• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan kurikulum dan pemb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi pengembangan kurikulum dan pemb"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendidikan yang berlangsung di dalam lembaga pendidikan formal adalah pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusun kurikulum sebagai alat yang membawa segala kegiatan kependidikan kepada tujuan yang dikehendaki.

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan siswa di kelas karena materi yang diperolehnya tidak selalu sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Yang dibutuhkannya adalah kemampuan untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam pemahaman seperti ini memerlukan suatu strategi yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik.

Untuk menyelesaikan persoalan pokok dalam memilih strategi diperlukan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan tertentu itu merupakan titik tolak atau sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum

Di dalam teori kurikulum setidaknya terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Pendekatan Subjek Akademis

Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.1

Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis, logis, dan solid. Para pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mereorganisasikannya secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus menjadi ahli dalam dalam bidang-bidang studi yang diajarkannya. Lebih jauh lagi guru dituntut bukan hanya menguasai materi pendidikan, tetapi ia menjadi model bagi para siswanya. Apa yang disampaikan dan cara penyampaiannya harus menjadi bagian dari pribadi guru.

Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual. Nama-nama pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, sejarah, dan sebagainya.

(3)

Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.

Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya harus sedikit. Apabila hanya sedikit mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sangat terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya akan mendangkal. Anak-anak akan tahu banyak tetapi pengetahuannya hanya sedikit-sedikit (tidak mendalam).

Ada beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu:

A. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran akan mendapatkan pengetahuan.

B. Mengutamakan kebutuhan masyarakat, memilih, dan menentukan aspek dari disiplin yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.

C. Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya.

2. Pendekatan Humanistis

Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.

(4)

baik aspek kognitif, estetika, maupun moral. Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid. Guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Guru harus memberikan dorongan kepada murid atas dasar saling percaya. Peran mengajar bukan hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh murid.2

Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum humanistik juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens, karena dengan sekuens murid-murid kurang mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek perkembangannya. Penyusunan sekuens dalam pengajaran yang sifatnya afektif, dilakukan oleh Shiflett dengan langkah-langkah sebagai berikut:

A. Menyusun kegiatan yang dapat memunculkan sikap, minat atau perhatian tertentu. B. Memperkenalkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam setiap kegiatan. Didalamnya

tercakup topik-topik, bahan ajar serta kegiatan belajar yang akan membantu siswa dalam merumuskan apa yang ingin mereka pelajari. Kegiatan yang diutamakan adalah yang akan membangkitkan rasa ingin tahu dari pemahaman.

C. Pelaksanaan kegiatan, para siswa diberi pengalaman yang menyenangkan baik yang berupa gerakan-gerakan maupun penghayatan.

D. Penyempurnaan, pembahasan hasil-hasil yang telah dicapai, penyempurnaan hasil serta upaya tindak lanjutnya.3

3. Pendekatan Rekonstruksi Sosial

Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan diusahakan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.

Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama. Kerja

2 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) h. 86

(5)

sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat dalam pembentukan masyarakat yang lebih baik.

Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harolg Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial. Setelah diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.

Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari kecenderungan

(trends) perkembangan. Kecenderungan utama adalah perkembangan teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan masyarakat. Kecenderungan lain adalah perkembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Dalam perkembangan sosial yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah perkembangan manusia, baik sebagai individu maupun dalam interaksinya dengan yang lain. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kecenderungan-kecenderungan tersebut diperlukan bantuan dari para ahli disiplin ilmu. Dalam pemecahan problema sosial dan membuat kebijaksanaan sosial diperlukan musyawarah dengan warga masyarakat.

Pandangan rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinannya pada kemampuan manusia untuk membangun dunia yang yang lebih baik. Juga penekanannya pada peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus pendidikan menilai pandangan ini sukar diterapkan langsung oleh kurikulum (pendidikan). Penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang perkembangan dan masalah-masalah sosial yang berbeda. Kemampuan warga untuk ikut serta dalam pemecahan masalah juga bervariasi.4

4. Pendekatan Teknologis

Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak

(6)

dan grip, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti video dan audio cassette, overhead projector, film slide, dan motion film, mesin pengajaran, komputer, CD-room dan internet.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi , dibidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit/khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau diukur.

Penerapan teknologi dalam pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).

Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul, pengajaran dengan komputer, dan lain-lain.

Dalam arti teknologi sistem, teknologi pendidikan menekankan kepada penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini bisa semata-mata program sistem, bisa program sistem yang ditunjang dengan alat dan media, dan bisa juga program sistem yang dipadukan dengan alat dan media pengajaran.

(7)

masih tetap berjalan. Pada bentuk ketiga program pengajaran telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan pembelajaran dengan alat dan media. Bahan ajar telah disusun dalam kaset audio, video atau film, atau diprogramkan dalam komputer. Pembelajaran tidak bisa berjalan tanpa melibatkan penggunaan alat-alat dan program tersebut.5

B. Strategi Pengembangan Kurikulum

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Tujuan perang itu sendiri tidak ditentukan oleh militer, tetapi oleh politik. Sekali tujuan sudah ditetapkan oleh politik, maka militer memenangkannya.

Strategi dibedakan dengan taktik. Strategi dalam dunia kemiliteran berhubungan dengan perang, yaitu cara yang paling efektif untuk memenangkan perang. Taktik berhubungan dengan pertempuran yang harus dilakukan untuk melaksanakan peperangan itu. Kalau strategi adalah ilmu peperangan, maka taktik adalah ilmu pertempuran. Pengertian strategi tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan. Menurut ensiklopedia pendidikan, strategi adalah the art of bringing forces to the battle field in favourable position. Dalam pengertian ini strategi adalah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan ke dalam medan tempur dalam posisi yang paling menguntungkan.

Dalam perkembangan selanjutnya strategi tidak lagi hanya seni, tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari. Dengan demikian istilah strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar-mengajar adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah diterapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Tujuan pengajaran itu sendiri diterapkan dlam perencanaan pengajaran atau yang kita kenal dengan kurikulum. Di samping tujuan pengajaran, baik dalam arti tujuan instruksional maupun tujuan noninstriksional, kurikulum memuat isi dan pengalaman belajar yang semuanya turut menentukan pemilihan strategi belajar-mengajar.6

5 Ibid, h. 96

(8)

Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat Kemp, Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu merupakan suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran menggunakan metode. Artinya, strategi adalah a plan of operation achieving something ‘rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu’. Sedangkan metode ialah a way in achieving something ‘cara untuk mencapai’.7

2. Pengembangan Kurikulum

Pada dasarnya, pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.

Pengembangan kurikulum merupakan berbagai perubahan dalam pendidikan yang pada gilirannya merupakan salah satu bentuk dari perubahan masyarakat. Pengembangan ini telah banyak dilakukan dengan memfokuskan pada kontribusi “fungsional”, terutama di dalam struktur pendidikannya, bukan dalam muatan pendidikan. Pengembangan ini secara khusus mengarah pada penyempurnaan kurikulum, tidak hanya terbatas pada proses rasionalisasi perencanaannya tetapi juga mengaraha pada hal-hal yang tidak terencana.

Aspek-aspek penting yang cukup menarik untuk dikaji dalam kaitanya dengan penyempurnaan dan pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut :

A. Hubungan antar pengembangan yang terjadi di dalam kurikulum B. Sifat komunikatif dan/atau perputaran dari pengembangan kurikulum C. Strategi pengembangan kurikulum yang sudah terencana

D. Difusi atau penyebaran dalam pendidikan

E. Respons sekolah terhadap tekanan dari luar terhadap kurikulum F. Factor pendorong terhadap pengembangan kurikulum di sekolah

(9)

G. Akibat jangka pendek dan jangka panjang dan pengembangan kurikulum baik yang terencana maupun tidak terencana.8

3. Strategi Pengembangan Kurikulum

Menurut T. Rakjoni strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sebelum menentukan strategi pengembangan kurikulum, terdapat empat unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum yakni :

a. Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh.

b. Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas yang serasi menurut pertimbangan guru.

c. Penilaian (assessment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan baru.

d. Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.

Selain memeperhatikan unsur-unsur di atas, ada beberapa prinsip dasar yang sangat perlu diperhatikan dalam aktivitas pengembangan kurikulum :

1. Prinsip relevansi. Yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian untuk menunjuk suatu keterpaduan kurikulum

2. Prinsip fleksibilitas. Yaitu bersifat lentur atau fleksibel. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisikan hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan dan latar belakang anak.

3. Prinsip kontinuitas. Yaitu kesinambungan. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan pekerjaan.

4. Prinsip praktis. Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah. Atau disebut juga prinsip efisiensi.

(10)

5. Prinsip efektivitas. Yaitu keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini dilihat baik secara kuantitas maupun kualitas.

Dari empat unsur dan prinsip tersebut, maka dalam rangka pengembangan kurikulum dapat dilakukan empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).

a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective).

Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD)

b. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar (selection of learning experiences)

Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. c. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of learning experiences)

Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat.

d. Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum

(11)
(12)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Terdapat empat pendekatan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Pendekatan subjek akademis 2. Pendekatan humanistik 3. Pendekatan rekontruksi social 4. Pendekatan teknologi

Untuk membuat strategi pengembangan kurikulum, maka perlu memperhatian empat unsur penting dalam kurikulum yakni :

a. Tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran (subject

course) maupun kurikulum secara menyeluruh.

b. Metode dan material c. Penilaian (assessment) d. Balikan (feedback)

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad. Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab di Pesantren. Malang: UIN-Maliki Pers.

Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta : Rajawali Pers, 2009

Gulo. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002

Ahmadi, Abu. Pengantar Kurikulum. Surabaya : Bina Ilmu, 1984

Prawiradilaga, Dewi. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group, 2008

Khodijah, Nyanyu. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers, 2014

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2005

Sukmadinata, Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan

Referensi

Dokumen terkait

a) Tujuan dapat dijadikan sasaran untuk mewariskan dan melestarikan nilai-nilai pandangan hidup bangsa kepada generasi muda, terutama siswa, agar nantinya dijadikan

Sungguh ini merupakan sebuah anugerah yang sangat besar, karena berbagai tanaman obat ini mempunyai efek yang mirip dengan struktur kimia obat-obatan medis, sehingga sangat

Readers familiar with Bataille’s work will recall frequent references to Blake and a chapter devoted to him in Literature and Evil, but they might nevertheless be surprised

hotspot sebagai indikator kejadian kebakaran hutan dan lahan gambut di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau tahun 1997-2014, dan menganalisis korelasi antara

dalam melakukan komunikasi. Komunikasi yang terjadi dalam ranah cyber bisa melibatkan siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja selama media komunikasi memungkinkan. Berbeda

Tujuan perancangan ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi kopi di Indonesia khususnya Kopi Arabika Temanggung dan keadaan para petani kopi

Menurut Arikunto (2013:16), pada pelaksanaan tindakan kelas setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan

Banyak kemudah- an yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan e-learning dalam proses pembelajaran yaitu bahan ajar dapat diunggah sebelum proses pembelajaran di