – R (stimulus – respon) atau aksi-reaksi. Menurut teori ini, pada dasarnya belajar merupakan hubungan respon – stimulus. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus – respon seoptimal mungkin. Tokoh utama teori ini yaitu Edward L. Thorndike yang memunculkan tiga teori belajar yaitu, law of readiness, law of exercise, dan law of effect. Menurut hukum kesiapan (readiness) hubungan antara stimulus dengan respon akan terbentuk bila ada kesiapan pada system syaraf individu. Hukum latihan/pengulangan (exercise/repetition) stimulus dan respon akan terbentuk apabila sering dilatih atau diulang – ulang. Hukum akibat (effect) menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan terjadi apabila ada akibat yang menyenangkan.

c. Organismic/Cognitive Gestalt Field

Menurut teori ini keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Stimulus yang hadir diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukan interaksi dengannya terus-menerus sehingga terjadi suatu proses pembelajaran. Dalam hal ini guru lebih berperan sebagai pembimbing bukan sumber informasi sebagaimana diungkapkan dalam pandangan koneksionisme, peserta didik lebih berperan dalam hal proses pembelajaran, belajar berlangsung berdasarkan pengalaman yaitu kegiatan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menurut teori ini bukanlah sebatas menghapal tetapi memecahkan masalah, dan metode belajar yang dipakai adalah metode ilmiah dengan cara anak didik dihadapkan pada suatu permasalahan yang cara penyelesaiannya diserahkan kepada masing-masing anak didik yang pada akhirnya peserta didik dibimbing untuk mengambil suatu kesimpulan bersama dari apa yang telah dipelajari.

Prinsip-prinsip maupun penerapan dari organismic/cognitive gestalt field, antara lain:

Belajar berdasarkan keseluruhan

Prinsip ini mempunyai pandangan sebagaimana proses pembelajaran terpadu. Pelajaran yang yang diberikan kepada peserta didik bersumber pada suatu masalah atau pkok yang luas yang harus dipecahkan oleh peserta didik, peserta didik mengolah bahan pembelajaran dengan reaksi seluruh pelajaran oleh keseluruhan jiwanya.

(9)

Anak dipandang sebagai makhluk keseluruhan, anak diimbing untuk mendapat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan secara berimbang. Ia dibina untuk menjadi manusia seutuhnya yang memiliki keseimbangan lahir dan batin antara pengetahuan dengan sikapnya. Seluruh kepribadiannya diharapkan utuh melalui program pembelajaran yang terpadu.

Belajar berkat pemahaman

Belajar merupakan proses pemahaman. Pemahaman mengandung makna penguasaan pengetahuan, dapat menyelaraskan sikap dan ketrampilannya. Ketrampilan menghubungkan bagian-bagian pengetahuan untuk diperoleh sesuatu kesimpulan merupakan wujud pemahaman.

Belajar berdasarkan pengalaman

Proses belajar adalah bekerja, mereaksi, memahami, dan mengalami. Dalam proses pembelajaran peserta didik harus aktif dengan pengolahan bahan pembelajaran yang dapat melalui diskusi, Tanya jawab, kerja kelompok, demonstrasi, survey lapangan, dan lain-lainnya.

Belajar adalah proses berkelanjutan

(10)

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN

Pengembangan kurikulum yang ada di Indonesia, saat ini telah banyak mengalami perubahan. Banyak hal yang dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum di suatu negara seperti Indonesia. Diantara landasan pengembangan kurikulum yang perlu dipertimbangkan yaitu landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum.

Dalam pengembangan kurikulum aspek psikologi patut dipertimbangkan,dan pada proses pelaksanaan kurikulum faktor psikologi dari pebelajar perlu diperhatikan. Psikologi yang dimaksud di sini, terdapat dua aspek psikologi yaitu: psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

Psikologi perkembangan memandang aspek kesiapan peserta didik dalam proses pelaksanaan kurikulum, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum perlu memandang dan memperhatikan faktor psikologi perkembangan dari tiap-tiap peserta didik.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005

7.36 PM 14 Okt 2015 http://ahmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/pengembangan-kurikulum

7.48 PM 14 Okt 2015 http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/09/landasan-pengembangan-kurikulum.html

08.00 PM 14 Okt 2015 http://zularman.wordpress.com/2007/08/04/psikologi-belajar

Papalia, Diane E., et. al. Human Development. Mc. Graw Hill Companies. 2008

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis—cet. kedelapanbelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007

Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia—Edisi ketiga, cetakan ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2005

Sukarman, Dadang. Pengembangan Kurikulum – electronic book Kurikulum dan Teknologi Pendidikan – UPI. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UPI. 2007

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal ini terjadi karena pengeluaran konsumsi seperti belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun, tunjangan serta belanja barang-barang dalam negeri, dana rutin daerah

Sungguh ini merupakan sebuah anugerah yang sangat besar, karena berbagai tanaman obat ini mempunyai efek yang mirip dengan struktur kimia obat-obatan medis, sehingga sangat

Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya,

Pemberian MSG yang tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan sel piramidal di korteks serebri menunjukkan bahwa kemampuan dari sawar darah otak pada tikus untuk setiap

Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain

Dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jus nanas dan pepaya sebagai pendamping ARV efektif meningkatkan ka- dar CD 4 pada penderita HIV; Rerata selisih kadar CD

Jika dikaitkan dengan penyelesaian masalah matematika, maka analisis kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA MA Al-Muslihun adalah sebagai berikut: (1)